BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di...

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2007, Badan Intelijen Australia yang bernama Defence Signals Directorate (DSD) datang ke Bali yang pada saat itu menjadi tuan rumah dalam acara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yakni Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa. DSD yang kemudian berganti nama pada tahun 2013 menjadi Australian Signals Directorate (ASD) membawa tugas khusus selama berada di Indonesia. 1 Salah satu tugas khususnya adalah mencari tahu dan mengumpulkan nomor-nomor telepon yang dipakai pejabat untuk berkomunikasi khususnya para pejabat khusus dalam bidang pertahanan dan keamanan Indonesia. DSD tidak bekerja sendiri dalam menjalankan misi tersebut, melainkan dibantu oleh Amerika Serikat melalui Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (National Security Agency). Badan keamanan Amerika Serikat ini membantu DSD dalam hal memperoleh informasi target yang menjadi incaran mereka. Edward Snowden yang adalah mantan kontraktor yang bekerja di NSA, membocorkan semua informasi ini. Snowden dikenal sebagai orang yang sering membocorkan rahasia dari intelijen Amerika Serikat (AS). 2 1 Vivanews, 8 November 2013, Spionase Kangguru di Tanah Garuda, URL : http://sorot.news.viva.co.id/news/read/457214-spionase-kanguru-di-tanah-garuda, dikases pada tanggal 19 Februari 2015. 2 Ibid

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2007, Badan Intelijen Australia yang bernama Defence Signals

Directorate (DSD) datang ke Bali yang pada saat itu menjadi tuan rumah dalam acara

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yakni Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan

Bangsa-Bangsa. DSD yang kemudian berganti nama pada tahun 2013 menjadi

Australian Signals Directorate (ASD) membawa tugas khusus selama berada di

Indonesia.1 Salah satu tugas khususnya adalah mencari tahu dan mengumpulkan

nomor-nomor telepon yang dipakai pejabat untuk berkomunikasi khususnya para

pejabat khusus dalam bidang pertahanan dan keamanan Indonesia. DSD tidak bekerja

sendiri dalam menjalankan misi tersebut, melainkan dibantu oleh Amerika Serikat

melalui Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (National Security Agency).

Badan keamanan Amerika Serikat ini membantu DSD dalam hal memperoleh

informasi target yang menjadi incaran mereka. Edward Snowden yang adalah mantan

kontraktor yang bekerja di NSA, membocorkan semua informasi ini. Snowden

dikenal sebagai orang yang sering membocorkan rahasia dari intelijen Amerika

Serikat (AS).2

1 Vivanews, 8 November 2013, Spionase Kangguru di Tanah Garuda, URL : http://sorot.news.viva.co.id/news/read/457214-spionase-kanguru-di-tanah-garuda, dikases pada tanggal 19 Februari 2015.

2 Ibid

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

2

Setelah mereka mendapatkan informasi yang mereka inginkan, mereka

memasukkan data-data tersebut ke dalam tim mereka untuk dimonitor dan diseleksi

informasinya dari komunikasi yang mereka dapatkan. Snowden menyebutkan DSD

memakai seseorang yang ahli dalam Bahasa Indonesia untuk menerjemahkan

informasi dan mengumpulkan data yang akurat mengenai struktur jaringan dalam

keadaan darurat. DSD dengan usahanya ini hanya mendapatkan satu nomor telepon

pejabat yaitu nomor telepon Irjen Pol. Paulus Purwoko, Kepala Kepolisian Daerah

Bali, usaha yang dilakukan DSD tidak berhenti sampai disana saja. DSD kembali

melakukan aksinya secara intensif dan sistematis di Jakarta, bahkan mereka

membangun jaringan penyadapannya di Indonesia melalui kantor kedutaan besar

yang berada di Jakarta.3

Australia mempunyai pos-pos diplomatik dan keberadaan pos-pos ini sudah

menyebar sangat luas di Asia. Pos-pos diplomatik milik Australia ini mempunyai

fasilitas untuk mencegat lalu lintas data informasi tentang pertahanan dan keamanan

negara. Panggilan telepon dari pejabat-pejabat penting di negara kawasan Asia

tersebut kemudian diintervensi melalui pos-pos diplomatik ini.4

Diplomat Australia yang sedang bekerja di Kedutaan Australia tidak

mengetahui adanya kegiatan pengintaian melalui pos-pos diplomatik ini dilakukan.

