Titik Haryani -- Pentingnya Pelayanan “Inner Healing dalam ...
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - digilib.its.ac.id · Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1. ......
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - digilib.its.ac.id · Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1. ......
1
Tugas Akhir
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia saat ini menghadapi masalah krisis energi yang parah, baik dalam harga maupun ketersediaannya. Krisis ekonomi
yang telah terjadi di Indonesia sejak Orde Baru berakhir
berdampak pada sedikitnya penambahan kapasitas pembangkitan
listrik. Hal ini tentu saja menyebabkan krisis penyediaan listrik di beberapa daerah yang menimbulkan efek tidak menguntungkan
bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebab pertumbuhan
ekonomi masyarakat menyebabkan permintaan akan tenaga listrik semakin meningkat (www.energi.lipi.go.id). Hal ini harus
diimbangi dengan ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah,
keandalan, dan mutu yang memadai.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mendapat tugas dalam pengadaan energi listrik oleh pemerintah, kesulitan dalam
menambah pembangkit-pembangkit baru, hal ini dikarenakan
naiknya harga BBM dan non BBM (seperti batubara) yang merupakan bahan bakar utama sebagian besar pembangkit listrik.
Jika hal ini dibiarkan terus menerus, dimana PLN tidak mampu
menambah kapasitas pembangkitan listrik sedangkan kebutuhan akan listrik terus meningkat, maka dipastikan krisis energi listrik
akan terjadi dan mengakibatkan efek beruntun seperti terhentinya
perekonomian. Saat ini, dampak yang terasa jelas terjadi di Pulau
Jawa dimana pemadaman bergilir dilakukan karena tidak seimbangnya antara pasokan listrik dengan ketersedian jumlah
listrik yang diproduksi (www.energi.lipi.go.id). Oleh karena itu,
perlu dilakukan berbagai terobosan oleh berbagai pihak, baik itu PLN, pemerintah dan masyarakat pada umumnya untuk
mengatasi persoalan ketersediaan energi listrik ini, sehingga
diharapkan pada ulang tahun Republik Indonesia yang ke-75 Indonesia dapat menikmati listrik di seluruh penjuru sesuai misi
PLN tahun 2015.
Pemerintah saat ini melakukan berbagai terobosan untuk
mengatasi kekurangan pasokan energi listrik sekaligus
2
Tugas Akhir
mengurangi ketergantungan terhadap BBM, salah satunya adalah
dengan mengembangkan berbagai energi alternatif yang dapat menggantikan bahan bakar fosil sebagai penghasil listrik. Di
Indonesia, sebenarnya cukup banyak sumber-sumber energi
alternatif yang tersedia. Untuk solar sel, letak Indonesia yang berada di garis katulistiwa sudah tidak diragukan lagi dengan
potensi sebesar 4 KWh/m2. Sumber energi alternatif lainnya pun
memiliki potensi yang besar seperti geothermal dengan total
potensi sebesar 19.658 MW, tenaga hydro memiliki total potensi 75.000 MW, sedangkan yang saat ini termanfaatkan baru sekitar
34.000 MW. Untuk energi angin, Indonesia memiliki potensi
sebesar 9.286 MW (www.energi.lipi.go.id). Namun dari potensi tersebut belum seluruhnya bisa
dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik, mengingat ada
beberapa kendala antara lain:
1. Lokasi yang jauh dari pusat beban. 2. Belum tersedianya teknologi pemanfaatan energi alternatif
yang cukup ekonomis terutama dengan pembangkit
konvensional. 3. Kontinuitas ketersediaan pasokan energi alternatif.
4. Pembangunan fasilitas yang memakan waktu yang lama dan
tidak ekonomis Energi angin sebagai salah satu sumber energi alternatif
terbarukan merupakan energi yang mempunyai potensi cukup
besar (9,29 GW) namun dalam penggunaan sekarang ini masih
sangat minim yaitu sekitar 700 kW atau 0,008% dari potensi sesungguhnya (www.wikipedia.org). Potensi energi angin di
Indonesia umumnya berkecepatan lebih dari 5 meter per detik
(m/detik). Hasil pemetaan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada 120 lokasi menunjukkan, beberapa
wilayah memiliki kecepatan angin di atas 5 m/detik, masing-
masing Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Pantai Selatan Jawa. Adapun kecepatan angin 4
m/detik hingga 5 m/detik tergolong berskala menengah dengan
potensi kapasitas 10-100 kW.
3
Tugas Akhir
Pemanfaatan energi angin sebagai sumber energi
alternatif non-konvensional terutama di negara maju telah banyak diaplikasikan baik untuk menghasilkan energi listrik maupun
energi mekanik. Di Jerman misalnya, sepanjang tahun 2003 telah
memanfaatkan 18.500 GWh energi yang berasal angin (www.wikipedia.org). Energi angin merupakan sumber energi
yang ramah lingkungan. Pembangkit energi angin tersebut tidak
menimbulkan emisi karbon dioksida sehingga ramah lingkungan.
Pemanfaatan energi angin dalam sistem ventilasi untuk mensirkulasi udara di dalam sebuah ruangan, dimanfaatkan secara
luas terutama pada industri, pergudangan, workshop, bahkan
rumah tangga dengan memasang peralatan yang disebut sebagai turbine ventilator atau roof ventilator. Peralatan ini berfungsi
untuk menghisap udara dalam sebuah ruangan yang selanjutnya
akan dibuang menuju atmosfir. Peralatan tersebut tidak
membutuhkan energi listrik untuk memutarnya, cukup dengan hembusan angin dari luar gedung, peralatan tersebut telah
berfungsi dengan baik.
Modifikasi memperluas penggunaan turbine ventilator untuk pembangkit listrik adalah dengan penambahan komponen
pengubah energi dari mekanik menjadi listrik. Lai, C.M. (2003)
melakukan serangkain tes pada kamar mandi, hasil yang dicapai bahwa debit ventilasi meningkat dan mampu menciptakan
pencampuran udara luar sehingga udara dalam ruangan menjadi
lebih segar. Lai, C.M. (2003) mengkombinasikan dengan inner
fan untuk meningkatkan kinerja turbine ventilator. Umumnya kombinasi dengan inner fan mampu memberikan hasil positif
pada debit udara ventilasi, sedangkan kecepatan optimal dari
inner fan berkisar pada angka 1500 rpm. Kecepatan ideal untuk inner fan dicapai pada kecepatan angin rendah yaitu 5m/s, dan
akan semakin berkurang pengaruhnya ketika kecepatan angin
bertambah dan hilang sama sekali pada 10 m/s. Berdasarkan penelitian tersebut, muncul pemikiran untuk
melakukan penelitan mengenai unjuk kerja turbine ventilator
sebagai pembangkit tenaga listrik alternatif sebagai solusi
terhadap krisis energi di Indonesia dengan melakukan modifikasi
4
Tugas Akhir
penambahan rasio panjang dan diameter pipa cerobong turbine
ventilator untuk mendapatkan unjuk kerja turbine ventilator yang optimal sebagai pembangkit tenaga listrik.
1.2 Perumusan Masalah Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya
putaran turbine ventilator, yaitu besarnya debit ventilasi yang
mengalir pada pipa cerobong turbine ventilator dan besarnya
kecepatan freestream udara yang mengalir menuju turbine ventilator, sehingga Lai, C.M. (2003) melakukan modifikasi
dengan penambahan inner fan, yang tujuannya untuk
mendapatkan debit ventilasi dan putaran turbine ventilator yang besar.
Berdasarkan pertimbangan di atas dan penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya, Lai, C.M. (2003), maka penelitian
ini difokuskan untuk melakukan modifikasi penambahan rasio panjang dan diameter turbine ventilator. Modifikasi penambahan
rasio panjang dan diameter pipa cerobong turbine ventilator (L/D)
dimaksudkan agar memperoleh debit yang besar pada pipa cerobong turbine ventilator, karena dengan semakin
bertambahnya rasio panjang dan diameter turbine ventilator, dan
dengan diameter turbine ventilator konstan, akan terjadi penurunan tekanan didalam pipa cerobong turbine ventilator,
sehingga menimbulkan perbedaan tekanan yang semakin besar
antara udara yang memasuki inlet pipa cerobong turbine
ventilator dan udara pada outlet pipa cerobong turbine ventilator. Perbedaan tekanan ini akan menimbulkan terjadinya perbedaan
energi yang semakin besar antara udara yang memasuki inlet pipa
cerobong turbine ventilator dan udara pada outlet pipa cerobong turbine ventilator, sehingga akan menghasilkan debit yang
semakin besar pada outlet pipa cerobong turbine ventilator.
Dengan semakin bertambahnya debit pada outlet pipa cerobong turbine ventilator, maka akan dihasilkan unjuk kerja turbine
ventilator yang lebih besar, dan akan mempengaruhi besarnya
daya yang dihasilkan untuk diaplikasikan sebagai pembangkit
listrik.
