Bab i Pendahuluan

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat Sastra pada dasarnya adalah segala apa yang ditulis dalam peradaban atau kebudayaan suatu bangsa. Sastra tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan bangsa. Sastra selalu merekam kehidupan manusia. Sastra merangsang hati dan perasaan kita terhadap kemanusiaan, kehidupan dan alam sekitar. Kehidupan merupakan jantung sastra. Sastra menjadikan hati kita memahami dan menghayati kehidupan. Sastra bukan merumuskan dan mengabstrakan kehidupan tetapi menampilkan dan mengkongkritkanya. Interaksi budaya yang terjadi di suatu negeri tidak terlepas kajian sastra. Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Jakop Sumardjo dalam bukunya yang berjudul "Apresiasi Kesusastraan" mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain.

description

biasa aja

Transcript of Bab i Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangHakikat Sastra pada dasarnya adalah segala apa yang ditulis dalam peradaban atau kebudayaan suatu bangsa. Sastra tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dan bangsa. Sastra selalu merekam kehidupan manusia. Sastra merangsang hati dan perasaan kita terhadap kemanusiaan, kehidupan dan alam sekitar. Kehidupan merupakan jantung sastra. Sastra menjadikan hati kita memahami dan menghayati kehidupan. Sastra bukan merumuskan dan mengabstrakan kehidupan tetapi menampilkan dan mengkongkritkanya. Interaksi budaya yang terjadi di suatu negeri tidak terlepas kajian sastra.Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan. Jakop Sumardjo dalam bukunya yang berjudul "Apresiasi Kesusastraan" mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain.Dalam membaca sebuah novel, bagian paling penting yang harus dilakukan adalah mencari nilai yang disajikan oleh pengarang dalam setiap tokoh walaupun untuk membedakannya secara tajam antara baik dan buruk antara tokoh tersebut terkadang sangatlah sulit, karena novel memanglah merupakan wahana untuk pembelajaran psikologi kemanusiaan. Dalam sebuah novel terdapat unsur-unsur yang mengandung nilai politik, moral, sosial ekonomi dan lainnya, unsur-unsur ini dalam kesusastraan biasa disebut unsur ekstrinsik, yaitu unsur yang dimuat dalam suatu cerita novel berasal dari luar kesusastraan. Dalam hal ini peneliti hanya menelaah unsur ekstrinsik yang berkaitan dengan unsur moralitas atau kajian moral, karena moral merupakan unsur yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lain di alam semesta ini. Apabila manusia sudah tidak mempunyai nilai-nilai moral yang tinggi, maka manusia tidak jauh bedanya dengan makhluk lain.Novel Catatan Hati Seorang Istri karya Asma Nadia merupakan novel inspiratif yang menginspirasi pembacanya. Novel ini menginspirasi tidak hanya kalangan istri tetapi juga semua kalangan. Novel ini tidak semata hanya menampilkan persoalan persoalan kehidupan semata akan tetapi dalam novel karya Asma Nadia memberikan pemecahan masalah yang baik dan mengandung pesan moral yang baik. Atau minimal, ada hikmah positif yang didapatkan pembaca setelah menyelesaikan membaca novel ini. Karena cara penyampaian aspek moral yang terkandung dalam cerita itu sangat menarik menyentuh hati setiap pembacanya. Sehingga pembaca terlarut dalam imajinatif atau alam renungannya masing-masing.Asmarani Rosalba adalah nama asli dariAsma Nadia yang lahir di Jakarta, tanggal 26 Maret1972. Anak dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri Susianti ini mulai berkecimpung di dunia tulis menulis ketika dia mulai mencipta lagu di sekolah dasar.Selanjutnya, ibu dari dua orang anak, yaitu Salsabila dan Adam Putra ini aktif menulis cerpen,puisi, dan resensi di media sekolah. Asma Nadia aktif menulis dan mempublikasi karyanya semenjakia lulus dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta. Sasarannya adalah berbagai majalah keislaman. Ia juga menulis lirik sejumlah lagu. Setelah lulus dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta, Asma Nadia melanjutkan kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Namun, kuliah yang dijalaninya tidak tamat. Dia harus menjalani istirahat karena sakit yang dideritanya. Perempuan yang berpendirian kuat, tetapi lemah lembut ini, mempunyai obsesi untuk terus menulis. Itulah sebabnya, ketika kesehatannya menurun, ia tetap semangat untuk menulis. Di samping itu, dorongan dan semangat yang diberikan keluarga dan orang-orang yang menyayanginya, memotivasi Asma untuk terus dan terus menulis. Perempuan berjilbab ini tetap aktif mengirimkan tulisan-tulisannya ke majalah-majalah Islam. Di samping menulis cerita-cerita fiksi, Asma Nadia juga aktif menulis lirik lagu. Asma Nadia sering menjuarai banyak perlombaan menulis sastra. Banyak penghargaan sastra dan hadiah yang diperolehnya. Dalam novel Catatan Hati Seorang Istri, Asma Nadia mampu menampilkan secara apik berbagai aspek kehidupan dengan pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya akan tetapi tidak bersikap menggurui para pembacanya. Selain itu, bahasa yang digunakan sangat lugas sehingga para pembaca dapat dengan mudah untuk memahami isi cerita yang disampaikan oleh pengarang.Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk menjadikan novel Catatan Hati Seorang Istri karya Asma Nadia sebagai bahan kajian penelitian dalam penyelesaian karya tulis ini, yang berisi penyampaian nilai-nilai moral kepada masyarakat, dengan judul Kajian Moral dalam Novel Catatan Hati Seorang Istri Karya Asma Nadia.

