Bab I. Pendahuluan

24
Modul Perkuliahan Hukum Islam Samun Ismaya, S.H., MHum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN ISLAM Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran, yaitu: 1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam sebagai Agama”. 1 2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”. 2 Berdasarkan 2 (dua) surah tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia yang memeluk agama tersebut. Penyebutan Islam dengan Muhammadanisme, Mohammedan Law, Muhammadaansch Recht atau sejenisnya tidak tepat dan dapat membawa kekeliruan arti, karena islam ialah wahyu dari Allah bukan ciptaan Muhammad. 3 Menurut kalangan masyarakat Barat, Islam sering diidentikkan dengan istilah lain selain Islam. Peristilahan ini timbul karena pada umumnya agama di luar Islam namanya disandarkan pada nama pendirinya. Di Persia ada agama Zoroaster yang disandarkan pada nama pendirinya, Zarathustra (Wafat 583 SM). Agama Budha dinisbahkan pada tokoh pendirinya, Sidharta Gautama Budha (Lahir 560 SM) juga agama Yahudi yang disandarkan pada orang-orang Yahudi (Jews) yang berasal dari Negara Juda (Jedea) atau Yahuda. Penyebutan islam dengan nama lain sangat lah keliru dan merupakan kesalahan besar karena mengandung arti bahwa Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad. Islam merupakan agama wahyu yang bersumber dari Allah swt bukan berasal dari manusia/Nabi Muhammad saw. Posisi 1 Lebih lanjut lihat Quran S (3). Al Ma-idah ayat 3. Pada hakekatnya harus dibedakan antara pemahanan istilah Agama dengan Dinul Islam, dimana manusia diharapkan bisa melanjutkan tugas Allah sebagai kalifah di muka bumi sesuai dengan kodrat dan iradatNya. 2 Lebih lanjut lihat Quran S (5). Al-Imran ayat 19.

description

Modul Perkuliahan

Transcript of Bab I. Pendahuluan

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. PENGERTIAN ISLAM

    Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh

    para pemeluknya melainkan kata Islam pada kenyataannya dicantumkan

    dalam Quran, yaitu:

    1. Wa radhitu lakum al-Islama dinan artinya Dan Allah mengakui

    bagimu Islam sebagai Agama.1

    2. Inna ddina inda ilahi al Islam artinya Sesungguhnya agama disisi

    Allah adalah Islam.2

    Berdasarkan 2 (dua) surah tersebut maka jelaslah bahwa nama

    Islam diberikan oleh Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama

    hasil ciptaan manusia yang memeluk agama tersebut. Penyebutan Islam

    dengan Muhammadanisme, Mohammedan Law, Muhammadaansch Recht

    atau sejenisnya tidak tepat dan dapat membawa kekeliruan arti, karena

    islam ialah wahyu dari Allah bukan ciptaan Muhammad.3

    Menurut kalangan masyarakat Barat, Islam sering diidentikkan

    dengan istilah lain selain Islam. Peristilahan ini timbul karena pada

    umumnya agama di luar Islam namanya disandarkan pada nama

    pendirinya. Di Persia ada agama Zoroaster yang disandarkan pada nama

    pendirinya, Zarathustra (Wafat 583 SM). Agama Budha dinisbahkan pada

    tokoh pendirinya, Sidharta Gautama Budha (Lahir 560 SM) juga agama

    Yahudi yang disandarkan pada orang-orang Yahudi (Jews) yang berasal

    dari Negara Juda (Jedea) atau Yahuda. Penyebutan islam dengan nama

    lain sangat lah keliru dan merupakan kesalahan besar karena

    mengandung arti bahwa Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan

    terhadap Muhammad. Islam merupakan agama wahyu yang bersumber

    dari Allah swt bukan berasal dari manusia/Nabi Muhammad saw. Posisi

    1 Lebih lanjut lihat Quran S (3). Al Ma-idah ayat 3. Pada hakekatnya harus dibedakan antara pemahanan istilah Agama dengan Dinul Islam, dimana manusia diharapkan bisa melanjutkan tugas Allah sebagai kalifah di muka bumi sesuai dengan kodrat dan iradatNya.2 Lebih lanjut lihat Quran S (5). Al-Imran ayat 19.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    2

    Nabi Muhammad diakui sebagai orang yang diutus untuk menyampaikan

    wahyu kepada seluruh umat manusia. Keterlibatan Nabi dalam dalam

    memberikan keterangan, penjelasan, uraian dan tata cara ibadah tidak

    terlepas dari bimbingan wahyu illahi.

    Ada beberapa pengertian Islam, yaitu:

    1. Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri.

    2. Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri

    dan kepatuhan.

    3. Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar yaitu

    berasal dari kata kerja. Kata kerja asalnya ialah:4

    a. Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia

    dalam berhadapan dengan Tuhannya mengakui akan

    kelemahannya dan mengakui kemutlakan kekuasaan Tuhan.

    Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia yang berujud

    menghasilkan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan

    tetapi kalau dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan tidak ada

    artinya.

    b. Salima berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan

    yaitu menyelamatkan, menentramkan dan mngamankan orang lain

    baik dari kata-kata maupun perbuatannya.

    c. Salama yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan

    mengamankan diri sendiri

    4. Menurut Prof. Muhammad Adnan, arti kata Islam ialah:

    a. Islam jika diambil dari urutan asal kata SALIMA, artinya selamat.

    b. Islam jika diambil dari urutan asal kata SALI, artinya damai,

    rukun, bersatu.

    c. Islam jika diambil dari urutan asal kata ISTASLAMA, artinya

    tunduk, dan taat kepada perintah Allah dengan memakai dasar

    petunjuk-petunjuk serta bimbingan ajaran Rasul Muhammad SAW.

