BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository...

71
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus- menerus dan berkesinambungan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil, makmur dan merata. Agar tujuan tersebut dapat terwujud maka dibutuhkan dana, yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Pajak merupakan pendapatan negara yang cukup potensial, untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Penerimaan dari sektor pajak ternyata salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Negara akan maju kalau pajak tetap ada dan negara akan hancur kalau tidak ada pajak. Buktinya, kontribusi pajak dalam APBN sejak tahun 2006 sampai tahun 2010 terus meningkat. Pada tahun 2006 saja kontribusi pajak sudah 56,5%, lalu tahun 2007 naik jadi 61,7%, tahun 2008 menjadi 70,3%, tahun 2009 menjadi 72,5% dan tahun 2010 hampir mencapai 80%, artinya bahwa kelangsungan hidup bernegara didominasi dan ditentukan dari besarnya penerimaan pajak. Dari tahun ke tahun terlihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil besar dalam penerimaan negara, oleh sebab itu penerimaan dari sektor pajak selalu dikatakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Peran fiskus dalam penerimaan pajak mempunyai andil besar sebagai pengawas wajib pajak dalam melaporkan dan membayar kewajiban perpajakannya guna mengurangi jumlah tunggakan pajak yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-

menerus dan berkesinambungan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil,

makmur dan merata. Agar tujuan tersebut dapat terwujud maka dibutuhkan dana,

yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Pajak merupakan pendapatan

negara yang cukup potensial, untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Penerimaan dari sektor pajak ternyata salah satu sumber penerimaan terbesar

negara. Negara akan maju kalau pajak tetap ada dan negara akan hancur kalau

tidak ada pajak. Buktinya, kontribusi pajak dalam APBN sejak tahun 2006 sampai

tahun 2010 terus meningkat. Pada tahun 2006 saja kontribusi pajak sudah 56,5%,

lalu tahun 2007 naik jadi 61,7%, tahun 2008 menjadi 70,3%, tahun 2009 menjadi

72,5% dan tahun 2010 hampir mencapai 80%, artinya bahwa kelangsungan hidup

bernegara didominasi dan ditentukan dari besarnya penerimaan pajak. Dari tahun

ke tahun terlihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil

besar dalam penerimaan negara, oleh sebab itu penerimaan dari sektor pajak

selalu dikatakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional.

Peran fiskus dalam penerimaan pajak mempunyai andil besar sebagai

pengawas wajib pajak dalam melaporkan dan membayar kewajiban

perpajakannya guna mengurangi jumlah tunggakan pajak yang berpengaruh

terhadap penerimaan pajak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

2

Untuk mengamankan penerimaan negara dan meminimalisir wajib pajak

menunggak dalam pembayaran pajaknya, pemerintah khususnya Direktorat

Jenderal Pajak melakukan tindakan penagihan pajak yang dilindungi oleh payung

hukum berupa Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak

dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2000. Pelunasan utang pajak merupakan salah satu tujuan penting dari

pemberlakuan undang-undang ini. Penagihan pajak yang efektif merupakan sarana

yang tepat untuk mencapai target penerimaan pajak yang maksimal. Apabila

kekurangan pajak sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak dan Surat

Tagihan Pajak tersebut sampai dengan jatuh tempo, maka penagihan pajak

dianggap perlu untuk dilaksanakan sebagai salah satu upaya pencapaian

penerimaan pajak. Adapun dalam pelaksanaan penagihan pajak tersebut turut

melibatkan peran aktif dari aparatur pajak yang biasa disebut fiskus.

Namun hal yang paling penting untuk diperhatikan oleh fiskus dalam

penagihan pajak yaitu suatu kewajiban perpajakan dianggap telah hilang atau

gugur apabila telah melewati jangka waktu tertentu. Dengan mencegah daluwarsa

penagihan pajak, berarti juga menyelamatkan penerimaaan pajak negara. Peran

aktif fiskus dalam pelaksanaan pencairan tunggakan pajak sebagai upaya untuk

meningkatkan penerimaan dari sektor pajak dapat dilakukan dengan cara

menerbitkan Surat Paksa.

Menelaah lebih jauh tentang penagihan pajak khususnya penerbitan Surat

Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara, Oleh karena itu penulis

mengambil judul “ Penerbitan Surat Paksa Sebagai Upaya Penagihan Aktif

Dan Kontribusinya Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Pada KPP

Pratama Makassar Utara.”

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

3

1.2. Rumusan Masalah

Penulis akan mengangkat dan membatasi lingkup permasalahan sebagai berikut:

1. Seberapa besar efektivitas dan kontribusi penagihan pajak dengan Surat Paksa

terhadap pencairan tunggakan pajak ?

2. Apa sajakah kendala yang timbul dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan

Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara ?

3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini diantaranya:

1. Memberikan gambaran tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa yang

dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara,

2. Memahami efektivitas dan kontribusi penagihan pajak dengan Surat Paksa

dalam rangka pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar Utara,

3. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar Utara,

4. Untuk mengetahui cara mengatasi permasalahan-permasalahan dalam

pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak

Makassar Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini diantaranya:

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

4

1. Bagi Mahasiswa, untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang

perpajakan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penagihan pajak dengan surat

paksa, dalam hal ini kontribusi dan efektivitas dari penagihan pajak dengan

surat paksa.

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara, dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja sehingga dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki kinerja

sehingga dapat berjalan lebih baik.

3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberi informasi tentang penagihan

pajak dengan surat paksa yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar Utara.

4. Sebagai bahan perbandingan penelitian yang telah ada dan sebagai bahan

masukan dan rujukan bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian yang

sejenis.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulis membagi pembahasan skripsi ini dalam lima bab untuk memudahkan

pembahasan, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan

masalah mengenai topik yang diangkat, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan skripsi yang menguraikan secara ringkas mengenai isi

setiap bab dari skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

5

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai definisi pajak secara umum,

definisi utang pajak serta penagihan pajak berdsarkan undang-undang

perpajakan yang berlaku.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang objek penelitian, metode pengumpulan data,

jenis dan sumber data, dan metode analisis.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menggambarkan secara singkat dari tempat yang

menjadi objek penelitian, dalam hal ini yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP

Pratama Makassar Utara). Selain itu, penulis juga menjelaskan apa yang

menjadi visi dan misi KPP tersebut, serta kegiatan operasional yang

dijalankan di KPP tersebut.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Disini penulis mencoba menganalisa data-data, khususnya data Penagihan

Pajak terutama yang berkaitan dengan Surat Paksa terhadap pencairan

tunggakan pajak serta melakukan pembahasan dari analisa yang telah dibuat.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran-saran

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Pada dasarnya pajak merupakan salah satu perwujudan dan kewajiban

kenegaraan yang merupakan sarana peran serta masyarakat dalam pembiayaan

negara dan pembangunan nasional. Dalam hal ini pajak yang dipunggut oleh

negara digunakan untuk menjalankan roda pemerintahan demi menjamin

kelangsungan hidup serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia yang

tercantum dalam pembukaan Undang-Undang 1945 yang bertujuan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta

dalam melaksanakan ketertiban dunia.

Oleh karena itu sangat penting kita simak beberapa pengertian pajak dibawah

ini yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan

pengertian yang berbeda namun pada inti dan tujuannya sama.

1. Menurut undang-undang No. 6 tahun 1983 sebagaimana diubah dengan

undang-undang No. 6 tahun 2007: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.”

2. Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH (mardiasmo,2009:1):

“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

7

dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi),

yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.”

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-

unsur:

a. Iuran dari rakyat kepada negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang

(bukan barang).

b. Berdasarkan undang-undang

Pajak di pungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaanya.

c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat

ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2 Fungsi pajak

Fungsi pajak menurut Mardiasmo dalam bukunya “Perpajakan” (2009:1)

adanya 2 fungsi pajak, yaitu:

1. “Fungsi Penerimaan (Budgeteir)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di

bidang sosial dan ekonomi.”

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

8

Contoh:

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang mewah untuk menekan perilaku

konsumtif masyakat.

b. Dan yang marak dibicarakan belakangan ini tarif pajak yang tinggi dikenakan

terhadap Film impor (Hollywood) agar masyarakat lebih mencintai Seni dan

Budaya Indonesia, khususnya Film dalam negeri.

2.1.3 Jenis-Jenis Pajak

Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya sekedar menyerahkan sebagian

penghasilan atau kekayaan seseorang kepada negara, tetapi coraknya bermacam-

macam tergantung pada pendekatannya. Jenis pajak menurut Wirawan B. Ilyas

(2007:19) dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu menurut sifat, sasarannya

dan lembaga pemungutnya:

1. “Menurut sifat

a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya harus dipikul sendiri oleh

Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, serta dikenakan

secara berulang-ulang pada waktu tertentu.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan

kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-

peristiwa tertentu saja.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Menurut Sasarannya

a. Pajak subyektif, adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama

memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak (subjeknya). Setelah diketahui

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

9

keadaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya

pikul apakah dapat dikenakan pajak atau tidak.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak objektif, adalah jenis pajak yang dikenakan pertama-tama

memerhatikan/melihat objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau

peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah

diketahui objeknya barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan

hukum dengan objek yang telah diketahui.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

3. Menurut lembaga pemungut

a. Pajak pusat (negara), adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang

dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan khususnya

Dirjen Pajak. Hasil dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan

dimasukkan sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN).

Contoh: PPh, PPN, PPnBM dan sebagainya.

b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam

pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah

(Dispenda). Hasil dari pemungutan pajak daerah dikumpulkan dan

dimasukkan sebagai bagian dari peerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).” Sesuai Undang-undang no.18 tahun 1997 sebagaimana

yang telah diubah dengan UU no. 34 tahun 2000.

Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak reklame, dll.

2.1.4 Tarif Pajak

Ada 4 macam tarif pajak menurut Mardiasmo (2009:9), yaitu:

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

10

1. “Tarif sebanding/proporsional, yaitu tarif berupa persentase yang tetap,

terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang

terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai.

Contoh: Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan

dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.

2. Tarif tetap, yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun

jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

Contoh: Besarnya tarif Bea Meterai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai

nominal berapapun adalah Rp 1.000,00.

3. Tarif progresif, yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila

jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

Contoh : Pasal 17 UU Pajak Penghasilan (PPh)

4. Tarif degresif, persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah

yang dikenai pajak semakin besar.

2.1.5 Asas Pemungutan Pajak

Untuk mencapai tujuan pemungut pajak perlu memegang teguh asas

pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya. Maka terdapat keserasian

pemungut pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu

pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungut pajak menurut

Waluyo (2008:13) menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan

pada :

1. “Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu pajak dikenakan

kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar

pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil

dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk

pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang

diminta.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

11

2. Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenag-wenang. Oleh karena itu, Wajib

Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti pajak yang terutang, kapan

harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

3. Convenience

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-

saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, sebagai contoh pada saat Wajib

Pajak memperoleh penghasilan.

4. Economy

Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak

bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban

yang dipikul Wajib Pajak.”

2.1.6 Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka

menurut Waluyo (2008:20) pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

1. “Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan. Undang-undang dan

pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan

diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan

dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya

yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan,

penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada pertimbangan

Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang (syarat yuridis).

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini

memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik Negara

maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

12

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun

perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian

masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial).

Sesuai fungsi budgeteir, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Sistem pemungutan sederhana akan memudahkan dalam mendorong

masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah

dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

Contoh:

a. Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%.

b. Bea meterai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif,

yaitu Rp 6000 dan Rp 3000.

