Bab I Pendahuluan
-
Upload
rahmat-rizali -
Category
Documents
-
view
38 -
download
0
Transcript of Bab I Pendahuluan
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu menyebutkan “Bumi
dan air serta kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kekayaan alam yang dimaksud yaitu sumber
daya mineral yang salah satunya adalah bahan galian. Dimana dalam kehidupan
sehari-hari manusia sangat memerlukannya.
Bahan galian yang dihasilkan dari tambang biasanya selain mengandung
mineral berharga yang diinginkan juga mengandung mineral pengotor (gangue
mineral) sehingga hasil tambang tidak bisa langsung dimanfaatkan atau
diperdagangkan. Untuk menghilangkan mineral pengotor tersebut sehingga hasil
tambang dapat dimanfaatkan atau diperdagangkan, maka dilakukan dengan
pengolahan bahan galian (ore atau mineral dressing). Proses pemisahan antara
mineral berharga dengan mineral-mineral pengotor didasarkan kepada perbedaan
baik fisik maupun sifat kimia antara mineral berharga dengan mineral pengotornya.
(Prodjosoemarto, 2001)
Mineral adalah suatu benda berbentuk padat, cair atau gas yang homogen
dan terdapat di alam, terbentuk secara alamiah dari bahan-bahan anorganik,
mempunyai komposisi kimia tertentu dengan struktur atom dan sifat fisik yang sama.
Bahan galian dapat berupa logam maupun bukan logam, dan dapat berupa bahan
tunggal ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan. Macam-macam bahan
galian antara lain :
1. Bahan galian logam / bijih (ore) yaitu bahan galian untuk dimanfaatkan
logamnya. Pengolahan tahap pertama biasanya disebut dengan Ore Dressing
karena yang diolah adalah ore/bijih, disebut juga Mineral Processing karena
hasil dari proses masih berupa mineral, dan disebut juga sebagai Unit
Operation karena proses ini berdasarkan sifat mineralnya. Contohnya adalah
emas, perak, dan seng.
2. Bahan galian energi yaitu bahan galian untuk bisa dimanfaatkan energinya.
Agar batubara dapat memenuhi suatu kriteria pasar maka harus dilakukan
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
pengolahan dengan suatu pencucian. Contohnya adalah minyak, gas, dan
batubara.
3. Bahan galian industri yaitu bahan galian yang dimanfaatkan untuk keperluan
suatu industri. Untuk pengolahan dilakukan peremukan, penggilingan ,
pengayakan maupun klasifikasi. Untuk pengotor bersifat logam dilakukan
dengan Flotasi atau Magnetic Separator. Contohnya adalah aspal, asbes, dan
batugamping.
Di Indonesia, terdapat penggolongan bahan galian dapat dilihat dalam
Undang-Undang No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan. Dalam UU ini, bahan galian dibagi atas tiga bagian :
1. Golongan bahan galian strategis (golongan A)
Bahan Golongan A merupakan barang yang penting bagi pertahanan,
keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan sebagian
besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah.
2. Golongan bahan galian vital (golongan B)
Bahan Golongan B dapat menjamin hayat hidup orang banyak.
3. Golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam golongan A dan B
Bahan Golongan C adalah bahan yang tidak dianggap langsung
mempengaruhi hayat hidup orang banyak.
Pengolongan bahan galian didasari pada :
1. Nilai strategis atau ekonomis bahan galian terhadap negara
2. Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam
3. Penggunaan bahan galian bagi industri
4. Pengaruhnya terhadap rakyat banyak
5. Pemberian kesempatan pengambangan pengusaha
6. Penyebaran pembangunan di daerah
Selanjutnya UU 11/1967 ini ditindaklanjuti dengan peraturan pemerintah
tentang penggolongan bahan galian (PP No. 27/1980) yang menyatakan sebagai
berikut :
1. Golongan bahan galian yang strategis (golongan A) adalah :
a. Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam
b. Bitumen padat, aspal
c. Antrasit, batubara, batubara muda
d. Uranium, radium, thorium, dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya
e. Nikel, kobalt dan timah
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2. Golongan bahan galian yang vital (golongan B) adalah :
a. Besi, mangan, molibeden, khrom, wolfram, vanadium, titan
b. Bauksit, tembaga, timbal, seng
c. Emas, platina, perak, air raksa, intan
d. Arsin, antimon, bismuth
e. Yetrium, rutenium, cherium, dan logam-logam langka lainnya
f.Berrilium, zirkon, kristal kuarsa
g. Kriolit, pluorpar, barit
h. Yodium, brom, khlor, belerang
2. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B adalah :
a. Nitrat-nitrat, fosfat-fosfat, garam, batu
b. Asbes, talk, mika, grafit
c. Yarosit, liosit, oker
d. Batu permata, batu setengah permata
e. Pasir kuarsa, kaolin, feldspar, bentonit
f. Batuapung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap
g. Marmer, batu tulis
h. Kalsit, dolomit, batu kapur
i. Granit, andesi, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung
unsur-unsur mineral golongan A maupun golongan B dalam jumlah yang
berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
(Fauza, 2012)
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-
atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu.
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:
1. Kilap
Kilap Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral saat terkena cahaya. Kilap ini secara garis besar dapat
dibedakan menjadi jenis:
a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
1) Gelena
2) Pyrit
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3) Magnetit
4) Kalkopirit
5) Grafit
6) Hematit
b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
1) Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
2) Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
3) Kilap sutera (silky luster), kilat yang menyerupai sutera pada umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada
asbes, alkanolit, dan gips.
4) Kilap damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya
pada spharelit.
5) Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti mutiara yang tampak seperti
lemak atau sabun, misalnya pada serpentin, opal dan nepelin.
6) Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin,
bouxit dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini
dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu
dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun
kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan
yang lainnya tidak begitu tegas.
2. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat,
akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu
mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman
komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat
berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau
demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas.
3. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan.
Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu
yang dipakai sebagai kekerasan yang standar. Mineral yang mempunyai
kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut.
Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh
Friedrich Mohs dari Jerman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala
10 untuk mineral terkeras.
a. Talk (talc)
Berwarna putih, kelabu, atau kecoklatan, tak pernah ditemukan dalam
bentuk kristal, merupakan produk alterasi magnesium silikat pada batuan
ultramafik dan metasomatisme pada marmer dolomitik. Talk dipakai pada
industri kertas, cat, karet, kosmetik, tekstil dan bubuk talk.
.
.
*Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2009/ 04/29/81, 2013
Gambar 1.1.Talc
b. Gipsum (gypsum)
Berwarna putih, tak berwarna, hingga kekuningan, dapat larut dalam
HCL dan air panas, terbentuk dari presipitasi mataair panas, air asin, atau
sublimasi dari fumarol, terkadang berpendar jika terkena sinar ultraviolet,
banyak digunakan untuk membuat plester Paris dan juga campuran dalam
membuat semen.
.
*Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2009/ 04/29/81, 2013
Gambar 1.2.Gypsum
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c. Kalsit (calcite)
Warnanya bervariasi, terdapat dalam gua kapur sebagai stalaktit dan
stalakmit atau pada urat hidrotermal temperatur rendah yang berasosiasi
dengan sulfida, merupakan penyusun utama batu kapur dan marmer,
terbentuk dari evaporasi larutan kalsium bikarbonat atau air laut, dan dari
sisa-sisa organisme yang bersifat gampingan.
.
*Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2009/ 04/29/81, 2013
Gambar 1.3.Calcite
d. Fluorit (Fluorite)
Berbentuk kubik, warnanya sangat bervariasi mulai dari tidak berwarna
hingga hitam, tidak larut dalam air, jika terkena sinar ultraviolet akan
menimbulkan fluorescent, dapat ditemukan pada urat hidrotermal temperatur
sedang hingga tinggi atau hasil dari sublimasi batuan vulkanik.
.
.
*Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2009/ 04/29/81, 2013
Gambar 1.4.Fluorite
e. Apatit (Apatite)
Tak berwarna hingga berwarna kuning, hijau dan coklat, beberapa
jenis apatit bisa kehilangan warnanya jika dipanaskan, dan ada pula yang
berpendar jika terkena sinar ultraviolet. Terdapat di semua jenis batuan,
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
stabil hampir di setiap lingkungan, banyak ditambang untuk pupuk, serta
merupakan penyusun utama pada gigi.
.
*Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2009/ 04/29/81, 2013
Gambar 1.5.Apatite
f. Feldspar (Feldspars)
Merupakan kelompok mineral yang terdiri dari plagioklas, potasium
feldspar, dan feldspatoid dengan masing-masing anggotanya. Plagioklas
merupakan feldspar yang mengandung Kalsium dan Natrium. Potasium
feldspar merupakan feldspar yang mengandung Kalium. Sedangkan
feldspatoid merupakan feldspar yang kekurangan silika. Terbentuk langsung
dari kristalisasi magma, merupakan salah satu komponen mineral yang
paling penting dalam menentukan nama batuan beku, serta dalam
menentukan derajat pelapukan dan tingkat alterasi batuan.
*Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2009/ 04/29/81, 2013
Gambar 1.6.Feldspars
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
g. Kuarsa (Quartz)
Salah satu mineral paling umum di Bumi. Dalam kondisi murni, kuarsa
tidak berwarna, tetapi dapat beraneka warna tergantung pengotornya.
Kuarsa berwarna ungu disebut ametist (kecubung), warna kuning disebut
citrine, warna merah muda disebut rose, warna putih disebut milky quartz
sedangkan warna hitam disebut smoky quartz. Terbentuk langsung dari
kristalisasi magma atau dari sisa organisme tertentu. Stabil di berbagai
lingkungan dan paling tahan terhadap pelapukan.
*Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2009/ 04/29/81, 2013
Gambar 1.7.Quartz
h. Topaz (Topaz)
Terbentuk pada suhu yang tinggi dan memiliki beragam warna,
tergantung pada jumlah fluorin yang ada ketika mineral ini terbentuk. Dapat
ditemukan pada pegmatit, granit, riolit dan beberapa urat hidrotermal
temperatur tinggi. Banyak digunakan sebagai permata.
.
.
*Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2009/ 04/29/81, 2013
Gambar 1.8.Topaz
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
i. Korundum (Corundum)
Umumnya berwarna abu-abu atau coklat, yang berwarna merah
dinamakan rubi sedangkan yang berwarna biru disebut safir. Dapat dibuat
menjadi alat ampelas yang bagus atau batu permata yang sangat mahal,
terbentuk pada batuan metamorf derajat tinggi, kaya aluminium, dan sedikit
silika.
.
.
*Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2009/ 04/29/81, 2013
Gambar 1.9.Corundum
j. Intan (Diamond)
Hanya terdiri dari karbon (carbon) seperti grafit tetapi memiliki ikatan
yang sangat kuat, warnanya bisa bermacam-macam, mulai dari tak berwarna
hingga berwarna hitam. Dapat ditemukan pada batuan ultramafik khususnya
kimberlit, atau pada material endapan sungai.
.
.
*Sumber : http://iqbalputra.wordpress.com/2009/ 04/29/81, 2013
Gambar 1.10.Diamond
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
4. Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu
keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari
bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula
berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna
mineralnya berubah-ubah.
5. Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada
satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral
yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak
hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua
mineral mempunyai sifat ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah
terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di
dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila
terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan
cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung
membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam
mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur.
6. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam
arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan
dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila
memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat
memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan
sinar ke segala arah dengan tidak teratur.
7. Bentuk
Bentuk Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur
yang dikendalikan oleh sistem kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang
membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai
bangun yang khas disebut amorf.
8. Berat Jenis
Berat Jenis adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume
mineral. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan
menimbang mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya
beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat
miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir
mineral tersebut.
9. Sifat Dalam
Sifat Dalam adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk
mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris.
10. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti
magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut
diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk melihat apakah
mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita gantungkan pada seutas
tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan
pada magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut
magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat
dengan benang tersebut dengan garis vertikal.
11. Kelistrikan
Kelistrikan adalah sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua,
yaitu pengantar arus atau konduktor dan tidak menghantarkan arus disebut non
konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor yaitu mineral yang bersifat
sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.
12. Daya Lebur Mineral
Daya lebur mineral yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan,
penyelidikannya dilakukan dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya
leburnya dinyatakan dalam derajat keleburan.
(Setyobudi, 2012)
Dunia Pertambangan tidak terlepas dari bahan galian. Untuk itulah bahan
galian sebelum dimanfaatkan dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Untuk
mendapatkan mineral berharga perlu dilakukan proses pemisahan yang disebut
dengan “Mineral Prosessing” atau “Ore Dressing” atau pengolahan bahan galian.
Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral – mineral
berharga dan mineral – mineral tidak berharga yang tidak diinginkan sehingga
didapat suatu konsentrat dengan tidak merubah sifat kimianya dan hanya merubah
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
sebagian sifat fisiknya saja. Penggolongan bahan galian industry (BGI) berdasarkan
atas asosiasi dengan batuan tempat terdapatnya :
1. Kelompok I : bahan galian industri (BGI) yang berkaitan dengan Batuan
Sedimen, kelompok ini dapat dibagi menjadi :
a. Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batugamping : batugamping,
dolomit, kalsit, marmer, oniks, posfat, rijang, dan gipsum.
b. Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya :
bentonit, ballclay dan bondclay, fireclay, zeolit, diatomea, yodium, mangan,
feldspar.
2. Kelompok II : BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api : obsidian, perlit,
pumice, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon, andesit dan
basalt, paris gunungapi, dan breksi pumice.
3. Kelompok III : BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam & ultra
basa yaitu granit dan granodiorit, gabro dan peridotit, alkali felspar, bauksit, mika,
dan asbes.
4. Kelompok IV : BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu & endapan
letakan : lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zirkon, korundum, kelompok
kalsedon, kuarsa kristal, dan sirtu.
5. Kelompok V : BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal : barit,
gipsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas.
6. Kelompok VI : BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit, marmer,
batusabak, kuarsit, grafit, mika dan wolastonit.