DSD melalui kedutaan-kedutaan Australia yang berada di kawasan Asia seperti

Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Hanoi, Beijing, Dili, dan Port Moresby

3 Ibid

4 Ibid

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

3

mengumpulkan data-data intelijen yang mereka perlukan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa Australia sudah mempunyai daftar negara sasaran untuk disadap, yaitu

Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Cina, Timor Leste, dan Papua Nugini.5

Laporan yang ditulis oleh Snowden mengenai aksi penyadapan Australia itu

adalah bagian dokumen yang membicarakan mengenai adanya misi spionase, yang

dinamakan Lima Mata (5 eyes club), yang disponsori oleh Amerika Serikat, dan

beranggotakan : Australia, Kanada, Inggris, Amerika Serikat dan New Zealand.

Spionase adalah: “the practice of using spies to collect information about what

another government or company is doing or plans to do”6 Kelima negara tersebut

saling berbagi informasi mengenai data intelijen berdasarkan Australian Secret

Intelligent Service dari Kedutaan Besar Australian di Jakarta dengan tujuan

mendapatkan dan mengumpulkan data intelijen Indonesia.7

Dalam dokumen tersebut, Snowden juga menyebutkan bahwa fasilitas yang

mereka gunakan dalam penyadapan seperti antena, biasanya diletakkan secara

tersembunyi dan kerap juga disembunyikan di dalam miniatur bangunan atau di atap

gedung pemeliharaan di beberapa kantor kedutaan.8

Seorang mantan perwira yang bekerja di DSD mengatakan Indonesia terdapat

titik koordinat dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan Australia yakni di

5 Ibid

6 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary Ninth Edition

7 Vivanews, 8 November 2013, Spionase Kangguru di Tanah Garuda, Loc.cit

8 Ibid

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

4

Kedutaan Besar Australia yang berada di Jakarta. Australia mengumpulkan beberapa

informasi diantaranya data politik, ekonomi, dan intelijen. Kedutaan Besar Australia

yang terletak di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, menjadi lokasi dimana

Australia mengumpulkan data-data tersebut. Australia belum puas sampai disana,

Konsulat Jenderal Australia yang terletak di Jalan Tantular No. 32, Denpasar, Bali

pun juga dipakai Australia dalam mengumpulkan informasi terkait dengan data

intelijen.9

International Business Times Australia mengutip terdapat 2 faktor penyebab

Australia menjadikan Jakarta sebagai pusat aksi spionase di Indonesia. Faktor

pertama, pertumbuhan jaringan telepon seluler yang pesat di Indonesia dan Jakarta

khususnya. Kedua, elite politik di Jakarta dianggap amat “cerewet”. Mantan perwira

DSD meengatakan “Jaringan seluler merupakan anugerah besar, dan elite Jakarta

adalah kelompok yang suka berbicara. Mereka bahkan tetap mengoceh meski merasa

agen intelijen Indonesia sendiri menyadap mereka,”. Salah satu data yang diperlukan

Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen yang diantaranya

terorisme dan perdagangan manusia. Terorisme di Indonesia dan para imigran gelap

seringkali datang ke Australia melalui jalur laut Indonesia yang kemudian diperjual

belikan di Australia.10

Didasarkan hal tersebut, Indonesia telah menanyakan isu penyadapan tersebut

kepada perwakilan negara Australia, namun jawaban mereka tidak menghasilkan

9 Ibid

10 Ibid

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

5

apapun bahkan mereka tidak dapat menyangkal atau mengkonfirmasi isu tersebut.

Hal inilah yang menyebabkan Indonesia tidak dapat menyembunyikan kekesalannya

terhadap Australia.11

Indonesia bertambah kesal setelah mengetahui pernyataan dari Perdana

Menteri Australia, Tony Abbott yang mengatakan bahwa setiap badan dan agen

intelijen yang bekerja untuk Australia selalu melaksanakan tugasnya sesuai dengan

hukum yang berlaku. Ia tidak dapat memberi kejelasan mengenai isu penyadapan ini.