B. RUMUSAN MASALAH Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :1. Nilai moral apa saja yang digambarkan tokoh cerita terhadap Tuhan?2. Nilai moral apa saja yang digambarkan tokoh cerita terhadap lingkungan sosial?3. Nilai moral apa saja yang digambarkan tokoh cerita terhadap diri sendiri/pribadi?

C.Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk :1. Mendefinisikan nilai moral tokoh cerita terhadap Tuhan.2. Mendefinisikan nilai moral tokoh cerita terhadap lingkungan sosial.3. Mendefinisikan nilai moral tokoh cerita terhadap diri sendiri/pribadi

D.Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah ;1. Sebagai bahan informasi bagi pembaca sastra dalam meneliti nilai-nilai moral dalam terhadap karya sastra.2.Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa program studi bahasa sastra Indonesia dan daerah yang ingin melakukan penelitian tentang novel khususnya mengenai kajian moral.3.Menambah wawasan bagi peneliti sendiri terhadap karya sastra terutama nilai moral yang ada dalam cerita novel.

E.Penegasan Istilah1. Moral merupakan suatu ajaran tentang aturan baik dan buruk yang diterima oleh masyarakat umum mengenai perbuatan manusia.2. Novel adalah jenis sastra imajinatif yang bersifat fiksi atau cerita rekaan berbentuk prosa dalam ukuran yang luas.3. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang mengeksplorasi penghidupan, merenungkan dan melukiskan dalam bentuk yang tertentu, pengaruh ikatan, kehancuran atau tercapainya gerak-gerik hasrat-hasrat manusia.

