BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46966/2/BAB I.pdf2. Manfaat bagi Jurusan...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46966/2/BAB I.pdf2. Manfaat bagi Jurusan...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses usaha memperkuat
apa yang biasa disebut community self reliance atau kemandirian. Menurut
Kartasasmita (1997:11-12) pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang ini tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat diIndonesia saat ini menjadi prioritas utama
mengingat era Jokowi sekarang adalah membangun Indonesia dari pinggiran,
selain karena faktor vital, banyak permasalahan yang dihadapi berhubungan
dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Nasional
yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan telah berhasil
memperbaiki kondisi kesejahteraan dan perekonomian, baik dalam skala
regional maupun nasional. Perbaikan kondisi perekonomian tersebut dapat
ditempuh dengan jalan memanfaatkan sumber daya alam maupun sumber
daya manusia. Tak terkecuali di Desa Genilangit yang memiliki kekayaan
sumber daya alam dan manusia yang memungkinkan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan di berbagai sektor
terus di tingkatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan langkah tepat untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat Indonesia. Salah
2
satu kata kunci yang saat ini sering didengar oleh semua lapisan masyarakat
adalah kalimat“peningkatan sumberdaya manusia”.Kalimat tersebut
mempunyai makna lebih spesifik yaitu menyangkut bagaimana mengangkat
kondisi masyarakat desa yang ada menjadi lebih baik dimasa mendatang. Era
Pemerintah sekarang bekerja keras untuk meningkatkan sumberdaya manusia
dengan fokus membangun Indonesia mulai pinggiran. Konteks yang dilihat
dalam pembangunan kali ini bukan pembangunan yang bersifat materi seperti
layaknya sarana dan prasarana saja, melainkan bagaimana pembangunan juga
mampu meningkatkan sumber daya manusia. Hal ini berarti segala penjuru
negeri bahkan sampai pelosok negeri akan menjadi titik awal pembangunan
sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan khususnya masyarakat desa.
Pemberdayaan masyarakat merupakan tindakan sosial dimana
penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat
perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau
memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan potensi
sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat desa seringkali disebut sebagai
kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam
dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Oleh karena itu,
pemberdayaan masyarakat desa menjadi salah satu pilar terpenting untuk
mengentas kemiskinan. Isu-isu kemiskinan senantiasa cocok diselesaikan
akar masalahnya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Harapan masyarakat desa dengan adanya kebijakan dan langkah
pemberdayaan sebagai solusi meningkatkan kesejahteraan, yakni mampu
melihat potensi yang bisa dikembangkan pada suatu desa. Dalam hal ini
3
terjadi satu fakta menarik dimana masyarakat Desa Genilangit mampu
menemukan potensi yang dapat mengangkat status ekonomi yang lebih baik.
Berdasarkan data wawancara dengan Edi sebagai inisiator gerakan ini,
berawal dari tanggung jawab sosial beliau, kemudian mengajak kelompok
Karang Taruna memanfaatkan lahan perhutani yang lama tidak terurus. Lahan
perhutani yang sudah tidak terurus awalnya hanya dimanfaatkan sebagai bumi
perkemahan dan juga hutan pinus. Melihat hal tersebutEdi tergerak untuk
melakukan babat alas Bedengan yang dirasa memiliki potensi yang akan
mampu mengangkat masyarakat Genilangit lebih baik.
Dukungan awal masyarakat untuk melakukan babat alas juga sangat
minim, hingga akhirnya Edi mengajak kelompok Karang Taruna
Genilangitdengan dibantu para pemuda desa yang merantau keluar kota
kembali ke desa dan mengelola lahan perhutani menjadi Taman Wisata
Genilangit. Meskipun, dukungan dari masyarakat dan pemerintah yang sangat
minim tidak menyurutkan niat Edi untuk mengelola potensi alam
tersebut.Konsolidasi dengan masyarakat terus dilakukan untuk dapat
mengerjakan program pembangunan taman secara bersama-sama.
