BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/47379/2/BAB I.pdf · sumbangan bagi...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/47379/2/BAB I.pdf · sumbangan bagi...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Desa merupakan masyarakat yang memiliki hubungan
lebih erat dan hidup secara berkelompok dengan dasar kekeluargaan. Sebagian
besar masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakat desa mempunyai
sifat homogen seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan
sebagainya. Oleh karena mempunyai kebiasaan dan pola berpikir yang sama,
masyarakat pedesaan identik dengan pola gotong royong dalam mewujudkan
suatu keinginan bersama.
Karakteristik masyarakat pedesaan yang hidup secara gotong royong
menjadikan masyarakat mempunyai ikatan batin yang cukup kuat sesama
warga desa. Masyarakat bukan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian
individual yang masing-masing berdiri sendiri melainkan adalah usaha
sekolompok manusia untuk memelihara relasi-relasi sehingga menghasilkan
timbal balik yang baik.
Relasi yang baik bisa dilihat dari keterlibatan peran setiap anggota
masyarakat dalam pengembangan sebuah desa. Peran masayarakat desa
merupakan aspek dinamis yang melekat pada individu. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
telah menjalankan sebuah peran.
Peran masyarakat dalam pengembangan desa menjadi penting karena
jika ditarik lebih luas, peran masyarakat mempunyai makna bagaimana
2
mereka terlibat dalam perubahan sosial yang memungkinkan mereka
mendapatkan bagian keuntungan dari kelompok yang berpengaruh (arnstein,
1969:216). Selain itu, salah satu agenda prioritas dalam pengembangan desa
dari pemerintah melalui kementerian pariwisata adalah menetapkan sebuah
program yaitu desa wisata. Inskeep (1991:25) mengungkapkan bahwa desa
wisata merupakan bentuk pariwisata, dimana sekelompok kecil wisatawan
tinggal didalam atau didekat kehidupan tradisional atau di desa-desa terpencil
dan mempelajari kehidupan desa dan lingkungan setempat.
Pariwisata sendiri merupakan suatu kegiatan yang secara langsung
menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak
terhadap masyarakat lokal setempat. Efek penggandaan (Multiplier Effect) dari
industri pariwisata akan menggerakkan industri-industi lain yang menjadi
pendukungnya. Komponen utama industri pariwisata adalah daya tarik wisata
berupa destinasi dan atraksi wisata. Sementara komponen pendukungnya
mencakup industri-industri dalam bidang transportasi, penginapan (homestay)
kuliner, perbankan, atau bahkan manufaktur. Bagi masyarakat yang berada
disekitaran kawasan wisata dapat memafaatkannya untuk membuka usaha baru
yang menguntungkan.
Pentingnya partisipasi seluruh elemen masyarakat termasuk
masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata tertera dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana induk
pembangunan kepariwisataan nasional tahun 2010–2025, dalam peraturan
tersebut disebutkan bahwa “Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara
3
individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian,
dan kesejahteraan melalui kegiatan kepariwisataan.
Pengembangan pariwisata memiliki tujuan untuk menciptakan
masyarakat yang makmur dikawasan wisata. Menurut Joyosuharto (2005, 67),
pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi yaitu; (1) menggalakkan
ekonomi; (2) memelihara kepribadian bangsa, kelestarian fungsi dan mutu
lingkungan hidup; (3) memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa. Proses
pembangunan sendiri pasalnya tidak bisa terlepas dari dampak perubahan
yang terjadi. Didukung pendapat Hasanah kesiapan masyarakat terhadap
perubahan yang akan terjadi, dilihat dari sikap menerima atau menolak
pembangunan pariwisata (Hasanah, 2004:143).
Agenda prioritas pengembangan desa dalam program desa wisata
adalah salah satu cara menarik wisatawan bukan hanya fokus pada aspek
hiburan, akan tetapi didalam konsep desa wisata dimasukkan juga aspek
pendidikan, budaya lokal dan pengembangan kreativitas.
Desa wisata menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR) dalam Hadiwijoyo
merupakan (Hadiwijoyo, 2012:68)
“Suatu kawasan perdesaan yang menawarkan keseluruhan suasana
yang mencerminkan keaslian perdesaan baik dari kehidupan sosial
ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki
arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau
kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai
potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen
kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, makanan-minuman,
dan kebutuhan wisata lainnya.”