Penggolongan bahan galian industri berdasarkan pemanfaatannya.
Sebagaimana telah dituliskan pada bagian sebelumnya, bahan galian industri
adalah bahan galian tambang bukan bijih yang digunakan sebagai bahan baku
industri; penggunaan dalam industri banyak ditentukan oleh sifat fisika seperti
warna, ukuran partikel, kekerasan, plastisitas, daya serap, dan lain-lain. Adapun
bahan bangunan / bahan galian kontruksi tidak lain adalah bahan galian industri
yang belum disebtuh rekayasa teknik. Oleh sebab itu, dengan semakin majunya
rekayasa teknik tidak tertutup kemungkinan jenis bahan galian industri akan
bertambah jenisnya. Berbagai klasifikasi bahan galian industri telah dipublikasikan
oleh para ahli, namun sampai saat ini masih terus didiskusikan.Para ahli tersebut
umumnya, mengelompokkan Bahan Galian Industri berdasarkan pemanfaatannya,
misalnya Noetsaller (1988) "Profile of Industrial Minerals by End-uses Classes", dan
lain-lain.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Pengolahan Bahan galian atau Mineral Dressing adalah istilah umum yang
biasa dipergunakan untuk proses pengolahan semua jenis bahan galian atau
mineral yang berasal dari endapan-endapan alam pada kulit bumi, untuk dipisahkan
menjadi produk-produk berupa satu macam atau lebih mineral berharga dan sisanya
dianggap sebagai mineral kurang berharga, yang terdapat bersama-sama dalam
alam. Karena umumnya material bahan beharga pada saat proses penambangan
masih belum bisa digunakan secara langsung karena masih bercampur dengan
gangue atau zat pengotor (tailing) yang umumnya berasal dari material koalisinya.
Setelah proses pengolahan awal, bahan galian utama biasanya didapatkan dalam
bentuk konsentrat bahan galian.
Pemanfaatan bahan galian adalah langkah positif yang tak terhindarkan
untuk mencukupi kebutuhan yang telah di tentukan oleh harga pasar mineral yang
selalu mendorong upaya eksploitasi bahan galian semaksimal mungkin. Bahan
galian A yaitu memiliki sifat sangat strategis dan memiliki nilai bagi negara, antara
lain :
1. Aspal
Tambang aspal terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal juga
dihasilkan oleh Permigan Wonokromo, Jawa timur, sebagai hasil pengolahan
minyak bumi.
2. Kobalt
Deskripsi fisik yang ditunjukkan kobalt adalah bersifat brittle, keras, dan
merupakan transisi logam dengan magnet. Kobalt juga terdapat dalam meteorit.
Endapan mineralnya dijumpai di Zaire, Morocco dan Canada.
*sumber: http://images-of-elements.com/cobalt.jpg, 2013
Gambar 1.11.Cobalt
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Cobalt-60 (60Co) dapat membentuk isotop buatan dengan tembakan
sinar gamma (energi radiasi tinggi). Garam kobalt berwarna biru gelap dan
seperti gelas atau bening. Banyak digunakan dalam industri. Digunakan juga
untuk bahan dasar perasa makanan yang mengandung vitamin B12 dalam kadar
yang tinggi.
3. Batubara
Batubara terbentuk dari tumbuhan yang tertimbun hingga berada dalam
lapisan batu-batuan sedimen yang lain. Proses pembentukan batubara disebut
juga inkolent yang terbagi menjadi dua, yaitu proses biokimia dan proses
metamorfosis.
Proses pemisahan didasarkan pada sifat fisik mineral maupun sifat kimia
fisika permukaan mineral dan diupayakan agar menguntungkan. Hal ini dapat
dilakukan dengan jalan memperkecil ukuran bahan atau mineral-mineral tersebut,
sehingga terjadi liberasi sempurna dari partikel-partikel yang tidak sejenis satu sama
lain atau memisahkan partikel-partikel yang tidak sama komposisi kimianya atau
berbeda sifat fisiknya. Extractive Metallurgy juga merupakan pengolahan bahan
galian aborganik, tetapi dalam prosesnya mineral-mineral tersebut mengalami
perubahan seluruhnya atau sebagian dari sifat kimia dan fisik mineral-mineral
tersebut. Fuel Technology, yaitu proses pengolahan bahan galian organik dimana
dalam prosesnya mengalami perubahan seluruhnya atau sebagian dari sifat kimia
dan fisik mineral-mineral tersebut.
Macam-macam Pengolahan Bahan Galian, antara lain :
1. Konsentrasi Gaya Berat (Heavy Medium Concentration)
Metoda pemisahan secara gaya berat umumnya dipergunakan untuk
memisahkan mineral bijih dari mineral pengganggunya atau proses pencucian
batubara. Teknik pemisahan ini efesien untuk proses konsentrasi mineral
dengan selang ukuran 10 – 50 mm dan sangat baik untuk pabrik yang
direncanakan berkapasitas besar. Metoda pemisahan mempergunakan prinsip
perbedaan berat jenis, kecepatan gerak relatif dan gaya tahanan terhadap gerak
partikel yang diberikan oleh faktor kekentalan fluida. Pemisahan efektif dapat
terjadi bila ada perbedaan berat jenis yang jelas antara mineral utama dan
mineral ikutannya.
Gerak partikel di dalam fluida dipengaruhi faktor berat jenis dan ukuran
partikel, ukuran partikel lebih besar akan mendapat pengaruh tahanan gaya
yang lebih besar daripada partikel yang lebih kecil. Umpan proses harus
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
mempunyai ukuran partikel yang terkontrol agar gerak relatif partikel hanya
dipengaruhi oleh perbedaan berat jenis partikel dan tidak dipengaruhi oleh
perbedaan ukuran.
2. Metalurgi Ekstraktif (Extractive Metallurgy)
Langkah-langkah yang digunakan untuk mengambil logam dan mineral
yang mengandung berbagai unsur logam menjadi logam dengan kemurnian
yang diperlukan untuk pemakaian tertentu disebut metalurgi ekstraktif. Langkah
menghasilkan logam atau metalurgi ekstraktif tersebut terdiri dari jalur
pirometalurgi, hidrometalurgi dan elektrometalurgi. Setiap proses dapat
digunakan untuk menghasilkan logam-logam dengan rentang kemurnian yang
luas. Suatu pemahaman tentang bagaimana proses dapat dimanipulasikan
untuk menghasilkan logam dengan komposisi yang diinginkan dapat diperoleh
dari prinsip-prinsip teori yang mengendalikan kecepatan dan efektifitas
meluasnya reaksi kimia yang terjadi.
Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam
sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan
siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu
menjalani pengolahan bahan galian agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan
sampai memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan (Biantong, 2012).
Dengan melakukan pengolahan bahan galian ini didapat beberapa
keuntungan, antara lain:
1. Dilihat dari segi ekonomi, yaitu :
a. Memudahkan dalam pengolahan lebih lanjut, umumnya setelah di tambang,
bahan galian tidak dapat langsung digunakan. Namun kembali digunakan
sebagai bahan baku dari industri lain dengan diadakannya pengolahan awal.