Perkembangan program taman wisata berjalan dengan baik. Awalnya
nama taman adalah Taman Wisata Bedengan, kemudian diganti menjadi
Taman Wisata Genilangit. Pengubahan nama Taman Wisata Bedengan
menjadi Taman Wisata Genilangit juga sempat membuat masyarakat dan
pemerintahan desa kecewa kepada kelompok Karang Taruna Giri Putra
Bhakti dan juga Edi. Pengubahan nama tersebut dilakukan merupakan bentuk
tanggung jawab sosial dimana Edi ini masih memiliki darah keturunan dari
4
Mbah Malang Yudho. Mbah Malang Yudho sendiri merupakan seorang yang
pertama kalibabat alas atau membuka tempat Desa Genilangit. Pesan terakhir
yang sangat terkenal adalah “tlatah iki bakal rejo lan joyo yen jenenge
Genilangit”, yang artinya tempat ini bakal ramai dan berjaya jika diberi nama
Genilangit. Berlandaskan pesan tersebutEdi dan kelompoknya sepakat
mengganti Taman Wisata Bedengan menjadi Taman Wisata Genilangit.
Fakta gerakan ini mencerminkan bahwa PemerintahKabupaten
Magetan seperti kurang perhatian terhadap potensi alam yang dimiliki Desa
Genilangit yang mungkin saja terlalu fokus dengan adanya Wisata Telaga
Sarangan yang ada di Magetan.Hal ini memunculkan gerakan kelompok
masyarakat Genilangit yang tergerak untuk meningkatkan kesejateraan
desanya. Gerakan yang hanya mengandalkan partisipasi masyarakat secara
mandiri. Pengembangan-pengembangan juga dilakukan secara mandiri tanpa
mengharapkan bantuan dari pemerintah.
Kelompok masyarakat tersebut sadar akan potensi alam yang dimiliki.
Mereka melihat dan merasa pemerintah terlalu lambat dan kurang perhatian
terhadap potensi alam Genilangit. Dalam hal ini, seolah-olah pemerintah
kurang percaya terhadap sumber daya manusia masyarakat Genilangit.
Keraguan tersebut pada akhirnya dibuktikan oleh kelompok Karang Taruna
dan Edi yang mampu menginisiasi dan mengembangkan potensi desanya.
Alhasil Edi dan kelompok Karang Tarunanya mampu mendirikan dan
mengelola Taman Wisata Genilangit yang menjadi icon dari Desa Genilangit.
Melihat kesuksesan masyarakat Genilangit pemerintah mengapresiasi
hingga menjadikan Genilangit sebagai desa wisata yang adadi Kecamatan
5
Poncol Kabupaten Magetan.Pengesahan dari Pemerintah bertepatan dengan
Festival Seribu Tumpeng yang dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2017
oleh masyarakat Genilangit. Berdasarkan data pemasukan pada bulan Juni-
Agustus mampu mendapatkan pemasukan 700 juta rupiah. Dari fakta tersebut
seperti terlihat keraguan pemerintah dalam memberdayakan masyarakat.
Pemerintah hadir ketika Edi dan Kelompok Karang Taruna sudah
mampu menginisiasi dan memberdayakan masyarakat Genilangit secara
utuh.. Hal tersebut memunculkan pertanyaan dari kelompok masyarakat,
dimanakah keberadaan pemerintah ketika kelompok masyarakat menginisiasi
dan mengelola Taman Wisata Genilangit?Pertanyaan itu muncul bentuk
kekesalan masyarakat terhadap pemerintah karena terlalu lamban melihat
potensi wisata. Masyarakat merasa pemerintah baru mengapresiasi ketika
Taman Wisata Genilangit sudah berdiri. Fakta menarik yang mungkin tidak
hanya terjadi di Desa Genilangit saja. Dalam konteks ini peran pemerintah
seolah-olah hanya memberi status atas keberhasilan kelompok masyarakat
menyejahterakan daerahnya. Kejadian tersebut kontradiksi dengan visi
pemerintah pusat yang ingin menyejahterakan masyarakatnya dari pinggiran
khususnya pedesaaan.
Pengembangan pariwisata di Desa Genilangit tidak terlepas dari peran
aktif, partisipasi langsung dan tindakan kolektif kelompok masyarakat.
