BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia merupakan paradigma pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melaksanakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional adalah sektor ketenagalistrikan. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut persediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik. Pembangunan sektor ketenagalistrikan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Kini listrik merupakan sarana vital yang dibutuhkan oleh masyarakat, sebab sebagian besar aktivitas kehidupan yang dilakukan berhubungan dengan listrik. Kebutuhan akan listrik tidak hanya dalam kegiatan rumah tangga, melainkan meluas hingga kegiatan industri dan perekonomian. Sehingga dapat dikatakan bahwa listrik kini menjadi sumber energi utama dalam setiap kegiatan masyarakat.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional Indonesia merupakan paradigma pembangunan

yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik

secara material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka salah satu cara yang dapat

ditempuh adalah dengan melaksanakan pembangunan di berbagai bidang

kehidupan. Salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam

pelaksanaan pembangunan nasional adalah sektor ketenagalistrikan.

Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut persediaan dan

pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.

Pembangunan sektor ketenagalistrikan bertujuan untuk memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa guna mewujudkan

tujuan pembangunan nasional. Kini listrik merupakan sarana vital yang

dibutuhkan oleh masyarakat, sebab sebagian besar aktivitas kehidupan yang

dilakukan berhubungan dengan listrik. Kebutuhan akan listrik tidak hanya dalam

kegiatan rumah tangga, melainkan meluas hingga kegiatan industri dan

perekonomian. Sehingga dapat dikatakan bahwa listrik kini menjadi sumber

energi utama dalam setiap kegiatan masyarakat.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

2

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009

tentang Ketenagalistrikan (selanjutnya disebut UU Ketenagalistrikan), yang

dimaksud dengan tenaga listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang

dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macam

keperluan, tetapi tidak meliputi listrik yang dipakai untuk komunikasi,

elektronika, atau isyarat. Tenaga listrik mempunyai peran yang sangat penting

dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional maka usaha

penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara dan penyediaannya perlu terus

ditingkatkan sejalan dengan perkembangan pembangunan agar tersedia tenaga

listrik dalam jumlah yang cukup, merata, dan bermutu.

Tenaga listrik mempunyai arti penting bagi negara dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat sehingga penyediaan tenaga listrik harus mendapat

perhatian dari semua pihak yang berkompeten. Pihak-pihak tersebut adalah

pemerintah, badan usaha yang melaksanakan penyediaan tenaga listrik dan

konsumen. Berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 4 UU Ketenagalistrikan, pemerintah

sebagai penyelenggara usaha penyediaan tenaga listrik memberikan

kewenangannya kepada badan usaha milik negara (BUMN) untuk melaksanakan

penyediaan tenaga listrik. Pemerintah mempunyai kewenangan dalam menetapkan

kebijakan, pengaturan, pengawasan, dan melaksanakan usaha penyediaan tenaga

listrik.

BUMN yang melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik di Indonesia

adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). PT. PLN (Persero)

adalah BUMN dengan badan hukum berbentuk persero yang bergerak dalam

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

3

bidang usaha penyediaan tenaga listrik baik untuk industri maupun rumah tangga.

Maksud dan tujuan PT. PLN (Persero) adalah untuk menyelenggarakan usaha

penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang

memadai, serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan pemerintah di

bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan

menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut UU BUMN),

Persero atau perusahaan perseroan adalah BUMN yang berbentuk perseroan

terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51

% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia

yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Persero atau perusahaan perseroan

dalam badan usaha milik negara (BUMN) pada prinsipnya sama dengan perseroan

terbatas sebagaimana yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.1

Dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b dan Pasal 12 UU BUMN ditegaskan bahwa

PT. PLN (Persero) sebagai BUMN yang berbentuk persero bertujuan untuk

mengejar keuntungan. Hal ini sesuai dengan hakikat perseroan menurut Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut

UU Perseroan Terbatas) juga untuk mengejar keuntungan (profit oriented).

Mengingat persero pada dasarnya merupakan perseroan terbatas, semua ketentuan

Undang-Undang Perseroan Terbatas, termasuk pula segala peraturan

1Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, 2012, Hukum Perusahaan dan Kepailitan, Erlangga,

Jakarta, h. 160.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

4

pelaksanaannya berlaku pula bagi persero.2 Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa PT. PLN (Persero) tunduk dengan UU Perseroan Terbatas.

