BAB I Pendahuluan

8
Kementerian Pekerjaan Umum Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 4, penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Sedangkan pada Pasal 5 ayat (4) menyebutkan bahwa penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Perdesaan merupakan suatu bagian wilayah yang tidak berdiri sendiri dan akan terkait dengan pengembangan wilayah yang lebih luas. Suatu wilayah bisa disebut kawasan perdesaan karena mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dengan kawasan perkotaan. Suatu kawasan yang aktifitas utamanya atau aktifitas ekonomi penduduknya bersandar pada pengelolaan sumberdaya alam setempat atau pertanian dinamakan dengan kawasan perdesaan. Namun dalam pengembangan wilayah, kawasan perdesaan harus dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan kawasan perkotaan. Wilayah Indonesia dari segi kegiatan kawasan masih didominasi oleh kegiatan kawasan perdesaan (rural) dibanding kegiatan kawasan perkotaan (urban). Fungsi kawasan perdesaan (rural) bagi pembangunan nasional maupun regional tidak kalah pentingnya dibandingkan kawasan perkotaan dan metropolitan. Oleh karena itu diperlukan suatu aturan yang berfungsi untuk menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan dengan tetap mengakomodasikan berbagai produk peraturan terkait serta memandu proses implementasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Dengan adanya pedoman penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan, diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan penataan ruang agar sesuai dengan fungsi serta dapat mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. 1

Transcript of BAB I Pendahuluan

Page 1: BAB I Pendahuluan

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 4, penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Sedangkan pada Pasal 5 ayat (4) menyebutkan bahwa penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Perdesaan merupakan suatu bagian wilayah yang tidak berdiri sendiri dan akan terkait dengan pengembangan wilayah yang lebih luas. Suatu wilayah bisa disebut kawasan perdesaan karena mempunyai karakteristik yang sangat berbeda dengan kawasan perkotaan. Suatu kawasan yang aktifitas utamanya atau aktifitas ekonomi penduduknya bersandar pada pengelolaan sumberdaya alam setempat atau pertanian dinamakan dengan kawasan perdesaan. Namun dalam pengembangan wilayah, kawasan perdesaan harus dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan kawasan perkotaan.

Wilayah Indonesia dari segi kegiatan kawasan masih didominasi oleh kegiatan kawasan perdesaan (rural) dibanding kegiatan kawasan perkotaan (urban). Fungsi kawasan perdesaan (rural) bagi pembangunan nasional maupun regional tidak kalah pentingnya dibandingkan kawasan perkotaan dan metropolitan. Oleh karena itu diperlukan suatu aturan yang berfungsi untuk menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan dengan tetap mengakomodasikan berbagai produk peraturan terkait serta memandu proses implementasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

Dengan adanya pedoman penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan, diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan penataan ruang agar sesuai dengan fungsi serta dapat mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari Pedoman Penataan Ruang Kawasan Perdesaan adalah sebagai acuan bagi pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan para pemangku kepentingan lainnya dalam penataan ruang kawasan perdesaan.

Tujuan dari Pedoman Penataan Ruang Kawasan Perdesaan adalah untuk mewujudkan penataan ruang kawasan perdesaan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan peraturan pelaksanaannya.

1

Page 2: BAB I Pendahuluan

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

1.3. Ruang Lingkup Pedoman

Pedoman ini memuat ketentuan umum muatan rencana tata ruang kawasan perdesaan, ketentuan teknis muatan rencana tata ruang kawasan perdesaan, serta proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang kawasan perdesaan.

1.4. Istilah dan Definisi

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

2. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

3. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

4. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Pertanian adalah kegiatan ekonomi yang berupa kegiatan produksi hasil pengolahan sumberdaya alam berupa tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.

7. Agrobisnis adalah kegiatan ekonomi yang berbasis pada produksi, peningkatan produksi dan pemasaran hasil kegiatan pertanian.

