BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Musik Korean Pop atau yang lebih dikenal dengan musik K-Pop, merupakan
jenis genre musik yang dalam beberapa tahun ini tengah menguasai pangsa pasar
musik internasional (Tuk, 2012). Musik K-Pop pertama kali muncul pada tahun
1930-an sebagai akibat dari masuknya musik pop Jepang, yang turut mempengaruhi
unsur-unsur awal musik pop di Korea. Penjajahan Jepang atas Korea membuat genre
musik Korea tidak bisa berkembang, dan hanya mengikuti perkembangan budaya pop
Jepang pada saat itu (Kim&Ryo,2007). Namun, seiring dengan berjalannya waktu,
genre musik K-Pop makin bervariasi dengan masuknya musik pop barat, dimana hal
ini secara tidak langsung makin menambah variasi dan memberi warna pada
perkembangan musik K-Pop (Phitryaha, 2011).
Di abad 20 kini, K-Pop tidak saja sekadar berkutat dengan dunia musik.
Perkembangan teknologi dan globalisasi, perlahan telah “mengevolusi” K-Pop
sebagai salah satu bagian dari industrialisasi kebudayaan yang berujung pada konsep
global mass consumption, dimana masyarakat dunia akan lebih memfokuskan diri
pada perkembangan K-Pop (Alfian, 2013). Adanya idol star dan idol group K-Pop
yang digemari bahkan diidolakan masyarakat dunia telah memunculkan fanatisme
yang cenderung hiperbolik, dimana masyarakat dengan dorongan fanatismenya mau
terbuka untuk menerima dan mempelajari budaya Korea Selatan beserta dengan
atributnya, untuk bisa lebih dekat dan mengenal hal-hal yang berkaitan dengan
idolanya (Huat, 2010). Dengan melihat peluang ini, Korea Selatan bermaksud
2
melakukan transendensi1 kebudayaan dalam era globalisasi melalui ekspansi
2
budayanya yang “dikemas” dalam industri dunia hiburan yang menarik. Dalam hal
ini, Korea Selatan tidak secara langsung menawarkan budaya tradisional mereka
kepada masyarakat dunia, namun mereka menawarkannya dengan cara berbeda,
yakni melalui budaya populer yang diwujudnyatakan melalui film, drama, fashion,
termasuk para artis selebriti dan idol star Korea. Bentuk budaya populer Korea ini
berhasil menjangkau penggemar di semua kalangan terutama di Asia lantaran Korea
Selatan mampu mengemasnya dengan konsep soft power3 (Ni Putu, 2012). Aplikasi
dari konsep soft power ditunjukkan melalui penggunaan teknik pemasaran Asian
Values-Hollywood Style, dimana teknik ini mengemas nilai-nilai Asia yang
dipasarkan dengan gaya modern (Putra, 2013). Dalam konsep pemikiran ini, istilah
tersebut mengacu pada dunia hiburan Korea yang dikemas dengan nuansa kehidupan
Asia, namun pemasarannya memakai cara internasional dengan mengedepankan
penjualan nama seorang bintang atau menjual style (Putra, 2013). Menurut William
Tuk (2012:11), hal ini pulalah yang pada akhirnya membawa masuk aktor/aktris
Korea kedalam jajaran daftar artis Hollywood serta masuknya lagu-lagu yang
dibawakan boyband/girlband Korea kedalam berbagai chart tangga lagu diberbagai
negara, yang menjadi salah satu contoh keberhasilan budaya populer Korea di dunia.