5
Tugas Akhir
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio panjang dan diameter pipa cerobong turbine
ventilator terhadap unjuk kerja turbine ventilator, dalam hal ini
perbedaan tekanan pada pipa cerobong, putaran, dan daya listrik yang dihasilkan oleh turbine ventilator. Percobaan ini dilakukan
dengan cara :
1. Mengukur takanan statis pada inlet dan outlet pipa
cerobong turbine ventilator 2. Mengukur besarnya putaran yang dihasilkan oleh turbine
ventilator
3. Mengukur besarnya daya yang dihasilkan oleh turbin ventilator
I.4. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan arah penelitian, maka diberikan beberapa batasan masalah sebagai berikut:
1. Roof atau turbine ventilator yang akan dilakukan
pengujian adalah dengan menggunakan desain yang beredar atau tersedia di pasaran.
2. Turbine ventilator yang digunakan dalam pengujian
memiliki rasio panjang dan diameter pipa cerobong sebesar 1, 2 dan 3
3. Besarnya bilangan Reynolds yang digunakan dalam
pengujian adalah 56.000, 93.000, 130.000, dan 170.000
4. Aliran yang dipakai bersifat incompressible, viscous, uniform, dan steady.
5. Kemungkinan terjadinya perpindahan panas dapat
diabaikan.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan
memiliki manfaat antara lain : 1. Turbine ventilator dapat dimanfaatkan sebagai micro
power plant
2. Pemanfaatan teknologi konversi energi mampu
memberikan solusi mengenai kelangkaan energi.
6
Tugas Akhir
3. Dapat membantu menyelesaikan keresahan yang
dihadapi oleh masyarakat khususnya krisis energi menggunakan energi alternatif yang ramah
lingkungan.
7
Tugas Akhir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terjadinya Angin
Energi angin merupakan bentuk tidak langsung energi matahari, karena angin dipengaruhi oleh pemanasan yang tidak
merata dari kerak bumi oleh matahari.
Angin secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai
angin “planetary” dan “lokal”. Angin planetary disebabkan oleh pemanasan yang lebih besar pada permukaan bumi dekat ekuator
dari pada kutub utara dan selatan. Hal ini menyebabkan udara
hangat di tropis naik dan mengalir melalui atmosfer ke kutub dan udara dingin dari kutub mengalir kembali ke ekuator di dekat
permukaan bumi.
Gambar 2.1 Angin planetary dalam atmosfer bumi
(Pudjanarsa dan Nursuhud, 2005)
Arah angin dipengaruhi oleh rotasi bumi. Udara hangat
menuju kutub di atas atmosfer diasumsikan ke arah timur (di
kedua hemisfer), yang menyebabkan timbulnya “prevailing
westerlies” (Gambar 2.1). Pada saat yang sama, inersia udara dingin bergerak ke ekuator dekat permukaan bumi
8
Tugas Akhir
menyebabkannya bergerak ke barat menghasilkan “northeast
trade winds” di hemisfer utara dan “southeast trade winds” di hemisfer selatan. Angin lokal disebabkan dua mekanisme, yang
pertama adalah perbedaan panas antara daratan dan air, dan yang
kedua karena hill and mountain sides.
2.2 Potensi Energi Angin di Indonesia
Menurut beberapa literatur, kecepatan angin yang
dikehendaki untuk kincir angin berada pada kelas 3 sampai kelas
8 (table 2.1), dimana angin bertiup pada 3 m/s sampai 20 m/s. Indonesia belum memiliki peta angin dimana pada setiap daerah
dimonitor kecepatan angin sebagai referensi untuk pembangunan
kincir angin dan untuk keperluan lainnya, seperti penerbangan. Potensi energi angin di Indonesia umumnya berkecepatan lebih
dari 5 meter per detik (m/detik). Hasil pemetaan Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada 120 lokasi
menunjukkan, beberapa wilayah memiliki kecepatan angin di atas 5 m/detik, masing-masing Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara
Barat, Sulawesi Selatan, dan Pantai Selatan Jawa
(www.energi.lipi.go.id).
Tabel 2.1 Potensi angin berdasarkan kecepatannya
(www.energi.lipi.go.id)
9
Tugas Akhir
Berikut ini (Tabel 2.2) beberapa data hasil pemetaan
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada kecepatan angin rata-rata di beberapa daerah di Indonesia yang
dikumpulkan oleh Suharta, H. (2007).
Tabel 2.2 Kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 50m diatas
permukaan tanah
(www.energi.lipi.go.id)
No Lokasi
Kecepatan
rata-rata (m/s)
1 Desa KEMADANG , Kec. Tepus , Kab. G. Kidul , DIY 5.11
2 P. KARYA, Kep. Seribu DKI 5.34
3 Desa BINANGEUN, Kec. Muara, Kab. Lebak, BANTEN 5.24
4 UPT OITUI, Kec Wira, Timur, Kab. Bima NTB 4.99
5 Desa PAI , Kec. Wera , Kab. Bima , NTB 4.04
6 Desa LIBAS , Kec. Likupang , Kab. Minahasa, SULUT 3.44
7 Desa PATIRONG, Kab. Jeneponto, SULSEL 5.99
8 34 Dusun APPATANAH , Kab. Selayar , SULSEL 7.33
9 Sakteo, Soe NTT 6.13
10 Papagarang,Komodo, Komodo, Manggarai, NTT 3.78
11 Tameras, Soe NTT 6.88
12 Fatukalen,Timor Tengah Selatan NTT 7.62
2.3 Turbine Ventilator
Salah satu aplikasi sistem konversi energi angin dipakai pada turbine ventilator. Pada dasarnya sebuah turbine ventilator
berfungsi menyalurkan udara panas dari sebuah ruangan ke
lingkungan sekitar. Konsep awalnya dibuat oleh Meadows pada tahun 1929, berupa rotary ventilator. Hingga usaha komersialisasi
dilakukan oleh Edmonds pada tahun 1934. Sebuah turbine
ventilator biasanya terdiri dari beberapa sudu vertikal yang tersusun pada frame silinder dan sebuah kubah digunakan
sebagai penutup. Sebagai sistem transmisi digunakan poros dan
bantalan yang dipasang pada saluran ventilasi utama. Ketika
turbin tertiup oleh angin, gaya angkat ke atas dan gaya hambat
10
Tugas Akhir
mengakibatkan turbine ventilator berotasi, perputaran ini akan
mengakibatkan tekanan di bawah turbine ventilator menjadi rendah sehingga udara yang terperangkap dalam gedung akan
mengalir keluar.
Havens (2003) memodelkan turbine ventilator dikombinasikan dengan backward curved centrifugal fan dan
kincir angin. Dasar pemikirannya adalah kenyataan bahwa turbine
ventilator menangkap dan menggunakan tenaga angin sebagai
turbin angin. Model ini menunjukkan bahwa Kecepatan rotasi ventilator sebagai fungsi dari kecepatan angin, selanjutnya turbine
ventilator dibuat memompa udara keluar dari ruangan.
Visualisasi aliran yang di kaji oleh Lai (2003) menunjukkan adanya pola aliran udara disekitar turbine
ventilator. Aliran udara ini membelah jadi dua aliran ketika
mengalir melalui turbine ventilator. Satu aliran berada pada arah
rotasi sehingga menjadikannya sebuah gaya untuk berotasi sedangkan yang lain barada pada arah yang berlawanan dengan
rotasi dan menghambat rotasi dari turbine ventilator. Bilah yang
berputar mengakibatkan pencampuran udara di belakang turbine ventilator. Riset yang sama diuji dalam 3 diameter turbine
ventilator ukuran yang berbeda yaitu 6, 14, 20 in dengan
kecepatan free stream antara 10 sampai 30 m/s di Taiwan. Pada riset tersebut ditemukan bahwa untuk diameter turbine ventilator
yang semakin besar maka akan menghasilkan laju ventilasi yang
lebih besar pula, namun pada diameter antara 14 sampai 20 in
peningkatan laju vetilasi tidaklah signifikan sehingga Lai (2003) menambahkan inner fan untuk meningkatkan laju ventilasi seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.2.
11
Tugas Akhir
Gambar 2.2 Turbine ventilator dengan inner fan
(Lai 2003)
2.4 Mekanisme Ventilasi
Pada saat musim kemarau suhu ruang dalam plafond/atap dapat mencapai paling tinggi 60° C. Panas yang diterima
permukaan atap akan diradiasikan kembali ke bawah dan
menyebabkan ruangan menjadi panas sehingga udara panas akan
terperangkap dan tidak dapat keluar. Sedangkan pada musim hujan kelembapan di dalam ruangan dapat dihasilkan dari air
kamar mandi, uap hasil memasak, yang mana akan terkumpul di
plafond dan menyebabkan adanya kondensasi. Kondensasi ini akan mengurangi efektifitas dari insulasi, dan menyebabkan
tumbuhnya jamur pada dinding dan plafond. Hal ini seperti
terlihat pada gambar 2.3, sehingga dengan adanya turbine
ventilator beberapa masalah tersebut dapat teratasi, karena turbine ventilator memiliki mekanisme antara lain :
Efek Thermal
Efek thermal disebabkan oleh perbedaan suhu diluar
ruangan dengan suhu didalam ruangan, sehingga udara yang lebih panas dan ringan akan terdorong ke atas oleh
udara yang lebih sejuk dan berat (perbedaan densitas
udara).
