BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan suatu wilayah pada dasarnya ditentukan dari berbagai faktor dan potensi yang terdapat di wilayah tersebut. Kabupaten Bojonegoro selama ini lebih dikenal masyarakat luas sebagai kabupaten dari sisi negatifnya yaitu tanah yang gerak, gersang, dan banjir. Masyarakat Bojonegoro tidak mau terlena hanya mengandalkan sumber daya alam yang suatu saat pasti akan habis serta kekurangan yang dimiliki kabupaten ini, Karena itu kini Bojonegoro mulai bangkit yang berangkat dari visi dan misi pemerintah Kabupaten Bojonegoro sebagai lumbung pangan negeri, yang bermakna bahwa Bojonegoro adalah daerah penghasil pangan meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang unggul dan menjadi yang terdepan dengan manajemen profesional. (Pemkab Bojonegoro, 2014). Sektor yang sangat berpengaruh dan utama hampir diseluruh daerah di Indonesia adalah sektor pertanian, yang mana di Indonesia sebagian besar dibangun oleh petani dengan skala usaha yang relatif kecil. Ciri dari sistem pertanian dengan skala usaha yang relatif kecil disebut sebagai sistem pertanian tradisional atau subsisten. Fokus dalam pertanian dengan cara subsistenadalah lebih kepada memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya atas hasil produksi pertaniannya. Cara subsisten tersebut pada

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan suatu wilayah pada dasarnya ditentukan dari berbagai

faktor dan potensi yang terdapat di wilayah tersebut. Kabupaten

Bojonegoro selama ini lebih dikenal masyarakat luas sebagai kabupaten

dari sisi negatifnya yaitu tanah yang gerak, gersang, dan banjir.

Masyarakat Bojonegoro tidak mau terlena hanya mengandalkan sumber

daya alam yang suatu saat pasti akan habis serta kekurangan yang dimiliki

kabupaten ini, Karena itu kini Bojonegoro mulai bangkit yang berangkat

dari visi dan misi pemerintah Kabupaten Bojonegoro sebagai lumbung

pangan negeri, yang bermakna bahwa Bojonegoro adalah daerah penghasil

pangan meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang

unggul dan menjadi yang terdepan dengan manajemen profesional.

(Pemkab Bojonegoro, 2014).

Sektor yang sangat berpengaruh dan utama hampir diseluruh daerah di

Indonesia adalah sektor pertanian, yang mana di Indonesia sebagian besar

dibangun oleh petani dengan skala usaha yang relatif kecil. Ciri dari

sistem pertanian dengan skala usaha yang relatif kecil disebut sebagai

sistem pertanian tradisional atau subsisten. Fokus dalam pertanian dengan

cara subsistenadalah lebih kepada memenuhi kebutuhan diri sendiri dan

keluarganya atas hasil produksi pertaniannya. Cara subsisten tersebut pada

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

2

akhirnya dapat menyebabkan pengelolaan usaha pertanian cenderung

kurang optimal dan berakibat pada eksploitasi sumberdaya lahan yang

berlebihan serta adanya kendala pada sistem pengelolaan pertanian.

Keadaan ini merupakan sebab akibat dari kapasitas petani Indonesia yang

masih rendah. Kondisi dari kapasitas petani yang masih rendah dan cara

pertanian secara subsisten tersebut. Mengakibatkan tingkat produksi yang

rendah, kualitas panen yang kurang baik dan nilai tambah dari produk

pertanian yang minim. Kondisi-kondisi tersebut akhirnya menjadikan

posisi tawar petani rendah yang berakibat pada rendahnya kesejahteraan

petani. Konsekuensi logis dari keadaan tersebut menjadikan hasrat untuk

melakukan usaha tani semakin rendah. (Kusumawati, dkk, 2015: 410).

