BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, teknologi informasi berperan sangat penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Kehidupan masyarakat modern yang serba cepat menjadikan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi suatu kebutuhan primer bagi setiap orang untuk mengikuti persaingan global. Fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak di seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang juga telah memacu perkembangan teknologi informasi pada masyarakatnya masing-masing. Kemajuan teknologi dan informasi merupakan sebuah kenyataan perkembangan peradaban dunia yang memberikan banyak akses bagi terjadinya perubahan pola kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang. Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi senjata pokok untuk membangun negara. Apabila satu negara ingin maju dan tetap eksis dalam persaingan global, maka negara tersebut harus menguasai informasi. Pentingnya peran teknologi informasi bagi suatu negara yaitu teknologi informasi mampu memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi yang dapat menambah wawasan dalam waktu yang singkat, dapat memudahkan transaksi bisnis karena memberikan kemudahan bagi para pelaku bisnis dalam bertransaksi,

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi, teknologi informasi berperan sangat penting bagi

kemajuan sebuah bangsa. Kehidupan masyarakat modern yang serba cepat

menjadikan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi suatu

kebutuhan primer bagi setiap orang untuk mengikuti persaingan global. Fenomena

kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak di seluruh belahan

dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang juga telah

memacu perkembangan teknologi informasi pada masyarakatnya masing-masing.

Kemajuan teknologi dan informasi merupakan sebuah kenyataan perkembangan

peradaban dunia yang memberikan banyak akses bagi terjadinya perubahan pola

kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang.

Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang

mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal utama dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi senjata pokok

untuk membangun negara. Apabila satu negara ingin maju dan tetap eksis dalam

persaingan global, maka negara tersebut harus menguasai informasi. Pentingnya

peran teknologi informasi bagi suatu negara yaitu teknologi informasi mampu

memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi yang dapat

menambah wawasan dalam waktu yang singkat, dapat memudahkan transaksi

bisnis karena memberikan kemudahan bagi para pelaku bisnis dalam bertransaksi,

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

2

di mana dunia semakin menjadi tanpa batas (borderless) dan teknologi informasi

pada saat sekarang ini sudah menjadi alat untuk menjadi tempat penyimpanan

dokumen-dokumen penting. Dapat dikatakan bahwa teknologi informasi telah

sukses mengawali perubahan tatanan kehidupan masyarakat baik di bidang

ekonomi maupun sosial, yang notabene pada awalnya bertransaksi dan

bersosialisasi dilakukan dengan menggunakan cara konvensional menjadi

transaksi dan sosialisasi secara elektronik.

Di era globalisasi dan informasi ini penguasaan terhadap informasi tidak

cukup hanya sekedar menguasai, diperlukan kecepatan dan ketepatan dari

masyarakat maupun pemerintah sangat dibutuhkan untuk dapat mengimbangi

cepatnya perkembangan kemajuan teknologi di masa kini maupun di masa

mendatang. Teknologi informasi dianggap dapat membawa suatu keuntungan

serta perubahan bagi suatu negara, demikian juga halnya dengan Indonesia.

Pemerintah membentuk suatu perundang-undangan yang mengatur mengenai

informasi dan transaksi elektronik yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut

UU ITE). UU ITE sekaligus menjadi payung hukum bagi terselenggarakannya

pelayanan jasa dengan menggunakan teknologi informasi. Penggunaan hukum

secara sadar untuk dipakai sebagai instrument merupakan salah satu ciri yang

menonjol dari hukum modern (law as a tool of social engineering), disamping ada

fungsi lain dari hukum yaitu sebagai alat control (law as a tool of social control).1

1 Suteki, 2013, Hukum dan Teknologi Sebuah Pergulatan Sosiologis, Thafa Media,

Yogyakarta, h.19.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

3

Globalisasi dalam dunia ekonomi khususnya dalam dunia perdagangan

adalah salah satu aspek kehidupan yang mendapatkan imbas dari kehadiran media

komunikasi yang cepat dan handal sehingga aktivitas bisnis di berbagai negara

cenderung meningkat. Berkenaan dengan adanya peningkatan aktivitas bisnis di

berbagai negara sebagai dampak dari penggunaan informasi dan komunikasi maka

sudah barang tentu hal ini akan berimbas juga pada munculnya percepatan baik itu

dalam sistem pelayanan jasa dan dalam sektor pembangunan ekonomi di negara

yang bersangkutan, seperti di Indonesia.2 Notaris sebagai pejabat umum yang

menyediakan jasa untuk melayani masyarakat diharapkan untuk tidak

ketingggalan serta mampu mengimbangi perkembangan teknologi yang terjadi ini.

