Bab i - Pendahuluan

download Bab i - Pendahuluan

of 4

description

phe ikm

Transcript of Bab i - Pendahuluan

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar BelakangAir Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyo, 2009). Selama periode sekitar 6 bulan, ASI memiliki unsur-unsur yang memenuhi semua kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh bayi kecuali jika ibu mengalami keadaan gizi kurang yang berat (Gibney, 2008).World Health Organization (WHO) merekomendasikan salah satu hal penting yang harus dilakukan, yaitu memberikan ASI kepada bayi yang baru lahir sampai usia 6 bulan untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal. Bayi dapat diberikan makanan tambahan setelah berusia 6 bulan berupa makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan tetap melanjutkan pemberian ASI sampai usia bayi 2 tahun (Ariwati dkk, 2014). Pemberian ASI secara eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, teh, madu, air putih atau makanan padat pada 6 bulan pertama kehidupan dengan perkecualian vitamin, mineral atau obat-obatan untuk keperluan medis (Nkala & Msuya, 2011).Penelitian Dat V Duong (2004) menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif dapat mencegah bayi mengalami diare dan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Diare dan ISPA merupakan penyakit infeksi yang meningkatkan resiko kematian bayi (Raharjo, 2014). Bayi yang tidak mendapat ASI atau mendapat ASI tidak eksklusif memiliki resiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Begitu pula penelitian di Amerika Latin, menyatakan bahwa 13,9% dari semua penyebab kematian bayi dapat dicegah dengan ASI eksklusif untuk 3 bulan pertama kehidupan. Angka kematian bayi di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, maka dari itu dicanangkan program ASI eksklusif yang berdampak sangat signifikan dalam menurunkan kematian anak (Ekawati dkk, 2015).Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia sangat fluktuatif. Data Survei Demografi Indonesia (SDKI)1997-2007 menyebutkan bahwa pervalensi ASI eksklusif turun dari 40,2% menjadi 39,5% pada tahun 1997 dan 32% pada tahun 2007. Hasil laporan sementara hasil SDKI tahun 2012 sebesar 42% dan tahun 2013 hanya mencapai 32,2% (Andriani, 2014). Hal ini masih di bawah target karena cakupan ASI eksklusif yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) dan Strategi Nasional Program Peningkatan Cakupan Air Susu Ibu (PP-ASI) adalah 80% (Raharjo, 2014). Namun angka ini sangat sulit untuk dicapai, bahkan isu prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun terus-menerus menurun. Sebuah survei telah dilaksanakan pada tahun 2002 oleh nutrition and health surveillance system (NHSS) bekerja sama dengan balai penelitian dan pengembangan kesehatan (Balitbangkes) serta Helen Keller International di empat kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Makassar serta melibatkan delapan pedesaan yang terdapat di wilayah provinsi Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Hasil surveri menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif pada bayi usia 4-5 bulan di perkotaan sebesar 4-12%, sedangkan di pedesaan sebesar 4-25%. Pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 5-6 bulan di perkotaan sebesar 1-3% sedangkan di pedesaan sebesar 2-13% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).Cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal diantaranya belum optimalnya penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui, pemahaman masyarakat, rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula (Josefa, 2011).Mengingat masih rendahnya cakupan ASI eksklusif, peneliti tertarik untuk membahas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cakupan pemberian ASI eksklusif, yaitu mengenai manajemen penyelenggaraan program ASI ekslusif, mutu pelayanan penyelenggaraan program ASI eksklusif, serta pengetahuan ibu mengenai program ASI eksklusif.

1.2.Rumusan Masalah1. Bagaimana manajemen program penyelenggaraan ASI eksklusif di Puskesmas Pakjo Palembang?2. Bagaimana mutu pelayanan penyelenggaraan program ASI eksklusif di Puskesmas Pakjo Palembang?3. Bagamaina persepsi ibu menyusui mengenai program ASI eksklusif di Puskesmas Pakjo Palembang?

1.3.Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMengetahui dan menganalisis manajemen program, mutu pelayanan program ASI eksklusif, dan persepsi ibu menyusui terhadap penyelenggaraan program ASI eksklusif di Puskesmas Pakjo Palembang.

1.3.2 Tujuan Khusus1. Analisis program ASI eksklusif di Puskesmas Pakjo Palembang.2. Analisis pengaruh peranan tenaga kesehatan terhadap persepsi ibu menyusui mengenai program ASI eksklusif di Puskemas Pakjo Palembang.

1.4.Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kota PalembangSebagai bahan masukan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan program ASI eksklusif sehingga dapat membuat suatu kebijakan untuk menanggulangi masalah tersebut.

1.4.2 Bagi PuskesmasSebagai bahan evaluasi untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI secara ekslusif sehingga dapat meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif.1.4.3Bagi Tenaga KesehatanSebagai bahan evaluasi bagi tenaga kesehatan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif di masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan mengurangi angka kematian bayi. 1.4.4Bagi MahasiswaDiharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman meneliti khususnya di bidang kesehatan masayarakat.

1