BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I.pdf · Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi, teknologi informasi berperan sangat penting bagi
kemajuan sebuah bangsa. Kehidupan masyarakat modern yang serba cepat
menjadikan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi suatu
kebutuhan primer bagi setiap orang untuk mengikuti persaingan global. Fenomena
kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak di seluruh belahan
dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang juga telah
memacu perkembangan teknologi informasi pada masyarakatnya masing-masing.
Kemajuan teknologi dan informasi merupakan sebuah kenyataan perkembangan
peradaban dunia yang memberikan banyak akses bagi terjadinya perubahan pola
kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang.
Kemajuan suatu negara didukung oleh sistem teknologi informasi yang
mapan karena penguasaan terhadap informasi merupakan modal utama dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi senjata pokok
untuk membangun negara. Apabila satu negara ingin maju dan tetap eksis dalam
persaingan global, maka negara tersebut harus menguasai informasi. Pentingnya
peran teknologi informasi bagi suatu negara yaitu teknologi informasi mampu
memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi yang dapat
menambah wawasan dalam waktu yang singkat, dapat memudahkan transaksi
bisnis karena memberikan kemudahan bagi para pelaku bisnis dalam bertransaksi,
2
di mana dunia semakin menjadi tanpa batas (borderless) dan teknologi informasi
pada saat sekarang ini sudah menjadi alat untuk menjadi tempat penyimpanan
dokumen-dokumen penting. Dapat dikatakan bahwa teknologi informasi telah
sukses mengawali perubahan tatanan kehidupan masyarakat baik di bidang
ekonomi maupun sosial, yang notabene pada awalnya bertransaksi dan
bersosialisasi dilakukan dengan menggunakan cara konvensional menjadi
transaksi dan sosialisasi secara elektronik.
Di era globalisasi dan informasi ini penguasaan terhadap informasi tidak
cukup hanya sekedar menguasai, diperlukan kecepatan dan ketepatan dari
masyarakat maupun pemerintah sangat dibutuhkan untuk dapat mengimbangi
cepatnya perkembangan kemajuan teknologi di masa kini maupun di masa
mendatang. Teknologi informasi dianggap dapat membawa suatu keuntungan
serta perubahan bagi suatu negara, demikian juga halnya dengan Indonesia.
Pemerintah membentuk suatu perundang-undangan yang mengatur mengenai
informasi dan transaksi elektronik yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut
UU ITE). UU ITE sekaligus menjadi payung hukum bagi terselenggarakannya
pelayanan jasa dengan menggunakan teknologi informasi. Penggunaan hukum
secara sadar untuk dipakai sebagai instrument merupakan salah satu ciri yang
menonjol dari hukum modern (law as a tool of social engineering), disamping ada
fungsi lain dari hukum yaitu sebagai alat control (law as a tool of social control).1
1 Suteki, 2013, Hukum dan Teknologi Sebuah Pergulatan Sosiologis, Thafa Media,
Yogyakarta, h.19.
3
Globalisasi dalam dunia ekonomi khususnya dalam dunia perdagangan
adalah salah satu aspek kehidupan yang mendapatkan imbas dari kehadiran media
komunikasi yang cepat dan handal sehingga aktivitas bisnis di berbagai negara
cenderung meningkat. Berkenaan dengan adanya peningkatan aktivitas bisnis di
berbagai negara sebagai dampak dari penggunaan informasi dan komunikasi maka
sudah barang tentu hal ini akan berimbas juga pada munculnya percepatan baik itu
dalam sistem pelayanan jasa dan dalam sektor pembangunan ekonomi di negara
yang bersangkutan, seperti di Indonesia.2 Notaris sebagai pejabat umum yang
menyediakan jasa untuk melayani masyarakat diharapkan untuk tidak
ketingggalan serta mampu mengimbangi perkembangan teknologi yang terjadi ini.
Notaris juga dituntut agar semakin meningkatkan pelayanannya kepada
masyarakat dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa.
Dengan adanya suatu terobosan baru dalam era elektronik yang dalam
perkembangannya melahirkan konsep electronic notary dan cybernotary.