Maka, hal ini akan memudahkan konsumen untuk langsung menggunakan
bahan galian tersebut tanpa harus mengeluarkan biaya untuk pengolahan
awal, sehingga konsumen akan dapat membeli bahan galian dengan harga
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelum pengolahan awal.
b. Memaksimalkan jumlah daya angkut, dengan dipisahkannya antara tailing dan
konsentrat, maka pada saat proses pemindahan bahan galian, kita tidak perlu
memindahkan zat pengotornya, sehingga jumlah bahan galian yang dapat kita
pindahkan menjadi maksimal dan hal ini akan mempengaruhi pada biaya
transportasi pemindahan bahan galian (hauling) yang semakin rendah.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c. Meningkatnya nilai tambah bahan galian, karena setelah dilakukannya
pengolahan dapat meningkatkan kadar bahan galian tersebut, sehingga nilai
jualnya akan meningkat juga dipasaran.
2. Dilihat dari segi teknis, yaitu :
a. Dengan sudah terpisahnya konsentrat dan tailing, maka pengolahan lanjutan
untuk konsentrat akan menjadi lebih mudah.
b. Kemungkinan mendapatkan mineral ikutan, yaitu pada saat pengolahan.
Proses utama yang dilakukan adalah memisahkan bahan galian utama
dengan bahan lain. Namun dalam beberapa kasus, bahan tersebut juga dapat
berupa bahan galian ekonomis, seperti adanya unsur emas pada
penambangan tembaga yang dilakukan PT. Free Port Indonesia.
c. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan.
d. Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan
menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia.
Pengolahan bahan galian juga memiliki kerugian, antara lain :
1. Hasil kurang maksimal karena alat yang digunakan dapat mengalami korosi
akibat air.
2. Penggunaan alat yang cukup mahal.
3. Bersifat continuous, jadi apabila ada satu alat yang rusak maka peralatan yang
lain tidak dapat digunakan.
4. Menghasilkan air asam tambang sehingga memerlukan biaya untuk menetralkan
air untuk menjadi normal kembali.
Dalam suatu proses pengolahan akan didapatkan :
1. Consentrat
Kumpulan mineral–mineral berharga dari pengolahan yang memiliki kadar
yang lebih tinggi.
2. Middling
Kumpulan mineral–mineral berharga hasil dari pengolahan yang memiliki
kadar tidak terlalu tinggi.
3. Tailing
Kumpulan mineral – mineral hasil pengolahan yang memiliki kadar yang
rendah.
Dalam kegiatan pengolahan bahan galian terdapat beberapa tahap yang
dilakukan, yaitu 2 tahap yang sangat penting untuk diketahui :
1. Preparasi, antara lain :
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir sehingga menjadi lebih kecil
dari ukuran semula. Hal ini dapat dilakukan dengan crushing (peremukan)
untuk proses kering, sedangkan grinding (penggerusan) digunakan untuk
proses basah dan kering. Selain untuk mereduksi ukuran butir, kominusi juga
untuk meliberasi bijih, yaitu proses melepaskan mineral bijih dari ikatannya
yang merupakan gangue mineral. Alat yang digunakan dalam proses ini
adalah crusher dan grinding mill. Kominusi ini memiliki tujuan :
1) Membebaskan (meliberasi) mineral berharga dari mineral pengotornya.
2) Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan
pada proses berikutnya.
3) Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan
zat lain, misalnya reagen flotasi.
Kominusi ini tidak terlepas dari penggunaan alat crushing dan grinding
agar dapat mengurangi ukuran butir atau bijih dari suatu bahan galian. Baik
dalam crushing ataupun grinding ini bisa terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1) Tahap pertama/primer (primary stage)
2) Tahap kedua/sekunder (secondary stage)
3) Tahap ketiga/tersier (tertiary stage)
4) Tahap keempat (quartenary stage)
Sehingga dapat dikatakan bahwa proses kominusi ini memiliki 2 macam,
yaitu peremukan (crushing) dan penggerusan (grinding), yaitu :
1) Crushing (Peremukan)
Seperti yang dijelaskan di atas sebelumnya, peremukan ini
merupakan proses bagian dari kominusi yang bertujuan untuk
mengurangi/mereduksi ukuran butir dari bijih bahan galian yang telah
ditambang. Crushing ini sendiri memiliki arti proses reduksi ukuran dari
bahan galian atau bijih yang langsung dari tambang (ROM = run of mine)
dan memiliki ukuran besar (diameter sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25
cm bahkan bisa mencapai ukuran 2,5 cm.
Crushing bagian dari kominusi ini memiliki 3 tahap, yaitu primary
crushing, secondary crushing, dan fine crushing (grinding).
a) Primary Crushing
Merupakan tahap penghancuran yang pertama, dimana umpan
berupa bongkahan besar yang berukuran +/- 84x60 inchi dan produknya
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
berukuran 4 inchi. Beberapa alat yang digunakan dalam proses primary
crushing ini adalah :
(1) Jaw Crusher
Alat ini merupakan sebuah rahang atau crusher beralih terdiri
dari satu set rahang vertikal, satu rahang yang tetap dan makhluk
lainnya bergerak maju-mundur relatif terhadap itu oleh cam atau
Pitman mekanisme. Rahang yang jauh terpisah di bagian atas
daripada di bagian bawah, membentuk saluran meruncing sehingga
material tersebut hancur semakin kecil dan lebih kecil karena
perjalanan ke bawah sampai cukup kecil untuk melarikan diri dari
pembukaan bawah. Inersia yang dibutuhkan untuk menghancurkan
bahan yang disediakan oleh roda gila tertimbang yang bergerak
poros menciptakan gerakan eksentrik yang menyebabkan
penutupan kesenjangan.
*sumber: http://www.aggman.com/files/2011/05/RO52-Terex-JS4552-jaw-crusher2.jpg , 2013
Gambar 1.12. Jaw Crusher
Alat ini mempunyai 2 jaw, yang satu dapat digerakkan (swing
jaw) dan yang lainnya tidak dapat bergerak (fixed jaw). Beberapa
bagian dari Jaw Crusher ini adalah :
(a) Setting Block, bagian dari jaw crusher untuk mengatur agar
ukuran lubang sesuai dengan yang dikehendaki.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(b) Toggle, bagian dari jaw crusher yang befungsi untuk mengubah
gerakan naik turun menjadi gerakan maju mundur.
(c) Pitman, berfungsi untuk mengubah gerakan berputar maju
mundur menjadi naik turun.
(d) Swing Jaw, bagian dari jaw crusher yang dapat bergerak akibat
dari gerakan atau dorongan toggle.
(e) Fixed Jaw, bagian dari jaw crusher yang tidak bergerak/diam.
(f) Mouth, bagian dari mulut jaw crusher yang berfungsi sebagai
lubang penerima umpan.
(g) Throat, bagian paling bawah yang berfungsi sebagai lubang
pengeluaran.
(h) Gate, adalah jarak mendatar pada mouth.
(i) Set, adalah jarak mendatar pada throat.
(j) Closed Setting, jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada
saat swing jaw ekstrim ke depan.
(k) Open Setting, jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada
saat swing jaw ekstrim ke belakang.