12
Tugas Akhir
Efek Induksi
Dengan adanya dorongan angin pada salah satu sisi
ventilator akan menyebabkan berputarnya turbine ventilator yang juga menyebabkan daerah wake pada sisi
yang berlawanan dimana udara dalam ruangan yang
bertekanan tinggi akan tersedot keluar.
Gambar 2.3 Mekanisme ventilasi dengan menggunakan
Turbine Ventilator
2.5 Bilangan Reynolds Kondisi aliran laminar atau turbulen dapat dinyatakan
dengan bilangan Reynolds. Bilangan Reynolds adalah suatu
bilangan tak berdimensi yang merupakan perbandingan antara
gaya inersia body terhadap gaya geser yang ditimbulkan aliran fluida.
Re = GeserGaya
InersiaGaya.............................................. (2.1)
dimana : Gaya Inersia = p x A = 22 .. DU
Gaya Geser = x A = 2.
.D
L
U.
Sehingga,
13
Tugas Akhir
Re = DU
DD
U
DU ..
..
..
2
22
dimana : : Densitas fluida
U : Kecepatan aliran free stream fluida
D : Diameter pipa cerobong turbine
ventilator
: Viskositas dinamis fluida.
Sehingga,
Re = DU ..
...........................................................(2.2)
2.6 Efisiensi Turbine Ventilator,
Efisiensi turbine ventilator adalah perbandingan antara
daya yang dihasilkan oleh turbine ventilator dan tenaga total
aliran angin yang masuk pada turbine ventilator. Daya dari
turbine ventilator dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
IVP ...................................................................(2.3)
dimana :
V = Tegangan yang dibangkitkan oleh turbine ventilator,
Volt
I = Arus listrik yang dibangkitkan oleh turbine ventilator, Ampere
Sehingga efisiensi turbine ventilator dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
32UD
P............................................................(2.4)
dimana:
14
Tugas Akhir
P = daya yang dibangkitkan turbine ventilator, Watt
= massa jenis udara, kg/m3
D = diameter pipa cerobong turbine ventilator, m
U = kecepatan freestream udara, m/s
2.7 Bilangan Strouhal , St
Pada percobaan ini bilangan Strohal digunakan untuk merepresentasikan kecepatan angular dari putaran yang
dihasilkan oleh turbine ventilator. Adapun besarnya kecepatan
angular dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
60
2 n....................................................................(2.5)
dimana :
n = putaran turbine ventilator, rpm
Sehingga besarnya bilangan Strouhal adalah sebagai berikut:
U
DSt ....................................................................(2.6)
dimana :
= kecepatan angular turbine ventilator, rps
D = diameter cerobong turbine ventilator, m
U = kecepatan freestream udara, m/s
2.8 Koefisien Perbedaan Tekanan, Kp Koefisien perbedaan tekanan merupakan representasi dari
besarnya tekanan yang mengalir pada inlet dan outlet pipa
cerobong turbine ventilator. Semakin besar perbedaan tekanan pada inlet dan outlet pipa cerobong turbine ventilator maka
semakin besar debit hisap yang mengalir melalui pipa cerobong
turbine ventilator. Untuk menghitung perbedaan tekanan statis
pada pipa cerobong turbine ventilator maka terlebih dahulu dihitung besarnya tekanan statis pada inlet dan outlet pipa
cerobong.
Tekanan statis pada inlet pipa cerobong turbine ventilator, pi :
15
Tugas Akhir
sin212 hhgSGpi airredoil …….…(2.7)
sin212 hhgSGpo airredoil ….…...(2.8)
dimana:
redoilSG = specific gravity dari red oil = 0,804
air = massa jenis air, kg/m3
g = percepatan gravitasi, m/s2
1h = bacaan awal manometer, m
2h = bacaan akhir manometer, m
= sudut kemiringan manometer
Sehingga perbedaan tekanan statis antara inlet dan outlet pipa
cerobong turbine ventilator adalah :
pipop .............................................................(4.9)
dimana:
po = tekanan statis pada inlet pipa cerobong, N/m2
pi = tekanan statis pada outlet pipa cerobong, N/m2
Sehingga koefisien perbedaan tekanan dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
2
U
pKp ............................................................(2.10)
dimana:
p = perbedaan tekanan antara inlet dan outlet pipa
cerobong, N/m2
= massa jenis udara, kg/m3
U = kecepatan freestream udara, m/s
2.9 Ketidakpastian Pengukuran Bilangan Strouhal , St
Perhitungan ketidakpastian pengukuran bilangan Strouhal
adalah sebagai berikut :
16
Tugas Akhir
U
DSt
U
DSt lnln
UDSt lnlnlnln
2
1
)ln(lnlnln hDSt
)ln(2
1lnlnln hDSt
h
h
D
D
St
St
2
)(...... .................(2.11)
dimana :
= error dalam pengukuran, rps
= hasil pengukuran kecepatan sudut turbine
ventilator, rps
D = error dalam pengukuran diameter , mm
D = hasil pengukuran diameter turbine ventilator, mm
)( h = error pembacaan manometer pada freestream, mm
h = hasil pembacaan manometer pada freestream, mm
2.10 Ketidakpastian Pengukuran Efisiensi Turbine
Ventilator,
Perhitungan ketidakpastian pengukuran efisiensi turbine
ventilator adalah sebagai berikut :
32UD
P
32lnln
UD
P
32 lnlnlnlnln UDP
UDP ln3ln2lnlnln
17
Tugas Akhir
UDIV ln3ln2lnlnlnln
2
1
)ln(3ln2lnlnlnln hDIV
)ln(2
3ln2lnlnlnln hDIV
h
h
D
D
I
I
V
V
2
)(32...... ....(2.12)
dimana :
V = error dalam pengukuran tegangan, V
V = hasil pengukuran tegangan, V
I = error dalam pengukuran arus listrik, A
I = hasil pengukuran arus listrik, A
D = error dalam pengukuran diameter, mm
D = hasil pengukuran diameter turbine ventilator, mm
)( h = error pembacaan manometer pada freestream, mm
h = hasil pembacaan manometer pada freestream, mm
2.11 Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran Koefisien
Perbedaan Tekanan, Kp
Perhitungan ketidakpastian pengukuran koefisien perbedaan tekanan pada inlet dan outlet pipa cerobong turbine
ventilator adalah sebagai berikut :
2
U
pKp
2lnln
U
pKp
2lnlnlnln UpKp
2lnlnlnln UpKp
18
Tugas Akhir
2
1
)ln(2ln)ln(ln hhKp x
)ln(ln)ln(ln hhKp x
h
h
h
h
Kp
Kp
x
x )()(........ .............(2.13)
dimana :
)( xh = error dalam pembacaan manometer pada inlet
dan outlet pipa cerobong, mm
xh = hasil pembacaan manometer pada inlet dan outlet
pipa cerobong, mm
)( h = error pembacaan manometer pada freestream, mm
h = hasil pembacaan manometer pada freestream, mm
2.12 Penelitian Terdahulu
2.12.1 Penelitian Lai, C.M. (2003).
Ketika udara luar mengalir melintasi turbine ventilator, alirannya akan terbagi menjadi dua stream pada bidang
horisontal. Aliran yang menumbuk sudu turbine ventilator akan
menyebabkan terjadinya gaya dorong yang menyebabkan putaran pada turbine. Aliran yang searah dengan letak sudu lainnya akan
langsung diteruskan ke daerah wake. Pada saat aliran bertemu
dengan blades, separasi aliran akan meninggalkan aliran terluar menuju daerah wake dan membentuk sirkulasi kedua diantara
aliran terseparasi. Aliran yang mengalir didalam pipa cerobong
(yang terhubung dengan ventilator blades) akan tersedot keluar
lingkungan (Lai, C.M. 2003). Gambar dibawah ini menunjukkan visualisasi aliran di luar dan didalam ventilator.
19
Tugas Akhir
Gambar 2.4 Visualisasi aliran diluar dan didalm turbine ventilator
Lai, C.M. (2003).
Riset yang sama diuji dalam 3 diameter turbine ventilator
ukuran yang berbeda yaitu 6, 14, 20 in dengan kecepatan free stream antara 10 sampai 30 m/s di Taiwan. Pada riset tersebut
ditemukan bahwa untuk diameter turbine ventilator yang semakin
besar maka akan menghasilkan laju ventilasi yang lebih besar pula, namun pada diameter antara 14 sampai 20 in peningkatan
laju vetilasi tidaklah signifikan, hal ini ditunjukkan pada gambar
2.11.
Gambar 2.5 Grafik hubungan variasi kecepatan udara luar dengan debit
aliran dengan diameter 6",14"dan20"
Lai, C.M. (2003).
20
Tugas Akhir
Untuk semakin meningkatkan laju ventilasi Lai, C.M.
(2003) melakukan penambahan inner fan, dari hasil penelitian dengan membandingkan antara turbine ventilator diameter 20 in
tanpa menggunakan inner fan dan menggunakan inner fan,
didapatkan bahwa turbine ventilator dengan menggunakan inner fan menghasilkan laju ventilasi lebih baik di bandingkan tanpa
menggunakan inner fan, namun perbedaannya tidak terlalu
signifikan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar 2.12.