2.1.7 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2009:7), Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:

1. “Official Assessment System, Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang.

Ciri-ciri Official Assessment System:

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus

sehingga Wajib Pajak bersifat pasif.

b. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System, Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang

memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

13

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya

pajak yang harus dibayar.

3. Withholding System, Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut

besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.”

Untuk mencapai target penerimaan, Pemerintah telah melakukan berbagai

perubahan diantaranya yaitu reformasi perpajakan (Tax Reform), langkah tersebut

diawali pada tahun 1984. Program ini telah mengubah sistem perpajakan

Indonesia, dari official assessment menjadi self assessment yang digunakan saat

ini.

Agar pelaksanaan sistem self assessment dapat berjalan dengan baik, maka

keterbukaan dan penegakan hukum (law enforcement) menjadi hal yang sangat

penting. Disini peran aktif Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya sangat diperlukan. Dengan kepercayaan dan tanggung jawab yang

diberikan, diharapkan Wajib Pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dengan demikian peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak dapat

meningkat.

2.1.8 Hambatan Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2009:8), Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat

dikelompokkan menjadi:

1. “Perlawanan pasif

Masyarakat tidak bersedia memenuhi kewajiban perpajakannya sebagaimana

mestinya, yang dapat disebabkan antara lain:

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

14

b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat

c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.

2. Perlawanan aktif

Pelawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung

ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya

antara lain:

a. Tax avoidance, yaitu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar

Undang-undang.

b. Tax evasion, yaitu usaha meringankan pajak dengan cara melanggar Undang-

undang namun tidak dipungkiri bahwa sebagian masyarakat terdapat

keengganan memenuhi kewajiban perpajakannya. Dalam hal yang demikian

timbul perlawanan terhadap pajak.”

2.2 Penagihan Pajak

2.2.1 Pengertian Penagihan Pajak

Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten dan konsekuen

diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib

Pajak dalam membayarkan hutang pajaknya. Hal ini merupakan posisi strategis

dalam meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sehingga tindakan

penagihan pajak tersebut dapat menyelamatkan penerimaan pajak yang tertunda.

Kegiatan penagihan pajak merupakan ujung tombak dalam menyelamatkan

penerimaan Negara yang tertunda, oleh sebab itu seksi penagihan merupakan

seksi produksi yang paling dibanggakan oleh Direktorat Jendral Pajak. Dalam

pelaksanaannya penagihan pajak haruslah dilandaskan pada peraturan perundang-

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

15

undangan yang berlaku, sehingga mempunyai kekuatan hukum baik bagi Wajib

Pajak maupun aparatur pajaknya.

Dasar hukum melakukan tindakan penagihan pajak adalah Undang-undang

No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Undang-undang

ini mulai berlaku tanggal 23 Mei 1997. Undang-undang ini kemudian diubah

dengan Undang-undang No. 19 tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1

Januari 2001.

Menurut pendapat para ahli penagihan pajak dapat didefinisikan:

Definisi penagihan pajak menurut Muhammad Rusjdi (2007:17): ”Penagihan

pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak karena Wajib

Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai

pembayaran pajak yang terutang.”

Definisi lain menurut Mardiasmo (2009:13): “Penagihan pajak adalah

kegiatan yang dilakukan oleh fiskus karena Wajib Pajak tidak mematuhi

ketentuan Undang-undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak yang

terutang, penagihan pajak meliputi kegiatan, perbuatan dan pengiriman surat

peringatan, surat teguran, surat paksa, penyitaan, lelang, pencegahan dan

penyanderan.”

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak

adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak atau fiskus karena

Wajib Pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-undang pajak, khususnya

mengenai pembayaran pajak dengan melaksanakan pengiriman surat peringatan,

surat teguran, surat paksa, penyitaan dan pelelangan.

Dasar penagihan pajak, antara lain:

1. Surat Tagihan Pajak (STP)

STP diterbitkan apabila pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang

dibayar, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda

administrasi dan/atau bunga. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan

terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

16

salah hitung. Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama

dengan Surat Ketetapan Pajak.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

SKPKB ditebitkan tehadap wajib pajak yang nyata-nyata atau berdasarkan

hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan kewajiban material

Pepajakan.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

SKPKBT dapat ditebitkan Dirjen Pajak dalam jangka waktu 10 tahun sesudah

saat terutang pajak, apabila ditemukan data baru dan atau data yang semula

belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang

terutang.

4. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan

Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

Apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan diatas tidak atau

kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, maka dapat

segera dilaksanakan tindakan penagihan aktif.

Istilah-istilah yang berhubungan dengan Penagihan Pajak :

a. “Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan oleh jurusita agar Penanggung

Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau

memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,

memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan

penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

(UU.PPSP ps 1 ayat ( 9) ).

b. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab

atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi

kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan. (UU.PPSP ps 1 ayat (3) ).

c. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi

administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

17

ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. (UU.PPSP ps 1 ayat (8) ).

d. Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa

Penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak. (UU.PPSP ps

1 ayat (13) ).

e. Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang

dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu

tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari

semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak. (UU.PPSP ps 1 ayat (11) ).

f. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan

pajak. (UU.PPSP ps 1 ayat (12) ).

g. Pencegahan adalah larangan bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak

tertentu untuk keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasar alasan

tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (UU.PPSP ps 1 ayat

(20) ).

h. Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang

Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak

menurut peraturan perundang-undangan.(UU.PPSP ps 1 ayat (14) ).

i. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung

Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. (UU.PPSP ps 1 ayat (21) ).

j. Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran

harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau

calon pembeli. (UU.PPSP ps 1 ayat (17) ).”

2.2.2 Tindakan Penagihan Pajak

Tindakan penagihan pajak dilakukan apabila pajak yang terutang

sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP), SKPKB, SKPKBT,

Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang

menyebabkan pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang bayar

setelah lewat tanggal jatuh tempo pembayaran pajak yang bersangkutan. Dalam

bidang administrasi perpajakan dikenal beberapa bentuk tindakan penagihan yaitu

penagihan pasif, penagihan aktif dan penagihan dengan surat paksa.

1. Penagihan Pasif

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

18

Penagihan pasif adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak

dengan cara memberikan himbauan kepada Wajib Pajak agar melakukan

pembayaran pajak sebelum tanggal jatuh tempo. Penagihan pajak dilakukan

dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), SKPKB, SKPKBT, Surat

Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang

menyebabkan jumlah pajak terutang menjadi lebih besar. Penagihan pasif

merupakan tugas pengawasan fiskus atau kepatuhan Wajib Pajak dalam

melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.

2. Penagihan Aktif

Penagihan aktif adalah penagihan yang didasarkan pada STP, SKPKB,

SKPKBT yang jatuh temponya telah ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan perpajakan yaitu 1 bulan terhitung mulai dari STP, SKPKB,

SKPKBT diterbitkan. Penagihan aktif ini merupakan kelanjutan dari

penagihan pasif, oleh sebab itu dalam upaya penagihan ini fiskus berperan

aktif, dalam arti tidak hanya mengirim STP atau SKP tetapi juga akan diikuti

dengan tindakan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.

2.2.3 Dasar Hukum Penagihan Pajak

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah berulangkali

diubah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2007 selanjutnya disebut UU

KUP.

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 selanjutnya disebut

UU.PPSP.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

19

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK/.03.2008 sebagaimana yang

telah diubah dengan Nomor 83/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Penerbitan

Surat Ketetapan Pajak.

4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus Dan

Pelaksanaan Surat Paksa.

5. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562/KMK.04/2000

Tentang Syarat-Syarat, Tata Cara Pengangkatan Dan Pemberhentian Juru Sita

Pajak.

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 189/PMK.03/2007 sebagaimana yang

telah diubah dengan Nomor 84/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Penerbitan

Surat Tagihan Pajak.

7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008

sebagaimana yang telah diubah dengan Nomor 85/PMK.03/2010 Tentang

Perubahan Atas Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat

Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2010 Tentang Prosedur Penerbitan

Kembali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar Tambahan, Dan Atau Surat Tagihan Pajak.

9. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-82/PJ/2010 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-

36/PJ/2010 Tentang Prosedur Penerbitan Kembali Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Dan Atau

Surat Tagihan Pajak.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

20

2.2.4 Tinjauan Umum Penagihan Pajak

1. Utang Pajak

Berdasarkan UU PPSP pasal 1 ayat (8), Utang Pajak adalah pajak yang masih

harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau

kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya

berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Penanggung Pajak

Berdasarkan UU PPSP pasal 1 ayat (3), Penanggung Pajak adalah orang

pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk

wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut

peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Penagihan Pajak

Dalam melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, perlu diketahui

dan dipahami dalam beberapa pengertian yang telah ditetapkan dan dalam

Undang-Undang atau peraturan pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat

Paksa.

4. Jurusita Pajak

Pengertian Jurusita berdasarkan UU PPSP pasal 1 ayat (6) adalah pelaksana

tindakan penagihan pajak yang meliputi Penagihan Seketika dan Sekaligus,

pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan.

a. Syarat - syarat

Untuk dapat diangkat menjadi Jurusita Pajak harus memenuhi syarat-syarat yang

diatur dalam Pasal 2 KMK No.562/KMK.04/2000, yaitu:

1) Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang

setingkat dengan itu.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

21

2) Berpangkat serendah-rendanya Pengatur Muda/Golongan II/a.

3) Berbadan sehat.

4) Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak.

5) Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian.

b. Tugas-tugas

Berdasarkan Pasal 5 UU PPSP, Jurusita bertugas antara lain:

1) Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus.

2) Memberitahukan Surat Paksa.

3) Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat

Perintah Melaksanakan penyitaan.

4) Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

c. Wewenang dan Kewajiban

Wewenang Jurusita berdasar Pasal 5 UU PPSP adalah memasuki dan memeriksa

semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk

menemukan obyek sita di tempat usaha dan melaksanakan penyitaan tempat

kedudukan atau tempat tinggal Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau tempat lain

yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan obyek sita. Sedangkan kewajiban

Jurusita Pajak adalah:

1) Memperlihatkan tanda pengenal Jurusita.

2) Memberitahukan dengan pernyataan dan penyerahan Surat Paksa.

3) Membuat berita acara pemberitahuan Surat Paksa.

4) Membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.

5) Melaksanakan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).

6) Membuat berita acara pelaksanan sita

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

22

7) Menempelkan segel sita pada barang-barang yang telah disita, bila dianggap

perlu.

8) Menempelkan Surat Paksa (salinan) pada papan pengumuman kantor Pejabat.

9) Meninggalkan Surat Paksa (salinan) dalam hal Penanggung Pajak menolak

menerima salinan Surat Paksa.

d. Pemberhentian Jurusita

Berdasakan Pasal 4 KMK No.562/KMK.04/2000, Jurusita diberhentikan apabila:

1) Meninggal dunia.

2) Pensiun.

3) Karena alih tugas kepentingan dinas lainnya.

4) Ternyata lalai atau cakap dalam menjalankan tugas.

5) Melakukan perbuatan tercela.

6) Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak.

7) Sakit Jasmani atau rohani terus-menerus.

2.3 Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

2.3.1 Pengertian Surat Paksa

Dalam UU PPSP, dalam pasal 1 ayat (12) disebutkan bahwa: “Surat Paksa

adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.”

Sedangkan menurut Muhammad Rusdji (2007:25), yaitu: “surat yang diterbitkan

apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh

tempo.”

