BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam...

88
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata terbaik yang ada di Indonesia bahkan dunia. Keindahan alam yang sangat beraneka ragam, mulai dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang hijau dan juga keunikan budaya yang sangat menarik mulai dari cara hidup masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali. Semua ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.Kekayaan ini menjadi potensi yang sangat mendukung kemajuan kepariwisataan di Bali.Pariwisata Bali mengalami pertumbuhan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh melalui Dinas Pariwisata Provinsi Bali berikut diuraikan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Bali dari tahun 2008 - 2014 sebagai berikut Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali dari Tahun 2009 - 2013 Tahun Jumlah Kunjungan Wisatawan Tingkat pertumbuhan (%) 2009 2.229.945 2010 2.493.058 11,80 2011 2.756.579 10,57 2012 2.892.019 4,91 2013 3.278.598 13,37 2014 3.766.638 14,78 Sumber : Dinas Pariwisata, Provinsi Bali 2014 Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 10,78 % pertahun.Jumlah kunjungan wisatawan tersebut membuktikan bahwa memang Bali memiliki

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata terbaik yang ada di

Indonesia bahkan dunia. Keindahan alam yang sangat beraneka ragam, mulai

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang

hijau dan juga keunikan budaya yang sangat menarik mulai dari cara hidup

masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali. Semua

ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.Kekayaan ini menjadi

potensi yang sangat mendukung kemajuan kepariwisataan di Bali.Pariwisata

Bali mengalami pertumbuhan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui Dinas Pariwisata Provinsi Bali

berikut diuraikan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Bali dari

tahun 2008 - 2014 sebagai berikut

Tabel 1.1

Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali dari Tahun 2009 - 2013

Tahun Jumlah Kunjungan

Wisatawan

Tingkat pertumbuhan (%)

2009 2.229.945

2010 2.493.058 11,80

2011 2.756.579 10,57

2012 2.892.019 4,91

2013 3.278.598 13,37

2014 3.766.638 14,78

Sumber : Dinas Pariwisata, Provinsi Bali 2014

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan

wisatawan memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 10,78 % pertahun.Jumlah

kunjungan wisatawan tersebut membuktikan bahwa memang Bali memiliki

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

2

potensi pariwisata yang sangat besar, namun jika dilihat dari Peraturan

Daerah Provinsi Bali tentang tujuan pembangunan pariwisata yaitu dalam

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang kepariwisataan

budaya Bali tertulis bahwa,

“pembangunan kepariwisataan Bali bertujuan untuk mendorong

pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat yang

sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat sehingga terwujud

cita-cita kepariwisataan untuk Bali dan bukan Bali untuk

kepariwisataan.” Pada pasal 4 juga dituliskan bahwa, “tujuan dari

pembangunan pariwisata adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Bali secara merata dan berkelanjutan; serta melestarikan

lingkungan alam Bali sebagai basis penyangga kehidupan masyarakat

dan kebudayaan Bali secara berkelanjutan.”

Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang

begitu besar ini belum sepenuhnya memenuhi tujuan dari pembangunan

pariwisata, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali secara

merata dan berkelanjutan.Jumlah kunjungan ke tiap kabupaten yang ada di

Bali masih belum merata dan masih terjadi banyak ketimpangan dari

kabupaten yang satu terhadap kabupaten lainnya. Berikut diuraikan data

perbandingan jumlah kunjungan wisatawan kesetiap kabupaten yang ada di

Bali dari tahun 2009-2013

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

3

Tabel 1.2

Kunjungan Wisatawan per Kabupaten di Bal dari Tahun 2009 - 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik, Provinsi Bali 2015

Berdasarkan data di atas , jumlah kunjungan wisatawan yang paling

banyak selama lima tahun terakhir adalah di Kabupaten Tabanan yaitu

sebanyak 18.226.972 wisatawan, urutan kedua adalah Kabupaten Gianyar,

yaitu sebanyak 7.861.511 dan kemudian yang ketiga Kabupaten Badung,

yaitu sebanyak 5.293.631 wisatawan sedangkan yang paling sedikit adalah

kabupaten Jembrana, yaitu hanya 526.564 wisatawan. Melalui perbandingan

data jumlah kunjungan wisatawan antar kabupaten di atas terlihat dengan

jelas adanya ketimpangan kunjungan wisatawan yang tidak merata di Bali.

Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya pemetaan yang jelas mengenai

pasar wisatawan dan tanpa mempertimbangkan daya dukung alam dan

lingkungan serta eksistensi kebudayaan , produk yang ditawarkan, sistem

Kabupaten/

Kota

Tahun dan Jumlah Kunjungan Total Kunjungan

selama 5 (lima)

Tahun terakhir 2010 2011 2012 2013 2014

Denpasar 318.830 398.025 395.558 443.775 542.813 2.494.386

Badung 774.753 682.382 1.092.413 1.192.129 1.551.954 5.293.631

Gianyar 1.182.104 1.445.594 1.680.105 1.631.879 1.921.829 7.861.511

Bangli 425.905 541.504 548.152 616.637 647.607 2.779.805

Klungkung 100.819 505 286.648 298.979 328.313 1.015.264

Karangasem 351.343 418.026 462.233 461.515 423.740 2.116.857

Buleleng 571.869 529.616 743.196 638.147 666.776 3.149.604

Jembrana 72.181 89.496 98.859 134.093 131.935 526.564

Tabanan 3.334.883 3.709.389 4.503.653 4.915.516 4.763.531 18.226.972

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

4

pemasaran yang digunakan. Setiap destinasi sering menjadikan patokan

pembangunan pariwisata sebagai akselerasi dan produktivistas pembangun

daerah.Sistem kompensasi pun sangat memberikan keuntungan besar bagi

investor. Sebaliknya keterlibatan masyarakat sangat minim, semua ini

merupakan ciri dari pariwisata massal.

Sedangkan disisi lain, sangat bertentangan dengan pariwisata massal

adalah pariwisata minat khusus. Wisata minat khusus (Special Interest

Tourism) merupakan bentuk kegiatan dengan wisatawan individu, kelompok

atau rombongan kecil yang bertujuan untuk belajar dan berupaya

mendapatkan pengalaman tentang suatu hal di daerah yang dikunjungi. Saat

ini Pemerintahan Provinsi Bali sedang mengembangkan pariwisata minat

khusus melalui program Bali Mandara jilid II, yaitu berupa program

pengembangan desa wisata. Program ini dilakukan berdasarkan Peraturan

Daerah No 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Bali dimana dalam hal ini, pengembangan sektor pariwisata berlandaskan

kebudayaan dan Agama Hindu yang berbasis pemberdayaan masyarakat.

Dalam program tersebut ada 180 desa yang direncanakan dikembangkan oleh

pemerintah menjadi desa wisata. Berikut data mengenai sasaran desa wisata

dan jadwal pelaksanaan program di setiap kabupaten dalam program Bali

Mandara :

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

5

Tabel 1.3

Rekapitulasi Desa Wisata Di Lingkungan Dinas Pariwisata

Provinsi Bali Tahun 2014 - 2018

NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENJADWALAN PROGRAM

2015 2016 2017 2018

1 Buleleng 33 5 6 5 6

2 Jembrana 13 2 2 2 0

3 Tabanan 32 4 3 3 6

4 Badung 10 1 2 2 0

5 Gianyar 30 4 3 4 4

6 Klungkung 13 3 2 2 3

7 Bangli 25 3 3 3 2

8 Karangasem 18 3 2 3 2

9 Denpasar 6 0 2 1 2

Jumlah 180 25 25 25 25

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2015

Berdasarkan data di atas, ada Sembilan kabupaten ataupun kota madya

yang menjadi sasaran dalam pengembangan desa wisata. Buleleng adalah

kabupaten yang memiliki desa wisata yang paling banyak. Kemudian

Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar. Setiap desa memiliki jenis

wisata berbeda-beda yang akan dikembangkan berdasarkan potensi masing-

masing desa, berupa wisata alam, wisata budaya, ekowisata, dan agrowisata.

Salah satu jenis dari pariwisata minat khusus yaitu ekowisata.

Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang

memberikan dampak kecil bagi kerusakan lingkungan dan budaya lokal

sekaligus menciptakan peluang kerja dan menambah pendapatan serta

membantu kegiatan konservasi alam.Pada Tahun 1999 sebuah yayasan yang

bergerak di bidang lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat

melakukan pemetaan terhadap potensi-potensi desa yang ada di Bali.

Berdasarkan hasil pemetaan tersebut di temukan empat desa yang memiliki

potensi ekowisata, yaitu Desa Pelaga (Badung), Desa Sibetan (Karangasem),

Desa Adat Tenganan (Karangasem), dan Desa Nusa Ceningan (Klungkung).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

6

Setelah melihat potensi tersebut, keempat desa ini bersama-sama membentuk

Jaringan Ekowisata Desa (JED). JED ini bertujuan untuk mewujudkan

program ekowisata yang berbasis pada masyarakat dan lingkungan di

keempat desa tersebut serta sebagai bentuk komitmen dari keempat kelompok

masyarakat desa itu yang ingin menentukan masa depan dirinya sendiri,

budaya dan lingkungannya.

Dalam proses pengembangan desa ekowisata yang dilakukan oleh

JED ternyata sampai saat ini jumlah kunjungan wisatawan belum mencapai

target yang telah ditentukan. Sebagai contoh, di Desa Pelaga target jumlah

kunjungan yang telah ditentukan adalah sebanyak 10 wisatawan dalam sehari,

yang artinya dalam setahun dapat mencapai 3600 wisatawan. Sampai saat ini

jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke desa Pelaga masih mencapai

200 wisatawan dalam satu tahun.Jumlah kunjungan yang datang ke Desa

Pelaga ini sangat timpang bila dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang

datang ke Bali yang mencapai 3.278.598 wisatawan pada Tahun

2013.Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai

karakteristik dan motivasi dan wisatawan di desa-desa yang tergabung dalam

JED. Dengan mengetahui karakteristik dan motivasi wisatawan yang

berkunjung ke desa-desa yang tergabung dalam JED , maka setiap destinasi

akan dapat diupayakan untuk semakin sesuai ataupun bisa memenuhi kriteria

motivasi wisatawan yang berkunjung sehingga dapat dilakukan upaya-upaya

yang bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah,”Bagaimana karakteristik dan motivasi wisatawan

yang mengunjungi Desa Pelaga, DesaTenganan, Desa Sibetan sebagai desa

yang tergabung dalam jaringan ekowisata desa ( JED)”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah “Untuk mengetahui karakteristik dan motivasi

wisatawan yang mengunjungi Desa Pelaga, Desa Tenganan, Desa Sibetan

sebagai desa yang tergabung dalam jaringan ekowisata desa ( JED), Bali”.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat seperti :

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah

wawasan dan mengaplikasikan konsep – konsep Pariwisata Alternatif

yang didapatkan di bangku kuliah, juga untuk menambah wawasan

berpikir mahasiswa dalam mengidentifikasi, menganalisa, dan

memecahkan masalah – masalah kepariwisataan di masyarakat.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

8

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat bagi Pemerintah maupun swasta sebagai

pertimbangan dalam mengembangkan potensi ekowisata di Desa Pelaga

maupun Bali.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini akan disusun dalam 5 bab dan

masing-masing akan diuraikan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi tentang telaah hasil penelitian

sebelumnya dan deskripsi konsep yang terdiri dati tinjauan

tentang pariwisata, tinjauan tentang potensi pariwisata,

tinjauan tentang daya tarik wisata, tinjauan tentang

pariwisata alternatif , tinjauan tentang ekowisata, tinjauan

tentang karakteristik wisatawan, tinjauan tentang motivasi.

BAB III : Metode Penelitian

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

9

Berisi tentang lokasi, definisi operasional variabel (DOV),

jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode

penentuan informan dan analisis data.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini akan diberikan pemaparan mengenai hasil data

yang telah diolah serta pembahasannya, diantaranya

mengenai gambaran umum Desa Pelaga, Desa Sibetan,

Desa Tenganan, sejarah JED dalam setiap Desa,

karakteristik wisatawan secara geografi maupun demografi,

dan juga motivasi wisatawan.

BAB V : Simpulan dan Saran

Berisi tentang simpulan dan saran-saran, kemudian disertai

daftar pustaka dan lampiran-lampiran sebagai akhir dari

penulisan laporan ini.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh Kwan (2010). Penelitian

ini berjudul ” Ecolodge Patrons’ Characteristic and Motivation :Study of

Belize”. Penelitian ini di lakukan di Belize yaitu sebuah negara kecil di

Amerika Bagian Tengah. Pada tahun 2003, 54% area dari negara ini termasuk

dalam International Union for the Conservation of Nature. Negara ini

memiliki banyak candi arkeologi peninggalan dari suku Maya, dan juga

negara ini merupakan tempat pelestarian binatang langka Jaguar terbesar di

dunia. Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan quesioner yang

dibagikan ke enam desa ekowisata di Belize. Untuk menganalisis motivasi

wisatawan di gunakan metode pengukuran Skala Likert. Pada setiap

pertanyaan dalam kuisioner diberikan lima pilihan alternatif yang memiliki

bobot yang berbeda. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik

mayoritas pengunjung berusia di antara 35-55 tahun, berlatar belakang

pendidikan tinggi, bekerja penuh waktu dan pensiunan. Berikutnya melalui

hasil penelitian juga didapatkan bahwa motivasi dari mayoritas wisatawan

adalah untuk mempelajari dan menjelajahi alam secara natural ataupun untuk

budaya dari negara lain. Internet, buku panduan perjalanan dan rekomendasi

dari teman merupakan tiga sumber informasi penting yang mempengaruhi

keputusan wisatawan dalam mengunjungi ekowisata ini. Kesamaan dalam

penelitian dengan penelitian ini terdapat dalam tujuan penelitian yaitu untuk

10

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

11

mengetahui karakter dan motivasi wisatawan. Sedangkan perbedaannya

adalah dalam metode pengumpulan datanya dan juga lokasi penelitiannya.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Cristin Jonsson (2008).

Penelitian ini berjudul ” Does Nationality, Gender and Age Affect Travel

Motivation? A case of Visitors to The Caribbean Island of Barbados.”

Penelitian ini adalah tentang upaya pendalaman untuk mengetahui alasan

yang mendasari wisatawan mengambil keputusan untuk mengunjungi

destinasi. Pertama-tama dengan meneliti bahwa ada keberagaman motivasi

antar wisatawan yang berasal dari negara yang berbeda. Kemudian penelitian

ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi antara laki-laki dan

perempuan, antara wisatawan yang memiliki kalangan usia yang berbeda.

