Bab i Pendahuluan

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas merupakan topik pembahasan yang menarik untuk diperbincangkan. Di dalamnya tergambar suasana yang semrawut, ruwet, penuh dengan ketidaksempurnaan serta sikap egoisme dari para pengguna jalan yang tinggi. Hal itu menyebabkan sering terjadinya kecelakaan lalu lintas. Isu kecelakaan lalu lintas sudah menjadi isu global. Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB menganggap kecelakaan lalu lintas di jalan raya adalah penyebab utama kematian anak-anak di dunia. PBB mengeluarkan program Decade of Action For Road Safety 2011-2020 sebagai wujud kepedulian terhadap anak- anak dan remaja yang terpaksa “mengubur” mimpinya di jalan raya. Target dari Decade of Action For Road Safety adalah menurunkan korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas di setiap negara mencapai 50% di tahun 2020. 1

description

mmm

Transcript of Bab i Pendahuluan

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahLalu lintas merupakan topik pembahasan yang menarik untuk diperbincangkan. Di dalamnya tergambar suasana yang semrawut, ruwet, penuh dengan ketidaksempurnaan serta sikap egoisme dari para pengguna jalan yang tinggi. Hal itu menyebabkan sering terjadinya kecelakaan lalu lintas. Isu kecelakaan lalu lintas sudah menjadi isu global. Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB menganggap kecelakaan lalu lintas di jalan raya adalah penyebab utama kematian anak-anak di dunia. PBB mengeluarkan program Decade of Action For Road Safety 2011-2020 sebagai wujud kepedulian terhadap anak-anak dan remaja yang terpaksa mengubur mimpinya di jalan raya. Target dari Decade of Action For Road Safety adalah menurunkan korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas di setiap negara mencapai 50% di tahun 2020. Menurut World Health Organization (WHO), dampak kecelakaan lalu lintas menyebabkan kerugian ekonomi nasional sebesar 2% dari Produk Domestik Bruto. Kesejahteraan keluarga yang terlibat kecelakaan cenderung terjadi kemiskinan (Sutomo, 2004). Banyak keluarga korban yang terpuruk dalam kemiskinan setelah terjadi musibah kecelakaan itu. Dengan banyaknya kelompok usia produktif yang terlibat dalam kecelakaan di jalan, banyak pencari nafkah dalam keluarga yang harus bersusah payah untuk membiayai hidupnya. Akibat tingginya kecelakan dan resiko ekonomi yang dihadapi oleh keluarga-keluarga korban dapat mendistorsi hasil pembangunan nasional yang telah dicapai bersama. Bahkan di Indonesia kerugian akibat kecelakaan lalu lintas mencapai 2,9-3,1% dari Pendapatan Domestik Bruto. Berdasarkan data dari Satlantas Polres Pati kerugian material akibat kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Pati mencapai Rp 630.805.000 pada tahun 2012 dan Rp 473.625.000 pada tahun 2013.Menurut data Korlantas Polri tahun 2012, jumlah kendaraan yang terdaftar di Polri pada tahun 2011 adalah 78.707.486 unit terdiri dari 65.008.424 sepeda motor, 8.833.335 mobil penumpang, 1.143.807 bus dan 3.446.940 truk/mobil barang serta 274.980 kendaraan khusus. Dalam 25 tahun terakhir, 1987 s/d 2011, pertumbuhan kendaraan mencapai hampir 957%, sementara panjang jalan tumbuh 201%. Ini berarti pertumbuhan kendaraan bermotor 4,7 kali pertumbuhan jalan. Pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak diikuti dengan pertumbuhan panjang jalan menimbulkan dampak negatif di berbagai bidang.Di Indonesia pada tahun 2010 jumlah korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas berjumlah 31.234 orang (Laporan Tahunan Korlantas, 2011). Jumlah korban kemudian meningkat menjadi 32.657 orang pada tahun 2011. Sementara itu kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Pati pada tahun 2012 terdapat 905 kejadian dan 172 korban meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2013 terjadi 857 kejadian dan terdapat 181 korban meninggal dunia (Data dari Satlantas Polres Pati). Sebagian besar kecelakaan lalu lintas melibatkan kendaraan sepeda motor dan faktor penyebab kecelakaan lalu lintas diantaranya adalah faktor manusia. Selain itu jenis pelanggaran lalu lintas terbanyak adalah tidak menggunakan helm. Mengacu pada data korban kecelakaan berdasarkan usia, kecenderungan kelompok usia korban tertinggi di Indonesia adalah usia 16-30 tahun yang merupakan usia dalam kelompok produktif. Angka yang didapatkan dari Satlantas Polres Pati menunjukkan bahwa pelaku pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Pati usia 16-30 tahun meningkat 179% dari tahun 2012 sampai 2013. Hal ini sangat berbahaya karena banyak masyarakat usia produktif yang berpotensi mati sia-sia di jalan raya. Meskipun usia pelaku pelanggar lalu lintas