Mereka bersatu sebagai usaha pemberdayaan masyarakat setempat untuk
meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan alam mereka. Dalam
perkembangannya masyarakat Desa Genilangit telah mampu meningkatkan
harkat dan martabatnya, melepaskan anggapan bahwa masyarakat desa
6
terperangkap oleh kemiskinan dan keterbelakangan. Melihat pencapaian
pemasukan Taman Wisata Genilangit sesuai data bulan Juni-Agustus 2017
mampu mendapatkan 700 juta. Dana tersebut digunakan untuk
pengembangan taman dan untuk kegiatan-kegiatan amal (charity) selain itu,
untuk menggaji para pekerja dan membayar sewa lahan kepada perhutani.
Pembayaran sewa tersebut sesuai MoU (Memorandum of Understanding)
antara kelompok pengelola dengan Perhutani.
Penyerapan tenaga kerja diprioritaskan dan diperuntukan kepada
warga lokal Genilangit yang tidak bekerja atau menganggur guna
meningkatkan kreatifitas dan potensi sumber daya manusia. Pemberdayaan
masyarakat Genilangit sendiri memerlukan proses yang tidak sebentar karena
pemberdayaan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan secara
kronologis dan sistematis yang mencerminkan tahapan untuk mengubah
pihak yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan.
Dalam konteks ini masyarakat Genilangit telah mampu berproses
secara mandiri demi mengangkat harkat martabatmereka. Mampu
memberikan sajian dan pandangan baru bahwa tanpa hadirnya Pemerintah
dalam proses pengembanganmasyarakat mampu melakukan gerakan yang
mengangkat kesejahteraan masyarakat Genilangit. Sebuah cerminan yang
luarbiasa dan patut ditiru oleh daerah lain yang belum menemukan dan
mengembangkan potensi daerahnya. Semua ini juga berdampak positif bagi
pemerintah karena masyarakatnya mampu secara mandiri mengembangkan
sendiri potensi yang ada.
7
Pariwisata berbasis masyarakat merupakansebuah pendekatan
pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku
penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan
yang berkelanjutan (sustainable development paradigma). Pariwisata berbasis
masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan seluruhpotensi dan
dinamika masyarakat. Pariwisata berbasis masyarakat tidak berarti
merupakan upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu diletakkan dalam
konteks kerjasama masyarakat secara keseluruhan. Meskipun secara umur
masih terbilang baru tetapi antusias warga Desa Genilangit secara
keseluruhan sangat besar.
Gerakan kelompok karang taruna ini mampu menginisiasi warga desa
secara utuh. Mereka mampu menggerakkan masyarakatnya untuk membantu
dan menerjunkan langsung peran warga terhadap perkembangan Taman
Wisata Genilangit. Hal ini memang secara sadar keseluruhan warga desa
memahami Taman Wisata Genilangit ini adalah aset penting yang secara
berkelanjutan akan terus mampu meningkatkan kesejahteraan
warga.Berdasarkan ulasandiatas dan sesuai data wawancara dengan Edi dan
Parman, bahwa pariwisata berbasis masyarakat di Genilangit merupakan
pariwisata dimana masyarakat memainkan peranan penting dan utama dalam
pengambilan keputusan mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap
kehidupan dan lingkungan di Genilangit.