Pihak Australia kembali tidak mau memberi penjelasan mengenai isu

penyadapan. Hal ini diketahui setelah Dubes Australia untuk RI yang bernama Greg

Moriaty juga tidak dapat memberi tanggapan atas pemanggilan dirinya oleh

Kementrian Luar Negeri RI terkait spionase yang dilakukan Australia. Ia hanya

mengatakan bahwa pihak Australia hanya mengikuti perkembangan berita di

Indonesia.12

Pada akhirnya Australia sedikit terusik dengan adanya ancaman dari

Kementrian Luar Negeri yang akan mengakhiri hubungan kerjasama di bidang

penangkalan terorisme dan perdagangan manusia dengan Australia. Moriarty

mengatakan hubungan kerjasama yang terjalin antara Australia dengan Indonesia

selama ini sangat erat. Australia sangat menghormati hubungan kemitraan yang sudah

lama terjalin diantara keduanya, ia juga mengatakan bahwa hubungan bilateral ini

11 Ibid

12 Ibid

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

6

sangat menguntungkan untuk kedua negara dan Australia berharap kerjasama lainnya

terutama di bidang penanggulangan terorisme dan perdagangan manusia.13

Pada tanggal 7 November 2013, Australia melalui menteri pertahanannya

yang bernama David Johnston datang ke Indonesia untuk menghadiri pertemuan

dengan Menteri Pertahanan RI. Australia mengutus Johnston untuk datang ke

Indonesia sebagai bentuk tanggapan atas berbagai pemberitaan di Indonesia yang

menyudutkan Australia. Pertemuan tersebut tidak menghasilkan sesuatu yang

memuaskan bagi Indonesia. Purnomo Yusgiantoro selaku Menteri Pertahanan RI

menyebutkan kedua negara sepakat untuk melimpahkan isu penyadapan kepada

Kementerian luar negeri Australia dan Indonesia. Hal ini disepakati mengingat isu

penyadapan ini berkaitan erat dengan hubungan diplomatik antar dua negara.

Purnomo juga mengatakan isu penyadapan masuk dalam lingkup politik luar negeri

kedua negara.

Atas uraian latar belakang tersebut di atas, penyadapan yang kerapkali

dilakukan oleh Australia kepada Indonesia yang memakan waktu cukup lama dan

belum adanya konvensi internasional yang mengatur secara khusus mengenai

penyadapan, serta penyadapan dapat merugikan hak-hak negara Indonesia dalam

merahasiakan informasi intelijen negara, maka penelitian ini diberi judul :

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDONESIA DALAM KASUS

PENYADAPAN OLEH AUSTRALIA”

13 Ibid

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

7

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan perlindungan hukum bagi Indonesia dalam kasus

penyadapan yang dilakukan oleh Australia?

2. Apakah upaya hukum yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menanggapi

kasus penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah, perlu ditegaskan mengenai

materi yang diatur di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari

menyimpangnya pembahasan materi dari pokok permasalahan yang telah dirumuskan

sebelumnya, sehingga dapat diuraikan secara sistematis. Adapun ruang lingkup

permasalahan yang akan dibahas adalah dalam pembahasan rumusan masalah ini

akan membahas tentang perlindungan hukum yang seharusnya didapat Indonesia

dalam kasus penyadapan yang diantaranya memuat pasal-pasal terkait dan doktrin-

doktrin yang menjelaskan tinjauan-tinjauan berkaitan dengan penyadapan agar

mendapat kepastian hukum yang jelas.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah :

a. Tujuan Umum

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

8

Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dipersiapkan dan ditempuh oleh

Indonesia dalam rangka menyelesaikan permasalahan penyadapan yang dilakukan

Australia kepada Indonesia.

b. Tujuan Khusus

Untuk memberikan perlindungan hukum bagi Indonesia agar tidak menjadi

korban pelanggaran hak kebebasannya dalam merahasiakan informasi intelijen

negara yang seringkali disadap oleh negara asing yang merugikan Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

Penulisan Skripsi ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik

perihal permasalahan-permasalahan penyadapan oleh negara terhadap negara lain

seperti dalam kasus ini yaitu penyadapan yang dilakukan Australia terhadap

Indonesia. Pada akhirnya dapat memberikan gambaran perihal mekanisme yang dapat

ditempuh oleh Indonesia agar dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan

tersebut sesuai pada hukum internasional khususnya hukum intelijen yang berlaku

khususnya tentang intelijen.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para akademisi dan juga

oleh pemerintah Indonesia untuk mengkaji dan menganalisa strategi yang dapat

dipersiapkan guna menyikapi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

9

penyadapan sehingga pada akhirnya Indonesia mendapat hak kebebasannya

dalam merahasiakan informasi intelijen negara.

