BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46966/2/BAB I.pdf2. Manfaat bagi Jurusan...

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses usaha memperkuat apa yang biasa disebut community self reliance atau kemandirian. Menurut Kartasasmita (1997:11-12) pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang ini tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat diIndonesia saat ini menjadi prioritas utama mengingat era Jokowi sekarang adalah membangun Indonesia dari pinggiran, selain karena faktor vital, banyak permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan telah berhasil memperbaiki kondisi kesejahteraan dan perekonomian, baik dalam skala regional maupun nasional. Perbaikan kondisi perekonomian tersebut dapat ditempuh dengan jalan memanfaatkan sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Tak terkecuali di Desa Genilangit yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan manusia yang memungkinkan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan di berbagai sektor terus di tingkatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan langkah tepat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat Indonesia. Salah

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/46966/2/BAB I.pdf2. Manfaat bagi Jurusan...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses usaha memperkuat

apa yang biasa disebut community self reliance atau kemandirian. Menurut

Kartasasmita (1997:11-12) pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan

harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang ini tidak

mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan

masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat diIndonesia saat ini menjadi prioritas utama

mengingat era Jokowi sekarang adalah membangun Indonesia dari pinggiran,

selain karena faktor vital, banyak permasalahan yang dihadapi berhubungan

dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan Nasional

yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan telah berhasil

memperbaiki kondisi kesejahteraan dan perekonomian, baik dalam skala

regional maupun nasional. Perbaikan kondisi perekonomian tersebut dapat

ditempuh dengan jalan memanfaatkan sumber daya alam maupun sumber

daya manusia. Tak terkecuali di Desa Genilangit yang memiliki kekayaan

sumber daya alam dan manusia yang memungkinkan dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan di berbagai sektor

terus di tingkatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan langkah tepat untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat Indonesia. Salah

2

satu kata kunci yang saat ini sering didengar oleh semua lapisan masyarakat

adalah kalimat“peningkatan sumberdaya manusia”.Kalimat tersebut

mempunyai makna lebih spesifik yaitu menyangkut bagaimana mengangkat

kondisi masyarakat desa yang ada menjadi lebih baik dimasa mendatang. Era

Pemerintah sekarang bekerja keras untuk meningkatkan sumberdaya manusia

dengan fokus membangun Indonesia mulai pinggiran. Konteks yang dilihat

dalam pembangunan kali ini bukan pembangunan yang bersifat materi seperti

layaknya sarana dan prasarana saja, melainkan bagaimana pembangunan juga

mampu meningkatkan sumber daya manusia. Hal ini berarti segala penjuru

negeri bahkan sampai pelosok negeri akan menjadi titik awal pembangunan

sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan khususnya masyarakat desa.

Pemberdayaan masyarakat merupakan tindakan sosial dimana

penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat

perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau

memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan potensi

sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat desa seringkali disebut sebagai

kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam

dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Oleh karena itu,

pemberdayaan masyarakat desa menjadi salah satu pilar terpenting untuk

mengentas kemiskinan. Isu-isu kemiskinan senantiasa cocok diselesaikan

akar masalahnya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat.

Harapan masyarakat desa dengan adanya kebijakan dan langkah

pemberdayaan sebagai solusi meningkatkan kesejahteraan, yakni mampu

melihat potensi yang bisa dikembangkan pada suatu desa. Dalam hal ini

3

terjadi satu fakta menarik dimana masyarakat Desa Genilangit mampu

menemukan potensi yang dapat mengangkat status ekonomi yang lebih baik.

Berdasarkan data wawancara dengan Edi sebagai inisiator gerakan ini,

berawal dari tanggung jawab sosial beliau, kemudian mengajak kelompok

Karang Taruna memanfaatkan lahan perhutani yang lama tidak terurus. Lahan

perhutani yang sudah tidak terurus awalnya hanya dimanfaatkan sebagai bumi

perkemahan dan juga hutan pinus. Melihat hal tersebutEdi tergerak untuk

melakukan babat alas Bedengan yang dirasa memiliki potensi yang akan

mampu mengangkat masyarakat Genilangit lebih baik.