Berdasarkan fenomena tersebut maka skripsi ini bertujuan untuk
mengkaji, mendeskripsikan dan memahami secara kualitatif pemberdayaan
masyarakat desa berbasis wisata di Desa Genilangit. Serta mengidentifikasi
8
implikasi pemberdayaan masyarakat tersebut terhadap kesejahteraan
masyarakat desa Genilangit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang tersebut dapat diambil rumusan masalah
1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat desa berbasis wisata di Desa
Genilangit?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan dan memahami secara kualitatif pemberdayaan
masyarakat desa berbasis wisata di Desa Genilangit.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis memiliki manfaat untuk
memperkuat kajian tentang pemberdayaan masyarakat desa berbasis
wisata, karena pembahasan terkait dengan pemanfaatan potensi desa
yang meiliki potensi dan dianggap lebih mampu menyejahterakan dan
memandirikan masyarakat desa. Maka dari itu pemberdayaan ini
merupakan diskursus yang dapat dikaji dan dianalisis menggunakan
teori Sosiologi tentang Modal Sosial yang digagas oleh Francis
Fukuyama. Kajian ini juga berkaitan dengan inisiatif individu
menggerakkan kelompok yang didasari dan didorong oleh
kepercayaan (Trust), nilai, norma, pertukaran (Reciprocal), dan
interaksi atau jaringan. Dengan adanya diskursus tersebut, maka
9
penguatan teori Modal Sosial berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat desaakan semakin terlihat dan terbukti adanya. Sehingga
secara empiris teori pemberdayaan dapat dibuktikan dalam lapangan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi pemerintah Dinas Pariwisata
Hasil penelitian tentang Pemberdayaan Masyarakat Desa
Berbasis Wisata dapat menjadi rujukan dan pertimbangan bagi
pemerintah dinas Pariwisata sebagai pemberdayaan masyarakat
desa melalui sektor wisata yang memanfaatkan potensi lokal dan
pertimbangan kebijakan.
2. Manfaat bagi Jurusan Sosiologi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan referensi baru bagi dosen atau mahasiswadalam hal
pemberdayaan masyarakat desa melalui sektor wisata. Sehingga
mampu membuka cakrawala berfikir baru dalam melihat potensi-
potensi yang mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat desa.
3. Manfaat bagi Masyarakat Desa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan
pertimbangan terkait pemberdayaan masyarakat desa berbasis
wisata. Menjadi percontohan masyarakat desa lain agar lebih
mampu melihat potensi daerahnya sehingga mampu mengangkat
kesejahteraan masyarakat agar lebih baik lagi dan mampu
memandirikan masyarakatnya sendiri.
10
1.5DEFINISI KONSEP
1.5.1 Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
pemahaman baru dalam pembangunan, yakni people centered,
participatory, empowering and sustainable. Konsep ini sebenarnya
lebih luas dan tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar atau
menyediakan mekanisme untuk mencegah proses kemiskinan lebih
lanjut (safety net).(Kartasasmita,1997:10)
1.5.2 Desa Wisata
Desa Wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang
menawarkan dan menyajikan keseluruhan suasana yang mencerminkan
keaslian pedesaaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya,
adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata
ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan
menarik serta mempunyai potensi untuk dapat dikembangkanya
berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi,
makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan-kebutuhan wisata
yang lainnya. (Priasukmana, Soetarso & R. Mohamad Mulyadin, 2001:
37-44)
1.5.3 Wisata
11
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun
2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah suatu kegiatan perjalanan
yang dilakukan oleh individu atau kelompok mengunjungi suatu tempat
dan bertujuan untuk rekreasi, pengembangan pribadi, atau untuk
mempelajari keunikan daya tarik suatu tempat wisata yang dikunjungi
dalam waktu sementara.
1.5.4 Masyarakat Pedesaan
Menurut Paul H. Landis untuk tujuan analisis statistik, desa
didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari
2500 orang. Untuk tujuan analisa sosial psikologi, desa didefinisikan
sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang
akrab dan serba informal di antara sesama warga dalam lingkupnya.
Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi,desa di definisikan sebagai
suatu lingkungan yang penduduknya tergantung kepada pertanian
(Rahardjo, 1999: 30)
1.6 METODE PENELITIAN
1.6.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Pendekatan penelitian secara
kualitatif, yang mana peneliti akan lebih cenderung menggali data dari
subjek dan menyajikan data secara deskriptif, sehingga data yang
diperoleh akan mempermudah pembaca dalam memahami hasil
penelitian. Menurut Bogdan dan Taylor (Zuriah : 2009 : 92),
penelitian kualitatif merupakan sebuah cara atau prosedur penelitian
12
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dalam penelitian.
Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif ini akan sesuai
dengan tema persoalan yang diteliti, dengan menggunakan pendekatan
ini peneliti akan mudah menggali data tentang proses berdirinya
Taman Wisata Genilangit dan bentuk-bentuk pemberdayaan atas
berdirinya Taman Wisata Genilangit hingga mampu memberdayakan
masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1.6.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yang akan digunakan oleh peneliti adalah
deskriptif kualitatif, karena penelitian ini mendiskripsikan proses awal
hingga akhir dari pengembangan taman wisata Genilangit hingga
mampu memberdayakan masyarakat desa dan meningkatkan
kesejahteraan.
1.6.3 Lokasi Penelitian
Penelitian pemberdayaan masyarakat desa berbasis wisata ini
terletak di Desa Genilangit Kecamatan Poncol Magetan Jawa Timur.
Lokasi ini berada di kaki gunung Lawu yang berketinggian kurang
lebih 1300mdpl. Penelitian banyak dilakukan di Taman Wisata
Genilangit dan Desa Genilangit Kecamatan Pocol Kabupaten Magetan
13
karena mayoritas aktifitas pemberdayaan dilakukan di Taman wisata
Genilangit
1.6.4 Teknik Penentuan Subjek Penelitian
Teknik penentuan subjek penelitian ini menggunakan
purposive sampling, dimana peneliti menentukan kriteria-kriteria dan
kuota tertentu kepada subjek yang secara mendalam mampu
memberikan informasi secara benar dan lengkap. Purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. (Sugiyono,2009:218).
Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini berdasar
arahan dari Edi adalah:
1. Edi Suko Cahyono sebagai inisiator atas berdirinya Taman Wisata
Genilangit, beliau sebagai subjek utama yangakan paling sering
memberikan informasi. Beliau wakil ketua Karang Taruna Giri
Putra Bhakti desa Genilangit. Selain itu juga menjadi orang yang
paling berpengaruh atas perubahan dan gerakan yang mampu
meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat lokal
Genilangit.
2. Agus sebagai ketua Karang Taruna yang sebenarnya memang
kakak dari Edi. Beliau bertugas ketika ada pertemuan resmi dengan
pemimpin atau tokoh dan individu yang selalu diberangkatkan
ketika studi banding ke daerah wisata lain.
14
3. Parman sebagai pemberi informasi secara rutin terkait
pemberdayaan masyarakat desa Genilangit dan perkembangan dari
Taman Wisata Genilangit, beliau adalah Ketua RW 2 desa
Genilangit. Meskipun ketua RW beliau sangat mengetahui
perkembangan dari Desa Genilangit. Beliau adalah seseorang yang
selalu menginisiasi warga, mengumpulkan warga ketika akan
mengadakan kegiatan atau perkumpulan.
4. Mbah Joyo Miran sebagai pemberi informasi terkait sejarah dari
Genilangit dan segala hal hal sifatnya mistik dan nilai sejarah atau
asal-usul, beliau merupakan sesepuh dari desa Genilangit kebetulan
juga ayah dari Pak Parman.
5. Sulis, Andik, Sakat, Joko beberapa anggota Karang Taruna
Genilangit yang bekerja di Taman Wisata Genilangit dan mas
Sutris sebagai sekretaris dan pembukuan pemasukan dari Taman
Wisata Genilangit
6. Pardi sebagai kepala desa, Bayan Simun dan Mbah Carik Sarman
sebagai informan yang menceritakan dampak sosial, ekonomi dan
budaya atas berdirinya Taman Wisata Genilangit. Dan memberikan
informasi terkait bentuk pemberdayaan lain diluar Taman Wisata
Genilangit.
7. Beberapa warga desa juga di wawancara karena memang
diperlukan terkait validitas data atau kebenaran yang absolut atas
data yangtelah didapatkan, karena warga adalah pihak yang juga
berpartisipasi dan merasakan dampak dari Taman Wisata
15
Genilangit dan bentuk-bentuk pemberdayaan lainnya.Meskipun
penggalian data kepada warga bersifat umum dan tidak spesifik,
tetapi hal ini juga akan membantu untuk lebih mendapatkan data
yang komprehensif.
