BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London &...

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu informasi penting yang terkandung dalam laporan keuangan adalah laba. Pihak eksternal perusahaan seperti para pemegang saham, kreditur, pemerintah, calon investor dan masyarakat umum lainnya memiliki kepentingan yang besar dengan informasi keuangan perusahaan terutama laba tersebut. Informasi laba akan membantu para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi seperti untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya, oportunitas pengembangan investasi yang baru, pembayaran pajak dan juga untuk memantau kinerja manajemen dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya perusahaan. Adanya perhatian besar dari pihak eksternal terhadap pertumbuhan laba dapat menimbulkan disfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya) yang dilakukan oleh manajemen. Salah satu yang termasuk dalam disfunctional behaviour adalah adanya praktek manajemen laba. Schipper (1989) menyatakan manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba.Manajemen laba dapat terjadi ketika manajemen menggunakan personal judgement dalam laporan keuangan (Jafarpour dan Soumehsaraei, 2014). Saeidi (2012) menyatakan tindakan memanipulasi statistik akuntansi ini mampu memicu kesalahan pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London &...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu informasi penting yang terkandung dalam laporan keuangan

adalah laba. Pihak eksternal perusahaan seperti para pemegang saham, kreditur,

pemerintah, calon investor dan masyarakat umum lainnya memiliki kepentingan

yang besar dengan informasi keuangan perusahaan terutama laba tersebut.

Informasi laba akan membantu para pemangku kepentingan dalam pengambilan

keputusan ekonomi seperti untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk

membayar hutang-hutangnya, oportunitas pengembangan investasi yang baru,

pembayaran pajak dan juga untuk memantau kinerja manajemen dalam mengolah

dan memanfaatkan sumber daya perusahaan.

Adanya perhatian besar dari pihak eksternal terhadap pertumbuhan laba

dapat menimbulkan disfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya) yang

dilakukan oleh manajemen. Salah satu yang termasuk dalam disfunctional

behaviour adalah adanya praktek manajemen laba. Schipper (1989) menyatakan

manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi

dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat

meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba.Manajemen laba dapat terjadi

ketika manajemen menggunakan personal judgement dalam laporan keuangan

(Jafarpour dan Soumehsaraei, 2014). Saeidi (2012) menyatakan tindakan

memanipulasi statistik akuntansi ini mampu memicu kesalahan pengambilan

keputusan oleh pengguna laporan keuangan.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

Scott (2006) dalam Djajadikerta dan Zhang (2015:232) mendeskripsikan

ada 4 pola manajemen laba yaitu : (1). Taking bath, biasanya dilakukan ketika

terjadi pergantian struktur organisasi termasuk pergantian CEO. Dalam hal ini

manajer membuat estimasi beban untuk periode dimasa datang dalam periode saat

itu, (2). Income minimation, dilakukan untuk menghindari kebijakan politik yang

akan diberlakukan dengan menurunkan laba sebenarnya, (3), Income maximation,

berbanding terbalik dengan income minimation, laba yang dilaporkan lebih tinggi

dari yang seharusnya dengan tujuan untuk mendapatkan bonus yang lebih besar

dan (4). Income smoothing, yaitu tindakan yang dilakukan oleh manajer agar laba

tetap berada pada level diantara bogey dan cap.

Perusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth

dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

akibat kegagalan strategi dan juga campur tangan manajemen untuk melakukan

kecurangan. Salah satu kasus yang pernah terjadi di Indonesia adalah kasus PT

Bank Lippo Tbk pada tahun 2002, dimana PT Bank Lippo Tbk saat itu terindikasi

melakukan perataan laba dengan cara menerbitkan laporan keuangan ganda

(Syahfandi dan Mutmainah, 2013). Laporan tertanggal 30 September 2002

tersebut menampilkan hasil yang berbeda. Laporan yang disampaikan kepada

publik menunjukkan perusahaan mengalami keuntungan sedangkan yang

disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) sebaliknya yaitu perusahaan

disebutkan mengalami kerugian. Hal ini menyebabkan terjadinya kerugian pada

para investor yang menjadikan laporan keuangan tersebut sebagai acuan dalam

pengambilan keputusan.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

Penelitian ini membahas salah satu pola manajemen laba yaitu income

smoothing (perataan laba). Untuk jangka panjang manipulasi akuntansi yang

menghasilkan laba yang merata adalah yang paling disukai manajer dan

masyarakat secara keseluruhan karena perusahaan yang memiliki laba yang

merata dianggap lebih kuat dan stabil (Atik, 2009). Beattie et al. (1994)