Penelitian ini berupaya melakukan pendekatan untuk memahami motivasi

wisatawan berdasarkan asal dan bagaimana hal ini bisa berkontribusi pada

persepsi wisatawan terhadap destinasi. Penelitian ini menggunakan kuisioner

dalam metode pengumpulan data. Dalam kuisioner tersebut di bagi menjadi

dua bagian. Bagian pertama adalah tentang demografi wisatawan seperti :

jenis kelamin, tingkat pendapatan wisatawan, kewarganegaraan,usia. Bagian

kedua dari kuisioner menggunakan 14 skala yang menggunakan Teori

Kozak(2002). Bagian ini untuk mengetahui faktor pushdan pullyang

memotivasi wisatawan mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan

antar negara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa motivasi dari

wisatawan sangat di pengaruhi oleh faktor pushdan pull. Faktor demografi

bukanlah menjadi faktor yang sangat mempengaruhi keputusan wisatawan

dalam melakukan perjalanan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

12

sama meneliti tentang karakteristik dari wisatawan dan juga motivasi

wisatawan dalam melakukan perjalanan, sedangkan perbedaannya terdapat

pada metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, dan juga lokasi

penelitian nya.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Bashar Aref Mohhamad dan

Ahmad pada tahun 2010. Penelitian ini berjudul, ” An Analysis of Push and

Pull Travel Motivations of Foreign Tourist to Jordan”. Penelitianini

dilakukandi Yordania, sebuah negara kecildi TimurTengahyang berbatasan

denganPalestina, Irak, Arab Saudi, danSuriah. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang memotivasi wisatawan untuk datang

berkunjung ke negara Yordania. Penelitian ini menggunakan push and pull

factor motivation sebagai dasar penelitian. Survey dibagi menjadi empat

bagian, yaitu variabel demografis, push factor item, pull factor item, dan yang

terakhir kebutuhan dan keinginan wisatawandi tempat tujuan. Pertanyaan

demografisadalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, kebangsaan, lama tinggaldan

teman perjalanan. Desain kuesioner diadaptasi dari karya peneliti sebelumnya

seperti Dann (1977, 1981); Uysal&Jurowski(1994); Hanqin & Lam(1999);

danKim&Lee(2002). Push factors yaitu terkait dengan keinginan intagible

wisatawan ,terdiri dari 25 pertanyaan dan dikelompokkan ke dalam delapan

dimensi. Demikian juga, Pull factors terdiri dari 26 pertanyaan , yang

merupakan potensi dan daya tarik dari destinasi.Push factors dan Pull factors,

dinilai dengan menggunakan skala Likert lima poin, dari 5=sangat penting

dan untuk1=tidak penting sama sekali. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

prestige motivation adalah faktor pendorong yang paling besar

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

13

mempengaruhi kunjungan wisatawan sedangkan event and activity factor

adalah faktor penarik yang paling mempengaruhi kunjungan wisatawan ke

Yordania.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Valerianus Kulas, 2012.

Penelitian ini berjudul ”Potensi dan Karakteristik Wisatawan di Desa Wae

Rebo Sebagai Daya Tarik Pariwisata adi Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa

Tenggara Timur.” Penelitian ini membahas tentang potensi dan karakteristik

wisatawan di Desa Wae Rebo untuk dikembangkan sebagai pariwisata

budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observsi

langsung ke Desa Wae Rebo, wawancara mendalam dengan tokoh adat, ketua

Lembaga Pariwisata Wae Rebo untuk mendapatkan informasi mengenai

budaya dan motivasi dan karakteristik wisatawan. Selain itu juga

menggunakan metode studi kepustakaan dan dokumentasi berupa

pengambilan gambar rumah adat, serta kehidupan masyarakat lokal. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan adanya potensi yang begitu besar yang ada di

desa Wae Rebo, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Wae Rebo adalah

mayoritas pekerja yaitu sebesar 94,85 % sedangkan 0,86% merupakan dari

kalangan pelajar. Dan motivasi wisatawan yang berkunjung di Desa Wae

Rebo sebesar 23,33 % adalah untuk melihat dan menikmati keindahan alam,

sedangkan sebesar 76,77% adalah untuk melihat kebudayaan yang dimiliki

oleh Desa Wae Rebo. Persamaan dengan penelitian ini adalah memakai

metodologi penilitian yang sama yaitu dengan wawancara mendalam.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

14

Sedangkan perbedaannya yaitu pada rumusan masalah penelitian dan juga

lokasi penelitian.

2.2 Deskripsi Konsep

2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata

Banyak definisi tentang pariwisata yang dikemukakan oleh para

ahli kepariwisataan dari berbagai negara. Diantaranya menurut Pendit (

2008:18), pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam

jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan diluar tempat tinggal dan

tempat bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama

berada ditempat tujuan tersebut, termasuk kunjungan seharian atau

darmawisata atau ekskursi.

Pengertian pariwisata yang dimaksudkan dalam penelitian

iniadalah perjalanan atau perpindahan orang-orang ke suatu daerah

tujuan wisata dengan berbagai motif tujuan wisata, dengan berbagai

tujuan perjalanan untuk tinggal sementara tanpa memperoleh

penghasilan.

2.2.2. Tinjauan Tentang Potensi Pariwisata

Potensi adalah segala daya tarik yang dimiliki oleh suatu wilayah,

dalam hal ini objek wisata. Jadi potensi wisata pada hakekatnya

merupakan segala sesuatu yang menjadi andalan daya tarik suatu

tempat, agar dikunjungi wisatawan. Daya tarik tersebut ditonjolkan

sebagai atraksi wisata dan dipergunakan sebagai modal untuk

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

15

dieksploitasi guna kepentingan ekonomi tanpa melepas aspek sosial

budaya dari atraksi wisata itu sendiri. Dengan demikian potensi wisata

tersebut sifatnya atraksi yang dalam hal ini dapat dibedakan menjadi :

1. Sitte Attraction

Merupakan suatu lokasi yang bisa dijadikan objek wisata, seperti

tempat-tempat tertentu yang menarik.

2. Event Attraction

Merupakan suatu kejadian yang menarik untuk dijadikan moment

kepariwisataan, seperti pameran dan pesta kesenian (Yoeti, 1996 :

158)

2.2.3. Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata

Dalam Yoeti (1996), Mirioti mengungkapkan bahwa daya tarik

wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang

merupakan daya tarik agar orang mau berkunjung antara lain :

1. Benda-benda yang tersedia di alam (Natural Amenities) berupa

iklim, bentuk pemandangan alam, flora dan fauna, sumber air

mineral dan pusat-pusat kesehatan seperti sumber air panas.

2. Hasil ciptaan manusia (Man Made Supply).

3. Tata cara hidup masyarakat (The way of life) berupa adat istiadat

dan kebiasaan hidup masyarakat.

Suatu daerah dapat dikatakan atau dikategorikan sebagai objek

dan daya tarik wisata harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

16

1. Something to see (sesuatu yang dapat dinikmati dengan indra

penglihatan), something to do (kegiatan yang dapat dilakukan), dan

something to buy (sesuatu yang dapat dibeli baik makanan atau

minuman maupun barang-barang kerajinan hasil tangan penduduk

setempat). Something to learn ( sesuatu hal baru yang dapat

dipelajari)

2. Amenities(fasilitas pendukung), Accessibilities (akses untuk

mencapai tempat tersebut), Atraction (atraksi yang ada) dan

Ancillary service (organisasi atau orang-orang yang mengurus

destinasi tersebut)

Daya tarik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

sesuatu yang terdapat di setiap desa berupa alam, aktivitas masyarakat

lokal, adat istiadat dan kebiasaan serta gaya hidup masyarakat lokal

yang mampu menarik wisatawan untuk mengunjungi kawasan ini.

2.2.4 Tinjauan Tentang Pariwisata Alternatif.

Menurut Wearing dan Neil (2000) dalam suwantoro

(2001:75)mengemukakan bahwa pariwisata alternatif didefenisikan

sebagai bentuk-bentuk pariwisata yang menaruh perhatian dan

konsisten terhadap alam, sosial dan nilai-nilai kemasyarakatan, serta

memberikan kesempatan wisatawan dan penduduk lokal untuk

berinteraksi dan menikmatinya secara positif dan saling tukar

pengalaman. Lebih lanjut Suwantoro (2001:85) mengatakan bahwa

pariwisata alternatif harus dipersepsikan sebagai suatu alat untuk

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

17

meningkatkan mutu baik kualitas hubungan antar manusia, kualitas

hidup penduduk setempat maupun kualitas lingkungan hidup.Cirri-ciri

yang harus menjadi perhatian dalam pengembangan pariwisata yang

bersifat alternative adalah skalanya kecil dan adanya keterlibatan

masyarakat lokal.

2.2.5. Tinjauan Tentang Ekowisata

Menurut Damanik (2006:37) ekowisata merupakan kegiatan

wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya

pariwisata. Menurut Masyarakat Ekowisata Internasional dalam

Damanik (2006), ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang

bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (rensonsible travel to

natural areas that conserves the environtment and improves the well-

being of local people) (TIES,2000)

2.2.6. Tinjauan Tentang Karakteristik Wisatawan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan karakteristik lebih

berfokus pada karakter atau kekhasan dari wisatawan secara personal,

sesuai dengan aktivitas mereka berdasarkan umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, dan asal Negara atau kebangsaan. Dalam

Yoeti(1996), karakteristik wisatawan dibagi kedalam dua bagian yaitu :

1. Karakteristik Geografi

Karakteristik geografi lebih menekankan pada asal atau kebangsaan

dari wisatawaan tersebut

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

18

2. Karakteristik Sosio-Ekonomi dan Demografi

Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering dilakukan

untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran,

karena sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya

(Kotler, 1996). Yang disebut dalam karakteristik sosio-demografis

diantaranya adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan.

Sering kali dalam setiap karakter dalam karakteristik sosio-ekonomi

dan demografi saling berkaitan antara karakter yang satu dengan

karakter yang lain meskipun secara tidak langsung. Contohnya jenis

kelamin wisatawan akan berpengaruh terhadap jenis wisata yang

dilakukan, misalnya seorang wisatawan pria akan lebih mampu dan

berani dalam mengikuti jenis wisata yang bersifat adventure, karena

jenis wisata ini membutuhkan kesiapan fisik dan juga keberanian.

Contoh lain tingkat pendidikan akan mempengaruhi pekerjaan dan

pastinya akan mempengaruhi jumlah penghasilan dari wisatawan.

Tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi cara padang wisatawan

terhadap destinasi yang dikunjungi dan juga akan mempengaruhi

motivasi dari wisatawan tersebut. Pembagian wisatawan berdasarkan

karakteristik sosio-demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola

berwisata mereka.

Karakteristik Sosio-Ekonomi menekankan kepada beberapa

variabel :

1. Umur : Dibagi dalam beberapa kelompok usia

2. Jenis kelamin : Laki-laki/perempuan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

19

3. Tingkat pendidikan : Dibagi dalam beberapa tingkat

4. Pekerjaan : Ini akan berupa pertanyaan terbuka.

Namun akan bisa di klasifikasi lewat tipe industri tempat

wisatawan tersebut bekerja

2.2.6 Tinjauan Tentang Motivasi

Ada empat hal yang membentuk motivasi wisatawan menurut

Macintoch, Goeldener, dan Ritchie (suwena, 2010) yaitu :

1. Physical motivation

Orang-orang yang melakukan perjalananan dengan tujuan untuk

mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja

terus, untuk beristirahat, bersantai, melakukan kegiatan olahraga,

untuk mengembalikan gairah kerja

2. Cultural Motivation

Motivasi yang timbul karena ingin melihat dan menyaksikan

kebudayaan asing lain yang berbeda dengan budaya wisatawan

tersebut

3. Interpersonal Motivation

Motivasi yang timbul dengan tujuan untuk mengunjungi keluarga

ataupun teman lama yang sudah lama tidak bertemu.

4. Status and Prestige Motivation

Motivasi yang timbul dengan tujuan untuk memperlihatkan kepada

orang lain tentang jati dirinya, status atau derajat wisatawan

tersebut . Dalam motivasi ini terdapat keyakinan bahwa derajat

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

20

akan menjadi lebih tinggi bila sudah melakukan perjalanan wisata

ke suatu tempat.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Banjar Kiadan, Desa Pelaga, Kecamatan

Petang Kabupaten Badung Bali, di Banjar Dukuh, Desa Sibetan, Kecamatan

Bebandem, Kabupaten Karangasem Bali, dan di Desa Tenganan, kecamatan

Manggis, Kabupaten Karangasem Bali.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Untuk membatasi dan memperjelas permasalahan dalam penelitian ini,

maka secara operasional dapat dijelaskan pembatasan yang menjadi fokus

penelitian ini adalah:

3.2.1. Karakteristik Wisatawan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan karakteristik lebih

berfokus pada karakter atau kekhasan dari wisatawan secara personal,

sesuai dengan aktivitas mereka berdasarkan umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, dan asal Negara atau kebangsaan.

1. Karakteristik Geografi

Karakteristik geografi lebih menekankan pada asal atau kebangsaan

dari wisatawaan tersebut.

2. Karakteristik Sosio-Ekonomi dan Demografi

21

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

22

Karakteristik sosio-Ekonomi menekankan kepada beberapa

variabel :

a. Umur : dibagi dalam beberapa kelompok usia

b. Jenis kelamin : laki-laki/perempuan

c. Tingkat pendidikan : dibagi dalam beberapa tingkat

d. Pekerjaan : ini akan berupa pertanyaan terbuka.

Namun akan bisa di klasifikasi lewat tipe industri tempat

wisatawan tersebut bekerja

3.2.2. Motivasi Wisatawan

Ada empat hal yangmembentuk motivasi wisatawan, oleh

Macintoch (1972) :

1. Physical motivation

Orang-orang yang melakukan perjalananan dengan tujuan untuk

mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja

terus, untuk beristirahat, bersantai, melakukan kegiatan olahraga,

untuk mengembalikan gairah kerja.

2. Cultural Motivation

Motivasi yang timbul karena ingin melihat dan menyaksikan

kebudayaan asing lain yang berbeda dengan budaya wisatawan

tersebut

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

23

3. Interpersonal Motivation

Motivasi yang timbul dengan tujuan untuk mengunjungi keluarga

yang sudah lama tidak bertemu, baik itu teman lama.

4. Status and Prestige Motivation

Motivasi yang timbul dengan tujuan untuk memperlihatkan kepada

orang lain tentang jati dirinya, satus atau derajat wisatawan

tersebut. Dalam motivasi ini terdapat keyakinan bahwa derajat akan

menjadi lebih tinggi bila sudah melakukan perjalanan wisata ke

suatu tempat.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Kualitatif, yaitu data yang berupa informasi – informasi yang

relevan dan tidak bernilai relevan atau nilainya bukan angka.

meliputi sejarah, potensi, keunikan Desa Pelaga,Sibetan dan

Tenganan maupun informasi lain

2. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka – angka yang

dapat dihitung seperti jumlah kunjungan wisatawan ke Desa

3.3.2 Sumber Data

1. Data Primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber pertama yang ada di tempat penelitian melalui wawancara

langsung dengan pengelola yaitu manager JED,dan juga

koordinator JED di setiap desa.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

24

2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh melaui buku atau

literatur yang relevan dan mempunyai sangkut paut atau ada

hubungan dengan penelitian hasil laporan skripsi, serta data resmi

dari JED.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah :

3.4.1 Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

pengamatan langsung ke kantor JED yang ada di Kerobokan , juga

pengamatan ke setiap desa yaitu Desa Pelaga, Sibetan dan tenganan

untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti

dibantu dengan pencatatan dan dokumentasi, mengenai situasi dan

kondisi.