    3 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 5.4 Sumiyati, 1981, Asas-asas Hukum Islam, Shinta Yogyakarta, Hal. 7-8.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    3

    d. Islam jika diambil dari urutan asal kata ISTLASAMA, artinya tulus

    dan ikhlas.

    e. Islam jika diambil dari urutan asal kata SULLAMI, artinya tangga

    untuk mencapai keluhuran derajat lahir dan batin.

    Pengertian Islam dalam dilihat dari dua sudut pandang:

    1. Aspek bahasa (etimologi)

    Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari

    kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai.

    Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama

    yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh sebab

    itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah swt

    disebut sebagai orang Muslim. Dari uraian ini dapat ditarik

    kesimpulan bahwa kata Islam mengandung arti patuh, taat, dan

    berserah diri kepada Allah swt dalam upaya mencari

    keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Hal

    ini dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan

    paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari

    fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan

    menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.

    2. Aspek Istilah

    Dari segi istilah Islam adalah nama agama yang berasal dari

    Allah swt. Nama Islam berbeda dengan nama agama-agama lain

    yang tidak memiliki hubungan dengan orang tertentu, golongan

    tertentu, atau negeri tertentu. Nama Islam merupakan

    pemberian Allah yang bias dilihat dari petunjuk ayat-ayat

    Quran yang diturunkan_Nya.

    Selanjutnya dilihat dari misi ajarannya, Islam adalah agama

    sepanjang sejarah manusia. Agama islam merupakan agama para

    nabi dan rasul yang pernah diutus oleh Allah swt pada berbagai

    kelompok manusia dan bangsa yang ada di dunia. Hal ini dapat

    dilihat dalam Al-Quran (Ali imran 3:19,85)

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    4

    Sesungguhnya agama disisi Allah (hanyalah) Islam

    Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka

    selaki-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya.

    Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang-orang

    Nasrani dan orang-orang Shabiin, barang siapa beriman kepada

    Allah, hari kemudian dan beramal saleh mereka akan menerima

    pahala disisi Tuhan mereka, tidak ada ketakutan bagi mereka, dan

    tidak (pula) mereka berduka cita. (Al Baqarah 2:62)

    Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

    adanya 3 aspek, yaitu:

    1. Aspek vertikal

    Aspek vertikal mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia

    dengan Tuhannya). Dalam hal ini manusia bersikap berserah diri pada

    Allah.

    2. Aspek horisontal

    Aspek horisontak mengatur hubungan antara manusia dengan

    manusia. Islam menghendaki agar manusia yang satu menyelamatkan,

    menentramkan dan mengamankan manusia yang lain.

    3. Aspek batiniah

    Aspek batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya

    dapat menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan

    rohani dan mental.

    Hukum-hukum Tuhan di dunia Barat disebut dengan istilah natural

    law atau hukum alam.5 Di dalam ajaran Islam apa yang disebut dengan

    natural law di dunia barat itu dinamakan sunnatullah. Sunnatulah adalah

    ketentuan atau hukum-hukum Allah yang berlaku untuk alam semesta.

    Di dalam Islam tidak mengenal konsep sekuler. Islam mengajarkan

    suatu jalan hidup yang menyeluruh, yang tidak mengecualikan apa pun

    juga.6 Sekularisme merupakan nama dari suatu sistem etika dan filsafat

    5 Nasr, 1981, Islam dalam Cita dan Fakta, Leppenas, Jakarta, Hal. 19.6 Ibid., Hal 14.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    5

    yang bertujuan untuk memberi interpretasi atau pengaturan terhadap

    kehidupan manusia tanpa kepercayaan kepada Tuhan, tidak mempercayai

    kitab-kitab suci dan tidak percaya pada haris akhir atau kiamat.7

    Sekularisasi ialah proses pembebasan manusia, pertama dari agama

    dan kedua dari metafisika yaitu ilmu yang mempelajari berbagai masalah

    fundamental tentang pengetahuan dan kenyataan, diantaranya adalah

    masalah eksistensi sesuatu yang disebut ketuhanan.8 Ini berarti bahwa

    sekulerisme ialah faham atau aliran dalam filsafat yang secara sadar

    menolak peranan Tuhan dan wahyu atau agama dalam mengatur hidup

    dan kehidupan manusia dan memusatkan perhatian semata-mata pada

    masalah dunia.9

    Bentuk sekulerisasi sekarang ada dua, yaitu:

    a. Secara formal masih tetap mengakui adanya Tuhan, tetapi Hukum-

    hukum Tuhan atau moral yang berasal dari agama tidak boleh

    dipergunakan untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia dan

    masyarakat. Yang dipergunakan untuk mengatur kehidupan manusia

    dalam masyarakat hanyalah akal manusia.

    b. Faham yang mengingkari adanya Tuhan. Kalau Tuhan tidak diakui

    ajaran-Nya pun tidak boleh sama sekali mengatur hidup dan

    kehidupan manusia.

