Bab i. Pendahuluan

123
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam yang melimpah dan letak geografis yang strategis merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat Indonesia, akan tetapi hingga saat ini potensi sumber daya alam yang besar itu belum berhasil secara nyata meningkatkan kemakmuran dan kesejahtraan bersama. Indonesia memilika persoalan kemiskinan dan pengganguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dalam tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan kesenjangan antara wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja di Pedesaan. Upaya menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan.Saat ini 28,59 juta penduduk Indonesia adalah penduduk miskin, sekitar 14,70 % dari penduduk miskin tersebut bermukim di pedessaan (BPS 2012). Ilustrasi diatas menujukan bahwa angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia semakin memprihatikan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, diperlukan suatu program 1

Transcript of Bab i. Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumberdaya alam yang melimpah dan letak geografis yang strategis

merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan untuk mewujudkan

kemakmuran rakyat Indonesia, akan tetapi hingga saat ini potensi sumber daya alam

yang besar itu belum berhasil secara nyata meningkatkan kemakmuran dan

kesejahtraan bersama. Indonesia memilika persoalan kemiskinan dan

pengganguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dalam tiga pendekatan yaitu

kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural dan kesenjangan antara wilayah.

Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang

kerja di Pedesaan. Upaya menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi

disiplin yang berdimensi pemberdayaan.Saat ini 28,59 juta penduduk Indonesia

adalah penduduk miskin, sekitar 14,70 % dari penduduk miskin tersebut bermukim di

pedessaan (BPS 2012).

Ilustrasi diatas menujukan bahwa angka kemiskinan dan pengangguran di

Indonesia semakin memprihatikan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, diperlukan

suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas prospek dan

pilihan untuk dapat hidup dan berkembang di masa depan.

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi

semua pihak secara bersama dan terkordinasi.namun penanganannya selama ini

cennderung parsial dan tidak berkelanjutan.Peranan dunia usaha dan masyarakat

juga umumnya belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat

yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar

1

permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang

bersipat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk

mengurangi pertumbuhan kemiskinan, serta meningkatkan kesejahtran dan

kesempatan kerja bagi masyarakat miskin di pedesaan, Pemerintah telah

meluncurkan beberapa program penanggulangan kemiskinan diantaranya; (1)

Program pertama dengan bantuan Bank Dunia adalah Jaring Pengaman Sosial

(JPS); (2) berikut juga dengan program bantuan Bank Dunia adalh Program

Pemberdayaan Daerah Dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE); (3)

Kemudian Pemerintah Meluncurkan Program Nasional Pemberdayan Masyarakat

Mandiri (PNPM) mulai tahun 2007.

Melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

selaku Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan No:25/KEP/MENKO/

KESRA/VII/2007 Tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM Mandiri), menjadi tanda awal peluncuran PNPM Mandiri mulai

tahun 2007 dan diharapkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan,

setidaknya hingga tahun 2015.

Melalui PNPM dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan

kemiskinan yang melibatkan masyarakat, mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, hingga pemantawan dan epaluasi melalui pembangunan partisipatif,

kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat terutama masyarakatm miskin, dapat

ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek

dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pelaksanaan PNPM Mandiri tahun 2007

dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), sebagai dasar

pengembangan masyarakat di Pedesaan beserta program pendukungnya seperti

PNPM Generasi; Pogram Penangulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) sebagai

2

dasar bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat di Perkotaan; dan

Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) untuk

pengembangan daerah tertinggal, pasca bencana, dan konflik. Mulai tahun 2008

PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan program Pengembangan Infrastruktur

Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan pusat pusat pertumbuhan

ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai

program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai

departemen/sektor dan pemerintah daerah. pelaksanaan PNPM Mandiri juga

diprioritaskan pada Desa-desa tertinggal. Dengan pengintegrasian berbagai program

pemberdayaan masyarakat kedalalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri

diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir.

efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antara

proyek diharapkan juga dapat diwujudkan.

Didalam Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masarakat

(PNPM) Mandiri, dijelaskan bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri diarahkan untuk

meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan

kerja dengan melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahapan perencanaan,

pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan

parsitipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat

miskin dapat ditumbuh kembangkan sehingga mereka bukan hanya sebagai obyek

melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan. (Pedoman Umum

program Nasinal Pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri 2007/2008)

Secara umum pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

belum sesuai dengan apa yang menjadi tujuan PNPM Mandiri seperti yang dilansir

Pada hasil penelitian lembaga penelitian SMERU Research Institute ditemukan

3

beberapa masalah dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, seperti keterlambatan

pencairan anggaran, keterlambatan penyelesaian kegiata dan lain-lain.

Selain masalah tersebut, berdasarkan hasil Survei Bank Dunia pada tanggal

28 November - 4 Desember 2010 Tim Bank Dunia telah melakukan supervise

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri Perdesaan

dengan mengambil sampel Provinsi Sulawesi Tenggara, lokasi yang dikunjungi

mencakup 22 Kecamatan di 9 Kabupaten (Konawe Selatan, Konawe, Konawe Utara,

Kolaka, Bombana, Buton, Buton Utara, Muna, dan Wakatobi). Hasil supervisi yang

telah dilaksanakan tim memberikan penilaian bahwa pelaksaan program PNPM

Mandiri Perdesaan di Provinsi Sulawesi Tenggara ‘Tidak Memuaskan’ ditinjau dari

aspek pengelolaan keuangan, Procurement (mencakup seleksi fasilitator dan

kegiatan tingkat desa),  supervisi dan monitoring hingga penyediaan dana

pendamping. Dari 22 kecamatan yang dikunjungi, hanya 4 kecamatan yang dinilai

‘Cukup Memuaskan’, sementara empat kecamatan ‘Kurang Memuaskan’, 10

kecamatan ‘Tidak Memuaskan’ dan empat kecamatan ‘Sangat Tidak Memuaskan’

dalam pengelolaan keuangan.

Pelaksanaan PNPM Mandiri mempunyai fleksibilitas dalam implementasi.

Sehingga, mempunyai tanggapan yang berbeda-beda ditiap daerah hal itu terkait

dengan potensi, kemampuan dan permasalahan dimasyarakat setempat.

Desa Bone baru merupakan salah satuh desa yang melaksanakan Program

Pengembangan kecamatan (PPK), yang merupakan bagian dari sub Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Mandiri. Dengan bantuan

dana bergulir pada kegiatan kelompok Usaha Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan

pembangunan sarana prasarana.

4

Namun dalam pelaksanaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

diantara program yang dilaksanakan, berdasarkan pengamatan peneliti program

yang cukup berhasil dilaksanakan yaitu program pembangunan sarana prasarana,

dengan terbangunya sarana prasarana gedung PAUD,Tanggul Aliran Sungai,

Tanggul Pantai dan Jalan Rabat, sementara dalam pelaksanaan Simpan Pinjam

Perempuan belum bisa dikatakan berhasil karena masih banyak terjadi

permasalahan antar lain, mengenai proses pengembalian terjadi keterlambatan

pengembalian sehingga terjadi penunggakan, selain itu masih terbatasnya

kemampuan dari penduduk miskin itu sendiri, diantaranya adalah rendahya tingkat

pendidikan, keterampilan, pengalaman usaha sehingga mempengaruhi pelaksanaan

SPP itu sendiri.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Maslah

Berdasarkan latar belakang masalah dan melihat luasnya cakupan masalah

di atas, maka penulis mengganggap penting memberikan batasan masalah hanya

pada bagaimana pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana prasarana dan

pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan sebagai bahan penelitian.

Rumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah maka secara spesifik

yang menjadi rumusan masalah yaitu

1. Bagaimana pelaksanaan Pembangunan Sarana Prasaranan di Desa Bone baru

Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Desa

Bone baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan

5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari hasil penelitian yang hendak dicapai adalah :

a. Untuk menggambarkan dan menjelaskan Bagaimana pelaksanaan

pembagunan sarana prasaran di Desa Bone baru Kecamatan Banggai Utara

Kabupaten Banggai Kepulauan

b. Untuk mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam

Perempuan (SPP) di Desa Bone baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten

Banggai Kepulauan

2. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari hasil penelitian yang hendak dicapai adalah :

Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari hasil penelitian ini yang dapat

membantu peneliti maupun unsur yang terkait didalamnya, yakni :

c. Manfaat Akademis :

Sebagai pelengkap bahan studi ilmu Administrasi Negra, Khususnya

mengenai Implementasi kebijakan publik oleh aktor atau pelaku

Kebijakan dalam hal ini gambaran langsung pelaksanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) di Desa Bone baru

Kecamatan Banggai Utara Kabupaten banggai Kepulauan

Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang konsen terhadap ide

atau pemikiran tentang pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat

Oleh pemerintahan, serta bentuk pengambilan kebijakan dalam

pelaksanaan pembangunan di masyarakat.

6

d. Manfaat Praktis :

Sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan dalam membuat

kebijakan atau program kerja dalam pengembangan pemerintahan

daerah terkhusus bagi mahasiswa dalam bidang ilmu Administrasi

Negara.

Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menjalankan peran serta

fungsinya sebagai pelaksana pembangunan fasilitas layanan sipil yang

ada untuk masyarakat.

D. Kerangka Konseptual

implementasi Program Nasional Pemberdayaan masyarakat Mandiri (PNPM)

Mandiri dengan Pelaksanaan kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana dan

Simpan Pinjam Perempuan (SPP) di Desa Bone Baru Kecamatan Banggai Utara

maka untuk memudahkan dalam memahami permasalahan yang diteliti berdasarkan

pemaparan diatas, menurut teori Merilee S. Grindle ( 1995 ) :

1. Kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi

kebijakan oleh karenanya masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi

dalam setiap proses perencanaan yang dilaksanakan oleh PNPM Mandiri

Pedesaan.

2. Jenis manfaat yang diterima oleh target group. apakah letak sebuah

program sudah tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh

masyarakat banyak, dan sesuai dengan potensi yang ada.

3. Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan, untuk

mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan pelaksanaan program yang

telah drencanakan.

7

4. Letak pengambilan keputusan, yaitu bagaimana mekanisme pengambilan

keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh pelaksana program.

5. Dukung oleh sumber daya yang dilibatkan. Implementasi kebijakan perlu

dukungan sumber daya baik sumber daya manusia (human resources)

maupun sumberdaya non-manusia (non-human resourse).

Pemilihan model implementasi teori Merilee S. Grindle karena di anggap

sangat relevan denga materi pembahasan dari obyek yang diteliti model ini lebih

mengarahkan peneliti agar lebih fokus terhadap variabel yang dikaji sehingga

membantu dalam menjawab tujuan dari penelitian ini. Berdasarkan model

implementasi yang telah diuraikan diatas maka kerangka konseptua dari penelit

dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut :

8

Kerangka Konseptual

9

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(PNPM) MANDIRI

1. PelaksanaanPembagun Saranan Prasarana

2. Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan

Kesejahteraan Masyarakat

E. Metodologi Penelitian

1. Tipe dan Dasar Penelitian

a. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian kuanlitatif deskriptif

yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau

penjelasan tentang Implementasi Program Nasional Pemberdayaan

Masarakat Mandiri di Desa Bone Baru Kecmatan Banggai Utara Kabupaten

Banggai Kepulauan.

b. Dasar penelitian adalah wawancara dan kuesioner (Angket) yaitu metode

penelitian dengan cara mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan dari

sejumlah responden yang dianggap mewakili seluruh populasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data-data yang diambil dapat digolongkan menjadi dua

bagian yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang

bersumber dari kepustakaan (library Study), sedangkan data primer adalah data

yang bersumber dari studi lapang (Field Research).

1. Data primer adalah Data yang diperoleh dari hasil :

a. Teknik interview atau wawancara yaitu melakukan wawancara baik secara

mendalam maupun secara bebas kepada subjek penelitian dengan

menggunakan daftar pertanyaan.

b. Teknik Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung untuk

mengumpulkan data tentang pelaksanaan yang terjadi..

c. Kuesioner Yaitu dengan mengedarkan daftar pertanyaan kepada sejumlah

responden yang telah ditentukan untuk mendapatkan jawaban atas sejumlah

pertanyaan yang berkaitan dengan objek penelitian.

10

2. Data sekunder

Data diperoleh melalui studi pustaka (Library Search) yaitu mengambil data

dari sejumlah buku, literatur, internet, dokumentasi maupun perundang-undangan,

dokumen yang sudah ada, sepert, Profil desa Bone baru, pedoman umum PNPM

mandiri, dokumen desa tentang pelaksanaan program pemberdayaan, dan

beberapa data penting lainnya.

