BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/47379/2/BAB I.pdf · sumbangan bagi...

17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Desa merupakan masyarakat yang memiliki hubungan lebih erat dan hidup secara berkelompok dengan dasar kekeluargaan. Sebagian besar masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakat desa mempunyai sifat homogen seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan sebagainya. Oleh karena mempunyai kebiasaan dan pola berpikir yang sama, masyarakat pedesaan identik dengan pola gotong royong dalam mewujudkan suatu keinginan bersama. Karakteristik masyarakat pedesaan yang hidup secara gotong royong menjadikan masyarakat mempunyai ikatan batin yang cukup kuat sesama warga desa. Masyarakat bukan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian individual yang masing-masing berdiri sendiri melainkan adalah usaha sekolompok manusia untuk memelihara relasi-relasi sehingga menghasilkan timbal balik yang baik. Relasi yang baik bisa dilihat dari keterlibatan peran setiap anggota masyarakat dalam pengembangan sebuah desa. Peran masayarakat desa merupakan aspek dinamis yang melekat pada individu. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menjalankan sebuah peran. Peran masyarakat dalam pengembangan desa menjadi penting karena jika ditarik lebih luas, peran masyarakat mempunyai makna bagaimana

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/47379/2/BAB I.pdf · sumbangan bagi...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Desa merupakan masyarakat yang memiliki hubungan

lebih erat dan hidup secara berkelompok dengan dasar kekeluargaan. Sebagian

besar masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakat desa mempunyai

sifat homogen seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan

sebagainya. Oleh karena mempunyai kebiasaan dan pola berpikir yang sama,

masyarakat pedesaan identik dengan pola gotong royong dalam mewujudkan

suatu keinginan bersama.

Karakteristik masyarakat pedesaan yang hidup secara gotong royong

menjadikan masyarakat mempunyai ikatan batin yang cukup kuat sesama

warga desa. Masyarakat bukan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian

individual yang masing-masing berdiri sendiri melainkan adalah usaha

sekolompok manusia untuk memelihara relasi-relasi sehingga menghasilkan

timbal balik yang baik.

Relasi yang baik bisa dilihat dari keterlibatan peran setiap anggota

masyarakat dalam pengembangan sebuah desa. Peran masayarakat desa

merupakan aspek dinamis yang melekat pada individu. Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia

telah menjalankan sebuah peran.

Peran masyarakat dalam pengembangan desa menjadi penting karena

jika ditarik lebih luas, peran masyarakat mempunyai makna bagaimana

2

mereka terlibat dalam perubahan sosial yang memungkinkan mereka

mendapatkan bagian keuntungan dari kelompok yang berpengaruh (arnstein,

1969:216). Selain itu, salah satu agenda prioritas dalam pengembangan desa

dari pemerintah melalui kementerian pariwisata adalah menetapkan sebuah

program yaitu desa wisata. Inskeep (1991:25) mengungkapkan bahwa desa

wisata merupakan bentuk pariwisata, dimana sekelompok kecil wisatawan

tinggal didalam atau didekat kehidupan tradisional atau di desa-desa terpencil

dan mempelajari kehidupan desa dan lingkungan setempat.

Pariwisata sendiri merupakan suatu kegiatan yang secara langsung

menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak

terhadap masyarakat lokal setempat. Efek penggandaan (Multiplier Effect) dari

industri pariwisata akan menggerakkan industri-industi lain yang menjadi

pendukungnya. Komponen utama industri pariwisata adalah daya tarik wisata

berupa destinasi dan atraksi wisata. Sementara komponen pendukungnya

mencakup industri-industri dalam bidang transportasi, penginapan (homestay)

kuliner, perbankan, atau bahkan manufaktur. Bagi masyarakat yang berada

disekitaran kawasan wisata dapat memafaatkannya untuk membuka usaha baru

yang menguntungkan.

Pentingnya partisipasi seluruh elemen masyarakat termasuk

masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata tertera dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana induk

pembangunan kepariwisataan nasional tahun 2010–2025, dalam peraturan

tersebut disebutkan bahwa “Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk

meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara

3

individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian,

dan kesejahteraan melalui kegiatan kepariwisataan.

Pengembangan pariwisata memiliki tujuan untuk menciptakan

masyarakat yang makmur dikawasan wisata. Menurut Joyosuharto (2005, 67),

pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi yaitu; (1) menggalakkan

ekonomi; (2) memelihara kepribadian bangsa, kelestarian fungsi dan mutu

lingkungan hidup; (3) memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa. Proses

pembangunan sendiri pasalnya tidak bisa terlepas dari dampak perubahan

yang terjadi. Didukung pendapat Hasanah kesiapan masyarakat terhadap

perubahan yang akan terjadi, dilihat dari sikap menerima atau menolak

pembangunan pariwisata (Hasanah, 2004:143).