Kondisi yang sama terjadi juga pada pertaniandaerah bantaran

Bengawan Solo, sebelah utara Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu

Kabupaten Bojonegoro. Sebelum tahun 1984, para petani Desa

Ngringinrejo secara total menanami lahannya dengan tanaman palawija

seperti jagung dan singkong, namunlahan mereka mengalami gagal panen

di setiap tahunnya. Ini disebabkan lahan tersebut hanya dapat ditanami

pada musim penghujan saja, sehingga hasil panen yang tidak menjajikan

bukan malah menguntungkan tetapi merugikan. Salah satu tokoh

masyarakat Desa Ngringinrejo melakukan inisiatif, supaya lahan yang

semula tidak produktif menjadi produktif dan bahkan dapat menopang

perekonomian masyarakat Desa Ngringinrejo.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

3

Pada Tahun 1984 setelah mendapatkan informasi bahwadi Desa

Siwalan Kabupaten Tuban terdapat tanaman belimbing, tokoh masyarakat

yang bernama Zainuri tergerak menanam tanaman belimbing dilahan

milik keluarganya. Berbagai kendala dialami pada saat itu, mulai dari

dipandang negatif atau kurang meyakinkan atas kemampuan dalam

melakukan perubahan tersebut, namun Zainuri selaku tokoh

masyarakattetap gigih berusaha untuk memberikan hasil bahwa

kemampuan dan sebuah perubahan dengan inovasi baru dapat merubah

perekonomian keluarganya serta para petani di desa Ngringinrejo. Setelah

tanaman belimbing tersebut berumur kurang lebih 3-4 tahun, tanaman

belimbing tersebut mulai menampakkan hasil, mulai berbuah dan dapat

dipanen.Ternyata hasilnya lebih dari hasil tanaman palawija yang selama

ini ditanam, buah belimbing tersebut bisa menghasilkan 2 kali bahkan 3

kali lipat dari tanaman yang ditanamdilahan sebelumnya. Satu persatu

para petani di kelompok tani ternyata mulai tertarik dengan tanaman

belimbing yang ditanamtersebut dan hingga saat ini luas awalnya dari

18,5 hektar, naik 19,3, hingga 20 hektar.Belimbing menjadi tanaman

unggulan di Desa Ngringinrejo, dan saat ini petani belimbingberjumlah

104 orang petani. (Arfani, 2016).

Inovasi yang telah berhasil dilakukan oleh salah satu tokoh masyarakat

desa hampir seluruh warganya berprofesi sebagai petani belimbing. Yang

mana hasil menjajikan juga dihasilkan dari buah belimbing disetiap panen

berlangsung menghasilkan buah yang berukuran besar, menjadikan buah

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

4

belimbing ini sebagai salah satu hasil pertanian yang menjanjikan. Apalagi

diperkuat dengan kelompok tani khusus petani blimbing yang bertujuan

supaya semakin terjaga kualitasnya dan semakin tinggi untuk menjunjung

tinggi produk lokal. Menurut Scott sedikitnya ada empat karakteristik

utama dalam masyarakat petani, yaitu satuan rumah tangga (keluarga)

petani adalah satuan dasar dalam masyarakat yang berdimensi ganda,

petani hidup dari usaha tani dengan mengolah tanah, pola kebudayaan

petani berciri tradisional & khas dan petani menduduki posisi rendah

dalam masyarakat sebagai “wong cilik” (orang kecil) terhadap level

masyarakat di atas desa. (Scott, 1993: 322).

Inovasi sendiri merupakan suatu gagasan, praktek, atau benda yang

dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan

dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian

orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Semuanya tergantung

apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau

benda tersebut.Secara sosiologis inovasi dapat dikomunikasikan melalui

berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.