Penelitian yang dilakukan oleh Leslie Smith mengemukakan bahwa istilah
“electronic notary” digulirkan oleh delegasi Prancis dalam forum TEDIS (Trade
Electronics Data Interchanges System) legal workshop pada Konferensi EDI yang
diselenggerakan oleh European Union tahun 1989 di Brussel. Esensinya adalah
bahwa adanya suatu pihak yang menyajikan independent record terhadap suatu
transaksi elektronik yang dilakukan para pihak. Lebih jauh Lawrence Leff
mengemukakan bahwa yang dikonsepkan oleh ABA (American Bar Association)
2 R.A. Emma Nurita, 2012, Cyber Notary: Pemahaman Awal dalam Konsep Pemikiran,
PT. Refika Aditama, Bandung, h. 13.
4
dengan “Cybernotary” adalah seseorang yang mempunyai kemampuan
spesialisasi dalam bidang hukum dan komputer.3
Konsep electronic notary atau cybernotary di Indonesia masih mengalami
perdebatan dari berbagai kalangan karena meskipun perkembangan teknologi
informasi pada saat ini sudah memungkinkan bagi notaris untuk berperan
didalamnya, namun hambatan datang dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) sebagai payung hukum bagi
notaris dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. UUJN yang
diundangkan pada tanggal 6 Oktober 2004 dibangun dengan mekanisme
konvensional bukan berbasis teknologi seperti sekarang ini, di mana transaksi
sudah tidak lagi dilakukan secara berhadap-hadapan melainkan dengan
dimanfaatkannya perkembangan teknologi informasi saat ini para pihak dapat
melakukan transaksi walaupun tidak bertemu langsung secara fisik. Pembaharuan
terhadap Undang-Undang ini terus dilakukan karena sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat serta untuk menjamin
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum maka dikeluarkanlah Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
Notaris Indonesia harus mampu untuk memberikan sinergi dan harmoni
yang kuat terhadap pesatnya laju pertumbuhan dan perkembangan pembangunan
di tanah air. Melalui penerapan konsep cybernotary diharapkan masa yang akan
3 Edmon Makarim, 2013, Notaris dan Transaksi Elektronik: Kajiang Hukum tentang
Cybernotary atau Electronic Notary, Rajawali Pers , Jakarta, h. 11.
5
datang, notaris Indonesia dapat memberikan kontribusinya bagi sistem hukum
kenotariatan di Indonesia.4 Dalam sistem hukum di Indonesia, Notaris mempunyai
peranan penting salah satunya adalah melakukan pendaftaran jaminan fidusia.
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda yang
berdasarkan kepercayaan dan penguasaannya tetap dilakukan oleh si pemilik
benda tersebut. Jaminan fidusia adalah hak agunan atau jaminan atas benda
bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud, atau yang tidak dapat dibebani
hak tanggungan menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 Tentang Hak
Tanggungan yang dimiliki oleh Penerima Fidusia yang terdaftar di Kantor
Pendaftaran Fidusia, yaitu sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu dan yang
mempunyai hak untuk didahulukan daripada para kreditor lainnya. Jaminan
fidusia merupakan perjanjian accessoir atau perjanjian ikutan dari suatu perjanjian
pokoknya. Sesuai yang tertuang dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut UUJF) bahwa
Pembebanan Benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam
bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia.
Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia tersebut wajib didaftarkan.
Tujuan dari pendaftaran fidusia yaitu untuk memberikan kepastian hukum bagi
para pihak, baik bagi pemberi fidusia, apalagi bagi penerima fidusia sehingga
dapat memberikan perlindungan hukum terhadap kreditur (penerima fidusia) dan
4 Emma Nurita, op.cit., h. 9.
6
pihak ketiga lainnya.5 Pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan pada Kantor
Jaminan Fidusia. Namun sistem pendaftaran tersebut tidak dapat dilaksanakan
secara optimal, karena besarnya jumlah permohonan pendaftaran jaminan fidusia
yang masuk tiap harinya tidak sebanding dengan jumlah sumber daya manusia
dan sarana prasarana yang ada di Kantor Pendaftaran Fidusia, sehingga terjadi
penumpukan arsip pendaftaran Jaminan Fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia dan
menimbulkan ketidakpastian hukum terutama bagi kepastian penerbitan sertifikat
jaminan fidusia. Oleh karena itu, Pemerintah terus meningkatkan pelayanannya
kepada masyarakat dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa di
dalam era globalisasi perkembangan teknologi informasi. Dan terbukti pada bulan
Maret 2013 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah meluncurkan
program pendaftaran jaminan fidusia secara online melalui Surat Edaran Direktur
Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU) Departemen Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013
Tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara
Elektronik (Online System). Pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik
bertujuan agar seluruh pendaftaran jaminan fidusia dapat terdata secara nasional
dalam database Ditjen AHU sehingga asas publisitas semakin meningkat.