Usaha penyediaan tenaga listrik merupakan pengadaan tenaga listrik yang

meliputi pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga

listrik, dan penjualan tenaga listrik. Penjualan tenaga listrik adalah kegiatan usaha

penjualan tenaga listrik kepada konsumen. Dalam penjualan tenaga listrik kepada

konsumen terjadi transaksi jual beli tenaga listrik antara PT. PLN (Persero)

dengan konsumen. Jual beli merupakan suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua

pihak, dimana pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu

kebendaan dan pihak yang lain membayar harga yang telah dijanjikan.

Dalam rangka pelaksanaan jual beli tenaga listrik tersebut, maka akan

terjadi suatu hubungan hukum antara konsumen dengan PT. PLN (Persero).

Hubungan hukum merupakan hubungan yang diatur oleh hukum dan didalamnya

melekat hak dan kewajiban para pihak. Hubungan kewajiban dan hak adalah

keterikatan penjual untuk menyerahkan benda dan memperoleh pembayaran,

keterikatan pembeli untuk membayar harga dan memperoleh benda.3 Oleh karena

itu perlu diadakan suatu perjanjian untuk mengatur hak dan kewajiban para pihak

yang disebut dengan “Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL)” yang

harus ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak PT. PLN (Persero) dan

konsumen.

2Mulhadi, 2010, Hukum Perusahaan, Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia

Indonesia, Bogor, h. 168.

3Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 318.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

5

SPJBTL telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh pihak PT. PLN (Persero).

Isi dari perjanjian yang berupa hak dan kewajiban para pihak ditentukan secara

sepihak oleh PT. PLN (Persero). Perjanjian yang diterapkan oleh PT. PLN

(Persero) tersebut termasuk dalam perjanjian baku. Hal ini dimaksudkan untuk

membantu kelancaran dalam pelayanan kepada konsumen. Perjanjian baku

merupakan suatu perjanjian yang bentuk dan isinya ditentukan oleh salah satu

pihak. Tumbuh dan berkembangnya perjanjian baku di masyarakat didasarkan

atas efisiensi, baik dari segi waktu maupun biaya, sebab suatu transasksi bisnis

dengan menggunakan perjanjian baku biasanya dilakukan secara berulang-ulang

dan terus menerus.

Oleh karena perjanjian tersebut telah ditetapkan oleh PT. PLN (Persero)

maka konsumen hanya dapat menandatangani saja tanpa harus keberatan dengan

isi perjanjian tersebut. Dengan melakukan penandatangan perjanjian tersebut

maka dapat dikatakan bahwa konsumen telah setuju dengan isi perjanjian.

Sehingga dengan demikian sudah seharusnya konsumen berkewajiban membaca

isi perjanjian atau kontrak tersebut terlebih dahulu sebelum menandatanganinya.

Konsekuensi yuridis dari adanya kewajiban membaca kontrak adalah bahwa pada

prinsipnya para pihak tidak bisa di kemudian hari mengelak untuk melaksanakan

kontrak dengan alasan bahwa dia sebenarnya tidak membaca klausula kontrak

tersebut, atau terjebak dengan klausula kontrak yang bersangkutan.4 Namun

kenyataannya, konsumen tidak mengetahui adanya kewajiban dan konsekuensi

4Munir Fuady, 2003, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, h. 89.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

6

tersebut sehingga mereka tanpa berpikir panjang langsung saja menandatangani

perjanjian tersebut.

Dengan adanya perjanjian baku tersebut, pihak PT. PLN (Persero) dapat

mencantumkan ketentuan-ketentuan perjanjian sesuai dengan kemauannya.

Sehingga tidak tertutup kemungkinan dalam perjanjian baku tersebut lebih

mencerminkan kepentingan PT. PLN (Persero) dan mengandung ketentuan-

ketentuan yang memberatkan pihak konsumen, dalam arti kewajiban yang dipikul

konsumen lebih berat jika dibandingkan dengan haknya. Konsumen yang tanpa

berpikir panjang dan langsung menandatangani perjanjian tersebut tentunya tidak

mengetahui mengenai hal tersebut. Hal seperti inilah yang sering menimbulkan

adanya perselisihan di kemudian hari antara PT. konsumen yang telah terikat

perjanjian baku dengan PT. PLN (Persero).