Notaris juga dituntut agar semakin meningkatkan pelayanannya kepada

masyarakat dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa.

Dengan adanya suatu terobosan baru dalam era elektronik yang dalam

perkembangannya melahirkan konsep electronic notary dan cybernotary.

Penelitian yang dilakukan oleh Leslie Smith mengemukakan bahwa istilah

“electronic notary” digulirkan oleh delegasi Prancis dalam forum TEDIS (Trade

Electronics Data Interchanges System) legal workshop pada Konferensi EDI yang

diselenggerakan oleh European Union tahun 1989 di Brussel. Esensinya adalah

bahwa adanya suatu pihak yang menyajikan independent record terhadap suatu

transaksi elektronik yang dilakukan para pihak. Lebih jauh Lawrence Leff

mengemukakan bahwa yang dikonsepkan oleh ABA (American Bar Association)

2 R.A. Emma Nurita, 2012, Cyber Notary: Pemahaman Awal dalam Konsep Pemikiran,

PT. Refika Aditama, Bandung, h. 13.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

4

dengan “Cybernotary” adalah seseorang yang mempunyai kemampuan

spesialisasi dalam bidang hukum dan komputer.3

Konsep electronic notary atau cybernotary di Indonesia masih mengalami

perdebatan dari berbagai kalangan karena meskipun perkembangan teknologi

informasi pada saat ini sudah memungkinkan bagi notaris untuk berperan

didalamnya, namun hambatan datang dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) sebagai payung hukum bagi

notaris dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. UUJN yang

diundangkan pada tanggal 6 Oktober 2004 dibangun dengan mekanisme

konvensional bukan berbasis teknologi seperti sekarang ini, di mana transaksi

sudah tidak lagi dilakukan secara berhadap-hadapan melainkan dengan

dimanfaatkannya perkembangan teknologi informasi saat ini para pihak dapat

melakukan transaksi walaupun tidak bertemu langsung secara fisik. Pembaharuan

terhadap Undang-Undang ini terus dilakukan karena sudah tidak sesuai lagi

dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat serta untuk menjamin

kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum maka dikeluarkanlah Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

Notaris Indonesia harus mampu untuk memberikan sinergi dan harmoni

yang kuat terhadap pesatnya laju pertumbuhan dan perkembangan pembangunan

di tanah air. Melalui penerapan konsep cybernotary diharapkan masa yang akan

3 Edmon Makarim, 2013, Notaris dan Transaksi Elektronik: Kajiang Hukum tentang

Cybernotary atau Electronic Notary, Rajawali Pers , Jakarta, h. 11.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

5

datang, notaris Indonesia dapat memberikan kontribusinya bagi sistem hukum

kenotariatan di Indonesia.4 Dalam sistem hukum di Indonesia, Notaris mempunyai

peranan penting salah satunya adalah melakukan pendaftaran jaminan fidusia.

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda yang

berdasarkan kepercayaan dan penguasaannya tetap dilakukan oleh si pemilik

benda tersebut. Jaminan fidusia adalah hak agunan atau jaminan atas benda

bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud, atau yang tidak dapat dibebani

hak tanggungan menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan yang dimiliki oleh Penerima Fidusia yang terdaftar di Kantor

Pendaftaran Fidusia, yaitu sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu dan yang

mempunyai hak untuk didahulukan daripada para kreditor lainnya. Jaminan

fidusia merupakan perjanjian accessoir atau perjanjian ikutan dari suatu perjanjian

pokoknya. Sesuai yang tertuang dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor

42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut UUJF) bahwa

Pembebanan Benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam

bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia.

Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia tersebut wajib didaftarkan.

