Bab i Pendahuluan

download Bab i Pendahuluan

of 3

Transcript of Bab i Pendahuluan

1

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Air gambut merupakan salah satu contoh air permukaan yang ada di Kalimantan khususnya di Propinsi Kalimantan Barat. Data hasil uji kualitas air gambut oleh Darmayanto (2009), menunjukkan bahwa air gambut di Kalimantan Barat memiliki intensitas warna tinggi (527 mg/L unit PtCo), kadar organik (193,7 mg/L KMnO4), dan bersifat asam (pH 3,49). Data tersebut menunjukkan bahwa air gambut belum layak untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena sesuai dengan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 mengenai baku mutu air bersih yakni warna sebesar 50 mg/L unit PtCo, zat organik 10 mg/L KMnO4 dan pH 6,5-9,0. Metode pengolahan air gambut telah banyak dilakukan, diantaranya pengolahan dengan metode elektrokoagulasi (Susilawati, 2010), metode filtrasi (Eri dan Wahyu, 2010) dan metode adsorpsi (Darmayanto, 2009). Metode-metode pengolahan air gambut yang telah dilakukan dinilai masih kurang efisien terutama pada penggunaan bahan serta biaya operasional dan pemeliharaan yang relatif mahal. Atas dasar kekurangan tersebut, maka dibutuhkan sistem pengolahan air yang alami, sederhana, mudah dilakukan dan murah untuk biaya pembuatan dan pelaksanannya. Salah satu alternatif pengolahan air tersebut adalah dengan menggunakan sistem lahan basah buatan aliran bawah permukaan (Sub Surface Flow Constructed Wetlands). Sistem ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya biaya operasional, perawatan serta penggunaan bahan yang murah dan dapat meningkatkan pH air hingga memenuhi baku mutu kualitas air bersih (Supradata, 2005). Beberapa penelitian menggunakan sistem lahan basah buatan aliran bawah permukaan telah dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh (Syarifah dan Tri, 2010), sistem ini digunakan untuk mengolah beberapa parameter yakni COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (Biochemical Oxygen

2

Demand), NTK (Nitrogen Total Khedjal), TSS (total suspended solid) dan warna berturut-turut adalah 95,75%; 89,08%; 85,33%; 92,24% dan 99%. Pemanfaatan tanaman air dalam sistem lahan basah buatan aliran bawah permukaan selain dapat mengolah kandungan pencemar, juga menjadi salah satu upaya untuk mengoptimalkan kebutuhan lahan. Lahan yang digunakan untuk mengolah air yang tercemar, dapat dimanfaatkan sebagai taman. Penataan tanaman air dalam suatu kolam kecil yang dirancang sedemikian rupa dapat berperan sebagai saringan hidup bagi air limbah yang dilewatkan pada media tersebut (Yusuf, 2008). Karena itulah pada penelitian ini dirancang suatu sistem dengan menggunakan tanaman hias melati air (Echinodorus palaefolius) yang tidak hanya mampu mengolah air gambut serta dapat difungsikan tetapi juga dapat difungsikan sebagai taman. Tanaman melati air memiliki kemampuan untuk mengolah kandungan pencemar di air. Hal ini dapat diamati dari struktur tanaman melati air tersebut yang memiliki akar serabut dan batang yang berongga. Rongga batang yang besar mampu menyuplai oksigen ke akar dalam jumlah yang besar dan akar tanaman berfungsi untuk menyerap unsur hara yang berasal dari air limbah (Suhardjo, 2008). Tanaman melati air termasuk dalam jenis tanaman hydrophyta, yakni tanaman yang mampu hidup di air. Tanaman yang termasuk dalam jenis ini memiliki kemampuan untuk menyerap kandungan pencemar baik bahan organik maupun anorganik pada air dan mampu memperbaiki kualitas suatu perairan (Syarifah dan Tri, 2010; Puspita, dkk. 2005). Pada penelitian yang dilakukan oleh Calheiros, et al (2009), digunakan 2 tanaman yakni Typha latifolia dan Phragmites austrialis untuk mengolah limbah industri. Tanaman air lainnya yang telah digunakan adalah Phragmites austrialis dan Juncus inflexus (Sarafarat, 2009). Namun beberapa tanaman yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya tergolong tanaman semak. Oleh karena itu dipilih tanaman hias melati air yang selain mempunyai kemampuan untuk mengolah kandungan pencemar pada air tetapi juga memiliki nilai estetika bagi lingkungan (Suhardjo, 2008).

3

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat sistem lahan basah buatan aliran bawah permukaan menggunakan tanaman hias melati air (Echinodorus palaefolius) sebagai sistem pengolahan air dan menganalisis kinerja sistem dalam menurunkan intensitas warna dan zat organik serta meningkatkan pH pada air gambut. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah membuat dan mengetahui kemampuan sistem pengolahan air dengan lahan basah buatan aliran bawah permukaan menggunakan tanaman hias melati air (Echinodorus palaefolius) untuk menurunkan intensitas warna dan zat organik serta meningkatkan pH air gambut. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah mengenai pengolahan air gambut menjadi air bersih secara alami dan sederhana, sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.