Menurut Soekarya potensi obyek wisata baik yang bernuansa alam
maupun budaya pada umumnya berada di pedesaan, seiring dengan
keberadaan masyarakat Indonesia yang sebagian besar berada di pedesaan
4
(Soekarya, 2011:89). Oleh karena itu, berbagai potensi daya tarik obyek
wisata dikembangkan agar masyarakat mendapat manfaat sebesar-besarnya
terkait potensi desa yang ada dengan menjadikannya kawasan desa wisata.
Masyarakat di pedesaan yang telah merasakan manfaat dari kunjungan
wisatawan ke daerahnya, tentu akan berusaha menjaga lingkungan untuk tetap
lestari bahkan meningkatkan kualitasnya. Dengan demikian, maka melalui
pengembangan desa wisata, lingkungan alam dan budaya setempat akan terjaga
kelestarian dan kualitasnya, karena masyarakat akan berusaha menjaga dan
memelihara lingkungannya untuk tetap lestari bahkan meningkat kualitasnya.
Salah satu kawasan wisata yang menarik adalah Desa Wisata Pujon
Kidul. Kawasan ini dijadikan wisata karena keindahan alamnya. Secara
administratif kawasan wisata ini terletak di Desa Pujon Kidul Kecamatan
Pujon Kabupaten Malang. Tujuan utama dibuatnya Desa Wisata Pujon Kidul
adalah sebagai sarana edukatif bagi masyarakat (pujonkidul.desa.id).
Desa Wisata Pujon Kidul dikelilingi oleh perbukitan yang menjadikan
udara di desa ini cukup sejuk, ditambah dengan banyaknya sawah warga
sehingga banyak lokasi strategis untuk penikmat fotografi yang dapat
digunakan pengunjung untuk menikmati pemandangan dan bersantai, seperti
di kafe sawah (pujonkidul.desa.id).
Desa Pujon Kidul merintis untuk menjadi destinasi wisata dimulai dari
tahun 2012, dimana potensi yang ada di sekitar masyarakat desa dikemas
untuk dijadikan atraksi wisata, mulai dari alam, budaya, pertanian,
peternakan, dan kearifan lokal yang sudah menjadi budaya di Desa Pujon
Kidul (pujonkidul.desa.id).
5
Desa Wisata Pujon Kidul diresmikan pada tahun 2014 dan melibatkan
masyarakat dalam bentuk usaha pengembangan desa wisata. Pengembangan
desa wisata ditunjukkan dengan pembangunan fasilitas dan infrastruktur
pariwisata, partisipasi keterampilan dan kemahiran berupa edukasi pertanian,
peternakan, pembuatan makanan khas, pengelolaan outbond, pembuatan
paket wisata, penyediaan homestay, dan penyediaan pemandu lokal, seta
partisipasi harta benda dengan penerapan sapta pesona (Prabowo, Septiofera,
Djamhur, 2016).
Di Desa Pujon Kidul para wisatawan dapat menikmati atraksi wisata
yang menggabungkan wisata edukasi peternakan, pertanian, dan olahan
makanan dari masyarakat. Setiap akhir pekan jumlah pengunjung bisa
mencapai 3.000 dan pada hari kerja sekitar 500 pengunjung (beritatagar,
2018).
Selain wisata alam seperti kafe sawah, Desa Pujon kidul juga mempunyai
sebuah tempat yang disebut Kampung Susu, dimana wisatawan dapat melihat
peternakan sapi dan proses pemerahan susu. Selain itu, terdapat dusun yang
warganya fokus pada budidaya tanaman toga, sehingga disebut Kampung Toga.
Bagi pengunjung yang menginginkan wisata petik buah, di Desa Wisata Pujon
Kidul terdapat wisata petik buah yang terdapat di Kampung Markisa, Apel dan
Jambu Merah Faktor lain yang juga sebagai penunjang desa wisata Pujon Kidul
sebagai kawasan yag dijadikan tujuan wisata antara lain adalah fasilitas-fasilitas
seperti sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan juga akomodasi.
Berbagai fasilitas tersebut akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam
melakukan kegiatan wisata.