Dukungan awal masyarakat untuk melakukan babat alas juga sangat

minim, hingga akhirnya Edi mengajak kelompok Karang Taruna

Genilangitdengan dibantu para pemuda desa yang merantau keluar kota

kembali ke desa dan mengelola lahan perhutani menjadi Taman Wisata

Genilangit. Meskipun, dukungan dari masyarakat dan pemerintah yang sangat

minim tidak menyurutkan niat Edi untuk mengelola potensi alam

tersebut.Konsolidasi dengan masyarakat terus dilakukan untuk dapat

mengerjakan program pembangunan taman secara bersama-sama.

Perkembangan program taman wisata berjalan dengan baik. Awalnya

nama taman adalah Taman Wisata Bedengan, kemudian diganti menjadi

Taman Wisata Genilangit. Pengubahan nama Taman Wisata Bedengan

menjadi Taman Wisata Genilangit juga sempat membuat masyarakat dan

pemerintahan desa kecewa kepada kelompok Karang Taruna Giri Putra

Bhakti dan juga Edi. Pengubahan nama tersebut dilakukan merupakan bentuk

tanggung jawab sosial dimana Edi ini masih memiliki darah keturunan dari

4

Mbah Malang Yudho. Mbah Malang Yudho sendiri merupakan seorang yang

pertama kalibabat alas atau membuka tempat Desa Genilangit. Pesan terakhir

yang sangat terkenal adalah “tlatah iki bakal rejo lan joyo yen jenenge

Genilangit”, yang artinya tempat ini bakal ramai dan berjaya jika diberi nama

Genilangit. Berlandaskan pesan tersebutEdi dan kelompoknya sepakat

mengganti Taman Wisata Bedengan menjadi Taman Wisata Genilangit.

Fakta gerakan ini mencerminkan bahwa PemerintahKabupaten

Magetan seperti kurang perhatian terhadap potensi alam yang dimiliki Desa

Genilangit yang mungkin saja terlalu fokus dengan adanya Wisata Telaga

Sarangan yang ada di Magetan.Hal ini memunculkan gerakan kelompok

masyarakat Genilangit yang tergerak untuk meningkatkan kesejateraan

desanya. Gerakan yang hanya mengandalkan partisipasi masyarakat secara

mandiri. Pengembangan-pengembangan juga dilakukan secara mandiri tanpa

mengharapkan bantuan dari pemerintah.

Kelompok masyarakat tersebut sadar akan potensi alam yang dimiliki.

Mereka melihat dan merasa pemerintah terlalu lambat dan kurang perhatian

terhadap potensi alam Genilangit. Dalam hal ini, seolah-olah pemerintah

kurang percaya terhadap sumber daya manusia masyarakat Genilangit.

Keraguan tersebut pada akhirnya dibuktikan oleh kelompok Karang Taruna

dan Edi yang mampu menginisiasi dan mengembangkan potensi desanya.

Alhasil Edi dan kelompok Karang Tarunanya mampu mendirikan dan

mengelola Taman Wisata Genilangit yang menjadi icon dari Desa Genilangit.

Melihat kesuksesan masyarakat Genilangit pemerintah mengapresiasi

hingga menjadikan Genilangit sebagai desa wisata yang adadi Kecamatan

5

Poncol Kabupaten Magetan.Pengesahan dari Pemerintah bertepatan dengan

Festival Seribu Tumpeng yang dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2017

oleh masyarakat Genilangit. Berdasarkan data pemasukan pada bulan Juni-

Agustus mampu mendapatkan pemasukan 700 juta rupiah. Dari fakta tersebut

seperti terlihat keraguan pemerintah dalam memberdayakan masyarakat.

Pemerintah hadir ketika Edi dan Kelompok Karang Taruna sudah

mampu menginisiasi dan memberdayakan masyarakat Genilangit secara

utuh.. Hal tersebut memunculkan pertanyaan dari kelompok masyarakat,

dimanakah keberadaan pemerintah ketika kelompok masyarakat menginisiasi

dan mengelola Taman Wisata Genilangit?Pertanyaan itu muncul bentuk

kekesalan masyarakat terhadap pemerintah karena terlalu lamban melihat

potensi wisata. Masyarakat merasa pemerintah baru mengapresiasi ketika

Taman Wisata Genilangit sudah berdiri. Fakta menarik yang mungkin tidak

hanya terjadi di Desa Genilangit saja. Dalam konteks ini peran pemerintah

seolah-olah hanya memberi status atas keberhasilan kelompok masyarakat

menyejahterakan daerahnya. Kejadian tersebut kontradiksi dengan visi

pemerintah pusat yang ingin menyejahterakan masyarakatnya dari pinggiran

khususnya pedesaaan.