3. Populasi dan Sampel

A. Populasi

Mengingat fokus dari penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan kegitan

Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri (PNPM) Mandiri khususnya di Desa Bone baru, maka yang menjadi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Desa Bone baru

Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan

B. Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara “Purposive

Sampling” dengan harapan bahwa informan yang dipilih mewakili populasi. Dimana

dalam pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap

mempunyai sangkut-paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui

sebelumnya serta dianggap mampu memberikan informasi dan data-data yang

akurat. Dalam proses implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri (PNPM) Mandiri, mengenai Pembangunan Sarana Prasarana d Simpan

Pinjam Perempuan (SPP)

Adapun informan tersebut sebgai berikut :

11

Informan

Pelaksana Program Nasional Pemberdayaan Masarakat Mandiri

(PNPM) yaitu:

1. Pemerintah Desa

2. Tim Pengelolah Kegiatan (TPK)

Responden, terdiri dari :

1) pemuka masyarakat/Tokoh Masyarakat, sebanyak 4 orang

2) kalangan pendidik, sebanyak 4 orang

3) kalangan agama, sebanyak 2 orang

4) Masyarakat, sebanyak 24 orang

Jadi jumlah Responden secara keseluruhan sebanyak 34 orang.

F. Teknik Pengelolaan dan analisis data

Pendekatan yang digunakan dalam pengolahan data adalah model penelitian

yaitu rasional empiris, setelah pengumpulan dan penggalian informasi atau data

adalah tahap analisis data. Dalam penelitian ini, analisis terhadap data

menggunakan desain analisis atau pendekatan yang digunakan yaitu analisis

deskriptif dengan dengan mengunakan tabel frekuensi dan tabel akumulatif

penggunaan tabel didasarkan pada jenis variable dan kepentingan analisis.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisikan latar belakang maslah yang menjadi dasar penelitian,

kemudian identifikasi masalah,pembatasan dan perumusan masalah,tujuan

penelitian dan manfaat penelitian yang diapatkan secara teori dan praktis serta

teknik sistematika penulisan yang benar.

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka yang berisi; Konsep Implementasi, Konsep Kemiskinan,

Pemberdayaan masyarakat, PNPM Mandiri.

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran umum lokasi mpenelitian yang berisi; keadaan Geografis,

keadaan Demografi, Struktur Organisasi Kantor Desa Bone baru dan keadaan

Penduduk desa Bone baru.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Yang terdiri dari pelaksanaan Simpan Pinjam Perempuan dan faktor-faktor-

faktor yang mempengaruhi.

BAB V PENUTUP

Dalam hal ini penulis akan memberikan pokok-pokok kesimpulan yang

merupakan jawaban dari permasalahan dan saran-saran yang merupakan tindak

lanjut dari kesimpulan sebagai bahan masukan.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Implementasi

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.

Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:7) mengemukakan bahwa

implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.

Hal dikemukakan oleh Nugroho (2006:106) memberikan penjelasan bahwa

Implementasi Program pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan program

dapat mencapai tujunannya.  Untuk mengimplementasikan program pembangunan,

maka ada dua pilihan angkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan

program-program pembangunan dan implementasi program dalam bentuk

keputusan dan peraturan.

Adapun dikemukakan oleh Wahab (1990 ; 123) Implementasi untuk

membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan atau pun

sasaran kebijakan negara diwujudkan sebagai “out come” (hasil akhir)

kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Sebab itu fungsi mencakup pula

penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan Negara (police science) disebut

“police delivery system” (system penyampaian/penerus kebijakan Negara)

yang biasanya terdiri dari cara-cara atau sarana-sarana tertentu yang

dirancang secar khusus diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan

sarana-sarana yang dikehendaki.”

Dalam prakteknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang

begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya interpensi

14

berbagai kepentingan. Untuk melukiskan kegiatan implementasi dalam proses

implementasi tersebut dapat dilihat pada pernyataan yang dikemukakan oleh

seorang ahli studi kebijakan Eugene bardach (1991:3), yaitu :

“adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang

kelihatanya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-

kata dan slogan-slogan yang kedengaranya mengenakan bagi telinga para

pemimpin dan para pemilih yang mendengarkanya dan lebih sulit lagi untuk

melaksanakanya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang

termasuk mereka anggap klien”

Dalam derajat lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya

Impletation and Public Policy (1983:61) mendefinisikan implementasi kebijakan

sebagai Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk

undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan

keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya,

keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan

secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai,dan berbagai cara untuk

distrukturkan atau mengatur proses implementasinya

Sedangkan Van Meter dan Van Horn (1975). mendefinisikan Implementasi

kebijakan, sebagai : Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu

atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang

diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan

kebijaksanaan.

Dari tiga defnisi diatas dapat diketahui bahwa imlementasi kebijakn

menyangkut tiga hal,yaitu: (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya

aktifitas atau kegiatan pencapaian tujuan; dan (3) adnya hasil kegiatan.

15

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi

merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksanaan kebijakan melakukan

suatu aktifitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil

yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Hal ini sesuai pula

dengan apa yang diungkapkan oleh Laster dan Stewart Jr. (200.104) dimana

mereka katakan bahwa implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output).

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dapat dilihat dari pross

pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan

yang ingin diraih. Hal ini tak jau berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Merrille

Grindle (1980) sebagai berikut : Pengukuran keberhasilan implementasi dapat

dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program

sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program daripada

individual projects dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalm

keseluruhan struktur kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat

keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan hal ini dipertegas oleh Chief J. O.

Udoji (1981) dengan mengatakan bahwa : Pelaksanaan kebijakan adalah suatu

yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan.

Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang

tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.

Menurut Websster merumuskan secara pendek kata implementasi berasal

dari kata ” to implement” (mengimplementasiakn), yang berarti to provide the means

for curryng out; ( menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give

practicall effek to (menimbulkan dampak/ akibat terhadap sesuatu). Kalau

16

pandangan ini dapat kita ikuti, maka implementasi kebijaksanaan dapat dipandang

sebaga suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan.

Implementasi atau tahap pelaksanaan kebijakan public berupa tindakan

nyata atau aktifitas konkrit dari apa yang telah dirumuskan dalam tahap formulasi,

implementasi kebijakan merupakan tahap antara diputuskanya suatu kebijakan

dengan munculnya konsekuensi-konsekuensi diantara orang-orang yang terkena

kebijakan tersebut.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme

suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan

sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara

sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan

kegiatan.

B. Teori Implementasi kebijakan

Teori George C.Edwards III (1980)

Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh

empat variabel, yakni: (1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi, dan (4) struktur

birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain.

1. Komunikasi

Keberhasialan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga

akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan

17

tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka

kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

2. Sumber daya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,

tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan,

implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud

sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor dan sumber daya

finansial.sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar

efiktif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja.

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementor. apabila

implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan kebijakan

dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika

implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat

kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. berbagai

pengalaman pembangunan dinegara-negara dunia ketiga menunjukkan bahwa

tingkat komitmen dan kejujuran aparat rendah. Berbagai kasus korupsi yang muncul

dinegara-negara dunia ketiga, seperti indonesia adalah contoh konkrit dari

rendahnya komitmen dan kejujuran aparat dalam mengimplementasikan program-

program pembangunan.

4. Struktur birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek

struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang

(standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap

18

implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan

cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur

birokrasi yang rumit dan kompleks, Ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas

organisasi tidak fleksibel.

Teori Merilee S. Grindle (1980 )

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle ( Wibawa dkk 1995 )

yang menjelaskan bahwa implementasi dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni

isi kebijakan dan lingkungan (konteks) implementasi, kedua hal tersebut harus

didukung oleh program aksi dan proyek individu yang didesain dan dibiayai

berdasarkan tujuan kebijakan, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan akan

memberikan hasil berupa dampak pada masyarakat, individu dan kelompok serta

perubahan dan penerimaan oleh masyarakat terhadap kebijakan yang terlaksana.

variabel isi kebijakan menurut Grindle mencakup beberapa indicator yaitu:

1) kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi

kebijakan.

2) jenis manfaat yang diterima oleh target group.

3) Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan.

4) letak pengambilan keputusan.

5) Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, dan

6) Dukung oleh sumber daya yang dilibatkan.

Sedangakan variabel lingkungan kebijakan mencakup 3 indikator yaitu:

1. seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki

oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

2. karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa.

19

3. tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Di sini kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang berbeda akan

lebih sulit diimplementasikan dibanding yang menyangkut sedikit kepentingan. Oleh

karenanya tinggi-rendahnya intensitas keterlibatan berbagai pihak (politisi,

pengusaha, masyarakat, kelompok sasaran dan sebagainya) dalam implementasi

kebijakan akan berpengaruh terhadap efektivitas implementasi kebijakan.

Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn

Menurut meter dan horn, ada enam variable yang memengaruhi kinerja

implementasi, yakni:

1) Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus

jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.

2) Sumber daya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik

sumber daya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-

manusia (non-human resourse).

3) Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi

sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan intansi lain.

4) Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen

pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-

pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan

memengaruhi implementasi suatu program.

20

5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya

ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi

kebijakan.

6) Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang

penting, yakni: respon implementor terhadap kebijakan, yang akan

memengaruhi kemaunnya untuk melaksanakan kebijakan. dan intensitas

disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh

implementor.

Teori David L. Weimer dan Aidan R. Vining

Dalam pandangan weimer dan vining(1999:396) ada tiga kelompok variabel

besar yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi suatu program, yakni:

logika kebijakan, lingkungan tempat kebijakan dioperasikan, dan kemampuan

implementor kebijakan.

1) Logika dari suatu kebijakan. Ini dimaksudkan agar suatu kebijakan yang

ditetapkan masuk akal dan mendapat dukungan teoritis.

2) Lingkungan tempat kebijakan tersebut dioperasikan akan memengaruhi

keberhasilan impelmentasi suatu kebijakan. Yang dimaksud lingkungan

ini mencakup lingkungan sosial, politik, ekonomi,hankam, dan fisik atau

geografis.

3) Kemampuan implementor. Keberhasilan suatu kebijakan dapat

dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari implementor

kebijakan.

21

C. Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual, Pemberdayaan atau Pemberkuasaan (empowerment),

berasal dari kata ’power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama

pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan

seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan

apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka.

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok

rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam

beberapa hal yaitu:

a) Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan

(freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat,

melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari

kesakitan.

b) Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka

dapat meningkatkan pendapatan dan memperoleh barang-barang

dan jasa yang mereka perlukan.

c) Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan

yang mempengaruhi mereka.

Beberapah ahli dibawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat

dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan (Suharto, 1997:210-224)

Ife, (1995) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-

orang yang lemah atau tidak beruntung

Parsons, et.al, (1994) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana

orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan

22

atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga

yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang

memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk

mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan oarang lain yang menjadi

perhatiannya.

Swift dan Levin, (1987) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian

kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.

Rappaport,(1984) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat,

organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa

atas) kehidupannya.

Sunyoto Usman (2003) mengungkapkan bahwa pembangunan yang

dilakukan oleh suatu negara pada saat ini tidak akan dapat lepas dari pengaruh

globalisasi yang melanda dunia. Persolan politik dan ekonomi tidak dapat lagi

hanya dipandang sebagai persoalan nasional. Keterkaitan antar negara menjadi

persoalan yang patut untuk diperhitungkan. Masalah ekonomi atau politik yang

dihadapi oleh satu negara membawa imbas bagi negara lainnya dan

permasalahan tersebut akan berkembang menjadi masalah internasional.

Menurut John Friedman (1991), Pemberdayaan dapat diartikan sebagai

perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah.

Bahkan dalam perspektif ilmu politik, kekuatan menyangkut pada kemampuan

untuk mempengaruhi orang lain. Istilah pemberdayaan sering dipakai untuk

menggambarkan keadaan seperti yang diinginkan oleh individu, dalam keadaan

23

tersebut masing-masing individu mempunyai pilihan dan kontrol pada semua

aspek kehidupannya.

Menurut Sastroputo Santoso, (1998), konsep ini merupakan bentuk

penghargaan terhadap manusia atau dengan kata lain “memanusiakan

manusia”. Melalui pemberdayaan akan timbul pergeseran peran dari semula

“korban pembangunan” menjadi “pelaku pembangunan”. Perpektif pembangunan

memandang pemberdayaan sebagai sebuah konsep yang sangat luas. Pearse

dan Stiefel dalam Prijono (1996) menjelaskan bahwa pemberdayaan partisipatif

meliputi menghormati perbedaan, kearifan lokal, dekonsentrasi kekuatan dan

peningkatan kemandirian.

Dengan demikian, dapat disimpulkan pemberdayaan adalah sebuah proses

dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk

memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,

termaksud individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan,

maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasan atau

mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri,

mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi

dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

D. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri (PNPM) Mandiri

1. Pengertian PNPM Mandiri

24

PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan

sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat . PNPM Mandiri dilaksanakan

melalui harmonosasi dalam pengembangan system serta mekanisme dan perosudur

program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulant untuk mendorong

pelaksanaan dan inovasi masyarakat dalam uapaya penanggulangan kemiskinan

yang berkelanjutan.