Tujuan dari pendaftaran fidusia yaitu untuk memberikan kepastian hukum bagi

para pihak, baik bagi pemberi fidusia, apalagi bagi penerima fidusia sehingga

dapat memberikan perlindungan hukum terhadap kreditur (penerima fidusia) dan

4 Emma Nurita, op.cit., h. 9.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

6

pihak ketiga lainnya.5 Pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan pada Kantor

Jaminan Fidusia. Namun sistem pendaftaran tersebut tidak dapat dilaksanakan

secara optimal, karena besarnya jumlah permohonan pendaftaran jaminan fidusia

yang masuk tiap harinya tidak sebanding dengan jumlah sumber daya manusia

dan sarana prasarana yang ada di Kantor Pendaftaran Fidusia, sehingga terjadi

penumpukan arsip pendaftaran Jaminan Fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia dan

menimbulkan ketidakpastian hukum terutama bagi kepastian penerbitan sertifikat

jaminan fidusia. Oleh karena itu, Pemerintah terus meningkatkan pelayanannya

kepada masyarakat dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa di

dalam era globalisasi perkembangan teknologi informasi. Dan terbukti pada bulan

Maret 2013 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah meluncurkan

program pendaftaran jaminan fidusia secara online melalui Surat Edaran Direktur

Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) Departemen Kehakiman dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013

Tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara

Elektronik (Online System). Pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik

bertujuan agar seluruh pendaftaran jaminan fidusia dapat terdata secara nasional

dalam database Ditjen AHU sehingga asas publisitas semakin meningkat.

Pendaftaran permohonan jaminan fidusia secara elektronik dilakukan

dengan mengisi formulir aplikasi oleh pemohon. Setelah pengisian formulir

pendaftaran permohonan jaminan fidusia, pemohon mencetak bukti pendaftaran

5 Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta,

(selanjutnya disebut dengan Rachmadi Usman I), h. 200.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

7

dan melakukan pembayaran biaya pendaftaran permohonan jaminan fidusia

melalui Bank Persepsi. Setelah melakukan pembayaran, pemohon mencetak

sertifikat jaminan fidusia. Berdasarkan Pasal 14 ayat (2) UUJF menyatakan bahwa

Sertifikat Jaminan Fidusia yang merupakan salinan dari Buku Daftar Fidusia

memuat catatan tentang hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).

Namun dalam prakteknya, Sertifikat Jaminan secara Elektronik (Online System)

tidak memuat catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) UUJF,

hanya terdapat bunyi “sesuai akta notaris…”. Dalam hal ini jelas tidak adanya

kepastian hukum mengenai sertifikat jaminan fidusia yang dicetak (print out) oleh

pemohon. Hal ini akan menimbulkan keraguan terhadap keabsahan dari sertifikat

jaminan fidusia mengingat adanya sertifikat jaminan fidusia bertujuan untuk

menjamin kepastian hukum bagi penerima fidusia maupun pemberi fidusia

sehingga dapat memberikan perlindungan hukum bagi para pihak. Berdasarkan

dari latar belakang diatas, maka akan dibahas dalam skripsi yang berjudul

“KEPASTIAN HUKUM SISTEM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA

SECARA ELEKTRONIK (ONLINE SYSTEM)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah sebelumnya, maka dapat

dikemukakan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi

ini antara lain :

1. Apa dasar hukum pihak Notaris dalam melakukan pendaftaran jaminan

fidusia secara elektronik (online system) ?

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

8

2. Bagaimana kepastian hukum sistem pendaftaran jaminan fidusia secara

elektronik (online system) terkait dengan keabsahan Sertifikat Jaminan

Fidusia secara elektronik ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Adanya pembatasan ruang lingkup masalah yang akan dibahas umumnya

dipergunakan agar tidak adanya pembahasan yang berlebihan dan ada kesesuaian

antara pembahasan dengan permasalahan, maka dirasa perlu memberikan batasan-

batasan permasalahan yang berkaitan dengan Jaminan Fidusia . Adapun yang akan

dibahas yaitu pertama-tama akan dibahas mengenai dasar hukum pihak notaris

dalam melakukan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik (online system).

Sedangkan permasalahan kedua yang akan dibahas yaitu mengenai bagaimana

kepastian hukum sistem pendaftaran fidusia secara elektronik (online system)

terkait dengan keabsahan Sertifikat Jaminan Fidusia secara elektronik.

1.4. Orisinalitas Penelitian

Perbedaan penulisan hukum ini dengan karya peneliti lain adalah:

Tabel I

No

mor Peneliti Judul Rumusan Masalah

1. Anak Agung

Sagung Ayu

Gita Santini,

“Peranan Kantor

Wilayah Hukum

Dan HAM Provinsi

1. Bagaimana kewenangan

Kantor Wilayah Hukum dan

HAM Provinsi Bali dalam

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

9

1003005205,

Fakultas

Hukum

Universitas

Udayana,

tahun 2014

Bali Berkaitan

Dengan Pendaftaran

Jaminan Fidusia

Yang Dilakukan

Setelah Debitur

Wanprestasi”.

melakukan pendaftaran

jaminan fidusia ?