Pengembangan pariwisata di Desa Genilangit tidak terlepas dari peran

aktif, partisipasi langsung dan tindakan kolektif kelompok masyarakat.

Mereka bersatu sebagai usaha pemberdayaan masyarakat setempat untuk

meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan alam mereka. Dalam

perkembangannya masyarakat Desa Genilangit telah mampu meningkatkan

harkat dan martabatnya, melepaskan anggapan bahwa masyarakat desa

6

terperangkap oleh kemiskinan dan keterbelakangan. Melihat pencapaian

pemasukan Taman Wisata Genilangit sesuai data bulan Juni-Agustus 2017

mampu mendapatkan 700 juta. Dana tersebut digunakan untuk

pengembangan taman dan untuk kegiatan-kegiatan amal (charity) selain itu,

untuk menggaji para pekerja dan membayar sewa lahan kepada perhutani.

Pembayaran sewa tersebut sesuai MoU (Memorandum of Understanding)

antara kelompok pengelola dengan Perhutani.

Penyerapan tenaga kerja diprioritaskan dan diperuntukan kepada

warga lokal Genilangit yang tidak bekerja atau menganggur guna

meningkatkan kreatifitas dan potensi sumber daya manusia. Pemberdayaan

masyarakat Genilangit sendiri memerlukan proses yang tidak sebentar karena

pemberdayaan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan secara

kronologis dan sistematis yang mencerminkan tahapan untuk mengubah

pihak yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan.

Dalam konteks ini masyarakat Genilangit telah mampu berproses

secara mandiri demi mengangkat harkat martabatmereka. Mampu

memberikan sajian dan pandangan baru bahwa tanpa hadirnya Pemerintah

dalam proses pengembanganmasyarakat mampu melakukan gerakan yang

mengangkat kesejahteraan masyarakat Genilangit. Sebuah cerminan yang

luarbiasa dan patut ditiru oleh daerah lain yang belum menemukan dan

mengembangkan potensi daerahnya. Semua ini juga berdampak positif bagi

pemerintah karena masyarakatnya mampu secara mandiri mengembangkan

sendiri potensi yang ada.

7

Pariwisata berbasis masyarakat merupakansebuah pendekatan

pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku

penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni pembangunan

yang berkelanjutan (sustainable development paradigma). Pariwisata berbasis

masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan seluruhpotensi dan

dinamika masyarakat. Pariwisata berbasis masyarakat tidak berarti

merupakan upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu diletakkan dalam

konteks kerjasama masyarakat secara keseluruhan. Meskipun secara umur

masih terbilang baru tetapi antusias warga Desa Genilangit secara

keseluruhan sangat besar.

Gerakan kelompok karang taruna ini mampu menginisiasi warga desa

secara utuh. Mereka mampu menggerakkan masyarakatnya untuk membantu

dan menerjunkan langsung peran warga terhadap perkembangan Taman

Wisata Genilangit. Hal ini memang secara sadar keseluruhan warga desa

memahami Taman Wisata Genilangit ini adalah aset penting yang secara

berkelanjutan akan terus mampu meningkatkan kesejahteraan

warga.Berdasarkan ulasandiatas dan sesuai data wawancara dengan Edi dan

Parman, bahwa pariwisata berbasis masyarakat di Genilangit merupakan

pariwisata dimana masyarakat memainkan peranan penting dan utama dalam

pengambilan keputusan mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap

kehidupan dan lingkungan di Genilangit.