Dari pengertian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Surat Paksa

merupakan sebuah produk hukum yang bersifat eksekutorial yang diterbitkan atas

STP yang telah jatuh tempo dari terbitnya surat teguran. Dalam UU PPSP Pasal 7

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

23

ayat (1) dijelaskan bahwa Surat Paksa berkepala kata-kata “Demi Keadilan

Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, mempunyai kekuatan eksekutorial dan

kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap.

Agar tercapai efektivitas dan efesiensi penagihan pajak yang didasari Surat

Paksa, maka Ketentuan ini memberikan kekuatan eksekutorial serta memberi

kedudukan hukum yang sama dengan grosse akte yaitu putusan pengadilan

perdata yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan demikian, Surat

Paksa langsung dapat dilaksanakan tanpa bantuan putusan pengadilan lagi dan

tidak dapat diajukan banding, (Muhammad Rusjdi, 2007: 21). Surat Paksa bersifat

“Parate Eksekusi” yang berarti dapat dilakukan langsung tanpa melalui proses

Pengadilan Negeri.

2.3.2 Latar Belakang Penerbitan Surat Paksa

Berdasarkan Pasal 20 ayat (1) beserta penjelasannya UU KUP, diatur

mengenai latar belakang terbitnya Surat Paksa, yaitu jumlah pajak yang terutang

berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat

Keputusan Pembetulan (SKP), Surat Keputusan (SK), serta Putusan Banding yang

menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar

oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam

ketetapan tersebut (satu bulan sejak tanggal diterbitkan), ditagih dengan Surat

Paksa.

Menurut Pasal 9 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000

tentang Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa,

dijelaskan Surat Paksa diterbitkan apabila:

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

24

1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah

diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;

2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan

Sekaligus; atau

3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam

keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

2.3.3 Isi dan Karakteristik Surat Paksa

Surat Paksa dapat dipandang dari dua segi, yaitu segi isi maupun segi

karakteristiknya.

1. Dalam UU PPSP Pasal 7 dijelaskan bahwa Surat Paksa berdasarkan segi

isinya sekurang-kurangnya harus memuat:

a. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak;

b. Dasar Penagihan;

c. Besarnya Utang Pajak;

d. Dan Perintah untuk membayar dalam waktu 2 x 24 jam.

e. Tertanda Pejabat yang ditunjuk yaitu Kepala KPP/KP PBB

2. Surat Paksa berkepala kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa”. Sedangkan dari segi karakteristiknya Surat Paksa memuat:

a. Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Grosse Akte dari keputusan

hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat dimintakan banding lagi pada

hakim atasan.

b. Mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

c. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan biaya penagihan pajak.

d. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan, penyanderaan, dan pencegahan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

25

2.3.4 Prosedur Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Ini merupakan cara penagihan yang terakhir dimana fiskus melalui jurusita

pajak negara menyampaikan atau memberitahukan surat paksa, melakukan

penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap

barang milik Wajib Pajak. Penagihan dengan surat paksa ini dikenal dengan

penagihan yang “keras” dalam rangka melakukan Law-Enforcement di bidang

perpajakan. Namun langkah ini merupakan langkah terakhir yang dilakukan oleh

fiskus apabila tidak ada jalan lain yang dapat dilakukan. Dalam pelaksanaan

penagihan aktif tersebut dapat dilakukan dengan 4 tahap, yaitu:

1. Surat Teguran

Penyampaian surat teguran merupakan awal pelaksanaan tindakan penagihan

oleh fiskus untuk memperingatkan Wajib Pajak yang tidak melunasi utang

pajaknya sesuai dengan keputusan penetapan (STP, SKPKB, SKPKBT)

sampai dengan saat jatuh tempo. Definisi surat teguran menurut Rusdji

(2007:23): “Surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur Wajib Pajak

agar melunasi utang pajaknya.”

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa surat teguran adalah

surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan Wajib

Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat teguran dikeluarkan apabila utang

pajak yang tercantum dalam SPT, SKPKB atau SKPKBT tidak dilunasi sampai

melewati waktu 7 hari dari batas waktu jatuh tempo 1 bulan sejak tanggal

diterbitkannya. Menurut keputusan Menteri Keuangan no. 561/KMK.04/2000

Pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa surat teguran tidak diterbitkan terhadap

penanggung pajak yang disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran

pajaknya.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

26

2. Surat Paksa

Penagihan dengan surat paksa dilakukan apabila jumlah tagihan pajak tidak

atau kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau

sampai dengan jatuh tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhi

angsuran pembayaran pajak. Apabila Wajib Pajak lalai melaksanakan

kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana ditentukan dalam surat

teguran maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh juru sita pajak.

Maka dapat disimpulkan bahwa surat paksa adalah surat perintah membayar

utang pajak dan biaya penagihan pajak yang diterbitkan apabila Wajib Pajak tidak

melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo. Surat paksa

diterbitkan apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak melunasi utang

pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo dan Penanggung Pajak tidak

memenuhi ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan

pembayarannya. Secara teori surat paksa diterbitkan setelah surat teguran atau

surat peringatan atau surat lain sejenis yang diterbitkan oleh pejabat.

Surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:

a. Penanggung pajak

b. Orang dewasa yang tinggal bersama ataupun bekerja di tempat usaha

penanggung pajak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat

dijumpai

c. Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta

peninggalannya apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan

belum dibagi

d. Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan

telah dibagi.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

27

Surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:

1) Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik

modal

2) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan, apabila Jurusita

Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang dari Pengurus, kepala perwakilan,

kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal.

Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu

2x24 jam setelah surat paksa diberitahukan, maka pejabat menerbitkan surat

perintah melaksanakan penyitaan. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak

mengakibatkan penundaan pelaksanaan Surat Paksa dan apabila Wajib Pajak

dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas

atau Balai Harta Peninggalan. Sedangkan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar

atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang

dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator.

2.3.5 Jadwal dan Waktu Pelaksanaan Penagihan Aktif

Proses penagihan pajak dapat dibagi menjadi penagihan aktif dan penagihan

pasif. Dalam hal ini proses penagihan pajak yang melibatkan Jurusita Pajak adalah

penagihan aktif. Peran Jurusita Pajak dimulai dengan memberitahukan Surat

Teguran, Surat Paksa, pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan,

pengumuman lelang sampai pelaksanaan lelang. Berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000 tentang Penagihan Seketika dan

Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa telah ditentukan jadwal waktu tindakan

penagihan pajak yaitu:

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

28

1. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan Surat

Teguran oleh pejabat atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut setelah 7

hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

2. Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah

disetujui untuk menunda atau mengangsur pembayaran pajaknya.

3. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh

penanggung pajak setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkan Surat

Teguran, pejabat segera menerbitkan Surat Paksa.

4. Setelah menerima Surat Paksa yang telah diberi tanggal dan nomor Surat

Paksa dan telah ditandatangani oleh pejabat, Jurusita Pajak harus:

a. Memperlihatkan tanda pengenal Jurusita Pajak.

b. Memberitahukan dengan pernyataan dan penyerahan Surat Paksa (salinan)

tersebut kepada Wajib Pajak/penanggung pajak.

c. Membuat Laporan Pelaksanaan Surat Paksa dan membuat Berita Acara

Pemberitahuan Surat Paksa dan lampirannya.

d. Menempelkan Surat Paksa (salinan) pada papan pengumuman kantor pejabat.

5. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh

penanggung pajak setelah lewat waktu 2 X 24 jam sejak Surat Paksa

diberitahukan kepadanya, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini,

penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Makassar Utara yang

berlokasi di jalan Urip Sumoharjo Km. 4 Gedung Keuangan Negara I Makassar.

1.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Studi Pustaka

Dalam metode ini penulis mempelajari dan mengumpulkan literatur seperti

Undang-Undang Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri

Keuangan, Keputusan Dirjen Pajak, Surat Edaran Dirjen Pajak, dan peraturan

pelaksanaan lainnya, serta buku-buku literatur lainnya sehingga dapat digunakan

penulis untuk memperoleh pengetahuan dasar, teori dan bahan-bahan yang akan

digunakan sebagai landasan teori penelitian dan acuan analisis permasalahan yang

dibahas.

3.2.2 Studi Lapangan (field research)

Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang

meliputi :

1. Metode Observasi atau Pengamatan

a. Yaitu dengan mengadakan pengamatan dan pengumpulan data secara

langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan

pelaksanaan penagihan pajak oleh Jurusita Pajak di KPP Pratama Makassar

Utara.

b. Membandingkan fakta-fakta dengan di lapangan dengan teori.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

30

2. Metode Interview atau Wawancara

Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara langsung

dengan Fiskus di KPP Pratama Makassar Utara dan Jurusita serta pihak-pihak

terkait pada seksi penagihan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data

yang diperoleh dari perpustakaan maupun dari KPP Pratama Makassar Utara

yaitu data laporan realisasi penerbitan Surat Paksa dan Pencairan Tunggakan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data Kualitatif, data yang berupa data verbal atau keterangan, seperti sejarah

singkat instansi, struktur organisasi beserta pembagian tugas, Undang-

Undang No.19 tahun 1997 sebagaimana telah dirubah terakhir Undang-

undang No.19 Tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa,

Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan menteri Keuangan, dan data lain

yang relevan dengan objek penulisan.

2. Data Kuantitatif. Data yang berupa angka-angka seperti, jumlah penerbitan

surat paksa dan pencairan tunggakan, serta data lainnya yang dibutuhkan

dalam rangka penulisan skripsi ini.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data Primer

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

31

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan/instansi

melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan karyawan bagian

pengolahan data dan informasi perusahaan/instansi tersebut.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber di luar perusahaan/instansi dalam

bentuk literatur-literatur akuntansi maupun informasi lain yang berhubungan

dengan penulisan skripsi ini.

3.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode

deskriptif komparatif. Dengan metode ini, penulis menggambarkan efektivitas

dan kontribusi penerbitan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak

berdasarkan data yang dikumpulkan, terutama data mengenai Surat Paksa yang

terbit pada tahun 2009 dan 2010. Karena keterbatasan data, penulis hanya

membandingkan data dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 karena untuk

data tahun 2011 hanya sampai bulan Juni sehingga tidak dapat digunakan untuk

perbandingan. Data tersebut kemudian diolah untuk menghitung persentase dari

realisasi penerbitan Surat Paksa dan Pencairan tunggakan pajak. Data tersebut

dikumpulkan berdasarkan data penerbitan surat paksa dan pencairan tunggakan

pajak pada KPP Pratama Makassar Utara.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Efektivitas

Dalam hal efektivitas penerbitan surat paksa, maka rumusnya adalah

perbandingan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan

surat paksa dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa, dengan

asumsi bahwa potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa adalah

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

32

semua tunggakan pajak yang diterbitkan surat paksa diharapkan dapat ditagih.