1.6 Landasan Teoritis

1.6.1. Hubungan Politik Internasional dengan Hukum internasional

Politik internasional membahas keadaan-keadaan atau soal-soal

politik di masyarakat internasional dalam arti yang lebih sempit, yaitu

dengan menitikberatkan pada diplomasi dan hubungan antara negara dan

satuan-satuan politik lainnya. Sedangkan hukum internasional adalah

aturan-aturan yang mengatur kerjasama antar negara. Setiap negara

memilki politik luar negeri yang menjadi dasar untuk mengadakan

hubungan internasional dengan negara lain. Kumpulan dari politik luar

negeri dari masing-masing negara disebut politik internasional. Dalam

melakukan politik internasional, masyarakat internasional perlu adanya

hubungan internasional antar negara. Hukum internasional merupakan

bagian dari hubungan internasional. Setelah mengadakan hubungan

internasional, masyarakat internasional yang tergabung dalam organisasi

internasional dapat mengadakan hubungan politik internasional. Hukum

internasional merupakan salah satu unsur dari politik internasional.14

Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas

hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas

14 Misbach, 1980, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Jember, Jember, h. 13-15

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

10

negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.15 Seiring

dengan jaman yang semakin berkembang, hukum internasional tidak saja

mengatur hubungan antar negara, tetapi juga subjek hukum lainnya seperti

organisasi-organisasi internasional, kelompok-kelompok supranasional,

dan gerakan-gerakan pembebasan nasional. Hukum internasional juga

diberlakukan kepada individu-individu dalam hubungannya dengan negara-

negara.16 Negara sebagai aktor hukum internasional yang paling berperan

dalam membuat hukum internasional baik partisipasinya dalam hubungan-

hubungan atau interaksi-interaksi internasional, maupun perjanjian-

perjanjian internasional yang dibuat melalui negara atau subjek hukum

internasional lainnya ataupun dalam kaitannya dengan keputusan dan

resolusi organisasi-organisasi internasional. Dengan kata lain, hukum

internasional publik merupakan suatu kaidah atau norma-norma yang

mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban para subjek hukum

internasional yakni negara, lembaga dan organisasi internasional, serta

individu dalam hal tertentu.17

Dalam pasal 1 ayat (3) Piagam PBB menyatakan :

15 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, 2010, Pengantar Hukum Internasional, PT. Alumni, Bandung, h. 1-2

16 Gerhard Von Glahn, 1996, Law Among Nations Seventh Edition, Longman Publishing Group, New York, h. 2

17 Boer Mauna, 2011, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, PT. Alumni, Bandung, h. 2

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

11

“Mengembangkan hubungan persahabatan antara bangsa-bangsa

berdasarkan penghargaan atas prinsip-prinsip persamaan hak dan hak

rakyat untuk menentukan nasib sendiri, dan mengambil tindakan-tindakan

lain yang wajar untuk memperteguh perdamaian universal.”

Pasal 2 ayat (1) Piagam PBB menyatakan :

“Organisasi didasarkan pada Prinsip Persamaan Kedaulatan antara semua

anggotanya.”

Kedua pasal yang tercantum dalam Piagam PBB tersebut telah

membuktikan bahwa adanya persamaan kedaulatan diantara seluruh negara

anggota PBB. Suatu negara tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan

negara lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindakan

penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia sudah termasuk

dalam kategori mencampuri urusan dalam negeri. Hal ini dapat dibuktikan

dengan penyadapan yang dilakukan melalui gedung Kedutaan Besar

Australia di Indonesia. Selain itu, Australia menyadap orang-orang penting

di Indonesia.