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi menurut S. Margono diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang
terlihat pada obyek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini
dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya
peristiwa. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun
secara tidak langsung (Nurul Zuriah, 2009:173).
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi secara
langsung, dimana segala bentuk kegiatan masyarakat diikuti dan
peneliti juga selalu masuk mengikuti keseharian informan yang
telah ditentukan. Langkah ini diambil supaya dalam penggalian
data bisa lebih mendalam dan intim. Dengan menjadi mereka atau
selalu mengikuti kegiatan mereka otomatis akan membangun
kepercayaan antara peneliti dan informan. Konsep diri yang
diambil peneliti sebelum observasi adalah bagaimana seorang
peneliti mampu merubah status orang aneh (strange) menjadi
teman (friend) dan terakhir menjadi keluarga (family) terhadap
masyarakat atau informan yang akan diteliti.
16
Observasi dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan
Masyarakat dan juga individu yang mampu memberikan informasi
secara lengkap. Kegiatan masyarakat seperti perkumpulan karang
taruna, rapat warga, yasinan, dan musyawarah-musyawarah lain.
Selama satu bulan penuh peneliti masuk menjadi bagian dari
masyarakat Genilangit, hingga pada akhirnya menemukan tema
pemberdayaan. Selama satu bulan mendapatkan banyak data
tentang Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Wisata, mulai proses
awal hingga akhir pembangunan Taman, bentuk-bentuk
pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
b. Wawancara
Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara
tidak terstruktur, jadi pembicaraan mengalir dan secara alami
informan membuka informasi dengan sendirinya. Peneliti sesekali
menanyakan dan memancing hal-hal pokok terkait tema penelitian
dan juga mengikuti alur pembicaraan dari informan supaya tidak
terjadi kejenuhan. Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2009:231)
mendefinisikan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Teknik wawancara yang dilakukan adalah ikut dalam
keseharian informan dan melakukan pembicaraan sepanjang
17
aktivitas itu. Peneliti awalnya mengikuti kegiatan Pak Parman
sebagai ketua RW 2 dan juga sebagai seseorang yang mengontrol
saluran air dari sumber air. Beliau juga sebagai penyebar
pengumuman jika akan diadakan perkumpulan warga. Jadi segala
sesuatu yang terjadi di desa Genilangit Pak Parman selalu
mengetahui. Secara bergantian peneliti juga melakukan wawancara
dengan Mas Edi selaku inisiator dari berdirinya Taman Wisata
Genilangit, beliau merupakan wakil dari Karang Taruna Giri Putra
Bhakti dan orang yang paling berpengaruh di Desa Genilangit.
Selebihnya wawancara yang lain akan dilakukan dengan informan
dan subjek penelitian yang lain.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bukti-bukti yang diabadikan baik
dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang lampau. Data ini
berkaitan dengan Taman Wisata Genilangit, pengambilan gambar
bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat dan dokumentasi
pendukung seperti profil desa maupun data lain yang mendukung
tema dan judul penelitian yang dibahas. Menurut Sugiyono
(2009:240), dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
barlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental seseorang.
18
Dokumentsi yang diambil yaitu beberapa sudut dari Taman
Wisata Genilangit, bentuk peberdayaan masyarakat lokal,
perkumpulan warga, rapat karang taruna dan kumpulan-kumpulan
lainnya jika memang dilaksanakan.
1.6.6 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat dikelompokkan ke
dalam dua klasifikasi, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung oleh peneliti tanpa melalui perantara atau sumber lain.
Data primer diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan
data yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Data primer
yang diperoleh dengan cara observasi dan wawancara dengan
mengikuti keseharian dari subyek maupun informan yang telah
dipilih sebelumnya.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti
secara tidak langsung dari obyek penelitian ataupun data yang
diperoleh melalui perantara sumber lain maupun media lainnya.
Data sekunder dalam penelitian ini dapat berupa hasil penelitian
terdahulu, jurnal buku, foto-foto dan dokumen lain terkait
Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Wisata.