Sistem soial inilah yang merupakan wujud utama terbentuknya suatu

perubahan yang dapat diterima oleh masyarakat, karena sistem sosial

merupakan satu set unit yang saling berhubungan dalam pemecahan

masalah untuk suatu tujuan yang didalamnya ada struktur sosial,

individu/kelompok, dan norma-norma yang berlaku didalamnya. (Rogers,

1983: 5-6).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

5

Tumbuhnya inovasi ini menunjukan bahwa masyarakat itu harus

tunduk dan patuh pada hal yang sudah ada, kalupun ada hal pembaruan

atau sebuah inovasi baru harus menjajaki, yang utama pada kemampuan

seseorang yang akan dianut dalam melakukan inovasi baru, sebab segala

sesuatu yang berubah sangat berpengsruh pada setiap kondisi ekonomi,

sosial, dan budaya yang ada. Ini termasuk tantangan perubahan pertanian

yang berubah total terjadi di Desa Ngringinrejo, kekawatiran umum oleh

masyarakat yang berprofesi sebagai petani yaitu perubahan iklim sering

terjadi gagal panen penurunan kesuburan lahan dankelayakan tenaga kerja

pertanian. Namun tantangan seperti ini dapat tercapai melalui

prosesinovasi yang tersebar sampai terwujudnya sentra belimbing.Suatu

hal baru dalam pertanian belimbing ini banyak diketahui, diterima dan

digunakan/diterapkan, dilaksanakan oleh sebagian besar warga

masyarakat, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-

perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya

perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga

masyarakat yang bersangkutan. Sehingga perlu diketahui untuk

menemukan proses penyebaran inovasi yang dilakukan dalam

pengembangan sampai terwujudnya sentra belimbing di Desa

Ngringinrejo.

1.2 Rumusan Masalah

Selama ini inovasi petani yang bergerak dan berubah dari petani

palawija ke petani belimbing inilah yang menjadi hal yang menarik atas

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

6

proses inovasi berlangsung, Inilah penyebaran inovasi menarik untuk

diketahui, yang berangkat dari satu orang individu sampi, menyebar ke

masyarakat, sampai terbentuknya sentra belimbing, Sehingga sangat

menarik diambil berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan

yang diangkat adalah “Bagaimana proses penyebaran inovasi dalam

pengembangan sentra belimbing di Desa Ngringinrejo Kecamatan

Kalitidu Kabupaten Bojonegoro?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalahuntuk mengetahui proses penyebaran inovasi dalam pengembangan

sentra belimbing di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu Kabupaten

Bojonegoro.

1.4 Manfaat Penelitian

Pada suatu penelitian atau karya ilmiah tentunya memiliki maksud dan

tujuan dalam proses penulisannya. Hal tersebut kemudian diharapkan

dapat memberi manfaat baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk

semua pihak yang berkepentingan.

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini nantinya dapat menjadi landasan

untuk mengembangkan dan memperkuat teori-teori sosiologi yang

digagas oleh Everett M. Rogers mengenai difusi Inovasi.Selain itu

juga kajian mengenai sosiologi pedesaan menyangkut pola pikir

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

7

masyarakat petani dalam kaitannya tentang inovasi baru secara

sosiologis dalam penyebaran dan penerimaannya.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan refrensi baru yang

dapat menunjang keilmuan melalui perspektif akademis,

mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan

dan penyebaran inovasi dalam masyarakat petani.

b. Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi

masyarakat mengenai pola penyebaran inovasi baru yang

terjadi di pedesaan dan proses inovasi itu diterima dalam

bentuk sentra pertanian belimbing.

c. Manfaat Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi khusus

bagi pemerintah di daerah manapun di Indonesia khususnya di

Bojonegoro sebagai upaya agar pemerintah selalu mendukung

inovasi baru yang berpotensi dari awal yang ada di masyarakat.

1.5 Definisi Konsep

Merupakan unsur pokok penelitian, definisi dari apa yang perlu kita

analisis dan pengertian yang jelas dari istilah dan judul. Agar memperoleh

kejelasan tentang arti dari penelitian ini yang memberikan arahan dan

ruang lingkup penelitian sehingga mempermudah dalam mengadakan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

8

penelitian, untuk itu dapat digunakan beberapa definisi konsep untuk

batasan-batasan atau definisi konsep secara jelas.