Pendaftaran permohonan jaminan fidusia secara elektronik dilakukan
dengan mengisi formulir aplikasi oleh pemohon. Setelah pengisian formulir
pendaftaran permohonan jaminan fidusia, pemohon mencetak bukti pendaftaran
5 Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta,
(selanjutnya disebut dengan Rachmadi Usman I), h. 200.
7
dan melakukan pembayaran biaya pendaftaran permohonan jaminan fidusia
melalui Bank Persepsi. Setelah melakukan pembayaran, pemohon mencetak
sertifikat jaminan fidusia. Berdasarkan Pasal 14 ayat (2) UUJF menyatakan bahwa
Sertifikat Jaminan Fidusia yang merupakan salinan dari Buku Daftar Fidusia
memuat catatan tentang hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).
Namun dalam prakteknya, Sertifikat Jaminan secara Elektronik (Online System)
tidak memuat catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) UUJF,
hanya terdapat bunyi “sesuai akta notaris…”. Dalam hal ini jelas tidak adanya
kepastian hukum mengenai sertifikat jaminan fidusia yang dicetak (print out) oleh
pemohon. Hal ini akan menimbulkan keraguan terhadap keabsahan dari sertifikat
jaminan fidusia mengingat adanya sertifikat jaminan fidusia bertujuan untuk
menjamin kepastian hukum bagi penerima fidusia maupun pemberi fidusia
sehingga dapat memberikan perlindungan hukum bagi para pihak. Berdasarkan
dari latar belakang diatas, maka akan dibahas dalam skripsi yang berjudul
“KEPASTIAN HUKUM SISTEM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA
SECARA ELEKTRONIK (ONLINE SYSTEM)”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah sebelumnya, maka dapat
dikemukakan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi
ini antara lain :
1. Apa dasar hukum pihak Notaris dalam melakukan pendaftaran jaminan
fidusia secara elektronik (online system) ?
8
2. Bagaimana kepastian hukum sistem pendaftaran jaminan fidusia secara
elektronik (online system) terkait dengan keabsahan Sertifikat Jaminan
Fidusia secara elektronik ?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Adanya pembatasan ruang lingkup masalah yang akan dibahas umumnya
dipergunakan agar tidak adanya pembahasan yang berlebihan dan ada kesesuaian
antara pembahasan dengan permasalahan, maka dirasa perlu memberikan batasan-
batasan permasalahan yang berkaitan dengan Jaminan Fidusia . Adapun yang akan
dibahas yaitu pertama-tama akan dibahas mengenai dasar hukum pihak notaris
dalam melakukan pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik (online system).
Sedangkan permasalahan kedua yang akan dibahas yaitu mengenai bagaimana
kepastian hukum sistem pendaftaran fidusia secara elektronik (online system)
terkait dengan keabsahan Sertifikat Jaminan Fidusia secara elektronik.
1.4. Orisinalitas Penelitian
Perbedaan penulisan hukum ini dengan karya peneliti lain adalah:
Tabel I
No
mor Peneliti Judul Rumusan Masalah
1. Anak Agung
Sagung Ayu
Gita Santini,
“Peranan Kantor
Wilayah Hukum
Dan HAM Provinsi
1. Bagaimana kewenangan
Kantor Wilayah Hukum dan
HAM Provinsi Bali dalam
9
1003005205,
Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana,
tahun 2014
Bali Berkaitan
Dengan Pendaftaran
Jaminan Fidusia
Yang Dilakukan
Setelah Debitur
Wanprestasi”.
melakukan pendaftaran
jaminan fidusia ?
2. Apakah dapat dilakukannya
pendaftaran jaminan fidusia
setelah debitur wanprestasi ?
