BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang...

43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk berkarakter sesuai dengan fitrah penciptaan manusia saat dilahirkan, kemudian memerlukan proses panjang pembentukan karakter melalui pengasuhan dan pendidikan sejak usia dini. Faktor lingkungan sebagai tumbuh dan berkembang dapat mempengaruhi baik buruknya karakter seseorang. Pendidikan juga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan karakter siswa. 1 Sebab peserta didik di era globalisasi sudah mengalami pergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran. Seperti tabel dibawah ini yang diolah dari badan statistik kriminal, Tabel I.1. Persentase Penduduk Korban Kejahatan Semua Provinsi dan Jenis Kejahatan yang Dialami 2 No Nama Kejahatan Tahun 2014 Tahun 2015 2016 1 Pencurian 41,05 84,19 % 87,19 2 Penganiayaan 4,92% 3,15% 3,45% 3 Pelecehan Seksual 2,49% 0,80% 1,15% 4. Narkoba 19,280% 36,874% 39,171% Penipuan, Penggelapan dan Korupsi 48,068% 54,115% 49,198% (Sumber : Diolah dari Badan Statistik Kriminal 2017) 1 Muhammad Yaumi, 2014, Pendidikan Karakter : Landasan, Pilar dan Implementasi, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP), hlm. 7 ebook 10.35 2 https://www.bps.go.id/publication/2017/12/22, diakses pada 28 Mei 2018, pukul 10.38 WIB

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk berkarakter sesuai dengan

fitrah penciptaan manusia saat dilahirkan, kemudian memerlukan proses panjang

pembentukan karakter melalui pengasuhan dan pendidikan sejak usia dini. Faktor

lingkungan sebagai tumbuh dan berkembang dapat mempengaruhi baik buruknya

karakter seseorang. Pendidikan juga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pembentukan karakter siswa.1 Sebab peserta didik di era globalisasi sudah mengalami

pergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan

bebas, narkoba, dan tawuran. Seperti tabel dibawah ini yang diolah dari badan

statistik kriminal,

Tabel I.1. Persentase Penduduk Korban Kejahatan Semua Provinsi dan Jenis

Kejahatan yang Dialami2

No Nama Kejahatan Tahun

2014

Tahun 2015 2016

1 Pencurian 41,05 84,19 % 87,19

2 Penganiayaan 4,92% 3,15% 3,45%

3 Pelecehan Seksual 2,49% 0,80% 1,15%

4. Narkoba 19,280% 36,874% 39,171%

Penipuan, Penggelapan dan

Korupsi

48,068% 54,115% 49,198%

(Sumber : Diolah dari Badan Statistik Kriminal 2017)

1 Muhammad Yaumi, 2014, Pendidikan Karakter : Landasan, Pilar dan Implementasi, (Jakarta:

PRENADAMEDIA GROUP), hlm. 7 ebook 10.35 2 https://www.bps.go.id/publication/2017/12/22, diakses pada 28 Mei 2018, pukul 10.38 WIB

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

2

Data statistik pada tabel I.1. memperlihatkan banyaknya korban akibat dari

berbagai tindak kejahatan dari tahun 2014, 2015 dan 2016 hal tersebut karena

bergesernya faktor moral dan kurangnya pendidikan karakter sebagai pondasi

karakter seseorang. Pembahasan moral tidak jauh dari karakter, persoalan karakter

merupakan persoalan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja atau dilupakan begitu

saja. Oleh karena itu sebaiknya pendidikan karakter juga perlu diberikan dalam

lingkungan sekolah.3

Mengenai pendidikan di sekolah, maka proses pendidikannya tertuang dalam

satuan pendidikan yang lebih dikenal dengan sebutan kurikulum. Kurikulum

mencakup seperangkat program mengenai tujuan, isi dan materi pelajaran, serta

strategi dalam pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya tercermin panduan

interaksi guru dengan siswa.4 Titik sentral kurikulum adalah anak didik itu sendiri.

Perkembangan anak didik hanya akan tercapai apabila dia memperoleh pengalaman

belajar melalui semua kegiatan yang disajikan sekolah, baik melalui mata pelajaran

atau kegiatan lainnya untuk terjun ke masyarakat.

Mengutip dari buku Rakhmat, John Franklin Bobbitt mengatakan bahwa

kurikulum adalah “a way to prepare for their future roles in the new industrial

society, he influenced the curriculum by showing how teaching classical subjects

3 Wahidin, Syaifullah dan Hafidz, Pemahaman Remaja Tentang Kenakalan Remaja dan Partisipasi

Pendidikan dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Kecamatan Mamajang Makassar, dalam Jurnal

Analisis, Vol. 1, No. 1, 2012, hlm 18 4 Subandijah, 1993, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 4-

6

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

3

should be replaced by teaching subjects that correspond to sosial needs”. 5 Definisi

ini dapat dipahami bahwa kurikulum jalan untuk mempersiapkan murid untuk peran

masa depan mereka dalam masyarakat industri baru. Dengan demikian, kurikulum

memiliki hubungan dengan sarana konstruksi sosial yang tidak bisa dipisahkan

dengan keberadaan masyarakat. Tidak hanya pendidikan sesuai kurikulum tertulis

tetapi pendidikan yang juga tidak tertulis dikurikulum yang bisa menyokong

pembentukan karakter pada peserta didik.

Paradigma ini untuk mengantisipasi penurunan moral, maka perlu adanya

pendidikan karakter yakni dari berbasis kurikulum resmi menuju kurikulum

tersembunyi (hidden curriculum). Istilah kurikulum tersembunyi sendiri merujuk

kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh dalam proses pengajaran dan

pendidikan yang mungkin meningkatkan, mendorong atau bahkan melemahkan usaha

pencapaian tujuan pendidikan.6 Untuk meningkatkan usaha pencapaian tujuan

pendidikan maka perlu peran dan dukungan dari stakeholder sekolah. Salah satu

stakeholder yang penting ialah guru. Kurikulum tersembunyi tidak lepas dari budaya

yang kental dengan nilai dan norma disekolah. Seperti misalnya, norma-norma yang

diajarkan guru secara tidak langsung saat mengajar siswa.

Peran guru sangat penting dalam proses penerapan pendidikan karakter karena

terkait dengan ucapan, sikap, perilaku dan perbuatan sangat berpengaruh terhadap

5 Rakhmat Hidayat, 2014, Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim, (Jakarta : Grafindo), hlm. 7 6 Subandijah, Op.cit., hlm. 2

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

4

pembentukan karakteristik peserta didik. Guru mengajarkan sikap jujur dan

menghormati maka siswa meniru untuk belajar jujur, menghormati guru serta

meghargai pendapat teman, budaya tersebut akan menjadi pembiasaan dalam

keseharian siswa. Selain itu guru juga memantau siswa dan semua kegiatan lainnya,

karena kurikulum tersembunyi mencakup segala sesuatu untuk melatih siswa secara

tidak langsung.7

Filososfi jawa menurut Koentjaraningrat guru disebut digugu lan ditiru, guru

sebagai ujung tombak character building mempunyai peranan penting, karena

gurulah yang terdepan dalam mengawal perubahan karakter masa yang akan datang.

Kurikulum tersembunyi sendiri membentuk nalar pikir dan sikap siswa.8

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa karakter dapat mempengaruhi

kesuksesan seseorang. Di antaranya, hasil penelitian di Harvard University, Amerika

Serikat yang menyatakan bahwa ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan

semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill).9 Tetapi oleh

kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mngungkapkan

bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh

soft skill. Bahkan orang-orang sukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak

7 Zuhal Cubukcu, The effect of Hidden Curriculum on Character Education process of primary School

students, Journal Educational Science, Vol 12, No 2, 2012, hlm. 5 8 Nana Syaodih Sukmadinata, 2011, Pengembangan kurikulum : Teori dan Praktek, (Bandung: PT

remaja Rosdakarya), hlm. 27 9 Doni Koesoma, 2015, PGSD Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (pendidikan karakter),

(Jakarta : Grasindo), hlm. 27

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

5

didukung oleh kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan

bahwa mutu pendidikan karakter siswa sangat penting untuk ditingkatkan.

Keberadaan kurikulum tersembunyi memegang peran untuk ikut membentuk

karakter. Kurikulum tersembunyi bisa membentuk perspektif siswa dalam berbagai

bidang dan persoalan; jenis kelamin, moral, kelas sosial, budaya, politik, bahasa, dan

sebagainya, yang pada akhirnya dapat membentuk karakter mereka.10 Pada dasarnya

kurikulum tersembunyi juga terintegrasi dalam kurikulum tertulis, namun dalam

pelaksanaan ada yang terlihat dan ada yang tidak terlihat.