Efektivitas penyampaian Surat paksa dihitung dengan rumus berikut:

Efektivitas = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑎𝑘𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑎𝑘𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛 x 100%

Untuk mengukur keefektifan menurut Jones dan Pendleburry (dalam Aldina Laila

Rahma, 2010) maka digunakan indikator sebagai berikut:

Tabel 3.1

Indikator Pengukuran Efektivitas

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0% - 40%

40% - 60%

60% - 80%

80% - 100%

Tidak Efektif

Kurang Efektif

Cukup Efektif

Efektif Sumber: Jones dan Pendleburry (dalam Aldina laila Rahma,2010)

3.5.2 Kontribusi Surat Paksa

Rasio Kontribusi penerbitan Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak

untuk mengukur seberapa besar kontribusi pencairan tunggakan pajak yang

berasal dari penerbitan Surat Paksa yang dilaksanakan oleh KPP Pratama

Makassar Utara maka:

Kontribusi penerbitan Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak

dihitung dengan menggunakan rumus:

Kontribusi =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑛𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎 𝑎𝑘𝑚𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢𝑖 𝑠𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑠𝑎

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑒𝑛𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎 𝑎𝑘 x 100%

Dalam penyusunan skripsi ini penulis ingin mengulas lebih jauh tentang

Surat Paksa yang dilihat dari prosedur pelaksanaan, penerbitan Surat Paksa

sebagai upaya penagihan aktif dan manfaat yang ditimbulkan dari adanya Surat

Paksa tersebut.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

33

BAB IV

GAMBARAN UMUM INSTANSI

4.1 Gambaran Umum Instansi

4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Instansi

Berdirinya kantor pelayanan pajak (KPP) di seluruh Indonesia didirikan atas

dasar hukum. Pada mulanya, KPP di seluruh Indonesia bernama Kantor Inspeksi

Pajak yang bertugas memungut pajak disekitar propinsi yang bersangkutan pada

tahun 1925. Untuk menampung penghasilan negara dalam bidang perpajakan,

maka pemerintah pada tahun 1953 mendirikan sebuah kantor yang bertugas

mengatur kekayaan negara di bidang perpajakan yang nama Inspective Van

Financjen.

Sejak kemerdekaan, nama tersebut masih sipakai beberapa tahun lamanya

tetapi nama tersebut masih dipakai beberapa tahun lamanya tetapi nama tersebut

dipandang tidak sesuai lagi di zaman kemerdekaan, maka pada tahun 1959 diganti

menjadi Kantor Jawatan Pajak dan seteah beberapa tahun lamanya tugas-tugas

yang ada semakin berat fungsinya bukan hanya mengurus satu masalah saja, maka

pada tahun 1963 nama tersebut digantimenjadi Kantor Inspeksi Keuangan dan

secara nasional menjadi Direktorat Jenderal Pajak, sedang untuk daerah Tingkat I

dengan nama Kantor Inspeksi Pajak.

Pada tahun 1958, nama Inspeksi Keuangan diganti menjadi Inspeksi Pajak,

demikian pula wilayahnya yang semakin luas dan telah berkembangnya

perekonomian, seperti Sulawesi, maka dirasa perlu untuk dipisahkan menjadi dua

bagian, yaitu:

1. Kantor Inspeksi Ujung Pandang

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

34

Kantor Inspeksi Pajak Ujung Pandang wilayahnya meliputi propinsi Sulawesi

Selatan dan Sulawesi tenggara (Sulselra).

2. Kantor Inspeksi Manado

Kantor Inspeksi Manado wilayahnya meliputi Propinsi Sulawesi Utara dan

Sulawesi Tengah.

Pada tahun 1989 nama Kantor Inspeksi Pajak diganti menjadi Kantor

Pelayanan Pajak sesuai dengan SK Menteri Keuangan RI No.

KEP/276/KMK.01/1989 tanggal 25 Maret 1989. Untuk mengawasi para Wajib

Pajak yang tersebar di kotakota lain selain Sulawesi Selatan dan Sulawesi

Tenggara, maka dibangunlah Kantor Dinas Luar pada Daerah Tingkat I dan

daerah Tingkat II. Kantor yang ada di Gedung Keuangan Negara Ujung Pandang,

yaitu:

Kantor tersebut beralamatkan di Jl. Urip Sumiharjo Km.4 Makassar dengan

satu gedung dengan nama Gedung Keuangan Negara Ujung Pandang.

4.1.2 Kedudukan Tugas Dan Fungsi

Kantor Pelayanan Pajak adalah unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak

yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor

Wilayah Kantor Pelayanan Pajak, yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

operasional pelayanan perpajakan di bidang pajak penghasilan, pajak pertambahan

nilai dan pajak penjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM) serta pajak tidak

langsung lainnya dalam daerah wewenangnya berdasarkan kebijakan teknis yang

diterapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Untuk menyelenggarakan tugas

tersebut di atas, KPP mempunyai fungsi:

1. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,

penggalian potensi pajak, serta ekstensifikasi wajib pajak.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

35

2. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa dan Tahunan serta

berkas Wajib Pajak.

3. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa serta pemantauan

penyusunan laporan pembayaran masa PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak

Langsung.

4. Penatausahaan penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan restitusi

PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak Langsung.

5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan.

6. Mengadministrasikan pengeluaran Surat Ketetapan Pajak (SKP).

7. Mengurus Tata Usaha Rumah Tangga KPP.

a. Struktur Organisasi Instansi dan Pembagian Tugas

1. Jenis Kantor Pelayanan Pajak

Kantor Pelayanan Pajak modern terbagi dalam tiga jenis, yaitu:

a. Kantor Pelayanan Pajak Besar

b. Kantor Pelayanan Pajak Madya

c. Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Dalam proses reorganisasinya, Kantor Pelayanan Pajak modern baru

dibentuk dan dioperasikan di Pulau Jawa, Pulau Bali, sebagian Pulau Sumatera,

sebagian Pulau Sulawesi dan Batam.

2. Bagian Kantor pelayanan Pajak

Kantor Pelayanan Pajak konvensional terdiri dari delapan seksi, yaitu:

a. Sub Bagian Tata Usaha

b. Seksi Tata Usaha Perpajakan

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

d. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

36

e. Seksi Pajak penghasilan badan

f. Seksi pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan

g. Seksi pajak pertambahan nilai

h. Seksi penagihan

i. Seksi penerimaan dan keberatan

Sejak tahun 2002, kantor Pelayanan Pajak dengan modernisasi administrasi

perpajakan, dilakukan pembenahan organisai, tugas, dan fungsi antara Kantor

Wilayah maupun KPP sebagai unit operasional perpakan di lapangan. Yakni,

menyangkut tugas-tugas pelayanan perpajakan kepada masyarakat. Dalam rangka

pelaksanaan good governance, dilakukan pemisahan tugas dan fungsi yang jelas

antarakedua unit vertical DJP tersebut yang menjelas area (domain) kerja dan

tanggung jawab masing-masing, sehingga selain menghilangkan duplikasi

pelayanan, juga sebagai bagian dari sistem pengendalian intern (international

control) perpajakan nasional.

Modernisasi perpajakan di linngkup Kantor Wilayah pertama kali

diimplementasikan dengan membentuk Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar (

Large Taxpayers Regional Office, LTRO) melalui keputusan Menteri Keuangan

No. 65/KMK.01/2002. Implementasi modernisasi ini sekaligus sebagai pilot

project, sehingga dapat diantisipasi kemungkinan adanya kekurangan atau

hambatan. Kemudian, diimplementasikan di Kantor Wilayah DJP Jakarta khusus

(Keputusan Menteri Keuangan No. 254/KMK.01/2004), yang diubah lagi dengan

Keputusan menteri Keuangan No. 132/KMK.01/2006.

Dalam implementasinya ada 3 model atau jenis KPP modern, yaitu:

1. KPP Wajib Pajak Besar (Large Taxpayers Office, LTO)

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

37

KPP wajib pajak besar mengelola Wajib Pajak skala besar secara nasional

dengan jenis badan dan terbatas jumlahnya. Di KPP ini tidak ada kegiatan

ekstensifikasi, karena jumlah wajib pajaknya sudah tetap sekitar 200-300

yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Jika di tanah air.

Tidak semua jenis pajak dikelola, melainkan hanya PPh, PPN, PPnBM, dan

Bea materai. Kedudukannya hanay berada di Jakarta dan hingga kini 3 (tiga)

kantor saja.

2. KPP Madya (Medium Taxpayers Office, MTO)

KPP Madya mengelola Wajib Pajak besar jenis badan dalam skala regional

(Lingkup Kantor Wilayah) dan juga terbatas jumlahnya. Di KPP Madya juga

tidak ada kegiatan ekstensifikasi, jumlah WajibPajaknya juga sudah tetap

sekitar 200-500 yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak. Jika suatu saat

ditambah wajib pajaknya berasal dari seluruh KPP di wilayah Kantor

Wilayah. Sama seperti KPP Wajib Pajak Besar, jenis pajak yang dikelola juga

hanya PPh, PPN, PPnBM, dan bea materai. Kedudukannya berada dibeberapa

kantor Wilayah DJP di tanah air, yang hingga saat ini di Medan, Pekanbaru,

Batam, Palembang, Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang,

Surabaya, Sidoarjo, Malang, Balikpapan dan Makassar. Di Jakarta, selain di

wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan

Jakarrta Utara, termasuk KPP khusus yang melayani Wajib Pajak penanaman

modal asing, badan dan orang asing, serta perusahaan masuk bursa. Wilayah

kerjanya sama dengan Kantor Wilayah DJP atasannya.

3. KPP Pratama (Small Taxpayers Office, STO)

Sedangkan KPP Pratama mengelola Wajib Pajak menengah ke bawah yakni

jenis badan di luar yang telah dikelola di KPP Wajib Pajak Besar dan KPP

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

38

madya serta orang pribadi. Di KPP Pratama ada kegiatan ekstensifikasi Wajib

Pajak, sehingga jumlah Wajib Pajaknya dapat selalu bertambah seirama

dengan penambahan orang pribadi yang memperoleh penghasilan di atas

penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) atau melakukan kegiatan usaha d

wilayah kerjanya. Dengan demikian, jenis Wajib Pajak yang dikelola terdiri

atas orang pribadi, badan, maupun pemotong atau pemungut pajak (seperti

bendaharawan instansi pemerintah). Jenis pajak yang dikelola semuanya,

yakni PPh, PPN, PPnBM, bea materai, PBB, dan BPHTB. Kedudukannya

berada di semua Kantor Wilayah di tanah air, kecuali di kantor wilayah Pajak

Besar dan Kator Wilayah Jakarta Khusus.

Pembagian seksi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama adlah sebagai berikut:

a. Sub Bagian Umum

b. Seksi Pelayanan

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

d. Seksi ekstensifikasi

e. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

f. Seksi Penagihan

g. Seksi Pemerikasaan

4.3 Struktur Organisasi KPP Makassar Utara

1. Kepala Kantor bertugas untuk mengelola pelaksanaaan penyuluhan,

pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kepala Sub Bagian Umum bertugas untuk melaksanakan pelayanan

kesekertariatan dengan cara mengukur kegiatan tata usaha dan kepegawaian,

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

39

keuangan, rumah tangga, serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran

tugas Kantor Pelayanan Pajak.

a. Penelaah bahan telaah bertugas untuk membantu pelaksanaan tugas

pelayanan kesekertariatan melalui kegiatan tata usaha dan kepegawaian,

keuangan, rumah tangga, serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran

tugas Kantor Pelayanan Pajak.

b. Pemroses Bahan Telaahan bertugas untuk memproses urusan kesekretariatan

melalui kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan rumah tangga, serta

perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

c. Sekretaris bertugas untuk melaksanakan pengurusan administrasi persuratan

serta mengatur jadwal kegiatan pimpinan sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Pembuat daftar gaji bertugas untuk menyusun rencana anggaran dan

menyelenggarakan urusan keuangan lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

e. Pengelola arsip bertugas untuk melaksanakan pengurusan administrasi

persuratan serta arsip-arsip.

f. Bendahara Pengeluaran berutugas untuk menerima, menyimpan, dan

membayarkan gaji/TKPKN kepada para pegawai dan menyelenggarakan

pengelola anggaran di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan

ketentuan yang berlaku.

g. Penatausahaan bertugas untuk melaksanakan pencatatan dan pengiriman

surat, dokumen, atau barang sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi bertugas untuk melaksanakan

pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

40

dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan

aplikasi e-SPT dan e-Filling serta laporan kinerja.

a. Penelaah bahan telaahan bertugas untuk membantu pelaksanaan

pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,perekaman

dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan

aplikasi e-SPT dan e-Filling serta penyiapan laporan kinerja.

b. Pemroses bahan telaahan bertugas untuk memproses data, penyajian

informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan

teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling serta penyiapan

laporan kinerja.

c. Penyaji bahan telaahan menyajikan data, penyajian informasi perpajakan,

perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer,

pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling serta penyiapan laporan kinerja.

d. Operator Console bertugas untuk melaksanakan pemeliharaan dan

monitoring data, progaram administrasi perpajakan, pengecekan,perbaikan

komputer dan perangkat penunjangnya, serta mengawasi pengoperasian

komputer dan back-up data dalam rangka memenuhi pelayanan terhadap

pemakai.