2. Putu Edgar
Tanaya,
0903005170,
Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana,
tahun 2013
“ Pengaturan Surat
Pengalihan Piutang
Atas Nama (Cessie)
Yang Dibuat
Dengan Akta
Dibawah Tangan
Dikaitkan Dengan
Undang-Undang
Nomor 42 Tahun
1999 Tentang
Jaminan Fidusia”.
1. Bagaimanakah keabsahan
surat pengalihan piutang atas
nama (Cessie) yang dibuat
dibawah tangan berkaitan
dengan Undang-Undang
Jaminan Fidusia?
2. Bagaimanakah akibat hukum
surat pengalihan piutang atas
nama (Cessie) yang dibuat
dibawah tangan berkaitan
dengan Undang-Undang
Jaminan Fidusia?
10
3. Gede Fajar
Bagyastra,
Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana,
tahun 2009
“Akibat Hukum
Jaminan Fidusia
Tidak Didaftaran
Pada Kantor
Departemen Hukum
Dan HAM Di
Denpasar”.
1. Bagaimana pembebanan
Jaminan Fidusia dalam
pemberian kredit pada PT.
Bank BPD Bali ?
2. Akibat hukum apakah yang
timbul apabila pembebanan
jaminan fidusia tidak
didaftarkan kepada Kantor
Departemen Hukum dan
HAM?
Tabel II
No Peneliti Judul Rumusan Masalah
1. Ni Nyoman
Ratih Kesuma
Dewi,
1103005095,
Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana,
tahun 2015
“Kepastian Hukum
Sistem Pendaftaran
Jaminan Fidusia
Secara Elektronik
(Online System)”.
1. Apa dasar hukum pihak
Notaris dalam melakukan
pendaftaran jaminan fidusia
secara elektronik (online
system) ?
2. Bagaimana kepastian hukum
sistem pendaftaran jaminan
fidusia secara elektronik
(online system) terkait dengan
keabsahan Sertifikat Jaminan
Fidusia secara elektronik ?
11
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan suatu hasil,
demikian pula halnya dengan setiap penulisan skripsi, haruslah mempunyai tujuan
yang dapat di pertangung jawabkan. Dengan demikian tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.5.1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Hukum Jaminan.
2. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Hukum Jaminan Fidusia,
Jabatan Notaris dan Perjanjian Kredit.
1.5.2. Tujuan Khusus
1. Untuk memahami dasar hukum pihak notaris dalam melakukan
pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik (online system) karena
selama ini belum ada ketentuan yang secara jelas mengatur tentang
kewenangan notaris di dalam melakukan pendaftaran jaminan fidusia.
2. Untuk memahami kepastian hukum sistem pendaftaran jaminan fidusia
secara elektronik (online system) terkait dengan keabsahan dari sertifikat
jaminan fidusia secara elektronik.
1.6. Manfaat penulisan
1.6.1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam studi hukum
perdata, khususnya hukum jaminan, serta untuk menambah wawasan tentang
dasar hukum pihak notaris dalam melakukan pendaftaran jaminan fidusia secara
12
elektronik (online system) dan kepastian hukum sistem pendaftaran jaminan
fidusia secara elektronik (online system) terkait dengan keabsahan Sertifikat
Jaminan Fidusia secara elektronik.
1.6.2. Manfaat praktis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
memberi informasi mengenai dasar hukum pihak notaris dalam melakukan
pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik (online system) dan kepastian
hukum sistem pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik (online system)
terkait dengan keabsahan Sertifikat Jaminan Fidusia secara elektronik.
1.7. Landasan Teoritis
Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan preposisi-preposisi yang
telah diuji kebenarannya. Apabila berpedoman kepada teori maka seorang
ilmuwan akan dapat menjelaskan, aneka macam gejala sosial yang dihadapinya
walaupun hal ini tidak selalu berarti adanya pemecahan terhadap masalah yang
dihadapi.6 Teori menggambarkan keteraturan atau hubungan dari gejala-gejala
yang tidak berubah di bawah kondisi tertentu tanpa pengecualian. Fungsi teori
dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan
meramalkan serta menjelaskan gejala yang dihadapi.