    Seorang orientalis terkemuka Cristian Snouk Hurgronje mengatakan

    Islam is a religion of law in the full meaning of the word (Islam adalah

    agama hukum dalam arti kata yang sebenarnya). Ini berarti bahwa:

    Selain dari agama islam mengandung norma-norma hukum baik

    kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah

    maupun kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan manusia

    dengan manusia lain dan benda dalam kehidupan masyarakat yang

    memerlukan bantuan penyelenggara negara untuk dapat dilaksanakan

    oleh pemeluk agama Islam dengan sempurna.

    Agama Islam dengan Hukum Islam tidak dapat dipisahkan

    7 Rasjidi, 1972, Kuliah Hukum Islam I, Bulan Bintang, Jakarta, Hal. 21.8 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 21

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    6

    Posisi Hukum islam sebagai bagian dari agama adalah digunakan

    sebagai sumber hukum atau hukum yang dicita-citakan (ius

    constituendum) yang kemudian diaplikasikan dalam masyarakat.10

    B. PENGERTIAN HUKUM ISLAM (SYARIAT ISLAM)

    Hukum syara menurut ulama ushul ialah doktrin (kitab) syari yang

    bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang bersangkutan

    dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara perintah atau

    diperintahkan memilih atau berupa ketetapan (taqrir). Sedangkan

    menurut ulama fiqh hukum syara ialah efek yang dikehendaki oleh kitab

    syari dalam perbuatan seperti wajib, haram dan mubah.11

    Syariat menurut bahasa berarti jalan. Syariat menurut istilah berarti

    hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umatNya yang dibawa oleh

    seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan

    (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah.

    Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, Islam menurut istilah adalah

    agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat

    manusia melalui Nabi Muhammad saw sebagai rasul. Islam pada

    hakekatnya membawa ajaran-ajaran dari berbagai segi dari kehidupan

    manusia.

    Menurut Prof. Mahmud Syaltout, syariat adalah peraturan yang

    diciptakan oleh Allah supaya manusia berpegang teguh kepadaNya di

    dalam perhubungan dengan Tuhan dengan saudaranya sesama Muslim

    dengan saudaranya sesama manusia, beserta hubungannya dengan alam

    seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupan.

    Menurut Muhammad Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf

    Ishthilaahaat al-Funun memberikan pengertian syariah mencakup seluruh

    9 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 2110 Abddul Ghofur Anshori, 2008, Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia, Kreasi Total Media, Yogyakarta, Hal. 13.11 Abdul Wahhab Khalaf, 1994, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, PT Raja Grafindo Persada, Cetakan Keempat, Hal. 154.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    7

    ajaran Islam, meliputi bidang aqidah, ibadah, akhlaq dan muamallah

    (kemasyarakatan). Syariah disebut juga syara, millah dan diin.12

    Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah

    Allah yang wajib diturut (ditaati) oleh seorang muslim.

    Dari definisi tersebut syariat meliputi:

    1. Ilmu Aqoid (keimanan)

    2. Ilmu Fiqih (pemahan manusia terhadap ketentuan-ketentuan Allah)

    3. Ilmu Akhlaq (kesusilaan)

    C. BIDANG-BIDANG HUKUM ISLAM

    1. Lapangan Ibadah

    Tata hubungan hukum yang mengatur hubungan antara manusia

    dengan tuhan. Lapangan ibadah meliputi: Thoharoh, sholat, zakat,

    haji, qurban, dll.

    2. Lapangan Muammalah

    Tata hubungan antara manusia dengan manusia yang lain. Lapangan

    muammalah meliputi berbagai lapangan hukum yang meliputi:

    a) Hukum perdata

    a. Hukum keluarga

    b. Hukum waris

    c. Hukum waqaf

    d. Hukum perikatan

    e. Hukum wasiat

    f. Hukum jual beli

    g. Hukum sewa-menyewa

    h. Hukum gadai

    i. Hukum hibah

    j. Hukum hutang piutang

    k. Hukum jaminan

    l. Hukum perwakilan

    12 Ahmad Azhar Basjir, 1990, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), Perpustakaan Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, Hal 1.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    8

    b) Hukum dagang

    c) Hukum pidana

    Dalam aplikasinya sistem hukum pidana nasional diperlukan

    penafsiran yang luas atas nas atau ayat-ayat yang semula

    ditafsirkan secara literer. Seperti dalam menafsirkan memotong

    tangan atas pencurian dalam ayat al-sariq wa al-sariqah faqtau

    aidiyahuma. Kata faqtau diartikan memotong bukan dalam arti

    harfiah, melainkan makna memotong itu sendiri berarti

    memutuskan berbagai daya dan kemampuan si pelaku pidana agar

    tidak memungkinkan melakukan pencurian ulang. Praktik-praktik

    seperti ini biasanya dilakukan di LP.

    d) Hukum acara

    e) Hukum tata negara

    f) Hukum internasional

    D. CIRI-CIRI HUKUM ISLAM

    1. Merupakan bagian yang bersumber dari agama Islam

    2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak terpisahkan dari iman

    (akidah) dan kesusilaan (akhlak)

    3. Mempunyai dua istilah kunci yaitu:

    a) Syariat

    Terdiri dari wahyu Allah dan sunnah Nabi

    b) Fikh

    Pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang syari;at

    4. Terdiri dari dua bidang utama yaitu:

    a) Ibadah

    b) Muammalah

    5. Strukturnya berlapis

    6. Mendahulukan kewajiban dari pada hak

    7. Dapat dibagi menjadi:

    a) Hukum Taklifi

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    9

    Yaitu lima pengolongan hukum (wajib, haram, sunnah, makruh,

    jaiz)

    b) Hukum WadhI

    Mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya

    hubungan hukum.