19
1.6.7 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori,
menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun orang
lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan model analisis interaktif yang diperkenalkan oleh Miles
dan Heuberman yang terdiri dari tahapan analisis yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilah dan memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
yang berkaitan dengan tema dan membuang yang tidak
diperlukan. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan garis besar dan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencari yang diperlukan kembali.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan langkah kelanjutan dari tahap
reduksi data. Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif, termasuk penelitian
ini, penyajian data difokuskan dengan teks-teks yang bersifat
20
naratif. Bentuk penyajia data lainnya hanya sebagai data
pendukung.
3. Kesimpulan (Conclusion)/ Verifikasi
Tahap ketiga dalam analisis data adalah penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kseimpulan yang kredibel
(Sugiyono.2012:335-345)
1.6.8 Validitas Data
Validitas atau keabsahan merupakan keakuratan dan ketepatan
antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat
dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data valid adalah data yang
tidak berbeda antara data peneliti dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, data dapat
dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara data peneliti
dengan data lapangan atau obyek yang diteliti.
Validitas data penelitian kualitatif dapat dibuktikan dengan uji
kredibilitas data sebagaimana merujuk pada pendapat Sugiyono, dapat
dilakukan dengan melakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekukan, trianggulasi, analisis kasus negative dan member check.
a. Perpanjangan Pengamatan
21
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
tempat penelitian, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang sudah pernah ditemui maupun yang
baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti peneliti akan
tercipta suatu hubungan keakraban dengan sumber data seperti
semakin terbuka, kekeluargaan, saling mempecayai sampai tidak
ada lagi data yang tersembunyi atau belum disampaikan.
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data hingga urutan peristiwa bisa terekan secara
sistematis dan berurutan. Dengan demikian peneliti dapat
melanjutkan pengkajian ulang mengenai data yang telah
ditemukan. Dengan demikian tulisan skripsi ini akan tersaji
dengan tulisan data yang akurat sesuai apa yang diamati.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dapat
diartikan sebagai pengkajian data dari berbagai sumber, berbagai
cara dan berbagai waktu.
1. Triangulasi Sumber
22
Triangulasi sumber berfungsi untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang
diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik berfungsi untuk menguji
kredibilitas data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda
3. Triangulasi Waktu
Untuk pengujian kredibilitas data dapat dilakukan
dengan wawancara, observasi dalam situasi atau waktu yang
berbeda. apabila menghasilkan data yang berbeda, maka
perlu dikaji dan dilakukan secara berulang hingga
menemukan data yang pasti.
d. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatifmerupakan kasus yang tidak sesuai dengan
hasil penelitian pada saat waktu tertentu. Melakukan analisis
kasus negatif berarti mencari ulang data yang berbeda antara data
peneliti dengan data lapangan. Apabila data sudah tidak ada lagi
yang bertentangan, maka sudah dapat dipastikan bahwa data
tersebut benar dan dapat dipercaya. Apabila ada data yang
bertentangan maka peneliti akan merubah data temuannya sesuai
data yang valid.
e. Mengadakan member check
23
Member check adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan dari member
check adalah untuk mengetahui seberapa jauh kesesuaian data
yang diperoleh peneliti dengan pemberi data. Apabila data telah
disepakati oleh pemberi informasi berarti data tersebut bisa
dikatakan valid, sehingga data tersebut kredibel dan dapat
dipercaya. Tetapi apabila sebaliknya, data tidak disepakati dengan
peberi informasi, maka perlu melakukan diskusi ulang dengan
pemberi data dan merubah data agar sesuai dengan data yang
diperoleh oleh pemberi data. (Sugiyono. 2012: 368-376).
Uji keabsahan data diutamakan dengan menggunakan
teknik triangulasi dan didukung dengan penggunaan bahan
referensi. Triangulasi dan didukung dengan penggunaan bahan
referensi. Triangulasi yang lebih diutamakan adalah penggunaan
triangulasi waktu dan sumber. Kedua teknik ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa waktu juga akan mempengaruhi validitas
data. Sehingga apabila ditemukan data yang tidak valid maka
penaliti akan kembali melakukan penggalian data yang lebih valid
pada waktu yang berbeda dan sumber yang sama atau juga bisa
sumber yang baru.