Proses penyebaran budaya Korea di dunia inilah yang dikenal dengan istilah
Hallyu atau Korean Wave. Kim&Ryoo (2007:4) menjelaskan bahwa,
Hallyu atau Korean Wave (Gelombang Korea) merupakan istilah yang diberikan
1 Transendensi yang digunakan dalam penulisan ini bukanlah sebagai sebuah makna
terminologis filsafat yang lebih mengarah pada konsep teologi dan spiritualitas ataupun
bersifat ketuhanan, namun lebih pada makna etimologi yang dalam bahsa latinnya berarti
„naik ke atas‟ atau bisa dikatakan melampaui, pelampauan 2 Ekspansi adalah tindakan aktif untuk memperluas dan memperbesar cakupan usaha yang
telah ada 3 Soft Power merupakan kemampuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan (power)
melalui penggunaan daya tarik daripada penggunaan kekerasan (coercion) atau imbalan
(payment). Soft Power suatu negara utamanya didapat dari kebudayaan, nilai politik, dan
kebijakan luar negeri.
3
untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia. Di
Asia, berkembangnya budaya pop Korea (Hallyu) di negara-negara Asia Timur dan
beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia menunjukkan adanya
transformasi budaya4 pop Korea ke negara-negara lain. Negara-negara lain mampu
mengenal dan mempelajari budaya Korea karena akibat dari adanya Hallyu Wave
(Huat, 2010). Sementara itu, demam K-Pop di Indonesia menurut beberapa K-Pop
Lovers5 yang diwakilkan oleh beberapa ketua fansclub dan author idol group Korea
yang berbasis di Semarang menilai jika K-Pop yang menjadi salah satu point center
Hallyu dinilai mampu membuat masyarakatnya, khususnya para K-Popers atau K-
Pop Lovers muda ingin dapat mengenal artis Korea idola mereka lebih dekat lagi.
Bergeraknya Korea Selatan sebagai penyaji hiburan masyarakat global tentu saja
telah mengundang kepedulian dan respect yang luar biasa bagi para penikmatnya
yang tersebar di Indonesia, bahkan hampir di seluruh negara di dunia. Tak heran jika
di Indonesia sendiri kita menemukan para K-Popers atau K-Pop Lovers ini, gemar
meniru apapun yang sudah menjadi trade mark artis- artis Korea. Entah itu mengenai
gaya bernyanyi, dance, fashion atau atribut yang dikenakan sang artis, hingga budaya
dan bahasa Korea Selatan.6 Melalui hal ini, dapat diketahui bahwa pada
umumnya Hallyu mendorong masyarakat penerima untuk mempelajari bahasa dan
kebudayaan Korea Selatan (Ardiani, 2012).
Dengan adanya pengaruh Hallyu yang besar terhadap pemerintah Korea,
khususnya dari sektor ekonomi, pariwisata, dan sosial budaya, pemerintah Korea
melihat adanya celah dan peluang untuk membuat Hallyu atau Korean Wave sebagai
nilai jual negara Korea Selatan di mata dunia internasional (Tuk, 2012). Melalui
fenomena Hallyu, pemerintah Korea Selatan memiliki inisiatif untuk membuat
4 Transformasi budaya adalah proses pewarisan budaya dari satu generasi kegenerasi
seterusnya. 5 Sebutan bagi penyuka Korean music pop
6 Berdasarkan pada kesimpulan tanya pendapat yang dilakukan dengan Willa (Ketua fansclub
ELF Semarang) dan beberapa K-Pop Lovers via chatting Facebook dan sms pada tanggal 21
Maret 2013.