3.4.2 Wawancara

Wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan cara

mengadakan wawancara, menanyakan secara langsung kepada

informan pangkal dan informan kunci sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang

telah disiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini, pertanyaan yang

diajukan disesuaikan dengan permasalahan yang dibahas.

Silalahi (2009) mengemukakan bahwa wawancara merupakan

salah satu teknik dalam pengumpulan data, untuk mendapatkan

informasi tentang isu-isu yang menarik minat peneliti.Teknik ini

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

25

digunakan oleh peniliti bila ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan pokok permasalahan yang harus diteliti selain itu juga

digunakan oleh peneliti untuk mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan dalam jumlah responden yang sedikit/kecil.

Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam

menggunakan metode interview adalah sebagai berikut:

1. Bahwa subyek (informan) adalah orang yang paling tahu tentang

dirinya sendiri.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peniliti adalah

benar dan dapat dipercaya.

3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh peneliti.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah

wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas tanpa

menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan secara

sistematis dan lengkap yang digunakan dalam pengumpulan datanya.

Pedoman wawancara yang digunakan oleh penelitian ini hanya berupa

garis besar atau poin-poin saja yaitu seperti sejarah desa, sejarah

masuknya JED di Desa tersebut, paket yang ditawarkan,dan lain-lain.

Wawancara tidak terstruktur dipilih agar mendapatkan informasi

tentang banyak isu yang ada di JED maupun di setiap desa. Selain itu

wawancara tidak terstruktur juga digunakan untuk mendapatkan

informasi yang lebih dalam tentang responden dan dapat lebih banyak

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

26

mendengarkan apa yang diceritakan oleh informan. Meskipun tidak

terstruktur tetapi setiap pertanyaan akan diajukan dengan tujuan yang

jelas sesuai dengan latar belakang penelitian.

Wawancara dilakukan secara face to face dan pada waktu responden

tidak sedang dalam keadaan sibuk dan juga di lokasi yang nyaman.hal

ini sangat berpengaruh terhadap jawaban yang diberikan responden,

sehingga wawancara dapat berjalan efektif dan efisien.

3.4.3 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan data dari literature, buku-buku atau referensi lainnya

yang menyangkut penelitian ini, dimana data yang diambil merupakan

data yang sifatnya mendukung bukan data utama.

3.5 Teknik Penentuan informan

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara

pengambilan purposive sampling. Purposive sampling dibagi menjadi dua

yaitu informan pangkal dan informan kunci. Informan pangkal dalam

penelitian ini adalah Koordinator JED Desa Pelaga, untuk mendapatkan

informasi mengenai potensi yang dimiliki Desa Pelaga., sedangkan informan

kunci adalah ketua Jaringan Ekowisata Desa ( JED). Penentuan informan

kunci purposive sampling adalah berdasarkan kompetensi nyata yang dimiliki

atau ahli dalam bidangnya, yang sangat berpengaruh dalam keakuratan data

yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, informan kunci yang di tentukan

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

27

adalah ketua Jaringan Ekowisata Desa. Adapun pemilihan informan

didasarkan pada :

1. Informan memiliki pengetahuan yang begitu luas terhadap potensi

ekowisata yang dimiliki Desa Pelaga.

2. Informan memiliki pengetahuan yang luas tentang kegiatan wisatawan di

Desa Pelaga

Selain purposive sampling, penelitian ini juga menggunakan accidental

sampling yang di tujukan bagi wisatawan, tujuannya adalah untuk mendapat

informasi mengenai motivasi wisatawan. Sampel akan diambil secara acak

dalam artian wisatawan yang datang diambil secara acak untuk diwawancara.

Menurut Silalahi (2009,253) untuk populasi kecil (dibawah 1000), peneliti

membutuhkan rasio pemilihan sampel sebesar 30 %. Dalam penelitian ini

jumlah kunjungan rata-rata dalam setahun adalah sebesar 176, 8 dan dalam

setiap bulan nya rata-rata kunjungan wisatawan adalah sebesar 15 wisatawan,

sehingga 30 % dari jumlah kunjungan merupakan ukuran yang cukup akurat.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Menurut

Silalahi (2009) ”analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang

diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan wujud kata-kata dan bukan

rangkaian angka. Data ( dalam wujud kata-kata) mungkin telah dikumpulkan

dengan aneka macam cara observasi, wawancara, intisari dokumen, pita

rekaman dan biasanya ’diproses’ sebelum siap digunakan (melalui

pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis)”.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

28

Analisis kualitatif Menurut Miles dam Huberman dalam Silalahi

(2009:339) disebutkan bahwa :

kegiatan analisis kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi

secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu

yang jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaktifpada saat

sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar

untuk membangun wawasan umum yang disebut ”analisis”.

Dalam proses reduksi data, kegiatan yang dimaksud adalah proses

pemilihan , penyederhanaan, pengabstrakan, mengubah data-data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Kegiatan reduksi data terjadi

terus menerus selama penelitian atau selama pengumpulan data terjadi

tahapan reduksi yaitu membuat ringkasan, menelusuri tema, menulis memo,

penggolongan, pembuangan data yang tidak diperlukan. Dalam penelitian ini

kegiatan reduksi dilakukan semenjak pengumpulan data yaitu hasil

wawancara dengan manajer JED maupun dengan koordinator JED di setiap

desa.

Kemudian dalam alur kedua adalah penyajian data, yaitu sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Melalui data yan disajikan, akan lebih muda

melihat dan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus

dilakukan. Dan dalam alur yang terakhir yaitu kegiatan penarikan kesimpulan

/ verifikasi. Ketika melakukan kegiatan pengumpulan data, setelah dilakukan

proses reduksi dan penyajian data maka dalam penelitian ini akan dicoba

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

29

mengaitkan antara teori yang ada dengan data yang sudah melalui proses

reduksi,sehingga dapat ditarik kesimpulan yang di verifikasi dengan teori

yang ada.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Desa Pelaga, Desa Sibetan, dan Desa Tenganan

a. Sejarah Desa Pelaga

Sejarah Desa Pelaga berdasarkan monografi Desa Pelaga, pada

jaman dahulu kala kira-kira pada abad IX, yaitu pada zaman

pemerintahan dari Jaya Pangus sebagai Raja Bali, berdirilah sebuah

Kerajaan Gegelang. Selain permaisuri raja juga mempunyai seorang selir.

Dari seorang selir sang raja menurunkan seorang putra tertua, sedangkan

dari permaisuri sang raja sendiri memiliki seorang putra yang lebih

muda. Keluarga sang raja pada waktu itu sangat bahagia hingga putra-

putra raja menginjak usia remaja. Melihat keadaan tersebut, sang raja

berkeinginan untuk mengangkat salah satu putranya untuk menggantikan

tahta ayahnya. Kemudian maksud tersebut sampailah kepada rakyat

Gegelang, sehingga timbulah keresahan- keresahan di masyarakat

Gegelang terhadap putra mana yang sebenarnya berhak menggantikan

tahta ayahnya.Masyarakat kerajaan Gegelang sendiri sebagian besar

cenderung untuk memilih putra raja dari permaisuri.

Berita itu kemudian sampai pula didengar oleh putra raja yang

pertama dan ia merasa tersinggung karena merasa disepelekan dan

diremehkan. Sebagai seorang putra raja, putra yang pertamalah yang

berhak menggantikan kedudukan ayahnya, tanpa memperhatikan

keturunan permaisuri atau keturunan selir.Putra raja pertama tetap

30

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

31

beranggapan bahwa dialah yang berhak menggantikan kedudukan

ayahnya sebagai Raja Gegelang. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut

maka harus menyingkirkan penghalang yang ada, yaitu dengan cara

membunuh adiknya sendiri dari keturunan permaisuri.

Kemudian putra raja pertama memanggil mahapatih kerajaan

Gegelang untuk menyampaikan rencananya yang semula.Padahal

hubungan kakak dan adik sebagai putra-putra raja sangatlah akrab,

seolah-olah tidak ada niat jahat yang terkandung disalah satu pihak putra

raja.Pada saat yang telah ditentukan, maka mahapatih diperintahkan

untuk membunuh adiknya disebuah hutan.Mayat adiknya diseret dan

diletakkan disamping sebuah pohon kayu lebat serta dikuburi oleh daun-

daunan sehingga tidak terlihat.

Setelah beberapa hari putra raja kedua tidak kelihatan di Puri, raja

beserta permaisuri terus gelisah dan memuncak hingga menjadi suatu

kepanikan.Alkisah pada suatu hari ada seorang pemburu yang

kemalaman ditengah jalan.Pemburu menelusuri jalan yang sangat gelap

dan penuh dengan semak-semak. Pemburu itu terlihat payah, maka sang

pemburu memutuskan untuk tidur ditengah hutan. Pada saat menjelang

pagi hari pemburu bermimpi mendengar sabda dari Dewa penguasa

kuburan yang berbunyi “hai pemburu dengarlah baik-baik sabdaku,

dimana sekarang rajamu sedang dalam keadaan bingung karena telah

kehilangan seorang putra yang disayanginya, hal tersebut dikarenakan

putra raja telah mati terbunuh disebuah hutan.Kejadian itu dapat kamu

ketahui dari kata-kata PA-RA-LA-GA yang artinya PA adalah putra Ida,

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

32

RA artinya Rekan Ida, LA artinya Lalang Duta, GA artinya Gegelang.

Dari kata PA-RA-LA-GA dapat disimpulkan, Putra sang raja dari

permaisuri telah mati terbunuh, yang dibunuh oleh kakaknya dari istri

selir sang raja dan pelakunya adalah seorang mahapatih yang bernama

Lalang Duta dan tempat pembunuhan terjadi di hutan alas Gegelang

(Bahasa Bali). Hanya itulah sabdaku dan segeralah pulang serta laporkan

pada raja. Maka sang pemburu bangun dari tidurnya dan bangkit

melaporkan mimpi tersebut kepada raja.

Mendengar cerita tersebut maka raja langsung memerintahkan pada

para punggawa Mahapatih Gegelang serta diikuti oleh Kerajaan

Gegelang pergi ke hutan guna mengecek kebenaran dari cerita sang

pemburu. Ternyata memang benar cerita sang pemburu itu menjadi

kenyataan. Putra sang raja ditemukan sudah menjadi mayat yang

ditimbuni daun-daun disebuah pohon lebat yang telah lapuk. Raja pun

bertambah murka kemudian memuncak menjadi naik pitam.Kemudian

raja mengamuk, melihat keadaan tersebut rakyat Gegelang tidak berani

mendekat.Sejak saat itu Kerajaan Gegelang mengalami kehancuran dan

kemusnahan dari keturunannya.Berdasarkan hal tersebut lama-kelamaan

dikalangan masyarakat sering membicarakan dua kata yaitu PA-RA-LA-

GA dari mulut ke mulut.Dari kata-kata tersebut kemudian meningkat

menjadi PARALAGA, selanjutnya berubah menjadi PELAGA yang

hingga saat ini wilayah Kerajaan Gegelang disebut sebagai wilayah

Pelaga. Kalau dihubungkan dengan wilayah Desa pelaga yang sekarang,

maka nama Gegelang pada saat ini masih dikenal oleh masyarakat, hal

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

33

ini menandakan bahwa dulu Pura Pucak Gegelang merupakan sebuah

pusat Kerajaan Gegelang, hal ini dapat dilihat dari pelinggih-pelinggih

yang ada di Pura Pucak Gegelang, yaitu jaba tengah terdapat pelinggih

pesinggahan Ratu Sakti sebagai Tameng-Dada sesuhunan di pura Pucak

Gegelang ( Maha Patih Langlang Duta) Di Jeroan : terdapat dua

pelinggih yaitu

1. Saren Kanginan dengan satu pelinggih, yang merupakan sebuah

meru tumpang tujuh.

2. Saren Kaleran dengan sebuah pelinggih yang merupakan sebuah

meru tumpang tiga.

Peninggalan tertulis dari Pucak Gegelang ini masih disimpan di

banjar Pangsaan dan Negara dalam keadaan yang sudah rapuh ( rusak ).

( Sumber: Profil Pembangunan Desa Pelaga tahun 2009 )

b. Sejarah Desa Sibetan

Tidak ada sumber yang jelas mengenai sejarah Desa Sibetan Banjar

Dukuh secara pasti dan belum ada monografi secara tertulis mengenai

sejarah Desa Sibetan Banjar Dukuh seperti yang dapat ditemui di Desa

Pelaga. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak

Sujana, beliau adalah kordinator JED untuk Desa Sibetan Banjar Dukuh.

Sekitar 500 tahun yang lalu seorang dukun sakti yang bernama Jero

Dukuh Sakti membuka sebuah lahan hutan menjadi pemukiman. Nama

Dukun tersebutlah asal nama Banjar Dukuh. Jero Dukuh tersebut juga

yang pertama kali menanam empat jenis tanaman yang sampai saat in

menjadi tanaman khas dan menjadi mata pencaharian warga Desa

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

34

Sibetan Banjar Dukuh. Tanaman tersebut adalahSalak, Wani, Jaka

Muding (sejenis palm seperti enau yang satu-satunya hanya ada di Bali),

dan sumaga bali ( Jeruk Bali), Pura Batur dan batu yang menjadi Tempat

pertapaan Jero Dukuh Sakti masih ada sampai saat ini dan menjadi

sebagai salah satu lokasi yang sering dikunjungi wisatawan.

(Sumber : Penelitian 2015)

c. Sejarah Desa Tenganan

Secara pasti tidak ada yang tau tentang sejarah berdirinya Desa

Tenganan, hal tersebut disebabkan oleh terjadinya kebakaran di Desa

Tenganan pada tahun 1841. Kebakaran tersebut menurut masyarakat

Desa Tenganan pada awalnya bukan disebabkan oleh api tetapi hanya

oleh asap yang berasal dari salah satu tempat yang kemudian asap

tersebut menyebar kebangunan yang lain sampai akhirnya hampir seluruh

bangunan yang ada di desa terbakar habis, hanya beberapa bangunan

yang tersisa. Kejadian kebakaran itu terjadi pada siang hari sehingga

tidak ada masyarakat yang meninggal namun segala prasasti yang ada

dan juga segala benda-benda sejarah mengenai Desa tenganan juga ikut

terbakar habis, sehingga masyarakat sudah tidak mengetahui lagi sejarah

tentang berdirinya Desa Tenganan yang merupakan salah satu desa tertua

yang ada di Bali. Setelah terjadi kebakaran pada tahun 1841, kemudian

pada tahun berikutnya 1842 Desa Tenganan kembali dibangun.