Agenda prioritas pengembangan desa dalam program desa wisata

adalah salah satu cara menarik wisatawan bukan hanya fokus pada aspek

hiburan, akan tetapi didalam konsep desa wisata dimasukkan juga aspek

pendidikan, budaya lokal dan pengembangan kreativitas.

Desa wisata menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR) dalam Hadiwijoyo

merupakan (Hadiwijoyo, 2012:68)

“Suatu kawasan perdesaan yang menawarkan keseluruhan suasana

yang mencerminkan keaslian perdesaan baik dari kehidupan sosial

ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki

arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau

kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai

potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen

kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, makanan-minuman,

dan kebutuhan wisata lainnya.”

Menurut Soekarya potensi obyek wisata baik yang bernuansa alam

maupun budaya pada umumnya berada di pedesaan, seiring dengan

keberadaan masyarakat Indonesia yang sebagian besar berada di pedesaan

4

(Soekarya, 2011:89). Oleh karena itu, berbagai potensi daya tarik obyek

wisata dikembangkan agar masyarakat mendapat manfaat sebesar-besarnya

terkait potensi desa yang ada dengan menjadikannya kawasan desa wisata.

Masyarakat di pedesaan yang telah merasakan manfaat dari kunjungan

wisatawan ke daerahnya, tentu akan berusaha menjaga lingkungan untuk tetap

lestari bahkan meningkatkan kualitasnya. Dengan demikian, maka melalui

pengembangan desa wisata, lingkungan alam dan budaya setempat akan terjaga

kelestarian dan kualitasnya, karena masyarakat akan berusaha menjaga dan

memelihara lingkungannya untuk tetap lestari bahkan meningkat kualitasnya.

Salah satu kawasan wisata yang menarik adalah Desa Wisata Pujon

Kidul. Kawasan ini dijadikan wisata karena keindahan alamnya. Secara

administratif kawasan wisata ini terletak di Desa Pujon Kidul Kecamatan

Pujon Kabupaten Malang. Tujuan utama dibuatnya Desa Wisata Pujon Kidul

adalah sebagai sarana edukatif bagi masyarakat (pujonkidul.desa.id).

Desa Wisata Pujon Kidul dikelilingi oleh perbukitan yang menjadikan

udara di desa ini cukup sejuk, ditambah dengan banyaknya sawah warga

sehingga banyak lokasi strategis untuk penikmat fotografi yang dapat

digunakan pengunjung untuk menikmati pemandangan dan bersantai, seperti

di kafe sawah (pujonkidul.desa.id).

Desa Pujon Kidul merintis untuk menjadi destinasi wisata dimulai dari

tahun 2012, dimana potensi yang ada di sekitar masyarakat desa dikemas

untuk dijadikan atraksi wisata, mulai dari alam, budaya, pertanian,

peternakan, dan kearifan lokal yang sudah menjadi budaya di Desa Pujon

Kidul (pujonkidul.desa.id).

5

Desa Wisata Pujon Kidul diresmikan pada tahun 2014 dan melibatkan

masyarakat dalam bentuk usaha pengembangan desa wisata. Pengembangan

desa wisata ditunjukkan dengan pembangunan fasilitas dan infrastruktur

pariwisata, partisipasi keterampilan dan kemahiran berupa edukasi pertanian,

peternakan, pembuatan makanan khas, pengelolaan outbond, pembuatan

paket wisata, penyediaan homestay, dan penyediaan pemandu lokal, seta

partisipasi harta benda dengan penerapan sapta pesona (Prabowo, Septiofera,

Djamhur, 2016).

Di Desa Pujon Kidul para wisatawan dapat menikmati atraksi wisata

yang menggabungkan wisata edukasi peternakan, pertanian, dan olahan

makanan dari masyarakat. Setiap akhir pekan jumlah pengunjung bisa

mencapai 3.000 dan pada hari kerja sekitar 500 pengunjung (beritatagar,

2018).

Selain wisata alam seperti kafe sawah, Desa Pujon kidul juga mempunyai

sebuah tempat yang disebut Kampung Susu, dimana wisatawan dapat melihat

peternakan sapi dan proses pemerahan susu. Selain itu, terdapat dusun yang

warganya fokus pada budidaya tanaman toga, sehingga disebut Kampung Toga.