Pemberdayaan masyarakat adalah uapaya menciptakan/meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun brekelompok, dalam

memecahkan persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,

kemandirian, dan kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat memerlukn

keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak

untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang

dicapai.

2. Dasar Hukum PNPM Mandiri

Dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri mengacu pada landasan

konstitusional UUD 1945 beserta amandemennya, landasan idiil Pancasila, dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta landasan khusus pelaksanaan

PNPM Mandiri yang akan disusun kemudian. Peraturan perundang-undangan

khususnya terkait sistem pemerintahan, perencanaan, keuangan negara, dan

kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:

1. Sistem Pemerintahan

Dasar peraturan perundangan sistem pemerintahan yang digunakan

adalah:

25

a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 . Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintah

Desa.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.

d. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan.

2. Sistem Perencanaan

Dasar peraturan perundangan sistem perencanaan terkait adalah:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN).

b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

c. Peraturan Presiden Nomor. 7 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009.

d. Peraturan Pemerintah Nomor. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

e. Peraturan Pemerintah Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

f. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

Gender dalam Pembangunan Nasional.

g. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku

Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Nomor

28/KEP/MENKO/KESRA/XI/2006 Tentang Tim Pengendali Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat.

26

3. Sistem Keuangan Negara

Dasar peraturan perundangan sistem keuangan negara adalah:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4455);

c. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan pusat dan daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

No 4455);

d. Peraturan Pemerintah No 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada

Daerah (Lembaran Negara Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

e. Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2006 tentang tata cara Pengadaan

pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta penerusan pinjaman

dan/atau hibah luar Negri (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 No 3 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

No 4597);

f. Keputusan Presiden No 80 tahu 2003 Tentang Pedoman Pelakanaan

Barang/Jasa pemerintah;

g. Peraturan Mentrei PPN/ Kepala Bappenas

Nomor:005/MPPN/06/2006 Tentang tata cara Perencanaan dan

Pengajuan Usulan serta Penilaian Kegiatan yang dibiayai dari

Pinjaman/Hibah Luar Negeri;

27

h. Peraturan Menteri keuangan No 52/PMK/010/2006 Tentang Tata

Cara Pemberian Hibah Kepala Daerah.

i. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

3. Tujuan PNPM Mandiri

1) Tujuan umum

Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin

secara mandiri.

2) Tujuan khusus

a) Meningkatkan partisifasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin

kelompok perempuan, komoditas adat terpencil, dan kelompok masyarakat

lainnya yang rentan dan sering, terpinggirkan kedalm proses pengambilan

keputusan dan pengelolaan pembangunan.

b) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakta yang mengakar,

representatif, dan akuntabel.

c) Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan

pengangguran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-

poor).Meniningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta,

asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi

masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-

upaya  penanggulangan kemiskinan.

d) Meningkatkan keberdayan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas

pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi

kemiskinan di wilayahnya.

28

e) Meningkatkan modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dangan

potensi social dan budaya serta untuk melestariakn kearifan lokal.

f) Meningkatkan inovasi dan pemafaatan teknologi tepat guna, informasi dan

komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

4. Strategi PNPM Mandiri

Startegi PNPM Mandiri terdiri atas:

1) Strategi Dasar

a) Mengitensifkan upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan

kemampuan dalam kemandirian masyarakat.

b) Menjalan kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk

bersama-sama mewujdkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat.

c) Menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan pembangunan

sektoral, pembangunan wilayahan, dan pembanguna partisifif.

2) Startegi Oprasional

a) Mengoptimalkan seluru potensi dan sumberdaya yang dimiliki

masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swaasta asosiasi

perguruan tinggi, lembaga suadaya masyarakat, organisasi masyarakat,

dan kelompok peduli lainya secara sinergi.

b) Menguatka peran pemerinta kota/kabupaten sebaga pengelola program-

program penanggulangan kemiskinan diwilayahnya.

c) Mengembangkan kelembagaan masyarakat yang dipercaya, mengakar,

dan akuntabel.

d) Mengoptimalkan peranan sektor dalam pelayanan dan kegiatan

pembanguna secara terpadu di tingkat komunitas.

29

e) Meningkatkan kemampuan pembelajaran di masyarakat dalam

memahami kebutuhan dan potensi serta memecah berbagai masalah

yang dihadapinya.

f) Menerapkan konsep pembangunan partisifatif secara konsisten dan

dinamis serta berkelanjutan.

5. Prinsip Dasar PNPM Mandiri

PNPM Mandiri Menekankan Prinsip-prinsip dasr berikut ini:

A. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri

senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia

seutuhnya.

B. Otonomi. Dalam pelaksanan PNPM Mandiri, masrakat memiliki kewenangan

secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola

kegiatan pembangunan secara swakelola.

C. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral

dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masarakat

sesuai dengan kapasitasnya.

D. Beorentasi pada masarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan

mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masarakat miskin dan kelompok

masrakat yang kurang beruntung.

E. Partisipasi. Masarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan

keputusan, pembanguan dan secara gotong royong menjalankan

pembangunan.

F. Kesetaraan dan Keadialn gender, Laki-laki dan perempuan mempunyai

kesetaraan dalam perananya di setiap pembangunan dandalammenikmati

secara adil manfaat kegiatan pembangunan.

30

G. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara

musyawarah dan mufakat dengan tetap berorentasi pada kepentingan

masyarakat miskin.

H. Transparansi dan Akuntabel. Masarakat harus memiliki akses yang memadai

terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga

pelaksanaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan

dipertanggungatkan baik secara moral, teknis, legal maupun administratif.

I. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan

kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara

optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

J. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepintingan dalam penangulangan

kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antara

sesama pemangku kepentingan dalam penangulangan kemiskinan.

K. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan

kepentingan peningkatan kesejahteraan masarakat tidak hanya saat ini tetapi

juga dimasa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

L. Sederhan. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan

PNPM Mandiri harus sederhan, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah

dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masarakat.

6. Pendekatan PNPM Mandiri

Pendekatan atau upaya-upaya rasional dalm mencapai tujuan program

dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalh pembangunan

yang berbasis masyarakat yaitu:

31

A. Menggunakan kecamata sebagai lokus program untuk

mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

program.

B. Memposisikan masarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan

pelaku utama pembangunan dalam tingkat local.

C. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya local dalam proses

pembangunan parsitipatif.

D. Mengunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai

dengan karakteristik sosial,budaya dan geografis.

E. Melaui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran,

kemandirian, keberlanjutan.

7. Bidang Sarana Prasarana

A. Dasar Pemikiran

Prasarana dan sarana di Indonesia dibutuhkan oleh masyarakat untuk

membuka akses informasi dan pemasaran terutama di daerah tertinggal/terpencil.

Meskipun demikian eksistensi program bukan hanya sebatas membangun program

fisik, namun lebih dimaksudkan menyiapkan tatanan sosial masyarakat yang lebih

baik sekaligus memberdayakannya agar mampu mengakses manfaat program fisik

secara optimal bagi perbaikan pendidikan, kesehatan dan ekonom.

Penentuan skala prioritas pendanaan kegiatan dilakukan masyarakat dalam

musyawarah antar desa dengan mengacu pada sejumlah kriteria yang meliputi:

a. Aspek teknis,

b. Manfaat,

c. Keberpihakan kepada rumah tangga miskin,

32

d. Mendesak untuk dilaksanakan,

e. Didukung oleh sumber daya, serta

f. Upaya pelestarian kegiatan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

` Secara umum tujuan pembangunan prasarana dan sarana adalah

pengembangan kemandirian masyarakat melalui peningkatan kapasitas masyarakat

dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan desa dan atau antar desa,

serta peningkatan penyediaan prasarana dan sarana sosial ekonomi sesuai dengan

kebutuhan masyarakat sebagai bagian dari upaya mempercepat penanggulangan

kemiskinan.

b. Tujuan Khusus

Membangun prasarana pendukung bagi desa-desa yang membutuhkan,

diperuntukkan :

Menciptakan lapangan kerja di desa, terutama bagi rumah tangga miskin.

Meningkatkan kepedulian, perhatian/dukungan dan keikutsertaan masyarakat

dalam pelaksanaan kegiatan.

Meningkatkan kualitas kegiatan dengan penggunaan teknologi sederhana.

Meningkatkan kapasitas Tim Pengelola Kegiatan dan atau Tim Pelaksana

Pemeliharaan Prasarana, dalam pengelolaan kegiatan.

Meningkatkan keterampilan masyarakat desa dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian, monitoring dan pemeliharaan prasarana, dalam teknis

pelaksanaan.

C. Sasaran dan Jenis Kegiatan

33

a. Sasaran Program

Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Peningkatan pendapatan masyarakat dalam kegiatan prasarana

dilakukan dengan memberi kesempatan kerja bagi masyarakat namun

memprioritaskan bagi rumah tangga miskin :

1) Pada tahap persiapan pelaksanaan kegiatan, dilakukan identifikasi dan

pendaftaran calon tenaga kerja dengan menggunakan Form PTO

2) Pendaftaran Tenaga Kerja (Form A) yang berfungsi untuk memilah status

calon tenaga kerja. Sebanyak mungkin melibatkan tenaga kerja desa

setempat untuk ikut partisipasi sehingga akan memperoleh upah dari

pekerjaan maupun upah pengumpulan bahan.

3) Pencatatan rumah tangga miskin yang aktif dalam kegiatan prasarana dan

pendapatan yang diterima dihitung berdasar jumlah Hari Orang Kerja (HOK),

dan jumlah angkatan kerja.

4) Pengutamaan penggunaan bahan lokal. Kemungkinan kualitas bahan lokal

yang ada tidak sebagus bahan dari luar, tetapi sepanjang masih memenuhi

standar teknis, maka bahan lokal tersebut perlu dimanfaatkan.

Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Prasarana

Peningkatan partisipasi masyarakat pada kegiatan prasarana dan

sarana bagi pelaku PNPM Mandiri Perdesaan Perdesaan, harus

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Metode perencanaan dan pelaksanaan kegiatan harus difokuskan untuk

menumbuhkan rasa memiliki oleh masyarakat yaitu :

34

1. Meningkatkan keahlian masyarakat terutama dalam bidang teknis

dan administrasi kegiatan prasarana

2. Mengefektifkan lembaga-lembaga yang ada di desa, baik formal

maupun informal.

3. Memperoleh kualitas desain dan pekerjaan yang sesuai dengan

standar teknis dan biaya yang efisien

4. Usulan didasarkan pada pandangan masa depan yang dihasilkan

secara musyawarah, dengan mengutamakan manfaat bagi rumah

tangga miskin.

5. Kegiatan yang dibangun tidak boleh ada dampak yang merusak

lingkungan dan merugikan masyarakat.

6. Sejauh mungkin memanfaatkan potensi sumber daya lokal, baik

sumber daya alam maupun sumber daya manusia setempat.

7. Tenaga kerja yang ikut partisipasi dalam kegiatan, dibayar insentif

secara penuh.

8. Sistem perencanaan dan pengelolaan dibuat sederhana, agar

mudah dimengerti, mudah dikelola masyarakat sendiri, dan mudah

direvisi dengan alasan yang kuat.

9. Segala informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

diumumkan dan disampaikan kepada masyarakat seluas-luasnya.

10. Pemeliharaan prasarana dan sarana yang telah dibangun menjadi

tanggung jawab masyarakat bersama pemerintah desa.

11. Masyarakat harus dilatih untuk memelihara prasarana dan sarana

yang telah dibangun.

35

12. Harus terjadi alih teknologi dari FT-Kec kepada masyarakat baik

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan cara pengelolaan

pemeliharaan, melalui pelatihan dengan cara bekerja sambil belajar.

Peningkatan Pemanfaatan Teknologi

Dalam penyusunan perencanaan teknis prasarana, diperlukan

pemilihan teknologi yang tepat, meliputi aspek teknik dan dampak

lingkungan. Dalam pemilihan teknologi yang akan digunakan, FT-Kec,

KPMD dan masyarakat harus memperhatikan hal-hal di bawah ini:

1) Teknologi dipilih yang sederhana, supaya dapat dikerjakan oleh

masyarakat setempat sehingga tidak perlu mendatangkan ahli atau

peralatan dari luar. Tim Pengelola Kegiatan juga akan mampu

mengerjakan kegiatan serupa apabila PNPM Mandiri Perdesaan

Perdesaan sudah selesai.

2) Menggunakan teknologi yang tepat, sehingga menghasilkan prasarana

yang bermutu yang dapat memberi manfaat yang cukup berimbang

dengan pengeluaran biaya.

