BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Novel grafis merupakan sebuah genre baru dalam dunia sastra. Meskipun memiliki penampilan yang sama dengan komik, tetapi novel grafis memiliki tingkat pemaknaan yang lebih tinggi (Gravett, 2005:89). Kisah yang diceritakan dalam novel grafis lebih serius dan topik yang dibahas meliputi konflik sosial maupun sisi gelap kehidupan manusia. Perbedaan yang paling mendasar antara novel grafis dengan komik terletak pada ruang lingkup muatan permasalahan yang diciptakan pengarang. Novel grafis menyajikan tokoh yang memiliki karakter yang kompleks, alur cerita yang rumit dan menggunakan bahasa yang lebih berbobot dibandingkan dengan komik. Oleh sebab itu, novel grafis dapat dikonsumsi oleh pembaca anak-anak hingga orang dewasa. Perbedaan lainnya adalah pada cara penerbitannya. Jika komik diterbitkan secara berkala untuk menceritakan kisah dari awal hingga akhir, novel grafis biasanya dicetak dan selesai dalam satu buku. Akan tetapi, jika terdiri dari beberapa jilid, setidaknya dalam satu jilid mencakup banyak porsi cerita (NWT Literacy Council, 2011:2). Selain itu, Dominique Girard (2009) mengatakan bahwa novel grafis merupakan sarana untuk mengkomunikasikan perspektif, opini, bahkan pesan-

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Novel grafis merupakan sebuah genre baru dalam dunia sastra. Meskipun

memiliki penampilan yang sama dengan komik, tetapi novel grafis memiliki

tingkat pemaknaan yang lebih tinggi (Gravett, 2005:8—9). Kisah yang diceritakan

dalam novel grafis lebih serius dan topik yang dibahas meliputi konflik sosial

maupun sisi gelap kehidupan manusia.

Perbedaan yang paling mendasar antara novel grafis dengan komik terletak

pada ruang lingkup muatan permasalahan yang diciptakan pengarang. Novel

grafis menyajikan tokoh yang memiliki karakter yang kompleks, alur cerita yang

rumit dan menggunakan bahasa yang lebih berbobot dibandingkan dengan komik.

Oleh sebab itu, novel grafis dapat dikonsumsi oleh pembaca anak-anak hingga

orang dewasa. Perbedaan lainnya adalah pada cara penerbitannya. Jika komik

diterbitkan secara berkala untuk menceritakan kisah dari awal hingga akhir, novel

grafis biasanya dicetak dan selesai dalam satu buku. Akan tetapi, jika terdiri dari

beberapa jilid, setidaknya dalam satu jilid mencakup banyak porsi cerita (NWT

Literacy Council, 2011:2).

Selain itu, Dominique Girard (2009) mengatakan bahwa novel grafis

merupakan sarana untuk mengkomunikasikan perspektif, opini, bahkan pesan-

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

2

pesan sosial dan politik. Dunia perindustrian komik yang berkembang pesat juga

menjadikan novel grafis dapat diakses dengan mudah ke ruang lingkup yang lebih

luas. Dengan demikian saat ini novel grafis telah memiliki tempat yang baik di

ranah kesastraan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya karya novel grafis yang

mendapatkan penghargaan internasional maupun nasional, misalnya Persepolis

(2000) karya Marjane Satrapi dan Mauss (1991) karya Art Spielgelman yang

mendapat penghargaan Pulitzer.

Pengarang novel grafis Prancis yang terkenal selain Marjane Satrapi

adalah David Beauchard. Ia lahir di Nîmes pada 9 Februari 1959 dan menempuh

studi di École des Arts appliqués Duperré, Paris, Prancis. Awalnya, David

Beauchard menerbitkan karya-karyanya pada majalah anak seperti Chic, Okapi,

Tintin Reporter dan À Suivre. Kemudian pada tahun 1990, David Beauchard dan

temannya mendirikan penerbitan L’Assosiasion. Dengan didirikannya

L’Assosiasion, David Beauchard mulai menerbitkan sendiri sebagian besar karya-

karyanya. Karya-karya David Beauchard antara lain Le timbre maudit (1986) yang

diterbitkan dalam majalah Okapi, Les leçons du nourisson savant (1990), La

bombe familialle (1991), Le cheval blême (1992), Le nain jaune jilid 1 hingga jilid