4
“negara gingseng” tersebut semakin dikenal, dengan cara bekerja sama dengan
berbagai agensi-agensi hiburan raksasa di Korea, seperti SM Entertaiment, JYP
Entertainment, dan YG Entertainment untuk merangkul para artisnya dalam
mempromosikan budaya Korea Selatan serta atributnya melalui musik, film, dan lain
sebagainya. Proyek global dari pemerintah Korea Selatan untuk “memasuki” dan
“menguasai” peradaban manusia inilah yang disebut dengan multi-track diplomacy
atau diplomasi multi-pelaku. Dalam hal ini, meledaknya fenomena Hallyu atau
Korean Wave tidak saja dilakukan dengan campur tangan aktor negara saja
(Pemerintah), tapi lebih dari itu, Hallyu turut sangat dipengaruhi oleh besarnya peran
aktor non-negara, seperti pelaku bisnis industri musik K-Pop hingga idol star atau
idol group Korea Selatan (Tuk, 2012). Idol star atau idol group tersebut seperti;
Super Junior, 2PM, Girls Generation, dan T-Ara. Selebritas idol star7 memiliki posisi
dan pengaruh yang berbeda dan cukup dominan dalam fenomena Hallyu ini. Maka
dari itu, proses untuk menjadi selebritas idol star berbeda dengan selebritas
aktor,aktris, maupun komedian di Korea. Proses seleksi untuk menjadi seorang
trainee idol star, sangat rumit.8 Mereka dituntut menjadi sosok figure panutan yang
“sempurna” bagi setiap masyarakat, khususnya bagi para remaja, dan meraih
popularitas sebanyak-banyaknya (Tuk, 2012). Untuk semakin menarik perhatian
dunia akan keberadaan K-Pop dan selebritas idol star sebagai bagian dari proyek
global negara Korea, agensi hiburan di Korea membuat fansclub idol star atau idol
group sebagai soft power mereka di dalam meraih popularitas. Hasil kerja agensi
hiburan yang menaungi selebritas idol group ini, idol star atau idol group mampu
7 Seseorang yang ingin menjadi idol star harus menjumpai proses yang panjang dan berat
sebelum bisa menikmati popularitasnya. Umumnya, seseorang yang ingin menjadi artis idol
star akan menjalani trainee selama jangka waktu 2-10 tahun kedepan dengan agensi artis
yang menaunginya. Selebritas idol star dituntut untuk pandai bernyanyi, menari,
berpenampilan menarik memiliki kepribadian yang baik, serta memiliki soft skills diluar
menyanyi dan menari (Tuk, 2012). 8 http://www.askkpop.com/article/K-Pop_Music_Goes_Global/, diunduh pada tanggal 14
Februari 2013. Pukul 15.45 WIB
5
mengumpulkan fanbase dalam jumlah yang banyak, mulai dari negara Korea Selatan
sampai dengan ke penjuru dunia lainnya (Tuk, 2012).
Maraknya K-Pop inilah yang telah menimbulkan fenomena gelombang
Hallyu. Hallyu wave memang berdampak cukup besar bagi dunia entertainment
internasional9. Kini berbagai hal yang berhubungan dengan K-Pop berhasil menarik
lebih banyak perhatian selama kurang lebih 10 tahun terakhir. Selebritas idol group
K-Pop telah memiliki tempat tersendiri di hati para K-Popers. Maka tak heran, jika
gerak-gerik atau segala hal apapun yang berkenaan dengan seorang idol star sangat
diperhatikan, bahkan dikendalikan oleh agensi mereka. Hal ini dilakukan karena akan
sangat berdampak vital. Dampak ini tidak saja akan mempengaruhi popularitas artis
yang bersangkutan, namun juga agensi yang membesarkan nama idol star tersebut,
bahkan negara Korea Selatan pun tidak menutup kemungkinan juga dapat menerima
dampak yang dilakukan oleh idol star negara mereka (Huat, 2010).
Namun, dengan besarnya perhatian tersebut, tak menutup kemungkinan
bermunculan kontroversi yang cukup besar. Berbagai kontroversi tersebut bisa saja
menghancurkan industri musik K-Pop yang tengah meraih masa kejayaan. Beberapa
data yang didapat Allkpop.com mencatat beberapa tindakan yang memicu kontroversi
dan mempengaruhi industri hiburan. Salah satunya, seperti yang terjadi pada kasus
wawancara idol group Block B di Thailand10
,dan skandal foto soloist IU dan
Eunhyuk Super Junior yang diduga menjalin asmara11
. Maka dari itu, menjadi
9 Kutipan pernyataan Bens Leo (pengamat industry musik Indonesia) dari Kompasiana.com,
diunduh pada tanggal 14 Januari. Pukul 17:41 WIB. 10
Block B mengeluarkan pernyataan kontroversial yang dianggap melukai hati para korban
banjir di Thailand pada saat itu. Akibat hal ini, dalam waktu sekejap pasca video beredar,
95% netizens merespon negatif (http://www.allkpop.com/article/Block B stirs controversy
with Thai interview, draw response from netizens/, diunduh pada tanggal 20 Maret 2013.