Seperti penelitian terdahulu oleh Melinda Merdeka Sari “ Membangun Karakter

Melalui The Hidden Curriculum di SD Terpadu Putra Harapan Purwokerto.11 Hasil

jurnal menunjukkan bahwa hidden curriculum mampu memberikan pengaruh

dalam perubahan nilai, persepsi, dan perilaku siswa. Berkaitan dengan budaya

sekolah, pengelolaan kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler,

penciptaan suasana belajar dan lingkungan sekolah, pembiasaan, dan pembudayaan

nilai dan etika yang baik dapat mendukung keberhasilan program pendidikan

karakter. Sebuah lembaga pendidikan tentunya memiliki tujuan yang diinginkan.

Untuk mencapai tujuan tersebut sekolah akan membuat kurikulum yang tidak ada

di sekolah pada umumnya yakni hidden curriculum.

10 Wina Sanjaya, 2014, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Prenadamedia Group), hal. 11 11Melinda Merdeka Sari, Membangun Karakter Melalui The Hidden Curriculum di SD Terpadu Putra

Harapan Purwokerto, Jurnal Studi Islam dan Sosial, Vol. 9, No. 2, 2016, hlm. 6

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

6

Oleh karena itu penulis tertarik dengan pembahasan kurikulum tersembunyi.

Peneliti lebih meneliti pada jenjang SD dikarenakan pada jenjang tersebut sikap,

perilaku, dan karakter siswa mudah dibentuk, sehingga pada saat ke jenjang lebih

tinggi siswa memiliki bekal yang baik dalam hal norma dan nilai sosial. Di Sekolah

Dasar Islam Terpadu Al-Manar mengedepankan karakter yang Islami. Terdapat di Jln.

Pondok Kelapa Selatan Lampiri, Duren Sawit Jakarta Timur. Pembentukan akhlaq dan

aqidah perlu dilakukan sedini mungkin agar siswa memiliki pondasi aqidah yang

kuat.

Pelaksanaan kurikulum tersembunyi di SDIT Al-Manar lebih menekankan pada

pembiasaan beribadah dan kegiatan keagamaan lainnya. Untuk melihat keberadaan

kurikulum tersembunyi dilihat dari tigas aspek yang relatif berubah tercantum dalam

kurikulum tertulis (ideal). Pertama, struktural tentang pengelolaan guru dalam kelas.

Kedua, sistem sosial, yaitu hubungan antara stakeholder sekolah. Ketiga, kultur

budaya yaitu dimensi sosial yang terkait dengan sistem kepercayaan, nilai- nilai dan

struktur kognitif, yang dilihat dari kegiatan rutin sekolah.

Setelah dilakukan observasi, kegiatan sehari-hari sekolah tersebut, selalu

dibiasakan dengan nilai-nilai positif bagi para siswanya agar tak hanya akademik saja

yang dimunculkan dalam perilaku siswa, tetapi nilai karakter agama dan bangsa

sejalan dilaksanakan. Sudah dijadikan pembiasaan pada siswa misalnya mulai dari

nilai spiritual seperti sholat dhuha, tadarus, dan khotmil Quran yang menjadi salah

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

7

satu program rutin, semua itu sudah ditanamkan dalam kegiatan sehari-hari sehingga

para siswa pun sudah mulai terbiasa dengan aktivitas tersebut.

Pada akhirnya, dari semua program di sekolah tersebut akan membentuk perilaku

positif pada siswa yang tanpa disadari siswa sudah terbiasa melakukan kegiatan

tersebut, meskipun sifat dan perilaku siswa berbeda-beda, akan tetapi semua itu

harus terus dan terus dibiasakan pada siswa mulai sejak dini, karena dikatakan sejak

dini ialah masa perkembangan emas pada diri anak untuk membentuk karakternya.

1.2 Permasalahan Penelitian

Bergesernya moral peserta didik yang terjadi saat ini ditandai dengan

maraknya kenalan remaja yang terjadi, seperti merokok, pergaulan bebas, Usia

remaja tidak lagi dipandang sebagai usia bagi para remaja dimana mereka harus

belajar dan menuntut ilmu. Remaja di sibukkan dengan perkembangan zaman

globalisasi yang tak terbendung lagi, belum lagi perkembangan teknologi berupa

media sosial yang begitu cepat dapat merubah karakter.

Sekolah perlu memperhatikan hal-hal tersembunyi yang menjadi hasil

sampingan dari diselenggarakannya program dan kegiatan belajar-mengajar, yang

dikenal dengan istilah kurikulum tersembunyi. Salah satunya, budaya dalam sekolah

bisa saja menunjukan hal negatif tanpa disadari kepada peserta didik. Contohnya ,

Jika guru menghukum siswa dengan tindak kekerasan kepada siswa yang melakukan

kesalahan, maka itu bisa menjadi pesan bagi siswa bahwa kekerasan itu hal biasa,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

8

dan bisa mereka lakukan kepada teman atau siswa lain yang menurut mereka

telah melakukan kesalahan.

Penelitian ini berupaya memberikan pemahaman terkait pentingnya keberadaan

kurikulum tersembunyi dengan melihat dari aspek relatif berubah, Ada tiga hal

penting yang termasuk di dalam aspek ini. Ketiga hal penting ini menjadi contoh dan

panduan untuk melihat berlangsungnya kurikulum tersembunyi di sekolah. Pertama,

struktural, dilihat dari proses guru mengelola kelas. Kedua, sistem sosial, yaitu

suasana sekolah yang tergambar dari pola hubungan antar komponen- komponen

sekolah. Ketiga, kultur budaya terkait dengan sistem kepercayaan, nilai- nilai dan

struktur kognitif. Diharapkan dengan pemahaman akan pentingnya keberadaan

kurikulum tersembunyi ini, tujuan sekolah untuk membentuk karakter siswa yang

baik dan Islami tercapai. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin membatasi

permasalahan penelitian, tujuannya agar pembahasan yang dilakukan oleh penulis

dapat lebih fokus dan juga lebih mempermudah penulisan. Permasalahan penelitian

yang diangkat oleh penulis yaitu:

1. Bagaimana upaya SDIT AL-Manar dalam pelaksanaan kurikulum

tersembunyi sebagai pembentukan karakter siswa ?

2. Bagaimana kurikulum tersembunyi dalam penerapan pendidikan karakter

Islami di SDIT AL-Manar?

3. Apa hambatan SDIT AL-Manar dalam pembentukan karakter siswa ?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

9

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan utama dari penelitian ini

yaitu untuk mengetahui bagaimana kurikulum tersembunyi dalam penerapan

pendidikan karakter yang dilaksanakan di SDIT Al-Manar serta dapat menjawab

pertanyaan penelitian tersebut yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan upaya SDIT AL-Manar dalam pelaksanan kurikulum

tersembunyi sebagai pembentukan karakter siswa

2. Untuk mendeskripsikan kurikulum tersembunyi dalam penerapan pendidikan

karakter Islami di SDIT AL-Manar

3. Untuk mengetahui hambatan SDIT AL-Manar dalam pembentukan karakter

siswa

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun dengan adanya penelitian ini bertujuan menambah wawasan ilmu

pengetahuan baik dalam bidang sosiologi pendidikan dan sosiologi kurikulum

tersembunyi karena penelitian ini bisa menjadi sumber referensi untuk melihat

keberadaan kurikulum tersembunyi di sekolah melalui pemahaman sosiologi. Secara

teoritis diharapkan penelitian ini mampu memberikan sebuah gambaran mengenai

kurikulum tersembunyi.

Peneliti dari segi praktis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan

untuk peneliti lain yang melakukan penelitian serupa. Dengan demikian, kehadiran

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

10

penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran untuk mengetahui bahwa

kurikulum tersembunyi terbangun dari sumber kurikulum tertulis (ideal). Adapun

kegunaan dalam melaksanakan penelitian tersebut adalah :

1. Bagi pihak sekolah. Penelitian diharapkan bermanfaat untuk memberikan

informasi mengenai kurikulum tersembunyi sebagai penyokong pendidikan

karakter peserta didik. Pada hasil penelitian yang dihasilkan, diharapkan dapat

memberikan manfaat dalam upaya memperbaiki kekurangan penerapan

kurikulum tersembunyi sebagai pembentukan karakter peserta didik.

2. Bagi Prodi Pendidikan Sosiologi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah

bahan kajian sosiologi kurikulum tersembunyi dalam penerapan pendidikan

karakter peserta didik.

3. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi atau informasi

bagaimana sekolah mengimplementasikan suatu kebijakan yang berkaitan dengan

kebutuhan masyarakat akan sekolah.

4. Untuk Peneliti, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peneliti

maupun pembaca dalam membangkitkan semangat dalam mempelajari kajian

kurikulum tersembunyi sebagai penyokong pendidikan karakter.

