Bab i Pendahuluan

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perencanaan dan Pengendalian Biaya dan Waktu merupakan bagian dari manajemen proyek secara keseluruhan. Kesuksesan proyek dapat diukur dari pencapaian objective proyek yaitu tercapainya kualitas pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, proyek dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan dan masih dalam batas anggaran yang disediakan (budget), bahkan kalau bisa dibawah budget yang ada 1 . Biaya yang telah dikeluarkan dan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan harus diukur secara kontinyu penyimpangannya terhadap rencana. Adanya penyimpangan waktu dan biaya yang signifikan mengindikasikan pengelolaan proyek yang buruk. Sesuai dengan definisi proyek bawah proyek adalah suatu kegiatan yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya, baik berupa manusia, material, biaya ataupun alat sehingga hal ini membutuhkan suatu manajemen proyek mulai dari fase awal proyek hingga fase penyelesaian proyek. Semakin tingkat kompleksitas proyek dan semakin langkanya 1 Asiyanto., Construction Project Cost Manajement, Pradnya Paramita, Jakarta, 2005 hal. 151 1

Transcript of Bab i Pendahuluan

Page 1: Bab i Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Perencanaan dan Pengendalian Biaya dan Waktu merupakan

bagian dari manajemen proyek secara keseluruhan. Kesuksesan proyek

dapat diukur dari pencapaian objective proyek yaitu tercapainya kualitas

pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, proyek dapat

diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan dan masih dalam batas

anggaran yang disediakan (budget), bahkan kalau bisa dibawah budget

yang ada1. Biaya yang telah dikeluarkan dan waktu yang digunakan dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan harus diukur secara kontinyu

penyimpangannya terhadap rencana. Adanya penyimpangan waktu dan

biaya yang signifikan mengindikasikan pengelolaan proyek yang buruk.

Sesuai dengan definisi proyek bawah proyek adalah suatu kegiatan

yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya, baik berupa manusia, material,

biaya ataupun alat sehingga hal ini membutuhkan suatu manajemen

proyek mulai dari fase awal proyek hingga fase penyelesaian proyek.

Semakin tingkat kompleksitas proyek dan semakin langkanya sumberdaya

maka dibutuhkan juga peningkatan sistem pengelolaan proyek yang baik

dan terintegrasi.

Keterlambatan biasanya selalu berdampak pada biaya, sedangkan

biaya selalu terkait dengan tingkat suku bunga dan laju inflasi yang selalu

berubah setiap waktu sehingga dapat keterlambatan proyek menjadi faktor

kritis dan menjadi kontribusi utama terhadap terjadinya pembengkakan

biaya proyek. Dampak lain dari keterlambatan proyek adalah timbulnya

masalah besar bagi semua tim proyek yang terlibat baik itu owner ataupun

kontraktor utama, tim proyek owner akan dianggap gagal dalam mengelola

proyek dan juga jadwal untuk pengoperasian akan terlambat dan tentunya

akan berdampak pada sales value. Sedangkan kontraktor akan terkena

denda penalti sesuai dengan kontrak, cash in yang akan bermasalah dan

1 Asiyanto., Construction Project Cost Manajement, Pradnya Paramita, Jakarta, 2005 hal. 151

1

Page 2: Bab i Pendahuluan

tentunya pihak lain juga akan mengalami dampak negatif seperti

subkontraktor dan vendor material yang terlibat dalam proyek.