Berdasarkan fenomena tersebut maka skripsi ini bertujuan untuk

mengkaji, mendeskripsikan dan memahami secara kualitatif pemberdayaan

masyarakat desa berbasis wisata di Desa Genilangit. Serta mengidentifikasi

8

implikasi pemberdayaan masyarakat tersebut terhadap kesejahteraan

masyarakat desa Genilangit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang tersebut dapat diambil rumusan masalah

1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat desa berbasis wisata di Desa

Genilangit?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan memahami secara kualitatif pemberdayaan

masyarakat desa berbasis wisata di Desa Genilangit.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis memiliki manfaat untuk

memperkuat kajian tentang pemberdayaan masyarakat desa berbasis

wisata, karena pembahasan terkait dengan pemanfaatan potensi desa

yang meiliki potensi dan dianggap lebih mampu menyejahterakan dan

memandirikan masyarakat desa. Maka dari itu pemberdayaan ini

merupakan diskursus yang dapat dikaji dan dianalisis menggunakan

teori Sosiologi tentang Modal Sosial yang digagas oleh Francis

Fukuyama. Kajian ini juga berkaitan dengan inisiatif individu

menggerakkan kelompok yang didasari dan didorong oleh

kepercayaan (Trust), nilai, norma, pertukaran (Reciprocal), dan

interaksi atau jaringan. Dengan adanya diskursus tersebut, maka

9

penguatan teori Modal Sosial berkaitan dengan pemberdayaan

masyarakat desaakan semakin terlihat dan terbukti adanya. Sehingga

secara empiris teori pemberdayaan dapat dibuktikan dalam lapangan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi pemerintah Dinas Pariwisata

Hasil penelitian tentang Pemberdayaan Masyarakat Desa

Berbasis Wisata dapat menjadi rujukan dan pertimbangan bagi

pemerintah dinas Pariwisata sebagai pemberdayaan masyarakat

desa melalui sektor wisata yang memanfaatkan potensi lokal dan

pertimbangan kebijakan.

2. Manfaat bagi Jurusan Sosiologi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan referensi baru bagi dosen atau mahasiswadalam hal

pemberdayaan masyarakat desa melalui sektor wisata. Sehingga

mampu membuka cakrawala berfikir baru dalam melihat potensi-

potensi yang mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat desa.

3. Manfaat bagi Masyarakat Desa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan

pertimbangan terkait pemberdayaan masyarakat desa berbasis

wisata. Menjadi percontohan masyarakat desa lain agar lebih

mampu melihat potensi daerahnya sehingga mampu mengangkat

kesejahteraan masyarakat agar lebih baik lagi dan mampu

memandirikan masyarakatnya sendiri.

10

1.5DEFINISI KONSEP

1.5.1 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan

ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan

pemahaman baru dalam pembangunan, yakni people centered,

participatory, empowering and sustainable. Konsep ini sebenarnya

lebih luas dan tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar atau

menyediakan mekanisme untuk mencegah proses kemiskinan lebih

lanjut (safety net).(Kartasasmita,1997:10)

1.5.2 Desa Wisata

Desa Wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang

menawarkan dan menyajikan keseluruhan suasana yang mencerminkan

keaslian pedesaaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya,

adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata

ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan

menarik serta mempunyai potensi untuk dapat dikembangkanya

berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi,

makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan-kebutuhan wisata

yang lainnya. (Priasukmana, Soetarso & R. Mohamad Mulyadin, 2001:

37-44)

1.5.3 Wisata

11

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun

2009 tentang kepariwisataan, wisata adalah suatu kegiatan perjalanan

yang dilakukan oleh individu atau kelompok mengunjungi suatu tempat

dan bertujuan untuk rekreasi, pengembangan pribadi, atau untuk

mempelajari keunikan daya tarik suatu tempat wisata yang dikunjungi

dalam waktu sementara.

1.5.4 Masyarakat Pedesaan

Menurut Paul H. Landis untuk tujuan analisis statistik, desa

didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari

2500 orang. Untuk tujuan analisa sosial psikologi, desa didefinisikan

sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang

akrab dan serba informal di antara sesama warga dalam lingkupnya.

Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi,desa di definisikan sebagai

suatu lingkungan yang penduduknya tergantung kepada pertanian

(Rahardjo, 1999: 30)

1.6 METODE PENELITIAN

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Pendekatan penelitian secara

kualitatif, yang mana peneliti akan lebih cenderung menggali data dari

subjek dan menyajikan data secara deskriptif, sehingga data yang

diperoleh akan mempermudah pembaca dalam memahami hasil

penelitian. Menurut Bogdan dan Taylor (Zuriah : 2009 : 92),

penelitian kualitatif merupakan sebuah cara atau prosedur penelitian

12

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dalam penelitian.

Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif ini akan sesuai

dengan tema persoalan yang diteliti, dengan menggunakan pendekatan

ini peneliti akan mudah menggali data tentang proses berdirinya

Taman Wisata Genilangit dan bentuk-bentuk pemberdayaan atas

berdirinya Taman Wisata Genilangit hingga mampu memberdayakan

masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1.6.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yang akan digunakan oleh peneliti adalah

deskriptif kualitatif, karena penelitian ini mendiskripsikan proses awal

hingga akhir dari pengembangan taman wisata Genilangit hingga

mampu memberdayakan masyarakat desa dan meningkatkan

kesejahteraan.

1.6.3 Lokasi Penelitian

Penelitian pemberdayaan masyarakat desa berbasis wisata ini

terletak di Desa Genilangit Kecamatan Poncol Magetan Jawa Timur.

Lokasi ini berada di kaki gunung Lawu yang berketinggian kurang

lebih 1300mdpl. Penelitian banyak dilakukan di Taman Wisata

Genilangit dan Desa Genilangit Kecamatan Pocol Kabupaten Magetan

13

karena mayoritas aktifitas pemberdayaan dilakukan di Taman wisata

Genilangit

1.6.4 Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Teknik penentuan subjek penelitian ini menggunakan

purposive sampling, dimana peneliti menentukan kriteria-kriteria dan

kuota tertentu kepada subjek yang secara mendalam mampu

memberikan informasi secara benar dan lengkap. Purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu. (Sugiyono,2009:218).

Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini berdasar

arahan dari Edi adalah:

1. Edi Suko Cahyono sebagai inisiator atas berdirinya Taman Wisata

Genilangit, beliau sebagai subjek utama yangakan paling sering

memberikan informasi. Beliau wakil ketua Karang Taruna Giri

Putra Bhakti desa Genilangit. Selain itu juga menjadi orang yang

paling berpengaruh atas perubahan dan gerakan yang mampu

meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat lokal

Genilangit.

2. Agus sebagai ketua Karang Taruna yang sebenarnya memang

kakak dari Edi. Beliau bertugas ketika ada pertemuan resmi dengan

pemimpin atau tokoh dan individu yang selalu diberangkatkan

ketika studi banding ke daerah wisata lain.

14

3. Parman sebagai pemberi informasi secara rutin terkait

pemberdayaan masyarakat desa Genilangit dan perkembangan dari

Taman Wisata Genilangit, beliau adalah Ketua RW 2 desa

Genilangit. Meskipun ketua RW beliau sangat mengetahui

perkembangan dari Desa Genilangit. Beliau adalah seseorang yang

selalu menginisiasi warga, mengumpulkan warga ketika akan

mengadakan kegiatan atau perkumpulan.

4. Mbah Joyo Miran sebagai pemberi informasi terkait sejarah dari

Genilangit dan segala hal hal sifatnya mistik dan nilai sejarah atau

asal-usul, beliau merupakan sesepuh dari desa Genilangit kebetulan

juga ayah dari Pak Parman.

5. Sulis, Andik, Sakat, Joko beberapa anggota Karang Taruna

Genilangit yang bekerja di Taman Wisata Genilangit dan mas

Sutris sebagai sekretaris dan pembukuan pemasukan dari Taman

Wisata Genilangit

6. Pardi sebagai kepala desa, Bayan Simun dan Mbah Carik Sarman

sebagai informan yang menceritakan dampak sosial, ekonomi dan

budaya atas berdirinya Taman Wisata Genilangit. Dan memberikan

informasi terkait bentuk pemberdayaan lain diluar Taman Wisata

Genilangit.