Masyarakat juga kembali membuat hukum adat dan peraturan-peraturan

adat untuk di ikuti masyarakat.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

35

Sejarah tentang berdirinya Desa Tenganan berikut adalah sejarah

yang sesuai dengan ingatan masyarakat desa dimana secara turun

temurun diceritakan kepada setiap generasi. Asal berdirinya Desa

Tenganan pada awalnya adalah ketika Raja Bali kehilangan seekor kuda

kesayangannya. Kemudia sang raja memerintahkan orang-orang untuk

mencari kuda itu kemanapun dalam keadaan hidup ataupun mati.

Kemudian seseorang yang bernama Wong Peneges akhirnya menemukan

kuda raja tersebut dalam keadaan sudah mati. Wong Peneges inilah yang

menjadi leluhur orang tenganan pendiri Desa Tenganan. Wong Peneges

atas jasanya itu, maka ia dihadiahi oleh raja sesuatu yang tidak dapat

dinilai dengan uang, yaitu raja memberikan tanah kepada Wong Peneges

seluas sejauh mana bangkai kuda tersebut masih tercium. Leluhur orang

tenganan tersebut adalah seorang yang bijaksana sehingga dia memotong

bangkai kuda tersebut menjadi banyak bagian dan menjadi sangat luas

mencapai 917,2 Ha. Setiap potongan kuda itu sampai saat ini masih ada

berupa potongan batu. Setiap tempat itu dianggap masyarakat sebagai

tempat yang suci. Demikianlah sejarah berdirinya Desa Tenganan,

meskipun tahun pasti berdirinya tidak diketahui secara pasti namun ada

beberapa versi cerita menyebutkan bahwa Desa Tenganan berdiri pada

abad ke-8 dan ada juga versi yang menyebutkan berdiri pada abad ke-11.

(Sumber : Penelitian 2015)

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

36

4.1.1 Sejarah Masuknya JED di Desa Pelaga, Desa Sibetan dan Desa

Tenganan

a. Desa Pelaga

Pada tahun 1999 Yayasan Wisnu yaitu sebuah yayasan yang

bergerak di bidang lingkungan hidup dan pemberdayaan

masyarakat melakukan pemetaan terhadap beberapa desa di Bali ,

yang dilihat memiliki potensi untuk dikembangkan. Yayasan

Wisnu menemukan empat desa yang memiliki potensi dan bersedia

untuk dikembangkan dan Desa Pelaga Banjar Kiadan merupakan

salah satu desa tersebut.

Yayasan Wisnu melakukan pertemuan-pertemuan dengan

beberapa masyarakat dan melakukan sosialisasi.Maksud dan tujuan

dari yayasan tersebut yaitu keinginan untuk mengembangkan

agrowisata di desa itu.Pada saat itu mata pencaharian masyarakat di

Desa Pelaga Banjar Kiadan adalah petani, sehingga mereka belum

mengenal dan memahami konsep-konsep agrowisata yang

dimaksud.Yayasan Wisnu mencoba membuat program yang

partisipatif artinya melibatkan masyarakat secara langsung.Program

tersebut dibahas bersama dengan masyarakat secara langsung

sehingga aspirasi masyarakat juga tersalurkan.Dari program-

program yang telah disusun, masyarakat di undang ke Jogjakarta

untuk membahas program tersebut secara detail.Pertemuan tersebut

menghasilkan gagasan mengenai pendirian JED, yaitu Jaringan

Ekowisata Desa, dimana ekowisata adalah pengembangan

pariwisata yang berbasis masyarakat, berwawasan lingkungan dan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

37

bertanggung jawab terhadap keberlanjutannya.Dalam

perkembangannya masyarakat diajak untuk melakukan pelatihan-

pelatihan yang fasilitasi oleh JED. Pelatihan-pelatihan tersebut

diantaranya adalah pelatihan TOT(Traning of Trainer). Pelatihan

ini bertujuan untuk melatih pelatih artinya beberapa anggota

masyarakat yang dianggap mampu dilatih untuk nantinya juga akan

melatih masyarakat yang lain. Pelatihan ini dianggap efektif karena

bukan hanya melatih masyarakat untuk memahami juga dilatih

untuk memiliki kemampuan melatih, sehingga kedepan masyarakat

mampu menambah tenaga-tenaga ahli dengan mandiri.Pelatihan

yang juga dilakukan adalah CO (Community Organizing), yaitu

untuk melatih masyarakat dalam kemampuan beroganisasi dengan

baik dengan membangun sistem yang tertata, artinya setiap

kelompok-kelompok masyarakat dilatih berdasarkan bagiannya

masing-masing.misalnya untuk paket tracking menjadi tanggung

jawab kelompok masyarakat A, untuk paket makan menjadi

tanggung jawab kelompok masyarakat B, untuk penginapan

menjadi tanggung jawab kelompok masyarakat C,dan lain-lain.

Sehingga semua bisa berjalan berkesinambungan.Pelatihan yang

juga dilakukan adalah PRA (Participatory Ruler Appraisal), yaitu

melatih masyarakat untuk mampu mengajak orang lain untuk mau

terlibat dan berpartisipasi dalam memberikan pendapat maupun

masukan-masukan hal ini dianggap penting untuk proses

pengembangan. Setelah pelatihan-pelatihan tersebut JED mulai

beroperasi sejak tahun 2000 sampai saat ini.JED juga sangat

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

38

transparan kepada masyarakat mengenai hasil penjualan paket, dan

persentase pembagian keuntungan.

b. Desa Sibetan

Pengembangan ekowisata di Desa Sibetan Banjar Dukuh,

berbeda dengan di Desa Pelaga, Banjar Kiadan yang langsung di

kembangkan oleh Yayasan Wisnu Pendiri JED.Pada tahun 1997

sebuah yayasan yang bernama Yayasan Agro Wisata Dewata

(YASTADEWA) pertama kali memasuki Desa Sibetan Banjar

Dukuh.Setelah melihat potensi yang dimiliki Desa Sibetan Banjar

Dukuh, yayasan tersebut menjadikan Desa Sibetan Bajar Dukuh

sebagai Desa agrowisata. Mereka mencoba memperkenalkan

agrowisata terhadap masyarakat desa tentang potensi yang mereka

miliki dan cocok untuk dijadikan sebagai desa agrowisata. Pada

saat itumata pencaharian yangdimiliki oleh masyarakat adalah

sebagai petani sehingga mereka jugabelum memahami dan belum

mengenal konsep-konsep agrowisata yang dimaksudkan oleh

Yayasan Agro Wisata Dewata.

Melihat keadaan masyarakat yang belum memahami konsep

agrowisata , Yayasan Agrowisata Dewata pada saat itu membuat

perencanaan dan konsep-konsep yang bisa diterapkan di Desa

Sibetan Banjar Dukuh. Saat itu beberapa fasilitas dibangun untuk

mendukung perkembangan desa yaitu membangun balai bengong(

lokasi untuk mengadakan pertemuan masyarakat) dan juga

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

39

fasilitas-fasilitas lain. Namun dalam membuat perencanaan tersebut

yayasan Yastadewa tidak partisifatif terhadap masyarakat, artinya

masyarakat tidak dilibatkan secara langsung dalam membuat

perencanaan, Yastadewa membuat sendiri perencanaan dan

konsep-konsep sesuai dengan keinginan mereka yang menurut

mereka baik untuk perkembangan desa, dan konsep yang mereka

bentuk itu di serahkan kepada masyarakat untuk dilakukan.

Program ini hanya berjalan kurang lebih dua tahun.Hal ini

disebabkan oleh masyarakat tidak disertakan secara langsung

dalam membuat perencanaan.Banyak kekurangan yang masih

terjadi dalam program-program Yastadewa, baik dari sistem

keuangan yang kurang melibatkan secara langsung masyarakat

dalam membuat anggaran, maupun laporan keuangan yang

transparan. Pada saat itu kegiatan agrowisata yang dilakukan

Yastadewa dibiayai oleh sebuah yayasan yang bernama KEHATI (

keanekaragaman Hayati). Yayasan ini bergerak dibidang

keberlangsungan hayati yang ada di Indonesia.

Pada tahun 1999 kemudian Yayasan Wisnu (yayasan yang

melatar belakangi berdirinya JED) kemudian masuk ke Desa

Sibetan.Merekamengadakan pertemuan langsung dengan

masyarakat dalam membuat program-program dan perencanaan

terkait dengan potensiyang dimiliki Desa.Kemudian program-

program tersebut dibuatkan dalam bentuk proposaluntuk diajukan

kembali ke Yayasan Kehati yang membantu dalam pendanaan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

40

program tersebut. Melalui hasil pertemuan-pertemuan itu

masyarakat desa juga membuat Strategy Plan dan untuk membahas

Strategy Plan tersebut pada tahun 2001, masyarakat desa diundang

ke Hotel Jayakarta di Yogyakarta.Pertemuan ini juga diikuti oleh

Desa Pelaga dan juga Desa tenganan.Hasil pertemuan tersebut

melahirkan program ekowisata desa, yaitu kegiatan pariwisata yang

berbasis masyarakat, berwawasan lingkungan dan bertanggung

jawab dalam keberlanjutannya.Itulah yang menjadi cikal bakal

berdirinya JED.Hasil pembahasan di Yogjakarta kamudian

ditindaklanjuti oleh masyarakan dengan mengadakan pelatihan-

pelatihan yang dibutuhkan sama seperti yang di Desa Pelaga yaitu

pelatihan TOT(Traning of Trainer), CO(Community Organizing),

dan juga PRA (Participatory Ruler Appraisal). Kemudian juga

masyarakat melakukan pemetaan pada Desa Sibetan seperti yang

dilakukan di Desa Pelaga.Pada tahun 2000 JED mulai launching

sampai saat ini.

c. Desa Tenganan

Desa tenganan pada dasarnya telaheksis menjadi daya tarik

wisata sejak tahun 1980 bahkan jauh sebelum berdirinya JED. Desa

ini menjadi daya tarik wisata diawali oleh beberapa peneliti asal

Belanda yang datang ke Desa Tenganan pada tahun 1933, secara

tidak langsung setiap orang yang melakukan penelitian di Desa

Tenganan akan melakukan promosi tentang Desa Tenganan ke

negara asal mereka. Sejak saat itu, banyak kunjungan-kunjungan

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

41

dari wisatawan mancanegara yang ingin melihat keadaan Desa

Tenganan. Masyarakat setempat khususnya pemuda mulai

memanfaatkan peluang tersebut. Banyak agen perjalanan wisata

yang berdatangan membawa tamu mereka dengan memanfaatkan

pemuda setempat sebagai guide lokal, wisatawan dibawa mengikuti

jalur tracking yang sudah ada sejak saat itu. Namun penanganan

yang dilakukan belum secara professional dikarenakan pemahaman

mengenai pariwisata yang masih terbatas.

Pada tahun 1999 Yayasan Wisnu melakukan pemetaan di

Desa Tenganan seperti hal yang sama di Desa Pelaga dan Desa

Sibetan. Para pemuda setempat yang pada saat itu aktif menangani

tamu diajak untuk belajar tentang pengelolaan desa wisata dengan

lebih serius. Pada saat itu, dikarenakan adanya peraturan dan

hukum adat yang cukup ketat mengenai budaya luar yang masuk

ke dalam Desa Tenganan maka pemuda terlebih dahulu diskusi

dengan pemuka adat dan tokoh-tokoh penting di Desa Tenganan,

dan setelah didiskusikan mereka setuju untuk mempelajari sistem

pengelolaan secara professional bersama Yayasan Wisnu.

Pemuda Desa Tenganan pada saat itu juga mengikuti

pertemuan di Yogjakarta bersama dengan perwakilan dari Desa

Sibetan dan DesaPelaga .Disana mereka juga pertama kali

memahami konsep ekowisata desa yang sampai saat ini.sehingga

mereka juga mengikuti program-program pelatihan seperti

TOT(Traning of Trainer), CO(Community Organizing), maupun

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

42

PRA (Participatory Ruler Appraisal).Mengingat sejarah Desa

Tenganan yang sudah menjadi daya tarik wisata bahkan sebelum

JED berdiri. Hal itu menyebabkan banyak agen-agen wisata yang

tetap membawa tamunya ke Desa Tenganan. Berbeda dengan desa

lain yang sumber masuknya wisatawan ke desa hanya melalui JED,

tetapi di Desa Tenganan banyak travel agen yang juga membawa

wisatawan ke Desa Tenganan tanpa melalui JED. Namun demikian,

wisatawan yang datang menggunakan agen-agen lain itu tidak

dapat merasakan paket ekowisata selengkap yang ditawarkan JED.

Sebab pemahaman melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan

terhadap desa menghasilkan penanganan yang berbeda juga

terhadap tamu, paket yang ditawarkan juga lebih menarik karena

wisatawan dapat melihat secara utuh keseluruhan pola hidup

masyarakat yang menarik.

4.1.2Kondisi Geografis

a. Desa Pelaga

Desa Pelaga secara administratif termasuk wilayah

Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Desa Pelaga terletak pada

ketinggian berkisar antara 650-1.110 meter di atas permukaan laut.

Desa Pelaga memiliki luas wilayah 3545,20 ha. Lokasi ini dapat

ditempuh dengan jalan darat, jarak dari kota Denpasar 47 km atau 1

jam perjalanan dan terletak 15 km dari kota Kecamatan Petang.

Desa ini terletak diantara dua daerah tujuan wisata, yaitu objek

wisata Bedugul dan objek wisata Kintamani.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

43

Secara geografis Desa Pelaga memiliki batas-batas wilayah

adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Hutan lindung milik negara / Pucak Mangu.

2. Sebelah Selatan : Batas buatan (pal beton).

3. Sebelah Timur : Sungai Bangkung

4. Sebelah Barat : Pangkung Cengkedek

Di dalam buku profil Desa Pelaga disebutkan bahwa desa

administratif Desa Pelaga yang sekarang ini merupakan gabungan

dari dua desa administratif yaitu Desa Pelaga dan Desa Tiyingan.