mendefinisikan perataan laba sebagai suatu pengurangan variabilitas laba selama

beberapa periode atau dalam satu periode tertentu sebagai bentuk tindakan untuk

mewujudkan tingkatan laba yang ingin dilaporkan. Perataan laba juga

didefinisikan proses manipulasi time profile laba atau laporan laba rugi untuk

membuat aliran laba yang dilaporkan kurang bervariasi sementara tidak

meningkatkan laba dalam jangka panjang (Fudenberg danTirole, 1995).Perataan

laba hanya dapat dilakukan pada beberapa periode pelaporan dan ini berbeda

dengan teknik perekayasaan laba lainnya karena jika hanya dilakukan pada satu

periode pelaporan hal tersebut dimungkinkan adalah praktek peningkatan laba

(income increasing) dan penurunan laba (income decreasing) (Wulandari, 2013).

Motivasi yang mendorong manajemen perusahaan melakukan praktik

perataan laba adalah untuk memenuhi target bonus atau untuk mempertahankan

posisinya dalam perusahaan (Tucker dan Zarowin, 2006). Menurut Chong (2006)

dalam Namazi dan Khansalar (2011) ada tiga alasan utama manajer memilih

untuk meratakan laba perusahaan mereka, pertama untuk mencapai standar yang

ditentukan oleh pasar saham, kedua untuk memenuhi target kerja mereka sendiri

dna yang ketiga untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang. Selain itu

dikemukakan pula oleh Prasetya dan Rahardjo (2013) bahwa perataan laba ini

biasanya dilakukan untuk mengurangi pajak, meningkatkan kepercayaan investor

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

yang beranggapan laba yang stabil akan mengurangi kebijakan deviden yang

stabil dan menjaga hubungan antara manajer dan pekerja untuk mengurangi

gejolak kenaikan laba dalam pelaporan laba yang cukup tajam.

Isu mengenai perataan laba ini sudah banyak diteliti. Ada bermacam-

macam faktor yang memengaruhi perataan laba diantaranya yaitu ukuran

perusahaan, reputasi auditor dan struktur kepemilikan. Faktor-faktor tersebut

sebelumnya telah diteliti namun ditemukan hasil yang tidak konsisten antara satu

penelitian dengan penelitian lainnya.

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat mengklasifikasikan

besar kecilnya perusahaan. Perusahaan besar diperkirakan akan menghindari

fluktuasi laba yang terlalu drastis sebab kenaikan laba yang terlalu drastis akan

menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan

merusak citra perusahaan (Rahma Sari, 2014). Moses (1987) dalam Suwito dan

Herawaty (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih

besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan earnings

management (seperti perataan laba) dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan

dengan ukuran kecil, karena perusahaan yang lebih besar sering menjadi subjek

pemeriksaan (pengawasan yang ketat dari pemerintah dan masyarakat umum).

Merujuk hasil penelitian Juniarti dan Corolina (2005) dan Pramono

(2013) disebutkan bahwa ukuran perusahaan secara statistik tidak berpengaruh

pada praktik perataan laba dalam perusahaan, hal ini berarti baik perusahaan besar

maupun perusahaan kecil dapat melakukan perataan laba. Hasil yang sama juga

ditemukan dalam penelitian Rahma Sari (2014) yang juga menyebutkan bahwa

ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya praktik perataan laba.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

Namun, penelitian tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Budiasih

(2009) dan Peranasari dan Dharmadiaksa (2014) yang membuktikan dalam

penelitiannya bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perataan laba.

Reputasi auditor merupakan penilaian terhadap kualitas auditor dalam

melakukan audit (Prabayanti dan Yasa, 2011). Reputasi auditor didasarkan pada

kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring

yang secara umum tidak dapat diamati. Dalam penelitian ini auditor yang

dikatakan memiliki reputasi yang baik adalah yang tergabung dalam Big Four.