Pukul 16.12 WIB) 11
Akibat foto kontrovesi IU-Eunhyuk, saham Loen Entertaiment, agensi yang menaungi IU
turun lebih rendah dibandingkan dengan hari sebelum foto tersebut beredar.
( http://www.koreanindo.com/article/ Akibat dari foto skandal IU dan Eunhyuk Super Junior,
harga saham Loen Entertainment menurun/,diunduh pada tanggal 12 November 2012. Pukul
19.39 WIB)
6
selebritas idol star memiliki konsekuensi yang cukup tinggi, karena dapat
mempengaruhi banyak pihak (khususnya industri hiburan Korea) maupun bagi
masyarakat (Tuk, 2012).
Dengan adanya sinergi dan keterkaitan antara ketiga point utama; K-Pop, new
media, dan K-Popers, dipilihnya K-Pop sebagai isu yang diangkat dalam penelitian
ini karena K-Pop tengah menjadi bahan pembicaraan menarik untuk percakapan
dalam beberapa tahun belakangan ini (Huat, 2010). Mulai dari musiknya yang khas
dan mayoritas terdengar „easy listening‟, para selebritasnya yang memiliki
„kesempurnaan‟ yang tinggi, sampai reality show yang dibintangi para group K-Pop
ini. Selama kurun waktu beberapa tahun ini K-Pop juga tengah mendominasi industri
hiburan, tidak saja di Asia, namun juga dunia (Tuk, 2012). K-Pop telah berhasil
merangkul seluruh komponen masyarakat, mulai dari kelas rendah sampai ke kelas
atas.
Pemanfaatan media sosial, adalah kunci persebaran K-Pop yang luar biasa
(Tuk, 2012). Hadirnya internet sebagai bentuk dari new media telah mampu
mentrasmisikan berbagai informasi dan perkembangan K-Pop secara cepat dan terus-
menerus sehingga dengan mudah hal-hal yang berkaitan dengan K-Pop menjadi isu
yang paling dicari dan cepat berkembang menjadi headline dan pembicaraan para
netizen maupun masyarakat penerima yang di dominasi oleh kaum muda. Adanya
kecenderungan masyarakat penerima yang di dominasi oleh kaum muda untuk
menerima secara hiperbolik hal-hal yang berkaitan dengan K-Pop, telah membuat K-
Pop tidak saja sekadar sebagai bentuk konsumsi hiburan semata, namun ada nilai-
nilai dan misi budaya Korea yang diperkenalkan melalui sifat penyajiannya yang
komersil, sehingga K-Pop telah menjadi satu Budaya Populer, yang dampaknya tidak
saja dirasakan di dunia maya, namun juga di dunia nyata.
7
Namun dibalik suksesnya K-Pop, tak jarang muncul pro dan kotra hingga saat
ini, dimana pro dan kontra ini cenderung didominasi oleh isu-isu dan topik seputar
budaya maupun kualitas para idol star atau idol group K-Pop yang kerap menjadi
bahan perbebatan para K-Popers baik di dunia maya maupun di dunia nyata.