Masalah keterlambatan dalam dunia konstruksi menjadi

phenomena yang umum diseluruh dunia, hampir 60 – 70% proyek

konstruksi mengalami keterlambatan2. Menurut laporan dari Standish

Group dan beberapa perusahaan analist bahwa dari 51% proyek yang

mengalami masalah waktu dan biaya, rata rata 43% mengalami cost

overrun3

Hasil studi yang dilakukan oleh CH2M HILL membuktikan bahwa

tingginya risiko dapat menyebabkan tutup beberapa perusahaan EPC di

USA. Hasil studi yang disampaikan pada World Coal Gasification

Conference EPC Company tanggal 12 April 2007, memaparkan di

Amerika Serikat pada tahun 1967 terdapat 38 perusahaan yang bergerak

dibidang Engineering Procurement Construction (EPC) dan pembangkit,

sedangkan pada tahun 2007 hanya tinggal 18 perusahaan saja. Tutup atau

konsolidasinya banyak perusahaan EPC di USA sebagian besar karena

kegagalan menangani risiko dan mengendalikan proyek EPC4. Demikian

juga dengan kondisi proyek EPC di Indonesia cukup memprihatinkan, dari

hasil survey pada beberapa perusahaan yang bergerak dibidang

Engineering Procurement Construction (EPC) di Indonesia, dari beberapa

proyek yang berjalan selama tahun 2000 – 2010, terdapat 30% proyek

mengalami keterlambatan dan berdampak pada pembengkakan biaya.

Kegagalan memenuhi tujuan proyek sebagian besar disebabkan karena

gagal menangani resiko dan juga sistim pengontrolan yang kurang

memadai, sehingga tidak ada peringatan secara dini bagi tim proyek untuk

menanggulangi penyebab kegagalan.

Sedangkan untuk PT. Y sendiri, beberapa proyek EPC mulai dari

tahun 2000 – 2007 yang mengalami keterlambatan sekitar 40% dari total

proyek yang ada.

2 Murali S., Causes and effect of delay in Malasyan construction industri, International Jurnal of Project Management, 20073 Arlene M, Respect Triangle, Cost Engiineering Journal Vol 5, 20094 www.ch2mhill.com

2

Page 3: Bab i Pendahuluan

Jika permasalahan seperti ini dibiarkan berlarut-larut, tidak

menutup kemungkinan perusahaan EPC di Indonesia juga dapat

mengalami kejadian yang serupa seperti yang dialami perusahaan-

perusahaan EPC di Amerika. Banyaknya proyek yang mengalami

kegagalan akibat tingginya risiko pada proyek EPC, menjadi sangat

menarik untuk diteliti bagaimana mengevaluasi kinerja proyek jika

terdapat inefisiensi kinerja, memahami risiko apa saja yang paling

dominan penyebab terjadinya keterlambatan waktu yang berdampak pada

biaya dan yang bagaimana mengotimalkan faktor faktor resiko dominan

dalam mengontrol waktu dan mendapatkan biaya yang optimal.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

1.2.1 Deskripsi Masalah

Proyek X yang dikerjakan oleh PT. Y mengalami

keterlambatan beberapa periode. Proyek X berlokasi di Balongan,

Indramayu, Jawa Barat adalah proyek pembangunan fasilitas

pengelolaan minyak yang merupakan pengembangan dari proyek

yang telah ada sebelumnya, dengan scope of work EPC

(Engineering, Procurement, Conctruction). Dari histori data

proyek, keterlambatan proyek yang sudah berlangsung sejak bulan

Juli 2009 dan hal ini akan berdampak pada kinerja pembiayaan

proyek karena PT. Y akan mengalami keterlambatan dalam

mengajukan invoice dikarenakan PT. Y akan dibayar oleh owner

pada saat progress pekerjaan yang tercapai lebih besar atau sama

dengan angka yang sudah disepakati dalam kontrak untuk setiap

scope pekerjaan. Untuk lebih jelasnya mengenai keterlambatan

pada proyek tersebut dapat dilihat dari grafik yang menyajikan S –

Curve dari keseluruhan proyek sebagai berikut ini:

3

Page 4: Bab i Pendahuluan

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

10,00%

Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10

MONTH

MO

NT

HL

Y P

RO

GR

ES

S (

%)

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

CU

MM

UL

AT

IVE

PR

OG

RE

SS

(%

)

PLAN (MONTHLY)

ACTUAL (MONTHLY)

PLAN MONTHLY INTERNAL

PLAN (CUMULATIVE)

ACTUAL (CUMULATIVE)