Gambar 2.6 Grafik hubungan variasi kecepatan udara luar dengan debit
aliran pada diameter 20" dengan menggunakan inner fan dan tanpa
menggunakan inner fan
Lai, C.M. (2003).
2.12.2 Penelitian Revel & Huynh (2004)
Penelitian ini mengacu pada gambar 2.13, dimana
besarnya variabel kecepatan fan di induksikan pada turbine ventilator dengan range yang berkisar antara 8 sampai 18 km/hr
di sesuaikan dengan kecepatan angin rata-rata di Sydney. Turbine
ventilator diletakkan diatas sebuah kotak plenum dengan luas 1.2 m² dengan tinggi 2.4 m. Kemudian di lakukan pengukuran
besarnya tekanan statis dan dinamis pada manometer
21
Tugas Akhir
Gambar 2.7 Prosedur Pengujian
Revel & Huynh. (2004)
Dari pengujian yang telah dilakukan Revel & Huynh (2004)
dengan menggunakan turbine ventilator berdiamater 300 mm, didapatkan grafik performa turbine ventilator sebagai berikut:
Gambar 2.8 Grafik hubungan antara tekanan plenum dan debit pada
turbine ventilator berdiameter 300mm
Revel & Huynh (2004)
22
Tugas Akhir
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
23
Tugas Akhir
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis
dimensi, instalasi penelitian, alat ukur yang digunakan,
prosedur pengukuran, diagram alir penelitian serta alokasi
waktu untuk melakukan penelitian ini.
3.1. Parameter yang Diukur
Analisis dimensi diperlukan untuk mengetahui
apakah suatu parameter berpengaruh terhadap suatu
percobaan. Parameter- parameter yang berpengaruh
terhadap unjuk kerja turbine ventilator adalah daya yang
dihasilkan turbine ventilator (P), kecepatan free stream
fluida (U∞), massa jenis fluida ( ), viskositas absolut fluida
( ), diameter pipa cerobong turbine ventilator (D), panjang
pipa cerobong turbine ventilator (L), kecepatan angular
turbine ventilator (ω), dan perbedaan tekanan antara inlet
dan outlet pipa cerobong turbine ventilator (∆p), skema
penelitian ditunjukkan pada gambar 3.1
Ket : Posisi pengukuran
Gambar 3.1 Skema penelitian dan posisi pengukuran tekanan statis pada
model uji
24
Tugas Akhir
Daya yang dihasilkan turbine ventilator, kecepatan
angular, dan perbedaan tekanan pada pipa cerobong turbine ventilator dipengaruhi oleh beberapa parameter,. Secara
metematik parameter tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
P = f(ρ, μ, U∞, L, D)................................................... (3.1)
ω = f(ρ, μ, U∞, L, D).................................................... (3.2)
∆p = f(ρ, U∞, µ, L, D)................................................. (3.3)
Menggunakan Buckingham Pi Theorema dengan
parameter berulang , D dan U∞ masing-masing diperoleh 3
grup tak berdimensi yaitu :
32UD
P= f (
D
L ,
UD)
U
DSt = f (
D
L ,
UD)
)(UfQ
)(4
2
UfD
u
Uu
07.0
1 004,0
2
u
U
2
2 u
U
U
pKp = f (
D
L ,
UD)
2
004,0
u
pKp = f (
D
L ,
UD)
Atau bisa disederhanakan menjadi :
= f (D
L ,Re)……..…………………………….....(3.4)
St = f (D
L ,Re) ……………………………..…….(3.5)
Kp = f (D
L ,Re) ……..……………………..…….(3.6)
25
Tugas Akhir
3.2 Model Uji
Pada penelitian ini akan digunakan 3 model uji, yaitu
dengan modifikasi rasio panjang dan diameter (L/D) pipa
cerobong turbine ventilator, variasi ketiga model uji tersebut
adalah :
a) Model Uji dengan L/D=1
Gambar 3.2 Turbine ventilator dengan L/D=1
b) Model Uji dengan L/D=2
Gambar 3.3 Turbine ventilator dengan L/D=2
26
Tugas Akhir
c) Turbin Ventilator dengan L/D=3
Gambar 3.4 Turbine ventilator dengan L/D=3
Adapun spesifikasi dari keseluruhan model uji tersebut
adalah :
Type : L – 30WA
Diameter Cerobong (D) : 300 mm
Panjang head : 310 mm
Diameter head : 450 mm
27
Tugas Akhir
3.3 Instalasi Penelitian
Wind tunnel adalah peralatan utama yang digunakan
untuk membangkitkan kecepatan freestream. Seluruh
percobaan akan dilakukan pada test section (daerah uji)
terowongan angin. Kondisi aliran dalam saluran uji
dikondisikan sedemikian rupa sehingga menyerupai kondisi
yang sebenarnya.
Gambar 3.5 Wind Tunnel tampak depan dan belakang
Gambar 3.6 Instalasi Penelitian
28
Tugas Akhir
a. Test Section (daerah uji)
Komponen ini berfungsi tempat pengujian benda kerja. Idealnya test section memiliki panjang 3 – 4 kali
diameternya, namun karena keterbatasan lokasi, maka
panjang test section untuk terowongan angin ini hanya 1,77 kali diameternya dengan asumsi aliran keluaran nosel tetap
paralel.
Penampangnya berbentuk bujur sangkar dengan dimensi:
- Tinggi : 660 mm - Lebar : 660 mm
- Panjang : 1165 mm
Adapun dimensi dari benda uji didalam test section ditunjukkan pada gambar 3.11 berikut :
Gambar 3.7 Dimensi benda uji didalam test section
29
Tugas Akhir
b. Fan
Komponen ini berfungsi sebagai penggerak udara dari ruangan terbuka agar melewati saluran uji dengan kecepatan
tertentu. Fan yang digunakan adalah jenis aksial dengan
spesifikasi sebagai berikut: - Type : Aksial
- Diameter : 36 inch
- Kapasitas maksimum : 39971 ft3/menit
- Static Pressure : 45 mm H2O - Motor : 1400 rpm / 3 phase / 20
HP
c. Inverter (pengatur putaran motor) - Komponen ini berfungsi sebagai pengatur kecepatan dari
putaran motor fan (rpm) secara smooth dan continous,
tidak bertahap. Inverter ini menggunakan arus 3 fase.
Inverter ini keluaran SIEMENS dengan motor 4 kutub, seru ILA5 atau sejenisnya.
30
Tugas Akhir
3.4 Alat Ukur Parameter yang diukur pada penelitian ini meliputi alat
ukur tekanaan, alat ukur torsi, dan putaran. Alat ukur dari masing-
masing parameter tersebut meliputi:
1. Pitot Static Tube
Alat ini berfungsi untuk mengukur besarnya tekanan
statis sekaligus tekanan stagnasi pada pipa cerobong turbine
ventilator.
Gambar 3.8 pitot static tube
2. Manometer Manometer digunakan sebagai pembaca perbedaan
tekanan yang terukur melalui pressure tap dan pitot tube.
Manometer yang digunakan mempunyai kemiringannya sebesar
150
hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pembacaan h
terukur.
Gambar 3.9 Manometer yang digunakan
31
Tugas Akhir
3. Pengukuran Daya
Pada pengukuran daya, poros turbine ventilator diperpanjang dan dihubungkan pada generator DC, kemudian
generator tersebut dihubungkan dengan lampu. Ketika turbine
ventilator dialiri oleh freestream udara didalam wind tunnel, maka putaran poros yang terhubung pada generator akan sama
dengan putaran turbine ventilator sehingga generator tersebut
akan menyalakan lampu LED, kemudian besar arus dan tegangan
yang mengalir melewati kabel diukur dengan menggunakan clamp meter, adapun skema pengukuran daya dapat dilihat pada
gambar 3.10
Gambar 3.10 Mekanisme pengukuran daya
32
Tugas Akhir
Fungsi dari masing-masing komponen pengukuran daya
adalah sebagai berikut : 1. Poros
Poros digunakan untuk menghubungkan blade turbine
ventilator dengan generator DC. 2. Coupling
Coupling digunakan untuk menyambung poros turbine
ventilator dengan generator DC
3. Generator DC
Gambar 3.11 Generator DC
Generator yang digunakan adalah generator DC tipe M
136, dengan efisiensi generator sebesar 80%, merupakan
generator sederhana hasil modifikasi yang dapat membangkitkan arus listrik dengan putaran dan torsi
rendah, generator ini berfungsi untuk mengubah energi
mekanik dari putaran poros turbine ventilator menjadi energi listrik
4. Lampu LED
Lampu digunakan sebagai output dari listrik yang
dibangkitkan oleh turbine ventilator.
33
Tugas Akhir
4. Clamp Meter
Alat ini Digunakan untuk mengetahui besarnya arus dan tegangan yang dibangkitkan oleh Turbine Ventilator.