Terlepas dari hingar bingar dunia K-Pop, dalam penelitian ini, penulis akan
fokus meneliti salah satu contoh kasus kontroversi atau skandal idol star yang
beberapa bulan lalu sangat mempengaruhi segala aspek yang berkenaan dengan idol
star yang bersangkutan. Kontroversi tersebut adalah skandal bullying anggota
girlband T-Ara, girlband yang terbentuk pada pertengahan tahun 2007. Girlband T-
Ara mengalami skandal ditengah masa-masa kejayaan popularitasnya. Kasus bullying
itu sendiri sebenarnya sudah terjadi cukup lama, namun netizen dan beberapa
fansclub Hwayoung (anggota T-Ara korban bullying) baru dapat menunjukkan bukti
tersebut ke publik pada akhir bulan Juli 2012 silam. Berbagai bukti yang
dikumpulkan netizen dan fansclub Hwayoung menunjukan adanya intimidasi yang
dilakukan para member terhadap Hwayoung (baik berupa intimidasi psikis dan
fisik).12
Data yang lain merujuk pada laman KoreanChingu.com pada hari yang sama,
yang menyebutkan jika netizen menemukan bukti lain, dimana leader girlband T-Ara,
Hyomin dalam salah satu episode Korea Broadcasting System (KBS) „Star Live
12 Merujuk salah satu komentar netizen yang di posting dalam Soompi.com tertanggal
30 Juli 2012 disebutkan jika, netizen menulis :
“Di acara Jepang, sebagai hukuman, Eunjung harus menyuapi salah satu member dengan kue
beras ukuran besar. Dia menghampiri Hwayoung dan menyuapkan kue beras ke mulutnya.
kau bisa lihat bahwa Hwayoung tidak mau makan kue beras itu, kemudian Hyomin
meletakkan tangannya di punggungnya dan menguatkan Hwayoung untuk memakan kue itu.
Sementara itu Eunjung terus memaksa kue beras itu ke tenggorokannya. Ini sangat bahaya
karena banyak kejadian di Korea, orang tersedak kue beras karena teksturnya yang lengket.
Soyeon dan Eunjung juga bertukar pandang sebelum Eunjung menyuapi Hwayoung dengan
kue beras, seolah mengatakan “Pilih Hwayoung, ini kesempatan kita.”
(KoreanChingu.com:2012)
8
Teather‟, tertangkap „menyodok‟ mata Hwayoung sambil mengangkat lengannya.
Dalam adegan lain, netizen juga melihat salah satu member T-Ara yang lain, Jiyeon,
mengolok-olok Hwayoung yang membaca di dalam mobil, dan ia menyatakan, “Dia
hanya bertindak seperti itu karena di depan kamera. Sebagai seseorang yang ada di
tim yang sama seperti dia, ini adalah pertama kalinya saya melihatnya membaca”.
Berikut disertakan beberapa gambar yang diposting netizen terkait bukti bullying
yang dilakukan member T-Ara
Bukti lain yang menunjukkan intimidasi member T-Ara terhadap Hwayoung,
diposting dalam laman KoreanChingu.com. Dalam gambar ini, netizen menulis;
“Boram tidak mengakui Hwayoung sebagai „maknae‟ di T-ara karena di ulang tahun
Hyomin, Boram memanggil Hyomin sebagai „maknae‟13
kedua. Karena Hwayoung
lebih tua beberapa bulan daripada Jiyeon, dan Hyomin kelahiran 1989, Hwayoung
harusnya jadi „maknae‟ kedua dan bukan Hyomin. Di ulang tahun Jiyeon, Boram juga
mengucapkan dan memanggil Jiyeon sebagai ;‟maknae selamanya‟ Jiyeon.
13
Maknae dalam bahasa Korea berarti adik.
Gambar 1. Para Member T-Ara memaksa Hwayoung menelan kue beras ukuran besar
Sumber gambar : KoreanChingu.wordpress.com (30 Juli 2012)
9
Berbagai sumber bukti yang diposting oleh netizen ke dunia maya, menimbulkan
berbagai respon dan aksi dari masyarakat maupun netizen lainnya. Netizen dan
masyarakat mengecam keras tindakan yang dilakukan girlband T-Ara tersebut.