PLAN INTERNAL

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y

Grafik 1.1 Overall S-Curve RCC Off Gas To Propylene Project

S – Curve dibagi menjadi 3 garis yaitu plan sesuai kontrak

(biru), actual (warna merah), dan plan internal (warna hijau). S –

Curve plan adalah kurva yang menyatakan rencana awal

pelaksanaan proyek (rencana yang disepakati antara owner dan

kontraktor sebagai acuan target kerja). Kurva actual adalah kurva

dari pelaksanaan secara ril dilapangan yang berfungsi untuk

mengetahui progress yang telah dikerjakan, yaitu dari awal proyek

sampai dengan saat dibuatnya kurva tersebut. Sedangkan kurva

plan internal adalah kurva yang dibuat sebagai acuan dasar bagi

pelaksana proyek (internal target) dalam menyelesaikan pekerjaan

dimana kurva ini dibuat untuk selesai terlebih dahulu (selesai Mei

2010) dari kurva plan (selesai Juli 2010).

Dari S – Curve di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa

mulai bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Februari 2010 kurva

actual berada di bawah kurva plan dan kurva plan internal. Ini

berarti progress pelaksanaan proyek lebih kecil dibandingkan

dengan rencana yang tercantum di dalam kontrak (kurva plan) dan

juga dari rencana internal pelaksana proyek. Untuk lebih

4

Actual

Plan

Internal Target

Page 5: Bab i Pendahuluan

memperjelas tabel dibawah menjelaskan perbedaan antara plan

internal dengan plan kontrak terhadap actual progress :

Tabel 1.1 Persentase Plan vs Actual vs Plan Internal s/d Februari 2010

18 19 20 21 22 23 24 25

Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Jan-10 Feb-10

Plan 5,98% 5,57% 4,44% 4,01% 3,36% 3,24% 1,24% 0,97%

Actual 4,74% 5,28% 5,54% 3,33% 3,46% 3,80% 1,87% 0,51%

Plan 74,71% 80,28% 84,72% 88,73% 92,09% 95,33% 96,56% 97,53%

Actual 72,80% 78,08% 83,62% 86,95% 90,41% 94,21% 96,08% 96,59%

Plan 4,84% 4,81% 4,07% 3,80% 3,13% 2,63% 1,83% 1,17%

Actual 4,74% 5,28% 5,54% 3,33% 3,46% 3,80% 1,87% 0,51%

Plan 74,39% 80,02% 84,37% 87,92% 90,86% 94,01% 96,51% 96,85%

Actual 72,80% 78,08% 83,62% 86,95% 90,41% 94,21% 96,08% 96,59%Cumm - Contract

Monthly - Internal

Cumm - Internal

MONTH

Monthly - Contract Amend

Sumber : Laporan bulanan februari 2010 Proyek X, PT Y

Jika keterlambatan ini terus terjadi, tentu akan sangat

berpengaruh dengan waktu penyelesaian akhir dari proyek tersebut.

Penyelesaian akhir proyek dapat terlambat dari apa yang telah

disepakati dalam kontrak dimana hal tersebut pasti akan

menimbulkan kerugian yang besar bagi pihak pelaksana proyek.

Referensi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

proyek pertanggal 30 November 2009.

Sesuai dengan data proyek per November 2009, dapat

dilihat dari kumulatif progress yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan kumulatif plan contract dimana terjadi

deviasi sekitar 0.45%. Identifikasi keterlambatan dari proyek

tersebut akan disajikan di dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1.2 Overall Progress s/d November 2010

No Scope of Work WF (%) Cumm Progress (%)

Cumm Plan (%)

Variance (%)

1 Engineering 15 99,95 99,71 0,24

2 Procurement 45 98,13 95,62 2,51

3 Construction 40 78,15 82,18 -4,03

Overall 100 90,41 90,86 -0,45

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y

5

Page 6: Bab i Pendahuluan

Dari tabel di atas keterlambatan itu sendiri terjadi pada

tahap konstruksi yaitu terjadi deviasi yang cukup besar yaitu

sebesar 4.03%, sedangkan untuk tahap engineering dan

procurement sendiri tidak terjadi keterlambatan. Keterlambatan

tersebut dapat dilihat dari grafik konstruksi dibawah.