5 (1993—1994), Le livre somnanbule (1994), Le messie discret (1994), Le tengû

carré (1997), Les 4 savants jilid 1 hingga jilid 3 (1996—1998), Les incidents de la

nuit jilid 1 hingga jilid 3 (1999—2002), L’Ascension du haut mal jilid 1 hingga

jilid 6 (1996—2003), Le jardin armé et autres histoires (2006), Par les chemins

noirs (2006), dan Les meilleurs ennemies : Une histoire des relations entre les

États-Unis et le Moyen-Orient (2012) yang ditulis bersama seorang diplomat

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

3

sekaligus profesor, Jean-Pierre Filiu. Novel grafis L’Ascension du haut mal adalah

karya David Beauchard yang paling terkenal dan mendapat banyak penghargaan.

Novel grafis L’Ascension du haut mal memenangkan penghargaan

Angoulême International Comics Festival Prize :Alph’Art du meilleur scénario

(2000), Prix du meilleur album (1998 dan 2004), le Prix International de la Ville

de Genève (2003) dan Ignantz Award (2005). Meskipun belum dikenal di

Indonesia, namun L’Ascension du haut mal merupakan salah satu novel grafis

yang sangat berpengaruh di Eropa dan Amerika Serikat. Ketenaran tersebut

membuat L’Ascension du haut mal dibuat ke dalam film animasi oleh Christophe

Gérard1. Meskipun teaser video telah beredar, namun film animasi ini baru akan

dirilis pada tahun 2017 mendatang2.

L’Assencion du haut mal dianggap sebagai karya autobiografi Pierre-

François (David) Beauchard karena menceritakan tentang keluarga Beauchard

yang berjuang dengan segala cara untuk menyembuhkan penyakit epilepsi yang

diderita salah satu anggota keluarganya. Epilepsi adalah penyakit yang dianggap

mengerikan oleh masyarakat. Seorang penderita epilepsi bahkan dianggap gila

atau kerasukan arwah jahat. Kisah L’Ascension du haut mal menyadarkan bahwa

penderita dan keluarga sudah cukup menderita tanpa cemoohan dan pengucilan

dari masyarakat. Selain itu, yang paling menarik dari novel grafis ini adalah

gambar-gambar yang ada di dalamnya.

1http://www.lascensionduhautmal.com (diakses 22 April 2014 pukul 16.06 WIB)

2http://www.avoir-alire.com/l-ascension-du-haut-mal-de-la-bd-a-l-animation (diakses 22 April

2014 pukul 16.58 WIB)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

4

Gambar-gambar dalam novel grafis L’Ascension du haut mal bernuansa

gelap dengan proporsi warna dominan hitam. Selain itu, terdapat gambar-gambar

simbol yang aneh, seakan gambar tersebut memiliki makna tersirat. Contohnya

dapat dilihat pada gambar dalam novel grafis L’Ascension du haut mal halaman

51 berikut:

Gambar 1. Jean-Christophe menaklukkan naga

Terjemahan teks dalam panel di atas adalah: “Setelah beberapa bulan, ia

tidak lagi membutuhkan obat-obatan. Ia tidak lagi mengalami serangan. Ia telah

sembuh”. Berdasarkan gambar dan teks, panel di atas memiliki makna bahwa

Jean-Christophe berhasil mengalahkan penyakit epilepsinya dan sembuh. Makna

tersebut dapat diterima dengan baik oleh pembaca karena menurut Benedict

R.O‟G (Sobur, 2003:132—133), meskipun elemen pembentuk komik-kartun

cukup kompleks, yakni terdiri atas unsur-unsur berbagai disiplin, misalnya bidang

seni rupa, sastra, linguistik, dan sebagainya, namun apabila dibandingkan dengan

bentuk komunikasi politik lain, komik merupakan bentuk yang paling terbaca

karena sering diberi kata-kata tertulis.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

5

Jika suatu komik hanya dibaca kata-katanya, maka pembaca tidak akan

memahami ceritanya, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut karena teks dan gambar

dalam komik adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Gravett,

2005:11).