4. Kepala seksi pelayanan bertugas untuk melaksanakan penetapan dan

penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan

penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan

berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta

penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan regitrasi

Wajib Pajak, dan kerja sama perpajakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

41

a. Penelaah Bahan telaahan bertugas untuk membantu pelaksanaan penetapan

dan penerbitan produk hukum perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat

pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, dan

pelaksanaan registrasi Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Pemroses bahan telahaan bertugas untuk memproses penetapan dan

penerbitan produk hukum perpajakan, penerimaan dan penholahan surat

pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, dan

pelaksanaan registrasi Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Penyaji Bahan Telaahan bertugas untuk menatausahakan dan mengarsipkan

berkas wajib pajak serta memenuhi permintaan konfirmasi dan klarifikasi

PPh, PPN, dari unit terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Kepala seksi penagihan bertugas untuk melaksanakan urusan penatausahaan

piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif,

usulan penghaspusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen

penagihan sesuai ketentuan yang berlaku.

a. Penelaah bahan telaahan bertugas untuk menatausahakan piutang pajak,

penundaan dan angsuran tunggakan pajak, usulan penghapusan piutang pajak,

serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

b. Pemroses bahan telaahan bertugas untuk memproses piutang pajak,

penundaan dan angsuran tunggakan pajak, usulan penghapusan piutang pajak,

serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

c. Penyaji bahan telaahan bertugas untuk menyajikan piutang pajak, penundaan

dan angsuran tunggakan pajak, usulan penghapusan piutang pajak, serta

penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

42

d. Jurusita bertugas untuk melakukan urusan penundaan dan angsuran

tunggakan pajak, penagihan aktif, penatausahaan usulan penghapusan piutang

pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

6. Kepala seksi pemeriksaan bertugas untuk melaksanakan penyusunan rencana

pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan

perpajakan lainnya.

a. Penelaah bahan telaahan bertugas untuk menyiapkan penyusunan rencana

pemeriksaaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak,

serta administrasi pemeriksaan pajak lainnya.

b. Pemroses bahan telaahan bertugas untuk memproses penyusunan rencana

pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak,

serta administrasi pemeriksaan pajak lainnya.

c. Penyaji bahan telaahan bertugas untuk menyajikan bahan penyusun rencana

pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak,

serta administrasi pemeriksaan pajak lainnya.

7. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi bertugas untuk melaksanakan

pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,

bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan,

penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsilisasi

data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan

evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

a. Account Representative bertugas untuk melaksanakan pengawasan kepatuhan

kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak

dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

43

kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan

intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan

yang berlaku.

b. Penelaah bahan telaahan bertugas untuk membantu pelaksanaan penyusunan

Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak

dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding

berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk meningkatakan pemahaman dan

kepatuhan Wajib Pajak.

c. Pemroses bahan telaahan bertugas untuk memproses pelaksanaan penyusunan

Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib

Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil

banding berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk meningkatakan

pemahaman dan kepatuhan wajib pajak.

d. Penyaji bahan telaahan bertugas untuk melaksanakan pengurusan surat

keluar, penggandaan dan penyimpanan surat dan dokumen sesuai ketentuan

yang berlaku.

8. Kepala seksi ekstensifikasi perpajakan bertugas untuk melaksanakan

pengamatan potensi perpajakan, pencairan data dari pihak ketiga, pendataan

objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi

perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

a. Penelaah bahan telaahan bertugas untuk membantu pelaksanaan pengamatan

potensi perpajakan, pencairan data dari pihak, pendataan subjek dan objek

pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku serta menyiapkan konsep surat tugas dalam

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

44

rangka pelaksanaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan

subjek pajak, penilaian objek pajak.

b. Pemroses bahan telaahan bertugas untuk memproses pengamatan potensi

perpajakan, pencairan data dari pihak ketiga, pendataan subjek dan objek

pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi perpajakan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku serta menyiapkan konsep surat tugas dalam

rangka pelaksanaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan

subjek pajak, penilaian objek pajak.

c. Penyaji bahan telaahan bertugas untuk melaksanakan pengurusan surat masuk

dan surat keluar, penggandaan dan penyimpanan surat dan dokumen sesuai

ketentuan yang berlaku.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

45

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis data yang digunakan penulis dalam pembahasan penelitian ini adalah

analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak dengan

surat paksa tahun 2009 dengan tahun 2010 serta pencairan tunggakan pajak tahun

2009 dengan tahun 2010, dengan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak,

dan analisis rasio untuk mengetahui tingkat efektivitas penagihan pajak dengan

surat paksa dan kontribusi penagihan pajak dengan Surat Paksa terhadap seluruh

pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara.

Dengan metode ini, penulis menggambarkan efektivitas dan kontribusi

penerbitan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak berdasarkan data yang

dikumpulkan, terutama data mengenai Surat Paksa, data tersebut kemudian diolah

untuk menghitung persentase dari realisasi penerbitan Surat Paksa dan Pencairan

tunggakan pajak. Data tersebut dikumpulkan berdasarkan data penerbitan Surat

Paksa dan pencairan tunggakan pajak pada KPP Pratama Makassar Utara.

Dalam bab ini, penulis membahas lebih jauh tentang Surat Paksa yang dilihat

dari pelaksanaan penerbitan Surat Paksa serta pencairan tunggakan pajak yang

diakibatkan terbitnya Surat Paksa pada KPP Pratama Makassar Utara tahun 2009

dan 2010. Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa merupakan tindakan

penagihan yang dilaksanakan langsung oleh Jurusita Pajak dengan meyampaikan

Surat Paksa kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya

penagihannya.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

46

5.1 Data Tunggakan Pajak

Berikut ini adalah data mengenai tunggakan pajak tahun 2009 dan Tahun 2010

yang tertuang pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2

Tabel 5.1 Tunggakan Per jenis Pajak Tahun Pajak 2009

KPP Pratama Makassar Utara

(dalam ribuan rupiah)

N

o JENIS PAJAK

NILAI

TUNGGAKAN

NILAI

PEMBAYARAN

SISA

TUNGGAKAN

1 2 3 4 5

1 PPh Psl. 25 OP

3,354,165.00

193,285.00

3,160,880.00

2 PPh Psl. 25 Badan

14,079,450.00

580,156.00

13,499,294.00

3 PPh Psl. 21

4,256,060.00

112,978.00

4,143,082.00

4 PPh Psl. 22

13,670.00

400.00

13,270.00

5 PPh Psl. 23

2,120,420.00

228,875.00

1,891,545.00

6 PPh Psl. 26

-

-

-

7 PPh Psl.4 Ayat (2)

103,458.00

65,987.00

37,471.00

8 PPN

24,500,456.00

4,874,854.00

19,625,602.00

9 PPn BM

2,054.00

-

2,054.00

10 Bunga Penagihan

208,765.00

12,396.00

196,369.00

11 PKK

-

-

-

TOTAL 48,638,498.00 6,068,931.00 42,569,567.00

Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Makassar Utara (data diolah 2011)

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai tunggakan

akhir tahun 2009 sebesar Rp. 48,638,498,000.00 nilai ini merupakan hasil dari

akumulasi tunggakan awal tahun 2009 yang merupakan tunggakan akhir tahun

2008 dengan tunggakan pajak pada tahun berjalan 2009. Adanya pengurangan

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

47

tunggakan pajak akibat adanya penagihan maupun dari kesadaran Wajib Pajak itu

sendiri sebesar Rp. 6,068,931,000.00 sehingga sisa nilai tunggakan pajak pada

akhir tahun 2009 sebesar Rp 42,569,567,000.00.

Tabel 5.2 Tunggakan Per jenis Pajak Tahun Pajak 2010

KPP Pratama Makassar Utara

(dalam ribuan rupiah)

N

o JENIS PAJAK

NILAI

TUNGGAKAN

NILAI

PEMBAYARAN

SISA

TUNGGAKAN

1 2 3 4 5

1 PPh Psl. 25 OP 3,698,632.00 207,283.00 3,491,349.00

2 PPh Psl. 25 Badan 14,398,627.00 607,202.00 13,791,425.00

3 PPh Psl. 21 4,457,671.00 128,625.00 4,329,046.00

4 PPh Psl. 22 14,830.00 400.00 14,430.00

5 PPh Psl. 23 2,164,726.00 300,806.00 1,863,920.00

6 PPh Psl. 26 - - -

7 PPh Psl.4 Ayat (2) 103,543.00 68,505.00 35,038.00

8 PPN 25,114,496.00 5,097,129.00 20,017,367.00

9 PPn BM 2,054.00 - 2,054.00

10 Bunga Penagihan 239,968.00 12,446.00 227,522.00

11 PKK - - -

TOTAL 50,194,547.00 6,422,396.00 43,772,151.00

Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Makassar Utara (data diolah 2011)

Dari tabel 5.2 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai tunggakan akhir tahun

2010 sebesar Rp. 50,194,547,000.00 nilai ini merupakan hasil dari akumulasi

tunggakan awal tahun 2010 yang merupakan tunggakan akhir tahun 2009 dengan

tunggakan pajak pada tahun berjalan 2010. Adanya pengurangan tunggakan pajak

akibat adanya penagihan maupun dari kesadaran Wajib Pajak itu sendiri sebesar

Rp. 6,422,396,000.00, sehingga sisa nilai tunggakan pada akhir tahun 2010

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

48

sebesar Rp 43,772,151,000.00. Dalam tahun 2010 terjadi penambahan tunggakan

pajak sebesar Rp. 1,556,049,000.00 dari tahun 2009 akibat akumulasi tunggakan

Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya selama tahun 2010.

Tunggakan pajak terjadi karena adanya Wajib Pajak yang tidak memenuhi

kewajiban perpajakannya dalam hal membayar kewajiban perpajakannya atau

belum bisa membayar pajak terutangnya karena jumlahnya yang cukup besar.

5.2 Penatausahaan Penerbitan Surat Paksa

Seksi Penagihan KPP Pratama Makassar Utara mempunyai tugas melakukan

urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak,

penagihan aktif, usulan penghapusan piutang, serta penyimpanan dokumen-

dokumen penagihan. Saat ini terdapat dua orang Jurusita yang aktif dan dua

pelaksana di Seksi Penagihan.