1.5 Tinjauan Penelitian Sejenis

Peneliti dalam membantu proses penelitian menggunakan beberapa bahan pustaka

yang dianggap dapat membantu proses penelitian yang berkaitan dengan subjek dan

objek penelitian, yaitu tentang kurikulum tersembunyi dan pendidikan karakter.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

11

Untuk menghindari penelitian yang sama atau plagiat dengan penelitian lainnya.

Berikut adalah beberapa tinjauan pustaka yang diambil dari beberapa penelitian dari

penelitian sebelumnya yang dapat membantu proses penelitian yang dilakukan.

Pertama, Jurnal Anik Farida sari dengan judul Membangun Karakter Melalui The

Hidden Curriculum.12 Penelitian tersebut melihat bahwa dalam membentuk karakter

siswa solusinya ialah melalui hidden curriculum. Menggunakan pendekatan kualitatif

dengan metode studi kasus. Konsep yang digunakan adalah hidden curriculum dan

pendidikan karakter. Di jelaskan bahwa hidden curriculum mewujudkan tujuan

pendidikan nasional, yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kurikulum tersembunyi dari dua Aspek Hidden Curriculum yaitu, Struktural

(organisasi) Menjelaskan tentang pembagian kelas, berbagai kegiatan sekolah di luar

kegiatan belajar (Misalnya berbagai kegiatan ekstrakurikuler), berbagai fasilitas

yang disediakan sekolah (misalnya fasilitas lapangan olah raga, fasilitas perpustakaan

dll). Kedua, Kultural Mencakup norma sekolah, etos kerja keras, peran dan tanggung

jawab, relasi sosial antarpribadi dan antarkelompok, konflik antarpelajar, ritual dan

12 Anik Farida, Membangun Karakter Melalui The Hidden Curriculum, Jurnal Studi Islam dan Sosial,

Vol. 9, No. 2, 2015, hlm. 6 diakses dari ejournal.iaingawi.ac.id tanggal 10 Juli 2017

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

12

perayaan ibadah, toleransi, kerjasama, kompetisi, ekspektasi guru terhadap muridnya

serta disiplin waktu.

Kedua, Hikmatul Mustaghfiroh dengan judul Hidden curriculum dalam

pembelajaran PAI.13 Penelitian tersebut menekankan bagaimana kurikulum

tersembunyi dalam sebuah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Konsep yang

digunakan adalah hidden curriculum. Hidden curriculum memiliki peran yang cukup

signifikan dalam membentuk sikap dan karakter para siswa. Melalui penggunaan

kurikulum tersembunyi, para guru dan sekolah-sekolah dapat mencapai tujuan

pembelajaran PAI secara optimal.

Kurikulum tersembunyi mencakup segala bentuk pendidikan, termasuk aktivitas

rekreasional dan sosial tradisional, yang dapat mengajarkan bahan-bahan pelajaran

yang sebetulnya tak sengaja karena bukan berhubungan dengan sekolah tetapi dengan

pengalaman belajar. Ada banyak definisi tentang pendidikan Islam. Pemahaman

Kurikulum tersembunyi yang menjadi kultur sekolah lebih banyak mempengaruhi

proses pembentukan kepribadian siswa pada kurikulum formal yang ada.

Implementasi kurikulum tersembunyi, diperlukan kemampuan guru dan pengelola

pendidikan dalam pemahaman dan pelaksanaan kurikulum ini.

13 Hikmatul Mustaghfiroh, Hidden Curriculum dalam Pembelajaran PAI, Jurnal Pendidikan

Islam, Vol. 9, No. 2, 2014, hlm. 12 diakses dari journal.stainkudus.ac.id tanggal 10 Juli 2017

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

13

Ketiga, jurnal Fathurrohman dengan judul Konservasi Pendidikan Karakter

Islami dalam Hidden Curriculum sekolah.14 Penelitian tersebut menggambarkan

bahwa peran pendidikan karakter dalam hidden curriculum sekolah dapat

membangun karakter islami agar menjadi generasi berbudi luhur dan berakhlak mulai

sesuai tujuan pendidikan. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi

kasus. Konsep yang digunakan ialah hidden curriculum dan pendidikan karakter.

Pendidikan harus mengemban misi pembentukan karakter sehingga para peserta

didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan dengan

baik. Kenyataan membuktikan bahwa Indonesia banyak bermasalah dalam hal

karakter. Hal ini berarti bangsa Indonesia yang didominasi oleh umat islam belum

mengamalkan ajaran agama dengan baik.

Untuk itu, perlu menjadikan pendidikan karakter islami sebagai pondasi utama

dalam membangun karakter manusia. Namun demikian, untuk zaman sekarang masih

diperlukan metode dan strategi yang dikembangkan oleh para ahli moral melalui

hidden curriculum di sekolah. Maka pengalaman yang dihadapi masing-masing orang

menjadi faktor yang sangat dominan dalam pembentukan dan pengamalan

karakternya. Disinilah pendidikan karakter dalam hidden curriculum memiliki peran

yang penting dan strategis bagi peserta didik dalam rangka melakukan proses

internalisasi dan pengamalan nilai-nilai karakter mulia di masyarakat.

14 Fathurrohman, Konservasi Pendidikan Karakter Islami dalam Hidden Curriculum Sekolah,

Jurnal Pendidikan Agama islam , Vol. 02, No. 01, 2014 , hlm. 6 diakses dari jurnalpai.uinsby.ac.id

tanggal 10 Juli 2017

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

14

Keempat, tesis Adlan Fauzi Lubis dengan judul Hidden Curriculum dan

Pembentukan Karakter (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta).15 Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Konsep

yang digunakan ialah Hidden curriculum. Lebih lanjut Adlan menjelaskan

Permasalahan yang bergesernya moral peserta didik yang terjadi di Madrasah Aliyah

Pembangunan yang terjadi dewasa ini. Semua ini ditandai dengan maraknya kenalan

remaja yang terjadi. Remaja disibukkan dengan perkembangan zaman globalisasi

yang tak terbendung lagi. Belum lagi perkembangan teknologi berupa media sosial

yang begitu cepat dapat merubah karakter.

Hidden curriculum merupakan suatu usaha untuk membentuk karakter peserta

didik serta mengurangi kenakalan remaja yang sangat marak dewasa ini. Untuk

mewujudkan pendidikan yang berkarakter maka dibutuhkan perpaduan antara

kurikulum tertulis dengan hidden curriculum agar menjadi bagian yang terintegrasi.

Melalui pengembangan aspek hidden curriculum untuk menanamkan nilai-nilai

karakter dapat dilaksanakan dari berbagai aspek yakni, aspek struktural (pembagian

kelas, ekstrakurikuler, fasilitas sekolah dan aspek kultural (norma sekolah, suasana

sekolah, interaksi guru dan siswa, iklim sekolah, ibadah, kompetisi, ekspetasi

guru terhadap muridnya serta disiplin waktu). Untuk mewujudkan keberhasilan dalam

15 Adlan Fauzi Lubis, 2015, Hidden Curriculum dan Pembentukan Karakter (Studi Kasus di Ma

drasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta), Jakarta: Tesis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, hlm. 8 diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id tanggal 11 Juli 2017

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

15

membentuk karakter melalui aspek hidden curriculum diperlukan kerjasama dari

semua stakeholder .

Kelima, tesis yang ditulis oleh Moh. Al Amin yang berjudul Pendidikan Karakter

siswa melalui Hidden curriculum di Madrah Ibtidaiyah (MI) Tarbiyatul Aulad

Nglanjuk Cepu Blora Jawa tengah.16 Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan implementasi Pendidikan karakter yang

dilaksanakan di MI Tarbiyatul Aulad Nglanjuk Cepu dengan 7 basis pembelajaran.

Tulisan ini berangkat dari fokus permasalahan bahwa Pada setiap kegiatan

intrakurikuler maupun dalam bidang ekstrakurikuler di dalamnya terkandung hidden

curriculum yang terdapat nilai -nilai karakter.

Implementasi pendidikan karakter di MI Tarbiyatul Aulad Nglanjuk Cepu

yaitu Kegiatan Intrakurikuler atau proses belajar mengajar dikelas merupakan

kegiatan utama sekolah. Dalam pembelajaran dikelas terdapat dua hal yang ikut

menunjang berhasil tidaknya proses pembelajaran yakni masalah pengajaran dan

manajemen kelas. Pengajaran meliputi pemilihan metode agar tujuan tercapai dan

menajemen kelas merupakan usaha agar kelas tetap kondusif untuk proses belajar.