Berbeda dengan pengarang novel, pengarang novel grafis lebih

mengutamakan gambar untuk digunakan sebagai sarana penyampaian pesan

karena satu gambar dapat bercerita lebih banyak daripada jutaan kata-kata.

Gambar mengenai Jean-Christophe yang sembuh dari epilepsi di atas tampak

ganjil dengan kehadiran sesosok monster naga. Pada gambar tersebut, „naga‟

adalah „penyakit epilepsi‟. Asumsi yang ditimbulkan adalah terdapat alasan atau

maksud tertentu atas penggunaan simbol naga dalam menggambarkan penyakit

epilepsi.

Penggambaran menggunakan simbol seperti contoh di atas banyak

ditemukan dalam novel grafis L’Ascension du haut mal. Simbol, sebagaimana

semua jenis tanda (sign) lainnya, memiliki potensi dan kemungkinan makna yang

tidak terbatas. Akan tetapi, jika suatu tanda memiliki suatu makna yang telah

ditetapkan, tanda tersebut telah berubah menjadi mitos (Barthes, 1957:193—202).

Dengan demikian, simbol yang terdapat dalam novel grafis tersebut merupakan

simbol mitos.

Pembahasan mengenai mitos termasuk dalam pembahasan ranah

semiotika. Akan tetapi, terdapat teori khusus yang membahas mengenai mitos,

yaitu teori mitologi dari Roland Barthes. Pembahasan mengenai simbol-simbol

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

6

mitos menarik karena dapat mengungkap makna tersirat yang terdapat dalam

novel grafis L’Ascension du haut mal secara keseluruhan. Selain itu, penelitian

yang mengangkat gambar sebagai objek penelitian cukup jarang dilakukan di

bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis.

Gambar dapat dikategorikan sebagai teks karena gambar tersusun dari

bentuk-bentuk dan menunjukkan referensi tertentu (McCloud, 1994:24—33).

Dengan demikian, tulisan dan gambar dalam novel grafis memiliki kedudukan

yang sama sebagai objek penelitian karya sastra.

1.2. Rumusan Masalah

Novel grafis adalah sebuah karya sastra yang terdiri dari teks dan gambar.

Teks dan gambar dalam novel grafis berfungsi sebagai sarana penceritaan dan

penyampaian makna. Novel grafis yang terkenal dan memperoleh penghargaan

biasanya karena tema yang diangkat mencakup permasalahan-permasalahan

sosial. Akan tetapi novel grafis L’Ascension du haut mal berbeda. Novel grafis ini

unik dengan gambar-gambarnya yang menggunakan simbol-simbol untuk

menyampaikan makna tersirat. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Apa makna simbol-simbol mitos dalam L’Ascension du haut mal?

2. Mengapa dan bagaimana simbol tersebut digunakan?

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

7

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Novel Grafis L’Ascension du haut mal sebenarnya terdiri dari enam jilid.

Akan tetapi, penelitian yang akan dilakukan cukup dengan menggunakan jilid

pertama sebagai sampel. Hal ini karena, secara garis besar, simbol-simbol yang

digunakan dalam semua jilid L’Ascension du haut mal memiliki konsep yang

sama.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mitos yang terdapat dalam

novel grafis L’Ascension du haut mal dengan menggunakan analisis mitologi dari

Roland Barthes. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan cara

memaknai simbol-simbol mitos yang dapat digunakan dalam keenam jilid novel

grafis L’Ascension du haut mal.

Selain tujuan teoretis di atas, penelitian ini juga memiliki tujuan praktis.

Tujuan praktis penelitian ini adalah menawarkan perspektif baru untuk

mengapresiasi sebuah karya sastra genre baru yang berupa novel grafis kepada

masyarakat.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

8

1.5. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini menggunakan objek material novel grafis L’Ascension du

haut mal jilid 1 karya David Beauchard yang diterbitkan oleh penerbit Prancis

L’Assosiasion pada tahun 2006. Sedangkan objek formal dari penelitian ini adalah

mitos yang terkandung dalam simbol-simbol dan dikaji menggunakan teori

mitologi dari Roland Barthes.

