Bab i Pendahuluan
Click here to load reader
-
Upload
ega-meinaldy-pujayusman -
Category
Documents
-
view
310 -
download
5
Transcript of Bab i Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pemilihan Masalah
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor. 23 tahun 1992
tentang kesehatan, pada pasal I disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis; Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah
dan atau masyarakat. Pada pasal II disebutkan bahwa Pembangunan kesehatan
diselenggarakan berasaskan prikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan yang
Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata,
prikehidupan dalam keseimbangan, serta kepercayaan akan kemampuan dan
kekuatan sendiri. Dan mengenai Hak dan Kewajiban, pada pasal IV disebutkan
bahwa Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa tidak hanya
orang normal yang berhak menerima kesehatan, tetapi juga orang yang memiliki
keterbatasan juga berhak menerima derajat kesehatan yang optimal.
Tunanetra dan tunarungu adalah dua jenis cacat yang cukup banyak
terdapat di Indonesia, baik yang mengalaminya secara bawaan sejak lahir ataupun
yang didapat karena penyakit ataupun kecelakaan. Data dari Departemen Sosial
2006 menyebutkan, jumlah tunanetra di Indonesia mencapai 1,2 juta orang.
Sedangkan prevalensi anak tunarungu di Indonesia berdasarkan data statistik
1
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia menunjukkan bahwa jumlah anak-
anak tunarungu di Indonesia cukup tinggi mencapai 0,17%, dimana 17 dari 10.000
anak prasekolah sampai umur 12 tahun mengalami tuli, maka jumlah itu cukup
besar dan menuntut perhatian
Pengertian tunanetra berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia adalah
tidak dapat melihat, dan menurut PERTUNI (Persatuan tunanetra Indonesia)
bahwa Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali
(buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak
mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12
point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang
awas / low vision). Sedangkan tunarungu adalah mereka yang mengalami
hambatan atau gangguan dalam perkembangan bicara, bahkan pada penderita
yang berat akan terjadi bisu sama sekali.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menimbulkan masalah kesehatan
maupun kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat. Menurut H. L Blum ada 4
faktoryang dapat mempengaruhi masalah kesehatan.
2
Status kesehatan
genetika
lingkungan Pelayanan kesehatan
perilaku
Di antara faktor-faktor tersebut, satu sama lain tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Yang paling berpengaruh adalah
faktor lingkungan termasuk di dalamnya adalah faktor biologis, fisik, sosial
ekonomi, Faktor penentu ketiga adalah faktor pelayanan kesehatan baik dalam hal
pencegahan, pengobatan, perawatan maupun rehabilitasi. Dan faktor yang
keempat adalah faktor genetika yang meliputi semua faktor dalam tubuh manusia.
Perilaku orang-orang yang mengalami tunanetra dan tunarungu dengan
segala keterbatasan yang dimilikinya tentunya memerlukan pelayanan kesehatan
yang cukup memadai untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
suatu penelitian terhadap orang-orang tunanetra dan tunarungu untuk mengetahui
prevalensi karies gigi dan indeks DMF (decay, missing, filling), apakah ada
perbedaan antara tunanetra, tunarungu, dan orang-orang yang tidak memiliki
keterbatasan, serta untuk membiasakan mereka memeriksaan kesehatan gigi dan
mulutnya kepada dokter gigi.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang pemilihan masalah tersebut, maka masalah
yang timbul dan ingin diketahui adalah:
Apakah ada perbedaan pada prevalensi karies gigi dan indeks kebersihan
mulut pada tunanetra, tunarungu dengan orang yang normal
3
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui
prevalensi karies gigi dan keadaan kebersihan mulut pada tunanetra di SLB
Wiyata Guna, tunarungu di SLB B Cicendo dan siswa SD Cibiru X.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Untuk memberikan gambaran tentang prevalensi karies gigi dan keadaan
kebersihan mulut pada tunanetra di SLB Wiyata Guna, tunarungu di SLB B
Cicendo dan siswa SD Cibiru X.
2. Untuk dapat dijadikan dasar bagi penelitian lebih lanjut dan sebagai bahan
masukan atau bahan pembanding bagi lembaga lainnya di dalam upaya
pembinaan kesehatan gigi dan mulut pada orang-orang cacat
3. Untuk memberikan pemahaman bahwa upaya pelayanan kesehatan gigi dan
mulut bagi masyarakat dapat dirasakan oleh seluruh anggota masyarakat,
tidak terkecuali untuk tuna netra dan tuna rungu.
4. Membantu penulis dalam meningkatkan keterampilan melakukan penelitian
dan dalam menulis suatu karya ilmiah yang merupakan bagian dari tahapan
persiapan dalam pengabdian kepada masyarakat kelak.