Bagi pengunjung yang menginginkan wisata petik buah, di Desa Wisata Pujon

Kidul terdapat wisata petik buah yang terdapat di Kampung Markisa, Apel dan

Jambu Merah Faktor lain yang juga sebagai penunjang desa wisata Pujon Kidul

sebagai kawasan yag dijadikan tujuan wisata antara lain adalah fasilitas-fasilitas

seperti sarana transportasi, telekomunikasi, kesehatan, dan juga akomodasi.

Berbagai fasilitas tersebut akan memudahkan para pengunjung desa wisata dalam

melakukan kegiatan wisata.

6

Pada saat ini pengembangan desa wisata terus dilakukan dan

diperbarui oleh Pemerintah Desa Pujon Kidul, rencana pengembangan yang

akan dilakukan dengan pembangunan penginapan. Hingga saat ini sudah

terdapat 55 penginapan, dan rencananya akan dibuat hingga 100 penginapan

lagi. Pada perencanaan yang telah dilakukan Pemerintah Desa berupaya

mengikutsertakan peran masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Pujon

Kidul.

Luas wilayah Desa Pujon Kidul adalah 486 hektar dengan jumlah

penduduk sebesar 4133 yang tersebar kedalam 3 Dusun, yakni Dusun Krajan,

Dusun Maron, dan Dusun Tulungrejo. Penduduk yang bekerja menurut mata

pencaharian adalah 721 di bidang peternakan, 81 jiwa sebagai pedagang dan 8

jiwa sebagai PNS, 2 jiwa sebagai buruh pabrik, 1016 sebagai buruh tani, 34

buruh bangunan, 22 jiwa bergerak dibidang jasa serta 34 jiwa dalam

kategorinya lainnya. Sehingga jika dijumlah keseluruhan masyarakat pujon

kidul yang bekerja sebanyak 1834 jiwa pada tahun 2017. Penduduk Desa

Pujon Kidul yang belum mendapatkan pekerjaan didominasi oleh para pemuda

desa. Kondisi sosial budaya masyarakat masih berpendidikan rendah, yaitu

lulusan SMA/ Sederajat hanya 248 orang sedangkan lulusan SD atau sederajat

berjumlah 2331 (BPS Kabupaten Malang, 2018).

Pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul membutuhkan peran

masyarakat secara aktif dan sistematis. Peran masyarakat ini meliputi

pemahaman tentang strategi pengembangan yang dilakukan serta dukungan

yang dilakukan dalam pengembangan sepeti ikut serta dalam proses

perencanaan, proses pembangunan serta monitoring dan evaluasi. Tanpa peran

7

aktif masyarakat, pengembangan tidak akan berjalan dengan baik. Oleh sebab

itu, penelitian ini berusaha menggambarkan langkah-langkah yang dilakukan

oleh masyarakat dan pemahamannya mengenai langkah-langkah tersebut,

serta menjelaskan hambatan-hambatan yang terjadi pada perannya dalam

pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah :

1. Mengapa membutuhkan peran badan usaha milik desa dalam

pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul?

2. Bagaimana strategi Badan Usah Milik Desa untuk mendapatkan peran

serta masyarakat?

3. Bagaimana Kesepakatan antara badan usaha milik desa dengan

Masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Pentingnya Peran badan usaha milik desa dalam pengembangan Desa

Wisata Pujon Kidul.

2. Strategi yang dilakukan Badan Usaha Milik Desa untuk medapatkan

sumbangsih peran dari masyarakat.

3. Kesepakatan antara Badan Usaha Milik Desa dengan Masyarakat

dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan bermanfaat untuk memberikan

sumbangan bagi pengembangan konsep ilmu sosiologi pariwisata dan sosiologi

pembangunan melalui basis teori struktural fungsional yang menekankan pada

masyarakat yang saling terintegrasi satu sama lain khususnya dalam menganalisis

peran masyarakat dan pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat (petani, peternak, seluruh pihak)

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat Desa Pujon

Kidul agar memahami betapa pentingnya peran anggota masyarakat baik

itu petani, peternak dan seluruh pihak untuk dapat mengembangakan

Desa Wisata Pujon Kidul.

b. Bagi Pemerintah Desa Pujon Kidul

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah Desa Pujon

Kidul dalam membuat kebijakan mengenai pembangunan kawasan

wisata dan pemberdayaan masyarakat di sekitar Desa Wisata Pujon

Kidul. Selain itu, sebagai bahan acuan pengelolaan Desa Wisata yang ada

di Kabupaten Malang.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Peran

Menurut Soekanto peran adalah proses dinamis kedudukan (status).