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

10,00%

Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10MONTH

MO

NT

HL

Y P

RO

GR

ES

S (

%)

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

CU

MM

UL

AT

IVE

PR

OG

RE

SS

(%

)

PLAN (MONTHLY)

ACTUAL (MONTHLY)

PLAN MONTHLY INTERNAL

PLAN (CUMULATIVE)

ACTUAL (CUMULATIVE)

PLAN INTERNAL

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y

Grafik 1.2 Construction S-Curve RCC Off Gas To Propylene Project

Pada grafik di atas terlihat kurva actual progress berada di

bawah kurva plan (contract) maupun kurva plan internal.

keterlambatan pada tahap konstruksi akan menjadi masalah yang

sangat besar karena tahap konstruksi tersebut memiliki bobot yang

cukup besar yaitu sebesar 40%. Dari detail progress konstruksi

dapat diketahui komposisi masing masing disiplin yang

mempunyai konstribusi penyebab keterlambatan konstruksi. Scope

pekerjaan beserta progress dari tiap scope dapat dilihat dari tabel di

bawah ini :

Tabel 1.3 Construction Plan vs Actual as of 30 November 2009

6

Internal Target

Plan (Contract)

Actual

Page 7: Bab i Pendahuluan

No Scope of Work WF (%) Cumm Progress (%)

Cumm Plan (%)

Variance (%)

1 Site Preparation 8,83 100,00 100,00 0

2 Civil 24,67 92,78 95,70 -2,92

3 Mechanical 27,28 80,45 82,97 -2,52

4 Piping 28,83 69,37 77,96 -8,59

5 Electrical 4,29 49,86 49,61 0,25

6 Instrument 4,08 36,40 36,36 0,04

7 Insulation & Painting 2,02 40,45 50,49 -10,04

Overall 100 78,15 82,18 -4,03

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y

Dari tabel diatas terlihat sangat jelas bahwa keterlambatan

yang cukup besar terjadi pada pekerjaan piping (8.59%) dan

insulation & painting (10.04). Namun pengaruh terbesar adalah

pada pekerjaan piping karena bobot pekerjaan tersebut paling besar

diantara pekerjaan lainnya yaitu sebesar 28.83%. Sedangkan untuk

pekerjaan insulation & painting tidak berpengaruh besar walupun

pekerjaan tersebut terlambat karena hanya memiliki bobot yang

rendah yaitu sebesar 2.02% saja. Keterlambatan dari pekerjaan

piping tersebut dapat dilihat dari grafik dibawah ini :

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y

Grafik 1.3 Piping Field Weld Progress (ISBL+OSBL)

Pekerjaan piping dibagi menjadi 2 lingkup pekerjaan yaitu

In Side Battery Limit (ISBL) dan Out Side Battery Limit (OSBL).

7

Plan

Actual

Page 8: Bab i Pendahuluan

ISBL merupakan jantung dari keseluruhan unit pengolahan, yang

terdiri dari vessel – vesel, dan pipa – pipa pengolahan. Sedangkan

OSBL merupakan utilitas pendukung seperti pembangkit listrik,

water tank, cooler, dan heater Kedua lingkup pekerjaan tersebut

dikerjakan oleh dua perusahaan yang berbeda. Berdasarkaan data

yang ada, keterlambaatan dari pekerjaan piping tersebut berasal

dari lingkup In Side Battery Limit (ISBL). Sedangkan untuk

lingkup Out Side Battery Limit (OSBL) justru mengalami progress

yang lebih besar dari plan yang ada. Kedua hal tersebut akan

dibandingkan dengan kedua grafik dibawah ini :

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y

Grafik 1.4 S – Curve ISBL

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y

Grafik 1.5 S – Curve OSBL

Dari hasil analisa data data di atas maka penyebab dominan

keterlambatan adalah pekerjaan ISBL.