    E. TUJUAN HUKUM ISLAM

    Tujuan hukum Islam sejalan dengan tujuan hidup manusia serta potensi

    yang ada dalam diri manusia dan potensi yang datang dari luar dirinya

    (akal dan wahyu), yakni kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

    Kebahagiaan hidup hanya mungkin dengan cara menginduksi benda-

    benda yang menyenagkan dan bermanfaat dan menghindarkan diri dari

    segala hal yang merusak. Berdasarkan tujuan inilah tujuan Hukum Islam

    yang utama ialah jalb al masalih wa daf al-madar (mengambil segala

    yang bermaslahat serta menolak segala yang merusak) dalam rangka

    menuju keridhoan Allah ssuai dengan prinsip tauhid.13

    Menurut Abu Ishaq al Shatibi, tujuan hukum islam ialah memelihara

    agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kelima tujuan hukum islam

    tersebut dalam kepustakaan disebut al-maqasid al-khamsah atau al-

    maqasid al-shariah (tujuan-tujuan hukum islam).

    Pemeliharaan agama islam adalah hal yang paling esensial dari

    diturunkannya syariah. Tegaknya agama islam secara sempurna adalah

    merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang

    bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Memelihara dan

    menjamin jiwa adalah memelihara hak untuk hidup secara terhormat dan

    menjamin tidak terjadinya penganiayaan dan pembunuhan. Rusaknya akal

    merupakan rusaknya manusia secara keseluruhan karena dengan adanya

    akal sebagai sarana untuk membedakan baik dan buruk adalah anugerah

    yang tidak dijumpai pada selain manusia. Islam menjamin kebebasan

    berkarya, berfikir dan berpendapat. Menurut Abu Zahrah pentingnya

    13 Hukum Islam Di Indonesia Pemikiran dan Praktek, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 273.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    10

    pemeliharaan akal ditinjau beberapa segi, yaitu: pertama, bahwa akal

    tidak dapat diklaim sebagai hak murni pribadi namun memiliki fungsi

    sosial; kedua, orang yang membiarkan akalnya dalam bahaya akan

    menjadi beban yang harus dipikul masyarakat; ketiga orang yang akalnya

    terkena bahaya menimbulkan kerawanan sosial.

    Keturunan dalam islam merupakan hal yang mendapatkan perhatian yang

    serius. Rusaknya generasi akan mengakibatkan rusaknya manusia

    seutuhnya, untuk itu islam mensyariahkan lembaga pernikahan sebagai

    satu-satunya sarana yang sah untuk terpeliharanya keturunan dan

    kehormatan manusia.

    Hukum islam mengatur dan menilai harta sejak perolehan hingga

    pembelanjaannya, disamping itu islam juga sangat melindungi harta yang

    ada pada seseorang.14

    Tujuan Hukum Islam dapat dibagi menjadi dua segi:

    1. Dari segi pembuat Hukum Islam

    Tujuan hukum islam adalah:

    a) Untuk memenuhi keperluan hidup manusia

    b) Untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan

    sehari-hari

    c) Supaya dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar,

    manusia wajib meningkatkan kemampuan untuk memahami hukum

    Islam dengan mempelajari usul al figh.

    2. Dari segi pelaku & pelaksanan Hukum Islam

    Tujuan hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang

    berbahagia dan mempertahankan hidup itu. Caranya adalah

    dengan mengambil yang bermanfaat, mencegah atau menolak

    mudarat bagi kehidupan. Dengan kata lain tujuan hukum islam

    ialah kemaslahatan hidup manusia.

    14 Abddul Ghofur Anshori, 2008, Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia, Kreasi Total Media, Yogyakarta, Hal. 34.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    11

    F. KERANGKA DASAR AGAMA ISLAM:

    1. Akidah

    Secara etimologis berarti ikatan, sangkutan. Dalam pengertian teknis

    makna akidah adalah iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup

    setiap pemeluk agama Islam.

    Ilmu yang membahas tentang akidah disebut ilmu kalam yakni ilmu

    yang membahas dan menjelaskan tentang kalam illahi, atau ilmu

    tauhid karena membahas tentang keesaan Allah atau ussuludin karena

    membahas dan memperjelas asas-asas ajaran Islam.

    2. Syariah

    Dalam pengertian etimologis berarti jalam yang harus ditempuh.

    Dalam arti teknis, syariah adalah seperangkat norma illahi yang

    mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia

    dengan manusia yang lain dalam kehidupan sosial, hubungan antara

    manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya.

    Norma yang mengatur hubungan itu berupa:

    a. Kaidah ibadah

    Mengatur cara dan upacara hubungan langsung manusia dengan

    Tuhan. Pembahasan menganai ibadah berkisar sekitar bersuci

    (taharah) dan rukun islam atau arkanul islam.

    Kaidah ibadah yakni norma yang mengatur tata dan cara manusia

    berhubungan langsung dengan Tuhan, tidaj boleh ditambah-

    tambah atau dikurangi. Sebabnya adalah karena tata hubungan

    dengan Tuhan itu tetap, tidak boleh diubah-ubah. Karena sifatnya

    yang tertutup itu, dalam bidang ibadah berlaku asas umum yakni

    pada dasarnya semua perbuatan ibadah dilarang untuk dilakukan

    kecuali kalau perbuatan itu telah ada patokan yang telah

    ditetapkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Kaidah asal

    ibadah adalah larangan atau haram.

    b. Kaidah muamalah

    Mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda

    dalam masyarakat.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    12

    3. Akhlak

    Sikap terhadap sesama manusia.