(l) Throw, selisih pelemparan antara fixed jaw dan swing jaw.
(m) Faktor-faktor yang mempengaruhi efisisensi jaw crusher, yaitu :
(1). Lebar lubang bukaan.
(2). Variasi dari throw.
(3). Kecepatan.
(4). Ukuran umpan.
(5). Reduction ratio (RR), Reduction ratio yang baik pada
primary crushing adalah 4-7, sedangkan untuk secondary
crushing adalah 14-20 dan fine crushing adalah 50-100.
(6). Kapasitas yang dipengaruhi oleh jumlah umpan per jam
dan berat jenis umpan.
(2) Gyratory Crusher
Crusher jenis ini mempunyai kapasitas yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jaw crusher. Gerakan dari gyratory crusher ini
adalah berputar dan bergoyang sehingga proses penghancuran
berjalan secara terus menerus tanpa selang waktu. Macam-macam
gyratory crusher adalah :
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(a) Suspended Spindel Gyratory Crusher
(b) Parallel Pinch Crusher
Perbedaan utama jenis ini dari suspended spindel, terletak
pada gerakan crushing head-nya. Gerakan crushing head pada
parallel pinch menghasilkan bentuk cone yang tajam dengan
puncak dalam keadaan menggantung sehingga menghasilkan
gerakan berputar yang dapat menghancurkan umpan sepanjang
daerah permukaan crushing head. Kapasitas gyratory crusher
tergantung kepada :
(a) Sifat alamiah material yang dihancurkan, seperti kekerasan,
keliatan, dan kerapuhan.
(b) Permukaan konkaf dan crushing head terhadap umpan akan
mempengaruhi gesekan material dengan bagian pemecah.
(c) Kandungan air, setting dan gape.
*Sumber : http://www.2f0j00CsuTq/China-Gyratory-Crusher.html, 2013
Gambar 1.13. Gyratory Crusher
b) Secondary Crushing
Merupakan tahap penghancuran kelanjutan dari primary crushing,
dimana umpan berukuran lebih kecil dari 6 inch dan produknya
berukuran 0,5 inch. Beberapa alat untuk secondary crushing antara lain:
(1) Jaw Crusher (Kecil)
Jaw crusher merupakan crusher primer yang digunakan untuk
memecahkan batuan dengan ukuran setting antara 30 mm dan 100
mm. Jaw crusher terdiri dari dua tipe yaitu blake dan dodge.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber:http://www.diytrade.com/china/pd/4704719/Jaw_crusher_rock_crusher_crushing_machine.html, 2013
Gambar 1.14.Jaw Crusher (kecil)
(2) Gyratory Crusher (kecil)
Sebuah crusher gyratory mirip dalam konsep dasar ke jaw
crusher, terdiri dari permukaan cekung dan kepala berbentuk kerucut,
kedua permukaan biasanya dilapisi dengan permukaan baja mangan.
Kerucut bagian dalam memiliki gerakan melingkar sedikit, tapi tidak
berputar, gerakan yang dihasilkan oleh eksentrik pengaturan. Seperti
dengan crusher rahang, materi perjalanan ke bawah antara dua
permukaan yang semakin hancur sampai cukup kecil untuk jatuh
melalui celah antara dua permukaan.
*Sumber:http://www.2f0j00CsuTqVtVYoR/ChinaGyratoryCrusher.html, 2013
Gambar 1.15.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gyratory Crusher (kecil)(3) Cone Crusher
Sebuah crusher cone operasinya mirip dengan crusher
gyratory, dengan kecuraman kurang dalam ruang menghancurkan
dan lebih dari zona paralel antara zona menghancurkan. Sebuah
crusher cone istirahat batuan dengan meremas batu antara spindle
eksentrik berkisar, yang ditutupi oleh mantel tahan aus, dan hopper
cekung melampirkan, ditutupi oleh cekung mangan atau kapal
mangkuk. Seperti batu memasuki puncak kerucut crusher, menjadi
terjepit dan terjepit di antara mantel dan kapal mangkuk atau
cekung. Potongan besar bijih yang rusak sekali, dan kemudian jatuh
ke posisi yang lebih rendah (karena mereka sekarang lebih kecil) di
mana mereka rusak lagi. Proses ini berlanjut sampai potongan
cukup kecil untuk jatuh melalui celah sempit di bagian bawah
crusher.
*Sumber:http://www.crusher-industry.net/cone-crusher.html,
2013
Gambar 1.16.Cone Crusher
Alat ini merupakan secondary crusher yang penggunaanya lebih
ekonomis. Cone crusher hampir sama dengan gyratory crusher,
perbedaannya terletak pada :
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(1) Crushing surface terluar bekerja sedemikian rupa, sehingga luas
lubang pengeluaran dapat bertambah.
(2) Crushing surface terluar bagian atasnya dapat diangkat sehingga
bahan yang tidak dapat dihancurkan dapat dikeluarkan.
Macam-macam cone crusher antara lain :
(1) Simon Cone Crusher, Alat ini dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
(a) Standart crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan yang
berukuran kasar.
(b) Short head crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan yang
berukuran halus.
(2) Telsmith Gyrasphere Crusher
*Sumber:http://www.crusher-industry.net/cone-crusher.html, 2013
Gambar 1.17. Telsmith Gyrasphere Crusher
Crushing head pada alat ini berbentuk bulat (sphere) yang
terbuat dari baja dengan cutter shell bergerak naik turun. Dalam
cone crusher, crushing head adalah rata dan perbandingan antara
tinggi dengan diameternya 3 : 1. Umpan dari cone crusher harus
dalam keadaan kering, karena jika basah akan mengakibatkan
choking.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c) Hammer Mill
Hammer Mill dengan ukuran umpan yang diperbolehkan
adalah kurang dari 1 inch. Alat ini merupakan alat yang berbeda
cara penghancurannya dibandingkan dengan alat secondary
crushing lainnya.
Pada hammer mill, proses penghancurannya menggunakan
shearing stress, sedangkan pada secondary crushing lainnya
menggunakan compressive stress.
*Sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/File:Hammer_mill_open_front_full.jpg.html, 2013
Gambar 1.18.Hammer Mill
(1) Roll Crusher
Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing
dihubungkan pada as (poros) sendiri-sendiri. Silinder ini hanya satu
saja yang berputar dan lainnya diam, tapi karena adanya bahan
yang masuk dan pengaruh silinder lainnya, maka silinder ini ikut
berputar juga. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan
arah sehingga material yang ada di atas akan terjepit dan hancur.
Bentuk dari roll crusher ada 2 macam, yaitu:
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(a) Rigid Roll, Alat ini porosnya tidak dilengkapi dengan pegas,
sehingga kemungkinan patah pada poros sangat besar. Roll
yang berputar hanya 1 saja, tapi ada juga yang keduanya
berputar.
(b) Spring Roll, Alat ini dilengkapi dengan pegas, sehingga
kemungkinan porosnya patah sangat kecil. Dengan adanya
pegas maka roll dapat mundur dengan sendirinya bila ada
bahan yang sangat keras, sehingga tidak dapat dihancurkan
dan bahan tersebut akan jatuh.