1. Proses

Proses merupakan suatu kegiatan atau aktivitas secara terus-

menerus yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Setiap

langkah yang dimulai dari saat menciptakan informasi sampai saat

informasi itu dipahami, merupakan proses-proses di dalam rangka

proses komunikasi. (Liliweri, 1997: 142).

2. Penyebaran Inovasi

Sebagai proses dikomunikasikannya inovasi (ide baru) melalui

saluran tertentudiantara para anggota sistem sosial.Inovasi

merupakan suatu gagasan, praktek, atau benda yang

dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok

masyarakat.Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide,

praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada

sebagian yang lain. Semuanya tergantung apa yang dirasakan oleh

individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.

(Rizal, 2012: 133).

3. Pengembangan

Menurut Alkadri yang dimaksud dengan pengembangan adalah

kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat dilakukan

dengan apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup. Kata

pengembangan identik dengan keinginan menuju perbaikan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

9

kondisi disertai kemampuan untuk mewujudkannya. (Alkadri dkk,

2001: 8). Sementara Budiharsono dalam Ghufronmengartikan

pengembangan merupakan suatu proses untuk mengubah potensi

yang terbatas sehingga mempengaruhi timbulnya potensi yang

baru, dalam hal ini termasuk mencari peluang yang ada dalam

kelompok-kelompok yang berbeda yang tidak semuanya

mempunyai potensi yang sama. (Ghufron, 2008: 20-21).

4. Sentra

Sentra adalah bagian dari kawasan yang memiliki ciri tertentu

dimana didalamnya terdapat kegiatan produksi suatu jenis produk

pertanian unggulan dan merupakan area yang lebih khusus untuk

suatu komoditas dalam kegiatan ekonomi yang telah membudaya

yang ditunjang oleh prasarana dan sarana produksi untuk

berkembangnya produk tersebut.Seperti kawasan pertanian

unggulan di suatu daerah ada jenis buah apel, strawberry, mangga,

belimbing, dsb. (Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM

Pertanian, 2014).

1.6 Metode Penelitian

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang

mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah

suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode.

Sehingga metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

10

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi dan

penggunaan kerangka penafsiran/teoritis yang membentuk dan

mempengaruhi studi tentang permasalahan riset yang terkait

dengan makna yang dikenal oleh individu atau kelompok pada

suatu permasalahan sosial. (Creswell, 2013: 58-59). Penelitian

kualitatif mencoba mengerti makna suatu kejadian peristiwa

dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang dalam

situasi/fenomena tersebut. (Yusuf, 2014: 328).

1.6.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah

fenomenologi. Fenomenologi untuk mendeskripsikan

pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap berbagai

pengalaman hidup terkait pengalaman dan konsep. Tujuan

utama dari fenomenologi adalah untuk mereduksi pengalaman

individu pada fenomena menjadi deskripsi tentang esensi atau

intisari universal. Tujuan peneliti kualitatif untuk

mendeskripsikan fenomena pengalaman hidup manusia.

Fenomenologi memiliki komponen filosofis yang kuat. Asumsi

filosofis berpijak pada studi tentang pengalaman hidup bahwa

pengalaman bersifat sadar. (Creswell, 2013: 105).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

11

Fenomenologi berusaha menangkap dan memahami

suatu fenomena berserta konteks yang khas dan unik dipahami

oleh individu hingga tataran keyakinan individu yang

bersangkutan. Fenomenologi memfokuskan pada konsep suatu

fenomena untuk memahami suatu arti dari suatu pengalaman

individual yang berkaitan dengan suatu fenomena tertentu.

(Chony, Djunaidi, M, dan Almanshur, Fauzan, 2012: 57).