    Pada umumnya orang berpendapat bahwa antara syariat dengan fiqh

    itu memiliki pengertian yang sama. Pendapat ini pada kenyataannya

    kurang benar karena pengertian syariat dengan fiqh itu tidaklah sama.

    Syariat menurut sebagian besar ulama ialah semua peraturan yang

    diadakan oleh Allah untuk umatnya yang diwahyukan kepada Nabi

    Muhammad SAW, baik peraturan-peraturan yang berhubungan dengan

    kepercayaan maupun yang berhubungan dengan amalan dan

    perbuatan lahir.15

    Fikih ialah faham atau pengertian, kalau dihubungkan dengan ilmu,

    maka ilmu fikih adalah ilmu yang bertugas menentukan dan

    menguraikan norma-norma dasar dan ketentuan-ketentuan umum

    yang terdapat dalam Quran dan Sunnah untuk diterapkan kepada

    perbuatan manusia yang telah dewasa yang berkewajiban

    melaksanakan hukum Islam.

    Perbedaan syariat dengan fikh ialah:

    a) Syariat terdapat dalam Quran dan Hadist

    Fikih terdapat dalam kitab-kitab fikih

    b) Syariat bersifat fundamental dan mempunyai ruang lingkup yang

    lebih luas karena kedalamannya.

    Fikih bersifat instrumental, ruang lingkupnya terbatas pada hukum

    yang mengatur perbuatan manusia.

    c) Syariat adalah ketetapan Allah dan ketentuan Rasul

    Fikih adalah hasil karya manusia

    d) Syariat hanya satu sedangkan fikih mungkin lebih dari Satu.

    e) Syariat menunjukkan kesatuan sedang fikih menunjukkan

    keragaman.

    Dari uraian tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

    a) Ruang lingkup syariat adalah lebiih luas dari pada fiqh dengan kata

    lain fiqh merupakan bagian dari syariat.

    15 Sumiyati, 1981, Asas-asas Hukum Islam, Shinta Yogyakarta, Hal. 18.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    13

    b) Fiqh adalah hukum-hukum yang diperoleh dengan jalan ijtihad saja

    sehingga tidak termasuk di dalamnya hukum-hukum yang sudah

    ada dalam Quran dan Sunnah.16

    Berdasarkan definisi ushul fikih dari Abdullah bin Umar al-Badawi

    sebenarnya usul fikih membahas hal-hal sebagai berikut:

    a) Tentang dalil-dalil fikih secara global

    b) Tentang cara mengambil atau menarik hukum (isyinbath) dari dalil-

    dalilnya

    c) Tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang

    akan melakukan ijtihad.17

    G. KEDUDUKAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA

    Hukum Islam diajarakan sebagai mata kuliah tersendiri dan sejajar

    dengan mata kuliah lain pada fakultas hukum di seluruh Indonesia, antara

    lain:18

    1. Alasan Sejarah

    Di semua sekolah tinggi fakultas hukum pada jaman HB dahulu

    diajarkan hukum islam yang mereka sebut Mohamedaansch Recht.

    Tradisi ini dilanjutkan oleh fakultas hukum yang didirikan setelah

    Indonesia merdeka.

    2. Alasan Penduduk

    Alasan ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia mayoritas adalah

    pemeluk dan penganut agama Islam. Prof. Dr. H.M. Ryasidi dalam

    pidato pengukuhan Guru Besar Hukum Islam di UI mengatakan

    bahwa: Kebesaran dari pada tugas Guru Besar Hukum dan Lembaga

    Islam di UI terletak pada fatwa bahwa Indonesia adalah negara Islam

    yang terbesar di dunia.

    3. Alasan Yuridis

    Hukum Islam berlaku:

    16 Sumiyati, 1981, Asas-asas Hukum Islam, Shinta Yogyakarta, Hal. 19.17 Abddul Ghofur Anshori, 2008, Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia, Kreasi Total Media, Yogyakarta, Hal. 22.18 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 4.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    14

    a. Secara normatif

    Bagian dari hukum islam mempunyai sanksi kemasyarakatan

    apabila norma-normanya dilanggar.

    b. Secara formal yuridis

    Bagian hukum islam mengatur hubungan manusia dengan manusia

    lain dan benda dalam masyarakat.

    4. Alasan Positif/konstitusional

    Dasar bagi berlakunya Hukum Islam di Indonesia setelah Proklamasih

    adalah UUD 45 pasal 29 ayat (1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan

    Yang Maha Esa yang menurut Prof. Dr. Hazairin, SH. Merupakan

    sebuah garis hukum yang mengandung kewajiban bagi negara untuk

    menjalankan hukum agama dan hukuman agama yang bersumber dari

    wahyu Illahi.

    Tafsiran pasal 29 ayat (1):

    a. Dalam negara RI tidak boleh terjadi atau berlaku sesuatu yang

    bertentangan dengan kaidah-kaidah agama bagi para umatnya.

    b. Negara RI wajib menjalankan dalam makna menyedikan fasilitas

    agar hukum yang berasal dari agama yang dipeluk bangsa

    Indonesia dapat terlaksana sepanjang pelaksanaan hukum agama

    itu memerlukan bantuan alat kekuasaan atau penyelenggara

    negara.