2. Apakah dapat dilakukannya

pendaftaran jaminan fidusia

setelah debitur wanprestasi ?

2. Putu Edgar

Tanaya,

0903005170,

Fakultas

Hukum

Universitas

Udayana,

tahun 2013

“ Pengaturan Surat

Pengalihan Piutang

Atas Nama (Cessie)

Yang Dibuat

Dengan Akta

Dibawah Tangan

Dikaitkan Dengan

Undang-Undang

Nomor 42 Tahun

1999 Tentang

Jaminan Fidusia”.

1. Bagaimanakah keabsahan

surat pengalihan piutang atas

nama (Cessie) yang dibuat

dibawah tangan berkaitan

dengan Undang-Undang

Jaminan Fidusia?

2. Bagaimanakah akibat hukum

surat pengalihan piutang atas

nama (Cessie) yang dibuat

dibawah tangan berkaitan

dengan Undang-Undang

Jaminan Fidusia?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

10

3. Gede Fajar

Bagyastra,

Fakultas

Hukum

Universitas

Udayana,

tahun 2009

“Akibat Hukum

Jaminan Fidusia

Tidak Didaftaran

Pada Kantor

Departemen Hukum

Dan HAM Di

Denpasar”.

1. Bagaimana pembebanan

Jaminan Fidusia dalam

pemberian kredit pada PT.

Bank BPD Bali ?

2. Akibat hukum apakah yang

timbul apabila pembebanan

jaminan fidusia tidak

didaftarkan kepada Kantor

Departemen Hukum dan

HAM?

Tabel II

No Peneliti Judul Rumusan Masalah

1. Ni Nyoman

Ratih Kesuma

Dewi,

1103005095,

Fakultas

Hukum

Universitas

Udayana,

tahun 2015

“Kepastian Hukum

Sistem Pendaftaran

Jaminan Fidusia

Secara Elektronik

(Online System)”.

1. Apa dasar hukum pihak

Notaris dalam melakukan

pendaftaran jaminan fidusia

secara elektronik (online

system) ?

2. Bagaimana kepastian hukum

sistem pendaftaran jaminan

fidusia secara elektronik

(online system) terkait dengan

keabsahan Sertifikat Jaminan

Fidusia secara elektronik ?

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

11

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan suatu hasil,

demikian pula halnya dengan setiap penulisan skripsi, haruslah mempunyai tujuan

yang dapat di pertangung jawabkan. Dengan demikian tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1.5.1. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Hukum Jaminan.

2. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Hukum Jaminan Fidusia,

Jabatan Notaris dan Perjanjian Kredit.

1.5.2. Tujuan Khusus

1. Untuk memahami dasar hukum pihak notaris dalam melakukan

pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik (online system) karena

selama ini belum ada ketentuan yang secara jelas mengatur tentang

kewenangan notaris di dalam melakukan pendaftaran jaminan fidusia.

2. Untuk memahami kepastian hukum sistem pendaftaran jaminan fidusia

secara elektronik (online system) terkait dengan keabsahan dari sertifikat

jaminan fidusia secara elektronik.

1.6. Manfaat penulisan

1.6.1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam studi hukum

perdata, khususnya hukum jaminan, serta untuk menambah wawasan tentang

dasar hukum pihak notaris dalam melakukan pendaftaran jaminan fidusia secara

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

12

elektronik (online system) dan kepastian hukum sistem pendaftaran jaminan

fidusia secara elektronik (online system) terkait dengan keabsahan Sertifikat

Jaminan Fidusia secara elektronik.

1.6.2. Manfaat praktis

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

memberi informasi mengenai dasar hukum pihak notaris dalam melakukan

pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik (online system) dan kepastian

hukum sistem pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik (online system)

terkait dengan keabsahan Sertifikat Jaminan Fidusia secara elektronik.

1.7. Landasan Teoritis

Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan preposisi-preposisi yang

telah diuji kebenarannya. Apabila berpedoman kepada teori maka seorang

ilmuwan akan dapat menjelaskan, aneka macam gejala sosial yang dihadapinya

walaupun hal ini tidak selalu berarti adanya pemecahan terhadap masalah yang

dihadapi.6 Teori menggambarkan keteraturan atau hubungan dari gejala-gejala

yang tidak berubah di bawah kondisi tertentu tanpa pengecualian. Fungsi teori

dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan

meramalkan serta menjelaskan gejala yang dihadapi.