Sejarah munculnya Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four berawal dari tahun

1979 sampai dengan 1989 dimana saat itu KAP Big Eight merupakan KAP

internasional terbesar. Pada tahun 1989 Big Eight berubah menjadi Big Six karena

adanya beberapa merger dan kemudian berubah menjadi Big Five pada tahun

1998. Lalu pada tahun 2002 terkait dengan kasus Enron, Big Five berubah

menjadi Big Four dengan dikeluarkannya KAP Anderson. Sejak saat itu Big Four

merupakan kantor jasa profesional dan akuntansi terbesar yang melakukan audit

baik untuk perushaaan privat maupun perusahaan publik. Setiawan (2013)

menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk

menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada auditor skala kecil.

Prabayanti dan Yasa (2011) telah meneliti pengaruh variabel reputasi

auditor terhadap perataan laba dengan hasil reputasi auditor tidak berpengaruh

terhadap perataan laba. Prasetya dan Rahardjo (2013) juga mendukung hasil

temuan tersebut yang mana dalam penelitiannya reputasi auditor juga tidak

berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hal ini menunjukkan bahwa Kantor

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

Akuntan Publik (KAP) besar yang memiliki reputasi baik pun tidak dapat

menghalangi manajer dalam melakukan praktik perataan laba. Hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Marpaung dan Latrini (2014) yang

mana hasilnya reputasi auditor berpengaruh terhadap perataan laba perusaahaan.

Struktur kepemilikan mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh

diantara para pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Struktur

kepemilikan memiliki dua bentuk yaitu struktur kepemilikan terkonsentrasi dan

menyebar. Kepemilikan terkonsentrasi cukup lazim ditemukan di negara yang

ekonominya sedang berkembang sedangkan kepemilikan menyebar lebih banyak

ditemui di negara yang memiliki perlindungan yang bagus terhadap pemegang

saham terutama pemegang saham minoritas. Secara spesifik kategori struktur

kepemilikan meliputi kepemilikan oleh institusi domestik, institusi asing,

pemerintah, karyawan, dan individual domestik (Xu dan Yang, 1997).

Dalam penelitian ini struktur kepemilikan akan diproksikan oleh struktur

kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan publik. Menurut Brochet dan

Gao (2004) manajemen yang memiliki saham perusahaan memiliki informasi

lebih banyak tentang perusahaan dibanding pemegang saham non institusi

lainnya, dengan demikian memiliki kesempatan untuk melakukan perataan laba

untuk meminimalisir volatilitas labanya untuk meningkatkan kinerja saham

perusahaan. Prayudi dan Daud (2013) menemukan dalam penelitiannya variabel

struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Sementara Peranasari dan Dharmadiaksa (2014) dalam penelitiannya menemukan

bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap indikasi perataan

laba yang dilakukan perusahan. Hal ini berarti semakin besar kepemilikan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

manajerial, manajer semakin leluasa dalam melakukan praktik perataan laba guna

menunjukkan kinerja yang baik pada investor.

Michelson et al. (2000) dalam Aji dan Mita (2010), berpendapat bahwa

semakin tinggi kepemilikan publik dalam struktur kepemilikan perusahaan, maka

perusahaan cenderung melakukan perataan laba agar menghasilkan variabilitas

laba yang rendah yang mengindikasikan risiko yang rendah. Risiko yang rendah

inilah yang direspon positif oleh investor. Hal ini sesuai dengan hasil temuan

Suratna dan Merdistusi (2004) dan Herni dan Susanto (2008) yang menemukan

bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap perataan laba. Aji dan Mita

(2010) serta Prayudi dan Daud (2013) menemukan hasil berbeda yaitu

kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Rahma

Sari (2014) yang mana hasil penelitiannya adalah variabel ukuran perusahaan dan

stuktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba

dengan populasi dan sampel seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rahma Sari (2014) yang pertama

adalah periode penelitian Rahma Sari (2014) adalah tahun 2008 sampai dengan

2011 sedangkan dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari periode

2011 sampai dengan 2014. Kedua, peneliti memproksikan struktur kepemilikan

dalam penelitian ini menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan

publik yang mana dalam penelitian Rahma Sari (2014) hanya meneliti struktur

kepemilikan manajerial saja. Alasan menambahkan variabel kepemilikan publik

dalam penelitian ini karena peneliti ingin membuktikan apakah dengan adanya

kepemilikan publik akan semakin mendorong manajemen untuk melakukan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

perataan laba sehingga kinerja mereka akan terlihat baik dimata para pemegang

saham dan investor. Peneliti juga menambahkan satu variabel baru yaitu reputasi

auditor dengan alasan ingin membuktikan apakah perusahaan besar yang

terindikasi melakukan perataan laba akan menghindari penggunaan KAP besar

yang telah memiliki reputasi yang baik.