3) Menggunakan teknologi dengan biaya murah tapi awet, sehingga

masyarakat dapat membangun prasarana secara optimal, mengingat

kebutuhan prasarana perdesaan pada umumnya lebih banyak

dibandingkan jumlah bantuan langsung masyarakat (BLM). Harga

bahan harus dicari yang paling rendah yang kualitasnya terpenuhi.

Caranya mengutamakan bahan lokal yang dikumpulkan tenaga lokal

yang pembayarannya dengan upah (HOK), dan jika terpaksa harus

membeli bahan dari pemasok maka dilakukan melalui mekanisme

36

pelelangan yang dilakukan secara partisipatif, transparan untuk

menghindari kolusi, korupsi serta nepotisme.

4) Pada prinsipnya TPK berhak memilih teknologi yang dipakai asalkan

telah dinilai layak secara teknis oleh FT-Kec dan FT-Kab. Hak memilih

tersebut hanya dapat dibatasi apabila pilihannya melanggar aturan

atau kriteria.

5) TPK diharapkan tidak terpaku pada standar teknis. TPK berhak untuk

memilih teknologi lain (non-standar) apabila masih sesuai dengan

kriteria PNPM Mandiri Perdesaan, yaitu manfaat sosial-ekonomi,

kelompok sasaran, ganti rugi, dampak lingkungan, dan kelayakan

teknis dan biaya. TPK boleh mengambil teknologi yang sudah terbukti

berhasil di tempat lain, walaupun belum biasa dipakai disekitarnya.

6) Terbuka menerima masukan teknis dari berbagai sumber, baik dari

instansi terkait, lingkungan PNPM Mandiri Perdesaan atau dari luar,

sepanjang memenuhi kriteria PNPM Mandiri Perdesaan.

Peningkatan Kapasitas Masyarakat

Peningkatan kapasitas masyarakat dilakukan pada setiap tahapan

kegiatan (perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan):

1) Tahap perencanaan/desain

Pada tahap ini dilakukan penguatan kapasitas kepada TPK, KPMD

dan masya-rakat yang berminat, meliputi: cara melakukan survei,

perencanaan dan penyusunan RAB.

2) Tahap pelaksanaan

37

Tahap ini dilakukan penguatan kapasitas kepada TPK, ketua

kelompok, tokoh masyarakat dan masyarakat yang terlibat pekerjaan

meliputi : cara melaksanakan pekerjaan sesuai standar teknis yang

ditentukan (trial),

3) Tahap pemeliharaan

Pada tahap ini dilakukan penguatan kepada Tim Pengelola

Pemeliharaan Prasarana (TP3) tentang organisasi dan teknis

pemeliharaan.

b. Jenis Kegiatan

Kegiatan yang diusulkan untuk bidang prasarana dan sarana bersifat

open menu. Artinya masyarakat dapat mengusulkan apa saja sejauh usulan

tersebut tidak termasuk dalam negative list. Semua usulan masyarakat

semestinya sesuai dengan tujuan bidang prasarana dan sarana PNPM Mandiri

Perdesaan, yaitu benar-benar dibutuhkan masyarakat, diyakini dapat

mendukung peningkatan ekonomi, derajat kesehatan, pendidikan dan

peningkatan kapasitas masyarakat, serta memperhitungkan aspek

keberlanjutan (hasil berkualitas, bermanfaat dan dipelihara).

8. KEGIATAN SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP)

Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) merupakan

kegiatan pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai

kegiatan simpan pinjam.

38

1. Tujuan dan Ketentuan

a. Tujuan Umum

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan

simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro,

pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan

kegiatan kaum perempuan serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin

dan penciptaan lapangan kerja.

b. Tujuan Khusus :

Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun

sosial dasar.

Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi rumah

tangga melalui pendanaan modal usaha.

Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan.

1. Ketentuan Dasar

a. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat

mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan .

b. Terlembagakan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok

yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang baku dalam

pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman.

c. Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang

professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan pelestarian

dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan kesejahteraan.

39

d. Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi

pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan

aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.

e. Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir harus

dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

2. Ketentuan Pendanaan BLM.

Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana yang disediakan untuk

mendanai kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) per kecamatan

maksimal 25 % dari alokasi BLM.

a. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok SPP

Sasaran Program

Sasaran program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang memerlukan

pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan sosial dasar melalui kelompok

simpan pinjam perempuan yang sudah ada di masyarakat.

Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai tambahan

modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang mempunyai pengelolaan

dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman.

b. Ketentuan kelompok SPP

Ketentuan kelompok SPP adalah:

Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, yang satu sama saling

mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah

berjalan sekurang-kurangnya satu tahun.

40

Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana

simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati.

Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana

pinjaman yang diberikan kepada anggota.

Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik.

Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana.

4. Mekanisme Pengelolaan

Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan program akan tetapi perlu

memberikan beberapa penjelasan dalan tahapan sebagai berikut :

a. MAD Sosialisasi

Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk

kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan

SPP dan dapat memanfaatkan.

b. Musdes Sosialisasi

Dalam Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan

untuk kegiatan SPP di tingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa

memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan persiapan proses lanjutan.

c. Musyawarah Dusun

Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun/kampung dengan

proses sebagai berikut :

Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut di atas termasuk

kondisi anggota.

41

Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP dan melakukan

kategorisasi kelompok yang terdiri dari: Kelompok Pemula, Kelompok

Berkembang dan Kelompok Siap. Proses kategorisasi kelompok mengacu

pada ketentuan kategori perkembangan kelompok. Menyiapkan daftar

pemanfaat setiap kelompok beserta jumlah kebutuhan dan Daftar rumah

tangga miskin yang akan menjadi pemanfaat.

rumah tangga miskin yang belum menjadi anggota kelompok agar

dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok

sehingga dapat menjadi pemanfaat.

Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri:

1) Daftar kelompok yang diidentifikasi,

2) Kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan,

3) Peta sosial dan peta rumah tangga miskin,

4) Rekap kebutuhan pemanfaat.

d. Musyawarah Desa dan MKP

Musyawarah ini merupakan tahapan seleksi di tingkat desa adalah:

Penentuan Usulan Desa untuk kegiatan SPP melalui keputusan

Musyawarah Khusus perempuan (MKP). Hasil keputusan dalam MKP

merupakan usulan desa untuk kegiatan SPP.

Hasil keputusan diajukan berdasarkan seluruh kelompok yang diusulkan

dalam paket usulan desa.

Penulisan Usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal

kelompok yang akan dikompetesikan di tingkat kecamatan.

42

Dalam penulisan usulan SPP paling tidak harus memuat hal sebagai

berikut :

1) Sekilas kondisi kelompok SPP

2) Gambaran Kegiatan dan Rencana yang menjelaskan kondisi anggota,

kondisi Permodalan, kualitas pinjaman, kondisi operasional, Rencana

Usaha dalam satu tahun yang akan datang, Perhitungan Rencana

Kebutuhan Dana,

3) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi dengan

peta sosial dan peta rumah tangga miskin.

e. Verifikasi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan SPP

adalah :

Penetapan Formulir Verifikasi.

Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan

contoh format formulir yang telah tersedia. Contoh format formulir masih

harus disesuaikan dengan kondisi lokal namun tidak mengurangi prinsip

dasar penilaian dengan model CAMEL (Capital, Assets , Management,

Earning dan Liquidity) yaitu : penilaian tentang permodalan, kualitas

pinjaman, manajemen, pendapatan dan likuiditas. Contoh Formulir ada di

formulir PTO.

Proses Pelaksanaan Verifikasi

Verifikasi kelompok SPP mencakup beberapa hal sebagai berikut :

1) Pengalaman Kegiatan Simpan Pinjam

43

2) Persyaratan Kelompok

3) Kondisi Kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian :

Permodalan

Kualitas Pinjaman

Administrasi dan Pengelolaan

Pendapatan

Likuiditas (pendanaan jangka pendek)

4) Penilaian khusus rencana kegiatan.

5) Jumlah rumah tangga miskin sebagai calon pemanfaat diverifikasi

dengan daftar rumah tangga miskin.

6) Penilaian Kategorisasi Kelompok.

BAB III

44

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Geografis

1. Letak geografis

Desa Bone Baru secara geografis terletak pada titik kordinat antara 123,08º

dan 123,11º. derat Bujur Timur dan antara 142º dan 144º Lintang Selatan dengan

batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Selat Toulan

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Selat Kalumbatan

Sebelah Timur : Berbatasan dengan selat Tolise Tubono

Sebalah Selatan : Berbatasan dengan desa Potil Pololoba

2. Tofografi

Secara tofografi umumnya Desa Bone Baru berada diketinggian antara 0-500

m yang merupakan daerah perbukitan dan pasir pinggiran pantai yang berbaatasan

dengan permukaan air laut,

Desa Bone Baru terletak pada tepi pantai laut. Dengan demikian Desa Bone

Baru terletak pada ketinggian 0-25 meter diatas permukaan air laut. Secara

morfologi bentuk permukaan Desa Bone Baru relatif datar.

B. Keadaan Demografi

1. Keadaan Penduduk

Desa Bone Baru terdiri dari 4 Dusun, jumlah penduduk desa Bone Baru sebanyak

832 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga 232 kepala keluarga. Sementara luas

wilayah Desa Bone Baru 84 Km². Dengan demikian tingkat kepadatan Desa Bone

Baru adalah 9,90 orang per Km². Penduduk umumnya berada didaerah tepi pantai

45

(wilayah desa bagian tengah). Hal ini disebapkan pemukiman penduduk

terkonsentrasi di daerah tersebut. Wilayah desa bagian lain umumnya masih

merupakan wilayah untuk kegiatan pertanian dan kehutanan.

2. Mata Pencaharian

Mata pencaharian, penduduk di Desa Bone Baru sebagian besar disektor

pertanian dan perikanan. Hal ini disesuaikan dengan keadaan alam desa Bone Baru

yang masih di dominasi oleh lahan-lahan pertanian dan letal desa Bone Baru itu

sendiri yang terletak ditepi laut. Selain itu sebagian penduduk desa Bone Baru

bekerja disektor pemerintahan.

C. Keadaan Sosial

1. Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Desa Bone Baru meliputi tingkat pendidikan TK, SD

dan SLTP.

2. Peribdatan

Fasilitas peribadatan di desa Bone Baru terdapat 2 buah Masjid dan 1 buah

Gereja.

3. Kesehatan

Fasilitas kesehatan di desa Bone Baru terdapat 1 buah puskesmas

pembantu yang melayani kebutuhan kesehatan masyarakat desa Bone baru

dan satu buah pos KB.

D. Keadaana Ekonomi

1. Sektor Pertanian

Produktifitas pertanian desa pada tahunn 2010 adalah 5. 407 Ton. Keadaan

tersebut dapat ditelaah secara produksi bahwa desa Bone Baru jauh dibawah angka

produksi pertanian di Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan

46

akan tetap produktifitas desa Bone Baru sangat dibawah dari pada des-desa yang

ada di Banggai Kepulauan. Artinya desa Bone Baru pada saat ini dibandingkan

dengan tingkat pemanfaatan lahan pertanian di Kabupaten Banggai Kepulauan

belum dapat di kelola dengan baik. Untuk menggambarkan tingkat produktifitas

sektor pertanian desa Bone Baru dapat di gambarkan dengan table sebagai berikut :

Tabel 1.1Tingkat Produktifitas Sektor pertanian Desa Bone Baru

No WilayahLuas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)Produktifitas

1 Desa Bone Baru 538 5.407 9,87

Sumber : Buku komplikasi data desa RDRT-IKK Bone Baru

E. Kondisi Pemerintahan Desa

Kepala desa dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Aparatur pemerintah

desa yang terdiri dari Sekretaris Desa, Kaur Pemerintahan, Kaur Keuangan, Kaur

Umum, Kaur pembangunan, serta dibantu oleh pelaksana teknis yang terdiri dari

Keamanan, Pertanian dan Pengairan, Sosial Agama dan Kesra sedangkan tugas

pelaksanaan dikewilayahan dibantu oleh 4 Kepala Dusun. Serta dibantu oleh

lembaga yang ada di desa yang merupakan mitra kerja Kepala Desa yaitu BPD.

Dalam melaksanakan tugas kepala desa dibantu juga oleh :

1. LPMD

2. Karang Taruna

47

3. KPMD

4. Risma

5. PKK.

F. Pembagian Wilayah Desa

Desa Bone Baru terbagi beberapa dusun antara lain :

a. Dusun I terletak di sebelah Utara Desa

b. Dusun II terletak di sebelah Timur Desa

c. Dusun III terletak di sebelah Selatan Desa

d. Dusun IV (Paisu Batango) terletak disebelah barat desa dan terpisah dengan

dusun yang lain dengan jarak ± 3 Km.

G. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Pemerintah Desa Bone Baru

48

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang didapat selama

melakukan penelitian di Desa Bone Baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten

Banggai Kepulauan, yang merupakan objek penelitian. Bab ini menguraikan tentang

karakteristik responden, Implementasi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM) Mandiri dalam hal ini Pembangunan Sarana

Prasarana dan Kegitan Simpan Pinjam perempuan yang telah dituangkan kedalam

beberapah indikator penilaian.

4.1 Karakteristik Responden

Sebagaimana dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa teknik penarikan

sample pada penelitian ini adalah purposive sampling, maka pemilihan sampel

responden telah dilakukan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 34 orang. Ke-34

orang tersebut mempunyai latar belakang yang berbeda, baik dari segi umur,

pendidikan, maupun pekerjaan.

4.1.2. Usia Responden

Karakteristik responden menurut usia secara terperinci dapat dilihat pada

Tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Menurut Umur

50

Usia Frekuensi (f) Persentase (%)

20 – 29 Tahun

30 – 39 Tahun

40 – 49 Tahun

50 – 59 Tahun

≥60 Tahun

7

12

7

3

5

20,58

35,30

20,58

8,83

14,71

Jumlah 34 100

*Sumber Data ; Hasil Olahan SPSS Kuisioner, Mei 2012

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa komposisi yang mendominasi

pada penelitian ini yaitu pada usia 30-39 tahun yaitu sebesar 35,30 %, selanjutnya

responden pada usia 20-29 dan 40-49 tahun yaitu yang masing-masing sebesar

20,58 %, usia 50-59 tahun adalah responden yang jumlahnya paling sedikit yaitu

8.83 %, sedangkan pada usia ≥60 Tahun adalah responden yang kebanyakan

diambil dari para pemangku adat di Kecamatan Kalumpang yaitu sebesar 14,71 %.

Usia 30-39 merupakan frekuensi yang paling banyak, di lokasi penelitian,

peneliti mendapatkan bahwa pada usia ini, keahlian, pengalaman serta pengetahuan

masyarakat desa terbilang sudah tinggi, dan sesuai dengan metode pengambilan

sampel Purposive Sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik

tertentu yang dianggap mempunyai sangkut-paut dengan karakteristik populasi yang

sudah diketahui sebelumnya serta dianggap mampu memberikan informasi dan

data-data yang akurat. Sedangkan pada usia 20-29 tahun dalam hasil kuesioner dan

observasi peneliti hanya diperkenankan membantu dalam menyediakan dan mencari

bahan materil yang digunakan sebagai bahan pembuatan infrastruktur publik dan

pada usia 50-59 dan pada usia ≥60 merupakan masyarakat yang kebanyakan dari

51

mereka adalah para pemangku adat serta para toko-toko masyarakat, mengingat

dikecamatan Kalumpang masih banyak kegiatan atau aktivitas yang dipengaruhi

oleh adat istiadat seperti halnya penyelesaian permasalahan keluarga, tindakan

kriminal serta beberapah kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak, pendapat

serta arahan dari para pemangku adat/tokoh masyarakat masih sangat dibutuhkan.

4.1.3. Jenis Kelamin

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi (f ) Persentase (%)

1.

2.

Laki-laki

Perempuan

28

6

82,4

17,6

Jumlah 34 100

*Sumber Data ; Kuisioner, November 2013

Berdasarkan komposisi responden pada jenis kelamin, responden pada laki-

laki sebesar 82,6 % atau 28 orang, sedangkan pada perempuan sebesar 17,4 %

atau 6 orang.

Berdasarkan rasio diatas, jumlah responden laki-laki merupakan yang paling

banyak, hal ini didasari karena responden laki-laki merupakan yang yang selalu

bergelut dengan aktivitas keseharian dalam perencanaan. Dan pelaksanaan

kegiatan dilapangan karena lebih banyak berhubungan dengan pekerjaan Fisik yang

membutuhkan tenaga yang besar dan tentu saja beberapah keahlian yang hanya

dimiliki oleh para lelaki. Sedangkan perempuan merupakan pekerja pasif dirumah

namun sesuai dengan prinsip dari pelaksanaan PNPM yaitu Kesetaraan dan

52

keadilan gender. Dimana dalam masyarakat baik laki-laki dan perempuan

mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam

menikmati manfaat kegiatan pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian

kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik.

Dalam pelaksanaan PNPM kesetaraan dan keadilan gender merupakan

prioritas utama dalam setiap pelaksanaan kegiatan dimana dalam pencarian

gagasan serta perencanaan kegiatannya saran serta ide/gagasan yang berasal dari

perempuan dijadikan prioritas utama dalam setiap pelaksanaan kegiatan mengingat

para perempuanlah dan ibu rumah tangga memegang peran penting dalam

kehidupan sosial masyarakat, sehingga pada pelaksanaan kegiatanpun para

perempuan juga ikut turun tangan membantu kegiatan dengan menyediakan

keperluan logistic atau makanan bagi para Lelaki yang sedang bekerja.

4.1.4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu hal yang utama dalam pencapaian

hasil penelitian ini, tingkat pendidikan pada responden sangat berpengaruh pada

kemampuan memberikan informasi terkait pelaksanaan kegiatan PNPM di

Kecamatan Kalumpang ini, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pemerintah dan

masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan dapat melihat serta memahami

persoalan yang dibutuhkan dalam pembangunan di desanya.

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan

53

Tingkat Pendidikan Frequency Percent

SD/Sederajat Tamat 6 17.6

SLTP/Sederajat Tamat 5 14.7

SLTA/Sederajat Tamat 15 44.1

Diploma Tamat 2 5.9

S1 Tamat 6 17.6

Total 34 100.0

*Sumber Data ; Hasil Olahan November 2013

Pada tabel diatas 4.4 dapat dilihat adanya tingkat perbedaan responden. Dari

seluruh responden tingkat pendidikan SLTA/sederajat mendominasi dengan 14

orang atau sebesar 44,1 %, SLTP/sederajat dengan 5 orang atau 14,7 %, Sarjana

dengan 6 orang atau 17,6 %, SD dengan 6 orang atau 17,6 %. Dan diploma dengan

2 orang atau 5,9 %.

Dari penjelasan diatas dapat dilihat tingkat pendidikan masyarakat di

Kecamatan Kalumpang masih tergolong baik, adapun responden tamatan SLTA,

Diploma dan Sarjana yang paling banyak didominasi mereka yang bekerja sebagai

PNS walaupun ada juga sebagian kecil dari mereka yang memilih untuk menjadi

petani. Sedangkan tamatan SLTP dan SD adalah mereka yang kebanyakan bekerja

sebagai petani dan berkebun, dalam penelitian ini, peneliti tidak mendapati

responden yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Jadi bisa dikatakan tingkat

pendidikan masyarakat di Kecamatan Kalumpang masih tergolong baik.

4.1.5. Pekerjaan

54

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Frequency Percent(%)

Petani 17 50.0

Pedagang 1 2.9

PNS 8 23.5

Sopir/Tukang ojek 1 2.9

Siswa/Mahasiswa 1 2.9

Ibu Rumah Tangga 2 5.9

Pensiunan PNS 3 8.8

Lain-lain 1 2.9

Total 34 100

Sumber Data ; Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

Berdasarkan tabel 4.5, pekerjaan yang paling banyak yang dikerjakan oleh

responden adalah pada bidang Pertanian dengan 17 orang atau 50 %, PNS/Honorer

dengan 8 orang atau 23,5 %, Pensiunan PNS dengan 3 orang atau 8,8 %, Ibu

Rumah Tangga dengan 5,9 %. dan Pedagang/Wiraswasta/Peg.Swasta,

Sopir/Tukang ojek, Mahasiswa, Pemuka agama dengan 1 orang atau 2,9 %.

Sesuai dengan teknik penarikan sampel dalam penelitian ini yang dilakukan

secara “Purposive Sampling” maka peneliti sengaja mempeta-petakan responden

agar dapat menentukan jawaban yang bisa diharapkan dalam pengembangan

55

penelitian ini dengan harapan bahwa responden akan mampu memberikan informasi

dan data-data yang akurat.

1. Perencanaan Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Pedesaan (PNPM MP)

Perencanaan kegiatan meliputi tahap persiapan dan sosialisasi awal, serta

perencanaan di Desa, di Kecamatan, dan di Kabupaten. Tahap persiapan dan

sosialisasi awal dimulai dari MAD Sosialisasi sampai dengan Pelatihan KPMD/K.

Perencanaan kegiatan di Desa, dimulai dengan tahap penggalian gagasan sampai

dengan Musdes Perencanaan atau dikenal dengan istilah Menggagas Masa Depan

Desa (MMDD). Perencanaan kegiatan di Kecamatan dimulai dengan MAD prioritas

usulan sampai dengan MAD penetapan usulan. adapun tahapan-tahapan

musyawarah dalam proses perencanaan kegiatan ini adalah sebagai beriku:

a. Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosialisasi

MAD sosialisasi merupakan pertemuan antar desa untuk sosialisasi awal

tentang tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur maupun hal-hal lain yang berkaitan

dengan PNPM Mandiri Perdesaan seperti sosialisai cara pengambilan keputusan di

tingkat desa atau antar desa, utamanya menyangkut pemilihan kegiatan, keputusan

pendanaan, mekanisme penyaluran dana BLM dan dana pendukung lainnya cara

pemetaan RTM dan kegunaannya, konsep BKAD, cara penanganan masalah,

pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi, SosialisaiTersosialisasikannya rencana

pembentukan UPK dan Badan Pengawas UPK beserta tugas dan kewenangannya,

serta pola penyampaian informasi, perencanaan partisipatif di desa dengan

56

menggunakan pola MMDD sebagai panduan penyusunan RPJMDes, serta rencana

program/proyek kabupaten atau pihak lain yang akan dilaksanakan di desa,

Agenda dalam MAD Sosialisasipun juga menentukan kesepakatan-

kesepakatan antar desa seperti Disepakatinya mekanisme musyawarah antar desa

termasuk terpilihnya ketua rapat, pokok-pokok kesepakatan dalam penyelenggaraan

musyawarah, dan penetapan anggota tim perumus. jadwal kegiatan musyawarah

desa sosialisasi dari tiap desa dan rencana pelaksanaan musyawarah antar desa

prioritas usulan, waktu penyusunan detail desain dan RAB usulan kegiatan,

Didalam MAD Disampaikannya hasil evaluasi pelaksanaan PNPM PPK atau

Mandiri Perdesaan yang telah berjalan sebelumnya terutama berkaitan dengan

kegiatan pelestarian sarana prasarana yang telah dibangun, serta pengelolaan

kegiatan perguliran

b. Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi

Musdes sosialisasi merupakan pertemuan masyarakat desa sebagai ajang

sosialisasi atau penyebarluasan informasi PNPM Mandiri Perdesaan di desa, seperti

Tersosialisasinya informasi pokok PNPM Mandiri Perdesaan, keputusan yang

dihasilkan dalam musyawarah antar desa sosialisasi, Adanya pernyataan

kesanggupan atau kesedian desa untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan

PNPM Mandiri Perdesaan, konsep dan kebijakan, perencanaan kegiatan dengan

pola Menggagas Masa Depan Desa (MMDD) sebagai dasar penyusunan RPJMDes,

pola pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi, dipahaminya kebijakan tentang

pemetaan RTM, pembentukan BKAD, penanganan masalah, pemantauan,

pemeriksaan dan evaluasi, pola penyampaian informasi,

57

Dimana dalam musdes sosialisasi juga dilaksanakan proses pemilihan

Pengurus TPK terdiri dari; Ketua, Sekretaris, dan Bendahara, ditetapkannya BPD

sebagai lembaga pengawas pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di desa,

dibentuk tim pemantau dari unsur masyarakat untuk melakukan pemantauan

pelaksanaan kegiatan, dan dipilih dan ditetapkannya KPMD atau kader desa dan

kader teknik yang akan memfasilitasi masyarakat dalam menyelenggarakan proses

PNPM Mandiri Perdesaan,

c. Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

KPMD yang telah terpilih dalam musyawarah desa sosialisasi, akan

memandu serangkaian tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan yang diawali

dengan proses penggalian gagasan di tingkat dusun dan kelompok masyarakat.

