Bab i Pendahuluan
Transcript of Bab i Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Islam merupakan aturan yang sesuai dengan fitrah dan diciptakannya
manusia dan sejalan dengan kepentingan kehidupannya. Islam memperhatikan
moralitas manusia, memelihara kebersihan masyarakat, serta tidak mentoleransi
timbulnya Matrerialisme yang mendorong terjadinya kerusakan akhlak dan
masyarakat. Allah SWT menjadikan usrah (keluarga) sebagai tonggak kehidupan,
kaidah pembangunan, asas pertumbuhan sosial kemasyarakatan, dan
perkembangan peradaban.
Demikianlah Allah mengokohkan bangunan keluarga dan masyarakat
dengan pondasi yang kuat sebagaimana di dalam Al-Qur’an menggambarkan sifat
yang luhur bagi ikatan yang dijalin oleh dua orang insan berbeda jenis yakni
ikatan perkawinan dengan gambaran yang dikemukakan melalui beberapa ayat,
antara lain ayat 21 surat an-Nisa’.
Dalam ayat tersebut ikatan perkawinan dinamakan dengan ungkapan
غليظ -suatu ikatan janji yang kokoh. Sedangkan dalam ayat 187 surat al ((ميثاق
Baqarah dinyatakan bahwa jalinan suami istri bagaikan hubungan antara pakaian,
berikut aneka fungsinya, dengan orang yang mengenakannya1.
1 Achmad Kuzari, Nikah sebagai Perikatan, (Jakarta, Raja Grfindo Persada, 1995), Cet 1, ed 1, h. 10
1
Akan tetapi seiring jalannya waktu dalam menjalani bahtera rumah tangga
guna mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, adakalanya
terjadi benturan-benturan yang kadang sering muncul menjadi batu sandungan
dalam keharmonisan rumah tangga, hal tersebut bisa saja berasal dari berbagi
faktor salah satunya adalah suami mempunyai istri lagi atau yang lebih dikenal
dengan suami berpoligami.
Kalau kita mengkaji perihal poligami itu dilaksanakan dengan berbagai
motivasi. Ada diantaranya yang bermotif penyaluran kepuasan seksual,
kemegahan diri, kebutuhan ekonomis, menata pembagian kerja, untuk
memperoleh keturunan atau mempertahankan bahkan meningkatkan mutu gen
melalui regenerasi. Dan motif-motif yang lainnya.2
Selain itu juga poligami merupakan sunah Nabi sebagaimana Rasulullah
tatkala wafat meninggalkan sembilan orang istri. Oleh karena itu, melarang
poligami berarti melarang hal yang mubah atau dibolehkan Allah dan itu berarti
menentang ketetapan Allah berarti berdosa besar.
Islam membolehkan seorang muslim menikahi wanita hingga empat orang
dengan syarat hal itu bukan hanya ditujukan sebagai sarana memuaskan hawa
nafsu laki-laki.
Alasan poligami memang dilegitimasi oleh Islam, sebagaimana tertera
dalam Q.S.an-Nisa ayat 3, yaitu :3
2 Ibid, h.1643 Abdullah Insani, Islam menggugat Poligami, (Jakarta: Mizan, 1999), h. 49
2
�الَث ُث َو ى �َن مث اِء� �َس الَن م�َن �ْم� ُك ل َطاَب ما �ُك�ُح�ْو�ا َفاْنَو� ا َفْواِح�َدًة!ا �ْو�ا ل ْع�َد� َت اَّل' ا �ْم� ِخ�ْف�ُت �ْن� َفا رباَع َوُ
: ) الَنَساِء �ْو�ا ْع�َد�ل َت اَّل' ا ْد�ْن ا �لَك ذا �ْم� �ُك �َماْن ْي ا ْث� ُك مامل3(
Artinya: “…Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat…” (Q.S. an-Nisa: 3)
Aturan poligami ini juga dibolehkan dalam UU Perkawinan No.1 Tahun
1974, yang secara tegas disebutkan dasar/prinsip perkawinan adalah monogami4.
Akan tetapi tetap ada kemungkinan untuk poligami5, maksimal empat orang6.
Izin beristri lebih dari seorang hanya dapat diberikan apabila memenuhi
sekurang-kurangnya salah satu syarat alternatif, dan ketiga syarat kumulatif.
Adapun syarat-syarat altrnatif dimaksud adalah: (a) istri tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai istri; (b) istri mendapat cacat badan atau penyakit yang
tidak dapat disembuhkan; atau (c) ada jaminan tertulis bahwa suami akan berlaku
adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.
Sedangkan syarat kumulatif adalah (a) ada persetujuan tertulis dari istri-
istri (b) adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri
dan anak-anak mereka; dan (c) ada jaminan tertulis bahwa suami akan berlaku
4 UU No. 1 Th.1974 Paal 3 ayat 1.” Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seornag wanita hanya bolehmempunyai seorang suami”.
5 UU No.1 Th. 194 Pasal 3 ayat 2 “Pengadilan dapat memberikan izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki leh pihak-pihak yang bersangkutan”.