Dalam sebuah organisasi setiap orang memiliki berbagai macam karakteristik

9

dalam melaksanakan tugas, kewajiban atau tanggung jawab yang telah

diberikan oleh masing-masing organisasi atau lembaga (Soekanto, 2009).

Tugas-tugas tersebut merupakan batasan seseorang untuk melaksanakan

pekerjaan yang telah diberikan berdasarkan peraturan-peraturan dari

organisasi atau lembaga tersebut agar segala pekerjaan dapat tertata rapi dan

dapat dipertanggungjawabkan oleh setiap pegawainya.

Menurut Syani peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang

dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajiban sesuai

dengan status yang dimilikinya (Syani, 2012:67). Seseorang dapat dikatakan

berperanan jika ia telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

status sosialnya dalam masyarakat. Jika seseorang memiliki status sosial

tertentu dalam kehidupan masyarakat, maka selanjutnya ada kecenderungan

akan muncul suatu harapan-harapan baru. Melalui harapan-harapan ini

seseorang seseorang kemudian akan bersikap dan bertindak atau berusaha

untuk mencapainya dengan usaha dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena

itu, peran dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan harapan yang terencana

sseorang yang memiliki status tertentu dalam masyarakat.

1.5.2 Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk

mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya

pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang

berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan

pengembangan pariwisata. (Swarbrooke 1996;99).

10

1.5.3 Desa Wisata

Menurut Wiendu (1993:2-3), desa wisata merupakan suatu bentuk

integrasi antaraatraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan

dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara

dan tradisi yang berlaku. Desa wisata biasanya memiliki kecenderungan

kawasan pedesaan yang memiliki kekhasan dan daya tarik sebagai tujuan

wisata. Desa wisata menekankan pengembangan wisata berbasis masyarakat

lokal dan keindahan alam lokal.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif.

Menurut Zainal Arifin penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian

yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif di

lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulakan

terutama data kualitatif (Arifin, 2011:140).

Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2009:6).

1.6.2 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian jenis deskriptif

yang memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

11

fakta-fakta yang ada dalam obyek penelitian dan gambaran tentang fenomena-

fenomena sebagai masalah atau kendala yang diselidiki dari lapangan sesuai

dengan permasalahan penelitian.

Penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif dapat menunjukkan kehidupan

masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsional organisasi, pergerakan sosial, dan

hubugan kekerabatan. (M. Djunaidi & Fauzan, 2012:147).

Jadi penelitian ini disajikan dengan deskripsi secara narasi dengan data

data yang telah didapat. Dengan menggunakan metode kualitatif ini tujuannya

adalah untuk menjelaskan secara mendalam tentang bagaimana peran

masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Pujon Kidul.

1.6.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Pujon Kidul Kabupaten

Malang. Alasan peneliti menjadikan Desa Wisata Pujon Kidul sebagai tempat

lokasi penelitian adalah karena Desa Pujon Kidul yang memiliki sumber daya

alam yang berpotensi untuk dijadikan wisata serta dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan ekonomis.

Setelah lokasi penelitian dipilih, peneliti juga memfokuskan pada satu

dusun yaitu Dusun Krajan yang memiliki destinasi wisata lebih banyak

dibandingkan dengan dusun yang lainnya.

1.6.4 Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan atau

informan (Tatang,1986:148). Subyek Penelitian dalam penelitian ini adalah

masyarakat desa Pujon Kidul dan Pemerintah Desa Pujon Kidul. Penentuan

12

sumber informan menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik

Purposive Sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan) yaitu

pengambilan sampel berdasarkan kapasitas dan kapabelitas atau yang

kompeten/benar-benar dibidangnya ( Mahi, 2011:108).

Maka untuk menentukan subyek penelitian peneliti mempunyai

kriteria-kriteria khusus sebagai berikut:

1. Kepala Desa Pujon Kidul

2. Pengurus Badan Usaha Milik Desa Pujon Kidul.

3. Pengelola Kafe Sawah.

1.6.5 Sumber Data

a. Data Primer

Data yang didapatkan secara langsung oleh peneliti. Data primer

menurut Jonatahn Sarwono adalah data yang berasal dari sumber asli

atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun

dalam bentuk dokumenter. Data ini harus dicari melalui narasumber atau

dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek

penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan

informasi ataupun data (Sarwono. 2006:126)

Data primer dapat berupa data (catatan) hasil observasi dan data

hasil wawancara. Adapun data primer yang didapat dalam penelitian ini

yaitu hasil wawancara menggunakan panduan wawancara yang disusun

oleh peneliti guna mendapatkan data terhadap subyek penelitian di Desa

Pujon Kidul.