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda yang

berdasarkan kepercayaan dan penguasaannya tetap dilakukan oleh si pemilik

benda tersebut. Jaminan fidusia adalah hak agunan atau jaminan atas benda

6 Soerjono Soekamto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, h. 6.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

13

bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud, atau yang tidak dapat dibebani

hak tanggungan menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan yang dimiliki oleh Penerima Fidusia yang terdaftar di Kantor

Pendaftaran Fidusia, yaitu sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu dan yang

mempunyai hak untuk didahulukan daripada para kreditor lainnya. Jaminan

fidusia merupakan perjanjian accessoir atau perjanjian ikutan dari suatu perjanjian

pokoknya. Pembebanan Benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris

dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia. Berdasarkan Pasal

11 ayat (1) UUJF dinyatakan bahwa Benda yang dibebani dengan Jaminan

Fidusia tersebut wajib didaftarkan. Tujuan dari pendaftaran fidusia yaitu untuk

memberikan kepastian hukum bagi para pihak, baik bagi pemberi fidusia, apalagi

bagi penerima fidusia sehingga dapat memberikan perlindungan hukum terhadap

kreditur (penerima fidusia) dan pihak ketiga lainnya. Pendaftaran Jaminan Fidusia

dilakukan pada Kantor Jaminan Fidusia. Di dalam UUJF tidak dinyatakan

pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik (online system). Namun pada tahun

Maret 2013 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah meluncurkan

program pendaftaran jaminan fidusia secara online melalui Surat Edaran Direktur

Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 Tentang

Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara

Elektronik (Online System).

Jaminan Fidusia adalah sub sistem hukum jaminan kebendaaan. Jaminan

kebendaan tidak dapat terlepas dari hukum benda karena kaitannya sangat erat,

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

14

terutama dalam jaminan kebendaan. Di dalam literatur jaminan selalu dikaitkan

dengan hak kebendaan, karena di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(selanjutnya disebut KUHPdt) jaminan merupakan hak kebendaaan dan

merupakan bagian dari hukum benda yang diatur dalam BUKU II KUHPdt.

Apabila melihat sistematika KUHPdt, maka akan terlihat seolah-olah jaminan

hanya merupakan jaminan kebendaan saja, karena pengaturan jaminan kebendaan

tersebut terdapat dalam Buku II tentang benda, sedangkan perjanjian jaminan

perorangan (Persoonlijke zekerheidsrechten, personal guaranty) seperti perjanjian

penanggungan (Bortoght) di dalam KUHPdt merupakan suatu jenis perjanjian

yang diatur dalam Buku III tentang perikatan.

Dalam keanekaragaman bidang hukum yang mengatur mengenai hukum

benda terdapat beberapa asas umum yang melandasinya. Asas umum dalam

KUHPdt antara lain:

1. Asas tertutup

Bahwa tidak dapat dibuat hak kebendaan baru selain yang telah disebut

secara limitatif dalam undang-undang. Asas ini dimaksudkan agar ada

kepastian hukum dalam hak kebendaan.

2. Asas absolut

Bahwa hak kebendaan dapat dipertahankan terhadap siapapun, setiap orang

harus menghormati hak tersebut.

3. Asas dapat diserahkan

Bahwa pemilikan benda mengandung wewenang untuk menyerahkan

bendanya.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

15

4. Asas mengikuti (Droit de suite)

Bahwa hak kebendaan akan mengikuti bendanya di tangan siapapun berada.

5. Asas publisitas

Bahwa pendaftaran benda merupakan kepemilikan.

6. Asas individual

Bahwa objek hak kebendaan hanya terhadap benda yang dapat ditentukan.

7. Asas totalitas

Bahwa hak milik hanya dapat diletakkan terhadap benda secara totalitas atau

secara keseluruhan dan tidak dapat pada bagian-bagian benda.

8. Asas pelekatan (asesi)

Asas yang melekatkan benda pelengkap pada benda pokoknya.

9. Asas besit merupakan title sempurna

Asas ini berlaku bagi benda bergerak dan terdapat dalam Pasal 1977

KUHPdt. Asas ini hanya berlaku bagi benda bergerak tidak atas nama

ataupun tidak terdaftar.