6 Kompilasi Hukum Islam Pasal 55 ayat (1). “Beristri lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang istri”.
3
adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Persetujan istri harus dipertegas di
Pengadilan7.
Dari penjelasan kedua aturan yaitu Hukum Islam dan Hukum Perdata (UU
Perkawinan) mengatur dibolehkannya bagi suami untuk bepoligami. Akan tetapi
praktek poligami yang dilakukan oleh sebagian laki-laki dalam masyarakat kita
seringkali menyimpang dari aturan Islam. Seperti di dalam buku-buku yang
dikarang oleh atau orang-orang yang pemikirannya terpegaruh paham barat ada
anggapan bahwa poligami itu menimbulkan pengaruh buruk. Anggapan negatif
itupun muncul karena kelemahan umat Islam yang keliru mempraktikan aturan
poligami.
Jika perkawinan poligami sudah terjadi, suami wajib memberikan
jaminan hidup yang sama kepada semua istri dan anaknya8. Akan tetapi secara
psikologis semua istri akan merasa terganggu dan sakit hati melihat suaminya
berhubungan dengan perempuan lain. Selain itu juga, dengan poligami istri
merasa inferior atau rendah diri seolah-olah suaminya berbuat demikian lantaran
ia tidak mampu memenuhi kepuasan biologisnya.9
7 Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara; Studi Terhadap Peerundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, (Jakarta: INIS, 2002), h. 107-108
8 Ibid, h.1099 Abdullah Insani, Op.,Ci., h.183
4
Selain itu, poligami mengakibatkan kecemburuan, perpecahan dan
permusuhan antara istri yang satu dengan istri yang lainnya bahkan sampai pada
anak-anak.10
Begitu banyak hal-hal negatif yang dirasakan oleh para istri yang
dipoligami oleh suaminya, seperti hal tersebut diatas. Dengan begitu banyak istri-
istri yang dipoligami oleh suaminya tidak kuat untuk mempertahankan keutuhan
rumah tangganya karena sikap dan perlakuan suaminya, sehingga mereka
mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Dari dampak penyalahgunaan
poligami tersebut yang ternyata banyak pihak yang merasa dirugikan terutama
anak dan istri. Oleh karena itu penulis mengangkat tema dengan judul
PENGARUH POLIGAMI TERHADAP PERCERAIAN DI PENGADILAN
AGAMA JAKARTA BARAT sebagai judul skripsi.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pada penulisan skripsi ini, penulis memberikan batasan masalah pada
putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat mengenai perkara perceraian
yang disebabkan poligami pada periode tahun 2006.
Data perceraian yang masuk di Pengadilan Agama jakarta Barat sebanyak
Delapan Ratus Tujuh Puluh Empat (874) perkara, namun yang dapat diputuskan
10 Musfir Husain al-Jahrani, Nazhratun fi Ta’addudi az-Zaujat, penerjemah M.Suten Ritonga (Jakarta: Gema Insani Pre, 1996), Cet 1, h. 80
5
oleh hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat sebanyak Delapan Ratus Enam
Puluh Delapan (868).
Adapun dari 868 data perceraian tersebut yang disebabkan oleh pihak
ketiga ada 60 perkara. Namun dari 60 perkara tersebut yang dikategorikan
disebabkan oleh suami berpoligami hanya ada 44 perkara, diaman perkara
tersebut sudah diputuskan oleh hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat.11
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis memberikan
rumusan pada penulisan ini, yaitu sebagai berikut :
1. Kenapa poligami dapat dijadikan alasan dan merupakan faktor utama oleh
pihak istri untuk mengajukan perceraian?
2. Bagaimana putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat dalam
penyelesaian perceraian dengan alasan suami berpoligami ditinjau menurut
Hukum Islam dan Hukum positif ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Pada penulisan skripsi ini ada beberapa tujuan yang diinginkan dan harus
diketahui antara lain:
1. Untuk mengetahui alasan istri mengajukan prceraian ke Pengadilan Agama
Jakarta Barat.
11 Laporan Tahunan Perkara Pengadilan Agama Tahun 2006
6
2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap
putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat yang berkaitan mengenai perceraian
yang disebabkan karena poligami.
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Hasil penelitian ini secara praktis bermanfaat untuk
dapat ditindak lanjuti lebih maksimal bagi para suami agar lebih maksimal
dalam menerapkan aturan poligami, sehingga tidak menimlbukan
kecemburuan sosial yang berkibat terjadinya konflik bahkan terjadinya
perceraian.
2. Sedangkan manfaat akademis adalah sebagai bahan
penambahan referensi dan peningkatan wawasan akademis khususnya
mengenai wawasan mengenai poligami.
D. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini mengenai poligami yang dilakukan oleh suami,
hingga istri mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama Jakarta
Barat.
2. Sumber Data
Penelitian dilakukan melalui tahap penelitian lapangan untuk
mendapatkan data primer dan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan
bahan-bahan hukum. Data primer ini bahan hukum yang sifatnya mengikat;
7
berupa dokumentasi yaitu putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat
mengenai cerai gugat yang disebakan karena suami poligami.