    Beberapa bidang tertentu dari Hukum Islam yang berlaku di Indonesia

    sebagai hukum positif, artinya diatur dan dicantumkan di dalam tata

    hukum Indonesia, serta berlaku dalam masyarakat seperti Hukum

    Perkawinan, Hukum Wakaf, Wasiat dll. Meskipun Hukum Islam bersifat

    universal, tetapi ada bagian Hukum Islam yang bersifat teritorial.

    5. Alasan kriteria hukum

    Pembagian materi dalam bidang Hukum Islam pada garis besarnya

    sama dengan pembagian materi dalam Ilmu Hukum Modern. Hukum

    Islam juga mempunyai ketentuan yang mengatur tentang Hukum

    Pidana, Hukum Tata Negara, Hukum Internasional, Hukum Acara,

    Hukum Perikatan, dan lain-lain.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    15

    6. Alasan Ilmiah

    Sebagai bidang ilmu, Hukum Islam telah lama dipelajari secara ilmiah,

    bukan saja oleh orang-orang islam sendiri tetapi juga oleh orang-orang

    nonmuslim.

    H. HUBUNGAN HUKUM ADAT DENGAN HUKUM ISLAM

    Sebelum agama Islam datang ke Indonesia, bangsa Indonesia sudah

    sejak lama memiliki sistem religi dan budaya sendiri yang merupakan hasil

    cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia. oleh karena masyarakat

    Indonesia sangat beragam maka sistem religi dan budaya juga ikut

    beragam yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Salah satu hasil dari

    sistem budaya ialah sistem tatanan atau norma atau kaidah baik dalam

    bentuk yang tertulis maupun tidak tertulis. Tatanan dalam bentuk tidak

    tertulis biasanya disebut dengan hukum adat. Dalam pengembangan

    hukum Islam di Indonesia, hukum Islam akan selalu bersentuhan dengan

    hukum adat ini sebagai hukum aslinya bangsa Indonesia.

    Menurut Prof. Koentjaraningrat, unsur-unsur universal yang merupakan isi

    dari semua kebudayaan di dunia ini adalah:

    1. Sistem Religi Dan Upacara Keagamaan

    2. Sistem Dan Organisasi Kemasyarakatan

    3. Sistem Pengetahuan

    4. Bahasa

    5. Kesenian

    6. Sistem Mata Pencaharian Hidup

    7. Sistem Tehnologi Dan Peralatan

    Dari ketujuh unsur kebudayaan ini yang paling mudah menimbulkan

    perubahan suatu kelompok sosial tertentu justru mulai urutan ketujuh dan

    seterusnya sampai urutan pertama secara berurutan. Kalau kebenaran

    pendapat ini dikembalikan kepada datangnya kebudayaan dari luar dan

    masuk ke dalam kebudayaan Indonesia, pada awal mula datangnya

    kebudayaan tersebut yang kemudian terjadi perubahan dari sebagian

    unsur kebudayaan Indonesia tentu memerlukan waktu yang sangat lama.

    Kalau dilihat dari urutan unsur-unsur universal kebudayaan tersebut

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    16

    berarti sistem religi merupakan unsur yang tersulit berubah. Hal ini perlu

    dipahami mengingat bahwa bagi penganut suatu religi tertentu memiliki

    sifat yang unik, yaitu keyakinan induvidu yang religius. Merubah

    keyakinan seseorang yang religius dengan keyakinan yang relegius

    lainnya itulah yang tersulit, karena suatu keyakinan terhadap sesuatu

    yang bersifat religius itu diterima melalui batin dan bukan melalui akal.

    Dogma-dogma yang diterima melalui batin tidak dapat dianalisa secara

    empiris melainkan hanya diyakini kebenarannya. Perubahan sebagai unsur

    universal kebudayaan yang terjadi di Indonesia khususnya mengenai religi

    dan upacara keagamaan dapat dilihat dari banyaknya bangsa Indonesia

    sebagai pemeluk agama tertentu. Walaupun demikian belum tentu seluruh

    peraturan hukum agama tersebut menguasai pelaksanaan dari

    pemeluknya. Misalnya pemeluk agama tertentu kalau melangsungkan

    perkawinan supaya sah dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan

    agama, tetapi dalam upacara perkawinannya digunakan hukum adat.

    Berarti pertemuan dua kebudayaan yang berbeda di Indonesia khususnya

    dalam religi yang terjadi hanyalah suatu pembauran, karena sampai

    sekarang nampaknya sangat sulit untuk melaksanakan peraturan hukum

    agama secara murni.19

    Hubungan Hukum Adat dengan Hukum Islam tercermin dari ungkapan

    dalam bahasa Aceh yang berbunyi: Hukum ngon adat hantom cre, lagee

    zat ngon sipeut yang artinya hukum islam dengan hukum adat tidak dapat

    dicerai pisahkan karena erat sekali hubungannya seperti zat dengan sifat

    sesuatu barang atau benda. Dalam bahasa Minangkabau ada juga

    pepatah: adat dan syara sanda menyanda, syara mengato adat memakai

    yang artinya hubungan adat dengan hukum islam erat sekali, saling

    topang-menopang karena sesungguhnya yang dinamakan adat yang

    benar-benar adat adalah syara itu sendiri.20

    19 R. Abdul Djamali, 1997, Hukum Islam, Mandar Madju, Bandung, Hal. 2-3.20 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 201.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    17