BAB IILANDASAN TEORI

1.Pengertian NovelNovel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak digemari oleh masyarakat penikmat karya sastra. Novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia. Hal ini mengacu pada pendapat Santoso dan Wahyuningtyas (2010: 46), yang menjelaskan, "Kata novel berasal dari bahasa latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa inggis. Karena novel adalah bentuk karya sastra yang datang dari karya sastra lainnya seperti puisi dan drama.Novel adalah jenis sastra imajinatif yang bersifat fiksi atau cerita rekaan berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran luas karena dalam sastra novel terdapat cerita dengan menggunakan plot yang kompleks, suasana cerita yang beragam dan setting cerita yang beragam pula. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 : 994) dikatakan bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sedangkan menurut Semi (1991 : 28) novel adalah bentuk karya fiksi yang lebih memusat dalam menggambarkan tentang tokoh dan peristiwa dalam aspek-aspek kehidupan secara mendalam dan lebih halus.Novel terdiri dari bagian-bagian yang menjadi satu kesatuan yang panjang yang menampilkan rentetan peristiwa dan latar belakang yang sistematis, sehingga pengertian novel tergantung pada :a. Novel tergantung pada tokohb. Novel menyajikan lebih dari satu impresic. Novel menyajikan lebih dari satu efekd. Novel menyajikan lebih dari satu emosi2.Pengertian MoralMoral merupakan suatu ajaran tentang aturan baik dan buruk yang diterima oleh masyarakat umum mengenai perbuatan manusia. Jadi kata moral selalu mengacu pada baik atau buruknya sifat manusia baik dari sifat perbuatan, kelakuan dan akhlak yang terdapat dalam diri manusia (KBBI, 1997:665). Aspek moralitas misalnya, yang menyangkut nilai-nilai baik, buruk, benar, salah. Aspek ini memang tidak kelihatan seperti aspek kekerasan, tapi menjadi aspek yang penting. Perilaku tertentu yang di masyarakat dianggap salah, diberbagai media sastra ditampilkan begitu saja tanpa ada penekanan bahwa perilaku itu salah. Membicarakan moral dapat dilihat dari segi agama dan juga segi sosial budaya dan segi personal atau diri pribadi dalam masyarakat :1. Moral yang Berhubungan dengan AgamaDalam segi agama moral adalah keteguhan aqidah maupun akhlak manusia baik terhadap penciptanya ataupun sesama manusia. Banyak kehancuran umat manusia jika diteliti berawal dari ikhtilat (pergaulan campur). Ikhtilat biasanya akan merembet ke pergaulan bebas dan tak terkendali. Dengan demikian Ikhtilat akan menimbulkan fitnah, walaupun demikian bergaul dalam batas tertentu diizinkan sesuai keteladanan Nabi. Membicarakan tentang agama, berarti membicarakan tentang keyakinan yang dianut oleh masyarakat yang tidak mungkin dapat diubah dan ditolak keberadaannya. Keyakinan dapat disamakan dengan aqidah, orang yang beraqidah adalah orang yang mempunyai akhlak atau moral yang mulia yang menjalankan segala perintah dan larangan yang ada di dalamnya dengan batasan-batasan gerak dan prilaku dalam kehidupan.(Suseno dkk, 1987 : 52) Bila diresapi nilai-nilai agama yang diyakini, maka akan menemukan suatu ruang kedamaian yang akan membawa orang ke titik bahagia. Kebahagiaan yang indah, kebahagiaan yang hakiki dan kebahagiaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Mengingat begitu kuatnya pengaruh agama dalam kehidupan ini, perlu kiranya manusia membentengi diri dengan moral yang mengandung nilai-nilai luhur agama. Agar tidak terseret pada kelalaian, kealfaan dan lupa diri. Jangan sampai karena memuaskan tuntutan kebutuhan jasmani menjadi tak terkendali, jangan sampai karena ulah nafsu kehilangan pedoman dan pegangan hidup.2. Moral yang Berhubungan dengan Sosial BudayaKBBI (1997:961), dapat ditemukan bahwa arti kata sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, sedangkan kata budaya adalah akal pikiran atau budi pekerti. jika kedua kata tersebut digabungkan, maka timbulah istilah baru yaitu moralitas yang dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berlaku di dalam masyarakat yang berkaitan dengan akal pikiran ataupun budi pekerti. Bentuk dari pergeseran nilai-nilai budaya bangsa yang luhur. Perampokan dengan ancaman, pembunuhan yang sadis tanpa perikemanusiaan, penipuan, korupsi, pencurian, pemerkosaan dan lain-lain, mewarnai kehidupan sehari-hari. Pergeseran nilai-nilai budaya juga terlihat dalam dekadensi moral kehidupan kalangan kaum muda. Kaum muda sebagai generasi penerus, tulang punggung pembangunan bangsa telah tercemar