Tujuan Amin dalam tesis ini ialah Sebagai bahan kajian dalam upaya

membangun karakter siswa melalui kegiatan siswa disekolah khususnya terhadap

hidden curriculum. Hasil penelitian tesis ini adalah Pembelajaran nilai dalam rangka

16 Moh al amin, 2017, Pendidikan Karakter Siswa Melalui Hidden Curriculum di Madrah Ibtidaiyah

(MI) Tarbiyatul Aulad Nglanjuk Cepu Blora Jawa tengah, Disertasi : Universitas Negeri Yogyakarta,

hlm. 6 diakses dari http://web.b.ebscohost.com tanggal 11 Juli 2017

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

16

pendidikan karakter dapat terintegrasi melalui berbagai program dan kultur sekolah

yang kondusif mampu menghadirkan (menginternalisasikan) nilai-nilai pada diri

peserta didik. Kegiatan dalam kurikulum tersembunyi merupakan kegiatan satuan

pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata

pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai kebutuhan, potensi

,bakat dan minat mereka. Pendidikan karakter dilaksanakan di MI Tarbiyatul

Aulad Nglanjuk Cepu merupakan pendekatan yang menyertai kurikulum yang

digunakan di sekolah tersebut.

Secara lebih lanjut persamaan dan perbedaan kelima tinjauan pustaka tersebut

dengan penelitian skripsi yang dilakukan peneliti akan berusaha dijabarkan secara

detail dalam tabel berikut:

Tabel I.2. Perbandingan Penelitian Sejenis

No. Peneliti Tahun

Publikasi

Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Anik

Farida

sari

2015 Membangun Karakter

Melalui The Hidden

Curriculum

Sama-sama

membahas tentang

Kurikulum tersembunyi dalam

membentuk

pendidikan

karakter

Memfokuskan pada peran

lembaga sekolah dalam

menciptakan hidden curriculum untuk mengurangi kasus

kenakalan dan penyimpangan

perilaku siswa. Sedangkan

penelitian penulis focus pada

penerapan kurikulum

tersembunyi dalam membangun

pedidikan karakter islami.

2 Hikmatul

Mustaghf

iroh

2014 Hidden Curriculum

dalam pembelajaran

PAI

Sama-sama

membahas

kurikulum

tersembunyi

hikmat berfokus pada

kurikulum terembunyi yang

dilakukan dalam pembelajaran

PAI. Sementara penulis tidak

hanya focus pada pembelajaran PAI tetapi juga melihat peran

aspek dari kurikulum

tersembunyi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

17

No. Peneliti Tahun

Publikasi

Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

3 Fathurroh

man

2014 Konservasi Pendidikan

Karakter Islami dalam

Hidden Curriculum

sekolah

Sama-sama

membahas

pendidikan

karakter islami

dalam kurikulum

tersembunyi

Membahas peran kurikulum

tersembunyi dalam mengatasi

demoral karakter siswa seperti

tawuran, narkoba, pergaulan

bebas dan tindak criminal

lainnya. Sementara penulis lebih

melihat kurikulum tersembunyi

sebagai penerapan pendidikan

karakter islami

4. Adlan

Fauzi

Lubis

2015 Hidden Curriculum

dan Pembentukan

Karakter (Studi Kasus di Madrasah Aliyah

Pembangunan)

Pembahasan sama-

sama menganalisis

kurikulum tersembunyi dalam

pembentukan

karakter

membahas tentang peran

kurikulum tersembunyi dan

guru di SMA dalam membentuk karakter siswa agar mengurangi

kenakalan remaja. Sedangkan

penulis bukan di SMA tapi SD

juga tidak hanya melihat dari

peran guru saja.

5. Moh. Al

Amin

2015 Pendidikan Karakter

siswa melalui Hidden

curriculum di Madrah

Ibtidaiyah (MI)

Tarbiyatul Aulad

Nglanjuk Cepu Blora

Jawa tengah

Sama-sama

membahas

pembentukan

karakter melalui

kurikulum

trsembunyi

Membahas tentang kurikulum

tersembunyi melalui 7 basis

pembelajaran dalam pendidikan

karakter. Sedangkan penulis

tidak melihat dari 7 basis

pembelajaran.

(Sumber: Diolah dari tinjauan penelitian sejenis, 2017)

Pada akhirnya, dari beberapa tinjauan pustaka yang diambil untuk penelitian ini,

peneliti dapat menggali informasi yang relevan dalam mendukung penelitian yang

akan melihat bagaimana pelaksanaan kurikulum tersembunyi yang dilakukan sekolah

sebagai penerapan pendidikan karakter. Kelima tulisan tersebut kemudian dapat

membantu peneliti dalam merangkai pola pikir yang sistematis dalam rangka

penyusunan skripsi yang akan dilakukan. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti

juga mendapat beberapa konsep terkait dengan konsep pendidikan karakter, budaya

sekolah dan kurikulum tersembunyi.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

18

1.6 Kerangka Konseptual

1.6.1 Perkembangan Psikologi Anak SD

Aspek perkembangan yang ada pada anak usia dini meliputi aspek intelektual,

fisik-motorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan.17 Semua aspek

perkembangan yang ada pada diri anak ini selayaknya menjadi perhatian

parapendidik agar aspek perkembangan ini dapat berkembang secara optimal.

Mengutip Piaget pada buku Jannah anak pada usia (7-11 tahun) berada dalam

tahap operasional konkret yaitu dimana anak sudah mampu berpikir rasional, seperti

penalaran untuk menyelesaikan suatu masalah yang konkret (aktual), oleh karena itu

tumbuh kembang di masa ini sangat perlu menjadi perhatian.18

Pendidikan anak tidak hanya untuk kemampuan dalam bidang akademis saja,

tetapi juga pentingnya penanaman karakter yang baik untuk perkembangan kehidupan

anak di masa mendatang.19 Anak-anak pada usia ini perlu mendapatkan pendidikan

karakter yang dapat memberikan penguatan selain akademis yakni pendidikan

karakter bernuansa islam, karena pada fase ini usia 6-12 jiwa anak pada sekolah dasar

secara umum tertuang pada skema berikut ini,

17 Jean Piaget, & Barbel Inhelder, Psikologi Anak, Terj. Miftahul Jannah, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2010), Cet. 1, hlm. 110 18 Ibid., 19 Agustinus Hermino,2014, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, (Bandung : Alfabeta), hlm.

174

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

19

Skema I.1. Fase anak berusia 6-12 tahun

(Sumber : Agustinus Hermino, Manajemen kurikulum berbasis karakter, 2014)

Tabel I.1 memperlihatkan kondisi psikologis anak, maka pendidikan karakter

disusun berdasarkan kondisi kejiwaan anak. Ini merupakan alasan peneliti untuk

melakukan penelitian di jenjang sekolah dasar. Pembiasaan yang dihasilkan dari

sekolah akan terus melekat pada jenjang berikutnya. Pendidikan karakter pada

jenjang SD ini tidak dapat dilaksanakan hasilnya secara instant, tetapi memerlukan

proses waktu, pendampingan dan pemaknaan disertai contoh nyata yang baik, maka

para peserta didik akan lebih mudah mengingat dan mendapatkan pengertian serta

makna terhadap pendidikan karakter yang sedang mereka lalui.

Mengutip dari Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh, di

medan mengatakan “Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika

anak-anak masih duduk di bangku SD, itulah sebabnya, pendidikan karakter di

tingkat SD harus diprioritaskan, bukan berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak

Pertumbuhan fisik dan

motorik maju pesat

Kehidupan sosialnya mampu

bekerja sama dan bersaing

dalam teman sebayanya

Proses menyadari diri

dalam sebuah keinginan

dan bertambah minat

Kemampuan

berfikir dalam

tingkatan

persepsional

Mempunyai kesanggupan

untuk memahami hubungan

sebab akibat

Ketergantungan kepada orang

dewasa semakin berkurang dan

kurang memerlukan perlindungan

orang dewasa

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

20

dapat mendapat perhatian, melainkan porsinya sangat berbeda”.20 Pada jenjang SD

porsinya mencapai 60% dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini

agar lebih muda diajarkan dan melekat pada jiwa anak-anak hingga kelak ia dewasa.

1.6.2 Pendidikan Karakter

Secara etimologis, Karakter ialah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak,

atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain.21 Dengan

demikian karakter adalah nilai-nilai yang terpatri dan terukir dalam diri manusia

melalui pendidikan, pengalaman, serta pembiasaan. Untuk menjadi pembangunan

karakter bangsa sebagai bahan penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan

nasional. Secara eksplisit pendidikan karakter adalah amanat Undang-Undang No. 23

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ada pada pasal 3 menegaskan

bahwa,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa,

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”22

Potensi peserta didik yang akan dikembangkan dalam UU No. 23 tahun 2003

pada hakikatnya sangat dekat dengan makna karakter. Menurut Ditjen

Mandikdasmen-Kementrian Pendidikan Nasional, karakter adalah cara berpikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik

20 Anas Salahudin, 2013 , Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung: CV

Pustaka Setia), hlm. 211 21 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, ed.2, cet.3 (Jakarta: Balai Pustaka), hlm. 445 22 Agustinus Hermino, 2014 , Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, (Bandung: Alfabeta), hlm.