Fenomenologi sosial menurut Scutz, dunia kehidupan

merupakan sesuatu yang terbagi, merupakan dunia budaya

yang sama. Kepercayaan dunia kehidupan berdasarkan tifikasi,

asumsi, dan penegatahuan yang diterima begitu saja melalui

interpretasi dan klasifikasi seseorang terhadap orang lain dalam

kehidupan sehari-hari. individu yang melukiskan pengalaman

untuk memahami orang lain dalam dunia kehidupan. Bagi

Scutz dunia kehidupan merupakan sebuah dunia yang berbeda

dengan apa yang biasanya diketahui oleh ilmuan. Dunia

kehidupan kita sehari-hari tidak akan dijumpai dalam buku

ilmiah.

Bagi Scutz setiap interaksi melibatkan proses

pengiriman sinyal kepada orang lain dan hal itu tidak akan

dipertanyakan mengenai asumsi bahwa masing-masing yang

berinteraksi mempunyai pandangan yang sama terhadap

realitas yang terjadi. Scutz menekan pada interpretasi tindakan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

12

yang unik bagi setiap orang tetapi tergantung pada kategori

kolektif yang disebut sebagai tipifikasi. Orang yang

berkomunikasi hanya dengan perpijak pada asumsi bahwa

dirinya memiliki makna yang sama dan kemudian

mengasosiasikan untuk mendapatkan saling pengertian dan

persetujuan kompehensif. Scutz juga membedakan dua motif

yaitu, motif dalam kerangka untuk yang berkaitang dengan

alasan seseorang melakukan sesuatu tindakan sebagai usaha

menciptakan situasi dan kondisi yang diharapkan dimasa yang

akan datang, dan motif karena, yang merupakan pandangan

restropektif terhadap faktor yang menyebabkan seseorang

melakukan tindakan tertentu. (Haryono, 2013: 145).

Tujuan fenomenologi adalah mendorong kita untuk

menyadari dan mempelajari serta mengontrol apa yang sedang

dilakukan dan membentuk kehidupan sosial. Sekalipun

manusia tidak memiliki kontrol sosial akan tetapi sanggup

dalam memilih proyek hidupnya. Karena setiap individu

memiliki stock of knowladge. Maka fenomenologi harus dapat

memisahkan kehidupan sehari-hari dengan objeknya yang

diteliti. Banyak gagasan Scutz yang menyingung penjelasan

tentang kehidupan sehari-hari (comon sense). Comon sense

merupakan lambang yang terorganisasi dari pengetahuan yang

diterima begitu saja dari aktivitas kita yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

13

mempertanyakanya. (Susilo, 2008: 156). Terdapat ciri yang

khas dalam studi fenomenologi yang didasari pada ilmu

humoria diantaranya:

a. Penekanan pada fenomena yang hendak dieksploitasi

berdasarkan sudut pandang konsep atau ide tunggal.

b. Eksplorasi fenomena pada kelompok individu yang

semuanya telah mengalami fenomena tersebut.

c. Pembahasan filosofis tentang ide dasar yang dilibatkan dalam

studi fenomenologi.

d. Pada sebagian bentuk fenomenologi, peneliti menggurung

dirinya diluar dari studi tersebut dengan membahas

pengalaman pribadi dengan fenomena tersebut.

e. Prosedur pengumpulan data secara khas melibatkan

wawancara terhadap individu yang telah mengalami

fenomena tersebut.

f. Analisa data yang megikuti prosedur sistematika yang

bergerak dari satuan analisis yang sempit menuju satuan

yang luas kemudian menuju deskripsi yang detail

merangkum unsur “apa” yang dialami oleh individu dan

bagaimana mereka mengalaminya”.

g. Fenomenologi diakhiri dengan bagian deskripsi yang

membahas esensi dari pengalaman yang dialami oleh

individu tersebut dengan melibatkan “apa” yang telah mereka

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

14

alami dan “bagaimana” mereka mengalaminya. Esensi atau

intisari adalah aspek puncak dari studi fenomenologi.