Untuk data sekunder, peneliti menggunakan penelitian kepustakaan,
yaitu mencari data-data yang diperoleh dari literatur dan referensi yang
berkaitan dengan judul skripsi penulis. Selain itu, UU Perkawinan No.1 Th.
1974, UU Pengadilan Agama No. 7 Th. 1989, PP. No.9 Th. 1975 dan
Komplikasi Hukum Islam.
Selain itu, jurnal atau makalah, kamus atau ensiklopedia, website dari
internet, dan bahan-bahan lainnya yang dapat mendukung dengan judul
skripsi penulis
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Subjek penelitian
dalam skripsi ini yaitu data perceraian yang ada di Pengadilan Agama Jakarta
Barat pada tahun 2006. Namun tidak semua populasi kita teliti, hanya
sebagian populasi yang difokuskan sebagai subjek penelitian, yang disebut
sebagai sampel.
Hanya perceraian yang disebabkan oleh pihak ketiga dijadikan sebagai
sampel. Kemudian Peneliti menggunakan teknik purposive, dalam hal ini data
perceraian yang disebabkan oleh gangguan pihak ketiga dipilah kembali untuk
dikelompokkan guna mendapatkan data perceraian yang benar-benar
disebabkan oleh poligami.
8
Dalam hal ini seluruh perkara yang masuk dan sudah mendapatkan
putusan dari Pengadilan Agama (868 Perkara) dikelompokkan menurut
kasusnya masing-masing (11 Kasus), dan dari kasus tersebut dipilah-pilah
sehingga mendapatkan perkara yang sesuai dengan penelitian yaitu perkara
Poligami (44 perkara). Dalam perkara di Pengadilan Agama Poligami masuk
dalam kelompok gangguan pihak ke tiga.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini melakukan studi kasus dengan analisis isi (content
analysis) dan yang menjadi fokus maupun sumber kajiannya adalah dokumen
yaitu lembar putusan perkara perceraian pada Pengadilan Agama Jakarta
Barat. Melalui dokumen tersebut peneliti dapat melihat keseluruhan persoalan
termasuk identitas para pihak yang berperkara, dan kondisi awal yang
menimbulkan konflik dan sebagainya.
Dari dokumen perceraian yang akan dipilih kasus-kasus cerai gugat
yang di dalam materi gugatannya disebabkan suami poligami. Tidak semua
kasus cerai gugat dipilih sebagai sampel karena ada yang tidak disebabkan
suami berpoligami. Dan peneliti mengkaji kasus ini hanya pada kasus cerai
gugat pada tahun 2006 saja..
Peneliti juga melakukan wawancara kepada salah satu hakim yang
dalam tugasnya langsung berkaitan dalam menyelesaikan perkara gugat cerai
yang disebabkan oleh poligami.
5. Analisa Data
9
Dokumen putusan PA oleh peneliti diklasifikasikan guna mendapatkan
data-data yang bersifat kuantitatif dilakukan pengolahan secara kuantitatif dan
hasilnya ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentasi
sehingga memberikan kemudahan bagi pembacanya. Data kuantitatif yang
diperoleh dicoba dihubungkan dengan hasil wawancara dan studi literatur
sehingga diperoleh analisa yang bersifat kualitatif.
Dengan begitu peneliti dapat menginterpretasikan dengan menarik
kesimpulan yang akan memberikan gambaran tentang pengaruh poligami
terhadap perceraian atas perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Jakarta
Barat khususnya pada tahun 2006.
Pada penulisan laporan hasil penelitian dalam skripsi ini, Penulis merujuk
pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005.
Sehingga penulisan ini akan terarah dan sistematis.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini akan disusun dalam beberapa bab, dan tiap-
tiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang sesuai dengan keperluan kajian yang
akan dilakukan.
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan latar
belakang diangkatnya masalah ini, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
serta signifikansi penulisan, metode penelitian serta sistematika penulisan.
10
Bab Kedua merupakan bab tinjauan umum tentang poligami, dimana
yang akan diuraikan pada bab ini adalah definisi poligami, dasar-dasar poligami
dalam Hukum Islam dan Hukum Positf, hikmah poligami, serta dampak poligami
bagi keluarga.
Bab ketiga merupakan bab yang membahas tentang prosedur perceraian
dalam hukum acara Peradilan Agama, pengertian perceraian dan dasar hukumnya,
sebab-sebab terjadinya perceraian menurut Hukum Islam dan hukum positif,
prosedur mengajukan perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Barat.
Bab keempat menguraikan tentang putusan Pengadilan Agama Jakarta
Barat mengenai perceraian yang disebabakan oleh poligami, dimana yang
berkaitan dengan hal ini yaitu, Profil Pengadilan Agama Jakarta Barat,
Pertimbangan dan Putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat mengenai
perkara perceraian yang disebabkan poligami dan Analisis Terhadap putusan
Pengadilan Agama Jakarta Barat atas perkara perceraian yang disebabkan
poligami.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari
tulisan ini serta saran-saran.
11