Keadaan ini berlangsung dari tahun 1937 sampai tahun 1957,

setelah tahun 1957 dua desa tersebut bergabung menjadi satu desa

administratif yaitu Desa Pelaga yang ditunjang oleh delapan banjar

dinas, delapan banjar adat dan delapan desa adat. Pada tahun 2007

banjar dinas Auman Mekar menjadi satu banjar dinas persiapan

serta ditetapkan definitif banjar yaitu Banjar dinas Bukit Munduk

Tiying. Adapun nama-nama banjar dinas seperti Dusun/Banjar

Dinas Pelaga, Dusun/Banjar Dinas Kiadan, Dusun/Banjar Dinas

Nungnung, Dusun/Banjar Dinas Tinggan, Dusun/Banjar Dinas

Bukian, Dusun/Banjar Dinas Semanik, Dusun/Banjar Dinas

Tiyingan, Dusun/Banjar Dinas Auman, Dusun/Banjar Dinas Bukit

Munduk Tiying. Desa Pelaga selain memiliki sembilam banjar

dinas juga dibagi menjadi delapan banjar adat dimana masing-

masing banjar adat mempunyai Tri kahyangan Jagat ( Pura Puseh,

Pura baleagung dan Pura Dalem).

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

44

b. Desa Sibetan

Desa Sibetan terletak di Kecamatan Bebandem, Kabupaten

Karangasem. Desa Sibetan terletak pada ketinggian 400 sampai

600 meter diatas permukaan laut dan luas wilayah Desa Sibetan

adalah 146,9 ha. Lokasi Banjar Dukuh, Desa Sibetan dapat di

tempuh dengan menggunakan jalur darat dari Kabupaten Karang

Asem dengan jarak tempuh 25 km, dari Kecamatan Bebandem

dengan jarak tempuh 12 km, dari pusat Desa Sibetan dengan jarak

tempuh 5 km.

Secara geografis desa ini memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang Anyar

2. Sebelah tiur berbatasan dengan Desa Telaga dan Pengautan

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Selumbung

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Duda Timur.

c. Desa Tenganan

Desa Tenganan terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten

Karang Asem.Desa Karang Asem terletak pada ketinggian 50

meter sampai 70 meter diatas permukaan laut. Luas wilayan Desa

Tenganan adalah 917,2 hektar. Lokasi Desa Tenganan dapat di

tempuh dengan jarak 65 km dari Kota Denpasar dan 3 km dari

Candi Dasa. Secara Geografis, batas-batas wilayah yang dimiliki

oleh Desa Tenganan adalah sebagai berikut :

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

45

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Macang

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pesedahan

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bungaya, Desa

Timrah, Desa Asak dan Desa Bug-Bug

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ngis

4.1.3 Kondisi Iklim Desa

a. Desa Pelaga

Keadaan alam Desa Pelaga merupakan desa yang cukup

lembab, dengan temperature rata-rata 20 C sampai dengan 30 C,

dengan curah hujan rata-rata 1.471 cm per tahun.Arah angin yang

datang dari arah Tenggara membawa musim kemarau yang

biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan Oktober

sedangkan dari arah Barat Laut membawa curah hujan yang terjadi

pada bulan Oktober sampai dengan bulan April.

b. Desa Sibetan

Desa Sibetan terletak di daerah dataran tinggi sehingga

menjadikan desa ini sehingga curah hujan di desa ini cukup tinggi

mencapai 1.567 mm sampai 20.000 mm pertahun. Kelembaban

udara dengan temperature rata-rata sekitar 20 sampai 30 C

c. Desa Tenganan

Desa Tenganan berada tidak jauh dari Pantai Candidasa,

hanya saja lokasi Desa yang tepat di bawah bukit menjadikan cuaca

di Desa ini tidak panas.Temperatur rata-rata di Desa Tenganan

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

46

mencapi 25 - 30 .Curah hujan di desa ini mecapai 200mm-

225mm per tahun.

4.1.4 Kependudukan

a. Desa Pelaga

Jumlah penduduk Desa Pelaga setiap tahunnya cenderung

bertambah sedangkan luas wilayah tetap, sehingga kepadatan

penduduk terus meningkat.Jumlah penduduk mempunyai pengaruh

yang sangat penting dalam pertumbuhan dan pembangunan

disegala bidang.Penduduk merupakan sumber daya manusia dan

sebagai salah satu faktor penentu dalam keberhasilan

pembangunan.Jumlah penduduk Desa Pelaga sampai akhir Tahun

2009 sebanyak 5.885 orang.

(sumber : Profil Pembangunan Desa Pelaga 2009)

b. Desa Sibetan

Hasil sensus penduduk terakhir yang dilakukan pada Tahun

2013 jumlah penduduk Desa Sibetan, Banjar Dukuh sebanyak 567

orang. Jumlah kepala keluarga di Desa Sibetan Banjar Dukuh

adalah 154 KK Banjar Dinas dan 127 KK Banjar Adat. Terjadi

perbedaan jumlah KK pada Banjar dinas dan Banjar Adat

disebabkan oleh beberapa penduduk yang tinggal di daerah itu

tidak terdaftar sebagai anggota Banjar Dukuh, namun mereka

termasuk dalam penghitungan di Banjar Dinas.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

47

c. Desa Tenganan

Sampai dengan tahun 2013 penduduk Desa Tenganan

berjumlah 680 warga, dan 230 KK, namun jumlah penduduk setiap

tahun bertambah. Sistem banjar adat di desa ini berbeda dengan

desa lain yang ada di bali, banjar adat di Desa Tenganan hanya ada

1, yaitu Banjar Adat Tenganan sedangkan banjar dinas di bagi

menjadi lima banjar, yaitu Banjar Pengeringsingan, Banjar Tukad,

Banjar Kangin, Banjar Kauh, dan Banjar Gumung yang berfungsi

dalam urusan administrasi masyarakat.

4.2. Karakteristik Wisatawan yang berkunjung ke Desa Pelaga, Desa

Sibetan, DesaTenganan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ke tiga desa tersebut yaitu

Desa Pelaga, Desa Sibetan, dan Desa Tenganan, juga berdasarkan survey

yang dilakukan di kantor JED yang ada Kerobokan, Denpasar , kemudian

juga berdasarkan data yang di peroleh dari customer data base yang dimiliki

oleh Jaringan Ekowisata Desa ( JED), maka diperoleh jumlah kunjungan

wisatawan yang berkunjung berdasarkan karakteristiknya adalah sebagai

berikut :

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

48

4.2.1 Berdasarkan Karakteristik Geografi

a. Desa Pelaga

Wisatawan yang mengunjungi Desa Pelaga Banjar Kiadan

berasal dari berbagai negara. Berikut adalah negara-negara asal

wistawan yang pernah melakukan kunjungan wisata ke Desa

Pelaga: Amerika Serikat, Australia, Thailand, Jepang, German,

Canada, Belanda, Inggris, Perancis, Norwegia, Belgia, Filipina,

Italia, Singapura, Malaysia, Kamboja, China,Polandia, Timorleste,

Finlandia, Korea. Berikut adalah data kunjungan wisatawan

berdasarkan karakteristik geografi dari Tahun 2009-2013:

Tabel 4.1

Karakteristik Geografi Wisatawan Desa Pelaga

Tahun Jumlah Kunjungan

(Orang)

Persentase

(%)

2009 113 12,78

2010 162 18,32

2011 186 21,04

2012 209 23,64

2013 214 24,20

Total Kunjungan 884 100

Sumber :HasilPenelitian 2014

Berdasarkan data dari tabel diatas, total kunjungan wisatawan

ke Desa Pelaga dari tahun 2009-2013 berjumlah 884, berikut

adalah data asal negara wisatawanyang paling banyak mengunjungi

Desa Pelaga dari tahun 2009-2013 :

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

49

Tabel 4.2

Kunjungan Wisatawan Terbanyak Berdasarkan asal Negara

Tahun Negara Jumlah

Kunjungan

(Orang)

Persentase

(%)

2009 Prancis 28 24,7

2010 Prancis 52 32,09

2011 Indonesia 63 33,8

2012 Indonesia 84 40,1

2013 Korea 58 27,1

Sumber :HasilPenelitian 2014

Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2009 jumlah kunjungan

wisatawan terbanyak berasal dari negara Perancis dengan total

kunjungan sebesar 28, dan pada tahun 2010 jumlah wisatawan

terbanyak masih berasal dari Negara Perancis yaitu sebanyak 52

wisatawan, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 jumlah

kunjungan wisatawan terbanyak adalah wisatawan domestik yaitu

wisatawan Indonesia dengan jumlah kunjungan sebanyak 63

wisatawan, pada tahun 2011 dan 84 wisatawan pada tahun 2012,

kemudian pada tahun 2013 jumlah kumjungan wisatawan

terbanyak berasal dari Negara Korea sebanyak 58 wisatawan.

Sesuai dengan hasil wawancara yang di lakukan dengan

koordinator JED dan juga melihat customer data base yang ada,

wisatawan terbanyak berasal dari Benua Eropa pada tahun 2009

dan 2010.Mereka merupakan wisatawan yang datang secara

individual bukan dalam kelompok. Mereka berkunjung dalam

rangka merayakan bulan madu dan untuk menikmati keindahan

alam dan juga kebudayaan yang ada di Desa Ekowisata Pelaga.

Berbeda dengan tahun 2011 dan 2012 pengunjung terbanyak

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

50

adalah wisatawan domestik, mereka datang secara berkelompok

dalam mengikuti berbagai program dan tujuan tertentu, misalnya

melakukan studi banding.

b. Desa Sibetan

Wisatawan yang mengunjungi Desa Sibetan Banjar Dukuh

berasal dari berbagai negara di seluruh dunia. Negara-negara asal

wisatawan tersebut yaitu Australia, Jepang, USA, Belgia, Hawai,

Inggris, Norwegia, Malaysia, New Zealand, Singapura, Perancis,

Estonia, Thailand, Canada, Jerman, Belanda, Finlandia, Spanyol,

Timor Leste, Taiwan. Berikut adalah data kunjungan wisatawan

berdasarkan karakteristik geografu dari tahun 2009-2013:

Tabel 4.3

Karakteristik Geografi Wisatawan Desa Sibetan

Tahun Jumlah

Kunjungan

(Orang)

Persentase

(%)

2009 42 32,6

2010 26 12,5

2011 35 16,8

2012 31 14,9

2013 48 23,1

Total

Kunjungan

208 100

Sumber : HasilPenelitian 2014

Berdasarkan data pada tabel di atas, total kunjungan

wisatawan ke Desa Sibetan Banjar Dukuh dari tahun 2009 – 2013

berjumlah 208 wisatawan. Berikut adalah data asal negara

wisatawanyang paling banyak mengunjungi Desa Sibetan dari

tahun 2009-2013 :

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

51

Tabel 4.4

Kunjungan Wisatawan Terbanyak Berdasarkan asal Negara

Tahun Negara Jumlah

Kunjungan

(Orang)

Persentase

(%)

2009 Australia 8 19,04

2010 Prancis 10 38, 4

2011 Amerika 14 40

2012 Finlandia 6 19,3

2013 Timor Leste 10 20,8

Sumber :HasilPenelitian 2014

Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2009 jumlah kunjungan

wisatawan yang paling banyak berasal dari Negara Australia yaitu

sebanyak 8 orang dari total kunjungan 2009 sebesar 68 wisatawan.

Pada tahun 2010 wisatawan yang paling banyak mengunjungi

Desa Sibetan berasal dari Negara Perancis sebanyak 10 orang dari

total wisatawan 2010 sebanyak 26 orang. Pada tahun 2011 jumlah

kunjungan wisatawan yang paling banyak berasal dari Negara

Amerika sebanyak 14 orang total dari jumlah kunjungan wisatawan

pada tahun 2011 sebesar 35 orang. Pada tahun 2012, jumlah

kunjungan wisatawan yang paling banyak berasal dari Negara

Finlandia, dan pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan yang

paling banyak berkunjung berasal dari Negara Timor Leste

sebanyak 10 orang wisatawan dari total kunjungan 2013 sebanyak

48 orang wisatawan.

Jenis wisatawan yang mengunjungi Desa Sibetan Banjar

Dukuh, hampir sama dengan jenis wisatawan yang berkunjung ke

Desa Pelaga, hanya saja jika dilihat secara geografis wisatawan

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

52

yang mengunjungi Desa Sibetan Banjar Dukuh mayoritas berasal

dari negara-negara di luar Asia, yaitu australia, Perancis, Amerika,

dan Finlandia dan kebanyakan wisatawan tersebut datang secara

individu, mereka memang memiliki keinginan untuk menikmati

alam yang ada di Desa Sibetan. sedangkan pada tahun 2013 jumlah

kunjungan terbanyak berasal dari Negara Timor Leste dan mereka

datang secara berkelompok yaitu untuk mengikuti program-

program dari organisasi maupun perusahaan tempat mereka

bekerja.

c. Desa Tenganan

Wisatawan yang mengunjungi Desa Tenganan juga berasal

dari berbagai negara di seluruh dunia. Negara asal wisatawan yang

pernah melakukan kunjungan negara ke Desa Tenganan yaitu

Australia, Jepang, Jerman, Amerika Serikat, Kanada, Perancis,

Singapura, Hawai, Belgia, Norwegia, Malaysia, Thailand, Timor

Leste, Belanda, China, Finlandia, Swiss, Taiwan, dan Korea.

Berikut adalah data kunjungan wisatawan ke Desa Tenganan,

Berdasarkan karakteristik geografi dari tahun 2008 – 2013:

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

53

Tabel 4.5

Karakteristik Geografi Wisatawan di Desa Tenganan

Tahun Jumlah Kunjungan

(Orang)

Persentase

(%)

2009 164 28,7

2010 68 11,9

2011 94 16,4

2012 124 21,7

2013 121 21,1

Total Kunjungan 571 100

Sumber : HasilPenelitian 2014

Berdasarkan tabel di atas, total kunjungan wisatawan ke Desa

Tenganan dari tahun 2009-2013 bejumlah 571 wisatawan. Berikut

adalah data asal negara wisatawanyang paling banyak mengunjungi

Desa Tenganan dari tahun 2009-2013 :

Tabel 4.6

Kunjungan Wisatawan Terbanyak Berdasarkan asal Negara

Tahun Negara Jumlah

Kunjungan

(Orang)

Persentase

(%)

2009 Norwegia 27 16,4

2010 Timor Leste 10 14,7

2011 Thailand 31 32,9

2012 Indonesia 83 66,9

2013 Indonesia 60 49,5

Sumber :HasilPenelitian 2014

Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2009 wisatawan yang

paling banya mengunjungi Desa Tenganan berasal dari Negara

Norwegia yaitu sebanyak 571 orang. Pada tahun 2010 wisatawan

paling banyak berkunjung berasal dari Negara Timor Leste yaitu

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

54

sebanyak 10 orang, kemudian pada tahun 2011 wisatawan yang

paling banyak mengunjungi Desa Tenganan berasal dari Negara

Thailand berjumlah 31 orang. Namun pada tahun 2012 dan 2013

wisatawan yang paling banyak mengunjungi Desa Tenganan adalah

wisatawan domestik, yaitu warga Indonesia yang berasal dari luar

Pulau Bali.