kepribadiannya. Etika tak lagi digunakan. Nilai-nilai luhur budaya bangsa dianggap scbagai penghalang dalam pergaulan. Pribadi-pribadi yang luhur dan mulia kini sulit didapatkan. Sifat acuh tak acuh dan mau menang sendiri, tidak mau menghormati orang yang lebih tua dan tak menyayangi yang lebih muda telah mengisi relung jiwa kaum muda. Pergaulan bebas tanpa batas telah rnenjadi kcbiasaan, penyalah gunaan obat-obatan menghiasi kehidupan generasi muda. Mengingat begitu pentingnya nilai-nilai sosial budaya dalam kehidupan dengan membentuk kembali moral kejiwaan dalam diri manusia3. Moral yang Berhubungan dengan Personal atau Diri PribadiDorongan personal ikut pula dalam membangun suatu cerita sastra terutama mengenai semangat hidup untuk memperjuangkan eksistensi dan penyempurnaan kehidupan kearah yang lebih baik. Salah satu aspek dalam diri manusia yang mengendalikan bahkan memperbudak manusia adalah hasrat dari manusia itu sendiri. Manusia hidup dan beraktivitas diatas kehendak hasratnya dan tanpa hasrat manusia tidaklah berarti apa-apa.Diri (self) dan ego mengambil tempat dalam realitas keseimbangan hidup manusia. Dia menjadi filter bagi semua tuntutan dari segala macam arah yang minta dipuaskan. Sebagai penyeimbang, diri bersifat proporsional, realistis, dan mempunyai prioritas. Satu hal yang membuat diri menjadi bagian penting dari kehidupan manusia adalah dia berdiri diantara moral dan hasrat dan menjadikannya bagian yang realistis dari kehidupan manusia. Itulah fungsi manusia sebagai diri (self) dan sebagai ego. Diri (self) tidak membiarkan diombang-ambing dan menjadi budak dari tuntutan moralitas dan todongan hasrat. Dia otonom dan mandiri atas dirinya sendiri. Dia juga mengambil peran dalam kehidupan manusia.3.Novel Sebagai Karya SastraSebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat lepas dari kronik kehidupan dan pengalaman. Kehidupan yang berkembang seiring perkembangan zaman mempengaruhi jiwa manusia dalam menambah pengalaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996 (dalam Siswanto 2008 :141), Novel diartikan sebagai "Karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.Begitu pula dengan mereka yang bergelut dalam bidang karya sastra. Mereka tak bosan dan tak jemu untuk terus berkarya demi memuaskan batin mereka dan batin orang yang membaca. Mereka berkarya mencipta suatu karya sastra yang bernilai tinggi yang sarat dengan makna agar berguna bagi manusia. Mereka yakin bahwa sejak dulu kala, manusia telah mengenal karya sastra dan mencoba menggali apa yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Secara umum karya sastra dibedakan menjadi tiga macam yaitu puisi, prosa dan drama Dalam bidang prosa, masih dibedakan menjadi novel atau roman dan cerita pendek. Perbedaan yang nampak antara novel dan cerita pendek antara lain lamanya waktu cerita berlangsung, jumlah kata yang digunakan dan tebalnya halaman. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang mengeksplorasi penghidupan, merenungkan dan melukiskan dalam bentuk yang tertentu, pengaruh ikatan, kehancuran atau tercapainya gerak-gerik hasrat-hasrat manusia (Lubis, 1960:30). Kalau hal ini direnungkan dan disadari, membaca novel bukan hanya sebagai selingan dalam hidup maka akan menjadi pendorong bagi orang untuk lebih banyak membaca novel, cerita pendek dan karya sastra lainnya guna menambah dan memperkaya pengalaman yang kalau diri sendiri mengalaminya tidak mungkin, mengingat usia yang serba terbatas. Apresiasi terhadap sastra perlu ditingkatkan. Minat baca harus dipupuk dan dikembangkan, sehingga orang akan menyadari dan menganggap sastra merupakan bagian dari kehidupannya. Karena kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari jenis bacaan yang dibaca dan taraf apresiasi terhadap ilmu dan seni serta terhadap sastra.Dalam suatu karya sastra menurut Sumarjdo dan Saini (1991:29) novel dapat dibagi menjadi tiga golongan, yakni :a. Novel percintaan, melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara imbang, bahkan kadang-kadang peranan wanita lebih dominan. Dalam jenis novel ini digarap hampir semua tema dan sebagian besar novel termasuk dalam tema ini.b. Novel petualangan, sedikit sekali memasukan peran wanita, walaupun ada peran wanita maka penggambarannya kurang berperan. Novel jenis ini merupakan novel bacaan kaum pria karena tokoh-tokoh di dalamnya pria dan dengan sendirinya melibatkan banyak masalah dunia lelaki yang tidak ada hubungannya dengan wanita. Meskipun dalam jenis novel petualangan ini sering ada percintaan juga, namun