1.6.2. Sumber Hukum Internasional secara Materiil dan Formil

J.G. Starke mengemukakan bahwa sumber-sumber materiil hukum

internasional dapat didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang

digunakan oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

12

yang berlaku bagi suatu peristiwa atau situasi tertentu.18 Bahan-bahan

aktual tersebut dapat dikategorikan sebagai :

1. Kebiasaan;

2. Traktat;

3. Keputusan pengadilan atau badan-badan arbitrase;

4. Karya-karya hukum;

5. Keputusan atau ketetapan organ-organ/lembaga internasional.

Sedangkan sumber hukum internasional formil tidak jauh berbeda dengan

sumber hukum internasional materiil. Louis Henkin dan kawan-kawan

mengatakan bahwa sumber formil dari hukum internasional tidak terlalu

berbeda dengan pendapat Starke, hanya saja pada poin 5 mereka

menggunakan istilah Resolutions and Declarations (Resolusi dan

Deklarasi) yang dimaksudkan hanya terbatas pada resolusi dan deklarasi

dari Majelis Umum PBB.19

Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional menyebutkan sumber

hukum internasional yang dipakai oleh Mahkamah untuk mengadili perkara

adalah :

18 Ibid, h. 8

19 I Wayan Parthiana, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju, Bandung, h. 200

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

13

1. Perjanjian internasional (International Conventions), baik yang bersifat

umum maupun khusus.

2. Kebiasaan internasional (International Custom)

3. Prinsip-prinsip umum hukum (General Principles of Law) yang diakui oleh

negara-negara beradab

4. Keputusan pengadilan (Judcial Decisions) dan pendapat para ahli yang

telah diakui kepakarannya (teachings of the most highly qualified

publicists)

1.6.3. Teori mengenai daya mengikat hukum internasional, yaitu teori hukum

alam dan teori hukum positif.

a. Teori Hukum Alam

Menurut teori ini hukum itu berasal dari alam dan diturunkan

oleh alam kepada manusia melalui akal atau rasionya. Hukum sama

dengan alam yang bersifat universal, abadi, dan tidak berubah-ubah.

Manusia menerima hukum secara pasif karena hukum alam berasal

dari Tuhan. Hugo De Groot memandang bahwa hukum alam yang

berlaku di masyarakat internasional, dengan kata lain hukum

internasional merupakan bagian dari hukum alam. Hukum alam dan

hukum internasional memiliki sifat dan kekuatan mengikat yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

14

sama.20 Kelemahan dari teori ini adalah bersifat abstrak, samar, serta

mengawang-awang sehingga konsep dari teori hukum alam tidak

menjawab sebab masyarakat internasional mau terikat pada hukum

internasional.21 Sedangkan kelebihan dari teori hukum alam ialah teori

ini telah memberikan kontribusi dalam meletakkan landasan yang

ideal bagi norma hukum pada umumnya khususnya nilai-nilai

keadilan.22

b. Teori hukum positif

Teori hukum positif menyatakan bahwa dasar kekuatan

mengikatnya hukum internasional adalah kehendak negara. Teori ini

berlawanan dengan teori hukum alam, melainkan hukum dibuat oleh

manusia atau masyarakat, tumbuh kemudian hidup, berlaku, dan

berlaku, berkembang dalam masyarakat. Hukum bersifat mengikat

karena masyarakat tunduk pada hukum karena masyarakat sendiri

yang membutuhkan hukum dalam kehidupannya. Jika dikaitkan dalam

hukum internasional, maka hukum internasional berlaku dan mengikat

masyarakat internasional karena masyarakat internasional yang

20 Sefriani, op.cit, h. 13

21 I Wayan Parthiana, op.cit, h. 27

22 I Wayan Parthiana, loc.cit

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

15

membutuhkan dan menghendaki untuk tunduk dan terikat pada hukum

internasional.23

1.6.4. Teori Kerjasama Internasional

Seluruh negara yang ada di dunia tidak dapat berdiri sendiri dalam

memenuhi kebutuhannya. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama internasional

sebagai bentuk saling ketergantungan atas kebutuhan dari masing-masing

negara. Penyebab munculnya kerjasama internasional adalah keadaan,

kebutuhan, kemampuan, dan potensi yang dimiliki secara berbeda-beda oleh

negara-negara di dunia.24 Bentuk kerjasama internasional yang dapat dijalin

oleh satu negara dengan negara lain bermacam-macam, seperti bidang

ekonomi, politik, pendidikan, budaya, dan keamanan.

K.J. Holsti mengatakan bahwa proses kerjasama atau kolaborasi dapat

terbentuk dari perpaduan keanekaragaman masalah nasional, regional atau

global yang timbul dan memerlukan perhatian dari berbagai negara.