Pentingnya penelitian ini karena perataan laba merupakan salah satu

fenomena yang dilakukan oleh manajemen untuk menjaga citranya dimata publik,

sehingga diharapkan hasil penelitian ini mampu menjadi pertimbangan bagi pihak

terkait dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi yang akan

dilakukan serta untuk mengembangkan penelitian terdahulu mengenai variabel

penelitian lain yang berkaitan dengan praktik perataan laba. Berdasarkan latar

belakang tersebut maka peneliti mengambil judul “ Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Reputasi Auditor dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan Laba Pada

Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2011-2014”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba?

2. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap praktik perataan laba?

3. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap praktik

perataan laba?

4. Apakah struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik

perataan laba?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap

praktik perataan laba.

2. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh reputasi auditor terhadap

praktik perataan laba.

3. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh struktur kepemilikan

manajerial terhadap praktik perataan laba.

4. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh struktur kepemilikan publik

terhadap praktik perataan laba.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam bidang

akuntansi mengenai faktor-faktor yang dianggap memengaruhi terjadinya praktik

peratan laba. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendukung temuan-temuan riset

sebelumnya dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan acuan dalam peningkatan

kewaspadaan bagi para pihak eksternal perusahaan terhadap praktik perataan laba

dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku pasar modal dalam mengambil

keputusan investasi pada perusahaan-perusahaan yang melakukan perataan laba.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling terkait satu sama lainnya, yang

disusun secara terperinci dan sistematis untuk memberikan gambaran dan

mempermudah pembahasan tentang skripsi ini. Berikut sistematika dari masing-

masing bab :

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang relevan dengan

penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait serta rumusan

hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang metode penelitian meliputi

desain,lokasi, obyek, definisi operasional variabel, jenis dan

sumber data serta teknik analisis data yang digunakan.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang karakteristik populasi, hasil analisis

data yang mencakup hasil penelitian dan deskripsi hasil penelitian

serta pembahasan dari permasalahan yang ada.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil

analisis dalam bab iv dan saran-saran yang diberikan dengan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta keterbatasan

dalam penelitian.

BAB I

PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang Masalah

Salah satu informasi penting yang terkandung dalam laporan keuangan

adalah laba. Pihak eksternal perusahaan seperti para pemegang saham, kreditur,

pemerintah, calon investor dan masyarakat umum lainnya memiliki kepentingan

yang besar dengan informasi keuangan perusahaan terutama laba tersebut.

Informasi laba akan membantu para pemangku kepentingan dalam pengambilan

keputusan ekonomi seperti untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk

membayar hutang-hutangnya, oportunitas pengembangan investasi yang baru,

pembayaran pajak dan juga untuk memantau kinerja manajemen dalam mengolah

dan memanfaatkan sumber daya perusahaan.

Adanya perhatian besar dari pihak eksternal terhadap pertumbuhan laba

dapat menimbulkan disfunctional behaviour (perilaku tidak semestinya) yang

dilakukan oleh manajemen. Salah satu yang termasuk dalam disfunctional

behaviour adalah adanya praktek manajemen laba. Schipper (1989) menyatakan

manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi

dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat

meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba.Manajemen laba dapat terjadi

ketika manajemen menggunakan personal judgement dalam laporan keuangan

(Jafarpour dan Soumehsaraei, 2014). Saeidi (2012) menyatakan tindakan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

memanipulasi statistik akuntansi ini mampu memicu kesalahan pengambilan

keputusan oleh pengguna laporan keuangan.

Scott (2006) dalam Djajadikerta dan Zhang (2015:232) mendeskripsikan

ada 4 pola manajemen laba yaitu : (1). Taking bath, biasanya dilakukan ketika

terjadi pergantian struktur organisasi termasuk pergantian CEO. Dalam hal ini

manajer membuat estimasi beban untuk periode dimasa datang dalam periode saat

itu, (2). Income minimation, dilakukan untuk menghindari kebijakan politik yang

akan diberlakukan dengan menurunkan laba sebenarnya, (3), Income maximation,

berbanding terbalik dengan income minimation, laba yang dilaporkan lebih tinggi

dari yang seharusnya dengan tujuan untuk mendapatkan bonus yang lebih besar

dan (4). Income smoothing, yaitu tindakan yang dilakukan oleh manajer agar laba

tetap berada pada level diantara bogey dan cap.

Perusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth

dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

akibat kegagalan strategi dan juga campur tangan manajemen untuk melakukan

kecurangan. Salah satu kasus yang pernah terjadi di Indonesia adalah kasus PT

Bank Lippo Tbk pada tahun 2002, dimana PT Bank Lippo Tbk saat itu terindikasi

melakukan perataan laba dengan cara menerbitkan laporan keuangan ganda

(Syahfandi dan Mutmainah, 2013). Laporan tertanggal 30 September 2002

tersebut menampilkan hasil yang berbeda. Laporan yang disampaikan kepada

publik menunjukkan perusahaan mengalami keuntungan sedangkan yang

disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) sebaliknya yaitu perusahaan

disebutkan mengalami kerugian. Hal ini menyebabkan terjadinya kerugian pada

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

para investor yang menjadikan laporan keuangan tersebut sebagai acuan dalam

pengambilan keputusan.

Penelitian ini membahas salah satu pola manajemen laba yaitu income

smoothing (perataan laba). Untuk jangka panjang manipulasi akuntansi yang

menghasilkan laba yang merata adalah yang paling disukai manajer dan

masyarakat secara keseluruhan karena perusahaan yang memiliki laba yang

merata dianggap lebih kuat dan stabil (Atik, 2009). Beattie et al. (1994)

mendefinisikan perataan laba sebagai suatu pengurangan variabilitas laba selama

beberapa periode atau dalam satu periode tertentu sebagai bentuk tindakan untuk

mewujudkan tingkatan laba yang ingin dilaporkan. Perataan laba juga

didefinisikan proses manipulasi time profile laba atau laporan laba rugi untuk

membuat aliran laba yang dilaporkan kurang bervariasi sementara tidak

meningkatkan laba dalam jangka panjang (Fudenberg danTirole, 1995).Perataan

laba hanya dapat dilakukan pada beberapa periode pelaporan dan ini berbeda

dengan teknik perekayasaan laba lainnya karena jika hanya dilakukan pada satu

periode pelaporan hal tersebut dimungkinkan adalah praktek peningkatan laba

(income increasing) dan penurunan laba (income decreasing) (Wulandari, 2013).

Motivasi yang mendorong manajemen perusahaan melakukan praktik

perataan laba adalah untuk memenuhi target bonus atau untuk mempertahankan

posisinya dalam perusahaan (Tucker dan Zarowin, 2006). Menurut Chong (2006)

dalam Namazi dan Khansalar (2011) ada tiga alasan utama manajer memilih

untuk meratakan laba perusahaan mereka, pertama untuk mencapai standar yang

ditentukan oleh pasar saham, kedua untuk memenuhi target kerja mereka sendiri

dna yang ketiga untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang. Selain itu

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

dikemukakan pula oleh Prasetya dan Rahardjo (2013) bahwa perataan laba ini

biasanya dilakukan untuk mengurangi pajak, meningkatkan kepercayaan investor

yang beranggapan laba yang stabil akan mengurangi kebijakan deviden yang

stabil dan menjaga hubungan antara manajer dan pekerja untuk mengurangi

gejolak kenaikan laba dalam pelaporan laba yang cukup tajam.

Isu mengenai perataan laba ini sudah banyak diteliti. Ada bermacam-

macam faktor yang memengaruhi perataan laba diantaranya yaitu ukuran

perusahaan, reputasi auditor dan struktur kepemilikan. Faktor-faktor tersebut

sebelumnya telah diteliti namun ditemukan hasil yang tidak konsisten antara satu

penelitian dengan penelitian lainnya.

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat mengklasifikasikan

besar kecilnya perusahaan. Perusahaan besar diperkirakan akan menghindari

fluktuasi laba yang terlalu drastis sebab kenaikan laba yang terlalu drastis akan

menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan

merusak citra perusahaan (Rahma Sari, 2014). Moses (1987) dalam Suwito dan

Herawaty (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih

besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan earnings

management (seperti perataan laba) dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan

dengan ukuran kecil, karena perusahaan yang lebih besar sering menjadi subjek

pemeriksaan (pengawasan yang ketat dari pemerintah dan masyarakat umum).