hanya bersifat sampingan belaka; artinya, novel itu tidak sema-mata berbicara persoalan cinta.c. Novel fantasi, bercerita tentang hal-hal yang tidak realita dan serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Novel jenis ini mempergunakan karakter yang tidak realitis setting dan plot yang juga tidak wajar untuk menyampai ide-ide penulisnya. Jenis novel ini mementingkan ide konsep, dan gagasan sastrawannya yang hanya dapat dengan jelas kalau diutarakan dalam bentuk cerita fantastik, artinya menyalahi hukum empiris, hukum pengalaman sehari-hari.Penggolongan tadi merupakan penggolongan pokok saja sehingga dalam praktek ketiga jenis novel tadi sering dijumpai dalam satu novel. Penggolongan jenis novel ini dengan sendirinya hanya dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan mana yang terdapat dalam sebuah novel apakah lebih banyak percintaannya, petualangannya atau fantasinya.4.Nilai - Nilai Moral dalam NovelMembicarakan masalah moral sangat berkaitan dengan masalah budi pekerti, maraknya usul mengembalikan budi pekerti ke sekolah dipicu oleh keprihatinan yang meluas di masyarakat terhadap kondisi "moral etik" anak-anak sekolah, khususnya di kota-kota besar. Di kota besar perkelahian pelajar (tawuran) yang nyaris terjadi setiap hari, kerentanan pelajar untuk terlibat narkoba, naluri kekerasan yang semakin lama semakin menggila, kejujuran dan sopan santun yang semakin menipis, dan sebagainya benar-benar memprihatinkan. Akan tetapi masalah moral nilai-nilai luhur itu akan mereka coba kaitkan dengan kehidupan nyata yang mereka lihat di sekelilingnya. Begitu upaya dan tindakan mengaitkan semua pelajaran budi pekerti itu dengan kenyataan dilakukan, dalam sekejap pelajaran budi pekerti akan berubah. Nilai-nilai luhur budi pekerti yang mereka terima di sekolah akan bertentangan dengan kenyataan nyata yang ada di masyarakat. Bagaimanapun, nilai-nilai luhur akan dicari kaitannya dengan sosok dan lembaga yang diandaikan sebagai aplikasi keluhuran itu lembaga pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, lembaga pengadilan, lembaga keagamaan, organisasi masyarakat yang besar dan berpengaruh, serta pribadi para pemimpin, selain sosok guru yang menjadi sumber nilai acuan sehari-hari.Darana (2003 : 21) mengatakan membaca sastra berarti bertemu dengan banyak orang. Bermacam-macam orang dengan bermacam-macam masalah, bahkan orang-orang yang tidak ingin ditemui dalam kehidupan nyata serta masalah yang tidak diinginkan, menimpanya dalam kenyataan. Melalui sastra pula pembaca diajak berhadapan dan mengalami secara langsung kategori moral dan sosial. Ruang yang tersedia dalam karya sastra itu membuka peluang bagi pembaca untuk tumbuh menjadi pribadi yang kritis pada satu sisi dan pribadi yang bijaksana karena pengalaman membaca sastra telah membawanya bertemu dengan berbagai macam tema dan latar manusia serta membawanya pula bertemu dengan beragam manusia dengan beragam karakter, ideologi, kecemasan, kegirangan, dan harapannya. sehingga kategori moral yang dirumuskan dalam pelajaran Budi Pekerti akan langsung diuji dalam situasinya, dialami melalui empati, dan dihidupi melalui apresiasi. Sastra dalam banyak hal memberi peluang kepada pembaca untuk mengalami posisi orang lain, sebuah kegiatan berempati kepada nasib dan situasi manusia lain. Diakui atau tidak bahwa pengalaman dan kesempatan manusia pada dasarnya terbatas. Sastra memperluasnya dengan memberi peluang untuk mengalami nasib dan posisi orang lain hingga kemungkinan yang paling mustahil bagi kehidupan nyata mereka sehari-hari. Melalui sastra, seseorang dapat menjalani posisi sebagai ulama, pencinta, pejuang, koruptor, ronggeng, gelandangan, pezina, pengkhianat, pencuri, perampok, pemerkosa, polisi, konglomerat, tukang sihir, orang dimabuk cinta, orang ditolak mentah-mentah cintanya, penjaga rel kereta, tukang pos, tentara di medan perang, tentara di masa damai, mata-mata, korban pemerkosaan, dan sebagainya. Dari pengalaman menjalani hidup dengan bermacam-macam situasi, tantangan, dan masalahnya, pembaca sastra akan terbiasa berempati kepada nasib manusia dalam berbagai macam masalahnya.5.Penyajian Pesan dalam Moral dan NovelSetiap karya sastra yang baik dan bermutu seharusnya mengandung pesan moral yang baik. Atau minimal, ada hikmah positif yang didapatkan pembaca setelah mereka melahap sebuah cerita. Menulis cerita fiksi harus memiliki suatu prinsip cerita yang dibuat haruslah mengandung pesan yang bermanfaat bagi pembaca. Tapi mereka tidak merasa digurui, justru merasa senang