(Creswell, 2013: 106).

1.6.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kawasan Agrowisata Belimbing

di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu Kabupaten

Bojonegoro. Lokasi penelitian dilakukan di Kawasan

Agrowisata belimbing karena tempat tersebut sebagai tempat

petani mengolah lahan pertaniannya, berdagang jual beli

belimbing, dan pusat masyarakat desa petani berkumpul.

1.6.4 Subjek Penelitian

Subyek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang

akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama

proses penelitian. Penentuan subjek penelitian dengan

menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbang

tertentu. (Arikunto, 2010: 183). Misalnya orang tersebut

dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau

mungkin sebagai penguasa sehingga memudahkan untuk

menjelajahi objek atau situasi sosial yang ingin ditelitili.

(Sugiyono, 2012: 210).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

15

Subjek penelitian yang dipilih adalah pelaku proses

penyebaran inovasi dalam pengembangan sentra belimbing,

dengan kararteristik dipilih berdasarkan:

1. Tokoh masyarakat penggerak inovasi

2. Penerima inovasi berdasarkan jenis kelamin

3. Pekerjaan sebagai petani belimbing

4. Bertempat asli di Desa Ngringinrejo

Alasan peneliti mengambil informan tersebut untuk

mendapatkan data berkaitan dengan proses penyebaran inovasi

dalam pengembangan sentra belimbing di Desa Ngringinrejo.

1.6.5 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data penelitian diperoleh secara

langsung sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer

merupakan data dari sumber yang asli dikumpulkan secara

khusus untuk menjawab penelitian. Data primer yang

didapat dengan melakukan observasi/pengamatan terus

menerus. Data primer juga didapatkan melalui hasil

wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang

diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung atau meliputi

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

16

media perantara. Data sekunder dapat berupa catatan-

caratan penunjang, literatur, buku-buku perpustakaan,

jurnal, dokumenresmi. Data sekunder penelitian ini

menggunakan literatur buku, jurnal ilmiah, dan penelitian

terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian.

1.6.6 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang

sistematis terhadap gejala yang diteliti. Observasi teknik

penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian,

direncanakan, dan dicatat secara sistematis. (Usaman &

Akbar, 2000:52). Observasi dalam penelitian ini ialah

untuk mengetahui kondisi wilayah tempat penelitian di

Agrowisata Belimbing di Desa Ngringinrejo.

Observasi awal pada tanggal 31 Desember 2016 ke

Agrowisata Belimbing Ngringinrejo, bertemu dengan

inovator utama sebagai penggerak awal inovasi sentra

belimbing, yang sedang melakukan jual beli hasil

perkebunan buah belimbing di tempat beliau berdagang.

Hal ini dapat menguatkan bahwa penyebaran inovasi dapat

diterima, sampai dijadikan sentra belimbing oleh

masyarakat Desa Ngringrinrejo.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

17

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang

diperoleh dari kutipan langsung dari orang-orang tentang

pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuannya.

(Suyanto & Sutinah, 2005: 186). Kemudian wawancara

yang dilakukan adalah wawancara bebas dengan metode

wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara Tanya Jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan terlibat dalam kehidupan

sosial yang relatif sama. Dengan demikian, kekhasan

wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam

kehidupan sosial.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ialah

mewawancarai orang-orang yang terlibat dalam proses

penyebaran inovasi dalam pengembangan suatu sentra

belimbing di Desa Ngringinrejo.Wawancara dilakukan

terstrukstur dan tidak terstruktur, serta pertanyaan mengalir

sesuai dengan topik pembicaraan yang dilakukan.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah beralu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, catatan harian, gambar

foto, dan sejarah kehidupan. (Sugiyono, 2012: 193). Dalam

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

18

penelitian dokumentasi diperoleh dari hasil berupa foto

ritual, video dan rekaman suara, yang di dapatkan dari

penelitian proses penyebaran inovasi dalam pengembangan

sentra bemibing di Desa Ngringinrejo.