Merujuk hasil penelitian Juniarti dan Corolina (2005) dan Pramono

(2013) disebutkan bahwa ukuran perusahaan secara statistik tidak berpengaruh

pada praktik perataan laba dalam perusahaan, hal ini berarti baik perusahaan besar

maupun perusahaan kecil dapat melakukan perataan laba. Hasil yang sama juga

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

ditemukan dalam penelitian Rahma Sari (2014) yang juga menyebutkan bahwa

ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya praktik perataan laba.

Namun, penelitian tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Budiasih

(2009) dan Peranasari dan Dharmadiaksa (2014) yang membuktikan dalam

penelitiannya bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perataan laba.

Reputasi auditor merupakan penilaian terhadap kualitas auditor dalam

melakukan audit (Prabayanti dan Yasa, 2011). Reputasi auditor didasarkan pada

kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring

yang secara umum tidak dapat diamati. Dalam penelitian ini auditor yang

dikatakan memiliki reputasi yang baik adalah yang tergabung dalam Big Four.

Sejarah munculnya Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four berawal dari tahun

1979 sampai dengan 1989 dimana saat itu KAP Big Eight merupakan KAP

internasional terbesar. Pada tahun 1989 Big Eight berubah menjadi Big Six karena

adanya beberapa merger dan kemudian berubah menjadi Big Five pada tahun

1998. Lalu pada tahun 2002 terkait dengan kasus Enron, Big Five berubah

menjadi Big Four dengan dikeluarkannya KAP Anderson. Sejak saat itu Big Four

merupakan kantor jasa profesional dan akuntansi terbesar yang melakukan audit

baik untuk perushaaan privat maupun perusahaan publik. Setiawan (2013)

menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk

menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada auditor skala kecil.

Prabayanti dan Yasa (2011) telah meneliti pengaruh variabel reputasi

auditor terhadap perataan laba dengan hasil reputasi auditor tidak berpengaruh

terhadap perataan laba. Prasetya dan Rahardjo (2013) juga mendukung hasil

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

temuan tersebut yang mana dalam penelitiannya reputasi auditor juga tidak

berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hal ini menunjukkan bahwa Kantor

Akuntan Publik (KAP) besar yang memiliki reputasi baik pun tidak dapat

menghalangi manajer dalam melakukan praktik perataan laba. Hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Marpaung dan Latrini (2014) yang

mana hasilnya reputasi auditor berpengaruh terhadap perataan laba perusaahaan.

Struktur kepemilikan mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh

diantara para pemegang saham atas kegiatan operasional perusahaan. Struktur

kepemilikan memiliki dua bentuk yaitu struktur kepemilikan terkonsentrasi dan

menyebar. Kepemilikan terkonsentrasi cukup lazim ditemukan di negara yang

ekonominya sedang berkembang sedangkan kepemilikan menyebar lebih banyak

ditemui di negara yang memiliki perlindungan yang bagus terhadap pemegang

saham terutama pemegang saham minoritas. Secara spesifik kategori struktur

kepemilikan meliputi kepemilikan oleh institusi domestik, institusi asing,

pemerintah, karyawan, dan individual domestik (Xu dan Yang, 1997).

Dalam penelitian ini struktur kepemilikan akan diproksikan oleh struktur

kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan publik. Menurut Brochet dan

Gao (2004) manajemen yang memiliki saham perusahaan memiliki informasi

lebih banyak tentang perusahaan dibanding pemegang saham non institusi

lainnya, dengan demikian memiliki kesempatan untuk melakukan perataan laba

untuk meminimalisir volatilitas labanya untuk meningkatkan kinerja saham

perusahaan. Prayudi dan Daud (2013) menemukan dalam penelitiannya variabel

struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Sementara Peranasari dan Dharmadiaksa (2014) dalam penelitiannya menemukan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap indikasi perataan

laba yang dilakukan perusahan. Hal ini berarti semakin besar kepemilikan

manajerial, manajer semakin leluasa dalam melakukan praktik perataan laba guna

menunjukkan kinerja yang baik pada investor.