8

Page 9: Bab i Pendahuluan

1.2.2 Signifikansi Masalah

Dengan mengacu pada identifikasi dan juga grafik dapat

disimpulkan ternyata pekerjaan piping ISBL (In Side Battery Limit)

memiliki kontribusi besar terhadap keterlambatan keseluruhan

proyek sampai dengan bulan Februari 2010. Tentu saja jika hal ini

terus terjadi, maka waktu penyelesaian proyek akan terlambat dari

jadwal yang telah disepakati dalam kontrak dan biaya akhir proyek

akan bertambah.

Jika hal itu terjadi, tentu saja akan menimbulkan kerugian

materi yang sangat besar bagi pihak pelaksana proyek. Selain

kerugian materi, kerugian lain juga dapat terjadi yaitu performance

yang tidak bagus dari kontraktor karena deliverablenya tidak sesuai

dengan kontrak (tepat waktu). Terlambatnya waktu penyelesaian

proyek, maka pemanfaatan fasilitas pengelolaan minyak tersebut

akan terlambat dimulai. Tentu saja ini menyebabkan kerugian yang

besar bagi pihak owner yang bersangkutan dan bagi banyak pihak

yang berhubungan langsung dengan pemanfaatan fasilitas

pengelolaan minyak tersebut.

Oleh karena itu masalah piping dalam ISBL ini menjadi

sangat penting untuk diteliti dan dianalisa. Hal tersebut

dikarenakan pekerjaan piping menjadi salah satu penyebab utama

keterlambatan yang harus dianalisa kinerjanya, dilakukan tindakan

perbaikan dan bagaimana mengoptimalkan faktor resiko yang

dominan supaya proyek tetap dapat diselesaikan dengan waktu

yang sudah disepakati pada kontrak.

1.2.3 Rumusan Masalah

9

Page 10: Bab i Pendahuluan

Sistem pengontrolan suatu proyek merupakan salah satu

cara untuk mengidentifikasi bagaimana kinerja proyek ditinjau dari

sisi waktu dan biaya. Dengan adanya indikator pengontrolan yang

teraplikasi memudahkan tim proyek untuk mengidentifikasi faktor

faktor resiko yang menyebabkan keterlambatan dan berdampak

pada biaya. Penyusunan strategi harus disusun dengan melihat

masalah dari berbagai sudut pandang. Identifikasi faktor faktor

resiko menjadi langkah utama dalam menentukan strategi

perbaikan dan yang lebih penting adalah bagaimana

mengoptimalkan saran saran perbaikan khususnya yang berdampak

pada biaya yang dapat menjadi acuan untuk tetap mempertahankan

durasi proyek . Dalam penyusunan karya tulis ini, terdapat tiga

buah pertanyaan yang timbul terhadap suatu perubahan yang

terjadi, yaitu :

- Bagaimanakah kinerja pekerjaan piping pada proyek X ditinjau

dengan konsep earn value?

- Apa faktor resiko yang paling dominan yang berpengaruh pada

waktu dan berdampak pada biaya pekerjaan piping dan saran

apa yang paling tepat untuk menyelesaikan faktor resiko

tersebut?

- Bagimana mengoptimalkan hasil rekomendasi faktor faktor

resiko yang paling dominan untuk meningkatkan kinerja waktu

dan biaya?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk menjawab

pertanyaan yang timbul di dalam rumusan masalah yang ada. Oleh karena

itu terdapat dua tujuan dari penelitian ini yaitu :

- Mengetahuai kinerja pekerjaan piping pada proyek X dengan

konsep earn value, sehingga dapat diketahui berapa lama

pekerjaan piping akan selesai dan berapa banyak biaya

penyelesaian pekerjaan piping.

10

Page 11: Bab i Pendahuluan

- Mendapatkan faktor resiko yang dominan dan saran yang

paling tepat untuk menyelesaikan pekerjaan piping.