Gambar 3.12 Clamp Meter
Adapun spesifikasi dari alat ini adalah sebagai berikut :
Function Range&Resolution Accuracy (% of reading)
AC Current (50/60 Hz) True RMS 200,0 AAC (2.5% + 8 digits)
DC Current 200,0 ADC (2.0% + 5 digits)
DC Voltage 600,0 VDC (1.0% + 2 digits)
AC Voltage (50/60 Hz) True RMS 600,0 VAC (1.5% + 8 digits)
Resistance 999,9 Ω (1.5% + 8 digits)
Clamp Size : 0,7” (18mm) approx
Input Impedance : 1,0MΩ (VDC and ADC)
Operating Temperature : 14 to 122°F (-10 to 50°C)
Dimension/Weight : 164x65x32mm/175g
34
Tugas Akhir
5. Tachometer
Alat ini Digunakan untuk mengetahui besarnya putaran
Turbine Ventilator.
Gambar 3.13 Tachometer
Adapun spesifikasi dari alat ini adalah sebagai berikut :
Speed Range : 5 rpm to 100.000 rpm
Accuracy : 1 rpm or 0,01% of reading
Resolution : 1 rpm
Display : 6 digits 0,45 high liquid crystal
Display updates : Twice persecond
Temperature : 41°F (5°C) to 104°F (40°C)
Dimension/Weight : 155,7x82,6x44,5x120,7mm/0,57kg
35
Tugas Akhir
3.5 Langkah-Langkah Eksperimen
Beberapa tahap yang dilakukan selama melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data kuantitatif
2. Pengolahan data kuantitatif
3.5.1 Pengambilan Data Kuantitatif
Sebelum dilakukan pengambilan data terlebih dahulu
dilakukan pemasangan pitot static tube untuk mengukur tekanan statis pada dinding pipa cerobong turbine ventilator. Pitot static
tube dipasang pada inlet dan outlet pipa cerobong turbine
ventilator yaitu y/Li = 0,01 dan y/Lo =0,65 untuk turbine ventilator L/D = 1, y/Li = 0,008 dan y/Lo =0,825 untuk turbine
ventilator L/D = 2, y/Li = 0,005 dan y/Lo =0,883 untuk turbine
ventilator L/D = 3. Adapun lokasi pemasangan pitot static tube
ditunjukkan pada gambar 3.14 di bawah ini:
Gambar 3.14 Skema penelitian dan posisi pengukuran tekanan
statis pada masing-masing model uji
36
Tugas Akhir
Adapun prosedur dalam pengukurannya adalah:
1) Pengukuran temperatur dan tekanan udara di ruangan saat pengujian
2) Persiapan test section
3) Pemasangan Pitot static tube pada test section untuk mengukur besarnya kecepatan freestream wind tunnel
4) Pencatatan bacaan awal yang ditunjukkan oleh inclined
manometer
5) Penghubungan Pitot static tube ke manometer dengan selang kapiler.
6) Pencatatan bacaan akhir pada inclined manometer
7) Pengaturan kecepatan free stream berdasarkan bilangan Reynold sebesar 56.000
8) Pemasangan turbine ventilator pada test section
9) Pemasangan Pitot static tube pada pipa cerobong turbine
ventilator untuk mengukur tekanan statis 10) Pencatatan bacaan awal yang ditunjukkan oleh inclined
manometer
11) Penghubungan Pitot static tube ke manometer dengan selang kapiler.
12) Pencatatan bacaan akhir pada inclined manometer
13) Pengukuran besarnya putaran turbine ventilator 14) Pengukuran besarnya daya yang dihasilkan oleh turbine
ventilator
15) Mengulangi langkah 1– 9 dengan peningkatan kecepatan
free stream berdasarkan bilangan Reynolds sebesar 93.000, 130.000, dan 170.000
37
Tugas Akhir
3.5.2 Pengolahan Data Kuantitatif
Dari pengambilan data secara kuantitatif maka akan diplot suatu grafik yang menunjukkan unjuk kerja turbine
ventilator :
Grafik efisiensi turbine ventilator fungsi rasio panjang dan diameter turbine ventilator dan bilangan Reynolds
= f (D
L ,Re)
Grafik bilangan Strouhal fungsi rasio panjang dan diameter turbine ventilator dan bilangan Reynolds
St =f (D
L ,Re)
Grafik rasio perbedaan tekanan pipa cerobong turbine ventilator fungsi rasio panjang dan diameter turbine
ventilator dan bilangan Reynolds Kp =f (D
L ,Re)
38
Tugas Akhir
3.6 Diagram Alir Penelitian
Keseluruhan proses diatas dapat digambarkan dalam
diagram alir pada gambar 3.15
.
Gambar 3.15 Diagram alir penelitian
Adapun Urutan langkah yang akan dilakukan dalam
pengambilan data dapat digambarkan dalam diagram alir seperti
pada gambar 3.16
39
Tugas Akhir
Gambar 3.16 Diagram alir pengambilan data
STAR
T
Fan dihidupkan
Setting Posisi
Turbine Ventilator
Model Uji dengan Variasi
L/D = 1; L/D = 2 dan L/D =3
L/D = 1
Setting Re= 56.000
Catat rpm Fan
Pengambilan data
Re ≥
170.000?
L/D ≥ 3
END
L/D + 1
Re= 93.000, 130.000,
170.000
y
y
n
n
40
Tugas Akhir
3.7 Alokasi Waktu
Alokasi waktu yang direncanakan untuk melakukan
eksperimen bisa dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Skema alokasi waktu penelitian
41
Tugas Akhir
BAB IV
ANALISA DAN DISKUSI
4.1 Perencanaan Awal Peralatan Percobaan Untuk mendukung penelitian maka dibuat suatu instalasi
penelitian. Pada awalnya instalasi penelitian untuk
membangkitkan kecepatan freestream pada percobaan ini adalah
dengan menggunakan turbine ventilator diffuser, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Gambar 4.1 Sketsa perencanaan instalasi Penelitian
42
Tugas Akhir
4.1.1 Perencanaan Duct
Untuk meningkatkan performance dari fan yang digunakan, maka kondisi aliran udara yang keluar dari fan harus
uniform, sehingga dibutuhkan duct agar kondisi aliran udara yang
keluar dari fan uniform. Menurut ASHRAE fundamental standart tahun 1997, duct dalam kondisi operasi harus memiliki 100% duct
effective length, hal ini seperti terlihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Jarak uniform velocity profile pada outlet duct
(ASHRAE fundamental standard 1997 chapter 32)
Besarnya panjang efektif duct adalah 2 kali diameter
hydraulic dari duct, untuk perhitungan diameter hydraulic maka
digunakan persamaan berikut :
P
AD c
h
4....... ..............................................(4.1)
dimana:
cA = luas duct = 240300 mm² = 72.000 mm²
P = keliling duct = 300 + 240 mm = 540 mm
Dari nilai – nilai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan 4.1, didapatkan :
33,533540
000.724hD mm
43
Tugas Akhir
Sehingga panjang efektif dari duct adalah 33,5332
mm = 1066,67 mm. Oleh karena itu panjang duct yang digunakan
harus 1066,67 mm. Adapun duct yang dipakai pada percobaan
ini terlihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Duct
Dimensi (p x l x t) : 1500 mm x 300 mm x 240 mm
Referensi : Duct Design, ASHRAE
fundamental standard 1997
4.1.2 Perencanaan Diffuser
Diffuser berfungsi untuk mengalirkan freestream pada turbine ventilator. Diffuser juga dilengkapi honeycomb yang
berfungsi untuk membuat kecepatan freestream yang keluar dari
diffuser uniform. perencanaan diffuser mengacu pada ASHRAE standard tahun 1997 chapter 32, dengan pemilihan diffuser jenis
pyramidal seperti terlihat pada gambar 4.4
Gambar 4.4 Pyramidal diffuser
Untuk perencanaan diffuser maka dibutuhkan perhitungan rasio luas diffuser dan luas duct dengan
menggunakan persamaan berikut :
44
Tugas Akhir
00
11
0
1
HW
HW
A
A............ .................................(4.2)
dimana:
1W = lebar diffuser = 735 mm
1H = tinggi diffuser = 588 mm
0W = lebar duct = 300 mm
0H = tinggi duct 240 mm
Dari nilai – nilai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
persamaan 4.2, didapatkan:
240300
588735
0
1
A
A= 6
Dengan mengacu pada ASHRAE fundamental standard
tahun 1997 chapter 32, maka digunakan diffuser dengan sudut
30°. Berikut ini spesifikasi dari duct yang digunakan dalam
percoban ini :
Gambar 4.5 Pyramidal Diffuser pada instalasi percobaan
Jenis : Pyramidal Diffuser
Referensi : Duct Design, ASHRAE 1997
A1/A0 : 6
Sudut θ : 30°
Panjang : 1260 mm
Luas Honeycomb : 735 mm x 588
45
Tugas Akhir
4.1.3 Perencanaan Damper
Damper berfungsi untuk mengatur kecepatan freestream yang mengalir keluar dari diffuser. Damper dipasang sebelum udara memasuki fan, damper yang digunakan adalah jenis butterfly seperti terlihat pada gambar 4.6
Gambar 4.6 Butterfly damper
Dengan mengacu pada ASHRAE fundamental standard
tahun 1997 chapter 32 maka untuk perencanaan damper
dibutuhkan besarnya rasio 0DD . Pada perencanaan ini
digunakan rasio 0DD =1 dengan diameter damper sebesar 320
mm. Berikut ini spesifikasi dari damper yang digunakan pada instalasi penelitian
Gambar 4.7 Butterfly damper pada instalasi percobaan
Model : Butterfly Damper
Alat Ukur : Busur Derajat
0DD : 1
46
Tugas Akhir
4.1.4 Pemilihan Fan
Fan berfungsi sebagai penggerak udara dari ruangan terbuka agar melewati diffuser dengan kecepatan tertentu. Adapun
spesifikasi dari fan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Gambar 4.8 Fan
Jenis : Centrifugal
Ukuran : 12 inch
Kapasitas : 3600 CMH
Static Pressure : 60 mmH2O
Daya : 1,5 HP
Kecepatan : 1400 rpm
Voltase/Phase : 380 volt / 3
47
Tugas Akhir
4.1.5 Perakitan Komponen dan Pengujian
Tahap selajutnya yang dilakukan adalah perakitan semua komponen tersebut kemudian diletakkan pada dudukan kayu.