Terhadap objek material menggunakan novel grafis, meskipun karya sastra

dalam bentuk ini tergolong „muda‟, namun telah cukup banyak yang mengkajinya.

Misalnya saja Gde Dwitya Arief Metera dari Jurusan Sastra Inggris yang pada

tahun 2009 membuat skripsi dengan judul “Comic as Literature in the

Postmodern Age: A Study on Art Spiegelman’s Maus”. Skripsi tersebut membahas

mengenai komik yang mulai dapat dikategorikan sebagai sebuah karya sastra

karena cerita dan isinya. Maus karya Art Spiegelman tersebut termasuk kategori

novel grafis yang memenangkan berbagai penghargaan sastra. Pada tahun 2011,

Widiatmoko Adi Putranto dari Jurusan Sastra Inggris juga membuat skripsi

berjudul “Rebellious Character as Seen in the Marjane Satrapi’s PERSEPOLIS

Series”. Ia memaparkan pemberontakan-pemberontakan apa saja yang dilakukan

oleh tokoh utama dalam cerita tersebut dan menganalisisnya dengan mengaitkan

hal tersebut dengan latar belakang keluarga serta kisah masa kecil tokoh yang

menggambarkan bahwa wataknya tersebut telah ada sejak ia masih kecil. Selain

itu terdapat juga Duta Putra Niagara dari Jurusan Sastra Prancis yang menulis

skripsi yang berjudul “Dominasi Patriarkal dalam Novel Grafis Broderies karya

Marjane Satrapi” pada tahun 2013. Ia meneliti tentang dominasi patriarkal yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

9

terdapat dalam cerita tersebut dan mengkajinya dengan teori dari Kamla Bhasin

serta memaparkan respon-respon apa saja yang dilakukan tokoh-tokoh perempuan

dalam cerita tersebut untuk menghadapi dominasi tersebut.

Penelitian lain yang menggunakan objek material menggunakan novel

grafis adalah skripsi dari Desiana Enitriawati dari Jurusan Bahasa Korea pada

tahun 2013 yang berjudul “Representasi Tokoh Utama Perempuan dalam Novel

Grafis Hwangtobit Iyagi karya Kim Dong Hwa : Pendekatan Feminis”. Ia

mengklasifikasikan representasi perempuan dalam pencitraan fisik dan non-fisik

tokoh-tokohnya berdasarkan periode usia dan interaksinya dengan tokoh lain.

Akan tetapi, hingga saat ini objek material novel grafis karya David Beauchard

yang berjudul L’Ascension du haut mal belum ada yang mengkajinya di Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Kemudian, terkait penelitian mengenai simbol dan mitos, ada beberapa

skripsi, tesis maupun disertasi yang dapat dijadikan acuan penelitian ini. Misalnya

saja skripsi berjudul “Simbol-Simbol Ajaran Zen pada Taman Karesansui di Kuil

Ryooanji” karya Adhisakti Pratama Putra dari Jurusan Sastra Jepang pada tahun

2011. Skripsi ini membahas bagaimana batu, pasir, dan unsur lainnya dalam

Taman Koresansui ditata sedemikian rupa dengan pertimbangan filosofis dari

ajaran Zen. Lalu sebuah tesis berjudul “Mitos tentang Petalangan dalam Bujang

Tan Domang Susunan Tenas Effendy (Kajian Mitos Roland Barthes)” yang dibuat

oleh Alvi Puspita dari S2 Sastra pada tahun 2013. Tesis ini meneliti tentang

bagaimana sastra lisan Bujang Tan Domang mengandung mitos dan ideologi

daerah Petalangan yang berfungsi untuk menanamkan rasa persatuan dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

10

kebanggaan sebagai putra-putri Petalangan serta menekankan bahwa Petalangan

adalah wilayah yang kaya sehingga layak diakui pemerintah RI. Kemudian

“Myths of American Dream in the American Society”yang dibuat oleh Azwar

Abbas dari Jurusan American Studies pada tahun 2004. Penelitian tersebut

mengenai mitos mengenai „The American Dream‟ pada orang-orang Amerika

dalam drama Death of A Salesmen menggunakan teori Semiotik dari Roland

Barthes dengan pendekatan sosiokultural dan ekonomi. Penelitian lain yang

berupa skripsi berjudul “Cerita Anak-Anak Bergambar Caroline Aux Indes karya

Pierre Probst: Analisis Semiologi dalam Wacana Pascakolonialisme” karya Wisnu

Pradana dari Sastra Prancis pada tahun 2009. Skripsi ini mengungkapkan ideologi

Pascakolonialisme yang ada dalam penggambaran tokoh-tokoh dan ceritanya

menggunakan teori semiologi Roland Barthes dan Orientalisme dari Edward Said.