Berbeda dengan desa lain, di Desa Tenganan setiap tahunnya

wisatawan yang paling banyak melakukan kunjungan wisata baik

itu Negara Asia maupun di luar Asia adalah dalam bentuk

berkelompok, meskipun wisatawan yang datang secara individual

tetap ada. Hal ini dikarenakan jenis paket yang disediakan di Desa

Tenganan tidak menyediakan paket overnight (menginap di desa)

bagi wisatawan yang berkunjung. Sesuai dengan hukum adat yang

berlaku di desa, selain masyarakat asli Desa Tenganan tidak ada

yang boleh menginap di desa tersebut.Hal ini dilakukan untuk

menjaga budaya lokal agar tidak terpengaruh dengan budaya

asing.Oleh sebab peraturan tersebut, wisatawan yang datang

kebanyakan dalam kelompok dan mengikuti paket yang dapat

dihabiskan dalam waktu satu hari saja.

4.2.2 Berdasarkan Karakteristik Sosio-demografi

Dari data yang diperoleh melalui buku tamu Desa Ekowisata

Pelaga dan juga hasil wawancara langsung dengan wisatawan,

karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Ekowisata Pelaga

berdasarkan sosio demografi wisatawan adalah sebagai berikut :

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

55

4.2.2.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

a. Desa Pelaga

Tabel 4.7

Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Jumlah Persentase

(%)

1 Laki-laki 15 60

2 Wanita 10 40

Total 25 100

Sumber: Hasil Penelitian 2014

Adapun pembahasan dari data diatas adalah :

Persentase total wisatawan Pria adalah 60 % dan

persentase wisatawan wanita adalah 40 % . Wisatawan pria

maupun wanita yang berkunjung ke Desa Ekowisata Pelaga

adalah mereka yang masih lajang dan ada juga yang sudah

berkeluarga.

Data tersebut menunjukkan bahwa wisatawan yang

paling banyak berkunjung ke Desa Ekowisata Pelaga adalah

laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh jenis kegiatan wisata

ditawarkan adalah adventure,yaitu mengelilingi desa dan

perkebunan milik masyarakat. Kegiatan ini membutuhkan

stamina yang cukup, Sehingga wisatawan pria akan lebih

tertarik dibanding wisatawan wanita. Disamping itu

wisatawan pria pada umumnya lebih berani dibanding

wisatwan wanita untuk tinggal bersama-sama dengan warga

setempat, sehingga wisatawan wanita yang memilih untuk

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

56

mengunjungi dan tinggal di rumah-rumah warga biasanya

selalu bersama pasangannya ataupun bersama rombongan.

b. Desa Sibetan

Tabel 4.8

Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Jumlah Persentase

(%)

1 Laki-laki 15 55,5

2 Wanita 12 44,4

Total 27 100

Sumber: Hasil Penelitian 2014

Pembahasan dari diatas adalah :

Persentase dari jumlah wisatawan pria yang

mengunjungi Desa Sibetan Banjar Dukuh adalah 55,5% dari

total wisatawan, dan persentase jumlah wisatawan wanita

adalah 44,4% dari jumlah total wisatawan yang berkunjung.

Wisatawan yang berkunjung ke Desa Sibetan kebanyakan

adalah wisatawan lajang.

Dari data di atas terlihat bahwa jumlah yang paling

banyak mengunjungi Desa Sibetan adalah laki-laki.Hal

yang sama juga terjadi dengan yang ada di Desa Pelaga

Banjar Kiadan, yaitu persentase tersebut dipengaruhi oleh

jenis kegiatan wisata yang ditawarkan adalah berupa

adventureyaitu, melakukan kegiatan tracking di Banjar

Dukuh untuk melihat langsung perkebunan milik

masyarakat dan melihat keindahan alam yang ada di Desa

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

57

Sibetan Banjar Dukuh. Di Desa Sibetan juga wisatawan di

ijinkan untuk tinggal di rumah-rumah warga. Dalam hal ini

wisatawan pria pada umumnya akan lebih berani jika

dibandingkan dengan wisatawan wanita. Kebanyak wanita

yang memilih paket untuk tinggal di rumah masyarakat

adalah jika mereka tinggal bersama dengan teman

seperjalanannya, namun pada wisatawan pria hal tersebut

tidak terlalu berpengaruh meskipun hanya sendiri.

c. DesaTenganan

Tabel 4.9

Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Jumlah Persentase

(%)

1 Laki-laki 7 36,8

2 Wanita 12 63,1

Total 19 100

Sumber: Hasil Penelitian 2014

Pembahasan data diatas adalah :

Persentase dari jumlah wisatawan pria yang

mengunjungi Desa Tenganan adalah 36% dari total jumlah

wisatawan yang datang sedangkan persentase jumlah

wisatawan wanita adalah 63,1% dari keseluruhan total

jumlah wisatawan yang datang.

Data tersebut menunjukkan bahwa di desa persentase

jumlah wisatawan yang paling mengunjungi adalah

wisatawan wanita, ini berbeda dengan di desa yang lain. Hal

tersebut di Pengaruhi oleh kegiatan wisata yang dilakukan

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

58

di Desa Tenganan berbeda dengan yang ada di desa lain.

Wisatawan diajak untuk mengelilingi desa dan melihat

semua kebudayaan masyarakat lokal yang masih cukup

steril dari pengaruh budaya luar, bentuk kegiatan wisata ini

tidak membutuhkan staminaseperti melakukan tracking di

alam. Selain itu di Desa Tenganan terdapat satu kebudayaan

unik yang tidak dimiliki desa lain, yaitu orang asing diluar

masyarakat setempat tidak di perbolehkan untuk menginap

di Desa Tenganan baik itu wisatawan lokal maupun

wisatawan asing. Hal ini diberlakukan sesuaiperaturan adat

desa dengan tujuan untuk memproteksi masyarakat dari

pengaruh budaya luar, peraturan tersebut kemungkinan

berpengaruh pada jumlah kunjungan wisatawan yang

didominasi oleh wisatawan wanita, berbeda dengan didesa

sebelumnya dimana wisatawan pria pada umumnya akan

lebih berani untuk menginap di desa meskipun hanya

sendiri , namun di desa ini wisatawan wanita akan

cenderung lebih berani meskipun hanya sendiri sebab tidak

ada tujuan untuk menginap.

Hasil studi yang dilakukan TIES (The International

Ecotourism Society) mengenai pemetaan karakteristik sosio-

demografis di berbagai negara, berdasarkan jenis kelamin,

sebesar 50 % ekowisatawan adalah wisatawan perempuan,

meskipun distribusinya berbeda berdasarkan kegiatan

wisata, yang artinya ekowisata bukan lagi dominasi kaum

laki-laki, kepedulian dan kebutuhan pada lingkungan alam

juga menjadi karakteristik perempuan (Damanik, 2006).

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

59

Secara keseluruhan, Karakterisitik sosio-demografis

berdasarkanjenis kelamin di JED sebesar 52,1 % adalah

wisatawan laki-laki, yang artinya saat ini persentase jumlah

kunjungan perempuan di JED tidak jauh berbeda dengan

hasil penelitian yang dilakukan TIES.

4.2.2.2 Berdasarkan Umur

a. Desa Pelaga

Tabel 4.10

Berdasarkan Umur Wisatawan

No

Usia

(Tahun)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 10 – 20 10 40

2 20 – 30 8 32

3 30 – 40 4 16

4 40 – 50 1 4

5 50 – ke atas 2 8

Total 25 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Sesuai data di atas, pengunjung dengan usia (10 – 20

tahun) merupakan jumlah wisatawan paling banyak

mengunjungi Desa Ekowisata Pelaga sebesar 40 % dari

total keseluruhan kunjungan.Kemudian jumlah pengunjung

dengan usia (20–30 tahun) merupakan jumlah paling

banyak kedua yaitu sebesar 32 %. Kunjungan dengan usia

(30–40 tahun) semakin menurun yaitu sebesar 16 %.

Pengunjung dengan usia (40-50 tahun) adalah yang paling

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

60

sedikit yaitu 4 % sedangkan usia (50-tahun ke atas) hanya

sebesar 8 % dari total seluruh kunjungan.

Berdasarkan jumlah kunjungan di atas dapat terlihat

bahwa wisatawan yang paling banyak mengunjungi Desa

Ekowisata Pelaga adalah wisatawan yang masih muda.

Karena jenis wisata yang disuguhkan di Desa Ekowisata

Pelaga adalah berupa aktivitas adventure yang

membutuhkan tenaga yang energik. Wisatawan akan diajak

mengelilingi desa dan juga daerah perkebunan yang ada di

desa tersebut. Namun demikian jenis aktivitas yang

demikian tidak menutup kemungkinan wisatawan yang

cukup tua untuk mengikuti jenis wisata yang disuguhkan.

b. Desa Sibetan

Tabel 4.11

Berdasarkan Umur Wisatawan

No

Usia

(Tahun)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 10 – 20 3 11,1

2 20 – 30 6 22,2

3 30 – 40 8 29,6

4 40 – 50 4 14,8

5 50 – ke atas 6 22,2

Total 27 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Sesuai dengan data di atas , wisatawan dengan usia

antara 30 – 40 tahun merupakan wisatawan yang paling

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

61

banyak mengunjungi Desa Sibetan Banjar Dukuh yaitu

sebesar 29,6 % dan paling banyak kedua adalah wisatawan

dengan usia antara 20 sampai 30 tahun dan wisatawan

dengan usia diatas 50 tahun sebanyak 22,2 persen. dalam

usia 40 sampai 50 tahun mencapai 14,98 % dan kisaran usia

antara 10 sampai 20 tahun adalah 11,1 %.

Persentasi jumlah kunjungan berdasarkan usia di atas

terlihat bahwa wisatawan yang paling banyak mengunjungi

Desa Sibetan adalah usia yang masih muda atau masih

dalam usia produktif. Hal tersebut dapat disebabkan karena

jenis kegiatan wisata di berupa aktivitas tracking di daerah

perkebunan milik warga bahkan saat ini sudah ada paket

cycling mengelilingi Desa Sibetan Banjar Dukuh. Kegiatan-

kegiatan tersebut membutuhkan tenaga yang cukup.

Wisatawan dengan usia antara 17 sampai 30 tahun masih

cukup bugar dan kuat untuk melakukan jenis wisata yang

disuguhkan. Oleh sebab itu, wisatawan yang paling banyak

mengunjungi desa ini adalah wisatawan yang masih dalam

usia produktif.

c. Desa Tenganan

Tabel 4.12

Berdasarkan Umur Wisatawan

No

Usia

(Tahun)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 10 – 20 2 10,5

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

62

2 20 – 30 3 15,7

3 30 – 40 3 15,7

4 40 – 50 6 31,5

5 50 – ke atas 5 26,3

Total 19 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berdasarkan data di atas, wisatawan dengan usia 40

sampai 50 tahun adalah wisatawan yang paling banyak

mengunjungi Desa Tenganan yaitu mencapai 31,5 %.

Kemudian wisatawan pada usia 50 tahun keatas mencapai

26,3 %. Pada usia antara 30 sampai 40 tahun dan usia antara

20 sampai 30 tahun mencapai 15,7 %, dan yang paling kecil

adalah wisatawan dengan usia antara 10 sampai 20 tahun

yaitu 10,5 %.

Sesuai dengan persentase di atas dapat dilihat bahwa

usia yang paling banyak mengunjungi Desa Tenganan,

adalah wisatawan berusia menengah/produktif. Hal ini

dapat disebabkan oleh jenis wisata yang ditawarkan di Desa

Tenganan yang kemungkinan besar lebih menarik minat

wisatawan dengan usia tersebut. Paket tracking yang

ditawarkan di Desa Tenganan adalah mengelilingi desa dan

melihat kehidupan masyarakat serta kebudayaan mereka

yang unik. Wisatawan juga diajak untuk melihat pembuatan

kain Gringsing yaitu sejenis kain handmade yang satu-

satunya hanya ada di Indonesia. Wisatawan juga diajak

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

63

untuk menulis di daun lontar sambil mempertunjukkan hasil

karya masyarakat yang ada di Desa Tenganan. Jenis paket

wisata tersebut tidak membutuhkan tenaga yang banyak,

dan juga jenis wisata ini di desa ini adalah wisata budaya.

Sehingga wisatawan pada usia yang lebih tua akan lebih

tertarik untuk menikmati jenis wisata yang ada di desa ini.

Hasil studi mengenai karakteristik sosio-demografis

berdasarkan usia wisatawan yang dilakukan oleh TIES,

wisatawan ekowisata pada umumnya berusia

menengah/produktif atau berkisar antara 35-34 tahun,

meskipun ada variasi usia berdasarkan jenis kegiatan

wisata. Di ketiga desa yang tergabung dalam JED,

wisatawan dengan usia produktif atau berkisar antara 20-30

tahun adalah wisatawan yang paling banyak berkunjung

yaitu sebesar 23,9 %, namun jumlah wisatawan dengan usia

menengah/produktif juga hampir sebanding dengan usia

produktif yaitu sebesar 21,1 %, yang artinya hasil penelitian

TIES tersebut masih sesuai dengan karakteristik

ekowisatawan di JED.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

64

4.2.2.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Wisatawan

a. Desa Pelaga

Tabel 4.13

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Wisatawan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 SD / Elemetary School - -

2 SMP / Junior High

School

- -

3 SMA / Senior High

School

- -

4 University 25 100

Total 25 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berdasarkan data di atas semua wisatawan yang

mengunjungi Desa Ekowisata Pelaga adalah wisatawan yang

memiliki tingkat pendidikan lulusan universitas maupun

sedang duduk dibangku kuliah. Tingkat pendidikan

wisatawan mempengaruhi motivasi wisatawan dalam

memilih destinasi yang dikunjungi. Mereka akan memilih

destinasi tidak hanya untuk berlibur melainkan juga

mendapat kesempatan untuk belajar.

Cara pandang wisatawan terhadap destinasi yang

mereka kunjungi juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

wisatawan tersebut. Wisatawan akan datang bukan hanya

sekedar berlibur saja, mereka akan mempelajari kebudayaan

lokal yang ada di Desa Ekowisata Pelaga, mereka akan juga

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

65

akan mempelajari cara hidup masyarakat. Banyak dari

wisatawan yang datang ke Desa Ekowisata Pelaga memang

dengan tujuan untuk belajar dan melihat langsung gaya hidup

masyarakat disana

b. Desa Sibetan

Tabel 4.14

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Wisatawan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 SD / Elemetary School - -

2 SMP / Junior High

School

- -

3 SMA / Senior High

School

- -

4 University 27 100

Total 27 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berdasarkan data diatas semua wisatawan yang

mengunjungi Desa Sibetan Banjar Pelaga berada di tingkat

pendidikan lulusan universitas ataupun mahasiswa yang

masih sedang duduk di bangku kuliah. Sama seperti di Desa

Pelaga tingkat pendidikan tersebut sangat mempengaruhi

tujuan dan juga motivasi perjalanan seseorang. Destinasi

yang mereka pilih bukan hanya sebagai tempat untuk berlibur

melainkan juga sebagai tempat untuk mendapatkan pelajaran.