Salah satu perselisihan yang terjadi antara konsumen dengan PT. PLN

(Persero) dalam jual beli tenaga listrik adalah berkaitan dengan pelanggaran

pemakaian tenaga listrik yang dilakukan oleh konsumen. Apabila terjadi kelainan

atau pelanggaran dalam pemakaian tenaga listrik yaitu adanya ketidaksesuaian

dalam penggunaan daya sehingga menyebabkan pembayaran listrik tidak menentu

setiap bulannya, maka PT. PLN (Persero) akan mengirimkan petugasnya untuk

melakukan pemeriksaan di tempat konsumen. Kelainan dalam pemakaian tenaga

listrik dapat dikarenakan adanya kesengajaan dari pihak konsumen atau adanya

gangguan pada meter PLN yang berada di tempat konsumen.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

7

Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada

beban tagihan listrik yang digunakan sehingga pembayaran listrik yang dilakukan

konsumen tidak sesuai dengan tenaga listrik yang digunakan. Kekurangan beban

tagihan listrik ini akhirnya dibebankan kepada konsumen dengan cara membayar

tagihan susulan sesuai dengan perjanjian. Dalam perjanjian, besarnya tagihan

susulan ditetapkan sesuai dengan besarnya kekurangan tagihan maksimum 6 bulan

pemakaian.

Namun di sisi lain, PT. PLN (Persero) justru menagih tagihan susulan

kepada konsumen tidak sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian, melainkan

mengacu pada kebijakan dalam keputusan direksi PT. PLN (Persero) yang baru

ada setelah perjanjian tersebut diadakan. Dalam kebijakan tersebut, tagihan

susulan ditagih sepenuhnya sesuai dengan kekurangan tagihan yang tercatat oleh

PT. PLN (Persero). Pengenaan tagihan susulan dalam kebijakan tersebut lebih

memberatkan dan merugikan konsumen, apalagi jika konsumen tersebut

menggunakan energi listrik dengan jumlah yang besar dan kelainan tersebut telah

berlangsung lebih dari 6 bulan.

Dengan demikian diperlukan cara penyelesaian yang tepat untuk

menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara konsumen dengan PT. PLN

(Persero). Di samping itu, perlu juga untuk dibahas lebih dalam mengenai

kedudukan konsumen dan PT. PLN (Persero) dalam perjanjian jual beli tenaga

listrik. Berdasarkan permasalahan tersebut maka disusunlah skripsi dengan judul:

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

8

PERJANJIAN JUAL BELI TENAGA LISTRIK DENGAN PT. PLN

(PERSERO)”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut diatas dapat dikemukakan rumusan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kedudukan konsumen dan PT. PLN (Persero) dalam perjanjian

jual beli tenaga listrik?

2. Bagaimanakah penyelesaian perselisihan antara konsumen dengan PT. PLN

(Persero) berkaitan dengan jual beli tenaga listrik ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari terjadinya penyimpangan pembahasan penelitian ini,

maka ruang pembahasannya disesuaikan dengan rumusan masalah seperti yang

telah diuraikan diatas. Hal yang akan dibahas adalah sebatas kedudukan

konsumen dan PT. PLN (Persero) dalam perjanjian jual beli tenaga listrik dan

penyelesaian perselisihan antara konsumen dan PT. PLN (Persero) berkaitan

dengan jual beli tenaga listrik.

Dalam pembahasan pertama akan membahas mengenai kedudukan

konsumen dan PT. PLN (Persero) dalam perjanjian jual beli tenaga listrik.

Selanjutnya pembahasan kedua membahas mengenai cara penyelesaian

perselisihan antara konsumen dengan PT. PLN (Persero) berkaitan dengan jual

beli tenaga listrik. Pembahasan kedua ini mengacu pada perselisihan yang pernah

terjadi di PT. PLN (Persero) dan penyelesaian yang digunakan PT. PLN dalam

menyelesaikan perselisihan tersebut.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

9

1.4 Orisinalitas Penelitian

Sepanjang yang diketahui belum ada penelitian sejenis yang meneliti

mengenai masalah sebagaimana dicantumkan dalam rumusan masalah yang

diangkat. Untuk penelitian sejenis yang serupa dengan penelitian yang diajukan

dijabarkan dalam tabel berikut ini :

NO. SKRIPSI JUDUL RUMUSAN MASALAH

1. Komang Ayu

Diah Mega

Lena, 2011,

Universitas

Udayana,

Denpasar

Perlindungan

Hukum Bagi

Konsumen Atas

Pembelian Pulsa Isi

Ulang Elektronik

1. Siapakah yang

harus bertanggung

jawab atas

ketidaksampaian

pulsa kepada

telpon seluler

konsumen sebagai

pengguna jasa?