158

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

21

dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang

berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.23 Pendidikan

karakter bukan hanya sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah.

Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan yang baik

(habituation).

Pendidikan karakter tidak dapat dilaksanakan atau dikehendaki hasilnya

secara instant tetapi memerlukan proses waktu, pendampingan, dan pemaknaan dari

interaksi antara pendidik dan siswa, dengan adanya pemahaman dan pemberian

contoh yang baik, maka siswa akan lebih mudah mengingat dan mendapatkan

pengertian serta makna terhadap pendidikan karakter yang sedang mereka lalui,

sebaliknya dengan sedikit pemahaman yang diterima oleh siswa, maka makna dari

pendidikan karakter yang diajarkan akan tidak menghasilkan pemaknaan yang dalam

atau sesuai tujuan sekolah yaitu pembentukan karakter baik.24 Untuk itu pembentukan

karakter siswa fungsi dari seluruh potensi individu (kognitif, afektif, dan

psikomotorik) bisa dilihat dari konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses

psikologis dan sosial-kultural Olah Hati, Olah Pikir, Olah Rasa dan Raga dan Olah

Raga.25

23 Ibid., hlm. 159 24 Ibid., hlm. 162 25 Anas Salahudin, Op.cit., hlm. 6

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

22

Tabel I.3. Grand-design Pembentukan Karakter

(Sumber : Kemendiknas, 2010)

Mendidikan karakter tidak hanya mengenalkan nilai-nilai secara kognitif

tetapi juga melalui penghayatan secara afektif dan mengamalkan nilai-nilai tersebut

secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan siswa seperti pramuka, upacara

bendera, palang merah remaja, teater, praktek kerja lapangan, menjadi relawan

bencana alam, atau pertandingan olahraga dan seni adalah cara-cara efektif

menanamkan nilai-nilai karakter yang baik pada siswa. Ia menekankan pendidikan

berbasis karakter bukan merupakan mata pelajaran tersendiri melainkan dampak

pengiring yang diharapkan tercapai. Nilai-nilai yang ditanamkan berupa sikap dan

tingkah laku tersebut diberikan secara terus-menerus sehingga membentuk sebuah

kebiasaan. Dan dari kebiasaan tersebut akan menjadi karakter khusus bagi individu.

1.6.3 Karakter Islami

Akhlaq yang sesuai ajaran islam disebut dengan akhlaqul karimah atau akhlaq

mulia yang dapat diperoleh melalui dua jalan, yakin ; Pertama, bawaan lahir, sebagai

karunia dari Allah (contoh akhlaq para nabi), Kedua, hasil usaha melalui pendidikan

OLAH HATI

(Jujur, Bertanggung jawab, berempati)

OLAH PIKIR

(Cerdas, kreatif)

OLAH RASA DAN KARSA

(Peduli, kreatif, toleran, beretos kerja)

OLAH RAGA (KINESTEIK)

(Bersih, sehat, disiplin, sportif,

kompetitif,)

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

23

dan penggemblengan jiwa.26 Dari pengertian diatas dapat di pahami bahwa karakter

identik dengan akhlaq, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia

yang universal meliputi seluruh aktivitas manusia, baik berhubungan dengan tuhan,

dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang

terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan dan perbuatan diwujudkan dalam

bentuk pembiasaan dan perilaku. 27

Karakter Islami merupakan proses transmisi pengetahuan yang diarahkan

pada tumbuhnya penghayatan keagamaan yang akan memupuk kondisi ruhaniyah

yang mengandung keyakinan akan keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Imam

Ghazali dalam buku Anas, karakter Islami merupakan proses pengenalan dan

pengakuan yang ditanamkan secara bertahap dan berkesinambungan, dalam diri

manusia mengenai objek-objek yang benar sehingga akan membimbing manusia ke

arah pengenalan dan pengakuan terhadap eksistensi Tuhan dalam kehidupan.

Pengetahuan manusia diarahkan untuk mengembangkan kehidupan lebih baik.

Menurut Imam Ghazali dalam Anas karakter Islam memberikan empat paradigma

dasar bagi sistem pendidikan.28

Pertama, islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi dan tujuan pendidikan

berdasarkan akidah Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuk sumber daya manusia

yang terdidik dengan pola berfikir Islami dan pola sikap yang Islami. Kedua,

26 Fathurrohman, Op.cit., hlm. 5 27 Ibid., hlm. 7 28 Anas Salahudin, Op.cit., hlm. 102

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

24

pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan sehingga melahirkan amal

saleh dan ilmu yang bermanfaat, maksudnya ialah bahwa dalam Islam pokok

perhatian bukanlah kuantitas, melainkan kualitas pendidikan. seperti yang terdapat

dalam surat al-mulk ayat 2 bahwa ahsanu amalan atau amalan shalihan.

Ketiga, pendidikan bertujuan untuk membangkitkan dan mengarahkan

potensi-potensi, baik yang ada pada setiap diri manusia selaras dengan fitrah manusia

dan meminimalisasi aspek buruknya. Keempat, keteladanan merupakan bagian yang

tidak dapat terpisahkan dalam proses pendidikan. Pada dasarnya pendidikan karakter

berusaha mewujudkan peserta didik atau manusia yang berkarakter sehingga dapat

menjadi manusia paripurna (insan kamil).

Empat paradigm dalam konteks pendidikan diatas merupakan solusi yang

tepat untuk mewujudkan hakikat pendidikan karakter Islam, yaitu terbentuknya

manusia yang beriman dan bertakwa, berpengetahuan luas serta mempunyai karakter

yang mulia. Pendidikan karakter tidak terlepas dari pendidikan Islami. Hakikat

pendidikan karakter bervisi Islam adalah keselarasan antara akal (IQ), emosi (Q),

nurani (SQ). Dalam islam karakter identik dengan akhlaq, yaitu kecenderungan jiwa

untuk bersikap atau betindak secara otomatis.

Pendidikan karakter Islami harus dimulai dari sejak dini, jika tidak karakter

akan sulit untuk diubah. Pendidikan karakter Islami diterapkan ke peserta didik sejak

dini dengan cara pembiasaan. Pendidikan anak tidak hanya untuk kemampuan dalam

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

25

bidang akademis saja, tetapi juga pentingnya penanaman karakter yang baik untuk

perkembangan kehidupan anak di masa mendatang, maka melihat kenyataan tersebut

orang tua memiliki hak perogratif untuk memilih lembaga pendidikan bagi anak-

anaknya.29

Pendidikan Islam yang berorientasi pada pembentukan karakter dapat

dilakukan melalui banyak model. Pertama model pesantren dan kedua Madrasah atau

Islam Terpadu. Merupakan sebuah lembaga pendidikan islam yang modern,

memadukan antara pendidikan nasional dan pendidikan Islami, yang

mengintegrasikan agama dan pengetahuan umum. Dalam Sekolah Dasar bermuatan

madrasah atau Islam Terpadu diselenggarakan dengan dua model yakni boarding

school, seperti halnya pesantren dimana siswa belajar full day, kedua dalam

pelaksanaan seperti sekolah umum di mana siswa belajar dalam jam tertentu, tetapi

kurikulumnya memadukan pendidikan Islami dan sekolah umum.30 Di SD Madrasah

maupun SD Isam Terpadu ditekankan keseimbangan antara nilai-nlai keagamaan dan

pengetahuan umum, sehingga melahirkan sosok manusia yang saleh secara

kepribadian tetapi berfikir dan bersikap maju dalam memandang kehidupan.

Pendidikan karakter dapat dilakukan sepanjang hari di lembaga pendidikan

khususnya SD dibawah asuhan yang intensif, selama disekolah diserahkan oleh pihak

sekolah setelah di luar menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Masing-

29 Agustinus Hermino, 2014, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, (Bandung: Alfabeta), hlm.

174 30 Ibid., hlm. 33-34

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

26

masing memiliki kelemahan dan kelebihan, yang penting terdapat proses yang

intensif dan tepat sasaran dalam pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islami.

1.6.4 Nilai-Nilai Karakter

Memahami istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter.

Pertama, karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila

seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, rakus, tentulah orang tersebut

memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku

jujur, suka menolong, rendah hati tentulah seseorang telah memanifestasikan

karakter mulia. Kedua, istilah karakter tersebut erat kaitannya dengan personality.31

Tatanan dan situasi kehidupan yang menentukan terbentuknya karakter peserta

didik.