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, penelitian dengan menggunakan

novel grafis L’Ascension du haut malkarya David B. mengenai pemaknaan

simbol-simbol monster menggunakan teori mitologi dari Roland Barthes belum

pernah dikaji sebelumnya. Dengan demikian, penelitian ini perlu dilakukan.

Selain itu, seperti yang telah dijabarkan diatas, penelitian yang

menggunakan objek material novel grafis kebanyakan masih terpaku pada

pembahasan cerita. Padahal novel grafis merupakan genre baru dalam dunia

kesastraan yangberisi gambar sebagai unsur penyusunnya.Oleh sebab itu, gambar-

gambar dalam novel grafis sama pentingnya dengan teks sehingga dapat dijadikan

objek penelitian.Begitu juga gambar-gambar simbol dalam novel grafis

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

11

L’Ascension du haut malyang memiliki peran penting dalam penceritaan sehingga

patut untuk diteliti.

1.6. Landasan Teori

Penelitian ini akan menjelaskan cara memaknai simbol-simbol mitos

dalam novel grafis L’Ascension du haut mal serta alasan simbol tersebut

digunakan. Pembahasan mengenai makna termasuk dalam ranah penelitian

semiotika. Akan tetapi, terdapat teori khusus yang membahasa mengenai mitos,

yaitu teori mitologi dari Roland Barthes.

Teori mitologi dari Roland Barthes merupakan salah satu bentuk

pengembangan dari konsep dasar semiologi Ferdinand de Saussure. Dengan

mitologi, Roland Barthes berusaha membedah makna terdalam produk-produk

budaya massa seperti iklan, pertunjukan, foto, film, dan sebagainya. Menurutnya,

pada dasarnya segala sesuatu dapat menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah

wacana.

Berdasarkan bab terakhir buku Mythologie (1957) berjudul “Le mythe,

aujourd’hui”, Barthes mengungkapkan konsep dan langkah kerja dari teori

mitologi yang ia kemukakan. Konsep dan langkah kerja tersebut akan dipakai

dalam penelitian ini dan berikut adalah penjabarannya.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

12

1.6.1. Mitos adalah Tipe Wicara

Menurut kaidah etimologi, pada saat ini mitos berarti tipe wicara.

Meskipun demikian, bahasa membutuhkan syarat khusus untuk dapat menjadi

mitos. Bahasa tersebut harus memiliki pesan karena mitos merupakan sistem

komunikasi; dan mitos adalah sebuah pesan yang tidak bisa menjadi sebuah objek,

konsep, ataupun ide. Dalam sistem komunikasi tersebut, mitos adalah cara

pemaknaannya (Barthes, 1957:193—195).

Pada prinsipnya, beberapa objek menjadi sasaran mitos hanya untuk

beberapa waktu, lalu mereka sirna atau tergantikan oleh objek lain untuk mitos

yang sama. Hal ini terjadi karena sejarah manusialah yang mengubah realitas

wicara dan mengatur hidup matinya bahasa mitos.

Barthes mengatakan bahwa tulisan dan gambar tidak dapat dikategorikan

dalam tipe kesadaran yang sama karena dengan gambar, seseorang bisa

menggunakan lebih banyak ragam interpretasi. Akan tetapi yang paling penting

adalah pembahasan mengenai suatu citra yang dibuat demi satu interpretasi

khusus. Mitos dibangun oleh materi yang telah dibuat sedemikian rupa agar cocok

untuk komunikasi.