Sebelum melakukan tugasnya, KPMD akan mendapat pelatihan. Agar KPMD dapat

paham akan latar belakang, tujuan, prinsip, kebijakan dan tahapan atau mekanisme

PNPM Mandiri Perdesaan,pahami akan peran dan tugasnya, Bertambahnya

keterampilan melakukan teknik teknik fasilitasi pertemuan masyarakat dalam

tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan, termasuk perencanaan secara

partisipatif, Bertambahnya keterampilan memberikan pendampingan dan

pembimbingan kepada masyarakat agar mampu mengelola PNPM Mandiri

Perdesaan secara mandiri, dan Bertambahnya kemampuan administrasi dan

pelaporan yang diperlukan.

d. Musyawarah Penggalian Gagasan

Musyawarah penggalian gagasan adalan pertemuan

kelompok-kelompok/dusun untuk menemukan gagasan-gagasan sesuai kebutuhan

masyarakat terutama RTM. Gagasan-gagasan yang disampaikan oleh masyarakat

58

tidak sekedar gagasan kegiatan yang diajukan dalam rangka mendapatkan dana

PNPM Mandiri Perdesaan, tetapi berupa gagasan-gagasan dalam kaitan langsung

penanggulangan kemiskinan. Musyawarah penggalian gagasan dilakukan dengan

memanfaatkan pertemuan rutin kelompok yang sudah ada (formal maupun informal).

Bahan yang diperlukan adalah peta sosial dusun, daftar rumah tangga miskin dan

sangat miskin di dusun berikut kriterianya, serta lembar diagram Venn kelembagaan.

e. Musyawarah Desa Khusus Perempuan (MKP)

MKP dihadiri oleh kaum perempuan dan dilakukan dalam rangka membahas

gagasan-gagasan dari kelompok-kelompok perempuan dan menetapkan usulan

kegiatan yang merupakan kebutuhan desa. Usulan yang disampaikan perlu

mempertimbangkan hasil penggalian gagasan yang telah dilakukan sebelumnya.

Usulan hasil musyawarah tersebut selanjutnya dilaporkan ke musyawarah desa

perencanaan untuk disahkan sebagai bagian dari usulan desa, dimana gagasan

yang berasal dari MKP inilah ang menjadi prioritas usulan dalam Musdes

Perencanaan nantinya.

f. Musdes Perencanaan

Musdes perencanaan merupakan pertemuan masyarakat di desa yang

bertujuan untuk membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil dari proses penggalian

gagasan di kelompok-kelompok/dusun. Bahan-bahan yang harus disiapkan adalah

peta desa hasil penggabungan semua peta dusun, rekap data RTM dusun, diagram

Venn kelembagaan, rekap gagasan semua dusun, rekap masalah semua dusun,

dan usulan kelompok perempuan.

59

Hasil yang diharapkan dari Musdes Perencanaan adalah : Terumuskannya

visi desa yang dibuat berdasarkan proses sebelumnya yang berasal dari penggalian

gagasan dan MKP, Berdasarkan tabel penggalian gagasan, memiliki dan

menetapkan satu usulan kegiatan sarana prasarana dasar atau kegiatan

peningkatan kualitas hidup masyarakat (kesehatan atau pendidikan) dan

peningkatan kapasitas kelompok-kelompok usaha ekonomi Terpilih dan

ditetapkannya Tim Penulis Usulan, Tim Pemelihara. Terpilihnya sekurang-kurangnya

satu orang yang akan diusulkan menjadi calon pengurus UPK dan calon pengamat

pada musyawarah antar desa prioritas usulan, Terpilihnya wakil-wakil desa yang

akan hadir dalam musyawarah antar desa prioritas usulan.

Adapun tanggapan responden mengenai perencanaan dalam pelaksanaan

Pembangunan sarana prasarana dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.2

Perencnaan dalam Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana

Responden Prekuinsi Persen %

Sangat Baik

Baik

Kurang Baik

30

2

2

83,2

5,9

5,9

Total 34 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa rencana pelaksanaan

pembangunan sarana prasarana tangapan responden yang mengatakan sangat baik

60

30 atau (88,2%) atau responden yang mengatakan Baik 2 atau (5,9%) dan

responden yang mengatakan kurang Baik 2 atau (5.9%) maka dapat disimpulkan

bahwa pelaksanaan pembangunan sarana prasarana di desa Bone Baru sudah

sangat baik karena merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat, sehingga apa

yang menjadi kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi

kebijakan.

berikut tabel yang menggambarkan tanggapan masyarakat mengenai tujuan

dari pembangunan Sarana prasaran di desa Bone Baru :

Tabel 1.3

Tujuan pembangunan sarana prasarana

Responden Prekuinsi Persen %

Sangat Baik

Baik

Kurang Baik

20

10

4

58,8

29,4

11,8

Total 34 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

Berdasarkan tabel 1.3. Tangapan Responden yang mengatakan Sangat Baik

20 atau (58,8%) dan yang lainya menjawab Baik 10 atau (29,4%) dan yang

menjawab kurang baik 4 (11,8%) maka dapat disimpulkan tujuan pembangunan

sarana prasarana Baik.

Hal ini sesuai dengan apa yang di ungkapkan Bapak Hamir selaku Ketua

TPK yang menyatakan bahwa :

61

“kegitan ini memiki tujuan yang sangat bermanfaat untuk kebutuhan

masyarakat, banyak perubahan kita dapat melihat perubahan yang

signifikan yang terjadi di desa dengan adanya kegiatan ini.”(Hasil

Wawancara tanggal 5 November 2013)

2. Pelaksana Program nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Pelaksanaan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya

pelaksana yang berkompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu program.

Adapun.

Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

di desa Bone Baru telah menjadi tanggung jawab dan wewenang dari tim pengelola

kegiata (TPK), yang bertugas mengelola dan melaksanakan kegiatan yang didanai

oleh PNPM Mandiri Perdesaan secara terbuka dan melibatkan masyarakat, dalam

hal :

- pembuatan rencana kerja detail dan Rencana Penggunaan Dana (RPD) untuk

memanfaatkan biaya pelaksanaan kegiatan.

- penyiapan dokumen administrasi sesuai ketentuan pada buku PTO dan

penjelasannya.

- pembuatan rencana dan pelaksanaan proses pengadaan bahan dan alat,

mengoordinasikan tenaga kerja, pembayaran insentif dan bahan sesuai

ketentuan.

- memastikan bahwa tenaga kerja berasal dari RTM diutamakan.

- pemeriksaan hasil kerja dan penerimaan bahan kemudian mengajukan sertifikasi

untuk mendapat persetujuan dari Fasilitator Kecamatan,

- pengawasan dan pengendalian kualitas pekerjaan,

62

- pembuatan laporan bulanan,

- menyelenggarakan musyawarah desa yang diperlukan termasuk musyawarah

dalam rangka perubahan kegiatan jika terjadi perubahan pekerjaan,

- menyelenggarakan dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban dana

PNPM Mandiri Perdesaan dan kemajuan pelaksanaan kegiatan setiap tahap

pencairan dana melalui pertemuan musyawarah desa dan menempelkan data di

papan informasi,

- menyelenggarakan dan melaporkan pertanggungjawaban seluruh penggunaan

dana PNPM Mandiri Perdesaan dan hasil akhir pelaksanaan kegiatan PNPM

Mandiri Perdesaan melalui pertemuan musyawarah desa,

- membuat dan menandatangani Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan

Kegiatan (SP3K) bersama PJOK.

- membuat rencana operasional dan pemeliharaan aset hasil kegiatan PNPM

Mandiri Perdesaan.

Adapun tim pengelola tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 1.4

Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Desa Bone Baru

Posisi Pelaksana Pendidikan

Ketua TPK Hamir SMA

Sekretaris TPK Aston A R Tulemo S1

Bendahara TPK Rusnah SMA

Sumber : TPK Desa Bone Baru

63

Adapun tanggapan responden mengenai pelaksana pembangunan Sarana

Prasaran di desa dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.5

Tanggapan responden mengenai Pelaksana Pembangunan Sarana Prasarana

Responden Frekuensi Persen %

Sangat Baik

Baik

Kurang Baik

30

2

2

88,2

5,9

5,9

Total 34 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

Dari keterangan tabel dalam tabel di atas dapat diketahui responden yang

mengatakan pelaksana pembangunan sarana prasarana Sagat Baik 30 atau

(88,2%) dan yang mengatakan Baik 2 (5,9%) sementara yang mengatakan kurang

baik 2 (5,9%) hal ini dapat disimpulkan bahwa pelaksana pembanggunan sarana

prasaran sudah sangat baik.

Hal ini di perkuat dengan keterangan Bapak Buhari S Ngoning yang

mengatakan bahwa :

“Para pelaksan pada PNPM yang ada di desa ini merupakan hasil seleksi

dari masyarakat, melalui proses musyawarah minimal tamatan SMA atau

sederajat, kemudian mengikuti pelatihan-pelatihan di kecamatan.” (Hasil

wawancara pada tanggal 5 November 2013

64

4. Manfaat dari pelaksanaan pembangunan sarana prasarana

Sarana Prasarana yang dibangun adalah infastruktur publik yang dianggap

sangat penting dan dibutuhkan oleh semua masyarakat yang ada di Desa Bone

Baru, yaitu infrastruktur yang menjadi salah satu kebutuhan utama manusia adapun

infrastruktur yang dibangun dalam Implementasi PNPM adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan gedung PAUD Pembangunan sarana pendidikan untuk

membantu masyarakat dalam menbantu kebutuhan masyarakat atas

pentingnya pendidikan dini bagi anak-anak di desa setempat turut serta

dalam mencerdaskan bangsa.

b. Pembuatan Jalan Rabat

Pembuatan sarana jalan merupakan salah kebutuhan masyaraka untuk

kelancaran transportasi dalamrangka mendukung aktivitas ekonomi

masyarakat.

c. Pembangunan tanggul pantai

Sangat membantu masyarakat dalam hal ini pemukiman masyarakat agar

terlindung dari abrasi pantai.

d. Pembangunan tanggul aliran sungai sangat membantu masyarakat dari

ancaman banjir.

Adapu hasil Pembangunan Sarana Prasarana dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Hasil Pembangunan Sarana Prasarana

NoTahun

AnggaranSaran Prasaran

Ketua TPK

1 2009 Pembangunan Gedung PAUD Hamir

65

2 2010 Pembangunan Jalan Rabat Hamir

3 2011 Hamir

4 2013 Pembangunan Tanggu  Sungai Hamir

5 2013 Pembangunan Tanggul pantai Hamir

Sumber data TPK Desa Bone Baru

Dalam proses penyelenggaraan kegiatan TPK yang bertanggung jawab

untuk mengelolah dan memfasilitasi setiap pelaksanaan kegiatan di desa dimana

mereka berada dan dibawah ini akan dijelaskan secara lebih detail proses

pelaksanaan PNPM di : desa Bone Baru.

Pelaksanaan pembangunan infrastruktur publik melalui Proram

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM) Mandiri di desa Bone Baru

Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan, mendapat respon yang

baik dari kalangan masyarakat begitupun juga dengan aparat pemerintah setempat.

Dari hasil wawancara dengan Bapak Buhari S Ngonong selaku Kepala Desa

Setempat mengenai Pelaksanaan Pembanggunan Sarana Prasarana yang

menyatakan bahwa :

“Program PNPM Mandiri ini berbeda dengan program-program

pemerintah lainnya yang diberikan kepada masyarakat karena dirasakan

kurang menyentuh bagi kalangan masyarakat itu sendiri. Kebanyakan

dari program tersebut hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Bahkan

terkesan masyarakat hanya tahu jadinya saja tanpa adanya bentuk

partisipasi yang diberikan dalam kegiatan program tersebut. Namun

melalui PNPM dalam hal ini pembangunan sarana prasarana, masyarakat

66

merasa mendapat ruang untuk ikut serta menjadi pelaku dalam setiap

kegiatannya mulai dari proses perencanaan ,pelaksanaan, pemeliharaan

sampai pada proses pengendaliannya sehingga masyarakat merasa

peduli dan memiliki terhadap setiap sarana prasarana yang telah

dibangunnya. (Hasil Wawancara tanggal 11 November 2013)

Adapun tanggapan responden tentang pelaksanaan Pembangunan Sarana

dapat dilihat Pada tabel berikut ini :

Tabel 1.6

Manfaat pelaksanaan pembangunan sarana prasarana

Responden Frekuensi Persen %

Sangat Baik

Baik

Kurang Baik

30

2

2

88,2

5,9

5,9

Total 34 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

Berdasarkan Tabel 1.6 diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan

pembangunan sarana prasarana tangapan responden yang mengatakan sangat

baik 30 atau (88,2%) atau responden yang mengatakan Baik 2 atau (5,9%) dan

responden yang mengatakan kurang Baik 2 atau (5.9%) maka dapat disimpulkan

bahwa pelaksanaan pembangunan sarana prasarana di desa Bone Baru sudah

sangat baik. Artinya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

5. partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembagunan sarana prasarana

67

Partisipasi masyarakat merupakan hal penting dalam pelaksanaan PNPM-

Mandiri Perdesaan. Hasil yang nyata dari kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di

lapangan (baik dalam bentuk pembangunan sarana/prasarana, kegiatan dan

lainnya), menjadi motivasi bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai

kegiatan dalam PNPM Mandiri, mulai pada tahap perencanaan (Musyawarah Antar

Desa Sosialisasi, Musyawarah Desa Sosialisasi, Penggalian Gagasan, Musyawarah

Desa Khusus Perempuan, Musyawarah Desa Perencanaan, Musyawarah Antar

Desa Prioritas Usulan, Musyawarah Desa Pendanaan dan Musyawarah Desa

Informasi Hasil MAD), pelaksanaan (pelaksanaan kegiatan, Musyawarah Desa

Pertanggungjawaban I & II dan Musyawarah Desa Serah Terima dan pelestarian.