Seksi Penagihan di KPP Pratama Makassar Utara telah menggunakan SIDJP

yang telah terhubung secara intranet. Seiring dengan modernisasi perpajakan di

Direktorat Jenderal Perpajakan, agar lebih mempermudah dalam administrasi

perpajakannya sarana komputer digunakan. Meskipun telah menggunakan media

elektronik dalam penatausahaan penagihan pajak, pencatatan secara manual masih

tetap dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,

misalnya pencatatan pemberkasan dan kartu pengawasan tunggakan pajak masih

dicatat secara manual. Dalam hal proses penagihan, terutama tata cara penerbitan

dan pemberitahuan Surat Paksa, seksi penagihan di KPP Pratama Makassar Utara

mengacu kepada Standard Operating Procedures Departemen Keuangan

Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak nomor KPP40-0011 yang disahkan

pada tanggal 13 Maret 2008, isinya adalah:

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

49

1. Berdasarkan data Surat Teguran yang telah lewat waktu dari sistem, Jurusita

Pajak meneliti dan mencetak konsep Surat Paksa dan Berita Acara

Pemberitahuan Surat Paksa serta menyampaikannya kepada Kepala Seksi

Penagihan.

2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Paksa dan Berita

Acara Pemberitahuan Surat Paksa serta menyampaikannya kepada Kepala

Kantor Pelayanan Pajak.

3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Paksa

kemudian menyampaikannya kepada Jurusita Pajak.

4. Jurusita Pajak menerima Surat Paksa dan memberitahukan Surat Paksa dan

Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/ Penanggung

Pajak.

5. Jurusita Pajak membuat sekaligus menandatangani Laporan Pelaksanaan

Surat Paksa (LPSP) dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan.

6. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani Laporan Pelaksanaan

Surat Paksa (LPSP) kemudian menyerahkannya kembali kepada Jurusita

Pajak untuk ditatausahakan.

7. Jurusita menatausahakan LPSP dengan cara mencatat pada Kartu Pengawasan

serta mengarsipkan LPSP.

8. Proses selesai. Gambar prosedur penerbitan dan pemberitahuan Surat Paksa

bisa dilihat pada lampiran.

5.3 Proses Penagihan Aktif

Penagihan secara aktif di KPP Pratama Makassar Utara dilakukan oleh dua

orang Jurusita Pajak. Selain seorang kepala seksi penagihan, terdapat juga dua

orang pelaksana yang membantu proses pengadministrasian arus data serta

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

50

pemberkasannya. Seksi Penagihan KPP Pratama Makassar Utara aktif dalam

mencairkan tunggakan pajak, terbukti dengan banyaknya Surat Teguran dan Surat

Paksa serta proses penagihan aktif lainya yang dilakukan. Berikut ini data

pelaksanaan surat teguran dan surat paksa sebagai bentuk penagihan aktif pada

KPP Pratama Makassar Utara.

Tabel 5.3

Pelaksanaan Penagihan Aktif Tahun 2009

KPP Pratama Makassar Utara

(dalam satuan rupiah)

Pelaksanaan Surat Teguran 2009 Pelaksanaan Surat Paksa 2009

Jumlah Surat

Teguran

Pencairan

Piutang

(Rp)

Jumlah Surat

Paksa

Pencairan

Piutang

(Rp)

(lbr) (Rp) (lbr) (Rp)

1 2 3 4 5 6

1652 5,999,896,314 1,954,167,009 328 2,665,250,389 755,605,448

Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Makassar Utara (data diolah 2011)

Dari tabel 5.3 di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan penagihan aktif

dengan cara penerbitan surat teguran pada tahun 2009 sebanyak 1652 lembar

dengan nilai nominal sebesar Rp. 5,999,896,314.00, berhasil mencairkan

tunggakan pajak sebesar Rp. 1,954,167,009.00 dengan demikian sisa tunggakan

yang tidak dapat ditagih dengan surat teguran sebesar Rp. 4,045,729,305.00. Sisa

tunggakan pajak yang tidak dapat ditagih tersebut ditindaklanjuti dengan

penerbitan surat paksa sebagai prosedur upaya penagihan aktif setelah

diterbitkannya surat teguran. Berdasarkan data diatas pada tahun 2009 penerbitan

surat paksa terhadap Wajib Pajak yang menunggak sebanyak 328 lembar dengan

nilai nominal sebesar Rp. 2,665,250,389.00 dan berhasil mencairkan tunggakan

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

51

pajak sebesar Rp. 755,605,448.00. Dengan demikian pencairan tunggakan pajak

akibat akumulasi penagihan aktif pada tahun 2009 sebesar Rp. 2,709,772,457.00.

Tabel 5.4

Pelaksanaan Penagihan Aktif tahun 2010

KPP Pratama Makassar Utara

(dalam satuan rupiah)

Pelaksanaan Surat Teguran 2010 Pelaksanaan Surat Paksa 2010

Jumlah Surat

Teguran

Pencairan

Piutang

(Rp)

Jumlah Surat Paksa

Pencairan

Piutang

(Rp)

(lbr) (Rp) (lbr) (Rp)

1 2 3 4 5 6

7051 9,471,500,162.00 382,033,416.00 892 8,530,515,202.00 6,167,662,417

Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Makassar Utara (data diolah 2011)

Dari tabel 5.4 di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan penagihan aktif

dengan cara penerbitan surat teguran pada tahun 2010 sebanyak 7051 lembar

dengan nilai nominal sebesar Rp. 9,471,500,162.00 berhasil mencairkan

tunggakan pajak sebesar Rp. 382,033,416.00 dengan demikian sisa tunggakan

yang tidak dapat ditagih dengan surat teguran sebesar Rp. 8,530,515,202.00. Sama

halnya pada tahun 2009, sisa tunggakan pajak yang tidak dapat ditagih tersebut

ditindaklanjuti dengan penerbitan surat paksa. Berdasarkan data diatas pada tahun

2010 penerbitan surat paksa terhadap Wajib Pajak yang menunggak sebanyak 892

lembar dengan nilai nominal sebesar Rp. 8,530,515,202.00, berhasil mencairkan

tunggakan pajak sebesar Rp. 6,167,662,417.00. Dengan demikian pencairan

tunggakan pajak akibat penagihan aktif pada tahun 20010 sebesar Rp.

6,54,695,833.00.

Dari tabel 5.4 dan 5.3 penagihan aktif dengan surat paksa mengalami

peningkatan baik dari jumlah lembar surat paksa maupun jumlah nilai nominal

yang tertera dalam surat paksa. Penagihan pajak dengan surat paksa pada tahun

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

52

2009 sebanyak 328 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp. 2,665,250,389.00,

sedangkan pada tahun 2010 sebanyak 892 lembar dengan nilai nominal sebesar

Rp. 8,530,515,202.00, berarti ada peningkatan jumlah lembar surat paksa

sebanyak 564 lembar dan jika dilihat dari nilai nominalnya, peningkatannya

sebesar Rp. 5,865,264,813.00, hal ini disebabkan Jurusita Pajak berperan aktif

dalam penerbitan dan penyampaian surat paksa.

5.4 Hambatan-Hambatan Penagihan Pajak

Dalam menjalankan kewajibannya, petugas di seksi penagihan berupaya

semaksimal mungkin agar target pencairan tunggakan dapat tercapai. Akan tetapi,

dalam kenyataanya seksi penagihan menemui berbagai dalam menjalankan

tugasnya. Hambatan-hambatan tersebut antara lain:

1. Jumlah Jurusita Pajak masih kurang.

Seksi penagihhan KPP Pratama Makassar Utara hanya memiliki dua orang

Jurusita Pajak saja. Dengan jumlah Jurusita Pajak hanya 2 orang jelas tidak

sebanding dengan jumlah Surat Ketetapan Pajak yang beribu-ribu jumlahnya.

Apalagi ditambah dengan sedikitnya pegawai pajak yang berminat menjadi

Jurusita pajak.

2. Tidak semua tunggakan pajak ditindaklanjuti dengan Surat Paksa Biaya

penagihan pajak harus sebanding dengan utang pajak yang akan ditagih.

Apabila biaya penagihan pajak terlalu besar sedangkan Wajib Pajak tidak

mampu membayar pajak yang akan ditagih, maka hal itu akan merugikan kas

negara.

3. Kesadaran pembayaran pajak yang masih rendah.

Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak mengenai pajak menjadi penyebab

rendahnya kepatuhan membayar pajak. Wajib pajak seringkali mengelak

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

53

ketika disampaikan surat paksa dengan mengaku tidak memiliki tunggakan

pajak.

4. Akses SIDJP lambat dan sering mengalami error

Terbatasnya bandwitdh SIDJP memperlambat proses pekerjaan sehingga

banyak waktu yang terbuang. Bahkan ketika system mengalami error pegawai

menjadi tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.

5. SIDJP belum bisa menampilkan data sesuai Keadaan yang sesungguhnya.

Dengan adanya intranet seharusnya data-data lebih mudah diakses. Namun

beberapa kegiatan harus dilaksanakan dengan cara manual. Misalnya ketika

mencari data perkembangan tunggakan pajak masih kosong, sehingga untuk

memprosesnya harus dengan cara manual.

6. Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan oleh Jurusita Pajak Apabila jurusita

pajak tidak bisa menemukan penagguung pajak otomatis proses penagihan

pajak akan terhenti. Wajib pajak yang pindah alamat seringkali tidak

memberitahu KPP Pratama Makassar Utara. Jurusita pajak kadang tidak dapat

menemui Penanggung pajak karena dihalangi oleh petugas keamanan.

Administrasi Wajib Pajak tidak valid kadang menyebabkan kesalahan

pencarian alamat Wajib Pajak.

7. Jurusita Pajak kesulitan mengidetifikasi obyek sita

Apabila proses penagihan telah mencapai tahap penyitaan, Jurusita pajak

harus mencari objek milik penaggung pajak sebagai jaminan pelunasan

pajaknya. Akan tetapi, pengidentifikasian objek sita menjadi kendala dalam

hal ini.

Ada beberapa faktor penghambat dalam proses ini, seperti:

a. Objek sita tidak ditemukan atau sudah dipindahtangankan.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

54

b. Jurusita Pajak tidak diperbolehkan oleh wajib pajak/penanggung pajak untuk

memasuki rumah atau tempat dimana terdapat barang-barang yang akan

disita.

c. Wajib pajak/penanggung pajak ataupun wakilnya tidak mau menandatangani

Berita Acara Sita.

5.5 Evaluasi Atas Penerbitan Surat Paksa

Sebelumnya telah diuraikan data-data mengenai penagihan pajak pada tahun

2009 dan 2010, Oleh karena itu untuk mengetahui peran proses penagihan dengan

menerbitkan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP Pratama

Makassar Utara akan dibahas sebagai berikut.

1. Rasio jumlah tunggakan dengan jumlah seluruh pencairan tunggakan pajak,

Rasio ini menggambarkan besarnya proporsi realisasi pencairan tunggakan

pajak terhadap jumlah seluruh tunggakan pajak.

Maka dihitung dengan rumus:

Rasio pencairan tunggakan = Jumlah seluruh pencairan tunggakan

Jumlah seluruh tunggakan pajak x 100%

Pada tahun 2009

Jumlah seluruh pencairan Rp 6,068,931,000

Jumlah tunggakan akhir pajak Rp 42.569,567,000

RASIO: 6,068,931,000 = 14,25 %

42.569,567,000

Pada tahun 2010

Jumlah seluruh pencairan Rp 6,422,396,000

Jumlah tunggakan akhir pajak Rp 43,772,151,000

RASIO: 6,422,396,000 = 14,67 %

43,772,151,000

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

55

Rasio di atas menggambarkan pencairan tunggakan pajak pada tahun 2010

lebih besar yaitu sebesar 14,25% dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya

sebesar 14,67%. Hal ini disebabkan jumlah kegiatan penagihan aktif lebih

banyak dilakukan pada tahun 2010 daripada tahun 2009.