*Sumber:http://alattekniksipil.indonetwork.co.id/932913/single-roll-crusher-10-me-150.html, 2013
Gambar 1.19.Roll Crusher
Hancurnya material pada roll crushing dibedakan menjadi:
(a) Choke Crushing, Penghancuran material tidak hanya dilakukan
oleh permukaan roll, tetapi juga oleh sesama material itu
sendiri.
(b) Free Crushing, yaitu material yang masuk langsung
dihancurkan oleh roll.
2) Grinding (Penggerusan)
Penggerusan merupakan proses lanjutan pengecilan ukuran yang
sudah berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus lagi.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Sebenarnya proses penggerusan (grinding) ini merupakan tahap
dari crushing yaitu fine crushing. Akan tetapi hal ini dibedakan dikarenakan
proses penghancuran material telah mencapai ukuran yang maksimal yang
dibutuhkan dalam proses pengolahan bahan galian itu sendiri.
*Sumber:http://blog.dugnorth.com/2009/08/8-slow-speed-grinder -on-sale-to-end-of.html, 2013
ambar 1.20.Grinding
Grinding diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan:
a) Bentuk cell
(1) Cylinder (produk yang ada masih kasar). Contoh untuk mill
berbentuk silinder adalah tube mill. Pada tube mill ini produknya
masih agak kasar dan pada proses penghancurannya perlu
ditambahkan air sehingga bercampurnya material menjadi pulp.
(2) Conical (produk halus). Contoh untuk mill bentuk conical adalah
hardinge conical mill. Produknya halus, lebih halus daripada produk
yang dihasilkan sylinder mill. Untuk hasil akhir grinding memerlukan
bola baja dengan diameter 2-3 inch. Jumlah bola-bola baja pada
ball mill berkisar antara 50-60 % dari volume mill dan kadang-
kadang mencapai 80%.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(3) Cylindro Conical. Mill jenis ini produknya ada yang halus dan ada
yang halus dan ada yang kasar. Bentuk cell merupakan gabungan
antara cylinder dan conical.
b) Grinding Media
(1) Ball Mill (bola-bola baja). Contoh untuk mill ini adalah ball mill, yang
telah diterangkan pada conical mill.
(2) Peable Mill (batu api/flint).
(3) Rod Mill (batang-batang baja)
Grinding media pada rod mill adalah batang-batang baja, umpan
yang dimasukkan ukurannya lebih kecil dari ¾ inch dan produknya
berukuran -14 sampai -18 mesh. Umpan berukuran kecil, karena bila
bahannya terlalu besar maka akan menimbulkan cataracting akibatnya
batangan baja akan patah.
Dengan adanya rod maka tidak akan mengalami over grinding, hal
ini karena rod tersebut saling sejajar sehingga umpan yang telah halus
tidak akan mengalami penghancuran lagi. Hal ini dapat dilihat pada
distribusi partikel pada rod mill.
3) Screening (Pengayakan)
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara
mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
*Sumber:http://www.crusher-industry.net/cone-crusher.html, 2012
Gambar 1.21. Screening
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Pengayakan (screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan
penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium. Produk dari proses
pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :
a) Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
b) Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang ayakan (undersize).
Dalam proses industri, biasanya digunakan bahan yang berukuran
tertentu dan seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka
perlu dilakukan pengayakan. Pada proses pengayakan zat padat itu
dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak.
Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau
halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran
atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak lulus. Pengayakan lebih
lazim dalam keadaan kering. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengayakan, yaitu:
a) Jenis ayakan
b) Cara pengayakan
c) Kecepatan pengayakan
d) Ukuran ayakan
e) Waktu pengayakan
f) Sifat bahan yang akan diayak
Tujuan dari proses pengayakan ini adalah:
a) Mempersiapkan produk umpan (feed) yang ukurannya sesuai
untuk beberapa proses berikutnya.
b) Mencegah masuknya mineral yang tidak sempurna dalam peremukan
(Primary crushing) atau oversize ke dalam proses pengolahan
berikutnya, sehingga dapat dilakukan kembali proses peremukan tahap
berikutnya (secondary crushing).
c) Untuk meningkatkan spesifikasi suatu material sebagai produk akhir.
d) Mencegah masuknya undersize ke permukaan.
Pengayakan biasanya dilakukan dalam keadaan kering untuk bahan
kasar, dapat optimal sampai dengan ukuran 10 inch. Sedangkan
pengayakan dalam keadaan basah biasanya untuk material yang halus
mulai dari ukuran 20 inch sampai dengan ukuran 35 inch.
a) Permukaan ayakan yang digunakan pada screen bervariasi, yaitu:
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
(1) Plat yang berlubang (punched plate), bahan dapat berupa baja
ataupun karet keras.
(2) Anyaman kawat (woven wire), bahan dapat berupa baja, nikel,
perunggu, tembaga, atau logam lainnya.
(3) Susunan batangan logam, biasanya berupa baja (pararel rods).
Sistem bukaan dari permukaan ayakan juga bervariasi, seperti bentuk
lingkaran, persegi ataupun persegi panjang. Penggunaan bentuk bukaan ini
tergantung dari ukuran, karakteristik material, dan kecepatan gerakan
screen.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan bahan untuk menerobos
ukuran ayakan adalah :
(1) Ukuran ayakan. Semakin besar diameter lubang bukaan akan
semakin banyak material yang lolos.
(2) Ukuran relatif partikel. Material yang mempunyai diameter yang
sama dengan panjangnya akan memiliki kecepatan dan
kesempatan masuk yang berbeda bila posisinya berbeda, yaitu
yang satu melintang dan lainnya membujur.
(3) Pantulan dari material. Pada waktu material jatuh ke screen maka
material akan membentur kisi-kisi screen sehingga akan terpental
ke atas dan jatuh pada posisi yang tidak teratur.
(4) Kandungan air. Kandungan air yang banyak akan sangat
membantu tapi bila hanya sedikit akan menyumbat screen.
a. Sizing merupakan pengelompokan mineral yang dilakukan dengan cara:
1) Screening adalah pemisahan butir mineral berdasarkan lubang ayakan
sehingga hasilnya seragam. Alat yang digunakan disebut screen.
2) Classsfying adalah pemisahan butir mineral yang mendasarkan pada
kecepatan jatuhnya material dalam suatu media (air atau udara)
sehingga hasilnya tidak seragam. Alat yang dipergunakan adalah
classifier. Kecepatan jatuh mineral dipengaruhi oleh spesific gravity,
volume dan bentuk mineral.