7. Beberapa warga desa juga di wawancara karena memang

diperlukan terkait validitas data atau kebenaran yang absolut atas

data yangtelah didapatkan, karena warga adalah pihak yang juga

berpartisipasi dan merasakan dampak dari Taman Wisata

15

Genilangit dan bentuk-bentuk pemberdayaan lainnya.Meskipun

penggalian data kepada warga bersifat umum dan tidak spesifik,

tetapi hal ini juga akan membantu untuk lebih mendapatkan data

yang komprehensif.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi menurut S. Margono diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang

terlihat pada obyek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini

dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya

peristiwa. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun

secara tidak langsung (Nurul Zuriah, 2009:173).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi secara

langsung, dimana segala bentuk kegiatan masyarakat diikuti dan

peneliti juga selalu masuk mengikuti keseharian informan yang

telah ditentukan. Langkah ini diambil supaya dalam penggalian

data bisa lebih mendalam dan intim. Dengan menjadi mereka atau

selalu mengikuti kegiatan mereka otomatis akan membangun

kepercayaan antara peneliti dan informan. Konsep diri yang

diambil peneliti sebelum observasi adalah bagaimana seorang

peneliti mampu merubah status orang aneh (strange) menjadi

teman (friend) dan terakhir menjadi keluarga (family) terhadap

masyarakat atau informan yang akan diteliti.

16

Observasi dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan

Masyarakat dan juga individu yang mampu memberikan informasi

secara lengkap. Kegiatan masyarakat seperti perkumpulan karang

taruna, rapat warga, yasinan, dan musyawarah-musyawarah lain.

Selama satu bulan penuh peneliti masuk menjadi bagian dari

masyarakat Genilangit, hingga pada akhirnya menemukan tema

pemberdayaan. Selama satu bulan mendapatkan banyak data

tentang Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Wisata, mulai proses

awal hingga akhir pembangunan Taman, bentuk-bentuk

pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara

tidak terstruktur, jadi pembicaraan mengalir dan secara alami

informan membuka informasi dengan sendirinya. Peneliti sesekali

menanyakan dan memancing hal-hal pokok terkait tema penelitian

dan juga mengikuti alur pembicaraan dari informan supaya tidak

terjadi kejenuhan. Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2009:231)

mendefinisikan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Teknik wawancara yang dilakukan adalah ikut dalam

keseharian informan dan melakukan pembicaraan sepanjang

17

aktivitas itu. Peneliti awalnya mengikuti kegiatan Pak Parman

sebagai ketua RW 2 dan juga sebagai seseorang yang mengontrol

saluran air dari sumber air. Beliau juga sebagai penyebar

pengumuman jika akan diadakan perkumpulan warga. Jadi segala

sesuatu yang terjadi di desa Genilangit Pak Parman selalu

mengetahui. Secara bergantian peneliti juga melakukan wawancara

dengan Mas Edi selaku inisiator dari berdirinya Taman Wisata

Genilangit, beliau merupakan wakil dari Karang Taruna Giri Putra

Bhakti dan orang yang paling berpengaruh di Desa Genilangit.

Selebihnya wawancara yang lain akan dilakukan dengan informan

dan subjek penelitian yang lain.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bukti-bukti yang diabadikan baik

dalam waktu dekat maupun dalam waktu yang lampau. Data ini

berkaitan dengan Taman Wisata Genilangit, pengambilan gambar

bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat dan dokumentasi

pendukung seperti profil desa maupun data lain yang mendukung

tema dan judul penelitian yang dibahas. Menurut Sugiyono

(2009:240), dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

barlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental seseorang.

18

Dokumentsi yang diambil yaitu beberapa sudut dari Taman

Wisata Genilangit, bentuk peberdayaan masyarakat lokal,

perkumpulan warga, rapat karang taruna dan kumpulan-kumpulan

lainnya jika memang dilaksanakan.

1.6.6 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat dikelompokkan ke

dalam dua klasifikasi, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara

langsung oleh peneliti tanpa melalui perantara atau sumber lain.

Data primer diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan

data yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Data primer

yang diperoleh dengan cara observasi dan wawancara dengan

mengikuti keseharian dari subyek maupun informan yang telah

dipilih sebelumnya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti

secara tidak langsung dari obyek penelitian ataupun data yang

diperoleh melalui perantara sumber lain maupun media lainnya.

Data sekunder dalam penelitian ini dapat berupa hasil penelitian

terdahulu, jurnal buku, foto-foto dan dokumen lain terkait

Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Wisata.