2. Rasio surat Teguran dan Surat Paksa

Rasio ini menunjukkan seberapa besar Surat Teguran yang ditindaklanjuti

dengan penerbitan Surat Paksa. Pada tahun 2009 jumlah surat teguran yang

diterbitkan 1652 lembar, sementara surat paksa yang terbit hanya 328 lembar.

Maka rasio penerbitan surat paksa terhadap surat teguran dapat dihitung

dengan rumus:

Rasio surat paksa terhadap surat teguran = Jumlah surat paksa yang terbit

Jumlah surat teguran yang terbit x

100%

Pada tahun 2009:

RASIO: 328 = 19,85 %

1652

Sementara itu untuk tahun 2010

surat teguran terbit : 7051lembar

surat paksa : 892 lembar

RASIO: 892 = 12,65 %

7051

Dari data di atas diketahui bahwa tidak semua surat teguran yang diterbitkan

ditindaklanjuti dengan proses penerbitan surat paksa. Pada tahun 2009 surat

teguran yang berlanjut ke surat paksa sebesar 19,85% dan untuk tahun 2010

surat paksa yang terbit hanya sebesar 12,65% dari surat teguran. Kondisi ini

disebabkan oleh mahalnya biaya penagihan pajak apabila semua proses

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

56

penagihan ditindaklanjuti dengan surat paksa. Selain itu juga karena wajib

pajak langsung membayar tunggakan pajak setelah diberi surat teguran.

5.6 Efektivitas dan Kontribusi Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan

5.6.1 Analisis Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Dalam hal efektivitas penerbitan surat paksa, maka rumusnya adalah

perbandingan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan

surat paksa dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa, dengan

asumsi bahwa potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa adalah

semua tunggakan pajak yang diterbitkan surat paksa diharapkan dapat ditagih.

Efektivitas penyampaian Surat paksa dihitung dengan rumus berikut:

Efektivitas = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑎𝑘𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑃𝑎𝑘𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛 x 100%

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitan Surat paksa,

pembayaran Surat Paksa, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat

Paksa data tersebut diolah berdasarkan data pada KPP Pratama Makassar Utara

untuk tahun 2009 dan 2010.

Tabel 5.5.1

Pembayaran Surat Paksa di KPP Pratama Makassar Utara

Tahun 2009 dan 2010

(dalam ribuan rupiah)

Tahun SP Terbit SP Bayar Tingkat Efektivitas

Lmbr Nilai Lmbr Nilai Lmbr Nilai

2009 328 2,665,250

135 755,605

41,15% 28,35%

2010 892 8,530,515

685 6,167,662

76,79% 72,30%

Sumber: Seksi Penagihan KPP Pratama Makassar Utara (data diolah 2011)

Ditinjau dari sisi jumlah lembar surat paksa yang diterbitkan, pada tahun

2009, penerbitan surat paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratma Makassar Utara

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

57

tercatat 328 lembar sedangkan surat paksa yang dibayarkan sebanyak 135 lembar,

atau hanya sekitar 41,15% surat paksa yang dibayarkan. Pada tahun 2010 terjadi

peningkatan penerbitan surat paksa yaitu sebanyak 892 lembar surat paksa dan

sebanyak 685 lembar surat paksa yang dibayarkan atau sekitar 76,79% surat paksa

yang dibayarkan. Maka pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara tergolong cukup efektif

disebabkan terjadi peningkatan drastis pada tahun 2010.

Jika ditinjau dari segi nilai nominalnya, pembayaran surat paksa pada tahun

2009 sebesar Rp. 755.605.000,- dari Rp. 2.665.250.000,- nilai utang pajak dalam

surat paksa yang diterbitkan atau sekitar 28,35%. Penerbitan surat paksa tahun

2009 tergolong tidak efektif, namun pada tahun 2010 pembayaran surat paksa

sebesar Rp. 6.167.662.000,- dari Rp. 8.530.515.000,- dari total nilai utang pajak

dalam Surat Paksa yang diterbitkan atau sekitar 72,30%. Jika melihat persentase

pada tahun 2010, maka penagihan pajak dengan Surat Paksa dapat dikategorikan

cukup efektif.

5.6.2 Kontribusi Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Rasio pencairan tunggakan dengan penerbitan surat paksa terhadap total nilai

pencairan tunggakan selama tahun 2009, Surat Paksa yang diterbitkan ada 328

lembar, dari penerbitan surat paksa tersebut bisa mencairkan tunggakan senilai Rp

755,605,448. Sementara pencairan tunggakan Rp 6,068,931,000.

Maka untuk menghitung rasio kontribusi surat paksa dalam pencairan tunggakan

pajak digunakan rumus:

Kontribusi penerbitan surat paksa =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑛𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎 𝑎𝑘𝑚𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢𝑖 𝑠𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑠𝑎

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑒𝑛𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎 𝑎𝑘 x

100%

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

58

Maka untuk tahun 2009, kontribusi surat paksa sebesar:

RASIO: 755,605,448 = 12,45 %

6,068,931,000.

Untuk tahun 2010

Pencairan tunggakan dengan surat paksa Rp 6,167,662,000

Total nilai Pencairan tunggakan Rp 6,422,396,000

RASIO: 6,167,662,000 = 96 %

6,422,396,000

Dalam hal ini, rasio pencairan tunggakan dengan penerbitan Surat Paksa

terhadap total nilai pencairan tunggakan menggambarkan peran Surat Paksa dalam

proses penagihan Surat Paksa secara keseluruhan. Jika ditinjau dari data diatas,

peran Surat Paksa cukup besar. Proporsi tahun 2009 hanya sebesar 12,45% dan

mengalami peningkatan drastis menjadi 96% pada tahun 2010. Hal ini disebabkan

karena akumulasi tunggakan pajak pada tahun sebelumnya dan peran aktif

Jurusita Pajak pada tahun 2010.

Dari rasio-rasio diatas dapat disimpulkan bahwa kontribusi penerbitan surat

paksa terhadap pencairan tunggakan pajak pada KPP Pratama Makassar Utara

cukup besar. Ini dapat dilihat pada rasio tahun 2010 sebesar 96% pencairan

tunggakan pajak melalui Surat Paksa.

Berdasarkan standar prestasi kegiatan penagihan pajak menurut Surat Edaran

Nomor SE-03/PJ.75/2004 diketahui bahwa standar penagihan aktif adalah sebagai

berikut:

1. Penyampaian Surat Paksa 12 per jurusita pajak per bulan

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

59

2. Pelaksanaan SPMP 3 per jurusita pajak per bulan

3. Pengumuman lelang 3 per triwulan per KPP

Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan penerbitan Surat Paksa lebih efektif

dibandingkan dengan kegiatan penagihan yang lain. Dari standarnya yang hanya

144 Surat Paksa pertahun, Jurusita Pajak dapat menerbitkan 328 Surat Paksa pada

tahun 2009 dan 892 Surat Paksa pada tahun 2010. Mengingat hanya terdapat dua

orang Jurusita Pajak, maka dapat dikatakan penerbitan Surat Paksa di KPP

Pratama Makassar Utara efektif.

5.7 Alternatif Pemecahan Masalah

Pada sub bab 5.4, penulis telah menyebutkan hambatan-hambatan yang

dihadapi Jurusita Pajak dalam menjalankan tugasnya mencairkan tunggakan

pajak. Agar kendala tersebut dapat diatasi dan diminimalisir pengaruhnya

terhadap proses pencairan tunggakan pajak, penulis mencoba memberi beberapa

alternatif pemecahan masalah agar Jurusita Pajak dapat lebih optimal dalam

bekerja.

1. Perekrutan pegawai dan pemberian insentif untuk Jurusita Pajak

Untuk mengatasi kekurangan jumlah Jurusita Pajak perlu diadakan perekrutan

pegawai baru sebagai Jurusita Pajak. Agar bayak yang berminat mendaftar

sebagai jurusita pajak maka perlu pemberian insentif khusus bagi Jurusita

Pajak mengingat tugas Jurusita Pajak yang berat dan banyak.

2. Pengintensifan mapping penunggak pajak terbesar

Karena tidak semua tunggakan pajak ditindaklanjuti dengan penerbitan surat

paksa, seksi penagihan harus rutin membuat pengelompokkan penunggak pajak

terbesar agar dalam menagih tunggakan pajak lebih efektif dan efisien.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

60

3. Penggencaran sosialisasi perpajakan dan pembekalan materi Jurusita Pajak

Kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dapat ditingkatkan dengan

penggencaran sosialisasi pajak. Selain itu program stimulus fiskal bagi wajib

pajak juga harus sering diadakan untuk membatu ekonomi wajib pajak. Jurusita

Pajak sendiri secara berkala harus diberi pembekalan materi perpajakan untuk

meningkatkan kemampuannya. Hal ini penting dilakukan mengingat Jurusita

pajak berhadapan langsung dengan wajib pajak.

4. Upgrade dan Maintenance SIDJP secara berkala

Untuk meningkatkan akses data dalam menggunakan SIDJP, perlu adanya

peningkatan performa hardware maupun software yang digunakan dalam

SIDJP baik dengan perbaikan secara berkala maupun mengganti barang lama

dengan alat yang lebih canggih. Tidak perlu lagi ada waktu terbuang karena

sistem yang lambat bekerja atau karena sering error.

5. Pemberian diklat kepada pegawai tentang SIDJP

Meskipun SIDJP sudah dibuat sedemikianrupa, tetapi apabila penggunanya

kurang kompeten atau kurang disiplin dalam menjalankan sistem tersebut maka

SIDJP tidak dapat berfungsi secara optimal. SIDJP tidak dapat

menggambarkan kondisi mengenai informasi perpajakan terkini karena banyak

pegawai belum mengupload data sesuai kewenangannya. Saat ini banyak

informasi dalam SIDJP yang susah didapatkan karena masih kosong. Oleh

karena itu, perlu adanya diklat khusus mengenai SIDJP secara berkala.

6. Pemutakhiran data secara berkala

Apabila terjadi perubahan data mengenai wajib pajak, seksi PDI maupun

pegawai pajak yang lain, harus tanggap untuk memutakhirkan perubahan data

tersebut. Dengan adanya data yang tepat, pemberian keputusan pajak juga bisa

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

61

tepat karena sesuai dengan kondisi wajib pajak. Sehngga masalah seperti

alamat wajib pajak yang tidak ditemukan dapat diminimalisir.

7. Peningkatan kerjasama dengan pihak-pihak terkait

Dalam UU. PPSP Tahun 2000 Pasal 5 ayat (4) Jurusita Pajak berwenang untuk

meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi

hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah setempat, Badan

Pertanahan Nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan

Negeri, Bank atau pihak lain. Kerjasama-kerjasama ini perlu ditingkatkan agar

Jurusita pajak lebih mudah dalam bertugas. Bekerjasama dengan pihak bank

akan mempermudah Jurusita dalam mencari objek sita terutama kekayaan yang

disimpan dalam bank. Jurusita pajak akan sangat terbantu dalam mencari lokasi

objek pajak apabila bekerjasama dengan pihak Pemda. Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak yang menghalang-halangi jurusita pajak dalam

melaksanakan tugasnya diancam dengan hukuman pidana penjara paling lama

4 bulan 2 minggu berdasarkan pasal 216 KUHP. Bekerjasama dengan pihak

kepolisian akan mempermudah Jurusita pajak dalam proses pemberitahuan

Surat Paksa dan proses penyitaan.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

62

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab V,

maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Pada tahun 2010 terjadi penambahan tunggakan pajak sebesar Rp.

1.556.049.000,00 dari tahun 2009 akibat akumulasi tunggakan Wajib Pajak

yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya selama tahun 2010.