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda yang
berdasarkan kepercayaan dan penguasaannya tetap dilakukan oleh si pemilik
benda tersebut. Jaminan fidusia adalah hak agunan atau jaminan atas benda
6 Soerjono Soekamto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, h. 6.
13
bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud, atau yang tidak dapat dibebani
hak tanggungan menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 Tentang Hak
Tanggungan yang dimiliki oleh Penerima Fidusia yang terdaftar di Kantor
Pendaftaran Fidusia, yaitu sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu dan yang
mempunyai hak untuk didahulukan daripada para kreditor lainnya. Jaminan
fidusia merupakan perjanjian accessoir atau perjanjian ikutan dari suatu perjanjian
pokoknya. Pembebanan Benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris
dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan Fidusia. Berdasarkan Pasal
11 ayat (1) UUJF dinyatakan bahwa Benda yang dibebani dengan Jaminan
Fidusia tersebut wajib didaftarkan. Tujuan dari pendaftaran fidusia yaitu untuk
memberikan kepastian hukum bagi para pihak, baik bagi pemberi fidusia, apalagi
bagi penerima fidusia sehingga dapat memberikan perlindungan hukum terhadap
kreditur (penerima fidusia) dan pihak ketiga lainnya. Pendaftaran Jaminan Fidusia
dilakukan pada Kantor Jaminan Fidusia. Di dalam UUJF tidak dinyatakan
pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik (online system). Namun pada tahun
Maret 2013 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah meluncurkan
program pendaftaran jaminan fidusia secara online melalui Surat Edaran Direktur
Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 Tentang
Pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara
Elektronik (Online System).
Jaminan Fidusia adalah sub sistem hukum jaminan kebendaaan. Jaminan
kebendaan tidak dapat terlepas dari hukum benda karena kaitannya sangat erat,
14
terutama dalam jaminan kebendaan. Di dalam literatur jaminan selalu dikaitkan
dengan hak kebendaan, karena di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(selanjutnya disebut KUHPdt) jaminan merupakan hak kebendaaan dan
merupakan bagian dari hukum benda yang diatur dalam BUKU II KUHPdt.
Apabila melihat sistematika KUHPdt, maka akan terlihat seolah-olah jaminan
hanya merupakan jaminan kebendaan saja, karena pengaturan jaminan kebendaan
tersebut terdapat dalam Buku II tentang benda, sedangkan perjanjian jaminan
perorangan (Persoonlijke zekerheidsrechten, personal guaranty) seperti perjanjian
penanggungan (Bortoght) di dalam KUHPdt merupakan suatu jenis perjanjian
yang diatur dalam Buku III tentang perikatan.
Dalam keanekaragaman bidang hukum yang mengatur mengenai hukum
benda terdapat beberapa asas umum yang melandasinya. Asas umum dalam
KUHPdt antara lain:
1. Asas tertutup
Bahwa tidak dapat dibuat hak kebendaan baru selain yang telah disebut
secara limitatif dalam undang-undang. Asas ini dimaksudkan agar ada
kepastian hukum dalam hak kebendaan.
2. Asas absolut
Bahwa hak kebendaan dapat dipertahankan terhadap siapapun, setiap orang
harus menghormati hak tersebut.
3. Asas dapat diserahkan
Bahwa pemilikan benda mengandung wewenang untuk menyerahkan
bendanya.
15
4. Asas mengikuti (Droit de suite)
Bahwa hak kebendaan akan mengikuti bendanya di tangan siapapun berada.
5. Asas publisitas
Bahwa pendaftaran benda merupakan kepemilikan.
6. Asas individual
Bahwa objek hak kebendaan hanya terhadap benda yang dapat ditentukan.
7. Asas totalitas
Bahwa hak milik hanya dapat diletakkan terhadap benda secara totalitas atau
secara keseluruhan dan tidak dapat pada bagian-bagian benda.
8. Asas pelekatan (asesi)
Asas yang melekatkan benda pelengkap pada benda pokoknya.
9. Asas besit merupakan title sempurna
Asas ini berlaku bagi benda bergerak dan terdapat dalam Pasal 1977
KUHPdt. Asas ini hanya berlaku bagi benda bergerak tidak atas nama
ataupun tidak terdaftar.
Sedangkan terdapat 5 asas penting dalam hukum jaminan, sebagaimana
dipaparkan berikut ini:
1. Asas Publisitas (Publicitet)
Asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus
didaftarkan.pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui
bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan.
Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten/Kota, pendaftaran fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia
16
pada Kantor Departemen Kehakiman Hak Asasi Manusia, sedangkan pendaftaran
hipotek kapal laut dilakukan didepan pejabat pendaftaran dan pencacat balik nama
yaitu syahbandar. Asas Publisitas merupakan salah satu ciri jaminan hutang
modern dengan tujuan semakin terpublikasinya suatu jaminan hutang, maka
kreditur atau khalayak ramai dapat mengetahuinya atau punya akses untuk
mengetahui informasi-informasi penting di sekitar jaminan hutang tersebut,
sehingga diharapkan agar pihak debitur tidak dapat mengibuli kreditur atau calon
kreditur dengan memfidusiakan sekali lagi atau bahkan menjual barang objek
jaminan fidusia tanpa sepengetahuan kreditur asal.7
2. Asas Specialitet
Bahwa hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek hanya dapat dibebankan
atas percil atau atas barang-barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu.
3. Asas tak dapat dibagi-bagi
Asas dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapt dibaginya hak
tanggungan, hak fidusia, hipotek, dan hak gadai walaupun telah dilakukan
pembayaran sebagian.
4. Asas inbezittstelling
Barang jaminan (gadai) harus berada pada penerima gadai.
5. Asas horizontal
Bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hak ini dapat dilihat
dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik.
7 Munir Fuady, 2003, Jaminan Fidusia : Cetakan Kedua Revisi, Citra Aditya Bakti,
Bandung, h. 30.
17
Bangunannya milik dari yang besangkutan atau pemberi tanggungan, tetapi
tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai.
Beberapa prinsip utama dalam Jaminan Fidusia yakni:
1. Pemegang fidusia berfungsi sebagai jaminan bukan sebagai pemilik
sebenarnya
2. Pemegang fidusia berhak untuk mengeksekusi barang jaminan jika ada
wanpestasi dari debitor
3. Objek jaminan fidusia wajib dikembalikan kepada pemberi fidusia jika
hutang sudah dilunasi
4. Jika hasil eksekusi barang fidusia melebihi jumlah hutang, maka sisanya
harus dikembalikan kepada pemberi fidusia.
Jaminan fidusia merupakan jaminan perseorangan, dimana antara Pemberi
Fidusia dan Penerima Fidusia saling memberikan kepercayaan, Pemberi Fidusia
menyerahkan hak kepemilikannya kepada Penerima Fidusia, namun Penerima
Fidusia tidak langsung memiliki objek yang menjadi jaminan fidusia tersebut
yang diserahkan oleh Pemberi Fidusia.
Jaminan fidusia mempunyai sifat dan asas, sifat-sifat tersebut antara lain
yaitu jaminan kebendaan dan perjanjian ikutan (accesoir), sedangkan asas-asas
jaminan fidusia antara lain sebagai berikut:
1. Asas hak mendahului dimiliki oleh Kreditur
2. Asas objek jaminan fidusia yang mengikuti bendanya
3. Asas jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan
4. Asas objek jaminan fidusia terhadap utang kontijen
18
5. Asas objek jaminan fidusia pada benda yang akan ada
6. Asas objek jaminan fidusia diatas tanah milik orang lain
7. Asas objek jaminan fidusia diuraikan lebih terperinci
8. Asas Pemberi Jaminan Fidusia harus kompeten
9. Asas Jaminan Fidusia harus didaftarkan
10. Asas benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tidak dapat dimiliki oleh
Kreditur.