Mayoritas berpendapat, tindakan yang dilakukan oleh idol star tersebut dapat
berdampak buruk bagi anak-anak dan remaja, bahkan negara14
. Akibat perilaku yang
dilakukan member T-Ara, muncul dampak yang dialami oleh semua member T-Ara
bahkan Core Content Media sebagai agensi yang menaunginya.15
Hal ini membuat
semua member T-Ara memilih untuk hiatus16
beberapa saat, dan membatalkan
14
(Berbagai sumber data diperoleh dari situs www.KoreanIndo.com selama periode bulan
Juli sampai dengan Desember 2012, yang diunduh pada tanggal 5 Desember 2012. Pukul
19.39 WIB 15
skandal ini membuat T-Ara diboikot oleh stasiun-stasiun televisi di Korea. Bahkan, banyak
iklan dan film yang sebelumnya telah mengikat perjanjian kontrak kerja dengan beberapa
member T-Ara, memutuskan secara sepihak, karena skandal tersebut dinilai dapat merugikan
industri mereka. (Berbagai sumber data diperoleh dari situs www.KoreanIndo.com selama
periode bulan Juli sampai dengan Desember 2012, yang diunduh pada tanggal 5 Desember
2012. Pukul 19.39 WIB 16
Hiatus merupakan sebuah keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh selebritas Korea
untuk undur diri beberapa saat dari dunia hiburan. Tujuannya bermacam-macam, bisa karena
selebritas yang bersangkutan melakukan koreksi diri karena skandal yang dilakukan, dan
Gambar 2. Tweet Boram T-Ara
Sumber gambar : KoreanChingu.wordpress.com (30 Juli 2012)
10
rencana promosi mini album terbaru mereka lantaran berbagai tanggapan dan
komentar netizens yang membuahkan beberapa aksi negatif terhadap para anggota T-
Ara. Bahkan, berdasarkan data yang diperoleh dari website hiburan Korea seperti;
Allkpop, Dispach, dan Soompi menyebutkan jika sebagian dari anggota T-Ara
mengalami tekanan psikis sebagai akibat dari berbagai reaksi netizen yang dianggap
terlalu menyudutkan mereka.
Melalui bukti-bukti tersebut, dipilihnya skandal bullying idol group T-Ara
sebagai fokus studi kasus dalam penelitian ini karena skandal bullying yang
dilakukan oleh idol group T-Ara menduduki peringkat pertama kasus pemberitaan
skandal terbesar di industri hiburan Korea selama kurun waktu 201217
. Berbagai
pemberitaan yang muncul mengenai skandal bullying idol group T-Ara bahkan
sanggup mengundang perhatian dan respon dari semua kalangan masyarakat,
termasuk masyarakat yang bukan tergolong penyuka K-Pop untuk ambil bagian
menanggapi pemberitaan yang ada melalui perannya sebagai Netizen. Munculnya
skandal bullying ini, juga tidak saja memberi dampak yang berkepanjangan bagi idol
group yang bersangkutan, namun nama industri hiburan Korea sempat dianggap
“negative” oleh masyarakat umum, baik di Korea maupun penjuru dunia, yang
menilai jika dibalik hingar-bingar kemewahan yang ditawarkan dalam industri
hiburan Korea, terdapat kehidupan yang “keras” untuk dapat bertahan dalam dunia
hiburan Korea18
.
Melalui salah satu kontroversi terbesar di industri hiburan Korea Selatan ini,
Netizen cukup memiliki andil terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukan
industri dan publik terhadap public figure. Hadirnya new media sebagai medium
dapat juga karena selebritas yang bersangkutan mempersiapkan kualitas diri sebelum
comeback ke dunia hiburan. 17
Berbagai sumber artikel, yang di dapat dari www.KapanLagi.com, www.soompi.com,
www.allkpop.com, www.KoreanIndo.com 18
Berbagai sumber artikel, yang di dapat dari www.KapanLagi.com, www.soompi.com,
www.allkpop.com, www.KoreanIndo.com
11
komunikasi yang secara luas terintegrasi ke dalam jaringan atau internet atau
electronic media makin memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas
komunikasi dalam bentuk memperbaharui dan membagi informasi, ide, gagasan, atau
pendapat masing-masing individu kepada publik.