Tunggakan pajak terjadi karena adanya Wajib Pajak yang tidak memenuhi

kewajiban perpajakannya dalam hal membayar kewajiban perpajakannya atau

belum bisa membayar pajak terutangnya karena jumlahnya yang cukup besar.

2. Dalam penatausahaan penagihan pajak, pencatatan secara manual masih tetap

dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,

misalnya pencatatan pemberkasan dan kartu pengawasan tunggakan pajak

masih dicatat secara manual. Dalam hal proses penagihan, terutama tata cara

penerbitan dan pemberitahuan Surat Paksa, seksi penagihan di KPP Pratama

Makassar Utara mengacu kepada Standart Operating Procedures Departemen

Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pajak nomor KPP40-0011

yang disahkan pada tanggal 13 Maret 2008.

3. Proses penagihan aktif dengan Surat Paksa mengalami peningktan Jumlah

lembar Surat Paksa sebanyak 564 lembar dari tahun 2009 dan jika dilihat dari

nomminalnya, peningkatannya sebesar Rp. 5,865,264,813.00, hal ini

disebabkan Jurusita Pajak berperan aktif dalam penerbitan dan penyampaian

Surat Paksa, sehingga proses penagihan aktif dapat berjalan optimal.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

63

4. Jurusita pajak memegang peranan penting dalam pembayaran tunggakan

pajak. Namun melaksanakan kegiatan penagihan di lapangan, Jurusita pajak

seringkali tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan optimal, karena banyak

hambatan-hambatan yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar

Kantor Pelayan Pajak.

5. Penagihan pajak melalui penerbitan Surat Paksa tahun 2009 tergolong tidak

efektif, namun pada tahun 2010 pembayaran Surat Paksa sebesar Rp.

6,167,662,000.00 dari Rp. 8,530,515,000.00 dari total niali utang pajak dalam

Surat Paksa yang diterbitakan atau sekitar 72,30%. Jika melihat presentase

pada tahun2010, maka penagihan pajak dengan Surat Paksa dapat

dikategorikan cukup efektif, penyebab pembayaran Surat Paksa tidak

mencapai 100% antara lain penanggung pajak tidak mengakui adanya utang

pajak, penanggung pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran

karena kondisi keuangan tidak memungkinkan jika dibayarkansekaligus,

penanggung pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya,

dan penanggung pajak lalai.

6. Kontribusi penerbitan surat paksa terhadap pembayaran tunggakan pajak pada

KPP Pratama Makassar Utara cukup besar. Ini dapat dilihat pada rasio tahun

2010 sebesar 96% pencairan tunggakan pajak melalui Surat Paksa. Hal ini

disebabkan karena akumulasi tunggakan pajak pada tahun sebelumnya dan

peran aktif Jurusita pajak 2010

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

64

6.2 SARAN

Untuk mengatasi kendala Jurusita Pajak dalam menjalankan tugasnya agar

lebih optimal, penulis memberikan alternative solusi untuk menghilangkan

beberapa kendala atau sebisa mungkin meminimalisirnya dengan cara sebagai

berikut:

1. Direktorat Jenderal Pajak agar lebih banyak mlakukan perekrutan pegawai

dan pemberian insentif untuk Jurusita Pajak

2. Kantor Pelayanan Pajak harus mengintensifkan kegiatan mapping penunggak

pajak terbesar agar penagihan pajak lebih efektif.

3. Direktorat Jenderal Pajak agar lebih menggencarkan sosialisasi perpajakan

terhadap wajib pajak tentang peraturan-peraturan dan agar kesadaran wajib

pajak dalam membayar pajak meningkat.

4. Upgrade dan Maintenance SIDJP secara berkala harus dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Pajak dan Pemberian diklat kepada pegawai tentang

SIDJP agar sistem tersebut dapat berfungsi secara optimal.

5. Jurusita Pajak meningkatan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam

proses penagihan pajak agar lebih memudahkan Jurusita pajak dalam

menjalankan tugasnya.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

65

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2007.

-------------, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak

dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2000.

-------------,Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor

562/KMK.04/2000 tentang Syarat-syarat, Tata Cara Pengangkatan dan

Pemberhentian Jurusita Pajak.

-------------,Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor

83/PMK.03/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 23/PMK/.03.2008 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan

Pajak.

Rusjdi, Muhammad. 2007. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Jakarta : PT.

Indeks.

Waluyo.2007. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Ilyas, Wirawan B. 2007. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan.Edisi Revisi.Jogjakarta: Andi

Fahmi, Ismail. 2010. Tindakan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

Didownload dari https//www.repository.upi.edu/skripsilist.php. Agustus 2011.

Rahma, Aldila Laila.2010. Efektifitas menurut Jones and Pendlebury(1996).

Didownload dari https//www.digilb.uns.ac.id/pengguna.php. Juli 2011

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

66

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

67

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH SULSEL, SULBAR & SULTRA

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAKASSAR UTARA

Kepada Yth. DIREKTUR

Nama : DARTA YUSUF, SH

NPWP : 01.753.766.3-801.000

Alamat : JL. KORBAN 40.000 JIWA NO.75 RT.005 RW.003

TALLO WALA-WALAYA

MAKASSAR

TEGURAN

Nomor : 0000845/WPJ.15/KP.0104/2011

Menurut tata usaha kami hingga saat ini Saudara masih mempunyai tunggakan pajak sebagai berikut :

Jenis

Pajak

Tahun

Pajak

No & Tgl.STP/SKPKB/

SKPKBT/SK.Pembetulan/

SK.Keberatan/Putusan Banding

*)

Tanggal Jatuh Tempo

Pembayaran

Jumlah Tunggakan

Pajak (Rp)

PPN 2009 00711/107/09/801/11

31-05-2011

29-06-2011 500.000

Jumlah Rp. 500.000

(# lima ratus ribu rupiah #)

Untuk mencegah tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa berdasarkan Undang – Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2000 (UU PPSP) maka diminta kepada

Saudara agar melunasi jumlah tunggakan pajak dalam waktu 21 ( dua puluh satu ) hari sejak diterbitkannya surat teguran ini.

Dalam hal Saudara telah melunasi tunggakan pajak tersebut di atas, dimohon agar Saudara segera melaporkan kepada kami ( Seksi Penagihan

).

MAKASSAR, 03 Agustus 2011

KEPALA KANTOR

ttd

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

68

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH SULSEL, SULBAR & SULTRA

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAKASSAR UTARA

SURAT PAKSA

Nomor : 0000055/WPJ.15/KP.0104/2011

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK

Menimbang bahwa :

Nama Wajib Pajak/

Penanggung Pajak : STELLA

NPWP : 07.701.890.1-801.000

Alamat :

PAI BIRINGKANAYA

MAKASSAR

menunggak pajak sebagaimana tercantum di bawah ini :

No. Jenis

Pajak

Tahun

Pajak

No & Tgl.STP/SKPKB/

SKPKBT/SK.Pembetulan/

SK.Keberatan/Putusan Banding

*)

Tanggal Jatuh

Tempo

Pembayaran

Jumlah Tunggakan

Pajak (Rp)

1. Pasal 25/29 OP 2002 04005/105/02/801/03

10-11-2003

10-12-2003 100.000

2. Pasal 25/29 OP 2001 03179/105/01/801/03

06-02-2003

08-03-2003 100.000

Jumlah Rp. . 200.000

(# dua ratus ribu rupiah #)

Dengan ini :

1. Memerintahkan Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk membayar jumlah tunggakan pajak tersebut ke Bank Persepsi / Kantor Pos,

ditambah dengan biaya penagihan dalam waktu 2 (dua) kali dua puluh empat jam sesudah pemberitahuan Surat Paksa ini.

2. Memerintahkan kepada Jurusita yang melaksanakan Surat Paksa ini atau Jurusita lain yang ditunjuk untuk melanjutkan pelaksanaan

Surat Paksa untuk melakukan penyitaan atas barang-barang milik Wajib Pajak / Penanggung Pajak apabila dalam jangka waktu 2 (dua) kali dua puluh empat jam perintah sebagaimana disebut dalam butir 1 di atas tidak dipenuhi.

Ditetapkan di MAKASSAR

Pada tanggal 26 M e i 2010

KEPALA KANTOR

Ttd

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

69

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KANTOR WILAYAH SULSEL, SULBAR & SULTRA

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAKASSAR UTARA

BERITA ACARA PEMBERITAHUAN SURAT PAKSA

Pada hari ini ……………. tanggal ……………. bulan ……………. tahun ……………. atas

permintaan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang memilih tempat kedudukan di KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAKASSAR UTARA di MAKASSAR 90232 saya, Jurusita

Pajak pada KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAKASSAR UTARA bertempat

kedudukan di alamat JL. URIP SUMOHARJO (GKN) KM. 4 MAKASSAR MAKASSAR

MAKASSAR.

MEMBERITAHUKAN DENGAN RESMI

Kepada STELLA bertempat tinggal di PAI BIRINGKANAYA MAKASSAR berkedudukan

sebagai ……………………. Surat Paksa di sebaliknya ini tertanggal 26 M e i 2010 dan saya,

Jurusita Pajak, berdasarkan ketentuan Surat Paksa tersebut memerintahkan kepada Penanggung

Pajak supaya dalam waktu 2 (dua) kali dua puluh empat jam, memenuhi isi Surat Paksa dan oleh

karena itu harus menyetor ke Bank Persepsi / Kantor Pos dan Giro

……………………….………………… sebanyak Rp. . 200.000 dengan tidak mengurangi

kewajiban untuk membayar biaya-biaya penagihan pajak ini dan biaya selanjutnya, dan jika ia

tidak membayar dalam waktu yang telah ditentukan, maka harta bendanya baik yang berupa

barang bergerak maupan barang tidak bergerak akan disita dan dijual dimuka umum / dijual

langsung kepada pembeli dan hasil penjualannya digunakan untuk membayar hutang pajak, denda,

bunga, dan biaya-biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan penagihan ini.

Surat Paksa ini dapat dilanjutkan dengan tindakan PENCEGAHAN dan PENYANDERAAN.

Saya, Jurusita Pajak, telah menyerahkan salinan Surat Paksa ini kepada Wajib Pajak/Penanggung

Pajak, dan saya lakukan di tempat tinggal / kedudukan orang pribadi / badan yang menanggung

pajak.

Penyerahan salinan Surat Paksa ini dilakukan kepada

……………………….…………................................ bertempat tinggal di

……………………………………………………….. disebabkan

……………………………………………….. .

Yang menerima salinan Surat Paksa Jurusita Pajak

…………………………………… ……………………………………

Jabatan NIP.

Biaya pelaksanaan Surat Paksa sebagai berikut :

Biaya Harian Jurusita Rp. ……………..……..

Biaya Perjalanan Rp. ………………...…. +

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

70

Daftar Pertanyaan Wawancara:

1. Apa yang melatarbelakangi penerbitan Surat Paksa ?

2. Bagaimana prosedur penerbitan Surat Paksa ?

3. Apakah semua Surat Teguran ditindaklanjuti dengan Surat Paksa ?

4. Bagaimana proses penagihan aktif di KPP Pratama Makassar Utara ?

5. Bagaimana jika Surat Paksa diabaiakan oleh Wajib pajak yang menunggak ?

6. Siapakah yang bertugas menerbitkan dan menyampaikan Surat Paksa ?

7. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Jurusita pajak dalam

menyampaikan Surat Paksa ?

8. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi ?

9. Bagaimana jika Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya setelah menerima

Surat Paksa ?

10. Apa-apa saja tugas Jurusita Pajak ?

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Repository Homerepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1804/SKRIPSI.pdf · menunggak dalam pembayaran pajaknya, ... Pelunasan utang

71