1.5. Kerangka Pemikiran
Upaya kesehatan gigi dan mulut adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan status kesehatan gigi yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat. Salah satu program yang ada dalam upaya tersebut adalah program
4
Sehat Gigi dan Mulut 2020. Program ini ditetapkan karena dari hasil survey
Departemen Kesehatan tahun 1999 diperoleh data bahwa penyakit gigi yang
paling sering ditemukan adalahkaries gigi, yang ditemukan pada semua usia dan
lapisan masyarakat (Moeis,2004)
Untuk mendukung hal tersebut, maka perlu dilakukan pelaksanaan program
kesehatan pada seluruh tingkat masyarakat, tidak terkecuali untuk orang-orang
tunanetra dan tunarungu.
1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif exploratif. Penelitian ini
dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah dengan memberikan kuesioner
kepada naracoba mengenai pengetahuan mereka tentang kesehatan gigi dan mulut,
dan yang kedua dengan memeriksa langsung kondisi mulut naracoba untuk
mengetahui prevalensi karies dan keadaan kebersihan mulutnya.
1.7. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap:
1. Penderita tunanetra di SLB Wiyata Guna
2. Penderita tunarungu di SLB B Cicendo
3. Siswa SD Cibiru X
5
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Berdasarkan proses bagaimana penelitian ini dilakukan, maka jenis
peneliatiannya adalah deskriptif eksploratif.
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Semua siswa-siswi di SLB Wiyata Guna, SLB B Cicendo dan SDN Cibiru
X
3.2.2. Sample
Siswa-siswi di SLB Wiyata Guna, SLB B Cicendo yang berumur 5-11
tahun dan siswa siswi SDN Cibiru X
3.3. Variable-variabel yang diukur
Variable-variabel yang dicari dalam penelitian ini adalah prevalensi karies
gigi dan keadaan kebersihan mulut pada penderita tunanetra dan tunarungu di
SLB Negeri Cileunyi dan siswa SD Cibiru X
3.4. Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala pengukuran nominal,
ordinal dan interval. Skala pengukuran ini digunakan dalam pembuatan kuesioner
untuk mengetahui pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan mulut.
6
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara
terstruktur, kuesioner dan observasi terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan
pada tunanetra dengan pertanyaan dibacakan oleh penulis, kuesioner digunakan
pada tunarungu dan pada anak yang normal. Wawancara dan kuesioner digunakan
untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang kesehatan gigi dan mulut.
Observasi terstruktur digunakan dengan cara memeriksa langsung keadaan mulut
responden, untuk mengetahui prevalensi karies dan keadaan kebersihan mulutnya.
3.6. Alat dan Bahan
3.6.1. Bahan Penelitian
a. Alkohol untuk mensterilkan alat-alat
b. Disclosing solution
c. Kapas
3.6.2. Alat Penelitian
a. Sonde
b. Kaca mulut
c. Pinset
d. Gelas kumur
e. Handuk kecil
3.7. Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan dua cara. Cara yang pertama yakni dengan
pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui perilaku mereka terhadap
7
kebersihan gigi dan mulut. Pada anak tunanetra pertanyaan dibacakan oleh
penulis, dan jawaban ditulis oleh penulis berdasarkan jawaban dari responden.
Yang kedua adalah dengan cara melakukan pemeriksaan klinis terhadap keadaan
karies dan kebersihan mulut responden
Pada pemeriksaan klinis, responden diperiksa mengenai kebersihan
mulutnya yaitu dilihat debris index dan kalkulus, kemudian dilihat juga mengenai
penyakit karies gigi pada responden tersebut.
3.7.1. Pengumpulan Data Kebersihan Mulut
Index yang digunakan adalah “Oral Hygiene Index Simplified” . OHI-S
merupakan hasil penjumlahan debris indeks dan kalkulus indeks
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan pada gigi-gigi tertentu yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, 46
4 gigi diperiksa permukaan facial (molar 1 RA kanan - kiri, incisivus 1 atas
kanan, incisivus 1 bawah kiri) dan 2 gigi diperiksa permukaan lingual
(molar 1 bawah kanan - kiri)
2. Pemeriksaan debris index (DI)
Debris index adalah endapan lunak/ plak yang melekat pada gigi penentu.
