Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

16

Click here to load reader

description

Perdagangan Bebas Indonesia dengan Cina dan negara-negara ASEAN

Transcript of Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Page 1: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mulai 1 Januari 2010, Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara

luas kepada negara-negara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan

perwujudan dari perjanjian perdagangan bebas antara enam negara anggota ASEAN

(Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam) dengan

Cina, yang disebut dengan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).

Perjanjian ini sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2002.

Pihak yang pro menyatakan ACFTA tidak hanya berarti ancaman serbuan

produk-produk Cina ke Indonesia, tetapi juga peluang Indonesia untuk meningkatkan

ekspor ke Cina dan negara-negara ASEAN. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu

menegaskan bahwa free trade agreement (FTA) memberikan banyak manfaat bagi

ekspor dan penanaman modal di Indonesia (Kompas, 5/1/2010).

Kekhawatiran akan dampak negatif perdagangan bebas ASEAN-Cina juga

ditepis Pemerintah melalui Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan

Anggito Abimanyu. Menurut Abimanyu, proporsi perdagangan antara Indonesia,

ASEAN dan Cina hanya 20% saja.

Sebaliknya, Ernovian G Ismy, Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia

menyatakan kekhawatirannya atas pemberlakukan perdagangan bebas ASEAN-Cina,

di antaranya terjadinya perubahan pola usaha yang ada dari pengusaha menjadi

pedagang. Intinya, jika berdagang lebih menguntungkan karena faktor harga barang-

barang impor yang lebih murah, akan banyak industri nasional dan lokal yang gulung

tikar hingga akhirnya berpindah menjadi pedagang saja (Republika, 4/1/2010).

Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau

masyarakat agar tidak khawatir menyikapi pasar bebas antara negara-negara anggota

ASEAN (Association of South East Asia Nations) dan Cina. Sebab, dengan jumlah

penduduk Negeri Tirai Bambu yang besar itu, bisa menjadi pasar yang

1

Page 2: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

menguntungkan bagi Indonesia. "Bukan hanya Cina yang bisa ekspor barang-barang

ke Indonesia, kita juga bisa ekspor ke sana," kata Yudhoyono ketika membuka Rapat

Pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Cilangkap. Ekspor Indonesia ke Cina,

ia melanjutkan, sudah meningkat sejak diberlakukannya pasar bebas pada 1 Januari

2010. Sedangkan ekspor ke Amerika Serikat dan Jepang justru menurun. Untuk

mengatasi persaingan, Yudhoyono mengatakan, pemerintah akan meningkatkan mutu

industri. Selain itu, pasar domestik akan diperhatikan. Jika nantinya Indonesia tidak

diuntungkan dalam perjanjian ini, masih mungkin diadakan pembicaraan kembali

dengan Cina, seperti tertuang dalam chapter 6 dan 9. "Perjanjian ini dimaksudkan

untuk keuntungan kedua belah pihak, jadi jangan khawatir," kata Yudhoyono.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, penulis ingin membahas tentang bagaimana upaya atau

kebijakan pemerintah dalam mengahadapi perdagangan bebas?

2

Page 3: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada

penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan

lainnya. Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan

yang diterapkan pemerintah dalam perdagangan antar individual-individual dan

perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.

Perdagangan internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya

tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada

barang impor. Secara teori, semua hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh

perdagangan bebas. Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan

yang didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan

hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-perjanjian tersebut sering

dikritik karena melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar.

2.2 China-Asean Free Trade Area (CAFTA)

Asean Free Trade Area, dimana kata free berkonotosi pada pengertian sistem

perdagangan yang membebaskan para eksportir dan importir dari hambatan tarif dan

non tarif atas barang-barang yang di ekspor ke atau di impor dari sesama negara

anggota ASEAN.

Tujuan umum diadakannya perdagangan bebas ini adalah:

1. Memperlancar aktivitas perdagangan,

2. Menarik minat investor dari dalam dan luar kawasan,

3. Meningkatkan volume perdagangan lintas kawasan,

4. Menumbuhkan daya saing produk negara peserta demi kesiapan menghadapi

pasar bebas dunia.