19

1.6.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori,

menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun orang

lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan model analisis interaktif yang diperkenalkan oleh Miles

dan Heuberman yang terdiri dari tahapan analisis yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilah dan memilih

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

yang berkaitan dengan tema dan membuang yang tidak

diperlukan. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan

memberikan garis besar dan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencari yang diperlukan kembali.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan langkah kelanjutan dari tahap

reduksi data. Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif, termasuk penelitian

ini, penyajian data difokuskan dengan teks-teks yang bersifat

20

naratif. Bentuk penyajia data lainnya hanya sebagai data

pendukung.

3. Kesimpulan (Conclusion)/ Verifikasi

Tahap ketiga dalam analisis data adalah penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kseimpulan yang kredibel

(Sugiyono.2012:335-345)

1.6.8 Validitas Data

Validitas atau keabsahan merupakan keakuratan dan ketepatan

antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat

dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data valid adalah data yang

tidak berbeda antara data peneliti dengan data yang sesungguhnya

terjadi pada obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, data dapat

dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara data peneliti

dengan data lapangan atau obyek yang diteliti.

Validitas data penelitian kualitatif dapat dibuktikan dengan uji

kredibilitas data sebagaimana merujuk pada pendapat Sugiyono, dapat

dilakukan dengan melakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekukan, trianggulasi, analisis kasus negative dan member check.

a. Perpanjangan Pengamatan

21

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

tempat penelitian, melakukan pengamatan, wawancara lagi

dengan sumber data yang sudah pernah ditemui maupun yang

baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti peneliti akan

tercipta suatu hubungan keakraban dengan sumber data seperti

semakin terbuka, kekeluargaan, saling mempecayai sampai tidak

ada lagi data yang tersembunyi atau belum disampaikan.

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan

secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut

maka kepastian data hingga urutan peristiwa bisa terekan secara

sistematis dan berurutan. Dengan demikian peneliti dapat

melanjutkan pengkajian ulang mengenai data yang telah

ditemukan. Dengan demikian tulisan skripsi ini akan tersaji

dengan tulisan data yang akurat sesuai apa yang diamati.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dapat

diartikan sebagai pengkajian data dari berbagai sumber, berbagai

cara dan berbagai waktu.

1. Triangulasi Sumber

22

Triangulasi sumber berfungsi untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang

diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik berfungsi untuk menguji

kredibilitas data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda

3. Triangulasi Waktu

Untuk pengujian kredibilitas data dapat dilakukan

dengan wawancara, observasi dalam situasi atau waktu yang

berbeda. apabila menghasilkan data yang berbeda, maka

perlu dikaji dan dilakukan secara berulang hingga

menemukan data yang pasti.

d. Analisis Kasus Negatif

Kasus negatifmerupakan kasus yang tidak sesuai dengan

hasil penelitian pada saat waktu tertentu. Melakukan analisis

kasus negatif berarti mencari ulang data yang berbeda antara data

peneliti dengan data lapangan. Apabila data sudah tidak ada lagi

yang bertentangan, maka sudah dapat dipastikan bahwa data

tersebut benar dan dapat dipercaya. Apabila ada data yang

bertentangan maka peneliti akan merubah data temuannya sesuai

data yang valid.

e. Mengadakan member check

23

Member check adalah proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan dari member

check adalah untuk mengetahui seberapa jauh kesesuaian data

yang diperoleh peneliti dengan pemberi data. Apabila data telah

disepakati oleh pemberi informasi berarti data tersebut bisa

dikatakan valid, sehingga data tersebut kredibel dan dapat

dipercaya. Tetapi apabila sebaliknya, data tidak disepakati dengan

peberi informasi, maka perlu melakukan diskusi ulang dengan

pemberi data dan merubah data agar sesuai dengan data yang

diperoleh oleh pemberi data. (Sugiyono. 2012: 368-376).

Uji keabsahan data diutamakan dengan menggunakan

teknik triangulasi dan didukung dengan penggunaan bahan

referensi. Triangulasi dan didukung dengan penggunaan bahan

referensi. Triangulasi yang lebih diutamakan adalah penggunaan

triangulasi waktu dan sumber. Kedua teknik ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa waktu juga akan mempengaruhi validitas

data. Sehingga apabila ditemukan data yang tidak valid maka

penaliti akan kembali melakukan penggalian data yang lebih valid

pada waktu yang berbeda dan sumber yang sama atau juga bisa

sumber yang baru.