8. Agroindustri adalah kegiatan ekonomi yang berbasis pada pengolahan dan atau memberikan nilai tambah pada hasil pertanian.

9. Pariwisata adalah kegiatan ekonomi yang bertumpu pada managemen pelayanan jasa lingkungan dan atau obyek tertentu.

10. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

11. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

12. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

13. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyaipengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

14. Kawasan Agropolitan adalah adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

2

Page 3: BAB I Pendahuluan

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

15. Tipologi adalah ragam yang menggambarkan tipe atau pencerminan model suatu obyek.

16. Tipologi Kawasan Perdesaan adalah tipe-tipe desa yang diidentifikasi berdasarkan karakteristik tertentu yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan desa.

17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

18. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten/kota, rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota, rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota, penetapan kawasan strategis kabupaten/kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

19. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.

20. Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan adalah rencana tata ruang yang bersifat lebih rinci dari RTRW Kabupaten, yang merupakan penjabaran dari RTRW Kabupaten, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah perdesaan.

21. Tujuan Penataan Ruang Kawasan Perdesaan adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah kabupaten yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang kabupaten pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

22. Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Perdesaan adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang kawasan perdesaan dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.

23. Strategi Penataan Ruang Kawasan Perdesaan adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang kawasan perdesaan.

24. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

25. Pusat Pelayanan Desa Utama adalah daerah yang diidentifikasi dan atau ditetapkan sebagai pusat pelayanan ekonomi, social dan atau administrasi dengan fasilitas-fasilitas tertentu sehingga mampu melayani seluruh wilayah perdesaan.

26. Pusat Pelayanan Desa Kedua adalah daerah yang diidentifikasi dan atau ditetapkan sebagai pusat pelayanan ekonomi, social dan atau administrasi dengan fasilitas-fasilitas tertentu sehingga mampu melayani seluruh sub wilayah perdesaan.

27. Pusat Pelayanan Desa Ketiga adalah daerah yang diidentifikasi dan atau ditetapkan sebagai pusat pelayanan ekonomi, sosial dan atau administrasi

3

Page 4: BAB I Pendahuluan

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

dengan fasilitas-fasilitas tertentu sehingga mampu melayani wilayah tingkat lingkungan desa.

28. Rencana Jaringan Prasarana Kawasan Perdesaan adalah rencana yang mencakup rencana sistem perdesaan wilayah desa dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah desa yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala desa, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan lainnya.

29. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

30. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

31. Kawasan Budi Daya Desa adalah bagian wilayah desa yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

32. Kawasan Lindung Desa adalah bagian wilayah desa yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

33. Kawasan Konservasi merupakan kawasan yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

34. Kawasan konservasi pertanian adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi khusus kegiatan pertanian yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaan pangan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

35. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

36. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

37. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.

38. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

39. Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil.

40. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

41. Perkampungan adalah kumpulan rumah dengan sistem sosial khas dan jenis rumah yang diusahakan sendiri atau gotong royong antar masyarakat yang menghuni.

4

Page 5: BAB I Pendahuluan

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

42. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman.

43. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain.

44. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.

45. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzona.

46. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.

47. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan.

48. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.

49. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.

50. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.

51. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dsb (building line).

52. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

53. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.

54. Arahan pemanfaatan ruang kawasan perdesaan adalah arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kota sesuai dengan RTRW Kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan desa beserta pembiayaannya dalam suatu

5

Page 6: BAB I Pendahuluan

Kementerian Pekerjaan Umum

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan

indikasi program utama jangka menengah lima tahunan yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan.

55. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perdesaan adalah ketentuan-ketentuan yang dibuat/disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan perdesaan agar sesuai dengan RTRW Kabupaten yang berbentuk ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif serta arahan sanksi.

56. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem desa adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang/penataan kota dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten.

57. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, dan digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.

58. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

59. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.

60. Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

61. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.

1.5. Acuan Normatif

6