3

Page 4: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

CAFTA adalah wilayah perdagangan bebas yang mencakup seluruh kawasan

sepuluh negara anggota ASEAN (2002) dan sejak tahun 2003 termasuk Cina. Arus

lalu lintas perdagangan yang berasal dari negara peserta bebas keluar masuk hanya

dengan hambatan tarif bea masuk maksimal 5% dan pada tahun 2010 tarif produk-

produk tersebut akan dihapus menjadi 0%.

Konon, terhambatnya arus perdagangan di antara negara di dunia punya andil

besar bagi meletusnya Perang Dunia ke–2. Pada awalnya terjadi perang dagang antar

negara karena saling memproteksi produsen dalam negeri masing-masing dengan

melakukan hambatan perdagangan. Keadaan ini memburuk hingga terjadi The Great

Depression, dan akhirnya menyulut pecahnya PD II. Seusai PD II dunia sadar akan

bahaya perang dagang dan di beberapa negara dibentuk kerja sama regional di bidang

perdagangan.

RI telah berkomitmen ikut menyetujui AFTA (telah dipersiapkan sejak 1993)

yang sebelumnya disepakati berlaku tahun 2008, lalu dipercepat menjadi tahun 2003

dan dipercepat lagi menjadi tahun 2002. Indonesia menjadi gamang karena ternyata

pada tahun 1997 mengalami krisis ekonomi dan sejumlah industri nasional ternyata

sangat rapuh dan sulit bangkit hingga sekarang. Karena sudah berkomitmen

keputusan yang diambil harus dilaksanakan dan Indonesia harus berjuang keras.

CAFTA bukan pilihan, tapi keharusan. Alasannya adalah:

a. Dengan atau tanpa CAFTA pembangunan industri harus berlangsung terus

menerus.

b. CAFTA harus menjadi pemicu semangat pengembangan dan peningkatan

kinerja industri nasional.

c. CAFTA adalah momentum berharga untuk meningkatkan daya saing produk-

produk domestik.

d. CAFTA harus dijadikan momentum bagi kebangkitan perekonomian

Indonesia dengan membangun sinergi antara pemerintah dan pengusaha dan

4

Page 5: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

mempersiapkan industri DN menghadapi liberalisasi perdagangan WTO pada

tahun 2020.

e. CAFTA memacu penghapusan inefisiensi

f. CAFTA diatur melalui mekanisme dengan menggunakan Skema Tarif

Preferensi Sama Rata atau Common Effective Preferential Tariff (CEPT).

Pemberlakuan CEPT adalah wajib. Begitu produk sudah dipilih berdasarkan

sektor untuk masuk CEPT, maka semua negara anggota harus mematuhinya.

g. Sektor yang disetujui adalah produk manufaktur, barang modal, dan produk

pertanian.

h. Dalam perjanjian CEPT jadwal penurunan tarif yang masuk daftar dilakukan

dalam waktu 10 tahun sampai tingkat 0% - 5%. Dalam 5 tahun sejak Januari

1993, tarif produk yang dipilih sudah harus berada pada tingkat 20%. Dalam 5

tahun berikutnya sudah harus turun 0% - 5%. Penurunan dilakukan tiap tahun

dengan laju yang sama, yakni tingkat tarif yang berlaku dibagi dengan jumlah

tahun.

2.3 Permasalahan yang Dihadapi Dalam Pembangunan Ekonomi

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi seperti:

a. Skala usaha yang ada relatif kecil dan umumnya terpencar-pencar sehingga

tidak efisien karena tidak memenuhi skala ekonomi,

b. Keterbatasan kemampuan sebagian besar pelaku usaha skala kecil dalam hal

penguasaan teknologi, manajemen usaha, permodalan, informasi dan

pemasaran produk yang dihasilkan,

c. Kurang berkembangnya kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara

usaha skala kecil dan menengah yang dapat mendorong pengembangan usaha

skala kecil tersebut,

d. Belum berkembangnya investasi di bidang pengolahan dan pemasaran hasil-

hasil pertanian yang dapat menjadi jaminan pasar terhadap hasil pertanian

yang menjadi sumber pendapatan sebahagian besar penduduk,

5

Page 6: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

e. Belum terbentuknya jaringan pemasaran yang dapat memberikan jaminan

pasar dan harga terutama terhadap produk yang dihasilkan oleh usaha-skala

kecil,

f. Belum optimalnya pelaksanaan promosi terhadap potensi daerah dalam

rangka menarik investasi di berbagai bidang seperti pariwisata, industri

pengolahan, pertambangan dan lain-lain,

g. Di bidang pengembangan investasi, permasalahan yang dihadapi adalah

belum pulihnya perekonomian nasional, kekhawatiran pengusaha terhadap

keamanan berusaha dan kepastian hukum, isu kebijakan yang kurang kondusif

di era otonomi daerah (pembebanan pajak yang memberatkan).

Perkembangan global yang menuntut peningkatan daya saing produk yang

dihasilkan, memerlukan :

1) Peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk yang dihasilkan

daerah,

2) Peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha untuk menekan biaya

produksi per unit barang,

3) Pengembangan jaringan informasi dan komunikasi menuju

perdagangan elektronik,

Pada prinsipnya AFTA dan juga WTO yang akan diberlakukan pada tahun

2020 memperlihatkan bahwa negara yang mendapatkan keuntungan dalam

perdagangan internasional adalah negara yang dapat berproduksi dengan biaya paling

rendah dan memiliki kualitas yang tinggi. Konsekuensinya adalah negara yang paling

murah harga produknya dengan kualitas yang paling baguslah yang akan unggul

dalam persaingan global

6

Page 7: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

2.4 Kebijakan Pemerintah Menghadapi Perdagangan Bebas

Menghadapi era perdagangan bebas, yang perlu dilakukan adalah

meningkatkan daya saing sehingga mampu menghasilkan produk (barang dan jasa)

yang berdaya saing tinggi dan siap memasuki perdagangan bebas. Untuk hal ini

beberapa kebijakan dan program yang dilakukan akan mencakup beberepa aspek

yaitu :

1. Peningkatan Efisiensi dan Pemanfaatan Potensi

a. Memberdayakan usaha skala kecil dan menengah yang umumnya

berada pada lapangan usaha pertanian, industri rumah tangga,

perdagangan dan jasa melalui pengenalan teknologi, perbaikan

manajemen usaha, peningkatan kelembagaan, fasilitasi permodalan

yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas dan

kualitas hasil usaha,

b. Mendorong pengembangan investasi dengan meningkatkan pelayanan

kepada pihak swasta yang akan menanamkan modalnya dengan

penyediaan informasi yang dibutuhkan, memfasilitasi kerjasama

usaha, percepatan waktu pelayanan dan lain sebagainya,

c. Pengembangan komoditi unggulan dan kawasan sentra produksi pada

wilayah yang mempunyai potensi dan memiliki keunggulan

komparatif untuk dapat menghasilkan produk yang mempunyai daya

saing (memiliki keunggulan kompetitif),

2. Meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah

3. Mendorong peningkatan peran lembaga keuangan

a. Melakukan pembinaan terhadap usaha skala kecil untuk dapat

memanfaatkan dana perbankan

b. Menyediakan dana bergulir untuk usaha skala kecil yang masih belum

punya kemampuan untuk memanfaatkan dana perbankan, seperti

bunga yang dirasakan tinggi dan sulit memenuhi persyaratan pinjaman

di lembaga perbankan,

7

Page 8: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

c. Diharapkan ada kebijakan nasional tentang penyediaan kredit dari

Lembaga Perbankan yang ada untuk dapat memberikan kemudahan

kepada usaha skala kecil dan menengah dalam hal mendapatkan kredit

perbankan.

4. Peningkatan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya alam

a. Meningkatkan prasarana transportasi seperri jalan, pelabuhan laut dan

Bandar Udara untuk meningkatkan akses ekonomi ke berbagai daerah

ataupun ke luar negeri.

b. Melakukan pengelolaan sumber daya alam secara optimal dan

melakukan tindakan pengendalian pemanfaatannya untuk menghindari

menurunnya kualitas lingkungan

c. Mendorong pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung

perdagangan melalui media elektronik (e-commerce), dengan

menyediakan bantuan peralatan dan fasilitas lainnya bagi pengusaha

kecil yang mempunyai potensi untuk pengembangan usahanya.