Pemerintah dari masing-masing negara melakukan pendekatan dengan

pemerintah negara lainnya dengan membawa usul penanggulangan masalah,

mengumpulkan bukti-bukti tertulis untuk membenarkan suatu usul atau yang

lainnya dan mengakhiri perundingan dengan suatu perjanjian yang memuaskan

23 I Wayan Parthiana, op.cit, h. 28-29

24 Sjamsumar Dam dan Riswandi, 1995, Kerjasama ASEAN, Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 15

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

16

seluruh pihak.25 K.J. Holsti memberikan definisi tentang kerjasama

internasional, yaitu:26

a. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling

bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau dipenuhi oleh

semua pihak sekaligus.

b. Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang

diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai

kepentingan dan nilai-nilainya.

c. Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua negara atau lebih

dalam rangka membantu negara memanfaatkan persamaan kepentingan

atau benturan kepentingan.

d. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang

dilakukan untuk melaksanakan persetujuan.

e. Transaksi antar negara untuk memenuhi persetujuan mereka.

Koesnadi Kartasasmita mengatakan bahwa : “Kerjasama Internasional

merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya hubungan interdependensi

dan bertambah kompleksitas kehidupan manusia dalam masyarakat

internasional”. Kerjasama internasional dapat diartikan sebagai akibat upaya

25 K.J. Holsti, 1988, Politik Internasional, Kerangka untuk Analisis, Jilid II Terjemahan M. Tahrir Azhari, Erlangga, Jakarta, h. 652.

26 Ibid, h. 653.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

17

suatu negara untuk memanfaatkan negara atau pihak lain dalam proses

pemenuhan kebutuhannya.27

1.6.5. Teori Perjanjian Internasional

Tiap negara dapat menggariskan kerjasama mereka, mengatur berbagai

kegiatan, menyelesaikan berbagai masalah melalui perjanjian internasional. Isi

dari perjanjian internasional harus menampung kehendak dan persetujuan

negara demi mencapai tujuan bersama. Persetujuan yang telah disepakati

bersama inilah yang menjadi dasar hukum internasional untuk mengatur

kegiatan negara-negara.28

Perjanjian internasional menurut pasal 2 Konvensi Wina adalah suatu

persetujuan yang dibuat antara negara dalam bentuk tertulis, dan diatur oleh

hukum internasional, apakah dalam instrumen tunggal atau dua atau lebih

instrumen yang berkaitan dan apapun nama yang diberikan padanya.

1.6.6. Teori Tanggung Jawab Negara

Tanggung jawab negara diartikan sebagai kewajiban yang harus

dilakukan oleh negara kepada negara lain berdasarkan perintah hukum

27 Koesnadi Kartasasmita, 1977, Administrasi Internasional, Lembaga Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi, Bandung, h. 19

28 Boer Mauna, op.cit, h. 82

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

18

internasional.29 Adanya kedaulatan negara tidak berarti negara bebas dari

tanggung jawabnya. Kedaulatan memiliki suatu prinsip bahwa di dalamnya

terdapat kewajiban untuk tidak menyalahgunakan kedaulatan tersebut. Apabila

suatu negara menyalahgunakan kedaulatannya, maka negara tersebut dapat

dimintai tanggung jawab. Hal ini lah yang menjadi latar belakang timbulnya

tanggung jawab negara dalam hukum internasional bahwa tidak ada satu

negara pun yang dapat menikmati hak-haknya tanpa menghormati hak-hak

negara lain.30

Jika suatu negara tidak dapat memenuhi kewajiban yang disebabkan

kepadanya menurut hukum internasional maka ia dapat dimintakan tanggung

jawab. Munculnya teori ini bisa timbul dikarenakan adanya prinsip persamaan

derajat, kedaulatan negara, dan hubungan damai dalam hukum internasional.

Berdasarkan prinsip-prinsip inilah apabila negara lain melanggar haknya, suatu

negara dapat dimintai pertanggungjawaban.31 Karakteristik penting timbulnya

tanggung jawab negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor:32

29 Rebecca M.M. Wallace, 2002, International Law Fourth Edition, Sweet&Maxwell, London, h. 175.

30 Huala Adolf, 2011, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Keni Media, Bandung, h. 203.

31 Malcolm N. Shaw, 1997, International Law, Cambridge University Press, Cambridge, h. 541

32 Ibid

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

19

a. Adanya suatu kewajiban hukum internasional yang berlaku antara dua

negara tertentu;

b. Adanya suatu perbuatan atau kelalaian yang melanggar kewajiban hukum

internasional yang melahirkan tanggung jawab negara;

c. Adanya kerusakan atau kerugian sebagai akibat adanya tindakan yang

melanggar hukum atau kelalaian.