6
Pada saat ini pengembangan desa wisata terus dilakukan dan
diperbarui oleh Pemerintah Desa Pujon Kidul, rencana pengembangan yang
akan dilakukan dengan pembangunan penginapan. Hingga saat ini sudah
terdapat 55 penginapan, dan rencananya akan dibuat hingga 100 penginapan
lagi. Pada perencanaan yang telah dilakukan Pemerintah Desa berupaya
mengikutsertakan peran masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Pujon
Kidul.
Luas wilayah Desa Pujon Kidul adalah 486 hektar dengan jumlah
penduduk sebesar 4133 yang tersebar kedalam 3 Dusun, yakni Dusun Krajan,
Dusun Maron, dan Dusun Tulungrejo. Penduduk yang bekerja menurut mata
pencaharian adalah 721 di bidang peternakan, 81 jiwa sebagai pedagang dan 8
jiwa sebagai PNS, 2 jiwa sebagai buruh pabrik, 1016 sebagai buruh tani, 34
buruh bangunan, 22 jiwa bergerak dibidang jasa serta 34 jiwa dalam
kategorinya lainnya. Sehingga jika dijumlah keseluruhan masyarakat pujon
kidul yang bekerja sebanyak 1834 jiwa pada tahun 2017. Penduduk Desa
Pujon Kidul yang belum mendapatkan pekerjaan didominasi oleh para pemuda
desa. Kondisi sosial budaya masyarakat masih berpendidikan rendah, yaitu
lulusan SMA/ Sederajat hanya 248 orang sedangkan lulusan SD atau sederajat
berjumlah 2331 (BPS Kabupaten Malang, 2018).
Pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul membutuhkan peran
masyarakat secara aktif dan sistematis. Peran masyarakat ini meliputi
pemahaman tentang strategi pengembangan yang dilakukan serta dukungan
yang dilakukan dalam pengembangan sepeti ikut serta dalam proses
perencanaan, proses pembangunan serta monitoring dan evaluasi. Tanpa peran
7
aktif masyarakat, pengembangan tidak akan berjalan dengan baik. Oleh sebab
itu, penelitian ini berusaha menggambarkan langkah-langkah yang dilakukan
oleh masyarakat dan pemahamannya mengenai langkah-langkah tersebut,
serta menjelaskan hambatan-hambatan yang terjadi pada perannya dalam
pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
1. Mengapa membutuhkan peran badan usaha milik desa dalam
pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul?
2. Bagaimana strategi Badan Usah Milik Desa untuk mendapatkan peran
serta masyarakat?
3. Bagaimana Kesepakatan antara badan usaha milik desa dengan
Masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata?
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Pentingnya Peran badan usaha milik desa dalam pengembangan Desa
Wisata Pujon Kidul.
2. Strategi yang dilakukan Badan Usaha Milik Desa untuk medapatkan
sumbangsih peran dari masyarakat.
3. Kesepakatan antara Badan Usaha Milik Desa dengan Masyarakat
dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan bermanfaat untuk memberikan
sumbangan bagi pengembangan konsep ilmu sosiologi pariwisata dan sosiologi
pembangunan melalui basis teori struktural fungsional yang menekankan pada
masyarakat yang saling terintegrasi satu sama lain khususnya dalam menganalisis
peran masyarakat dan pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat (petani, peternak, seluruh pihak)
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat Desa Pujon
Kidul agar memahami betapa pentingnya peran anggota masyarakat baik
itu petani, peternak dan seluruh pihak untuk dapat mengembangakan
Desa Wisata Pujon Kidul.
b. Bagi Pemerintah Desa Pujon Kidul
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah Desa Pujon
Kidul dalam membuat kebijakan mengenai pembangunan kawasan
wisata dan pemberdayaan masyarakat di sekitar Desa Wisata Pujon
Kidul. Selain itu, sebagai bahan acuan pengelolaan Desa Wisata yang ada
di Kabupaten Malang.
1.5 Definisi Konsep
1.5.1 Peran
Menurut Soekanto peran adalah proses dinamis kedudukan (status).
Dalam sebuah organisasi setiap orang memiliki berbagai macam karakteristik
9
dalam melaksanakan tugas, kewajiban atau tanggung jawab yang telah
diberikan oleh masing-masing organisasi atau lembaga (Soekanto, 2009).
Tugas-tugas tersebut merupakan batasan seseorang untuk melaksanakan
pekerjaan yang telah diberikan berdasarkan peraturan-peraturan dari
organisasi atau lembaga tersebut agar segala pekerjaan dapat tertata rapi dan
dapat dipertanggungjawabkan oleh setiap pegawainya.