1.7 Teknik Analisa Data

Bogdan dan Taylor dalam Lexy mendefinisikan analisis data sebagai

proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan

merumuskan hipotesis kerja ide seperti yang disarankan oleh data dan

sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja

itu. (Lexy, 2014: 280). Analisa data menggunakan model Interaktif Miles

dan Herberman yang terdiri dari tahapan:

1. Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang

diperoleh dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan

perumusan masalah dan tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data

ini peneliti mengumpulkan data yang terkait dengan judul penelitian.

Pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen

atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan

proses pengumpulan data dapat dilakukan. Pengumpulan data tentang

penyebaran inovasi dalam pengembangan sentra belimbing di Desa

Ngringinrejo.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

19

Aktivitas-aktivitas Pengumpulan Data

Sumber: Creswell, W, John, hlm 207

Aktivitas-aktivitas pengumpulan data dengan menggunakan pendekatan

fenomenologi diantaranya:

a. Mempelajari beragam individu yang mengalami beragam

fenomena.

b. Menemukan persoalan yang ada di masyarakat yang

mengalaminya.

c. Informasi dikumpulkan dengan melakukan wawancara.

d. Wawancara dilakukan dengan individu yang sama.

e. Pengumpulan data dilakukan dengan pengurungan pengalaman

peneliti logistik wawancara.

f. Informasi yang didapatkan disimpan dalam transkrip file komputer.

(Creswell, 2013: 210).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

20

2. Reduksi Data

Redukasi data menunjuk pada proses pemilihan, pemfokusan,

penyederhanaan, pemisahan, dan pentransformasian data “mentah”.

Redukasi data adalah bentuk analisa yang mempertajam, memilih,

memfokus akhir dapat digunakan dan diverifikasikan.

3. Data Display

Kumpulan informasi yang telah tersusun yang membolehkan

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data dalam

bentuk teks naratif dan kejadian atau peristiwa itu terjadi di masa

lampau.Display disajikan dalam subbab berkaitan dengan data hasil

wawancara.

4. Kesimpulan/ Verifikasi

Penarikan kesimpulan dalampenelitian bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Proses penarikan

kesimpulan dimaksudkan untuk menganalisis, mencari makna dari

data sehingga dapat ditemukan tema pola hubungan. Dalam reduasi

data ini tidak diperbolehkan validitas dari penelitian tersebut dengan

cara membandingkan sumber data yang digunakan dalam penelitian

itu sendiri. (Sugiyono, 2012: 245).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

21

Model Interaktif Miles dan Huberman

S

S

Sumber: Husaini Usman & Purnomo Setiady, 2009: 88

5. Validitas Data

Pembuktian validitas data penelitian ditentukan oleh kredibilitas

temuan dan interpretasinya dengan mengupayakan temuan dan

penafsiran yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang senyatanya dan

disetujui oleh subjek penelitian. Kondisi diatas dapat dipenuhi dengan

cara memperpanjang observasi, pengamatan yang terus menerus,

triangulasi, dan membicarakan hasil temuan dengan orang lain, dan

menggunakan bahan refrensi. Sedangkan reabilitas dapat dilakukan

dengan pengamatan sistematis, berulang, dan dalam situasi yang

berbeda.

Penelitian ini digunakan triangulasi sumber yang artinya

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan :

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/44212/2/jiptummpp-gdl-azisindraw-48259-2-babi.pdf · mempertajam kemampuan analisis kajian sosiologi pedesaan dan penyebaran

22

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapatdan pandangan orang seperti rakyat biasa,

orang yang berpendidikan menengahatau tinggi, orang berada,

orang pemerintahan. Membandingkan hasil wawancaradengan

isi suatu dokumen yang berkaitan. (Lexy, 2014: 330).