Adapun untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pembangunan

sarana prasarana dapat dilihat dalam tabel tanggapan responden berikut ini :

Tabel 1.7

Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pembangunan Sarana Prasarana

Responden Frekuinsi Persen %

Baik

Kurang Baik

3

31

8,8

91,2

Total 34 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

68

Berdasarkan pada tabel 1.6 diatas menunjukkan bahwa 3 (8,8%) dan 31

responden (91,2%) mengatakan kurang baik dalam hal partisipasi masyarakat,ini

disebapkan masyarakat lebih cenderung sibuk dengan aktifitas sehari hari.

Hal in di perkuat oleh keterangan bapak Bapak Hamir selaku ketua TPK

yang menyatakan bahwa :

“yang menjadi kesulitan kami sebagai pelaksana salah satunya partisipasi

aktif masyarakat yang sangat kurang yang masyarakat lebih cenderung

sibuk dengan aktifitasnya sehari” (hasil wawancara tanggal 5 November

2013)

Melalui komunikasi berupa penyampaian informasi dengan baik dalam

proses implementasi kebijakan dapat menyadarkan semua pihak yang terlibat agar

mereka tahu apa yang menjadi tujuan dan sasaran program, sehingga tidak ada

ketimpangan dalam pelaksanaannya. Begitupn dengan Pembangunan sarana

Prasarana.

C. Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP)

1. Tahap perencanaan kegiatan simpan Pinjam perempuan

Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan program akan tetapi perlu

memberikan beberapa penjelasan dalan tahapan sebagai berikut :

a. MAD Sosialisasi

Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan

untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya

kegiatan SPP dan dapat memanfaatkan.

69

b. Musdes Sosialisasi

Dalam Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan

Persyaratan untuk kegiatan SPP di tingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat

desa memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan persiapan proses

lanjutan.

c. Musyawarah Dusun

Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun/kampung

dengan proses sebagai berikut :

Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut di atas termasuk

kondisi anggota.

Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP dan melakukan

kategorisasi kelompok yang terdiri dari: Kelompok Pemula, Kelompok

Berkembang dan Kelompok Siap. Proses kategorisasi kelompok mengacu

pada ketentuan kategori perkembangan kelompok. Menyiapkan daftar

pemanfaat setiap kelompok beserta jumlah kebutuhan dan Daftar rumah

tangga miskin yang akan menjadi pemanfaat.

rumah tangga miskin yang belum menjadi anggota kelompok agar dilakukan

tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok sehingga dapat

menjadi pemanfaat.

Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri :

1) Daftar kelompok yang diidentifikasi,

2) Kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan,

3) Peta sosial dan peta rumah tangga miskin,

70

4) Rekap kebutuhan pemanfaat.

d. Musyawarah Desa dan MKP

Musyawarah ini merupakan tahapan seleksi di tingkat desa adalah:

Penentuan Usulan Desa untuk kegiatan SPP melalui keputusan

Musyawarah Khusus perempuan (MKP). Hasil keputusan dalam MKP

merupakan usulan desa untuk kegiatan SPP.

Hasil keputusan diajukan berdasarkan seluruh kelompok yang diusulkan

dalam paket usulan desa.

Penulisan Usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan proposal

kelompok yang akan dikompetesikan di tingkat kecamatan.

Dalam penulisan usulan SPP paling tidak harus memuat hal sebagai

berikut :

1) Sekilas kondisi kelompok SPP

2) Gambaran Kegiatan dan Rencana yang menjelaskan kondisi

anggota, kondisi Permodalan, kualitas pinjaman, kondisi operasional,

Rencana Usaha dalam satu tahun yang akan datang, Perhitungan

Rencana Kebutuhan Dana,

3) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi dengan

peta sosial dan peta rumah tangga miskin.

e. Verifikasi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan SPP

adalah:

Penetapan Formulir Verifikasi.

71

Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan

contoh format formulir yang telah tersedia. Contoh format formulir masih

harus disesuaikan dengan kondisi lokal namun tidak mengurangi prinsip

dasar penilaian dengan model CAMEL (Capital, Assets , Management,

Earning dan Liquidity) yaitu : penilaian tentang permodalan, kualitas

pinjaman, manajemen, pendapatan dan likuiditas.

- Proses Pelaksanaan Verifikasi

Verifikasi kelompok SPP mencakup beberapa hal sebagai berikut :

1) Pengalaman Kegiatan Simpan Pinjam

2) Persyaratan Kelompok

3) Kondisi Kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian :

Permodalan

Kualitas Pinjaman

Administrasi dan Pengelolaan

Pendapatan

Likuiditas (pendanaan jangka pendek)

4) Penilaian khusus rencana kegiatan.

5) Jumlah rumah tangga miskin sebagai calon pemanfaat diverifikasi

dengan daftar rumah tangga miskin.

6) Penilaian Kategorisasi Kelompok.

Adapun tanggapan responden mengenai rencana pelaksanaan SPP dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

72

Tabel 1.8

Tangapan Responden terhadap gagasan Pelaksanaan kegiatan SPP

Responden Frekuensi Persen %

Sangat Baik

Baik

26

7

78,8

20,6

Total 34 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

Dari tabel keterangan tabel diatas yang menyatakan sangat baik 26 (78,8%)

dan yang mengatakan baik 7 atau (20,6%) oleh krena itu dapat disimpulkan

tanggapan responden mengenai gagasan sudah tepat sesuai apa yang menjadi

kebutuhan masyrakat miskin dapat di akomodir, sesuai dengan apa yang diinginkan

oleh masyarakat.

2. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan SPP

a. Mempercepat proses pemenuhan pendanaan usaha ataupun sosial dasar

SPP ini merupakan kegiatan pemberian dana bergulir kepada kelompok

perempuan dalam mengembangkan usaha mikro yaitu dengan memberikan akses

permodalan yang dibutuhkan oleh pengusaha mikro dan golongan ekonomi lemah

secara luas, mudah dan murah.

Tabel 1.9

Jumlah Pinjaman berdasarkan Kategori Kelompok Penerima SPP

73

Jenis Kelompok Lamanya TerbentukAlokasi

Pinjaman/Anggota

Kelompok Baru ≤ 2 Tahun ≤ 5 Juta

Kelompok Lama ≥ 2 Tahun ≥ 5 Juta

Sumber : TPK Desa Bone Baru

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pengajuan pinjaman telah

diatur berdasarkan kategor kelompok penerima SPP, Kelompok baru, yaitu

kelompok yang baru terbentuk kurang lebih 2 tahun, pinjaman yang diajukan tidak

boleh lebih dari lima juta rupiah sedangkan kelompok lama yaitu kelompok yang

sudah terbentuk lebih dari 2 tahun, pengajuan pinjamannya boleh di atas lima juta.

Bapak Hamir selaku ketua TPK, yang mengemukakan bahwa:

“Dengan adanya program SPP ini dapat membantu masyarakat khusnya

Rumah Tangga Miskin dalam memperoleh pinjaman modal usaha dengan

lebih mudah dan dengan bunga yang lebih rendah. (Hasil wawancara pada

tanggal 5 November 2013)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

pemberian dana SPP ini memberikan manfaat besar bagi penerima yang ada di

Desa Bone Baru. Ini dikarenakan syarat yang perlu dipenuhi tidak serumit yang

diajukan oleh pihak bank, dan bunga atas pinjaman dana SPP lebih rendah

dibandingkan bunga kredit pada bank. Hal ini di kemukakan oleh Ibu Rusnah selaku

bendahara pada TPK bahwa:

74

“Bunga yang di kenakan pada pinjaman SPP adalah sebesar 1,5 %

menurun, dan bunga tersebut lebih rendah dibandingkan bunga dari bank.”

(Hasil wawancara pada tanggal 6 November 2013)

Beliau juga menambahkan bahwa:

“Dalam SPP tidak memberikan jaminan kepada TPK seperti pada bank,

tetapi dengan memberikan jaminan kepada kelompok, yang dipegang oleh

ketua kelompok, yang disebut sebagai tanggung renteng”.

b. Pemberian kesempatan kaum perempuan dalam peningkatan ekonom

rumah tangga

SPP dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan

melalui pemberian dana bergulir yang melibatkan masyarakat yaitu dari kaum

perempuan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantau dan

evaluasi. Melalui proses pembangunan partispatif, kesadaran kritis dan kemandirian

kaum perempuan, terutama Rumah Tangga Miskin (RTM) produktif dapat ditumbuh

kembangkan sehingga mereka bukan sebagai objek melainkan sebagai subyek

upaya penanggulangan kemiskinan. Setiap kebijakan mempunyai target yang

hendak dan ingin dicapai. Pada point ini, ingin dijelaskan seberapa besar perubahan

yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan, dimana target

tersebut harus mempunyai skala yang jelas. Oleh sebab itu, setiap program yang

dilaksanakan tentu saja bertujuan untuk memperbaiki atau mengubah kondisi yang

ada menjadi kondisi yang lebih baik dan dapat menguntungkan semua pihak, yaitu

pemerintah sebagai implementor dan juga masyarakat sebagai kelompok sasaran.

75

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Buhari S. Ngoning yang

mengutarakan bahwa:

“Semenjak program SPP ini ada, kondisi kehidupan warga lebih membaik

dari sebelumnya. Dulunya mereka hanya mengandalkan Raskin dan dana

sosial, tetapi sekarang mereka lebih mandiri.” (Hasil wawancara pada

tanggal 11 November 2012)

c. Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum perempuan

Pengembangan kelembagaan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

lembaga terutama lembaga lokal dalam melaksanakan pembangunan, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evalusi. Melalui program SPP ini

diharapkan dapat mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam bagi kaum

perempuan, sehingga partispasi perempuan dalam pembangunan dapat lebih

dimaksimalkan. Berdasarkan buku Petunjuk Teknis Operasional (PTO) yang

menyatakan bahwa salah satu prinsip dasar dari implementasi Program PNPM MP

adalah “Kesetaraan dan keadilan gender”, dimana masyarakat baik laki-laki maupun

perempuan mempunyai keseteraan dalam perannya di setiap tahapan program dan

dalam menikmai manfaat manfaat kegiatan pembangunan. Untuk menncapai

kesetaraan dan keadilan gender, maka salah satu langkah yang dilakukan adalah

dengan pemihakan kepada kaum perempuan. Sebagai salah satu wujud

kepemihakan kepada perempuan, PNPM Mandiri Perdesaan mengharuskan adanya

keterlibatan perempuan sebagai pengambil keputusan dan pelaku pada semua

tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian. Kepentingan perempuan harus

terwakili secara memadai. Pemihakan memberi makna berupa upaya pemberian

76

kesempatan bagi perempuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, ekonomi dan politik

serta mengakses asset produktif. Usaha mendorong perempuan dalam penguatan

kelembagaan, salah satu diantaranya dengan diadakannya Musyawarah Khusus

Perempuan (MKP), yang dihadiri oleh kaum perempuan, yang bertujuan untuk

mengajak kaum perempuan dalam menangani permasalahan penyebab kemiskinan.

Pada MKP inilah diadakan pertemuan-pertemuan khusus perempuan untuk

menggali gagasan dan menumbuhkembangkan apresiasi masyarakat terhadap

pembangunan. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa partisipasi

masyarakat sangat memiliki peranan yang tidak kalah penting terhadap

pembangunan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Bone Baru,

Bapak Buhari S. Ngoning, yang mengemukakan bahwa:

“saya kira tujuan kegiatan SPP sudah tepat karena masih banyak

masyarakat di desa ini yang tergolong miskin sehingga benar-benar

membutuhkan bantuan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat miskin tersebut.