2. Konsentrasi merupakan proses pemisahan antara mineral berharga dengan
mineral tidak berharga sehingga didapat kadar yang lebih tinggi dan
menguntungkan. Ada beberapa cara pemisahan yang mendasarkan sifat fisik
mineral, diantaranya adalah :
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Warna, kilap, bentuk kristal konsentrasi yang dilakukan dengan tangan biasa
(hand picking).
b. Spesific gravity (gravity concentration) adalah konsentrasi berdasarkan berat
jenis material. Oleh karena itu untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses
konsentrasi gravimetri, harus di cek harga kriteria konsentrasinya (KK). Bila
KK > 2,5 atau harganya negatif, maka antar mineral berat dengan mineral
ringan dalam bahan galian mudah untuk dipisahkan secara konsentrasi
gravimetri. Bila KK = 1,75, maka pemisahan dapat berjalan baik dimana
ukuran butirnya 60 - 100 Bila KK = 1,50, agak sulit dipisahkan, namum dapat
dilakukan pemisahan bila ukurannya 10. Bila KK <= 1,0, maka mineral sulit
dilakukan pemisahan dengan konsentrasi gravimetri. Gravimetry concentration
ada tiga macam, yaitu :
1) Flowing Film Concentration merupakan proses konsentrasi berdasarkan
berat jenisnya melalui aliran fluida yang tipis. Alat yang dipergunakan
adalah :
a) Shaking Table (meja goyang)
b) Humphrey Spiral
c) Sluice Box (palong)
d) Log Washer
Gaya-gaya yang berpengaruh dalam flowing film concentration
antara lain :
a) Gaya gesek antara partikel dengan dasar alat
b) Gaya dorong air terhadap partikel
c) Gaya gravitasi
d) Gaya sentripetal
e) Vertical Flowing Concentration (aliran air vertikal)
c. Magnetic Susceptibility (sifat kemagnetan)
Setiap mineral mempunyai sifat kemagnetan yang berbeda, yaitu ada
yang kuat, lemah bahkan ada yang tidak sama sekali tertarik oleh magnet.
Berdasarkan sifat kemagnetan yang berbeda-beda itulah mineral dapat
dipisahkan dengan alat yang disebut magnetic separator.
Alat ini bekerja berdasarkan pada kuat lemahnya mineral tersebut
tertarik oleh magnet sehingga dapat terpisah antara mineral magnetik dan non
magnetik. Pemisahan dapat dilakukan dalam keadaan kering atau basah.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
d. Electric Conductivity (Daya Hantar Listrik)
Mineral memiliki sifat konduktor dan non konduktor. Untuk memisahkan
mineral jenis ini digunakan alat yang disebut high tension separator atau
electrostatic separator dan hasilnya berupa mineral konduktor dan non
konduktor. Proses ini selalu dalam keadaan kering.
e. Sifat Permukaan Mineral
Permukaan mineral ada yang bersifat senang dan tidak senang
terhadap gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara akan
menempel pada gelembung udara sedangkan mineral yang tidak senang
terhadap air tidak akan menempel pada gelembung udara.
Untuk mengubah agar mineral yang tidak senang terhadap air menjadi
senang terhadap udara diperlukan suatu reagent kimia. Biasanya ada tiga
reagent kimia yang ditambahkan, yaitu collector, modifier dan frother. Reagent
ini hanya menyelimuti permukaan mineral itu saja (tidak bereaksi dengan
mineral). Dengan memberikan gelembung udara maka mineral akan terpisah,
sehingga antara mineral yang dikehendaki dengan yang tidak dikehendaki
dapat dipisahkan. Proses pemisahan semacam ini disebut flotasi.
3. Dewatering
Merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini
tidak dapat dilakukan sekaligus tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan cara :
a. Thickening
Yaitu proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang mendasarkan
atas kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut dalam suatu pulp.
Alat yang digunakan adalah thickener, yang mana alat ini mencapai % solid
sebesar 50% (solid factor = 1).
b. Filtrasi
Adalah proses pemisahan antara padatan dengan cairan dengan cara
menyaring (dengan filter) sehingga didapatkan solid faktor sama dengan
empat (persen solid = 80%).
c. Drying
Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan cara pemanasan
sehingga padatan benar-benar bebas dari cairan (% solid = 100%).
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk penentuan peralatan
pengolahan, antara lain :
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
1. Warna dan Kilap
2. Ikatan Mineral
3. Berat Jenis dan Specific Grafity
4. Sifat Kemagnetan
5. Sifat Keradioaktifan
6. Reaksi Terhadap Udara
7. Sifat Elektricity
8. Kekerasan
Perbedaan utama antara PBG dengan ekstrakif metalurgi adalah khususnya
pada PBG adalah :
1. Bijih/mineral menjadi tetap mineral
2. Kadar logam rendah menjadi kadar logam tinggi
3. Sifat-sifat fisik dan kimia tidak berubah
Sedangkan pada ekstraktif metalurgi :
1. Bijih/mineral menjadi logam (metal)
2. Sifat–sifat fisik dan kimia akan berubah
Salah satu contoh bahan galian adalah nikel. Nikel ditemukan oleh Cronstedt
pada tahun 1751 dalam mineral yang disebutnya kupfernickel (nikolit).
Nikel merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena
pada masa sekarang dan masa yang akan datang kebutuhan Nikel semakin
meningkat disamping dari kebutuhan lainnya yang persediaannya semakin terbatas,
sehingga mendorong minat pengusaha untuk membuka pertambangan Nikel.
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni
dan nomor atom 28. Bentuk struktur kristalnya FCC. dan juga bersifat magnetis.
Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek,
tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja
tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan
karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan
peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen
industri.
Nikel adalah bahan galian golongan A, yang dimana bahan galian yang
tergolong strategis. Minyak bumi dan batubara juga sama dalam bahan galian
golongan A, yang kita tahu dewasa ini bahan galian golongan A sangat dicari oleh
investor–investor yang bergerak dibidang pertambangan dan usaha lainnya.
Bahan galian Nikel banyak fungsinya, salah satunya dalam pembuatan baja yang
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
tahan karat, bisa juga dipakai sebagai alat – alat laboratorium Fisika dan Kimia,
serta banyak lagi fungsi lainnya, sehingga menarik sekali untuk dikelola.
Pemanfaatan Bahan Galian Nikel. Nikel sangat banyak manfaatnya, yaitu :
1. Untuk pembuatan baja tahan karat.
2. Sebagai selaput penutup barang-barang yang dibuat dari besi atau baja.
3. Alat-alat laboratorium Fisika dan Kimia.
4. Digunakan dalam bentuk paduan untuk pembuatan alat-alat yang dipakai dalam
industri mobil dan pesawat terbang.
5. Nikel juga digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan
diberbagai industri logam.
Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara,
Maluku, dan Papua.Selain itu terdapat juga di daerah Pulau Obi, Kabupaten
Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut) Ternate.
Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam
batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua
jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual
silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai endapan
nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit
(Setyobudi, 2012)
*Sumber:http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/04/nikel.html, 2012
Gambar 1.11.Bahan Galian Nikel
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Di Indonesia memiliki cukup banyak memiliki jenis batuan seperti batuan
beku, batuan sedimen, dan juga batuan metamorf. Sebagai akibat proses geologi
yang telah berlangsung jutaan tahun secara keseluruhan menghasilkan macam dan
jumlah bahan galian yang cukup banyak. Untuk mengetahui kualitas suatu bahan
galian dikenal istilah sumberdaya (resource) dan cadangan (reserve). Di bawah ini
akan dijelaskan secara detail tentang sumber daya dan cadangan.