2. Upaya apa yang

dapat dilakukan

oleh konsumen

atas kerugian yang

timbul akibat

ketidaksampaian

pulsa kepada

telpon seluler

konsumen?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

10

2. I Wayan Adi

Sumiarta, 2012,

Universitas

Udayana,

Denpasar

Perlindungan

Hukum Terhadap

Konsumen Kartu

Halo Dalam

Perjanjian Baku

Berlangganan Jasa

Telekomunikasi

Seluler Pasca Bayar

1. Upaya apakah

yang dapat

dilakukan oleh

konsumen

pelanggan kartu

halo apabila

mengalami

kerugian dalam

berlangganan jasa

telekomunikasi

seluler pasca

bayar?

2. Bagaimanakah

tanggung jawab

pelaku usaha jasa

telekomunikasi

seluler pasca bayar

kartu halo terhadap

kerugian

konsumen dengan

adanya perjanjian

baku?

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

11

Perbedaan penelitian ini dengan kedua penelitian di atas terletak pada

lokasi penelitian. Pada penelitian ini dilakukan di PT. PLN (Persero) berbeda

dengan kedua penelitian diatas. Selain itu, perbedaan lainnya terletak pada

permasalahan yang diangkat. Dalam penelitian pertama mengangkat

permasalahan mengenai ketidaksampaian pulsa dalam pembelian pulsa isi ulang

elektronik dan penelitian kedua mengangkat permasalahan mengenai perjanjian

baku berlangganan jasa telekomunikasi seluler pasca bayar. Sedangkan penelitian

ini mengangkat permasalahan mengenai kedudukan konsumen dan PT. PLN

(Persero) dalam perjanjian jual beli tenaga listrik dan cara penyelesaian

perselisihan antara konsumen dengan PT. PLN (Persero) dalam jual beli tenaga

listrik.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini meliputi tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang

bersifat khusus, yaitu :

1.5.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari disusunnya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kedudukan konsumen dan PT. PLN (Persero) dalam

perjanjian jual beli tenaga listrik.

2. Untuk mengetahui cara penyelesaian perselisihan antara konsumen dengan

PT. PLN (Persero) berkaitan dengan jual beli tenaga listrik.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

12

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk memahami kedudukan konsumen dan PT. PLN (Persero) dalam

perjanjian jual beli tenaga listrik.

2. Untuk memahami cara penyelesaian perselisihan antara konsumen dengan PT.

PLN (Persero) berkaitan dengan jual beli tenaga listrik.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran atau ide dan manfaat positif bagi perkembangan ilmu

hukum pada umumnya dan khususnya dalam hukum perlindungan konsumen dan

hukum perikatan.

1.6.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan berupa masukan bagi PT. PLN (Persero) dan pelanggan PT. PLN

(Persero) yang dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan di saat adanya

perselisihan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini yakni

mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli

tenaga listrik dengan PT. PLN (Persero). Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat

dijadikan bahan atau sumber bagi penelitian berikutnya yang mengangkat

permasalahan serupa dengan penelitian ini.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

13

1.7 Landasan Teori

Konsumen merupakan pemakai atau pengguna suatu barang atau jasa baik

bagi kepentingan sendiri maupun bagi kepentingan orang lain. Secara yuridis

formal pengertian konsumen dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya

disebut UU Perlindungan Konsumen) yang menyebutkan bahwa “konsumen

adalah setiap orang, pemakai barang dan/atau jasa, yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun

makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan.”

Selain dalam UU Perlindungan Konsumen, pengertian konsumen juga

dimuat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya dissebut UU Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat), yaitu pada ketentuan Pasal

1 huruf o yang menyebutkan bahwa “konsumen adalah setiap pemakai dan/atau

pengguna barang dan/atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk

kepentingan pihak lain”.