Karakter identik dengan akhlaq, sehingga karakter merupakan nilai-nilai

perilaku manusia yang universal meliputi seluruh aktivitas manusia, baik

berhubungan dengan tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun

dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat

istiadat, semuanya diwujudkan dalam bentuk pembiasaan dan perilaku. Nilai-nilai

perilaku manusia yang universal mempunyai 18 nilai dalam pendidikan karakter yang

dibuat oleh Kemendiknas32,

31 Doni Koesoma. Op.,cit, hlm. 47 32 Anas Salahudin . Op.cit., hlm. 111-112

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

27

Tabel I.4. 18 Nilai dalam Pendidikan Karakter oleh Kemendiknas

No. Nilai Keterangan

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, ertnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,

seta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

6. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama

hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu

yang dipelajarainya, dilihat dan didengar

10. Semangat kebangsaan Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya

11. Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan

kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsa

12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan

mengakui, serta menghromati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/ komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

28

No. Nilai Keterangan

14. Cinta damai Sikap, perkataan dan tindakan yan menyebabkan orang

lain merasa sennag dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan lingkungan alam disekitarnya dan

mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan

alam yang sudah terjadi.

17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

membutuhkannya

18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap

diri sendiri, masyarakat, lingkunga {alam, sosial dan

budaya}, Negara dan Tuhan YME

(Sumber : Anas Salahudin, Pendidikan karakter berbasis agama dan budaya bangsa, 2013)

18 nilai karakter yang harus diajarkan pada peserta didik dalam pendidikan

karakter. Agar dalam kehidupan bermasyarakatnya terwujud pribadi yang baik. Tidak

hanya dalam pendidikan, namun keluarga dan masyarakat juga turut andil dalam

mengajarkan nilai karakter tersebut. Namun, dari 18 nilai karakter tersebut peneliti

fokus beberapa nilai karakter saja seperti Kejujuran, Tanggung Jawab, Toleransi,

Disiplin, Religius, Mandiri, Peduli sesama atau peduli lingkungan. Alasan peneliti

tidak semua dijadikan fokus untuk pendidikan karakter, karena untuk mempermudah

analisis nilai karakter pada pelaksanaan proram sekolah. Nilai karakter lainnya pun

diajarkan tapi tidak menjadi fokus peneliti.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

29

Tabel I.5 7 Nilai Karakter di SDIT AL-Manar

No. Nilai Karakter Bentuk Perbuatan

1. Kejujuran2 koperasi kejujuran, tidak mencontek pada saat ulangan

harian maupun ujian semesteran

2. Tanggung Jawab mengerjakan tugas dari guru sesuai yang telah

ditentukan, berperan aktif dalam kelompok

dan berani menanggung resiko atas perbuatan

yang telah dilakukan.

3. Toleransi Perbedaan pendapat dalam berdiskusi

4. Disiplin tidak terlambat masuk ke sekolah,

melaksanakan jadwal tugas, membuang

sampah pada tempatnya, tidak membuat

kebisingan di kelas, memakai pakaian dengan

rapi.

5. Religius melakukan shalat duha, tadarrus Al-Qur'an,

Kultum, shalat berjamaah, dan pelaksanaan

shalat jumat,

6. Mandiri Mengerjakan semua tugas individu yang

diberikan tanpa meminta bantuan orang lain.

7. Peduli sesama/peduli lingkungan Berinisiatif menggalang dana bantuan kepada

penderita kanker, memberikan sebagian uang

saku untuk bersedeka

(Sumber : Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT AL-Manar, 06 Mei 2018)

Tabel I.5 merupakan nilai-nilai yang menjadi fokus peneliti dalam

pembentukan karakter siswa. Dari 8 nilai karakter tersebut membangun kurikulum

tersembunyi yang menjadi penyokong pendidikan karakter. Melalui kegiatan yang

disediakan sekolah.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

30

1.6.5 Kurikulum Tersembunyi

Kurikulum ideal (Ideal Curiculum) adalah kurikulum yang dicita - citakan

sebagaimana yang tertuang dalam dokumen kurikulum dan kurikulum pada aspek

pengalaman belajar siswa. Pada hakikatnya adalah kurikulum actual (Actual

Curiculum).33 Kurikulum actual merupakan penjabaran kurikulum resmi kedalam

pengembangan program pembelajaran, dimana kurikulum aktual dapat dilaksanakan

secara riil oleh guru sesuai dengan kondisi yang ada. Termasuk di dalam kurikulum

actual tersebut terdapat kurikulum tersembunyi, karena kurikulum tersembunyi ini

disajikan dan dialami siswa didalam maupun diluar kelas

Secara etimologi, kata hidden curriculum merupakan gabungan dari kata

hidden dan curriculum kata hidden berasal dari bahasa inggris yaitu hide yang berarti

tersembunyi atau terselubung34. Tersembunyi tidak tertulis bukan berarti hilang.

Istilah kurikulum tersembunyi menunjuk pada segala sesuatu yang dapat berpengaruh

di dalam berlangsungnya pengajaran dan pendidikan.35 Dikatakan tersembunyi,

karena kegiatan-kegiatan tersebut tidak tertulis dalam kurikulum ideal ataupun faktual

dalam proses pembelajaran. Sehingga kurikulum tersembunyi dalam hal ini

merupakan sesuatu yang menjadi misi tertentu yang hanya diketahui oleh seorang

guru ataupun pengelola pendidikan.

33 Abdullah Idi, 2011, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Depok: AR-RUZZ MEDIA),

hlm. 49 34 Ibid., hlm. 46 35 Subandijah, 1996, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), cet

II, hlm. 25

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

31

Sedangkan menurut Allan A. Glatthorn, hidden curriculum adalah kurikulum

yang tidak menjadi bagian yang harus dipelajari, yang digambarkan sebagai berbagai

aspek yang ada di sekolah dan diluar sekolah, tetapi mampu memberikan pengaruh

dalam perubahan nilai, perspektif, dan perilaku siswa.36

Mengutip Allan A. Glattorn kurikulum tidak hanya sebatas hal-hal yang

tampak sebagaimana yang disampaikan oleh pakar kurikulum, ada hal lain yaitu

kurikulum tersembunyi yang memberikan peran signifikan bagi proses pendidikan

peserta didik.37 Dengan kata lain unsur-unsur tersebut mencakup kultur dan kebijakan

sekolah.

Pendidikan yang diperoleh merupakan hasil yang tidak semata berpatokan

pada buku teks, metode pendidikan menyampaikan dll. Dalam mencermati hal

tersebut, Glatthorn menjelaskan aspek penting menjadi bagian integral dari kurikulum

tersembunyi, yaitu : Aspek tidak tetap dan relatif berubah yang di dalamnya terdapat

3 hal. Ini menjadi contoh dan panduan untuk melihat berlangsungnya kurikulum

tersembunyi di sekolah. Ketiga hal tersebut tercantum dalam kurikulum tertulis

adalah:

a) Struktural (organisasi), kebijakan guru dalam proses pembelajaran yang

meliputi bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan, juga

berbagai kegiatan sekolah di luar kegiatan belajar (kegiatan ekstrakurikuler).

36 Moh. Yamin, 2012, Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Jakarta : Diva Pers), hlm.

64 37 Dede Rosyada, 2007, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana Penada Media Group),

hlm. 29

Page 32: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

32

b) Sistem Sosial, yaitu suasana sekolah yang tergambar dari pola-pola hubungan antar

komponen- komponen sekolah.

c) Budaya, dimensi sosial yang terkait dengan sistem kepercayaan, nilai- nilai dan

struktur kognitif. Dari uraian di atas dapat ketahui bahwa semua bentuk perilaku

interaksi sosial di sekolah dan sekitarnya merupakan pembentuk kurikulum

tersembunyi dari pengalaman dan pengetahuan yang diberikan oleh sekolah melalui

guru, lingkungan sekolah, yang kemudian mampu mengubah pola pikir dan perilaku

siswa. 38

1.6.6 Hubungan Antar Konsep

Kerangka konsep yang telah dipaparkan, secara sederhana peneliti membuat

hubungan antar konsep studi ini pada kurikulum tersembunyi dilihat dari aspek tidak

tetap yang di kemukakan oleh Allan Glathorn Pertama, struktural tentang kebijakan

penugasan guru dan mengelompokkan siswa untuk proses pembelajaran. Kedua,

sistem sosial, yaitu hubungan yang dibangun stakeholder sekolah. Ketiga, kultur

budaya, terkait dengan sistem kepercayaan, nilai- nilai dan struktur kognitif. Dari

kegiatan spontan yang sekolah lakukan.

Melaksanakan kurikulum yang telah direncanakan melalui kegiatan belajar

mengajar, siswa juga menyerap hal lain yang tidak disengaja diajarkan oleh

pendidik melalui apa yang disebut dengan kurikulum tersembunyi. Kurikulum

tersembunyi adalah merupakan hasil sampingan dari sebuah pendidikan, di mana

38 Wina Sanjaya, Op.cit., hlm. 30

Page 33: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

33

hasilnya dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan. Hasil

ini dianggap sebagai pelajaran yang diajarkan informal, dan biasanya tidak sengaja,

dalam sistem sekolah, termasuk didalamnya perilaku, perspektif, dan sikap yang

diterima siswa selama mereka berinteraksi dan berada di sekolah.