    Al adatu muhakamat artinya adat dapat dijadikan hukum islam. Yang

    dimaksud dengan adat adalah kebiasaan dalam pergaulan hidup sehari-

    hari yang tercakup dalam istilah muamalah (kemasyarakatan), bukan

    menambah atau mengurangi apa yang telah ditetapkan oleh Allah seperti

    yang tertulis dalam Quran dan yang telah diatur dalam Hadist yang

    sahih.21

    Menurut Sobhi Mahmassani syarat-syarat hukum adat bisa menjadi

    hukum islam ialah:

    8. Adat itu dapat diterima oleh perasaan dan akal sehat serta diakui oleh

    pendapat umum

    2. Sudah berulangkali terjadi dan telah pula berlaku umum dalam

    masyarakat yang bersangkutan

    3. Telah ada pada waktu transaksi berlangsung

    4. Tidak ada persetujuan atau pilihan lain antara kedua belah pihak

    5. Tidak bertentangan dengan nas.22

    I. PERBANDINGAN HUKUM ISLAM DENGAN HUKUM BARAT

    Hukum Islam Hukum Barat

    a. Hubungan horisontal dan

    fertikal

    b. Kewajiban lebih diutamakan.

    c. Kolektif.

    d. Sanksi dunia & akherat

    e. Ada 5 katagori hukum

    a. Hubungan horisontal

    b. Hak lebih diutamakan

    c. Bersifat induvidualis.

    d. Sanksi dunia.

    e. Katagori hukum: Imperare ,

    Prohibere dan Permitere

    Perbandingan

    Hukum Adat, Hukum Islam

    Dan Hukum Barat

    21 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 207.22 Mohammad Daud Ali, 1993, Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 208.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    18

    A. Pendahuluan

    Di dunia dikenal ada 5 sistem hukum yang berlaku, yaitu:

    1. Sistem Hukum Common Law

    2. Sistem Hukum Civil Law

    3. Sistem Hukum Adat

    4. Sistem Hukum Islam

    5. Sistem Hukum Komunis

    B. Perbedaan

    1. Keadaannya

    Hukum adat merupakan hukum yang tertua yang ada di Indonesia. Hukum islam baru dikenal di Indonesia setelah agama Islam

    disebarkan di tanah air kita (kira-kira abad 1 Hijrah atau abad 7

    Masehi).

    Hukum barat diperkenalkan di Indonesia bersamaan dengan kedatangan orang-orang belanda yang berdagang di Nusantara ini.

    Semula hukum badar hanya berlaku bagi orang-orang eropa saja,

    tetapi kemudian dengan berbagai jalan melalui upaya peraturan

    perundang-undangan (pernyataan berlaku, penundukan diri

    dengan sukarela, pemilihan hukum dlsb), hukum barat berlaku

    juga bagi pribumi dan orang-orang yang dipersamakan dengan

    mereka.

    2. Bentuknya.

    Hukum adat ialah hukum yang tidak tertulis, dimana ia tumbuh, berkembang dan hilangnya sejalan dengan tumbuh dan

    berkembangnya masyarakat.

    Hukum islam seperti halnya hukum adat juga merupakan hukum yang tidak tertulis, dalam arti tidak tertulis dalam peraturan

    perundang-undangan. Walaupun hukum islam tidak diberi sanksi

    oleh penguasa, namun ia dipatuhi oleh masyarakat karena

    kesadaran dan keyakinan mereka terutama keyakinan terhadap

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    19

    para pemimpin atau ulama Islam bahwa Islam adalah hukum yang

    benar.

    Hukum barat merupakan hukum yang tertulis.3. Tujuannya

    Hukum adat bertujuan untuk menyelenggarakan kehidupan masyarakat yang aman, tenteram dan sejahtera.

    Hukum islam bertujuan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Ada yang berpendapat bahwa tujuan Hukum

    Islam ialah untuk memelihara Agama, jiwa, akal, keturunan dan

    harta benda.

    Hukum barat bertujuan untuk mencapai kepastian dan keadilan hukum.

    4. Sumber:

    a. Sumber pengenal

    Sumber pengenal hukum adat ialah keputusan penguasa adat.

    Menurut Prof. M. Koesnoe yang menjadi sumber pengenal hukum

    adat ialah apa yang benar-benar terlaksana dalam pergaulan

    hukum di dalam masyarakat yang bersangkutan.

    Sumber pengenal hukum islam dalam pengertian hukum syariat

    ialah Al- Quran dan kitab-kitab Hadist .

    Sumber pengenal hukum barat ialah segala peraturan perundang-

    undangan sejak zaman kolonial beserta perubahannya yang

    dinyatakan dalam Stb atau lembaran negara.

    b. Sumber isi

    Hukum adat bersumber pada kesadaran hukum yang hidup dalam

    masyarakat adat.

    Hukum islam bersumber kemauan Allah yang berupa wahyu yang

    kini terdapat dalam Quran dan Sunnah.

    Hukum barat besumber pada kemauan pembentuk UU.

    c. Sumber pengikat

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    20

    Yang dimaksud dengan sumber pengikat ialah sumber yang

    menjadi kekuatan mengikat orang untuk melaksanakan atau tidak

    melanggar hukum tersebut.

    Sumber pengikat hukum adat ialah rasa malu yang ditimbulkan

    oleh karena berfungsinya sistem nilai dalam masyarakat yang

    bersangkutan.

    Sumber pengikat hukum islam ialah iman atau tingkat ketaqwaan

    seorang muslim.

    Sumber pengikat hukum barat ialah kekuasaan negara yang

    membentuk UU Dasar yang kini dilanjutkan oleh alat kekuasaan

    Negara RI.