Tanggung jawab negara dapat dibagi menjadi dua, yaitu tanggung jawab atas

perbuatan melawan hukum dan tanggung jawab atas pelanggaran perjanjian.

Tanggung jawab atas perbuatan melawan hukum timbul dari setiap kesalahan atau

kelalaian suatu negara terhadap orang asing di dalam wilayahnya atau wilayah negara

lain.33 Sedangkan tanggung jawab atas pelanggaran perjanjian timbul apabila suatu

negara melanggar suatu perjanjian atau kontrak.34

1.6.7. Teori Kedaulatan Negara

Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh setiap negara untuk

secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya asal saja kegiatan

tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional.35 Sesuai dengan konsep

hukum internasional, kedaulatan memiliki dua aspek yaitu aspek internal dan

eksternal.

33 Huala Adolf, Op.cit, h. 217.

34 Ibid, h. 219

35 Boer Mauna, Op.cit, h. 24

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

20

Aspek internal kedaulatan adalah hak atau wewenang eksklusif suatu negara

untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaga tersebut

dan hak untuk membuat undang-undang yang diinginkannya serta tindakan-tindakan

untuk mematuhi. Sedangkan aspek eksternal kedaulatan adalah hak bagi setiap negara

untuk secara bebas menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau

kelompok-kelompok lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan dari negara

lain.36

1.6.8. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-

undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.

Seseorang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan

perbuatan dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai

kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat

menunjukan pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan.37 Unsur-unsur

tindak pidana adalah:38

1. Perbuatan

2. Melawan hukum (onrechtmatig)

36 Ibid

37 Andi Hamzah, 2001, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 22.

38 Andi Hamzah, 2004, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, h. 88.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

21

3. Diancam dengan hukuman (statbaargesteld)

4. Dilakukan oleh yang cakap hukum

5. Dapat menimbulkan akibat dari perbuatan tersebut

1.7 Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna untuk menjawab isu-isu

hukum yang dihadapi.39 Penelitian hukum yang bersifat normatif menurut Peter

Mahmud Marzuki adalah penelitian hukum yang berusaha untuk mengkaji dan

mendalami serta mencari jawaban tentang apa yang seharusnya dari setiap

permasalahan.40 Jenis pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan yuridis normatif yaitu suatu pendekatan dengan mengkaji, menguji dan

menerapkan asas-asas hukum yang ada pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku ke dalam kasus penyadapan yang dilakukan oleh Australia.

b. Jenis Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Pendekatan perundang-perundangan (The statute approach)

Dalam hukum internasional tidak terdapat pendekatan pernudang-undangan,

maka dari itu arti dari Undang-Undang tersebut perlu dijabarkan lebih luas

39 Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum Cet. ke-7, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 35.

40 Ibid

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

22

lagi. Sumber hukum internasional yang dalam konteks ini adalah sumber

hukum internasional formil juga dapat dikatakan sebagai Undang-Undang.

2. Pendekatan kasus (Case approach)

Dengan menggunakan pendekatan ini, penulis akan memakai kasus hukum

yang berkaitan dengan intelijen negara untuk ditelaah dan menjadi referensi

bagi isu hukum yang akan dibahas dalam skripsi ini.

3. Pendekatan analisis konsep hukum (Analitical & Conseptual approach)

Melalui pendekatan ini, penulis menganalisa konsep-konsep hukum dan

doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum khususnya mengenai

intelijen. Hasil analisa ini dapat dilihat kegunaanya dalam mencari pemecahan

masalah penyadapan yang dilakukan oleh Australia.

4. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)

Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan peraturan hukum ataupun

putusan pengadilan di suatu negara dengan peraturan hukum di negara lain

(dapat 1 negara atau lebih), namun haruslah mengenai hal yang sama.