Sedangkan terdapat 5 asas penting dalam hukum jaminan, sebagaimana

dipaparkan berikut ini:

1. Asas Publisitas (Publicitet)

Asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus

didaftarkan.pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui

bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan.

Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten/Kota, pendaftaran fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

16

pada Kantor Departemen Kehakiman Hak Asasi Manusia, sedangkan pendaftaran

hipotek kapal laut dilakukan didepan pejabat pendaftaran dan pencacat balik nama

yaitu syahbandar. Asas Publisitas merupakan salah satu ciri jaminan hutang

modern dengan tujuan semakin terpublikasinya suatu jaminan hutang, maka

kreditur atau khalayak ramai dapat mengetahuinya atau punya akses untuk

mengetahui informasi-informasi penting di sekitar jaminan hutang tersebut,

sehingga diharapkan agar pihak debitur tidak dapat mengibuli kreditur atau calon

kreditur dengan memfidusiakan sekali lagi atau bahkan menjual barang objek

jaminan fidusia tanpa sepengetahuan kreditur asal.7

2. Asas Specialitet

Bahwa hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek hanya dapat dibebankan

atas percil atau atas barang-barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu.

3. Asas tak dapat dibagi-bagi

Asas dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapt dibaginya hak

tanggungan, hak fidusia, hipotek, dan hak gadai walaupun telah dilakukan

pembayaran sebagian.

4. Asas inbezittstelling

Barang jaminan (gadai) harus berada pada penerima gadai.

5. Asas horizontal

Bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hak ini dapat dilihat

dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik.

7 Munir Fuady, 2003, Jaminan Fidusia : Cetakan Kedua Revisi, Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 30.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

17

Bangunannya milik dari yang besangkutan atau pemberi tanggungan, tetapi

tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai.

Beberapa prinsip utama dalam Jaminan Fidusia yakni:

1. Pemegang fidusia berfungsi sebagai jaminan bukan sebagai pemilik

sebenarnya

2. Pemegang fidusia berhak untuk mengeksekusi barang jaminan jika ada

wanpestasi dari debitor

3. Objek jaminan fidusia wajib dikembalikan kepada pemberi fidusia jika

hutang sudah dilunasi

4. Jika hasil eksekusi barang fidusia melebihi jumlah hutang, maka sisanya

harus dikembalikan kepada pemberi fidusia.

Jaminan fidusia merupakan jaminan perseorangan, dimana antara Pemberi

Fidusia dan Penerima Fidusia saling memberikan kepercayaan, Pemberi Fidusia

menyerahkan hak kepemilikannya kepada Penerima Fidusia, namun Penerima

Fidusia tidak langsung memiliki objek yang menjadi jaminan fidusia tersebut

yang diserahkan oleh Pemberi Fidusia.

Jaminan fidusia mempunyai sifat dan asas, sifat-sifat tersebut antara lain

yaitu jaminan kebendaan dan perjanjian ikutan (accesoir), sedangkan asas-asas

jaminan fidusia antara lain sebagai berikut:

1. Asas hak mendahului dimiliki oleh Kreditur

2. Asas objek jaminan fidusia yang mengikuti bendanya

3. Asas jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan

4. Asas objek jaminan fidusia terhadap utang kontijen

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

18

5. Asas objek jaminan fidusia pada benda yang akan ada

6. Asas objek jaminan fidusia diatas tanah milik orang lain

7. Asas objek jaminan fidusia diuraikan lebih terperinci

8. Asas Pemberi Jaminan Fidusia harus kompeten

9. Asas Jaminan Fidusia harus didaftarkan

10. Asas benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tidak dapat dimiliki oleh

Kreditur.

11. Asas bahwa jaminan fidusia mempunyai hak prioritas

12. Asas bahwa Pemberi Fidusia harus beritikad baik

13. Asas bahwa jaminan fidusia mudah dieksekusi.

Semua asas-asas yang tercantum dalam jaminan fidusia mencerminkan

bahwa hukum jaminan fidusia mempunyai karakter dan keunikan tersendiri yang

perlu diteliti sedemikian rupa. Masih banyak kelemahan dalam pembentukan

UUJF dan pengaturannya serta penafsirannya. Untuk melaksanakan asas-asas

tersebut di atas seharusnya dalam pembuatan akta Jaminan Fidusia yang dibuat

oleh Notaris, antara Pemberi Fidusia atau Debitur dengan Penerima Fidusia atau

Kreditur, haruslah dibuat dengan lengkap. Dimulai dengan penandatanganan

perjanjian pokok, Surat Kuasa untuk mendaftarkan fidusia dari Penerima Fidusia

kepada Notaris atau karyawan Notaris. Surat Kuasa pendaftaran tersebut dapat

disubstitusikan kepada karyawan Notaris, apabila didalam Surat Kuasa tersebut

Penerima Fidusia hanya memberikan kuasanya kepada Notaris. Proses pembuatan

akta jaminan fidusia tidak lantas berhenti sampai tahap pembuatan akta Jaminan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