Hal ini di perkuat dengan tangapan responden pada tabel berikut ini :

Tabel 1.10

Tangapan Responden mengenai tujuan kegiatan SPP

Responden Frekuensi Persen %

Sangat Baik

Baik

28

6

82,4

17,6

77

Total 34 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

Dari keterangan tabel di atas responden yang mengatakan Sangat Baik 28

(82,4) dan yang mengatakan baik 6 atau (17%) dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

SPP sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam hal ini membantu

perekonomian masyarakat khususnya Rumah Tangga Miskin (RTM)

3. Pelaksana kegiatan Simpan Pinjam Perempuan

Dalam hal ini yaitu dari aspek kuantitas dan kualitas pelaksana. Dalam

implementasi suatu program tentu saja diperlukan pelaksana guna mendukung

terlaksananya program dengan baik. Tanpa adanya personil untuk melaksanakan

suatu program, maka kebijakan apapun tidak dapat berjalan dan hanya akan tinggal

dokumen tanpa adanya realisasinya. Oleh karena itu ketersediaan pelaksana yang

cukup serta berkompetensi dalam mendorong keberhasilan kebijakan sangat

diperlukan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Buhari S Ngoning, yang

mengemukakan bahwa:

“Para pelaksan pada PNPM yang ada di desa Bone Baru merupakan hasil

seleksi dari masyarakat, melalui proses musyawarah minimal tamatan SMA

atau sederajat, kemudian mengikuti pelatihan-pelatihan dikecamatan.” (Hasil

wawancara pada tanggal 5 November 2013)

Maka dapat diketahui bahwa dalam menduduki posisi pelaksana program

PNPM SPP telah memiliki persyaratan dan seleksi khusus. Selain itu untuk

peningkatan kemampuan pelaksana maka diberikan pelatihan pratugas dan

pelatihan penyegaran guna meningkatkan pengetahuan mengenai program tersebut.

78

Hal ini dapat di buktikan dalam tabel tanggapan responden mengenai

pelaksan SPP berikut ini :

Tabel 1.11

Tangapan Responden mengenai Pelaksana kegiatan SPP

Responden Frekuensi Persen %

Sangat Baik

Baik

Kurang Baik

4

22

8

11.8

64,7

23,5

Total 34 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

Dari ketrerangan tabel diatas dapat disimpulkan pelaksana kegiatan SPP

baik dilihat dari responden yang mengatakan Sangat Baik 4 atau (11,8%) dan yang

mengatak baik 22 (64,7%) sedangkan yang mengatkan Kurang Baik 8 (23,5%)

4. Manfaat dari pelaksanaan kegiatan SPP

Manfaat dari kegiatan SPP mengembangkan potensi kegiatan simpan pinjam

pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro, pemenuhan kebutuhan

pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan

serta mendorong pengurangan rumah tangga miskin dan penciptaan lapangan kerja

untuk kesejahteraan Rumah Tangga Miskin (RTM). Berdasarkan hasil wawancara

79

dengan Kepala Desa Bone Baru, Bapak Buhari S. Ngoning, yang mengemukakan

bahwa:

“Begitu banyak manfaat yang diperoleh dengan adanya program SPP sangat

membantu perekonomian masyarakat, khususnya dalam peningkatan

kesejahteraan keluarga.”

Beliau juga menambahkan bahwa:

“Para istri tidak lagi hanya tinggal diam di rumah untuk menunggu hasil

keringat dari suaminya, melainkan bisa lebih produktif dan merasakan hasil

usahanya sendiri.” (Hasil wawancara 11 November 2013)

Hal ini diperkuat dengan tanggapan responden berikut ini :

Tabel 1.12

Tangapan reponden mengenai manfaat dari Pelaksana kegiatan SPP

Responden Frekuensi Persen %

Sangat Baik

Baik

28

6

82,.4

17,6

Total 34 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

80

Dari keterangan tabel diatas responden yang mengatakan Sangat Baik 28 atau

(82,4 %) yang mengatkan Baik 6 (17,6%) dapat disimpulkan tujuan pelaksanaan

kegiatan SPP Sangat baik, memiliki manfaat dalam meningkatkan ekonomi

masyarkat miskin.

5. Partisipasi dalam proses penyampaian informasi pelaksanaan kegiatan

SPP

Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan kegiatan SPP dapat di nilai dari

kehadiran masyarakat dalam setiap proses musyawara yang dilakukan. berdasrkan

hasil wawancara dengan Ibu Rusnah selaku Bendahara TPK yang mengatakan

bahwa:

“Partisipasi perempuan dalam proses-proses penyampaian informasi

mengenai SPP masih sangat kurang sehingga masyarakat masih ada tidak

paham dengan apa yang menjadi tujuan SPP” (Hasil Wawancara Tanggal 5

November 2013)

Hal ini dapat di buktikan melalui tanggapan responden pada tabel berikut ini :

Tabel 1.13

Tangapan Responden Mengenai Partisipasi Pelaksana kegiatan SPP

Responden Frekuensi Persen %

Sangat Baik

Kurang Baik

3

31

8.8

91,2

81

Total 34 100,0

Sumber Data : Hasil Olahan Kuisioner, November 2013

Berdasrkan tanggapan Responden dalam tabel berikut ini responden yang

mengatakan sangat Baik 3 atau (8,8%) yang mengatakan Kurang Baik 31 atau

(91,2) dari keterangan responden diatas dapat di simpulkan bahwa partisipasi

kelompok perempuan dalam pelaksanaan SPP masih kurang sehingga masih

banyak masayarak yang tidak pahan dengan tujaun pelaksanaa kegiatan SPP.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan rumusan masalah yang telah

dikemukakan pada Bab maka penulis dapat memberikan kesimpulan yaitu:

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Pedesaan (PNPM) Mandiri di Desa Bone Baru Kecamatan Banggai Utara yang telah

berjalan selama Lima Tahun yakni Tahun anggaran 2009 s/d Tahun anggaran 2013

82

dengan kegiatan Pembangunan Sarana Prasarana dan kegiata simpan pinjam

dibidang pembangunan sarana prasarana menghasilkan pembangunan Gedung

PAUD, Pembangunan Tanggul aliran sungai, Pembangunan tanggul Pantai dan

Jalan Rabat berjalan dengan baik dimana apa yang telah dilaksanakan benar-benar

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan terealisasi dengan baik, adapun masalah

yang peneliti dapatkan yaitu masih kurangnya partisipasi masyarakt dalam

pelaksanaan Partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan PNPM MP dapat dlilihat

dari tiga tahapan yaitu partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan,

pelaksanaan, serta partisipasi dalam pemeliharaan hasil kegiatan. Namun dapat

disadari partisipasi dari masyarakat tersebut juga tidak lepas dari campur tangan

pemerintah daerah yaitu Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa yang telah

berperan dalam memfasilitasi dan mewadahi aspirasi dan kebutuhan

masyarakatnya. Berdasarkan hal diatas maka penulis menyimpulkan bahwa

partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah di Kecamatan Kalumpang dalam

pelaksanaan kegiatan PNPM MP sudah berjalan dengan baik.

a. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan PNPM MP di Kecamatan Kalumpang.

Adapun beberapah faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan PNPM MP di

Kecamatan Kalumpang yaitu faktor internal yang meliputi Kesadaran masyarakat,

Tingkat pendidikan masyarakat, dan tingkat pendapatan atau penghasilan

masyarakat, serta Faktor eksternal yaitu Peran serta pemerintah daerah, Kondisi

geografis wilayah dan Fasilitas dan Peralatan, dimana faktor kesadaran masyarakat

akan pentingnya kegiatan ini merupakan faktor yang paling utama dan yang menjadi

tujuan dalam kegiatan ini, sehingga diharapkan rasa memiliki akan kegiatanlah yang

tumbuh didalam diri tiap masyarakat.

83

5.2. Saran

PNPM MP dalam Implementasinya tentunya banyak menghadapi tantangan

dan hambatan yang perlu dibenahi untuk pelaksanaan selanjutnya. untuk itu penulis

memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikutnya:

1. Dalam pelaksanaan PNPM MP Masyarakat menjadi sasaran utama program,

maka dari itu tingkat sosialisasi kepada masyarakat perlu lebih ditingkatkan lagi

agar masyarakat lebih paham dan mengerti tentang konsep PNPM MP baik dari

pengertian, visi/misi program, sasaran, tahapan, manfaat yang dapat diambil

oleh masyarakat serta peran masyarakat dalam kegiatan ini.

2. Unit Pengelola Kegiatan (UPK), Tim Pengelola Kegiatan (TPK), dan para kader-

kader desa yang direkrut agar lebih ditingkatkan kemampuannya melalui

pendidikan dan pelatihan-pelatihan. mengingat para pelaku PNPM MP ini secara

langsung menjadi ujung tombak program yang berhadapan langsung dengan

masyarakat dalam membina, mendampingi, serta mengarahkan masyarakat

dalam menjalankan kegiatan.

3. Diharapkan dalam setiap pelaksanaan kegiatannya terdapat control atau

pengawasan yang lebih ketat baik oleh masyarakat, badan pengawas kegiatan

yang telah dibentuk maupun oleh pemerintah daerah, oleh karena itu diharapkan

ada penelitian yang membahas tentang proses pengawasan terhadap program

PNPM Mandiri ini, sebab setiap kegiatannya rentan akan tindakan Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN).

84

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka

penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:

1. Implementasi PNPM dalam hal ini kegiatan SPP yang dilaksanaan di Desa

Bone Baru Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Kepulauan bisa

diakui masyarakat sangat antusias untuk ikut serta menjadi anggota

pemanfaat SPP. Meski demikian, ini masih belum bisa dikatakan behasil

sesuai apa yang menjadi tujuan Program. Hal ini terlihat dari adaya

pemanfaat SPP yang belum sesuai denga apa yang menjadi tujuan program,

disisi lain kurangnya partisipasi aktif, baik dalam musyawarah maupun

pelatihan, diakibatkan karena kesibukan sehari-hari mereka; kelompok

sasaran yang belum sepenuhnya tepat; sehingga menyebabkan pencapaian

tujuan program masih terkendala.

2. Terdapat pengaruh faktor komunikasi yang masih belum berjalan dengan

baik secara dua arah; disposisi dalam hal ini masih kurang dalam aspek

86

insentif; dan struktur birokrasi yaitu dimana masih terkendala pada aspek

fragmentasi serta tidak tegasnya aturan-aturan yang diberlakukan yang

menyebabkan masyarakat tidak terlalu mengindahkan.

2. Saran

Dalam kegitan SPP ini, masih ditemui beberapa hambatan dalam berjalannya

proses implementasi. Untuk itu, penulis memberikan beberapa saran untuk

pelaksanaan PNPM MP SPP selanjutnya, yaitu:

1. Pelaksanan kegiatan SPP ini merupakan upaya pemberdayaan masyarakat

RTM oleh karena itu ketepatan sasaran mengenai kegitan ini sangat

diperlukan,

2. maka partisipasi aktif dari masyarakat merupakan salah satu kunci

keberhasilan program. Oleh karena itu perlu ditingkatkan upaya pendekatan

kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadarannya agar mereka mau

berpartisipasi aktif dalam semua tahap implementasi.

3. Berkaitan dengan komunikasi, ada baiknya jika penyampaian informasi dapat

berjalan secara dua arah, dengan demikian akan terjalin koordinasi yang baik

dan informasi dari pihak pengelola bisa diterima secara baik oleh pihak

masyarakat dalam hal ini adalah pemanfaat SPP.

4. Selain itu, sumber daya dalam hal kuantitas dan kualitas yang memadai,

perlu diperhatikan, ketersediaan informasi yang dibutuhkan agar tidak

lamban dalam penentuan langkah yang akan ditempuh; kewenangan yang

ada di tangan masyarakat harus digunakan dengan efektif melalui partisipasi

aktif; dan fasilitas pendukung yang memadai dalam pelaksanaan fungsinya.

Berkaitan dengan aturan-aturan yang berlaku, dalam hal ini peran

87

implementor sangatlah penting. Mereka harus bersikap tegas terhadap

aturan-aturan yang diberlakukan, serta sanksi bagi yang menyalahi aturan

benar-benar harus diterapkan sebagaimana mestinya sehingga masyarakat

tidak akan bertindak semaunya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber BUKU :

Riant, Nugroho D. (2004). Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.

Jakarta:PT. Elex Media Komputindo.

Agustino, Leo, Dasar-Dasar Kebijakan Publik Bandung : CV Alfabeta

Agustino Leo, Politik dan Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabeta

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaa : Bumi Aksara 2005

Suharto Edi, Analisis kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta

Sahdan, Grogerius, 2005. Ekonomi Rakyat dan Kemiskinan

Suharto, edi, 2004. Pendekatan Pekerjaan Sosial Dalam Pemberdayaan masarakat

miskin : Konsep, Indikator, dan Strategi.

Chamsyah, Bahtiar, 2006, Reinventing Departemen sosial Dalam Konteks

pembagunan Sosial. Jakarta : Rakyat Merdeka Books

Soekanto Soejono 2008. Sosiologi Suatu Pengantar : 385

Sumber lain :

88

Keputusan Menteri Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakya Selaku Ketua

Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan. (No:25/kep/menko/kesra/vii/2007)

Tentang PEDOMAN UMUM PROGRAM

NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI (PNPM MANDIRI)

Bahan bacaan Fasilitator Akses BLM-Tahun 2008

INTERNET :

http://www.smeru.or.id/report/pnpmrural/pnpmrural ind.pdf

http://www.pnpmmandiri.org/index.php?

option=comconten&view=article&id=192&itemid=81&lang=in

89