dan terhibur.Masalahnya, bagaimana cara menyelipkan hikmah atau pesan moral tersebut secara manis, dan tidak terkesan menggurui? Banyak sekali penulis, khususnya pemula, yang terlalu bersemangat dalam memasukkan unsur-unsur kebaikan (boleh juga disebut dakwah) di dalam karya fiksi mereka. Akibatnya sangat tragis; karya mereka tak ubahnya seperti khutbah Jumat. Akibatnya minat pembaca menjadi berkurang terhadap karya sastra sejenis novel karena membosankan. mungkin banyak orang senang mendengarkan ceramah agama, akan tetapi pada saat yang tidak tepat hal tersebut akan jadi kejenuhan, yakni ketika kamu sedang menginginkan hal-hal lain yang terkandung dalam sebuah novel.Tujuan dari membaca novel adalah untuk mencari hiburan atau tambahan pengetahuan, dan tentu saja yang pembaca novel cari adalah hiburan. Kalau hendak mencari tambahan pengetahuan atau ceramah agama, tentu buku yang dibaca adalah buku pengetahuan dan buku agama.Novel merupakan cerita fiksi sebagai media hiburan, bukan berarti di dalamnya tidak boleh ada pesan moral, informasi tentang pengetahuan seperti budaya, ekonomi, sosial dan sebagainya. Tapi berhubung ini adalah karya fiksi, maka disampaikan semua itu dengan cara menghibur. Jadi para pembaca novel justru terhibur, di sisi lain mereka merasa senang karena mendapatkan hal-hal lain yang bermanfaat.Riduan (2001 : 43) dalam bukunya Fiksi dan Kiat Penulisan mengatakan ada beberapa teknik yang sering digunakan sastrawan dalam penyampaian pesan moral dalam suatu karya sastra khususnya novel, sebagai berikut :1. Sampaikan nasehat apapun melalui tokoh cerita Penyampaian nasehat yang mengandung moral manusia jangan terlalu dipaksakan oleh penulis novel, tapi hal tersebut merupakan bagian dari cerita dalam novel. Pesan-pesan moral dapat disampaikan melalui dialog-dialog dalam tokoh cerita bukan dari penjelasan penulis novel. Sehingga pesan yang disampaikan tidak keluar jadi jalur cerita dan para pembaca tidak merasa membaca buku kutbah atau pelajaran moral yang bisa membosankan.2. Sampaikan lewat jalinan cerita, jangan secara verbal.Seorang penulis memang tak perlu terlalu boros mengumbar kalimat-kalimat verbal. Sebab rangkaian cerita demi cerita pun sebenarnya sudah mengandung pesan tertentu. Biarkan pembaca sendiri yang membuat kesimpulan. Penulis tak perlu mengajari para pembaca sesuatu yang sebenarnya sudah mereka ketahui bahwa sebenarnya ada sebuah pesan moral di balik cerita tersebut tanpa harus dibuat penjelasan secara verbal. Pembaca adalah makhluk merdeka. Biarkan mereka membuat kesimpulan atau persepsi apapun yang mereka inginkan. 3. Sesuaikan dengan karakter tokoh.Di dalam sebuah cerita fiksi, tentu amat wajar jika setiap tokoh memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada tokoh yang pendiam, cerewet, dermawan, pelit, kejam, peragu, pemalu, norak, pembohong, dan seterusnya. Jika kamu hendak menyampaikan pesan moral lewat pendapat atau ucapan tokoh-tokoh rekaan kamu, maka sampaikanlah ia lewat tokoh yang tepat.Memang, banyak penulis pemula yang terlalu bersemangat dalam menyampaikan pesan moral. Saking semangatnya, mereka menempatkan hal itu di mana saja secara sembarangan. Akibatnya, yang terjadi adalah kelucuan, kerancuan, dan cerita yang tidak masuk akal. Bagaimanapun, seorang penulis harus menjaga kewajaran sebuah cerita. Walau hanya cerita fiksi, penulis tetap harus memperhatikan unsur logika dari karya-karyanya. Jangan sampai pembaca mengerutkan kening sambil berkata, seperti contoh Kok pelacur yang amat bejat itu tiba-tiba bisa berbicara sebagaimana layaknya seorang ustadzah? Memang seorang pelacur bisa bertaubat dan akhirnya menjadi ustadzah. Tapi semua itu tentu perlu proses, bukan? Walaupun ucapan tokoh sebenarnya ucapan yang sangat baik. Tapi karena ia keluar dari mulut tokoh yang tidak tepat, maka ia pun menjadi rancu.4. Sesuaikan dengan tuntutan cerita faktanyaDalam sebuah novel yang tekandung pesan-pesan moral adalah murni karena tuntutan cerita dan bukan karena suatu pesan yang dipaksakan oleh penulis novel agar dalam cerita novelnya termuat suatu pesan moral, tapi dampak yang didapat oleh pembaca akan menjadi rancu dan aneh.Sebenarnya, tak ada larangan jika dalam sebuah novel penuh oleh kutipan ayat dari kitab suci. Tapi, pastikan bahwa kehadirannya di sana benar-benar karena tuntutan cerita, bukan karena alasan-alasan lain. pemuatan ayat kitab suci tidak terkesan seperti ceramah agama dan menggurui tapi merupakan bagian dari keutuhan cerita.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