Menurut Syani peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang
dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajiban sesuai
dengan status yang dimilikinya (Syani, 2012:67). Seseorang dapat dikatakan
berperanan jika ia telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
status sosialnya dalam masyarakat. Jika seseorang memiliki status sosial
tertentu dalam kehidupan masyarakat, maka selanjutnya ada kecenderungan
akan muncul suatu harapan-harapan baru. Melalui harapan-harapan ini
seseorang seseorang kemudian akan bersikap dan bertindak atau berusaha
untuk mencapainya dengan usaha dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena
itu, peran dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan harapan yang terencana
sseorang yang memiliki status tertentu dalam masyarakat.
1.5.2 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk
mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya
pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang
berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan
pengembangan pariwisata. (Swarbrooke 1996;99).
10
1.5.3 Desa Wisata
Menurut Wiendu (1993:2-3), desa wisata merupakan suatu bentuk
integrasi antaraatraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan
dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara
dan tradisi yang berlaku. Desa wisata biasanya memiliki kecenderungan
kawasan pedesaan yang memiliki kekhasan dan daya tarik sebagai tujuan
wisata. Desa wisata menekankan pengembangan wisata berbasis masyarakat
lokal dan keindahan alam lokal.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif.
Menurut Zainal Arifin penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian
yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif di
lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulakan
terutama data kualitatif (Arifin, 2011:140).
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2009:6).
1.6.2 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian jenis deskriptif
yang memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
11
fakta-fakta yang ada dalam obyek penelitian dan gambaran tentang fenomena-
fenomena sebagai masalah atau kendala yang diselidiki dari lapangan sesuai
dengan permasalahan penelitian.
Penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif dapat menunjukkan kehidupan
masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsional organisasi, pergerakan sosial, dan
hubugan kekerabatan. (M. Djunaidi & Fauzan, 2012:147).
Jadi penelitian ini disajikan dengan deskripsi secara narasi dengan data
data yang telah didapat. Dengan menggunakan metode kualitatif ini tujuannya
adalah untuk menjelaskan secara mendalam tentang bagaimana peran
masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.
1.6.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Pujon Kidul Kabupaten
Malang. Alasan peneliti menjadikan Desa Wisata Pujon Kidul sebagai tempat
lokasi penelitian adalah karena Desa Pujon Kidul yang memiliki sumber daya
alam yang berpotensi untuk dijadikan wisata serta dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan ekonomis.
Setelah lokasi penelitian dipilih, peneliti juga memfokuskan pada satu
dusun yaitu Dusun Krajan yang memiliki destinasi wisata lebih banyak
dibandingkan dengan dusun yang lainnya.
1.6.4 Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan atau
informan (Tatang,1986:148). Subyek Penelitian dalam penelitian ini adalah
masyarakat desa Pujon Kidul dan Pemerintah Desa Pujon Kidul. Penentuan
12
sumber informan menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik
Purposive Sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan) yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kapasitas dan kapabelitas atau yang
kompeten/benar-benar dibidangnya ( Mahi, 2011:108).
Maka untuk menentukan subyek penelitian peneliti mempunyai
kriteria-kriteria khusus sebagai berikut:
1. Kepala Desa Pujon Kidul
2. Pengurus Badan Usaha Milik Desa Pujon Kidul.
3. Pengelola Kafe Sawah.
1.6.5 Sumber Data
a. Data Primer
Data yang didapatkan secara langsung oleh peneliti. Data primer
menurut Jonatahn Sarwono adalah data yang berasal dari sumber asli
atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun
dalam bentuk dokumenter. Data ini harus dicari melalui narasumber atau
dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek
penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan
informasi ataupun data (Sarwono. 2006:126)
Data primer dapat berupa data (catatan) hasil observasi dan data
hasil wawancara. Adapun data primer yang didapat dalam penelitian ini
yaitu hasil wawancara menggunakan panduan wawancara yang disusun
oleh peneliti guna mendapatkan data terhadap subyek penelitian di Desa
Pujon Kidul.
13
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat melalui dokumentasi
peneliti terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian, serta
data yang didapat dari media elektronik maupun cetak, literature, skripsi,
dan buku.
Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, peneliti
melakukan identifikasi melalui serangkaian pertanyaan yang telah
disusun yang pada intinya apakah data sekunder tersebut mampu
menyelesaikan masalah penelitian yang sedang dikerjakan peneliti.
1.6.6 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Menurut Nasution menyatakan bahwa metode observasi atau
pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap
kejadian, gejala, atau sesuatu (Sugiyono, 2006:13). Adapun observasi
ilmiah adalah perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala atau
sesuatu dengan maksud untuk menafsirkannya, mengungkapkan faktor-
faktor penyebabnya, dan menemukan kaedah-kaedah yang mengaturnya.
Sehingga menjadi data yang menjelaskan keadaan penelitian dengan
dukungan dokumentasi.
Observasi dilakukan dengan cara mencatat secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Peneliti melakukan
observasi secara tidak langsung (observasi non-participant). Observasi ini
dilakukan dengan mengamati Desa Wisata Pujon Kidul dari potensi yang
dapat dikembangkan, kelompok pengunjung yang datang, dukungan
14
masyarakat melalui rangkaian inovasi produk olahan sehingga bisa
menghasilkan nilai ekonomi, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang sudah tersedia, partispasi
masyarakat yang tergabung dalam badan usaha milik desa (Bumdes)
serta pola-pola tradisional interaksi masyarakat Desa Pujon Kidul
lainnya.
b. Wawancara
Menurut Esterberg wawancara merupakan pertemuan dua orang
untuk dapat bertukar informasi dan ide malalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,
2006:17).
Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur. Dalam
melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang telah disiapkan secara rinci
khususnya terkait bagaiman peran masyarakat dalam pengembangan Desa
wisata Pujon Kidul. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan
permaslahan secara lebih terbuka dengan meminta pihak yang diwawancarai
menjawab sesuai dengan fakta terkait dengan penelitian.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu (Sugiyono, 2006:244). Dokumen bisa berupa tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini berupa undang-undang, dokumen-
dokumen, peraturan-peraturan kebijakan, rekaman suara, dan foto-foto.
15
1.6.7 Keabsahan Data
Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah keberhasilan
mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk atau
keterpercayaan terhadap hasil dari data penelitian. Untuk memeriksa
keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Menurut sugiyono, triangulasi diartikan sebagai pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada.
1) Triangulasi
Menurut Moleong triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2011:22).
Triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran data dan
membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber lainnya.
Menurut Denzin ada empat macam triangulasi yaitu, triangulasi
sumber yang menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai
metode dan sumber perolehan data; triangulasi metode dilakukan dengan
cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi,
dan dokumentasi; triangulasi penyidik/antar peneliti dilakukan dengan
cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis
data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai
informasi yang digali dari subjek penelitian; dan triangulasi teori, hasil
akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi. Informasi
16
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan
untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan
yang dihasilkan. (Moleong, 2011:24).
2) Kecukupan Referensial
Kecukupan referensial yaitu, dengan memanfaatkan bahan-bahan
tercatat atau terekam sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan
analisis dan penafsiran data. Kecukupan referensial ini peneliti lakukan
dengan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian, baik
melalui literatur buku, arsip, catatan lapangan, foto dan rekaman yang
digunakan untuk mendukung analisis dan penafsiran data.
1.6.8 Analisis Data
Analisis data alam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Miles and Huberman (1984:12), menyatakan bahwa aktifitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam
analisis data yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
(Sugiyono,2012:246)
a. Reduksi Data
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang
akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.
Oleh karena itu, peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala
sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, itulah
17
yang akan dijadikan perhatian penliti dalam melakukan reduksi.
(Sugiyono, 2012:249).
b. Penyajian Data
Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merecanakan kerja selanjutnya, berdasarka apa yang
telah difahami tersebut. Melihat tampilan membantu kita membantu kita
memahami apa yang telah terjadi dan melakukan beberapa hal, analisis
lebih lanjut atau kehati-hatian mengenai pemahaman itu. “Looking at
displays help us to understand what is happening and to do something
further analysis or caution on that understanding”. Miles and Huberman
(1984;15)
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal yang akan dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data beriktnya. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Karena masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara
dan akan berkembang setelah peneliti turun lapang. (Sugiyono,
2012:246).