1. Sumber Daya (resource)
Dikenal dua istilah yaitu Sumber Daya yang diketahui (identified
resource) dan Sumber Daya yang belum ditemukan (undiscovered resource).
Disamping itu juga dikenal pula istilah :
a. Sumber Daya Tingkat Spekulatif (Speculative Resource)
Adalah potensi sumber daya bahan galian yang mungkin dapat diproduksi
dari suatu daerah prospek bahan galian dimana data yang dijadikan dasar
perhitungan terutama mengacu pada hasil studi pustaka dan penelitian
lapangan sepintas (recognize).
b. Sumber Daya Tingkat Hipotetis (Hypothetical Resource)
Adalah potensi sumber daya bahan galian yang mungkin dapat diproduksi
dari suatu daerah prospek bahan galian dimana data yang dijadikan dasar
adalah tinjauan lapangan secara regional serta hasil analisa labotatorium.
Dengan demikian maka sumber daya tingkat spekulatif merupakan tingkat
perhitungan yang relatif sangat kasar dibandingkan dengan sumber daya
tingkat hipotetis.
2. Cadangan (reserve)
Mengacu pada klasifikasi hasil Koordinasi Teknis Neraca Sumber Daya
Alam Nasional, cadangan dibedakan menjadi :
a. Cadangan Hipotetik
Adalah cadangan suatu bahan galian yang bersifat deduktif atau dugaan dari
kemungkinan faktor-faktor geologi yang mengontrolnya atau dugaan dari
hasil penyelidikan awal. Tingkat keyakinan cadangan sebesar 10 – 15 % dari
total cadangan yang diduga.
b. Cadangan Tereka
Adalah cadangan suatu bahan galian yang perhitungannya didasarkan atas
tinjauan lapangan dengan tingkat keyakinan cadangan 20 -30 % dari total
cadangan yang ada.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c. Cadangan Terindikasi
Adalah cadangan suatu bahan galian yang perhitungannya didasarkan atas
penelitian lapangan dan hasil analisa laboratorium dengan tingkat keyakinan
cadangan 50 – 60 % dari total cadangan yang terindikasi.
d. Cadangan Terukur
Adalah cadangan suatu bahan galian yang perhitungannya didasarkan atas
penelitian lapangan secara sistematis dan hasil analisa laboratorium dengan
tingkat keyakinan cadangan 80 -85 % dari total cadangan yang ada.
Di samping istilah di atas didalam perhitungan cadangan suatu bahan
galian dikenal pula :
a. Cadangan Di Tempat
Adalah jumlah bahan galian yang sebenarnya terdapat di bawah tanah yang
telah dihitung melalui persyaratan ekonomi pertambangan dalam kondisi
tertentu. Dalam kegiatan penambangan komersial cadangan di tempat
selanjutnya dievaluasi untuk memperhitungkan berapa sebenarnya jumlah
bahan galian yang dapat dimanfaatkan melalui operasi penambangan.
b. Cadangan Dapat Ditambang
Adalah jumlah cadangan bahan galian yang diharapkan akan dapat
ditambang dengan menggunakan teknologi pada saat perhitungan.
Cadangan dapat ditambang dalam metode tambang terbuka pada umumnya
diperhitungkan lebih dari 90 % dari cadangan di tempat, tetapi dalam
lingkungan tambang bawah tanah khususnya yang cukup dalam pada
umumnya diperhitungkan faktor perolehan kurang dari 60 %.
Kondisi struktur endapan, metode penambangan memegang peran penting
dalam menentukan faktor pembatas bagi bahan galian yang mempunyai arti
ekonomi. Angka persentase tersebut sangat mungkin bersifat lokal,
diperoleh dari pengalaman operasi tambang dan hanya berlaku untuk bahan
galian yang bersangkutan.
c. Cadangan Dapat Dijual
Apabila bahan galian dari hasil tambang dapat dijual tanpa mengalami
benefisiasi/peningkatan mutu seperti pencucian, pemilahan dan sebagainya,
maka seluruh perolehan tambang tersebut seluruhnya akan dapat dijual.
Tetapi apabila hasil tambang tersebut terlalu kotor dan perlu dibenefisiasi
untuk memenuhi permintaan pasar, maka jumlah bahan galian yang akan
dapat dijual berkurang karena faktor benefisiasi.
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Faktor ini sebagian ditentukan oleh kualitas bahan galian itu sendiri dan
sebagian oleh spesifikasi bahan galian yang akan dijual sesuai dengan
permintaan pembeli. Bilamana data pencucian dan spesifikasi sudah dapat
ditentukan maka akan dapat diperkirakan besarnya cadangan yang dapat
dijual yang menyatakan nilai ekonomis sebenarnya dari endapan bahan
galian tersebut.
(Sukandarrumidi, 1998)
Faktor – faktor penting dalam teknik pengolahan bahan galian, yaitu :
1. Potensi endapan bahan galian
Potensi, keberadaan/lokasi mineral perlu diketahui. Bila potensi besar
dapat ditambang secara menguntungkan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi,
maka studi awal penelitian dapat dilakukan.
2. Sifat/karakteristik bijih (mineral hasil tambang)
a. Bahan galian di alam perlu diolah karena masih
mengandung pengotor untuk meningkatkan mutu dengan cara memisahkan
mineral pengotor di dalam mineral
b. Contoh uji karakteristik bijih (memerlukan sejumlah tertentu
contoh bahan galian)
c. Mineral Basah drying, diremuk, dan digerus sampai ukuran
100 mesh
d. Sampling baku : Splitting, cone quatering diperoleh contoh
representatif kemudian dikirim ke Laboratorium ( analisis kimia dan sifat
fisiknya)
e. Metode analisis kimia : aas, titrasi, gravimetri
f. Komposisi mineral diuji : x-ray difraction (xrd)
g. Ukuran dan bentuk mineral serta derajat liberasinya :
Mikroskop Optik untuk detail : scanning electron microscope (SEM)
h. Distribusi Ukuran partikel : alat particle size distribution
i. Untuk mengukur berat jenis : Piknometer
j. Untuk kerapatan ruah : density meter
3. Arah pemanfaatan mineral yang optimal
4. Pemilihan teknologi
a. Studi Karakteristik Bahan Baku dan studi literatur
b. Teknologi tepat
Kelompok 4
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
c. Metode pengolahan harus : efektif , efisien dan aman terhadap lingkungan
d. Teknik pengolahan mineral logam meliputi : Konsentrasi, ekstraksi, purifikasi
e. Untuk mineral industri meliputi : aktifasi (pemanasan atau pereaksi kimia,
kalsinasi, flotasi dan modifikasi).
f. Konsentrasi Gravitasi : sluice box, shaking table, jig, spiral claissifier,
humprey spiral, dan hidrosiklon
g. Konsentrasi : Sifat Permukaan : flotasi dan DMS
h. Ekstraksi : pelarutan menggunakan tangki pengaduk : secara asam,
basa/garam
i. Purifikasi : elektrolisa, dapur pelebur
Proses Pengolahan lain seperti Kalsinasi, HMS, roasting, smelting adsorpsi, ion
exchange, magnet separation.
Kelompok 4