19

Fidusia saja, namun proses pendaftaran jaminan fidusia sangat diperlukan untuk

menjamin kepastian hukum serta perlindungan hukum terhadap para pihak.

1.8. Metode Penelitian

1.8.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penilitian hukum normatif. Menurut

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji mengidentikkan penelitian hukum normatif

tersebut sebagai penelitian hukum kepustakaan yang mencakup penelitian

terhadap asas-asas hukum, sistematik hukum, penelitian terhadap taraf

sinkronisasi vertikal dan horizontal, perbandingan hukum, serta sejarah hukum.8

1.8.2. Jenis Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum pada umumnya adalah

”pendekatan Undang-Undang (statute approach) dan pendekatan konsep hukum

(conceptual approach)”.9 Pendekatan Undang-Undang (statue approach)

dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut

paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan

praktis, pendekatan Undang-Undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti

untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu Undang-

8.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. h. 12.

9Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, (selanjutnya

disebut dengan Peter Mahmud Marzuki I), h. 93.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

20

Undang dengan Undang-Undang lainnya atau antara Undang-Undang dan

Undang-Undang Dasar atau antara regulasi dan Undang-Undang.10

Sedangkan pendekatan konsep hukum (conceptual approach) beranjak dari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu

hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam

ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-

pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan

dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-

doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu

argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.11

Berdasarkan jenis-jenis pendekatan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Undang-

Undang (the statute approach) karena pengkajian difokuskan terhadap

permasalahan hukum dalam penelitian ini didasarkan pada peraturan perundang-

undangan yaitu aturan-aturan hukum yang ditetapkan oleh Pejabat yang

berwenang. Selain itu, digunakan pendekatan konsep (conceptual approach)

karena permasalahan hukum dalam penelitian ini dikaji menurut konsep-konsep

hukum dan doktrin-doktrin/pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para

pakar/sarjana hukum. Konsep artinya ”pengertian yang diabstraksikan dari

peristiwa konkret atau gambaran tentang obyek, proses, ataupun sesuatu melalui

10

Ibid.

11 Ibid, h. 95.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

21

bahasa. Konsep itu dapat berupa definisi, batasan, unsur-unsur, ciri-ciri dan

kriteria”.12

1.8.3. Sumber Bahan Hukum

Untuk menunjang pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan

penulis mendapatkan bahan hukum melalui :

a. Bahan Hukum Primer

Suatu bahan hukum yang bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu

bahan hukum yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber

pertamanya, melainkan bersumber dari bahan-bahan hukum yang sudah

terdokumenkan. Adapun bahan-bahan hukum primer yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia,

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Teknologi Elektronik, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Perbankan, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 8

Tahun 2013 Tentang Pendelegasian Penandatanganan Sertifikat

Jaminan Fidusia secara Elektronik, Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan Sistem

12

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, (selanjutnya disebut dengan Abdulkadir Muhammad I), h. 78.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal

22

Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik pada Kementrian

Hukum dan HAM Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Tata Cara

Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

buku-buku, artikel, majalah, internet dan surat kabar yang berkaitan

dengan Jaminan Fidusia.

1.8.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum primer dan sekunder dikumpulkan menurut metode

sistematis serta dicatat pada sebuah buku yang diperuntukkan khusus untuk

pengumpulan bahan hukum dan pada buku tersebut dicatat konsep-konsep yang

berkaitan dengan permasalahan hukum dalam penelitian ini.

1.8.5. Teknik Analisa Bahan Hukum

Setelah bahan hukum terkumpul, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan

permasalahan yang dibahas. Bahan hukum tersebut dianalisa dengan teori-teori

yang relevan dengan permasalahan, kemudian ditarik suatu kesimpulan untuk

menjawab permasalahan yang dikemukakan. Pada akhirnya disajikan secara

deskriptif kualitatif.