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempengaruhi

cara pandang wisatawan terhadap budaya yang berbeda yang

mereka lihat. Mereka akan mempelajari dan juga sangat

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

66

mengapresiasi setiap perbedaan kebudayaan yang mereka

temui. Di Desa Sibetan mereka mendapat kesempatan untuk

belajar tentang budidaya salak, pembuatan wine dari salak

dan pelajaran-pelajaran lain mengenai gaya hidup masyarakat

yang mungkin mereka dapatkan.

c. Desa Tenganan

Tabel 4.15

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Wisatawan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 SD / Elemetary School - -

2 SMP / Junior High School - -

3 SMA / Senior High School - -

4 University 19 100

Total 19 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Dari data di atas dapat dilihat semua wisatawan yang

mengunjungi Desa Tenganan adalah lulusan universitas

maupun mahasiswa yang masih duduk di bangku kuliah, hal

yang sama seperti di Desa Pelaga dan juga Desa Sibetan.

Latar belakang pendidikan yang tinggi yang juga

mempengaruhi cara pandang wisatawan terhadap destinasi

dan juga mempengaruhi alasan wisatawan dalam memilih

sebuah tujuan perjalanan yaitu tempat yang bukan hanya

untuk berlibur melainkan juga sekaligus untuk belajar.

Di Desa Tenganan wisatawan mendapatkan banyak

pelajaran tentang kebudayaan lokal. Masyarakat Desa

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

67

Tenganan memiliki beberapaperaturan adat yang menurut

wisatawan sangat modern, meskipun peraturan ini sudah ada

dari jaman dahulu. Salah satu dari peraturan tersebut

misalnya dalam hal pelestarian pohon. Di Desa Tenganan

tidak sembarangan orang dapat menebang pohon meskipun

pohon tersebut tumbuh di lahan milik pribadi. Setiap pohon

yang hendak ditebang oleh si pemilik harus melaporkan

terlebih dahulu kepada pengurus adat, yang kemudian

pengurus adat tersebut mengutus tiga orang wakil untuk

melakukan pengecekan terhadap pohon tersebut apakah

sudah layak untuk ditebang. Sistem ini tebukti berperan besar

dalam menjaga kelesatarian hutan di Desa Tenganan

sehingga pernah mendapatkan penghargaan dari menteri

kehutanan. Begitu juga dalam hak kepemilikan tanah,

meskipun tanah itu milik pribadi namun masyrakat tidak

diberi ijin untuk menjual tanah tersebut ke orang lain yang

berasal dari luar Desa Tenganan. Hal ini terbukti baik,

sehingga tidak ada investor asing yang menguasai lahan milik

masyarakat.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan TIES mengenai

karakteristik sosio-demografi berdasarkan tingkat pendidikan

wisatawan ekowisata di berbagai negara, ekowisatawan pada

umumnya adalah berpendidikan tinggi. Sebanyak 82%

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

68

diantaranya mencapai tingkat pendidikan tinggi. Lulusan

sekolah lanjutan semakin banyak menyukai ekowisata

sehingga pasar ekowisata semakin besar (Damanik,2006).

Ekowisatawan di JED sebesar 100 % adalah wisatawan

lulusan perguruan tinggi yang artinya karakteristik sosio-

demografis berdasarkan tingkat pendidikan wisatawan di JED

sesuai dengan negara-negara yang diteliti oleh TIES.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

69

4.2.2.4 Berdasarkan Pekerjaan Wisatawan

a. Desa Pelaga

Tabel 4.16

Berdasarkan pekerjaan wisatawan

No Pekerjaan Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 Pelajar 12 48

2 NGO / LSM - -

3 Swasta / Public 13 52

4 Pemerintahan - -

Total 25 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berdasarkan data di atas, pengunjung yang memiliki

jenis pekerjaan di swasta/publik adalah wisatawan yang

paling banyak mengunjungi Desa Ekowisata Pelaga yaitu

sebesar 52 %. Jenis pekerjaan swasta / publik yang

dimaksud adalah pekerjaan sebagai karyawan di perusahaan

maupun pemilik perusahaan itu sendiri. Jenis pekerjaan

terdiri dari dosen, guru, staf kantor universitas, dan juga

teknisi.

Kemudian 48 % wisatawan yang mengunjungi Desa

Ekowisata Pelaga adalah mahasiswa yang sedang

menempuh pendidikan sarjana maupun magister.

Mahasiswa yang mengunjungi Desa Ekowisata Pelaga ini

memanfaatkan waktu liburan mereka, namun ada juga yang

datang dalam masa kuliah dengan tujuan penelitian

lapangan.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

70

Jenis pekerjaan yang dimiliki wisatawan

mempengaruhi tingkat penghasilan wisatawan sehingga hal

itu mempengaruhi wisatawan dalam memilih jenis wisata

yang akan dilakukan. Menurut hasil wawancara dengan

koordinator JED yang ada Desa Ekowisata Pelaga, pada

bulan-bulan dan tahun-tahun sebelumnya wisatawan yang

berkunjung memiliki jenis pekerjaan yang beragam,

contohnya wisawan yang bekerja di pemerintahan dan juga

di NGO/LSM.

b. Desa Sibetan

Tabel 4.17

Berdasarkan pekerjaan wisatawan

No Pekerjaan Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 Pelajar 5 18,5

2 NGO / LSM - -

3 Swasta / Public 19 70,37

4 Pemerintahan 3 11.1

Total 27 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berdasarkan data di atas, jenis pekerjaan wisatawan

yang paling banyak mengunjungi Desa tenganan adalah

pekerjaan swasta atau publik yaitu sebanyak 70,37 % .

pekerjaan publik atau swasta yang dimaksud adalah

karyawan yang memiliki pekerjaan dalam sebuah

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

71

perusahaan maupun pemilik perusahaan tersebut,contohnya

dokter , dosen, guru, teknisi, pengusaha dan lain-lain.

Jenis pekerjaan wisatawan paling banyak kedua

adalah pelajar sebanyak 18,5 %, pelajar yang datang ke

Desa Tenganan Banjar Dukuh adalah yang sudah duduk di

tingkat mahasiswa, mereka datang dalam program-program

kampus yaitu untuk melakukan field research. Jenis

pekerjaan yang paling sedikit adalah sebagai pemerintah

yaitu sebanyak 11,1 %. Pemerintah yang datang ke Desa

Sibetan adalah pemerintah Indonesia sendiri yaitu dari

Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam tujuan

monitoring perkembangan Desa Sibetan, kemudian juga

dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karang

asem. Mereka datang dengan tujuan melakukan monitoring

dan juga melakukan sosialisasi terkaait destinasi pariwisata.

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

72

c. Desa Tenganan

Tabel 4.18

Berdasarkan pekerjaan wisatawan

No Pekerjaan Jumlah

(Orang)

Persentase

(%)

1 Pelajar 3 15,27

2 NGO / LSM - -

3 Swasta / Public 13 68,42

4 Pemerintahan 3 15,27

Total 19 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berdasarkan tabel di atas, jenis wisatawan yang paling

banyak mengunjungi Desa Tenganan adalah wisatawan

yang memiliki jenis pekerjaan publik ataupun swasta seperti

di Desa Pelaga dan Desa Sibetan sebanyak 68,42 %. Jenis

pekerjaan publik atau swasta yang dimaksudkan adalah

pekerjaan wisatawan sebagi karyawan dalam sebuah

perusahaan maupun sebagai pemilik perusahaan itu sendiri

mencakup dosen, teknisi, guru, pengusaha,dll.

Kemudian jumlah kunjungan wisatawan dengan jenis

pekerjaan sebagai pelajar adalah sebanyak 15, 27 %.

Pelajar yang datang ke Desa Tenganan adalah pelajar yang

sudah duduk di tingkat mahasiswa, mereka datang dalam

tujuan untuk melakukan penelitian maupun sedang

melakukan study banding. Jenis pekerjaan sebagai

pemerintah sebanyak 15,27 %, jumlah yang sama dengan

pelajar. Pemerintah yang datang bertujuan untuk melakukan

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

73

monitoring terhadap perkembangan desa dan juga dalam hal

sosisalisasi terkait pariwisata.

4.3 Motivasi Wisatawan

Untuk mengetahui motivasi kunjungan wisatawan dalam mengunjungi

Desa Ekowisata Pelaga, maka digunakan rekomendasi teori motivasi dari

Robert Mac Intosh. Ada empat yang membentuk motivasi wisatawan dalam

berkunjung yaitu physical, cultural, interpersonal, status dan prestige.

a. Desa Pelaga

Motivasi wisatawan yang datang ke Desa Ekowisata diketahui

dengan melihat tujuan kedatangan dari data buku tamu Desa Ekowisata

Pelaga dan motivasi wisatawan juga diketahui dengan melakukan

wawancara terhadap wisatawan yang sedang berkunjung di Desa

Ekowisata Pelaga.Dari data dan juga hasil wawancara tersebut diketahui

motivasi wisatawan yang berkunjung ke Desa Ekowisata Pelaaga sebagai

berikut :

Tabel 4.19

Motivasi wisatawan

No Motivasi Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 Physical 9 36

2 Cultural 16 64

3 Interpersonal - -

4 Status and Prestige - -

Total 25 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berikut penjelasan dari table di atas:

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

74

Physical motivation

Physical motivation adalah orang-orang yang melakukan

perjalanan dengan tujuan untuk mengembalikan kelelahan fisik yang

sudah lelah karena kesibukan kerja. Kelelahan ini dikembalikan

dengan melakukan liburan untuk bersantai dan refreshing. Sembilan

orang wisatawan dari 25 responden menyatakan motivasi mereka

untuk mengunjungi Desa Ekowisata Pelaga adalah berlibur dan

melepaskan penat dari kesibukan kerja mereka. Mereka memilih

Desa Ekowisata Pelaga dikarenakan mereka ingin mengetahui dan

melihat Bali yang sesungguhnya. Mereka juga menyebutkan bahwa

mereka ingin benar-benar merasakan jenis wisata yang berbeda

dengan yang ada ditempat asal mereka, di Desa Pelaga mereka bisa

menikmati makan khas Bali, keindahan alam Bali yang masih

natural.

Cultural motivation

Cultural motivation adalah orang-orang yang melakukan

perjalanan dengan tujuan ingin melihat dan menyaksikan tingkat

kemajuan kebudayaan dalam suatu bangsa, baik dimasa lalu maupun

apa yang sudah dicapai di masa sekarang. Keinginan untuk

mempelajari maupun sekedar ingin mengetahui adat-istiadat dan

kebiasaan budaya lain yang berbeda dengan wisatawan tersebut.

Sesuai tabel di atas sebesar 16 orang wisawatawan yang

berkunjung ke Desa Ekowisata Pelaga berada dalam kategori

cultural motivation. Berdasarkan hasil wawancara dengan wisatawan

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

75

dan juga melihat catatan mereka pada buku tamu Desa Ekowisata

Pelaga, wisatawan menyebutkan tujuan mereka datang adalah untuk

melihat langsung cara hidup masyarakat yang ada didesa tersebut.

Mereka tertarik karena mereka bisa melihat langsung cara hidup

masyarakat dan diberi kesempatan untuk tinggal langsung di rumah-

rumah warga yang ada di Desa Ekowisata Pelaga.

wisatawan disini diajak untuk menikmati pemandangan

berupa melihat langsung kegiatan masyarakat di Banjar Kiadan,

disini juga telah tersedia jalur trakking yang melewati perkebunan

kopi, fanili, sayuran dan buah-buahan yang disajikan sebelum

wisatawan melakukan kegiatan trakking. Di tempat ini terdapat

potensi berupa tanaman bambu yang terdiri dari 15 macam seperti;

bambu betung manis, betung abu, betung lengis, bambu suwat, suwat

selem, suwat gading, bambu tutul, bambu berduri, bambu hitam,

bambu hitam bergaris, bambu buluh, bambu katak, bambu tali,

bambu putih, bambu suling. Wisatawan yang datang kesini

menginap di rumah-rumah penduduk yang telah di sesuaikan dengan

standar kebutuhan wisatawan. Di dalam pengelolaannya lebih

banyak melibatkan penduduk lokal misalnya untuk pemandu dan

pelayanan lainnya. Pada malam hari disini wisatawan dapat

menikmati kesenian daerah berupa tari tarian yang disesuaikan

dengan jumlah wisatawan, untuk makan dan minum para wisatawan

disediakan oleh tenaga lokal yang telah diberi pelatihan bagaimana

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

76

cara memasak dan melayani wisatawan baik wisatawan asing

ataupun wisatawan nusantara

b. Desa Sibetan

Tabel 4.20

Motivasi wisatawan

No Motivasi Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 Physical 12 44,4

2 Cultural 15 55,5

3 Interpersonal - -

4 Status and Prestige - -

Total 27 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berikut penjelasan dari table diatas:

Physical motivation

Physical motivation adalah orang-orang yang melakukan

perjalanan dengan tujuan untuk mengembalikan kelelahan fisik yang

sudah lelah karena kesibukan kerja. Kelelahan ini dikembalikan

dengan melakukan liburan untuk bersantai dan refreshing. Sebanyak

44,4 % wisatawan yang datang dengan physical motivation. Ada dari

mereka yang datang untuk melangsungkan bulan madu, ada juga ingin

merasakan sensasi wisata yang berbeda, keindahan alam yang ada di

Desa Sibetan

Cultural motivation

Cultural motivation adalah orang-orang yang melakukan

perjalanan dengan tujuan ingin melihat dan menyaksikan tingkat

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

77

kemajuan kebudayaan dalam suatu bangsa, baik dimasa lalu maupun

apa yang sudah dicapai di masa sekarang. Keinginan untuk

mempelajari maupun sekedar ingin mengetahui adat-istiadat dan

kebiasaan budaya lain yang berbeda dengan wisatawan tersebut.

Berdasarkan tabel di atas 55,5 % wisatawan yang mengunjungi

Desa Sibetan memiliki motivasi budaya. Mereka ingin mengetahui

pola dan cara hidup masyarakat secara langsung. Di Desa Sibetan

sama dengan di Desa Pelaga yaitu wisatawan diijinkan untuk tinggal

di rumah-rumah masyarakat, sehingga wisatawan bisa secara langsung

merasakan budaya Desa Sibetan mulai dari bangun pagi sampai

malam hari. Wisatawan juga bisa mempelajari cara hidup masyarakat

dalam pembudidayaan salak, yang menurut wisatawan sangat unik.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

78

c. Desa Tenganan

Tabel 4.21

Motivasi wisatawan

No Motivasi Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 Physical - -

2 Cultural 19 100

3 Interpersonal - -

4 Status and Prestige - -

Total 19 100

Sumber : Hasil Penelitian 2014

Berikut penjelasan dari table di atas:

Cultural motivation

Cultural motivation adalah orang-orang yang melakukan

perjalanan dengan tujuan ingin melihat dan menyaksikan tingkat

kemajuan kebudayaan dalam suatu bangsa, baik dimasa lalu maupun

apa yang sudah dicapai di masa sekarang. Keinginan untuk

mempelajari maupun sekedar ingin mengetahui adat-istiadat dan

kebiasaan budaya lain yang berbeda dengan wisatawan tersebut.