Manovich (2002) seperti dikutip Yunus Ahmad Syaibani (2011) memaparkan
bahwa bahwa “new media harus juga dipahami sebagai proses transformasi akan
kebutuhan informasi”. New media sebagai sebuah medium publikasi hasil dari
representasi medium baru dalam bentuk medium digital memberikan ruang yang
lebih bagi masyarakat untuk berperan aktif dan berpikir kritis terhadap setiap terpaan
pemberitaan yang muncul, melalui perannya sebagai seorang netizen. Dari konsep ini,
Manovich menangkap jika hadirnya new media atau digital media atau elektronik
media telah membawa pengaruh pada kehidupan sosial-budaya. New media sebagai
medium publikasi yang membawa pengaruh pada kehidupan sosial-budaya memiliki
berbagai kelebihan dan kekurangan (Syaibani,2011).
Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang semakin
menunjang kualitas new media, telah membuka peluang bagi masyarakat untuk
terlibat aktif sebagai user online di ruang maya. Netizen dengan hak dan kewenangan
yang dimilikinya, bebas berkendak untuk memanfaatkan dan melakukan aktivitas
komunikasi dalam ruang maya. Namun, dengan berbagai kemudahan yang
ditawarkan seiring dengan berkembangnya new media, tidak selamanya lantas selalu
membawa hal-hal yang positif (Bakhrulamal,2010). Lemahnya filter serta
kecenderungan tiap-tiap individu untuk mengabaikan etika yang ada dalam aktivitas
ruang maya, seringkali menjadi salah satu permasalahan dalam aktivitas ruang maya
yang dilakukan oleh Netizen atau user online (Bakhrulamal,2010). Netizen dalam
kasus ini memiliki kecenderungan di dalam mendominasi berbagai pemberitaan
mengenai selebriti dan idol star Korea. Bahkan, penulis melihat, terdapat kekuatan di
setiap tanggapan atau gagasan Netizen di dalam menanggapi setiap pemberitaan artis
12
atau idola Korea, yang seringkali hal ini akan sangat berdampak atau berpengaruh
besar terhadap industri hiburan Korea atau artis yang bersangkutan atau yang tengah
diberitakan. Bahkan tak jarang, Netizen sering kali akan mengeluarkan pendapat-
pendapatnya yang pedas dan vulgar yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis,
citra seorang public figure, dan aspek-aspek lainnya. Maka tak heran, bunuh diri
menjadi faktor yang menyumbangkan angka kematian tertinggi terhadap selebritis di
Korea (KoreanIndo:2012)19
.
Namun demikian, tidak semua Netizen akan bereaksi sama seperti yang dilakukan
oleh mayoritas Netizen pecinta K-Pop dan budaya populer Korea lainnya. Dari hasil
pengamatan penulis selama kurun waktu delapan bulan ini, penulis mendapati adanya
kecenderungan reaksi yang berbeda, yang ditunjukkan oleh Netizen Indonesia dalam
menyikapi pemberitaan selebritis atau idol star Korea sekalipun mereka adalah
Kpopers. Feedback dari pemberitaan skandal idolgroup T-Ara tidak saja dilihat
sebagai sebuah respon semata, namun lebih dari itu, terdapat maksud dan makna
tersendiri dibalik setiap kata maupun kalimat yang dituliskan Netizen. Dalam analisis
wacana kritis, teks bukan hanya dilihat sebagai urutan kalimat yang tidak mempunyai
ikatan sesamanya, dan bukan juga kalimat yang dideretkan begitu saja. Teks dalam
analisi wacana kritis dimaksudkan untuk membongkar makna dan maksud-maksud
tertentu (Eriyanto,2001). Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata
dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks yang
dimaksudkan disini adalah, bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu,
termasuk di dalamnya praktik kekuasaan (Vinsensius, 2010). Melalui hal ini, peneliti
19
Song Ji Seon adalah salah satu artis yang mengakhiri hidupnya dengan cara Bunuh diri
pada 23 Mei 2011 dengan cara melompat dari apartemennya. Artis cantik Korea tersebut
bunuh diri karena skandal asmara yang melibatkan pemain bisbol professional dengan dirinya
muncul ke publik. Artis Korea selanjutnya adalah aktor Choi Jin Young. Hanya satu setengah
tahun setelah kakak perempuan-nya bunuh diri, aktor Choi Jin Young juga ditemukan bunuh
diri, pada tanggal 29 Maret 2010 oleh ibunya. Choi Jin Young diduga depresi karena diserang
oleh blogger (netizen) 'gila' yang menuduhnya dan menjelek-jelekkan namanya di internet.