Turbine ventilator diffuser diletakkan pada ketinggian 2000 mm
dari permukaan tanah agar diperoleh ketinggian ideal turbine ventilator pada kondisi operasi seperti terlihat pada gambar 4.9
Gambar 4.9 Turbine ventilator diffuser
Pada saat dilakukan perakitan semua komponen tersebut,
kemudian dilakukan pengujian hasil output kecepatan freestream
pada turbine ventilator diffuser. Namun ternyata output kecepatan
freestream terlalu rendah yaitu hanya menghasilkan kecepatan maksimal 3 m/s dengan kondisi damper fully open, dan profil
kecepatan yang dihasilkan tidak uniform, hal ini dikarenakan
besarnya headloss yang terjadi pada instalasi percobaan. sehingga media untuk membangkitkan kecepatan freestream diganti
dengan menggunakan wind tunnel dengan mengabaikan efek
blockage yang terjadi pada test section wind tunnel
48
Tugas Akhir
4.2 Contoh Perhitungan
Data yang akan digunakan pada semua contoh perhitungan ini adalah data turbine ventilator dengan
perbandingan panjang dan diameter (L/D) = 2
4.2.1 Perhitungan Bilangan Reynolds
Massa jenis udara ( )
Dari persamaan Boyle – Gay Lussac mengenai pemuaian gas
didapatkan bahwa :
2
22
1
11
T
Vp
T
Vp.............................................................(4.3)
karena m
V , maka persamaan 4.3 berubah menjadi
22
22
11
11
T
mp
T
mp ...........................................................(4.4)
dimana :
1p = tekanan absolut udara pada keadaan 1 (acuan)
= 1,01325 510 N/m
2
1T = temperatur udara pada keadaan 1 (acuan)
= 288,2 K
1 = massa jenis udara pada keadaan 1 (acuan)
= 1,2250 kg/m3
1m = massa udara pada keadaan 1 (acuan)
2p = tekanan absolut udara pada keadaan 2 (penelitian)
2T = temperatur udara pada keadaan 2 (penelitian)
= 29° C = 302 K
2 = massa jenis udara pada keadaan 2 (penelitian)
2m = massa udara pada keadaan 2 (penelitian).
Keadaan 1 dan 2 berada pada ketinggian yang sama sehingga
21 pp dan karena massa udara pada keadaan 1 dan 2 sama,
49
Tugas Akhir
maka 21 mm . Dari batasan tersebut, maka persamaan 4.4
menjadi :
2
112
T
T
..................................................................(4.5)
169,1302
225,12,2882 kg/m
3
Viskositas Udara ( )
Untuk perhitungan viskositas udara digunakan persamaan
Sutherland, yaitu :
TS
bT 23
..................................................................(4.6)
dimana untuk udara :
b = 1,458 10-6
21msK
kg
4,110S K
T = temperatur saat pengujian = 302 K
Dari nilai – nilai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan 4.6, didapatkan :
3024,110
)302(10458,1 23
6
5109,1 kg/ms
Kecepatan Freestream (U )
Untuk perhitungan kecepatan freestream digunakan
persamaan berikut:
udara
oil hgU
15sin22.....................(4.7)
50
Tugas Akhir
dimana :
oil = massa jenis red oil
= 196,803804,0999oilair SG kg/m3
g = percepatan gravitasi bumi = 9.81 m/s²
h = selisih pembacaan pada skala manometer = 3104 m
udara = massa jenis udara = 1,169 kg/m3
Dari nilai – nilai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan 4.7, didapatkan :
5169,1
15sin104281,9196,8032 3
U m/s
Bilangan Reynolds, Re
Perhitungan bilangan Reynolds didasarkan pada diameter pipa cerobong turbine ventilator, D. Persamaan untuk
menghitung bilangan Reynolds adalah sebagai berikut :
DU
Re ............................................................. (4.8)
dimana :
= massa jenis udara = 1,169 kg/m3
= viskositas udara = 5109,1 kg/ms
D = diameter cerobong turbine ventilator = 300 mm= 0,3 m
U = kecepatan freestream udara = 5 m/s
Dengan menggunakan persamaan 4.8 didapatkan bilangan Reynolds sebagai berikut :
000.93109,1
103005169,1Re
5
3
51
Tugas Akhir
3.2.1 Perhitungan Efisiensi,
Daya turbine ventilator, P
Daya turbine ventilator dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
IVP ...................................................(4.9)
dimana :
V = Tegangan yang dibangkitkan oleh turbine ventilator
= 3,9 Volt
I = Arus listrik yang dibangkitkan oleh turbine ventilator
= 0,9 Ampere
sehingga dengan persamaan 4.9 dapat dihitung besar Daya turbine ventilator sebagai berikut :
51,39,09,3P Watt
Daya total turbine ventilator, totP
Daya total turbine ventilator dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
gen
tot
PP
..................................................(4.10)
dimana :
P = Daya turbine ventilator = 3,51 Watt
gen = efisiensi generator = 0,80
sehingga dengan persamaan 4.10 dapat dihitung besar Daya
total turbine ventilator sebagai berikut :
38,480,0
51,3totP Watt
Efisiensi turbine ventilator ,
Efisiensi turbine ventilator dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
52
Tugas Akhir
32UD
P.......................................................(4.11)
dimana:
P = daya yang dibangkitkan turbine ventilator = 3,51 Watt
= massa jenis udara = 1,169 kg/m3
D = diameter pipa cerobong turbine ventilator = 0,3 m
U = kecepatan freestream udara = 5 m/s
Dari data tersebut dapat dihitung koefisien daya sebagai berikut:
27,0)5()3,0(169,1
51,332
3.2.2 Perhitungan Bilangan Strouhal, St
Kecepatan angular turbine ventilator, ω
Kecepatan angular turbine ventilator dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
60
2 n...................................................................(4.12)
dimana :
n = putaran turbine ventilator = 322 rpm
Dari data tersebut dapat dihitung kecepatan sudut turbine ventilator sebagai berikut:
70.3360
32214.32rps
Bilangan Strouhal, St
Perhitungan bilangan Strouhal adalah sebagai berikut :
U
DSt ................................................................(4.13)
dimana :
= kecepatan sudut turbine ventilator = 33,70 rps
D = diameter cerobong turbine ventilator = 0,3 m
53
Tugas Akhir
U = kecepatan freestream udara = 5 m/s
Dari data tersebut dapat dihitung bilangan Strouhal sebagai
berikut:
5
3,070,33St 2,02
3.2.3 Perhitungan Koefisien Perbedaan Tekanan, Kp
Perbedaan tekanan statis pada inlet dan outlet pipa
cerobong turbine ventilator, p
Untuk menghitung perbedaan tekanan statis pada pipa
cerobong turbine ventilator maka terlebih dahulu dihitung besarnya tekanan statis dan dinamis pada inlet dan outlet pipa
cerobong.
