BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · pelayanan anestesi umum inhalasi...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I.pdf · pelayanan anestesi umum inhalasi...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era reformasi kesehatan, kemampuan untuk menunjukkan angka
ekonomis dari suatu teknologi yang baru adalah penting. Reformasi pelayanan
kesehatan memberikan tekanan lebih bagi dokter ahli anestesi untuk menentukan
dampak biaya dari strategi anestesia, obat baru, dan teknologi baru. Biaya dari
anestesia terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung. Langkah awal
perhitungan biaya yang tepat adalah dengan menghitung semua biaya langsung
untuk teknik anestesi yang digunakan.
Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang
diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan.
Farmakoekonomi juga didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya
terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik lagi adalah sebuah
penelitian tentang proses identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya,
resiko dan keuntungan dari suatu program, pelayanan dan terapi. Salah satu
evaluasi farmakoekonomi adalah analisis minimalisasi biaya yang merupakan
metode kajian farmakoekonomi paling sederhana, analisis minimalisasi biaya
hanya dapat digunakan untuk membandingkan dua atau lebih intervensi
kesehatan, termasuk obat, yang memberikan hasil yang sama, serupa, atau setara
atau dapat diasumsikan setara. Karena hasil pengobatan dari intervensi
2
diasumsikan sama, yang perlu dibandingkan hanya satu sisi, yaitu biaya (Walley
dkk, 1991; Gattani dkk, 2009; Areda dkk, 2011).
Secara umum di Indonesia ilmu farmakoekonomi sudah mulai digunakan
juga untuk pengambilan keputusan penggunaan obat. Dalam penerapan Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada tahun 2015, termasuk untuk jaminan
kesehatan, dengan terbatasnya anggaran yang tersedia, maka aspek pengendalian
mutu dan penggunaan obat secara efektif dan efisien sangat dibutuhkan, bukan
hanya oleh pemerintah, namun juga bagi industri, pendidikan, dan lain-lain.
Studi farmakoekonomi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah
belum banyak dilakukan. Biaya obat anestesi yang besar selalu menjadi
permasalahan di bidang manajemen. Seperti kita ketahui bersama bahwa
pelayanan anestesi umum inhalasi maupun intravena merupakan standar baku
yang dikerjakan di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Sanglah. Seiring
kemajuan farmakologi dan teknologi maka terdapat berbagai perkembangan
tehnik anestesi serta alat monitor kedalaman anestesi yang dapat membantu ahli
anestesi dalam menentukan pemakaian obat dan dosis yang sesuai bagi pasien.
Pengembangan dari sistem komputerisasi dan tersedianya obat anestesi yang
bersifat short acting seperti propofol dan sufentanyl, menjadikan target controlled
infusion (TCI) adalah suatu metode yang semakin sering digunakan untuk
kepentingan anestesi intravena total (Absalom dkk, 2007). Seiring dengan
perkembangan mesin anestesi yang semakin canggih, tehnik anestesi inhalasi juga
mengalami kemajuan, target controlled inhalational anesthesia (TCIA) atau yang
disebut juga end tidal (ET) control adalah penghantar sistem anestesi yang
3
tersedia di mesin anestesi yang baru. Ini adalah modalitas sistem penghantar gas
anestesi, di mana mesin otomatis menyesuaikan konsentrasi agen anestesi untuk
mencapai tingkat target yang diinginkan yang ditetapkan oleh penggunanya.
Masalah tingginya biaya dan polusi lingkungan sering dikaitkan dengan anestesi
umum, low flow anesthesia adalah salah satu tehnik atau upaya untuk mengurangi
permasalahan tersebut (Potdar dkk, 2014). Di RSUP Sanglah generasi mesin
anestesi yang bisa menerapkan tehnik TCIA dan low flow anesthesia sudah
tersedia yaitu mesin anestesi merek Drager Primus. Demikian juga teknologi
monitor kedalamam anestesi juga semakin berkembang, Bispektral Indek (BIS)
merupakan salah satu alat monitor kedalaman anestesi yang telah mendapatkan
persetujuan penggunaanya secara klinis oleh Food and Drug Administration
(FDA) Amerika sejak Oktober 1996 (Johansen dkk, 2000). Wong J dkk, meneliti
pada 68 operasi ortopedi berumur lebih dari 60 tahun dengan anestesi umum
sevofluran, monitor BIS memfasilitasi penurunan 30% penggunaan sevofluran
dan penurunan 26% dari waktu pulih (Absalon dkk, 2002). Tentu saja hal ini
membuat biaya penggunaan obat anestesi yang makin ekonomis.
Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah penelitian analisis minimalisasi
biaya anestesi umum propofol TCI dan anestesi inhalasi pada operasi bedah
onkologi di IBS RSUP Sanglah, secara signifikan berbeda bermakna didapatkan
beban biaya yang lebih murah pada anestesi umum menggunakan TCI propofol
dibandingkan dengan anestesi inhalasi isofluran (Adi dkk, 2014). Demikian juga
pada penelitian sebelumnya yaitu perbandingan biaya intraoperatif tehnik anestesi
umum TCI propofol dengan anestesi inhalasi sevofluran, didapatkan perbedaan
4
bermakna pada biaya anestesi periode intraoperatif baik dari total biaya, biaya
per-pasien maupun biaya per-menit anestesi, dimana tehnik TCI propofol lebih
ekonomis dibandingkan tehnik anestesi inhalasi sevofluran. Kejadian hipotensi,
waktu pulih sadar, dan kejadian mual muntah paska operasi pada kelompok TCI
propofol juga didapatkan rendah dibandingkan dengan kelompok inhalasi
sevofluran, dimana faktor-faktor di atas memiliki peranan pula dalam menentukan
biaya anestesi intraoperatif (Iswahyudi dkk, 2013). Penelitian tentang analisis
minimalisasi biaya low fresh gas flow balanced anesthesia dengan TCI pada
operasi laparaskopi kolesistektomi didapatkan biaya yang lebih murah di grup low
fresh gas flow balanced anesthesia dengan inhalasi sevoflurane dibandingkan
dengan grup TCI propofol (Stevanovic dkk, 2008)
Berdasarkan uraian diatas, maka kami terdorong untuk melakukan
penelitian mengenai analisis minimalisasi biaya anestesi umum TCIA manual
controlled dengan sevofluran dan TCI dengan propofol di RSUP Sanglah tahun
2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan seperti telah disebutkan
diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Tehnik anestesi umum manakah dengan biaya obat anestesi lebih rendah,
apakah target controlled inhalational anesthesia dengan sevofluran atau target
controlled infusion dengan propofol pada pasien yang menjalani operasi bedah
mayor onkologi di RSUP sanglah?
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis minimalisasi biaya obat
anestesi umum target controlled inhalational anesthesia sevofluran dengan target
controlled infusion propofol pada pasien yang menjalani operasi bedah mayor
onkologi di RSUP Sanglah.
1.3.1 Tujuan khusus
Untuk membandingkan biaya obat anestesi umum pada pasien ASA I dan
ASA II yang menjalani operasi bedah mayor onkologi dengan tehnik anestesi
umum target controlled inhalational anesthesia sevofluran dengan target
controlled infusion propofol.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat akademis
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia
kedokteran khususnya anestesi dalam penerapan teknik anestesi umum
pada operasi bedah onkologi mayor untuk menekan biaya anestesi,
menjaga kestabilan hemodinamik dan mempersingkat waktu pulih sadar.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar pemilihan tehnik anestesi
umum untuk menekan biaya obat anestesi dan untuk lebih lanjut dapat
digeneralisir pemakainya pada jenis operasi lainya.
6
2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi para pengambil
kebijakan, baik ditingkat nasional, provinsi dan kabupaten maupun di
rumah sakit dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan
berdasarkan kajian farmakoekonomi, dalam rangka pemilihan dan
penggunaan obat yang efektif dan efesien khususnya dibidang pelayanan
anestesi.