Skema I.2. Hubungan Antar Konsep

(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni menekankan pada

pencarian data secara detail dari suatu permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha membangun sebuah realitas

sosial, di mana peneliti terlibat dan memfokuskan diri untuk melihat interaksi

maupun proses yang terjadi pada fenomena maupun objek yang diteliti. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk membuat deksriptif, gambaran atau lukisan secara

KURIKULUM

TERSEMBUNYI

( nilai dan norma)

Aspek Kurikulum

Tersembunyi (Glatthorn):

(Struktural, Sistem Sosial, dan

Kultur Budaya).

PENDIDIKAN KARAKTER

(Kemendiknas 2010)

Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raa

dan Karsa, dan Olah Raga

KARAKTER SISWA

(Kejujuran, Tanggung

jawab, Toleransi,

Disiplin, Religius,

Mandiri, peduli

sesama dan Rasa

Kebangsaan).

Page 34: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

34

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang dimiliki.39

Peneliti mengambil metode tersebut karena membutuhkan informasi yang

mendalam mengenai kurikulum tersembunyi dalam penerapan pendidikan karakter

islami di SD IT Al-Manar. Adapun proses pengumpulan data dalam metode ini,

adalah diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan kunci yang sangat penting dalam penelitian

kualitatif. Peneliti mencakup dua hal yakni sumber data primer dan sekunder. Adapun

subjek dalam penelitian ini merupakan orang-orang yang terlibat secara langsung dan

rutin dalam pelaksanaan kurikulum tersembunyi di sekolah. Selain itu juga terdapat

informan yang menjadi sebagai pelengkap data agar data yang diperoleh akurat.

Subjek penelitian ini terdiri dari tujuh orang. Satu orang informan merupakan

Kepala Sekolah SDIT Al-Manar yang mengetahui konsep budaya sekolah yang

diterapkan, program sekolah, serta memberikan informasi mekanisme yang ada

disekolah. Kemudian 3 Guru yang terlibat langsung dalam mengajarkan pendidikan

karakter di dalam proses pembelajaran dan di luar pembelajaran seperti penanggung

jawab esktrakurikuler, program sekolah dan wali kelas 4 dan 5 selain itu terkait

proses pembelajaran dan cara menginternalisasi pembiasaan yang ada disekolah.

39 Lexy. J. Moleong, 2007, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya), hlm. 49.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

35

Selain itu peneliti menetapkan 5 peserta didik kelas 4 dan 5 yang bersekolah di SDIT

Al-Manar dan orang tuanya sebagai informan yang memberikan informasi apakah

pendidikan karakter dalam kurikulum tersembunyi membentuk karakter baik saat

disekolah dan dirumah. Hal tersebut dipilih karena informan tersebut dinilai

mengetahui banyak informasi terkait dengan kurikulum terselmbunyi dalam

pembentukan karakter peserta didik di SDIT Al-Manar. Penjabaran terkait informan

tersebut dapat dilihat pada tabel 1.6.

Tabel I.6 Karakteristik Informan No. Nama Posisi Peran dalam Penelitian

1 Aminuddin,

S.Pd.I

Kepala sekolah SDIT

Al-Manar

1. Memberikan informasi tentang keseluruhan

budaya dan program yang ada di sekolah

2. Sejarah sekolah

3. Cara menjalin relasi dengan guru, peserta didik dan orang tua

4. Keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran

5. Hambatan dalam menjalankan program sekolah

6. Solusi dari hambatan tersebut

7. Bagaimana kepala sekolah menjaga hubungan

stakeholder sekolah ?

8. Ekstrakurikuler yang wajib dilaksanakan dalam

sekolah

2. Fajar

Abdurrahman

Wali kelas di kelas 5

A dan Koordinator

Program disekolah

1. Bagaimana Budaya Sekolah dilaksanakan?

2. Apa saja program pembiasaan yang ada di

sekolah ?

3. Kendala saat menjalakan program tersebut ? 4. Kegiatan apa saja yang mendukung keberhasilan

pendidikan karakter sebelum KBM, KBM, dan

setelah KBM?

5. Cara memberikan hukuman kepada peserta

didik?

6. Bagaimana pembentukan karakter siswa dapat

dibentuk?

7. Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan

di sekolah ini?

8. Solusi untuk menghadapi kendala menjalankan

budaya dan program yang ada ?

Page 36: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

36

No. Nama Posisi Peran dalam Penelitian

3. Erna Sutiyana Mengajar Tahsin dan

Tahfidz

1. Bagaimana Budaya dilaksanakan?

2. Apa saja program pembiasaan yang ada di

sekolah ?

3. Kendala saat menjalakan program tersebut ?

4. Kegiatan apa saja yang mendukung keberhasilan

pendidikan karakter sebelum KBM, KBM, dan

setelah KBM?

5. Cara memberikan hukuman kepada peserta

didik?

6. Bagaimana pembentukan karakter siswa dapat

dibentuk?

7. Sebelum pembelajaran dimulai, apakah anda membuat perjanjian kepada siswa?

8. Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan

di sekolah ini?

9. Solusi untuk menghadapi kendala menjalankan

budaya dan program yang ada ?

4. Epiyanah S.Pd Sebagai wali kelas di

kelas 4 dan

Penanggung jawab

supercamp

1. Kegiatan dalam Pelaksanaan supercamp sebagai

program sekolah

2. Bagaimana karakter dilaksanakan?

3. Bagaimana Budaya dilaksanakan?

4. Apa saja program pembiasaan yang ada di

sekolah ?

5. Kendala saat menjalakan program tersebut ? 6. Kegiatan apa saja yang mendukung keberhasilan

pendidikan karakter sebelum KBM, KBM, dan

setelah KBM?

7. Cara memberikan hukuman kepada peserta

didik?

8. Bagaimana pembentukan karakter siswa dapat

dibentuk?

9. Sebelum pembelajaran dimulai, apakah anda

membuat perjanjian kepada siswa?

10. Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan

di sekolah ini?

5. Imam Orang tua Murid dari

Haidar Akbar (kelas

4) yang bersekolah di

SDIT Al-Manar

1. Memberikan informasi tentang perubahan

perilaku pada haidar selama di SDIT Al-Manar 2. Persepsi imam tentang program yang ada

disekolah seperti eskul dan kegiatan lainnya

3. Alasan memasuki anaknya ke SDIT Al-Manar

4. Pendapat tentang guru-guru di SDIT Al-Manar

5. Keluhan anaknya terhadap sekolah

6. Elies Orang tua Murid dari

Regina Aurelie (kelas

3) dan Adelia Safira

kelas 5 yang

bersekolah di SDIT

Al-Manar

1. Memberikan informasi tentang perubahan

perilaku pada Regina selama di SDIT Al-Manar

2. Persepsi Elies tentang program yang ada

disekolah seperti eskul dan kegiatan lainnya

3. Alasan memasuki anaknya ke SDIT Al-Manar

4. Pendapat tentang guru-guru di SDIT Al-Manar

5. Keluhan anaknya terhadap sekolah

Page 37: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

37

No. Nama Posisi Peran dalam Penelitian

7. Amelia Orang tua Murid dari

Syahril (kelas 4) yang bersekolah di

SDIT Al-Manar

1. Memberikan informasi tentang perubahan

perilaku pada Syahril selama di SDIT Al-Manar

2. Persepsi Amelia tentang program yang ada

disekolah seperti eskul dan kegiatan lainnya

3. Alasan memasuki anaknya ke SDIT Al-Manar

4. Pendapat tentang guru-guru di SDIT Al-Manar

5. Keluhan anaknya terhadap sekolah

8. Dewi Ananda Andaru Setyo (Kelas

3 ) yang bersekolah

di SDIT AL-Manar

. Memberikan informasi tentang perubahan

perilaku pada Syahril selama di SDIT Al-Manar

2. Persepsi Amelia tentang program yang ada

disekolah seperti eskul dan kegiatan lainnya

3. Alasan memasuki anaknya ke SDIT Al-Manar

4. Pendapat tentang guru-guru di SDIT Al-Manar 5. Keluhan anaknya terhadap sekolah

(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)

1.7.2 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDIT Al-Manar yang berlokasi Jln. Pondok Kelapa

Selatan RT. 009 RW. 012 No. 26 Lampiri, Pondok Kelapa, Duren Sawit Jakarta

Timur. Alasan mengapa penulis mengambil lokasi ini untuk dijadikan lokasi

penelitian adalah di lokasi tersebut merupakan lembaga sekolah dasar yang

menerapkan pendidikan karakter islami melalui kurikulum tidak tertulis tetapi

keberadaaanya sangat berpengaruh pada perilaku siswa. Dan sekolah ini sudah sangat

dikenal karena memiliki keunggulan tersendiri dalam programnya dan terbukti dari

akreditasi yaitu A. Melalui hal tersebutlah, peneliti ingin melihat bagaimana sekolah

melaksanakan kurikulum tersembunyi dalam penerapan pendidikan karakter islami

siswa. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan januari akhir sampai dengan mei 2018.