13

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat melalui dokumentasi

peneliti terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian, serta

data yang didapat dari media elektronik maupun cetak, literature, skripsi,

dan buku.

Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, peneliti

melakukan identifikasi melalui serangkaian pertanyaan yang telah

disusun yang pada intinya apakah data sekunder tersebut mampu

menyelesaikan masalah penelitian yang sedang dikerjakan peneliti.

1.6.6 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut Nasution menyatakan bahwa metode observasi atau

pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap

kejadian, gejala, atau sesuatu (Sugiyono, 2006:13). Adapun observasi

ilmiah adalah perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala atau

sesuatu dengan maksud untuk menafsirkannya, mengungkapkan faktor-

faktor penyebabnya, dan menemukan kaedah-kaedah yang mengaturnya.

Sehingga menjadi data yang menjelaskan keadaan penelitian dengan

dukungan dokumentasi.

Observasi dilakukan dengan cara mencatat secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Peneliti melakukan

observasi secara tidak langsung (observasi non-participant). Observasi ini

dilakukan dengan mengamati Desa Wisata Pujon Kidul dari potensi yang

dapat dikembangkan, kelompok pengunjung yang datang, dukungan

14

masyarakat melalui rangkaian inovasi produk olahan sehingga bisa

menghasilkan nilai ekonomi, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan

dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang sudah tersedia, partispasi

masyarakat yang tergabung dalam badan usaha milik desa (Bumdes)

serta pola-pola tradisional interaksi masyarakat Desa Pujon Kidul

lainnya.

b. Wawancara

Menurut Esterberg wawancara merupakan pertemuan dua orang

untuk dapat bertukar informasi dan ide malalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,

2006:17).

Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur. Dalam

melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang telah disiapkan secara rinci

khususnya terkait bagaiman peran masyarakat dalam pengembangan Desa

wisata Pujon Kidul. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan

permaslahan secara lebih terbuka dengan meminta pihak yang diwawancarai

menjawab sesuai dengan fakta terkait dengan penelitian.

c. Dokumentasi

Menurut Sugiyono dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu (Sugiyono, 2006:244). Dokumen bisa berupa tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang

digunakan dalam penelitian ini berupa undang-undang, dokumen-

dokumen, peraturan-peraturan kebijakan, rekaman suara, dan foto-foto.

15

1.6.7 Keabsahan Data

Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat

dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah keberhasilan

mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk atau

keterpercayaan terhadap hasil dari data penelitian. Untuk memeriksa

keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Menurut sugiyono, triangulasi diartikan sebagai pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada.

1) Triangulasi

Menurut Moleong triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2011:22).

Triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran data dan

membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber lainnya.

Menurut Denzin ada empat macam triangulasi yaitu, triangulasi

sumber yang menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai

metode dan sumber perolehan data; triangulasi metode dilakukan dengan

cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi,

dan dokumentasi; triangulasi penyidik/antar peneliti dilakukan dengan

cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis

data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai

informasi yang digali dari subjek penelitian; dan triangulasi teori, hasil

akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi. Informasi

16

tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan

untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan

yang dihasilkan. (Moleong, 2011:24).

2) Kecukupan Referensial

Kecukupan referensial yaitu, dengan memanfaatkan bahan-bahan

tercatat atau terekam sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan

analisis dan penafsiran data. Kecukupan referensial ini peneliti lakukan

dengan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian, baik

melalui literatur buku, arsip, catatan lapangan, foto dan rekaman yang

digunakan untuk mendukung analisis dan penafsiran data.

1.6.8 Analisis Data

Analisis data alam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode

tertentu. Miles and Huberman (1984:12), menyatakan bahwa aktifitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam

analisis data yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

(Sugiyono,2012:246)

a. Reduksi Data

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang

akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.

Oleh karena itu, peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala

sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, itulah

17

yang akan dijadikan perhatian penliti dalam melakukan reduksi.

(Sugiyono, 2012:249).

b. Penyajian Data

Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi, merecanakan kerja selanjutnya, berdasarka apa yang

telah difahami tersebut. Melihat tampilan membantu kita membantu kita

memahami apa yang telah terjadi dan melakukan beberapa hal, analisis

lebih lanjut atau kehati-hatian mengenai pemahaman itu. “Looking at

displays help us to understand what is happening and to do something

further analysis or caution on that understanding”. Miles and Huberman

(1984;15)

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang akan dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data beriktnya. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Karena masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara

dan akan berkembang setelah peneliti turun lapang. (Sugiyono,

2012:246).