Sedangkan pengertian pelaku usaha dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka

3 UU Perlindungan Konsumen, yaitu “pelaku usaha adalah setiap orang

perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan

badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama

melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi”.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

14

Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 UU Perlindungan

Konsumen, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Aspek

perlindungan terhadap konsumen menitik beratkan pada cara mempertahankan

hak-hak konsumen dari gangguan pihak lain. Dalam Pasal 4 UU Perlindungan

Konsumen terdapat sembilan hak yang dimiliki konsumen, yaitu :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau

jasa yang digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak

sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. hak­hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang­undangan

lainnya.

Dari sembilan hak konsumen tersebut, masalah kenyamanan, keamanan dan

keselamatan merupakan hal yang paling pokok dan utama dalam perlindungan

konsumen.5

5Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 30.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

15

Disamping itu, sebagai konsekuensi dari hak konsumen, maka kepada

pelaku usaha dibebankan kewajiban-kewajiban untuk memenuhi hak-hak

konsumen tersebut. Kewajiban-kewajiban tersebut termuat dalam Pasal 7 UU

Perlindungan Konsumen, yaitu :

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa, serta memberikan penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur, serta

tidak diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barangdan/atau

jasa yang berlaku;

e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau

garansi atas barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan;

f. memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan;

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.

Dalam konsumen dan pelaku usaha melakukan hubungan hukum yang

bersifat keperdataan tidak terlepas dari adanya perjanjian. Berdasarkan Pasal 1313

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata),

perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih. Perjanjian dapat dilakukan secara lisan dan

dapat dilakukan secara tertulis.6 Setiap perjanjian yang dibuat secara sah akan

mengakibatkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban.

6I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2010, Implementasi Ketentuan-

Ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak, Udayana Univesity Press, Denpasar,

h. 28.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

16

Terdapat asas perjanjian yang digunakan sebagai dasar dan acuan dalam

mengadakan suatu perjanjian. Salah satunya adalah asas keseimbangan para pihak

dalam perjanjian. Asas keseimbangan mengacu pada kedudukan para pihak yang

sama atau setara. Dengan adanya keseimbangan kedudukan, maka para pihak

dapat menentukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kepentingan masing-

masing pihak. Ahmadi Miru dalam disertasinya yang berjudul “Prinsip-Prinsip

Perlindungan Hukum bagi Konsumen di Indonesia”, menyatakan bahwa

keseimbangan antara konsumen-produsen dapat dicapai dengan meningkatkan

perlindungan terhadap konsumen karena posisi konsumen lebih kuat

dibandingkan konsumen.7

Hubungan antara konsumen dan pelaku usaha pada dasarnya merupakan

hubungan hukum yang berbentuk perjanjian timbal balik, seperti perjanjian jual

beli. Jual beli adalah suatu perjanjian, dimana pihak yang satu mengikatkan

dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk membayar harga

benda yang telah diperjanjikan.8 Dalam prakteknya, bentuk dari perjanjian jual

beli sering dibakukan oleh pelaku usaha dalam mengadakan hubungan jual beli

dengan konsumen. Perjanjian tersebut diistilahkan sebagai perjanjian baku

(standart contract) dan perjanjian tersebut belum diatur dalam KUH Perdata.

Pengertian perjanjian baku menurut Mariam Darus Badrulzaman adalah

perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir. Sutan

Remi Sjahdeini mengartikan perjanjian baku sebagai perjanjian yang hampir

7 Agus Yudha Hernoko, 2013, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak

Komersial, Kencana, Jakarta, h. 28.

8Abdulkadir Muhammad, op.cit, h. 317.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

17

seluruh klausul-klausulnya dibakukan oleh pemakainya dan pihak lain pada

dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta

perubahan.9 Perjanjian baku lahir dari kebutuhan akan efisiensi dan efektivitas

kerja. Tujuan dibuatnya perjanjian baku untuk memberikan kemudahan

(kepraktisan) bagi para pihak yang bersangkutan.10

Dalam perjanjian baku terdapat klausula-klausula yang telah ditetapkan

oleh salah satu pihak tanpa melalui perundingan dengan pihak-pihak lainnya.