1.7.3 Peran Peneliti

Peran peneliti disini sebagai pengumpul informasi yang terjun langsung dan

terlibat di dalam proses wawancara dan observasi untuk memperoleh data yang

Page 38: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

38

diperlukan. Peneliti berusaha mencari tahu mengenai kurikulum tersembunyi dalam

penerapan pendidikan karakter islami di SDIT Al-Manar. Dengan demikian peneliti

mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini, peneliti juga berperan

sebagai instrumen dan sekaligus perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis,

penafsir data, dan pelapor penelitan.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan beberapa teknik diantaranya.

1. Wawancara

Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari

para informan dalam berbagai situasi dan konteks. Peneliti menggunakan wawancara

tidak terstruktur dalam penelitian ini. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara

yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.40 Pedoman

wawancara ini hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Peneliti memberikan keleluasaan kepada informan untuk memberikan penjelasan

secara aman sehingga informan tidak merasa tertekan. Wawancara dilakukan secara

langsung atau secara tatap muka dengan informan kunci dan beberapa informan

pendukung.

40 Andi Prastowo,2010, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:

Diva Press), Hlm. 146

Page 39: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

39

Peneliti mewawancarai bagaimana konsep pendidikan karakter islami di sekolah

Islam Terpadu Al-Manar dilakukan yaitu dengan menerapkan pembiasaan dalam

program sekolah (Full Day School), Pembentukan akhlaq dan aqidah, penggabungan

antara prinsip pendidikan Islam dengan metode pendidikan Nasional yang baik,

Semua materi agama yang diberikan senatiasa selalau dibarengi dengan praktek,

sehingga para siswa dapat lebih jelas memaknai setiap

Pelajaran agama yang diberikan, memberikan pelayanan kebutuhan para siswa,

seperti : Al Manar Consulting Service, Safe Internet Access, Katering, Jemputan,

Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler. Selama penelitian berlangsung, peneliti tidak

menemukan kesulitan yang berarti dalam hal mendapatkan informasi dari informan.

2. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung dengan cara mengamati

kegiatan SDIT Al- Manar dalam melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan guru

terkait dalam proses pelaksanaan kurikulum tersembunyi, hubungan antara guru dan

murid, relasi antara guru dengan stakeholder sekolah. Peneliti juga melakukan

pengamatan dengan mengamati berbagai aktifitas para warga sekolah SDIT Al-Manar

dan kegiatan pembelajaran di sekolah dalam pembentukan karakter siswa.

3. Dokumentasi dan Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen. Peneliti mengambil segala macam bentuk data

Page 40: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

40

pendukung penelitian, berupa gambar, artikel, data sekolah, hasil rekaman, memo,

dan fieldnote. Hal ini dilakukan untuk menjadi data pendukung laporan penelitian

selain hasil wawancara dengan pengurus sekolah terkait kurikulum tersembunyi

dalam penerapan pendidikan karakter islami di SDIT Al-Manar. Dokumentasi yang

dianalisis dalam penelitian ini yang berhubungan dengan penelitian seperti bentuk

kurikulum tersembunyi, gambaran umum, letak geografis, program kegiatan, jaringan

yang terjalin, serta berbagai aktivitas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

Peneliti melakukan studi kepustakaan melalui buku-buku, tesis, jurnal dan

dokumentasi yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh

penulis. Dokumen yang menjadi data sekunder adalah data sekolah. Penulis juga

mendapatkan dokumentasi berupa foto dari koleksi divisi dokumentasi kegiatan.

Selanjutnya, buku yang berkaitan dengan penelitian ini, penulis mendapatkannya dari

Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Universitas Indonesia (UI). Kemudian untuk

tesis dan jurnal yang menjadi tinjauan penelitian sejenis dalam mengerjakan

penulisan ini berasal dari beberapa tempat dan sumber, Seperti: Perpustakaan UI,

serta Web Portalgaruda.org.

1.7.5 Triangulasi Data

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut saat mengumpulkan dan menganalisis data, ide

Page 41: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

41

dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga

diperoleh kebenaran jika dilihat dari berbagai sudut pandang.41 Mathinson

menjelaskan bahwa nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah

untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau

kontradiksi oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam

pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.42

Triangulasi ini kemudian berguna dalam penelitian untuk mengungkapkan hasil

temuan yang lebih beragam dan menguji kebenaran suatu data. Adapun dalam proses

triangulasi data, peneliti melakukan triangulasi dengan dua penyidik. Teknik peyidik

ialah cara pemeriksaan kredibilitas data yang dilakukan dengan memanfaatkan

pengamat lain untuk pengecekan derajat kepercayaan data kita.43

Peneliti mewawancarai 5 pihak orangtua. Pertama, orangtua dari haidar yaitu

Bapak Imam. Kedua, orangtua dari Regina dan Adelia Savira yaitu Ibu Elies. Ketiga,

Orangtua dari Syahril yaitu Ibu Amelia. Keempat Orangtua dari Andaru yaitu Ibu

Dewi sebagai kebenaran data untuk melihat karakter siswa dirumah dan melhat

adakah perubahan karakter yang terlihat ketika bersekolah di SDIT AL-Manar dan

mewawancarai kepala sekolah sebagai penyelenggara aspek actual yang di dalamnya

41 Andi Prastowo,2011, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian,

(Jakarta: AR-RUZZ MEDIA), hlm. 269 42 John W. Creswell,2014, Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar),

hlm. 241 43 Andi Prastowo, Op.cit., hlm. 270

Page 42: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

42

terdapat kurikulum tersembunyi. Proses triangulasi menjadi penting dilakukan untuk

menyamakan perspektif antara peneliti dengan realitas.

1.8 Sistematika Penulisan

Sebuah penelitian harus memiliki sistematika penelitian, penelitian ini terdiri

dari tiga bagian yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Ketiga bagian ini disajikan dalam

lima bab dan beberapa subbab. Dalam penelitian yang dibuat ini, isi Bab I akan

menjabarkan mengenai latar belakang penelitian sehingga dapat terlihat permasalahan

penelitian yang muncul yang terdiri dari dua pertanyaan penelitian yang bertujuan

agar peneliti fokus terhadap suatu fenomena yang dikaji.

Selanjutnya terdapat juga tujuan penelitian, tinjauan studi sejenis, kerangka

konsep, metode penelitian dan sistematika penulisan. Semua itu bertujuan untuk

mengetahui kerangka dasar dalam penelitian ini dibuat dan hal ini diharapkan dapat

memberikan penjelasan mengenai kurikulum tersembunyi dalam penerapan

pendidikan karakter islami di SDIT Al-Manar.

Bab II berisikan deskripsi mengenai gambaran umum penelitian yakni SDIT

Al-Manar. Dalam bab ini terdiri dari subbab-subbab yang menjelaskan terkait letak

geografis SDIT Al-Manar, profil dari SDIT Al-Manar yang didalamnya berisi

mengenai sejarah berdirinya SDIT Al-Manar, visi misi SDIT Al-Manar, program

pendidikan karakter islami di SDIT Al-Manar, serta sarana dan prasarana di SDIT Al-

Manar.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/BAB 1.pdfpergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan bebas, narkoba, dan tawuran.

43

Bab III pada bab ini peneliti akan membahas temuan peneliti yaitu Upaya

SDIT AL-Manar dalam pelaksanaan kurikulum tersembunyi sebagai pendidikan

karakter siswa. Dalam hal ini akan diuraikan mengenai pelakasanaan kurikulum

tersembunyi dalam kegiatan belajar mengajar siswa, pengelompokkan belajar siswa,

kegiatan ekstrakurikuler siswa, hubungan stakeholder sekolah dan budaya disekolah

Bab IV Bab ini akan mengaitkan hasil temuan di lapangan dengan konsep yang

berkaitan. Peneliti akan memakai konsep 7 nilai karakter di SDITAL-Manar dalam

kurikulum tersembunyi menurut Allan Glatthorn

Bagian akhir yaitu bab V merupakan bagian penutup. Bab ini berisi tentang

kesempatan peneliti menyimpulkan laporan penelitian secara menyeluruh.

Kesimpulan ini merupakan jawaban eksplisit dari pertanyaan penelitian. Selain itu

peneliti juga memberikan saran untuk SDIT Al-Manar sebagai pertimbangan

kedepannya.