Tekanan statis pada inlet pipa cerobong turbine ventilator, pi
sin212 hhgSGpi airredoil ……(4.14)
dimana:
redoilSG = specific gravity dari red oil = 0,804
air = massa jenis air = 999 kg/m3
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
1h = bacaan awal manometer = 224 mm
= 224310 m
2h = bacaan akhir manometer
= 215 mm = 215310 m
= sudut kemiringan manometer = 15°
dari data tersebut dapat dihitung besar tekanan statis
freestream sebagai berikut:
15sin21022421581,9999804,0 3pi
= -36,60 N/m2
Adapun Tekanan statis pada outlet pipa cerobong turbine ventilator, po :
54
Tugas Akhir
sin212 hhgSGpo airredoil …...(4.15)
dimana:
redoilSG = specific gravity dari red oil = 0,804
air = massa jenis air = 999 kg/m3
g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
1h = bacaan awal manometer = 224 mm
= 224310 m
2h = bacaan akhir manometer = 218 mm
= 218310 m
= sudut kemiringan manometer = 15°
Dari data tersebut dapat dihitung besar tekanan statis pada outlet pipa cerobong sebagai berikut:
15sin21022421881,9999804,0 3po
= -24,40 N/m2
Sehingga perbedaan tekanan statis antara inlet dan outlet pipa cerobong turbine ventilator adalah :
pipop ...........................................................(4.16)
dimana:
po = tekanan statis pada inlet pipa cerobong
= -24,40 N/m2
pi = tekanan statis pada outlet pipa cerobong
= -36,60 N/m2
dari data tersebut dapat dihitung besarnya perbedaan tekanan
statis antara inlet dan outlet pipa cerobong turbine ventilator, sebagai berikut :
20,1260,3640,24p N/m2
Koefisien perbedaan tekanan , Kp
Koefisien perbedaan tekanan dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
55
Tugas Akhir
2
U
pKp ............................................................(4.17)
dimana:
p = perbedaan tekanan antara inlet dan outlet pipa
cerobong = 12,20 N/m2
= massa jenis udara = 1,169 kg/m3
U = kecepatan freestream udara = 5 m/s
Dari data tersebut dapat dihitung koefisien perbedaan tekanan
sebagai berikut:
42,0)5(169,1
20,122
3.2.4 Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran Bilangan
Strouhal, St
Perhitungan ketidakpastian pengukuran bilangan Strouhal
adalah sebagai berikut :
h
h
D
D
St
St
2
)(....................(4.18)
dimana :
= error dalam pengukuran 1n rpm
= 0,104 rps
= hasil pengukuran kecepatan angular
turbine ventilator = 33,70 rps
D = error dalam pengukuran diameter = 0,5 mm
D = pengukuran diameter turbine ventilator = 300 mm
)( h = error pembacaan manometer pada freestream
= 1 mm
h = hasil pembacaan manometer pada freestream
= 4 mm
56
Tugas Akhir
Dari data tersebut dapat dihitung nilai ketidakpastian
pengukuran koefisien kecepatan sudut turbine ventilator sebagai berikut:
)4(2
1
300
5,0
70,33
104,0
St
St
13,0St
St
%10013,0%St
St
%13%St
St
Sehingga besar ketidakpastian relatif dari pengukuran K
adalah : 2,02 %13
3.2.5 Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran Efisiensi
Turbine Ventilator,
Perhitungan ketidakpastian pengukuran efisiensi turbine
ventilator adalah sebagai berikut :
h
h
D
D
I
I
V
V
2
)(32........(4.19)
dimana :
V = error dalam pengukuran tegangan = 0,01 V
V = hasil pengukuran tegangan = 3,90 V
I = error dalam pengukuran arus listrik = 0,02 A
I = hasil pengukuran arus listrik = 0,90 A
D = error dalam pengukuran diameter = 0,5 mm
D = pengukuran diameter turbine ventilator 300 mm
)( h = error pembacaan manometer pada freestream
= 0,5 mm
h = hasil pembacaan manometer pada freestream
= 4 mm
57
Tugas Akhir
Dari data tersebut dapat dihitung nilai ketidakpastian
pengukuran efisiensi sebagai berikut:
)4(2
)5,0(3
300
)5,0(2
90,0
02,0
90,3
01,0
216.0
%100216.0%
%6,21%
Sehingga besar ketidakpastian relatif dari pengukuran
adalah : 0,27 %6,21
3.2.6 Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran Koefisien
Perbedaan Tekanan, Kp
Perhitungan ketidakpastian pengukuran koefisien perbedaan
tekanan pada inlet dan outlet pipa cerobong turbine
ventilator adalah sebagai berikut :
h
h
h
h
Kp
Kp
x
x )()(.........................(4.20)
dimana :
)( xh = error dalam pembacaan manometer pada inlet
dan
Outlet pipa cerobong = 0,5 mm
xh = hasil pembacaan manometer pada inlet dan outlet
pipa cerobong = 3 mm
)( h = error pembacaan manometer pada freestream
= 0,5 mm
h = hasil pembacaan manometer pada freestream
58
Tugas Akhir
= 4 mm
Dari data tersebut dapat dihitung nilai ketidakpastian pengukuran koefisien perbedaan tekanan turbine ventilator
sebagai berikut:
4
5,0
3
5,0
Kp
Kp
292.0Kp
Kp
%100292.0%Kp
Kp
%2,29%Kp
Kp
Sehingga besar ketidakpastian relatif dari pengukuran Kp
adalah : 0,42 %2,29
59
Tugas Akhir
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
1 2 3
Re = 170000
Re = 130000
Re = 93000
Re = 56000
L/D
Kp
4.2 Analisa Grafik
4.2.1 Grafik Koefisien perbedaan tekanan pada pipa cerobong turbine ventilator (Kp) fungsi rasio panjang dan diameter turbine
ventilator (L/D) dan bilangan Reynolds (Re)
Gambar 4.10 Grafik Kp = f (L/D, Re)
Gambar 4.10 menunjukkan besarnya koefisien perbedaan
tekanan pada masing-masing jenis turbine ventilator berdasarkan
besarnya bilangan Reynolds, koefisien perbedaan tekanan (Kp) merupakan representasi dari besarnya perbedaan tekanan statis
yang diukur pada inlet dan outlet pipa cerobong turbine
ventilator. Pada nilai bilangan Reynolds yang konstan terlihat bahwa
nilai Kp semakin naik seiring naiknya L/D, dimana turbine
ventilator dengan L/D=3 memiliki nilai Kp yang paling besar kemudian diikuti L/D=2 dan L/D=1. Besarnya ketidakpastian
60
Tugas Akhir
relatif dari nilai error yang mungkin dilakukan akibat ketelitian
dalam pengukuran dari harga Kp adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Persentase error akibat ketelitian dalam pengukuran Kp
Besarnya nilai batas atas dan batas bawah dari range pengukuran
yang disebabkan persentase error yang terjadi dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Reynolds % error rata-rata
Kp
56.000 51,4
93.000 28,9
130.000 12,3
170.000 8,5
61
Tugas Akhir
Gambar 4.11 Batas atas dan batas bawah error pada Re=56.000
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
1 2 3
Re = 93000
Bts atas
Bts bawah
L/D
Kp
62
Tugas Akhir
Gambar 4.12 Batas atas dan batas bawah error pada Re=93.000
Gambar 4.13 Batas atas dan batas bawah error pada Re=130.000
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
0,90
1 2 3
Re = 130000
Bts atas
Bts bawah
L/D
Kp
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
1 2 3
Re = 170000
Bta atas
Bts bawah
L/D
Kp
63
Tugas Akhir
Gambar 4.14 Batas atas dan batas bawah error pada Re=170.000
Sehingga dikarenakan besarnya nilai error yang mungkin terjadi
akibat ketelitian dalam pengukuran maka belum bisa dipastikan
bahwa turbine ventilator dengan L/D=3 memiliki nilai Kp yang paling besar kemudian diikuti L/D=2 dan L/D=1. Hampir dapat
dipastikan bahwa nilai Kp pada tiap jenis turbine ventilator
besarnya sama.
Pada turbine ventilator dengan L/D yang konstan terlihat bahwa semakin besar bilangan Reynolds maka nilai Kp juga akan
semakin besar. Hal ini dapat dianalisa dengan menggunakan
persamaan energi, yaitu ketika bilangan Reynolds semakin besar maka kecepatan freestream yang mengalir menuju turbine
ventilator juga akan semakin besar dan akibatnya putaran turbine
ventilator juga semakin besar. Sehingga daya hisap yang
dilakukan oleh turbine ventilator akan bertambah akibatnya debit udara yang mengalir pada pipa cerobong turbine ventilator akan
semakin besar. Oleh karena itu akan terjadi loses yang besar
antara inlet dan outlet pipa cerobong turbine ventilator, karena rasio panjang dan diameter turbine ventilator tetap, maka
perbedaan tekanan antara inlet dan outlet pipa cerobong turbine
ventilator juga akan naik, sehingga nilai Kp juga akan naik.
4.2.2 Grafik bilangan Strouhal (St) fungsi rasio panjang dan
diameter turbine ventilator (L/D) dan bilangan Reynolds (Re)
64
Tugas Akhir
Gambar 4.15 Grafik St = f (L/D,Re)
Gambar 4.15 menunjukkan grafik besarnya bilangan Stouhal pada masing masing jenis turbine ventilator berdasarkan
besarnya bilangan Reynolds. Bilangan Stouhal pada (St)
merupakan representasi dari besarnya putaran turbine ventilator. Pada bilangan Reynolds yang konstan turbine ventilator
dengan L/D=2 memiliki nilai St yang paling besar kemudian
diikuti oleh turbine ventilator dengan L/D=1 dan L/D=3.