tertinggi adalah usia 30-41 tahun, jika tidak dilakukan penanganan lebih lanjut maka angka pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh kelompok usia 16-30 tahun berpotensi untuk meningkat. Fakta lain yang menyebabkan tingginya potensi kecelakaan adalah sebagian besar pengguna kendaraan bermotor terutama di kalangan remaja adalah tidak memiliki SIM. Padahal pada UU Nomor 22 tahun 2009 Pasal 77 ayat (1) dikatakan Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memeliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. Sedangkan fungsi SIM sendiri adalah sebagai bukti kompetensi mengemudi. Yang terjadi selama ini, remaja yang hendak melanjutkan studinya ke SMA cenderung ingin mengendarai kendaraan bemotor untuk pergi ke sekolah. Padahal mereka belum memenuhi persyaratan yakni persyaratan usia 17 tahun. Kasatlantas Polres Pati mengatakan bahwa usia dibawah 17 tahun dianggap belum memenuhi syarat karena dari segi fisik, remaja usia 17 tahun belum bisa menyeimbangkan tubuhnya ketika mengendarai kendaraan bermotor. Dan dari segi psikologis, remaja yang berusia dibawah 17 tahun masih labil serta belum bisa merespon keadaan yang cepat dan mendadak. Oleh karena itu, pelajar yang masih berusia di bawah 17 tahun dihimbau agar tidak membawa kendaraan bermotor ke sekolah agar tidak membahayakan diri mereka sendiri maupun orang lain.Baru-baru ini, Satlantas Polres Pati mengadakan Operasi Simpatik Candi 2014 pada tanggal 19 Mei s/d 8 Juni 2014 untuk menciptakan situasi KAMSELTIBCAR Lantas yang kondusif guna mendukung pelaksanaan Pilpres 2014 serta mendukung Dekade Aksi Keselamatan Jalan 2011-2020. Salah satu kegiatannya adalah bekerja sama dengan pihak sekolah khususnya SMA Negeri 1 Pati untuk mengadakan pemeriksaan kepada seluruh siswa yang menggunakan kendaraan bermotor sebagai transportasi ke sekolah. Dari hasil pemeriksaan terdapat 90% siswa yang menggunakan kendaraan bermotor melakukan pelanggaran lalu lintas yaitu tidak memiliki Surat Izin Mengemudi. Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena para pelajar yang belum memiliki SIM cenderung khawatir ketika melihat aparat kepolisian yang sedang mengadakan razia kendaraan bermotor. Akibatnya para pelajar yang merasa tidak lengkap menjadi tidak konsentrasi saat mengemudi dan dapat membahayakan diri mereka sendiri maupun orang lain serta berpotensi dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas.Sebagai tindak lanjut dari hasil pemeriksaan tersebut, Satlantas Polres Pati mengadakan sosialisasi saat apel pagi di SMAN 1 Pati. Dalam sosialisasi tersebut Kasatlantas Polres Pati AKP Dax Emmanulle S.M., SIK. mengatakan bahwa tujuan diadakannya Operasi Simpatik Candi 2014 adalah untuk menumbuhkan kesadaran pelajar akan pentingnya mentaati aturan berlalu lintas. Selain itu, beliau juga mengingatkan akan pentingnya memiliki Surat Izin Mengemudi saat berkendara. Upaya sekolah dalam menumbuhkan kesadaran tentang etika berlalu lintas di antaranya dengan mengefektifkan peran PKS (Patroli Keamanan Sekolah) dalam mengatur kelancaran lalu lintas serta menyosialisasikan tren atau budaya Safety Riding di kalangan remaja untuk meminimalkan angka kecelakaan.Dari latar belakang di atas maka penulis menyusun karya ilmiah ini dengan judul Pengaruh Kepemilikan SIM terhadap Etika Berlalu Lintas sebagai Upaya Mewujudkan Safety Riding di SMA Negeri 1 Pati Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah disusun, agar lebih operasional masalah ini dijabarkan secara khusus dan dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :1. Bagaimana pengaruh kepemilikan Surat Izin Mengemudi terhadap etika berlalu lintas siswa di SMAN 1 Pati?2. Bagaimana upaya mewujudkan budaya safety riding di kalangan remaja khususnya di SMAN 1 Pati?C. Tujuan PenelitianPenelitian memiliki tujuan sebagai berikut :1. Mengetahui tentang pengaruh kepemilikan Surat Izin Mengemudi terhadap etika berlalu lintas siswa di SMAN 1 Pati.2. Mengetahui upaya mewujudkan budaya safety riding di kalangan remaja khususnya di SMAN 1 Pati.

D. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak , di antaranya sebagai berikut.1. Sebagai sumber inspirasi bagi remaja pengguna kendaraan bermotor betapa pentingnya mematuhi Etika Berlalu Lintas di jalan raya sebagai upaya untuk membudayakan safety riding.2. Sebagai masukan bagi lembaga pendidikan agar meningkatkan pembinaan keselamatan berkendara melalui program-program yang terintegrasi dengan kurikulum.3. Untuk mendorong seluruh stakeholders terutama kepolisian, kementerian terkait, organisasi nonpemerintah, dan pengusaha serta masyarakat untuk bersinergi menangani masalah keselamatan berkendara di kalangan remaja. 6