Michelson et al. (2000) dalam Aji dan Mita (2010), berpendapat bahwa

semakin tinggi kepemilikan publik dalam struktur kepemilikan perusahaan, maka

perusahaan cenderung melakukan perataan laba agar menghasilkan variabilitas

laba yang rendah yang mengindikasikan risiko yang rendah. Risiko yang rendah

inilah yang direspon positif oleh investor. Hal ini sesuai dengan hasil temuan

Suratna dan Merdistusi (2004) dan Herni dan Susanto (2008) yang menemukan

bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap perataan laba. Aji dan Mita

(2010) serta Prayudi dan Daud (2013) menemukan hasil berbeda yaitu

kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Rahma

Sari (2014) yang mana hasil penelitiannya adalah variabel ukuran perusahaan dan

stuktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba

dengan populasi dan sampel seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rahma Sari (2014) yang pertama

adalah periode penelitian Rahma Sari (2014) adalah tahun 2008 sampai dengan

2011 sedangkan dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari periode

2011 sampai dengan 2014. Kedua, peneliti memproksikan struktur kepemilikan

dalam penelitian ini menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan

publik yang mana dalam penelitian Rahma Sari (2014) hanya meneliti struktur

kepemilikan manajerial saja. Alasan menambahkan variabel kepemilikan publik

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

dalam penelitian ini karena peneliti ingin membuktikan apakah dengan adanya

kepemilikan publik akan semakin mendorong manajemen untuk melakukan

perataan laba sehingga kinerja mereka akan terlihat baik dimata para pemegang

saham dan investor. Peneliti juga menambahkan satu variabel baru yaitu reputasi

auditor dengan alasan ingin membuktikan apakah perusahaan besar yang

terindikasi melakukan perataan laba akan menghindari penggunaan KAP besar

yang telah memiliki reputasi yang baik.

Pentingnya penelitian ini karena perataan laba merupakan salah satu

fenomena yang dilakukan oleh manajemen untuk menjaga citranya dimata publik,

sehingga diharapkan hasil penelitian ini mampu menjadi pertimbangan bagi pihak

terkait dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi yang akan

dilakukan serta untuk mengembangkan penelitian terdahulu mengenai variabel

penelitian lain yang berkaitan dengan praktik perataan laba. Berdasarkan latar

belakang tersebut maka peneliti mengambil judul “ Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Reputasi Auditor dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan Laba Pada

Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2011-2014”.

1.7 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba?

6. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap praktik perataan laba?

7. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap praktik

perataan laba?

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

8. Apakah struktur kepemilikan publik berpengaruh terhadap praktik

perataan laba?

1.8 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

5. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap

praktik perataan laba.

6. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh reputasi auditor terhadap

praktik perataan laba.

7. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh struktur kepemilikan

manajerial terhadap praktik perataan laba.

8. Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh struktur kepemilikan publik

terhadap praktik perataan laba.

1.9 Kegunaan Penelitian

1.9.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam bidang

akuntansi mengenai faktor-faktor yang dianggap memengaruhi terjadinya praktik

peratan laba. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendukung temuan-temuan riset

sebelumnya dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.9.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan acuan dalam peningkatan

kewaspadaan bagi para pihak eksternal perusahaan terhadap praktik perataan laba

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku pasar modal dalam mengambil

keputusan investasi pada perusahaan-perusahaan yang melakukan perataan laba.

1.10 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling terkait satu sama lainnya, yang

disusun secara terperinci dan sistematis untuk memberikan gambaran dan

mempermudah pembahasan tentang skripsi ini. Berikut sistematika dari masing-

masing bab :

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang relevan dengan

penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait serta rumusan

hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang metode penelitian meliputi

desain,lokasi, obyek, definisi operasional variabel, jenis dan

sumber data serta teknik analisis data yang digunakan.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang karakteristik populasi, hasil analisis

data yang mencakup hasil penelitian dan deskripsi hasil penelitian

serta pembahasan dari permasalahan yang ada.

Bab V Simpulan dan Saran

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdfPerusahaan seperti Enron, Tyco, WorldCom, London & Commonwealth dan perusahaan besar lainnya telah mengalami kebangkrutan yang disebabkan

Bab ini menguraikan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil

analisis dalam bab iv dan saran-saran yang diberikan dengan

simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta keterbatasan

dalam penelitian.