1.Metode dan Tehnik Penelitiana. Metode PenelitianMetode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa masa sekarang (Moh. Nasir, 1998:230). Dalam metode deskriptif kualitatif penelitian yang tidak menggunakan angka-angka atau hitungan, tapi mengutamakan sudut pandangan alamiah yang terdapat dalam data yang diteliti.Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001:64) metode deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau mengambarkan gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dalam penelitian ini peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian menjadi pusat perhatiannya, untuk kemudian digambarkan atau dilukiskan sebagaimana adanya.Dalam penelitian ini peneliti ingin menggambarkan tentang kajian moral yang termuat dalam novel Catatan Hati Seorang Istri karya Asma Nadia. Selain itu untuk mendukung penelitian ini peneliti juga menggunakan metode kepustakaan yaitu untuk mencari informasi dari buku-buku yang relevan dalam menguraikan kajian moral yang diteliti dalam sastra novel.

b. Teknik PenelitianPenelitian ini berupa penelitian analisis isi (content analysis) pada sebuah karya sastra untuk menguraikan isi atau kandungan yang terdapat dalam teks novel, yaitu mengetahui dan menguraikan unsur-unsur kajian nilai moral yang terkandung di dalam novel.2.Prosedur PenelitianTahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :a. Tahap PersiapanLangkah awal melakukan penelitian dengan cara mempersiapkan penelitian agar dalam pelaksanaannya tidak mengalami hambatan.tahap penelitian yang dipersiapkan yaitu studi kepustakaan sebagai bahan penemuan masalah dan mencari landasan teori yang akan menjadi rujukan penelitian.b. Tahap PelaksanaanTahap pelaksanaan dalam penelitian ini adalah kegiatan pengumpulan data, analisis data, penafsiran analisis data dan penyimpulan hasil analisis. Dari pengumpulan data tersebut, peneliti melakukan analisis dan penyimpulan. Dalam penelitian ini peneliti hanya membahas tentang kajian moral yang terkandung dalam novel Catatan Hati Seorang Istri karya Asma Nadia.c. Tahap PenyelesaianTahap ini merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini, meliputi tahap penulisan laporan, revisi laporan dan penggandaan laporan.

3.Variabel PenelitianVariabelSubvariabelIndikatorDeskriptor

1234

Kajian moral dalan Novel Catatan Hati Seorang Istri karya Asma Nadia1.Membaca novel dengan penjiwaan.

2.Menentukan makna isi cerita yang berhubungan dengan nilai moral para tokoh cerita.

1. Menentukan nilai moral terhadap Tuhan

2. Menentukan nilai moral terhadap lingkungan sosial.

3. Menentukan nilai moral terhadap diri sendiri/pribadi

a. Tingkah laku para tokoh novel.b. Watak para tokoh cerita novel.c. Perbuatan yang terdapat dalan cerita novel