5. Pengembangan Teknologi

a. Mengembangkan teknologi tepat guna bagi peningkatan kualitas dan

produktivitas usaha kecil di bidang pertanian dan industri rumah

tangga dengan melakukan rekayasa teknologi sehingga sesuai dengan

kebutuhan masyarakat, seperti alat dan mesin pertanian

b. Memasyarakatkan teknologi hasil temuan yang telah diujicobakan

kepada pelaku usaha skala kecil melalui bimbingan teknis dan

pelatihan-pelatihan

c. Memberikan bantuan penyediaan teknologi melalui dana bergulir

dalam rangka mendorong peningkatan teknologi dalam berusaha,

seperti mesin pengolahan pakan ternak dan lain sebagainya

6. Peningkatan Sumber Daya Manusia

a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan mutu

pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi (pembangunan prasarana

8

Page 9: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

pelayanan, penyehatan kesehatan lingkungan, perbaikan manajemen

pelayanan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyediaan

peralatan dan obat-obatan)

b. Peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan terutama pada jenjang

pendidikan pra-sekolah sampai sekolah menengah

c. Meningkatkan moral melalui peningkatan keimanan dan ketaqwaan

d. Meningkatkan keterampilan tenaga kerja melalui pelatihan dan

pendidikan atau memfasilitasi untuk mengikuti magang pada usaha

yang sudah lebih maju yang dikelola secara professional

7. Penegakan Hukum, Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban

a. Mendorong terciptanya penegakan hukum yang dilandasi prinsip-

prinsip keadilan terutama dalam menciptakan pemerintahan yang baik

dan bersih

b. Meningkatkan kualitas produk hukum untuk menghindari lahirnya

produk yang memberatkan masyarakat

c. Memelihara kondisi keamanan ketertiban yang cukup kondusif dengan

melakukan antisipasi terhadap kemungkinan munculnya tindakan-

tindakan yang dapat mengganggu keamananan dan ketertiban

8. Penyelenggaraan Pemerinatah

a. Melakukan penataan organisasi pemerintahan

b. Menyelenggarakan pemerintahan dengan prinsip-prinsip demokratis,

tranparansi dan akuntabel yang menjadi bagian dari upaya

menciptakan pemerintahan yang baik (good governance)

9

Page 10: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Keikutsertaan Indonesia dalam perdagangan bebas ASEAN dan Cina

mendatangkan Pro dan Kontra di dalam negeri. Pihak yang pro menyatakan,

peluang Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Cina dan negara-negara

ASEAN. Sebaliknya, pihak yang kontra menyatakan kekhawatirannya atas

pemberlakukan perdagangan bebas ASEAN-Cina, di antaranya terjadinya

perubahan pola usaha yang ada dari pengusaha menjadi pedagang dan akan

banyak industri nasional dan lokal yang gulung tikar.

2. Kebijakan pemerintah dalam mengatasi dampak buruk perdagangan

bebas, yaitu dengan menerapkan kebijakan dan program dalam beberapa

aspek, seperti:

a. Peningkatan Efisiensi dan Pemanfaatan Potensi

b. Meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah

c. Mendorong peningkatan peran lembaga keuangan

d. Peningkatan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya alam

e. Pengembangan Teknologi

f. Peningkatan Sumber Daya Manusia

g. Penegakan Hukum, Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban

h. Penyelenggaraan Pemerinatah

3.2 Saran

Agar kekhawatiran terhadap dampak buruk dari perdagangan bebas ini tidak

menghantui bangsa Indonesia, maka kebijakan-kebijakan yang telah dirancang oleh

Pemerintah harus diterapkan dengan sebaik-baiknya. Keberhasilan rancangan

kebijakan ini tidak terlepas juga dari peran masyarakat Indonesia sendiri. Kita harus

mempersiapkan mental, kepribadian serta skill yang benar-benar berkualitas.

10

Page 11: Bab i Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR KEPUSTAKAAN

- hhtp://www.google.com//Perdagangan_bebas.

- http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/22/opini/2068215.htm

11