Cara pemeriksaannya yaitu dengan menggunakan sonde atau disclosing
solution
Kriteria penilaian:
0 = jika tidak ada debris lunak dan pewarnaan ekstrinsik
8
1= kurang dari 1/3 permukaan gigi terdapat debris lunak atau tidak ada
debris lunak, tetapi ada pewarnaan ekstrinsik
2 = lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi terdapat debris
lunak
3= lebih dari 2/3 permukaan gigi terdapat debris lunak
Debris index = ∑ nilai debris
∑ jumlah gigi yang diperiksa
3. Calculus Index (CI)
Adalah nilai dari endapan keras/ karang gigi yang melekat pada gigi
penentu
Kriteria penilaian adalah:
0= permukaan gigi bersih
1= kurang dari 1/3 permukaan gigi terdapat karang gigi supra gingival
2= lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi terdapat karang gigi
supra gingival atau pada servikal/ leher gigi terdapat bercak-bercak karang
gigi sub gingival tapi permukaan gigi bersih
3= lebih dari 2/3 permukaan gigi terdapat karang gigi atau permukaan gigi
bersih, karang gigi melingkari leher gigi
9
Calculus Index (CI) = ∑ penilaian calculus
∑ jumlah gigi yang diperiksa
4. Bila gigi penentu tidak ada, maka yang digunakan sebagai gigi penentu
adalah gigi yang di sebelah mesialnya. Untuk menghitung calculus Index
minimal menggunakan 3 gigi penentu.
OHI= DI+ CI
3.7.2. Pengumpulan Data Kesehatan Mulut
Untuk mendapatkan gambaran kuantitatif mrngrnai keadaan penyakit
karies gigi sudah lazim dipakai angka DMF (untuk gigi tetap) dan def (untuk gigi
sulung) sebagai index.
Pemeriksaan klinis yang dilalukan terhadap setiap subjek adalah
pemeriksaan karies dengan menggunakan index def-t/ DMF-T yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. def-t
def-t (decayed, extracted, filled teeth) adalah jumlah gigi sulung yang
mengalami lkaries pada subjek, berupa angka yang diperoleh dengan
menghitung keadaan sebagai berikut:
d : Apabila jaringan email gigi sulung mengalami dekalsifikasi, terlihat
keputih-putihan atau kecokelatan dengan ujung ekskavator yang terasa
menyangkut pada kavitas. Keadaan lain yang termasuk kategori ini yaitu:
10
karies dengan kavitas besar yang melibatkan dentin, karies mencapai
jaringan pulpa baik pulpa tersebut masih vital maupun non-vital, karies
terhenti serta karoes pada gigi sulung walaupun pada gigi tersebut terdapat
restorasi. Seluruh keadaan ini masih dapat dikategorikan d (decayed),
apabila kavitas tersebut nantinya masih dapat direstorasi.
e: Apabila gigi tersebut telah dilakukan pencabutan atau tanggal. Keadaan
lain yang termasuk ke dalam kategori ini yaitu karies gigi sulung yang
diindikasikan untuk pencabutan, contohnya jika mahkota gigi tidak ada
atau yang ada hanya sisa akar.
f: Apabila pada gigi sulung tersebut telah ditumpat atau direstorasi secara
tatap maupun sementara. Apabila gigi yang sudah ditumpat terdapat karies
maka tidak termasuk dalam kategori ini.
2. DMF-T\
DMF-T (Decayed, Missing, Filled Teeth) adalah jumlah gigi tetap yang
mengalami karies pada subjek berupa angka yang diperoleh dengan
menghitung keadaan sebagai berikut:
D: Apabila jaringan email gigi tetap mengalami dekalsifikasi, terlihat
keputih-putihan atau kecokelatan dengan ujung ekskavator yang terasa
menyangkut pada kavitas. Keadaan lain yang termasuk ke dalam kategori
ini yaitu keadaan karies dengan kavitas besar yang melibatkan dentin,
karies mencapai jaringan pulpa
11
M :Apabila gigi tersebut telah dilakukan pencabutan atau tanggal.
Keadaan lain yang termasuk ke dalam kategori ini, yairu karies gigi tetap
yang diindikasikan untuk pencabutan, contohnya jika mahkota gigi tidak
ada atau yang ada hanya sisa akar.
F : Apabila pada gigi tetap tersebut telah ditumpat atau direstorasi secara
tetap maupun sementara. Apabila gigi yang sudah ditumpat terdapat karies
maka tidak termasuk dalam kategori ini.
Dengan kriteria ini maka dapat diketahui jumlah gigi yang D, M, F juga d,
e, f. Selain itu indeks ini juga dipkai untuk menentukan status kesehatan gigi yang
menyangkut serangan karies pada masyarakat.
Indeks DMF : jumlah gigi DMF
Jumlah gigi yang diperiksa
Indeks def : jumlah gigi d e f
Jumlah gigi yang diperiksa
3.8. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di tiga tempat yaitu di SLB Wiyata Guna
untuk penelitian pada tunanetra, SLB B Cicendo untuk penelitian pada tunarungu
dan di SD Cibiru X untuk penelitian pada anak-anak yang tidak memiliki
keterbatasan.
12
13