Berdasarkan tabel di atas terlihat wisatawan yang datang ke

Desa Tenganan semua memiliki motivasi yang sama yaitu ingin

motivasi budaya. Wisatawan yang datang ke sana kebanyakan

karena tertarik dengan budaya Desa Tenganan disebut Baliaga yang

artinya masyarakat Bali asli. Kebudayaan Desa Tenganan

merupakan salah satu budaya yang paling tua di Bali. Mereka

memiliki banyak sekali kebudayaan yang unik yang berbeda dengan

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

79

kebudayaan Bali di daerah lain dan hal tersebut menarik minat

wisatawan untuk melihat secara langsung kebudayaan masyarakat

Baliaga.

Berbeda dengan di Desa Pelaga dan juga Sibetan, di Desa

Tenganan wisatawan tidak diijinkan untuk menginap di Desa

walaupun hanya satu malam. Hal ini merupakan peraturan adat yang

dijaga dengan sangat ketat oleh masyarakat dengan tujuan menjaga

masyarakat dari masuknya budaya luar dan peraturan itu juga

menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.

Karakteristik geografi wisatawan yang paling banyak

mengunjungi desa Pelaga adalah wisatawan yang berasal dari

Negara Perancis, Korea, dan dari Indonesia sendiri yaitu dari luar

Pulau Bali. Di Desa Sibetan wisatawan yang paling banyak

berkunjung berasal dari Negara Australia, Perancis, Norway,

Amerika, dan Finlandia. Sedangkan yang paling banyak

mengunjungi Desa tenganan adalah wisatawan yang berasal dari

Negara Norway, Timor Leste, Thailand, dan wisatawan Indonesia

sendiri yang berasal dari luar Pulau Bali.

Wisatawan diajak melihat Penduduk Desa Tenganan yang

memiliki tradisi unik dalam merekrut calon pemimpin desa, salah

satunya melalui prosesi adat mesabat-sabatan biu atau perang buah

pisang. Calon prajuru desa dididik menurut adat setempat sejak kecil

atau secara bertahap dan tradisi adat tersebut merupakan semacam

tes psikologis dan fisik bagi calon pemimpin desa. Diikuti oleh

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

80

teruna Desa Adat Tengana Dauh Tukad, yang tujuannya untuk

mencari pemimipin, yang dipilih untuk menjadi calon pemimipin ada

dua orang, yakni saya atau calon pemimipin dan penampih atau

wakil calon pemimipin. Pada tanggal yang telah ditentukan menurut

sistem penanggalan setempat yakni sekitar bulan Juli akan digelar

ngusaba sambah dengan tradisi unik berupa mageret pandan atau

perang pandan. Dalam acara tersebut, dua pasang pemuda desa akan

bertarung di atas panggung dengan saling sayat menggunakan duri-

duri pandan. Perang pandan disini mempunyai makna yaitu untuk

pengormatan Dewa Indra yang sering disebut dewa perang.

Walaupun tradisi ini akan menimbulkan luka, mereka sudah

memiliki obat antiseptik dari bahan umbi-umbian yang akan diolesi

pada semua luka hingga mengering dan sembuh dalam beberapa

hari. Tradisi tersebut untuk melanjutkan latihan perang rutin dan

menciptakan warga dengan kondisi fisik serta mental yang kuat.

Penduduk Tenganan telah dikenal sebagai penganut Hindu

aliran Dewa Indra, yang dipercaya sebagai Dewa Perang. Di desa

Tenganan Dauh Tukad ini juga terdapat tradisi Ngejot antara Teruna-

Daa di Desa Pakraman Tenganan Dauh Tukad hingga kini masih

lestari dilaksanakan dalam ritual prosesi upacara agama terkait Aci

Usaba Sambah di desa setempat. Sebagai bagian dari prosesi Usabe

Sambah upacara Teruna-Daa Ngejot dipusatkan di Pura Bale Agung,

dengan prosesi sebelumnya dilakukan di masing-masing subak atau

pusat aktifitas upacara Teruna maupun yang dipusatkan di Pura Bale

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

81

Agung yang menstanakan pemujan terhadap Dewa Brahma,

sebagai symbol Dewa pencipta alam semesta. Upacara yang digelar

selama 15 hari diawali Nedunang Ida Betara, Nulak Damar,

Penampahan, Metekrok, Daa Nyambah, Mekare-kare (Perang

Pandan), Ngepik, Perejangan dan Nyineb. Dalam rangkaian upacara

Ngepik dilaksanakan prosesi upacara adat Sekaa Teruna yang

disebut Teruna-Daa Ngejot sebagai simbol menanamkan nilai

pendidikan, kegotong-royongan dan manyama braya agar bisa hidup

harmonis berdampingan saling menolong antara tetangga dalam

kehidupan sehari-hari. Tradisi ngejot juga wujud membagi rezeki

yang diperoleh untuk dirasakan bersama-sama. Dengan

menggunakan pakaian adat khas Tenganan Dauh Tukad, Teruna-

Daa mengikuti prosesi upacara secara khusuk diselingi suasana riang

gembira saling bersorak tatkala antara Teruna – Daa melakoni

prosesi Ngejot, sambil mengucapkan pesan-pesan dari perwakilan

masing-masing. Prosesi Ngejot antara Teruna dan Daa diawali oleh

Sekaa Teruna ngejot membawakan seperangkat jotan berisi bunga

harum, minyak wangi yang mengandung makna menghormati dan

menghargai wanita dengan simbol pemberian bunga dan wewangian

yang menjadi kesenangan wanita. Sebaliknya pihak Daa

memberikan jotan berupa aneka macam jajan khas Bali yang

bertempat di Bale Agung dan dibalas kembali oleh Sekaa Teruna

dengan jotan berupa nasi, sate dan bermacam olahan masakan Bali.

Sebagai symbol kebersamaan uacara Teruna-Daa Ngejot diakhiri

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

82

dengan makan bersama di halaman Pura Bale Agung, dimana terjadi

interaksi sosial pergaulan antara Teruna dan Daa yang mempererat

persatuan dan kekerabatan.

Selain itu ada sebuah teradisi yang tidak bisa dihilangkan dari

masyarakat Bali Aga adalah tradisi megibung atau yang biasa

disebut makan bersama dalam satu tempat makan. Megibung ini

mempunyai makna untuk penyetaraan dan kebersamaan untuk

menunjukkan bahwa di Desa Teganan Dauh Tukad tidak ada kasta

dan penggolongan sosial.

Secara Demografi di Desa Pelaga dan Desa Sibetan wisatawan

yang paling banyak berkunjung adalah laki-laki dan dalam usia yang

masih muda hal ini dapat disebabkan oleh paket wisata yang

ditawarkan berupa kegiatan trackingdi perkebunan milik warga,

cycling mengelilingi Desa Sibetan Banjar Dukuh, dan lain-lain.

Yang mana kegiatan tersebut membutuhkan stamina yang cukup

sedangkan di Desa Tenganan wisatawan yang paling banyak

berkunjung adalah wisatawan wanita dan usia menengah produktif ,

hal ini dapat disebabkan oleh jenis wisata yang ditawarkan adalah

melihat kebudayaan Desa Tenganan, jalur tracking mengelilingi desa

juga tidak terlalu panjang dan tidak membutuhkan tenaga yang

banyak. Tingkat pendidikan wisatawan yang berkunjung di ketiga

desa adalah lulusan universitas maupun yang masih duduk di bangku

kuliah. jenis perkerjaan wisatawan paling banyak adalah wisatawan

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

83

yang memiliki pekerjaan publik atau swasta. Pekerjaan tersebut

berupa dosen, guru, teknisi, pengusaha, dan lain-lain.

Jika dilihat dari motivasinya, wisatawan yang mengunjungi

Desa Pelaga, Desa Sibetan dan Desa Tenganan kebanyakan dari

mereka memliki motivasi cultural yaitu ingin melihat keunikan

kebudayaan masyarakat. Mereka tertarik untuk melihat secara

langsung cara hidup masyarakat di desa. Di Desa Pelaga dan Sibetan

mereka diijinkan untuk menginap di rumah-rumah warga, hal ini

sangat menarik bagi wisatawan. Namun sebagian wisatawan ada

juga yang memiliki physical motivation yaitu keinginan untuk

refreshing dan menikmati keindahan alam ditempat yang masih

sangat natural.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya , dapat

disimpulkan bahwa sejarah perkembangan JED disetiap desa memiliki

dampak yang sangat besar terhadap perkembangan ketiga desa yang ada

dalam penelitian ini. Manfaat yang dirasakan mulai dari pemetaan potensi

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

84

desa, penyediaan fasilitas, pengadaan pelatihan-pelatihan sampai kepada

sistem pembagian hasil penjualan paket wisata yang sangat menguntungkan

masyarakat desa.

Secara karakteristik geografi wisatawan yang paling banyak

mengunjungi desa Pelaga adalah wisatawan yang berasal dari Negara

Perancis, Korea, dan dari Indonesia sendiri yaitu dari luar Pulau Bali. Di Desa

Sibetan wisatawan yang paling banyak berkunjung berasal dari Negara

Australia, Perancis, Norway, Amerika, dan Finlandia. Sedangkan yang paling

banyak mengunjungi Desa tenganan adalah wisatawan yang berasal dari

Negara Norway, Timor Leste, Thailand, dan wisatawan Indonesia sendiri

yang berasal dari luar Pulau Bali.

Secara Demografi di Desa Pelaga dan Desa Sibetan wisatawan yang

paling banyak berkunjung adalah laki-laki dan dalam usia yang masih muda

hal ini dapat disebabkan oleh paket wisata yang ditawarkan berupa kegiatan

tracking di perkebunan milik warga, cycling mengelilingi Desa Sibetan

Banjar Dukuh, dan lain-lain. Yang mana kegiatan tersebut membutuhkan

stamina yang cukup sedangkan di Desa Tenganan wisatawan yang paling

banyak berkunjung adalah wisatawan wanita dan usia tidak terlalu muda, hal

ini dapat disebabkan oleh jenis wisata yang ditawarkan adalah melihat

kebudayaan Desa Tenganan, jalur tracking mengelilingi desa juga tidak

terlalu panjang dan tidak membutuhkan tenaga yang banyak. Tingkat

pendidikan wisatawan yang berkunjung di ketiga desa adalah lulusan

universitas maupun yang masih duduk di bangku kuliah. jenis perkerjaan

80

Page 85: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

85

wisatawan paling banyak adalah wisatawan yang memiliki pekerjaan publik

atau swasta. Pekerjaan tersebut berupa dosen, guru, teknisi, pengusaha, dll.

Jika dilihat dari motivasinya, wisatawan yang mengunjungi Desa

Pelaga, Desa Sibetan dan Desa Tenganan kebanyakan dari mereka memliki

motivasi cultural yaitu ingin melihat keunikan kebudayaan masyarakat.

Mereka tertarik untuk melihat secara langsung cara hidup masyarakat di desa.

Di Desa Pelaga dan Sibetan mereka diijinkan untuk menginap di rumah-

rumah warga. Hal ini sangat menarik bagi wisatawan. Namun sebagian

wisatawan ada juga yang memiliki physical motivation yaitu keinginan untuk

refreshing dan menikmati keindahan alam ditempat yang masih sangat

natural.

5.2 Saran

Saran yang ingin disampaikan terkait penelitian ini adalah :

1. Pihak JED sebagai lembaga yang mengembangkan Desa Ekowisata

Pelaga perlu meningkatkan pemasaran dengan mempertimbangkan

karakteristik wisatawan yang berkunjung. Dengan melakukan yang

publikasi yang lebih efektif di media internet maupun media cetak.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

86

2. Pihak pemerintah perlu memberikan perhatian khusus untuk turut juga

membantu dalam proses pengembangan ekowisata di setiap desa. Dengan

mendukung pengembangan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dan juga

membantu dalam proses pemasaran ke daerah-daerah lain di Indonesia

maupun ke negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.

RINEKA CIPTA.

Damanik, A. (2006). Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke Aplikasi .Yogyakarta

: Penerbit Andi

fandeli, C. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Bhulaksumur,

Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

87

James, s. J. (1991). Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan prospeknya.

Jonsson, C. (2008). Does Nationality, Gender, and Age Affect Travel Motivation?

a Case of Visitor to The Caribbean Island of Barbados. 1-11.

Kulas, V. (2012). Potensi dan Karakteristik Wisatawan di Desa Wae Rebo

Sebagai Daya Tarik Pariwiata Budaya di Kabupaten Manggarai Provinsi

Nusa Tenggara Timur. Denpasar.

Pendit, N. (2002). Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya

Paramitha.

Pia Kwan, P. F. ( 2010). Ecolodge Patrons' Characteristic and Motivation: a Study

of Belize. 1-21.

Pitana, I. G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Denpasar: Penerbit Andi.

Silalahi, Ulber. (2009).Metodologi Penelitian Sosial

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D.

Bandung: Alfa Beta

Suwantoro,G. Dasar-Dasar Pariwisata, Upaya Pengembangan Pariwisata

Alternatif. Yogyakarta : Penerbit Andi

Suwena I Ketut, I. G. (2010). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar:

Udayana University Press.

Western, D. (1995). The Ecotourism Society.North Bennington, Vermont

Yoeti, Oka A. (1996).Pengantar Ilmu Pariwisata Edisi Revisi. Bandung :

Angkasa

Profil Pembangunan Desa Pelaga (2009)

Peraturan Daerah Provinsi Bali Tahun 2012

DAFTAR UNDUH

http://caretourism.wordpress.com/2013/09/20/pariwisata-massal-dan-

implikasinya/. ( diunduh pada tanggal 12 oktober 2014)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18545/3/Chapter%20II.pdf.

(diunduh pada tanggal 14 november 2014 )

http://tourismnews.co.id/category/tourism-news/mengenal-7-wisata-minat-khusus.

( diunduh pada tanggal 1 november 2014 )

Page 88: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - sinta.unud.ac.id I - V.pdf · Jika melihat tujuan dalam pasal 4, jumlah kunjungan wisatwan yang ... Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata

88

http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/definisi-pariwisata-minat-

khusus.html. (diunduh pada tanggal 1 november 2014 )

http://www.bps.go.id/menutab.php?kat=2&tabel=1&id_subyek=16. (n.d.). Badan

Pusat Statisik. (diunduh pada tanggal 10 maret 2014 )