11. Asas bahwa jaminan fidusia mempunyai hak prioritas
12. Asas bahwa Pemberi Fidusia harus beritikad baik
13. Asas bahwa jaminan fidusia mudah dieksekusi.
Semua asas-asas yang tercantum dalam jaminan fidusia mencerminkan
bahwa hukum jaminan fidusia mempunyai karakter dan keunikan tersendiri yang
perlu diteliti sedemikian rupa. Masih banyak kelemahan dalam pembentukan
UUJF dan pengaturannya serta penafsirannya. Untuk melaksanakan asas-asas
tersebut di atas seharusnya dalam pembuatan akta Jaminan Fidusia yang dibuat
oleh Notaris, antara Pemberi Fidusia atau Debitur dengan Penerima Fidusia atau
Kreditur, haruslah dibuat dengan lengkap. Dimulai dengan penandatanganan
perjanjian pokok, Surat Kuasa untuk mendaftarkan fidusia dari Penerima Fidusia
kepada Notaris atau karyawan Notaris. Surat Kuasa pendaftaran tersebut dapat
disubstitusikan kepada karyawan Notaris, apabila didalam Surat Kuasa tersebut
Penerima Fidusia hanya memberikan kuasanya kepada Notaris. Proses pembuatan
akta jaminan fidusia tidak lantas berhenti sampai tahap pembuatan akta Jaminan
19
Fidusia saja, namun proses pendaftaran jaminan fidusia sangat diperlukan untuk
menjamin kepastian hukum serta perlindungan hukum terhadap para pihak.
1.8. Metode Penelitian
1.8.1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penilitian hukum normatif. Menurut
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji mengidentikkan penelitian hukum normatif
tersebut sebagai penelitian hukum kepustakaan yang mencakup penelitian
terhadap asas-asas hukum, sistematik hukum, penelitian terhadap taraf
sinkronisasi vertikal dan horizontal, perbandingan hukum, serta sejarah hukum.8
1.8.2. Jenis Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum pada umumnya adalah
”pendekatan Undang-Undang (statute approach) dan pendekatan konsep hukum
(conceptual approach)”.9 Pendekatan Undang-Undang (statue approach)
dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan
praktis, pendekatan Undang-Undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti
untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu Undang-
8.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. h. 12.
9Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, (selanjutnya
disebut dengan Peter Mahmud Marzuki I), h. 93.
20
Undang dengan Undang-Undang lainnya atau antara Undang-Undang dan
Undang-Undang Dasar atau antara regulasi dan Undang-Undang.10
Sedangkan pendekatan konsep hukum (conceptual approach) beranjak dari
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu
hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam
ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-
pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan
dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-
doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu
argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.11
Berdasarkan jenis-jenis pendekatan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Undang-
Undang (the statute approach) karena pengkajian difokuskan terhadap
permasalahan hukum dalam penelitian ini didasarkan pada peraturan perundang-
undangan yaitu aturan-aturan hukum yang ditetapkan oleh Pejabat yang
berwenang. Selain itu, digunakan pendekatan konsep (conceptual approach)
karena permasalahan hukum dalam penelitian ini dikaji menurut konsep-konsep
hukum dan doktrin-doktrin/pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para
pakar/sarjana hukum. Konsep artinya ”pengertian yang diabstraksikan dari
peristiwa konkret atau gambaran tentang obyek, proses, ataupun sesuatu melalui
10
Ibid.
11 Ibid, h. 95.
21
bahasa. Konsep itu dapat berupa definisi, batasan, unsur-unsur, ciri-ciri dan
kriteria”.12
1.8.3. Sumber Bahan Hukum
Untuk menunjang pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan
penulis mendapatkan bahan hukum melalui :
a. Bahan Hukum Primer
Suatu bahan hukum yang bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu
bahan hukum yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber
pertamanya, melainkan bersumber dari bahan-bahan hukum yang sudah
terdokumenkan. Adapun bahan-bahan hukum primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia,
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Teknologi Elektronik, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 8
Tahun 2013 Tentang Pendelegasian Penandatanganan Sertifikat
Jaminan Fidusia secara Elektronik, Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan Sistem
12
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, (selanjutnya disebut dengan Abdulkadir Muhammad I), h. 78.
22
Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik pada Kementrian
Hukum dan HAM Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
buku-buku, artikel, majalah, internet dan surat kabar yang berkaitan
dengan Jaminan Fidusia.
1.8.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Bahan-bahan hukum primer dan sekunder dikumpulkan menurut metode
sistematis serta dicatat pada sebuah buku yang diperuntukkan khusus untuk
pengumpulan bahan hukum dan pada buku tersebut dicatat konsep-konsep yang
berkaitan dengan permasalahan hukum dalam penelitian ini.
1.8.5. Teknik Analisa Bahan Hukum
Setelah bahan hukum terkumpul, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan
permasalahan yang dibahas. Bahan hukum tersebut dianalisa dengan teori-teori
yang relevan dengan permasalahan, kemudian ditarik suatu kesimpulan untuk
menjawab permasalahan yang dikemukakan. Pada akhirnya disajikan secara
deskriptif kualitatif.