Besarnya ketidakpastian relatif dari nilai error yang mungkin dilakukan akibat ketelitian dalam pengukuran dari harga St adalah
sebagai berikut:
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
1 2 3
Re = 170000
Re = 130000
Re = 93000
Re = 56000
L/D
St
65
Tugas Akhir
Tabel 4.2 Persentase error akibat ketelitian dalam pengukuran St
Besarnya nilai batas atas dan batas bawah dari range pengukuran
yang disebabkan persentase error yang terjadi dapat dilihat pada
grafik berikut ini :
Gambar 4.16 Batas atas dan batas bawah error pada Re=56.000
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
1 2 3
Re = 56000
Bts atas
Bts bawah
L/D
St
Reynolds % error rata-rata
St
56.000 34,3
93.000 13,0
130.000 7,1
170.000 4,7
66
Tugas Akhir
Gambar 4.17 Batas atas dan batas bawah error pada Re=93.000
Gambar 4.18 Batas atas dan batas bawah error pada Re=130.000
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
1 2 3
Re = 93000
Bts atas
Bts bawah
L/D
St
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
1 2 3
Re = 130000
Bts atas
bts bawah
L/D
St
67
Tugas Akhir
Gambar 4.19 Batas atas dan batas bawah error pada Re=170.000
Sehingga dikarenakan besarnya nilai error yang mungkin terjadi
akibat ketelitian dalam pengukuran maka belum bisa dipastikan bahwa turbine ventilator dengan dengan L/D=2 memiliki nilai St
yang paling besar kemudian diikuti oleh turbine ventilator dengan
L/D=1 dan L/D=3. Hampir dapat dipastikan bahwa nilai St pada tiap jenis turbine ventilator besarnya sama.
Pada turbine ventilator dengan L/D yang konstan terlihat
bahwa dengan semakin besarnya bilangan Reynolds yang
diberikan maka harga St juga semakin besar. Hal ini dapat dianalisa dengan menggunakan persamaan moment of momentum
yaitu ketika bilangan Reynolds semakin besar maka kecepatan
freestream yang mengalir menuju turbine ventilator akan semakin besar, sehingga kecepatan tangensial dari sudu turbine ventilator
juga akan semakin besar, karena kecepatan tangentsial merupakan
perkalian dari kecepatan angular dan jari-jari turbine ventilator dimana jari-jari turbine ventilator konstan maka kecepatan
angular dari turbine ventilator juga akan semakin besar.
Akibatnya putaran yang dihasilkan turbine ventilator semakin
besar sehingga harga St juga semakin besar.
1,35
1,40
1,45
1,50
1,55
1,60
1,65
1,70
1,75
1 2 3
Re = 170000
Bts atas
Bts bawah
L/D
St
68
Tugas Akhir
4.2.3 Grafik efisiensi turbine ventilator ( ) fungsi rasio panjang
dan diameter turbine ventilator (L/D) dan bilangan Reynolds (Re)
Gambar 4.20 Grafik = f (L/D,Re)
Gambar 4.20 menunjukkan besarnya koefisien daya yang
dihasilkan oleh masing-masing jenis turbine ventilator
berdasarkan besarnya bilangan Reynolds. Besarnya efisiensi ( )
merupakan representasi dari besarnya daya listrik yang dihasilkan
oleh turbine ventilator. Pada bilangan Reynolds yang konstan turbine ventilator
dengan L/D=2 memiliki harga yang paling besar kemudian
diikuti oleh turbine ventilator L/D=3 dan turbine ventilator L/D=1. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa
dengan besarnya nilai ketidakpastian relatif dari pengukuran St,
maka hampir bisa dipastikan bahwa nilai St pada tiap jenis
turbine ventilator besarnya sama. Sehingga putaran dari tiap jenis turbine ventilator juga hampir sama, sehingga dengan
menggunakan generator DC yang berfungsi merubah energi
mekanik dari putaran Turbine ventilator menjadi listrik, maka
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1 2 3
Re = 170000
Re = 130000
Re = 93000
Re = 56000
L/D
ή
69
Tugas Akhir
hampir bisa dipastikan bahwa arus listrik dan tegangan yang
dihasilkan oleh generator DC besarnya sama, sehingga daya yang dihasilkan pada tiap jenis turbine ventilator juga besarnya hampir
sama. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai ketidakpastian relatif
dari error yang mungkin dilakukan akibat ketelitian dalam
pengukuran dari harga adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Persentase error akibat ketelitian dalam pengukuran Kd
Besarnya nilai batas atas dan batas bawah dari range pengukuran
yang disebabkan persentase error yang terjadi dapat dilihat pada
grafik berikut ini :
Reynolds % error rata-rata
Kd
56.000 55,5
93.000 22,2
130.000 14,4
170.000 10,4
70
Tugas Akhir
Gambar 4.21 Batas atas dan batas bawah error pada Re = 56.000
Gambar 4.22 Batas atas dan batas bawah error pada Re =93.000
71
Tugas Akhir
Gambar 4.23 Batas atas dan batas bawah error pada Re = 130.000
Gambar 4.24 Batas atas dan batas bawah error pada Re = 170.000
0,000,020,040,060,080,100,120,140,160,180,20
1 2 3
Re = 130000
Bts atas
Bts bawah
L/D
ή
0,00
0,02
0,04
0,06
0,08
0,10
0,12
1 2 3
Re = 170000
Bts atas
Bts bawah
72
Tugas Akhir
Sehingga dikarenakan besarnya nilai error yang mungkin terjadi
akibat ketelitian dalam pengukuran maka belum bisa dipastikan bahwa turbine ventilator dengan L/D=2 memiliki harga Kd yang
paling besar kemudian diikuti oleh turbine ventilator L/D=3 dan
turbine ventilator L/D=1. Hampir dapat dipastikan bahwa nilai
pada tiap jenis turbine ventilator besarnya sama.
Pada turbine ventilator dengan L/D yang konstan terlihat
bahwa dengan semakin besarnya bilangan Reynolds yang
diberikan maka harga juga semakin besar, hal ini bisa dianalisa
dengan menggunakan persamaan moment of momentum, yaitu
ketika bilangan Reynolds semakin besar maka kecepatan
freestream yang mengalir menuju turbine ventilator akan semakin besar sehingga kecepatan tangensial, kecepatan angular dan laju
aliran massa juga semakin besar. Karena daya turbine ventilator
merupakan fungsi dari kecepatan angular, kecepatan tangensial, dan laju aliran massa, maka maka daya mekanik yang dihasilkan
oleh turbine ventilator juga semakin besar sehingga daya listrik
yang dihasilkan oleh generator DC yang berfungsi merubah energi mekanik dari putaran poros menjadi energi listrik juga
semakin besar. Sehingga harga juga semakin besar.
73
Tugas Akhir
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
74
Tugas Akhir
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan penelitian dan analisa data adalah sebagai berikut:
1. Dari hasil pengujian melalui eksperimental dapat
dibuktikan bahwa turbine ventilator yang selama ini
hanya dipakai sebagai ventilasi udara didalam ruangan dapat diaplikasikan untuk membangkitkan arus listrik.
2. Pada bilangan Reynolds yang semakin tinggi, perbedaan
tekanan pada inlet dan outlet pipa cerobong turbine ventilator dengan rasio panjang dan diameter pipa
cerobong sebesar 1, 2, dan 3 juga akan semakin besar
3. Pada bilangan Reynolds yang semakin tinggi, besarnya
putaran yang dihasilkan oleh turbine ventilator dengan rasio panjang dan diameter sebesar 1, 2 dan 3 juga akan
semakin besar
4. Pada bilangan Reynolds yang semakin tinggi, besarnya daya yang dihasilkan oleh turbine ventilator dengan rasio
panjang dan diameter turbine ventilator sebesar 1,2 dan 3
juga akan semakin besar
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan setelah melakukan
penelitian dan mungkin berguna untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Turbine ventilator perlu dikaji lebih lanjut agar bisa
optimal untuk dimanfaatkan sebagai micro power plant. 2. Peralatan yang digunakan untuk membangkitkan
kecepatan freestream sebaiknya menggunakan turbine
ventilator diffuser dengan kapasitas fan yang besar pada ketinggian 50m diatas permukaan tanah
3. Peralatan ukur yang digunakan harus teliti dan
dikaliberasi, sehingga dapat memberikan hasil yang
optimal dalam pengukuran
75
Tugas Akhir
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
76
Tugas Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Fox, R.W. & McDonald, A. T., 1998, Introduction to Fluid
Mechanics, 5th
edition, John Wiley and Son, Inc. Khan, N., Su, Y & Riffat, S.B., 2008 A Review on Wind Driven
Ventilation Techniques, Energy and Buildings 40 (2008)
1586–1604.
Lai, C.M., 2003, Experiments on the Ventilation Efficiency of Turbine Ventilators Used for Building and Factory
Ventilation. Energy and Buildings 35 (2003) 927–932.
Lai, C.M. 2005, Prototype Development of The Rooftop Turbine Ventilator Powered by Hybrid Wind and Photovoltaic
Energy. Energy and Buildings 38 (2006) 174–180.
Pudjanarsa, Astu. & Nursuhud, Djati. 2005. Mesin Konversi
Energi. Penerbit ANDI. Revel, A., & Huynh, B.P. Characterising Roof Ventilators. 15th
Australasian Fluid Mechanics Conference The University
of Sydney, Sydney, Australia. Parsons, Robert A. 1997. ASHRAE Handbook. Colorado : USA
www.energi.lipi.go.id
www.wikipedia.org