    5. Strukturnya

    Struktur hukum adat ditentukan menurut teori-teori struktur menurut

    pandangan ahli-ahli adat setempat.

    Struktur hukum islam terdiri dari Quran, As-Sunnah dan hasil ijtihad

    manusia yang memenuhi syarat serta pelaksanaannya dalam konkreto

    masyarakat Islam baik yang berupa keputusan-keputusan maupun

    berupa amalan-amalan.

    Struktur hukum barat ialah: kitab UU yang dibuat oleh lembaga

    legislatif, keputusan hakim, kemudian baru amalan-amalan keputusan

    tersebut.

    6. Lingkup masalah

    Hukum Adat dan Hukum Barat pada dasarnya terdapat kesamaan

    ruang lingkupnya dimana keduanya hanya mengatur hubungan antara

    manusia dengan manusia serta penguasa dalam masyarakat.

    Tetapi Hukum Islam tidak hanya mengatur hubungan antar manusia

    saja melainkan hubungan antara manusia dengan Tuhan.

    7. Pembidangan

    Hukum adat yang mengenal asas-asas kerukunan, kepatutan,

    keselarasan dalam pergaulan hidup yang bersifat religio magis tidak

    mengenal pembidangan hukum perdata dan hukum publik.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    21

    Hukum Islam mengenal pembidangan yang terdiri dari Hukum Ibadah

    dan Hukum Muammalah.

    Hukum barat mengenal pembidangan hukum privat dengan hukum

    publik dimana pembidangan ini ditentukan pada pengaturan

    kepentingan perdata atau publik. Hukum barat bersifat induvidualis

    dan liberalistis serta terlepas dari ketentuan-ketentuan agama.

    8. Norma atau Kaidah Hukum

    Dalam Hukum Barat dikenal 3 kaidah hukum yaitu: imperere

    (perintah); prohibere (larangan) serta permittere (yang

    diperbolehkan).

    Sedangkan dalam Hukum Islam dikenal 5 kaidah hukum atau al akham

    al khomsa.

    Disamping itu ada bebarapa kemungkinan hubungan antara Hukum Islam

    dengan Hukum Umum (Commom Law), yaitu:

    1. Sistem Hukum Islam merupakan salah satu tiga besar sistem hukum di

    dunia yang mempunyai spesifikasi tersendiri yang saling mengisi

    sekaligus berkompetisi dalam sebuah sistem hukum yang berkembang.

    2. Hukum Islam dapat menjadi sumber hukum bagi hukum positif.

    3. Hukum Islam dapat dijadikan sumber hukum tidak tertulis sebagai

    pegangan hakim dalam proses putusan hukum.

    4. Hukum Islam ada yang mempunyai karakteristik sama dengan hukum

    umum yaitu mempunyai sanksi dan lain sebagainya.

    5. Hukum Islam merupakan hukum agama dan hukum moral atau

    mempunyai nilai moralitas.23

    J. SALAH FAHAM TERHADAP ISLAM DAN HUKUM ISLAM:

    1. Salah memahami ruang lingkup ajaran islam

    23 Abddul Ghofur Anshori, 2008, Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia, Kreasi Total Media, Yogyakarta, Hal. 44.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    22

    Orang menganggap semua ajaran agama itu sama dan ruang

    lingkupnya sama juga yaitu hanya mengatur hubungan antara manusia

    dengan Tuhan.

    2. Salah menggambarkan kerangka dasar ajaran Islam

    Kerangka dasar ajaran islam digambarkan tidak menyeluruh secara

    terpotong-potong atau sebagian-sebagian saja.

    3. Salah mempergunakan metode dalam mempelajari Islam

    Metode yang dipergunakan ialah menjadikan bagian-bagian bahkan

    seluruh ajaran Islam semata-mata sebagai obyek study dan analisa

    dengan mempergunakan norma-norma atau ukuran mereka sendiri.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    23

    K. PENGEMBANGAN HUKUM ISLAM

    Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan

    hukum islam:

    1. Aspek filosofis

    Yang meliputi: dalil-dalil kulli yang menjadi dasar pemikiran hukum

    islam; tujuan hukum islam (maqasid al syariah) serta konsep

    manusia menurut hukum islam.

    2. Aspek metodologis

    Aspek-aspek filosofis menuntut metode-metode tertentu. Metode

    pengembangan hukum islam selama ini tampaknya lebih menekankan

    pendekatan lingiustik. Dalam keadaan demikian perlu kiranya

    diimbangi dengan pengembangan jiwa hukum. Dengan demikian

    metode hukum islam yang telah dianggap baku (ijtihad) perlu

    dikembangkan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan ilmiah, yaitu

    pengetahuan yang menempatkan manusia tidak hanya sebagai subjek

    yang kaya akan hak, tetapi memandang manusia sebagai subjek yang

    dibebani dengan kewajiban.

    3. Aspek aplikatif

    Pengembangan dan pengkajian hukum islam dengan menekankan

    aspek filosofis dan metodologis di atas akan mendorong dinamika

    hukum islam dan menjadikan hukum islam sebagai suatu sistem

    hukum yang bersifat aplikatif, manusiawi dan akhlaqi, berlakunya

    hukum yang memiliki kemampuan melintas hambatan ruang dan

    waktu tanpa kehilangan nilai-nilai samawinya.24

    24 Hukum Islam di Indonesia, Pemikiran dan Praktek, 1994, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 260.

  • Modul Perkuliahan Hukum Islam

    Samun Ismaya, S.H., MHum.

    24