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU Perlindungan Konsumen yang dimaksud

dengan klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat­syarat yang

telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku

usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat

dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

1.8 Metode Penelitian

Dalam penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah ini tidak akan

melepaskan diri dari suatu metode penelitian. Hal ini dimaksudkan agar karya

tulis tersebut dapat memenuhi syarat-syarat dari suatu karya ilmiah. Adapun

metode penelitian yang akan digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah:

1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian hukum dibedakan dalam dua macam yaitu penelitian hukum

normatif dan penelitian hukum empiris. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian hukum empiris. Jenis penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian

9Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika,

Jakarta, h. 139.

10Ibid, h. 139.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

18

perbandingan antara ideal hukum, das sollen dengan realitas hukum, das sein.11

Penelitian hukum empiris merupakan penelitian hukum yang merumuskan

fenomena hukum mengenai adanya kesenjangan antara norma dengan perilaku

masyarakat. Dalam penelitian hukum empiris, hukum dikonsepkan sebagai gejala

empiris yang dapat diamati di dalam kehidupan nyata. Penelitian hukum empiris

dilakukan dengan meneliti hukum baik mengenai prosesnya, interaksinya,

penerapannya ataupun pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa jenis pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan fakta (The Fact Approach)

b. Pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach)

Pendekatan fakta didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari data-data

di lapangan yang berkaitan dengan permasalahan. Pendekatan perundang-

undangan adalah pendekatan yang didasarkan pada hukum positif di Indonesia,

yakni berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

1.8.3 Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yakni menggambarkan suatu keadaan atau

gejala tertentu dan menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan

gejala lainnya dimasyarakat. Dalam penelitian ini akan menggambarkan

perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli tenaga listrik

dengan PT. PLN (Persero).

11

Ade Saptomo, 2009, Pokok-Pokok Metodologi Peneltian Hukum Empiris Murni Sebuah

Alternatif, Universitas Trisakti, Jakarta, h. 43.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

19

1.8.4 Data dan Sumber Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya

baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak

resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.12

Dalam penelitian ini, data primer

diperoleh dengan melakukan penelitian secara langsung di PT. PLN (Persero)

Distribusi Bali dan PT. PLN (Persero) Distribusi Bali Area Bali Selatan.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan

pustaka.13

Data sekunder dapat dibagi menjadi :

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang memiliki kekuatan

hukum mengikat. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain :

a. Undang-Undang Dasar 1945;

b. Kitab Undang-Undang Hukum;

c. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;

d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

e. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

f. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

g. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara;

12

Zainudin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 106.

13Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 12.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

20

h. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman;

i. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.

2. Bahan hukum sekunder; yakni bahan hukum yang menjelaskan mengenai

bahan hukum primer seperti hasil penelitian hukum, hasil karya ilmiah,

literature-literatur yang ditulis para ahli yang relevan dengan rumusan masalah

yang dibahas dalam penelitian ini.

3. Bahan hukum tertier; yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus,

ensiklopedia, kamus hukum, bahan dari internet.

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik studi dokumen dan teknik wawancara. Teknik studi dokumen

menggunakan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian

yakni perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli tenaga

listrik dengan PT. PLN (Persero).

Sedangkan teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang telah dirancang sebelumnya kepada responden dan/atau informan

untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan permasalahan.

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan teknik penentuan sampel penelitian non-

probabilitas atau non-random sampling. Teknik non-probabilitas tidak ada

ketentuan yang pasti berapa sampel harus diambil agar dapat mewakili

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · adalah perusahaan listrik negara atau PT. PLN (Persero). ... Adanya gangguan pada meter PLN mengakibatkan kekurangan pada ...

21

populasinya. Dalam hal penentuan sample ini, untuk menentukan sampel akan

digunakan bentuk Purposive Sampling yakni menarik sampel berdasarkan tujuan

tertentu yang mana sampel yang dipilih dikarenakan telah memenuhi kriteria dan

sifat populasinya, yang dalam penelitian ini mampu memberikan data terkait

tulisan.

1.8.7 Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini pengolahan dan analisis data dilakukan secara

kualitatif. Dalam pengolahan dan analisis data secara kualitatif yaitu dengan

menghubungkan antara data yang diperoleh di lapangan dengan permasalahan

terkait. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif maka data yang diperoleh akan

disajikan dengan secara deskriptif kualitatif dan sistematis. Hal tersebut

dimaksudkan dengan menganalisis data yang didapat dikaitkan dengan teori-teori

dalam landasan teoritis kemudian disajikan secara mendetail dan tersusun untuk

merampungkan tulisan ini.