(www.allkpop.com) diunduh pada tanggal 12 Mei 2012 pukul 19:39 WIB.
13
melihat jika teks bahasa yang diungkapkan Netizen didalam memberikan reaksi
mereka atas isi berita skandal bullying T-Ara, dinilai tidak netral dalam
menghadirkan wacana, tetapi justru ada konteks-konteks tertentu yang hadir yang
mempengaruhinya dalam menghadirkan realitas.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, fokus dari penelitian ini adalah online
reactions para Netizen Indonesia didalam menyikapi kasus pemberitaan skandal
bullying member idol group T-Ara dengan menggunakan analisis wacana kristis Teun
A.Van Dijk.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, fokus dari penelitian ini maka dapat
dirumuskan permasalahan;
1.) Bagaimana proses terbentuknya jenis atau bentuk-bentuk reaksi Netizen
Indonesia terhadap pemberitaan kontroversi bullying T-Ara dalam situs
Korean Chingu.com menurut teori Van Dijk?
2.) Bagaimana bentuk-bentuk reaksi online Netizen Indonesia terhadap
pemberitaan kontroversi bullying girlband T-Ara dalam isi pemberitaan situs
Korean Chingu.com?
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah;
1.) Penulis dapat menjelaskan proses terbentuknya reaksi Netizen Indonesia
terhadap pemberitaan kontroversi bullying girlband T-Ara dalam situs Korean
Chingu.com menurut teori Van Dijk.
2.) Penulis dapat mengetahui dan menjelaskan bentuk-bentuk reaksi online
Netizen Indonesia terhadap pemberitaan kasus kontroversi bullying girlband
T-Ara, dimana diharapkan penelitian mengenai reaksi online Netizen
14
Indonesia ini dapat menggambarkan wujud kritis Netizen Indonesia terhadap
setiap pemberitaan online yang ada melalui teks analisis wacana kritis.
sekaligus juga dapat berlaku didalam menjelaskan setiap reaksi terpaan
pemberitaan yang lainnya.
1.3 MANFAAT
Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan dua manfaat penulisan,
yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut
diantaranya;
a.) Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan teoritis bagi disiplin
ilmu komunikasi dan ilmu sosial lain yang mencakup penggunaan dan pengembangan
media massa baru atau new media di dalam interaksi masyarakatnya, terkhusus
terhadap hal-hal yang terkait dengan Netizen Indonesia di dalam merespon dan
berperan dalam setiap pemberitaan yang ada yang didasarkan pada kajian disiplin
ilmu Komunikasi. Serta diharapkan penelitian ini mampu mengembangkan teori
mengenai bentuk atau pola respon/reaksi Netizen terhadap suatu pemberitaan dan
memberikan pengetahuan baru akan berbagai kegiatan komunikasi dan interaksi yang
dilakukan Netizen selaku online participant didalam cyberspace medium new media.
b.) Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan dua manfaat
praktis, terkhusus bagi penulis pribadi serta obyek penelitian yang bersangkutan. Bagi
penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis
tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan new media, beserta dengan era
munculnya Netizen sebagai komunikan aktif di dalam perannya sebagai online
participant di dunia media digital. Sedangkan bagi obyek yang diteliti, diharapkan
15
penelitian ini mampu menjadi informasi sekaligus koreksi bagi para Netizen didalam
aktivitas komunikasi yang dilakukannya didunia maya, dimana berbagai tanggapan
atau komentar dan gagasan ide mereka inilah yang setidaknya dapat mewakilkan
gambaran reaksi dan identitas Netizen Indonesia didalam merespon pemberitaan yang
muncul ke publik, yang juga dinilai turut memiliki andil atau pengaruh terhadap
berbagai keputusan.