1.6.2. Mitos sebagai Sistem Semiologis

Mitos adalah studi tentang tipe wicara yang merupakan bagian dari ilmu

tanda (semiologi) Saussure. Hal ini karena pada masa kini, membahas sebuah

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

13

pemaknaan berarti harus kembali mengacu pada bidang semiologi. Kedua hal

tersebut (mitologi dan semiologi) adalah ilmu pengetahuan tentang „nilai‟ dan

tidak terpaku pada penemuan fakta. Mitologi dan semiologi berusaha untuk

mendefinisikan dan mengeksplorasi fakta-fakta tersebut sebagai tanda bagi

sesuatu yang lain.

Semiologi adalah ilmu tentang bentuk karena ia mempelajari pemaknaan

secara terpisah dari kandungannya. Padahal, menurut Barthes, ilmu pengetahuan

seharusnya berbicara tentang „kehidupan‟, bukan sesuatu yang tidak dapat

dilukiskan.

Mitos merupakan sistem khusus yang berupa rangkaian unsur semiologis

yang telah ada sebelumnya (Barthes, 1957:195—202). Berikut adalah

penjelasannya:

Tabel 1.1. Sistem mitologi

Bahasa

Mitos

1. Penanda 2. Petanda

3. Tanda

I. PENANDA

II. PETANDA

III. TANDA

Berdasarkan tabel di atas, sistem mitologi terdiri dari dua lapis sistem semiologi.

Tanda (sign) pada sistem semiologi pertama, menjadi penanda pada sistem yang

kedua. Mitos hanya ingin melihat sekumpulan tanda dalam satu unsur semiologi

menjadi satu tanda global—yang merupakan istilah akhir dari rangkaian semiologi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

14

tingkat pertama. Istilah akhir ini kemudian menjadi istilah pertama dari sebuah

sistem yang lebih besar yang telah terbentuk. Istilah akhir inilah yang nantinya

akan dicari korelasinya sehingga mitos dapat diketahui.

1.6.3. Bentuk (La Forme) dan Konsep (Le Concept)

Sebelum menganalisis mitos sebaiknya disepakati terminologinya terlebih

dahulu. Penanda dalam mitos dapat diamati dari dua sudut pandang: sebagai

istilah akhir sistem linguistik (semiologi), atau sebagai istilah pertama dari sitem

mitos. Oleh sebab itu kita membutuhkan dua nama. Pada taraf bahasa, istilah akhir

dari sistem pertama disebut „penanda‟; pada tingkatan mitos disebut „bentuk‟.

Sedangkan dalam „petanda‟ tidak mungkin ada ambigutas sehingga dapat disebut

„konsep‟. Kemudian istilah antara korelasi penanda dan petanda dalam istilah

linguistik disebut „tanda‟, tetapi karena dalam mitos penandanya dibentuk oleh

beberapa tanda bahasa sehingga disebut „makna‟ (la signification) (Barthes,

1957:202—206).

Penanda dalam mitos berperan sebagai makna sekaligus bentuk, sehingga

ambigu. Namun dalam satu penanda terdapat banyak kekayaan makna. Makna

tersebut mengungkapkan sejenis pengetahuan, masa lalu, memori, tingkatan fakta

yang bersifat komparatif, ide dan keputusan. Penanda saat berupa bentuk akan

meninggalkan makna yang mengitarinya, namun ia tidak hilang begitu saja, hanya

menyusut dan menjadi transparan.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

15

Sedangkan pada petanda, bentuk yang telah dikosongkan oleh sejarah—

karena sejarah selalu berubah seiring dengan manusia—akan diserap oleh konsep.

Konsep menyusun kembali rentetan sebab dan akibat, alasan dan tujuan. Tidak

seperti bentuk, konsep sama sekali tidak abstrak: ia dipenuhi berbagai situasi.

Dengan demikian sejarah dimasukkan ke dalam mitos melalui konsep.

1.6.4. Mitos (La Signification)

Mitos adalah makna ketiga. Mitos diketahui dengan memahami relasi

antara konsep dengan bentuk (Barthes, 1957:206—213). Relasi antar keduanya

mengandung bentuk yang telah terdeformasi dan makna yang telah terdistorsi.