- Mengoptimalkan hasil rekomendasi faktor faktor resiko untuk

meningkatkan kinerja waktu dan biaya.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian, penulis berharap penelitian yang

disusun ini dapat memberikan manfaat, diantaranya :

1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pasca

sarjana Fakultas Teknik Sipil Kekhususan Manajemen Proyek

Universitas Indonesia.

2. Bagi bidang akademik Universitas Indonesia, untuk melanjutkan

beberapa penelitian yang relevan yang dapat dilihat dari sudut

pandang yang berbeda sesuai dengan masalah yang penulis angkat.

Kemudian diharapkan penelitian ini akan dilanjutkan kembali untuk

dianalisa lebih dalam dengan sudut pandang yang berbeda pula.

3. Bagi perusahaan jasa konstruksi dan EPC, untuk memberikan suatu

output strategi pengontrolan proyek dengan konsep earn value dan

bagaimana mengoptimalkan faktor resiko yang dominan dalam

menanggulangi permasalahan penyimpangan waktu dan berdampak

pada biaya.

1.5 BATASAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk melakukan analisa kinerja proyek

dengan konsep earn value dan optimalisasi faktor resiko dalam

mendapatkan kinerja proyek yang baik pada salah satu proyek dari

perusahaan EPC nasional yang ada. Di dalam penelitian ini dilakukan

beberapa pembatasan masalah sesuai dengan fokus masalah yang ingin

penulis angkat diantaranya :

1. Penelitian dilakukan dari sisi internal perusahaan PT. Y

2. Penelitian dilakukan pada proyek X (salah satu proyek EPC) yang

masih berlangsung (rentang waktu tahun Februari 2008 – Juli 2010).

11

Page 12: Bab i Pendahuluan

3. Sebagai acuan penelitian maka data aktual proyek yang dipakai adalah

pertanggal 30 November 2009.

4. Penelitian yang dilakukan adalah terhadap kinerja waktu dan biaya

5. Untuk optimalisasi saran dari faktor resiko yang dominan, data akan

mengacu pada quisioner pada penelitian sebelumnya.

6. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pekerjaan piping

pada proyek X dan mengotimalkan hasil rekomendasi dari faktor

risiko penyebab keterlambatan dan membuat strategi pengendalian

biaya untuk pekerjaan piping agar waktu pelaksanaan proyek tetap

tepat pada waktunya.

1.6 METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,

kajian literatur yang barkaitan dengan penelitian, observasi dan wawancara

langsung untuk obyek penelitian. Untuk quisioner sampai dengan

didapatkannya rekomendasi umum akan mengacu pada hasil quisioner

yang sudah dilakukan sebelumnya untuk obyek proyek yang sama. Setelah

semua data sudah dikumpulkan maka tahapan pertama yang dilakukan

adalah menganalisa kinerja proyek dengan konsep earn value sehingga

didapatkan variabel kinerja pekerjaan piping dan dapat diketahui estimasi

waktu penyelesaian pekerjaan dan estimasi berapa biaya yang akan

terpakai sampai pekerjaan selesai. Selanjutnya mengoptimalkan hasil

rekomendasi yang sudah didapatkan khususnya yang berdampak pada

biaya dengan bantuan software “palisade @risk 4.5”, dari hasil analisa

optimalisasi ini akan didapatkan berapa biaya yang optimal untuk

menyelesaikan sisa pekerjaan dengan sisa waktu yang ada. Selanjutnya

dari hasil analisa terakhir akan didapatkan SPI dan CPI paling optimal.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut

12

Page 13: Bab i Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori teori yang berhubungan dengan

penelitian dan dijadikan sebagai acuan dalam penelitian antara

lain : manajemen waktu, manajemen biaya, manajemen risk, earn

value, sensitivitas analisis dan optimalisasi biaya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan alur dan metode penelitian yang digunakan

dalam pengumpulan dan analisa data

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA

Bab ini berisikan semua data pendukung untuk penelitian dan

berisi tentang hasil analisa data

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran sesuai dengan topik

penelitian

13