Perbandingan dilakukan untuk memperoleh persamaan dan perbedaan di

antara peraturan hukum/putusan pengadilan tersebut. Dalam skripsi ini

penulis mengambil perbandingan antara hukum internasional dan hukum

Indonesia mengenai penyadapan.

c. Sumber Bahan Hukum

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Peter Mahmud Marzuki mengatakan bahwa:

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

23

“Dalam penelitian hukum tidak mengenal adanya data. Untuk memecahkan persoalan hukum dan memberikan solusi atas apa yang seharusnya dilakukan diperlukan sumber-sumber sebagai bahan hukum. Sumber-sumber penelitian dapat dibedakan menjadi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.”41

Bahan hukum primer merupakan bahan yang isinya mengikat karena

dikeluarkan oleh pemerintah yang berwenang.42 Bahan hukum primer yang

digunakan yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini, antara lain:

∑ Undang-Undang Dasar 1945

∑ Undang-Undang Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara

∑ Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi

∑ Undang-Undang Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri

∑ Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

∑ Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

∑ Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 2002 tentang Tatacara

Perlindungan Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi

Manusia yang Berat

∑ Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8 Tahun 2014

tentang Persyaratan Teknis Alat dan Perangkat Penyadapan yang Sah

atas Informasi Berbasis Internet Protocol pada Penyelenggaraan

41 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. h. 141.

42 Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. h. 103.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

24

Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal tanpa Kabel

dengan Mobilitas Terbatas

∑ Vienna Convention 1961 on Diplomatic Relation

∑ Vienna Convention 1969 on the Law of Treaties

∑ Montevideo Convention on the Rights and Duties of States

∑ Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang

Declaration on Principles of International Law concerning Friendly

Relations and Co-operation among States in accordance with the

Charter of the United Nations No. 2625 Tahun 1970

∑ Statute of the International Court of Justice (ICJ)

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang isinya membahas

bahan hukum primer.43 Marzuki mengatakan bahwa : “bahan hukum sekunder

berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen

resmi.”44 Bahan hukum sekunder yang dipakai penulis dalam penulisan skripsi ini

diambil dari buku literatur, majalah, makalah, jurnal dan internet yang memiliki

hubungan dengan kasus penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia.

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Zinal Asikin dalam bukunya Penngantar Metode Penelitan Hukum

menjelaskan bahwa: “Teknik pengumpulan bahan-bahan hukum yang dipergunakan

43 Ibid

44 Peter Mahmud Marzuki. Loc. Cit.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

25

dalam penulisan ini adalah teknik studi dokumen. Studi dokumen merupakan suatu

langkah awal dari setiap penelitian hukum.45 Pada dasarnya teknik studi dokumen ini

dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan hukum yang pada intinya memiliki

relevansi dengan topik yang diangkat dalam Skripsi ini.

Pengumpulan bahan-bahan hukum untuk nantinya digunakan dalam penulisan

Skripsi ini diperoleh melalui :

1. Pengumpulan bahan hukum primer dilakukan dengan cara mengumpulkan

peraturan perundang-undangan baik itu yang bersifat internasoinal maupun

nasional semasih memiliki relevansi dengan skripsi ini.

2. Pengumpulan bahan hukum sekunder dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan serta legal research yang didapat melalui buku, jurnal, makalah,

artikel di Internet dan lain sebagainya.

e. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis yang dipakai penulis adalah setelah bahan hukum baik bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder kemudian dianalisis menggunakan teknik

deskripsi, yaitu dengan memaparkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

secara apa adanya.46 Dari bahan-bahan hukum yang telah terkumpul, maka

selanjutnya akan menggunakan teknik evaluasi untuk menilai bahan-bahan hukum

tersebut. Setelah dapat menilai bahan hukum tersebut dievaluasi, kemudian dilakukan

interprestasi dan selanjutnya diajukan argumentasi. Argumentasi di sini dilakukan

45 Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, h. 68.

46 Ronny Hanitijo, 1991, Metode Penelitian Hukum, Cet. II, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 93

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdf · Australia melalui penyadapan di Indonesia yaitu data intelijen ... negeri dari masing-masing negara disebut politik

26

oleh peneliti untuk memberikan preskripsi atau penilaian mengenai benar atau salah

atau apa yang seyogyanya menurut hukum atau peristiwa hukum dari hasil penelitian.

Dari hal tersebut nantinya akan ditarik kesimpulan secara sistematis agar tidak

menimbulkan kontradiksi antara bahan hukum yang satu dengan bahan hukum

lainnya.

Teknik selanjutnya yang dipakai oleh penulis adalah teknik analisis, yakni

pemaparan secara mendetail dari keterangan-keterangan yang didapat pada tahap

sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini sehingga

keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan secara logis.47

47 Ibid.