Bentuk terdeformasi agar dapat menyampaikan mitos.Pendeformasian

bentuk tersebut terjadi dalam pengaruh konsep mitos. Mitos yang bentuknya telah

terdeformasi memiliki makna yang terdistorsi. Makna mitos terdistorsi oleh

konsep karena sebelumnya mitos telah dibentuk oleh makna linguistik—yang

dalam sistem sederhana seperti bahasa, petanda sama sekali tidak bisa mendistorsi

apapun karena penanda bersifat hampa dan arbitrer.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

16

1.6.5. Membaca dan Menguraikan Mitos

Barthes (1957:213—217) mengemukakan tiga model pembacaan dan

penguraian mitos berdasarkan titik tekan pembacaannya, yaitu:

1. Memfokuskan pada penanda yang kosong

Jika terfokus pada penanda yang kosong, maka konsep dibiarkan mengisi

bentuk mitos tanpa ambiguitas. Dengan demikian sistem menjadi sederhana dan

pemaknaan menjadi bersifat literal lagi.

2. Memfokuskan pada penanda yang penuh

Jika terfokus pada penanda yang penuh, maka makna dan bentuk

dibedakan secara gamblang. Hal tersebut akan mengakibatkan distorsi yang

dipaksakan kepada salah satu pihak (makna atau bentuk). Dengan demikian,

penelitian terlepas dari sistem mitis dan menerima begitu saja unsur penipuan.

3. Memfokuskan pada penanda mitos yang terbangun dari makna dan bentuk

Jika terfokus pada penanda mitos sebagai sesuatu yang membangun makna

dan bentuk, maka pemaknaan yang ambigu diakui.Dengan demikian, mekanisme

pembentuk mitos dan sifat kedinamisannya dapat dipahami.Cara tersebut adalah

yang paling cocok untuk menjadi pembaca mitos.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

17

1.7. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menelaah data yang

bersumber dari novel grafis L’Ascension du haut maljilid 1. Dalam bukunya,

Moleong (2006:6) memaparkan bahwa metode kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya pelaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata ataupun bahasa pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Data utama dalam penelitian ini adalah novel grafis karya David B. yang

berjudul L’Ascension du haut maljilid 1 serta referensi atau buku-buku terkait.

Referensi dan buku-buku tersebut digunakan sebagai acuan untuk memahami

makna dari data-data utama yang diambil langsung dari objek material, yaitu

novel grafis. Sedangkan objek formal dalam penelitian ini adalah pengkajian

mitologi untuk mengetahui makna simbol-simbol mitos dalam novel grafis.

Penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan pembacaan objek material yang berupa novel grafis

L’Ascension du haut mal jilid 1 secara heuristik atau pembacaan tingkat pertama

untuk memahami arti sesuai dengan teks (denotatif).

b. Melakukan pengkajian objek material tersebut secara hermeunetik, yaitu

menginterpretasikan secara utuh teks dan gambar dengan mengaitkan referensi-

referensi dan pengetahuan umum mengenai simbol yang digunakan dalam cerita

tersebut.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/74386/potongan/SI-2014... · bidang penelitian karya sastra, khususnya novel grafis. Gambar dapat dikategorikan

18

c. Melakukan pengklasifikasian berdasarkan bentuk (la forme) dan konsep

(le concept) terhadap data-data berupa potongan panel gambar yang berisi simbol

mitos.

d. Menganalisis bentuk penanda mitos yang terdeformasi dan makna yang

terdistorsidalam simbol-simbol mitos. Setelah itu, mitosdalam novel grafis

L’Ascension du haut malakan diketahui melaluihubungan antara kedua hal

tersebut.

e. Menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan.

1.8. Sistematika Penyajian

Laporan penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan ketentuan

sebagai berikut:

BAB I: merupakan pengantar yang berisi uraian mengenai latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori dan metode

penelitian.

BAB II: berisi pemaparan bentuk dan konsep simbol-simbol mitos serta

analisis bentuk penanda mitos yang terdeformasi dan makna yang terdistorsi yang

menyusun mitos dalam novel grafis L’Ascension du haut mal.

BAB III: merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan hasil

analisis pada BAB II serta lampiran-lampiran.