BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · 2020. 7. 17. · di Jurnal Konstektualita...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I.pdf · 2020. 7. 17. · di Jurnal Konstektualita...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kota Jambi merupakan Ibukota dari Provinsi Jambi. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 58 tahun 1958 Kota Jambi dibagi dalam enam kecamatan.
Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1986 dibentuk lagi
dua kecamatan baru yaitu Jelutung dan Kota Baru.1 Dari keseluruhan kecamatan
ini, dua diantaranya terletak terpisah di Seberang Kota Jambi dan dibatasi oleh
sungai Batanghari. Dua kecamatan yang terletak di seberang sungai Batanghari
tersebut adalah Kecamatan Pelayangan dan Kecamatan Danau Teluk.
Kecamatan Palayangan terletak di Seberang Kota Jambi. Letaknya
berdekatan dengan Kecamatan Danau Teluk. Seluruh kampung di daerah seberang
(khususnya Kecamatan Pelayangan) merupakan daerah rawa sehingga bentuk
rumah penduduknya berupa rumah panggung dari bahan kayu. Di daerah ini juga
ditemukan rumah rakit yang digunakan pendatang dari Palembang sebagai tempat
tinggal sebelum kemudian membangun rumah di atas daratan/tanah. Semakin
berkembangnya Kecamatan Pelayangan, rumah-rumah penduduk yang berbahan
kayu ada yang sudah direnovasi dengan menggunakan bahan baku permanen,
seperti batu merah, batako, dll. Masyarakat Kota Jambi menyebut penduduk yang
tinggal di daerah seberang (Kecamatan Pelayangan) ini adalah penduduk asli Jambi
atau biasa disebut Melayu Jambi.
1 BPS Provinsi Jambi. Refleksi 50 Tahun Pembangunan Provinsi Jambi, Jambi: BPS
Provinsi Jambi, 2007, hlm. 23.
2
Masyarakat di Kecamatan Pelayangan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu
masyarakat darat dan masyarakat laut atau sungai. Masyarakat darat merupakan
masyarakat yang tinggal di utara Kecamatan Pelayangan. Masyarakat yang tinggal
di utara Kecamatan Pelayangan banyak bermata pencarian dengan bertani dan
berkebun. Sedangkan masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Batanghari
seperti Kelurahan Arab Melayu, Kelurahan Mudung Laut, Kelurahan Jelmu, Dan
Kelurahan Tengah umumnya memanfaatkan sungai sebagai sumber kehidupan.
Salah satunya dimanfaatkan menjadi mata pencaharian masyarakat, seperti
penyediaan jasa transportasi sungai yang disebut penarik ketek.2
Dalam perkembangan Kecamatan Pelayangan diketahui bahwa telah terjadi
perubahan sosial yang begitu besar seiring dengan dibangunnya infrastruktur
transportasi di daerah tersebut. Pembangunan insfrastruktur transportasi dengan
sendirinya telah menimbulkan dampak positif dan negatif dalam kehidupan
masyarakat Kecamatan Pelayangan. Aspek positifnya mempercepat pembangunan
fisik dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat karena semakin terbukanya
jalur perdagangan. Sedangkan aspek negatif adalah masuknya budaya-budaya asing
yang dapat menimbulkan guncangan dan keterkejutan budaya (cultural shock)
akibat cepatnya proses transisi yang terjadi.3
Penetrasi budaya modern terhadap masyarakat Kecamatan Pelayangan
secara berlahan ikut mengikis kehidupan keagamaan di Kecamatan Pelayangan.
2 Ketek merupaka perahu bermesin yang digunakan sebagai alat transportasi. (Wira
Nurmalia, “Pemanfaatn Modal Sosial Sebagai Strategi Bertahan Hidup Komunitas Terdampak
Pembangunan: Studi Penarik Ketek Tedampak Pembanguna Jembatan di Kecamatan Pelayangan
Kota Jambi “, Tesis Program Magister Sosiologi Universita Andalas Padang, 2017, hlm. 5-6).
3 Maryani, Muhammad Qodri, “Perubahan Sosial Keagamaan di Kecamatan Pelayangan
Kota Jambi”, Jurnal Konstekstualita, Vol. 29, No.1, 2014, hlm.57
3
Pada era tahun 1980-an masyarakat Kecamatan Pelayangan menjadikan pendidikan
agama sebagai satu-satunya pilihan untuk pendidikan anaknya. Namun penetrasi
budaya yang disebabkan oleh pembangunan infrastruktur telah mengubah wajah
pendidikan Kecamatan Pelayangan sehingga pendidikan agama tidak menjadi satu-
satunya pilihan pendidikan.4
Perubahan sosial yang terjadi di Kecamatan Pelayangan merupakan salah
satu dampak yang dirasakan dari adanya pembangunan infrastruktur transportasi
berupa Jembatan Aurduri I. Selain akibat dari pembangunan Jembatan Aurduri I,
Pembangunan di Seberang Kota Jambi berlangsung dengan pesat setelah
pembangunan Jembatan Aurduri II di tahun 2010. Jembatan Aurduri II tersebut
telah menghubungkan daerah Sejinjang dengan daerah Niaso yang berdekatan
dengan Kecamatan Pelayangan. Akibatnya jalur komunikasi antara kedua wilayah
tersebut menjadi terbuka lebar, bahkan telah membuka jarak antara masyarakat di
pusat pemerintahan dan pusat keramaian Kota Jambi dengan masyarakat Jambi
Seberang pada umumnya. 5
Pembangunan infrastruktur sebagaimana disebutkan di atas, terutama dalam
pembangunan jembatan, memberikan dampak nyata terhadap kehidupan
masyarakat Jambi Seberang juga terhadap masyarakat Kecamatan Pelayangan.
Pembangunan jembatan tersebut mempercepat mobilitas sosial, ekonomi,
pendidikan dan perubahan fisik wilayah Jambi seberang dari wajah perkampungan
yang agamis menjadi kota dengan sarana dan prasarana transportasi, komunikasi,
4 Ibid, hlm. 54
5 Ibid, hlm. 57.
4
serta sarana kehidupan lainnya yang relatif lebih maju dan modern.6 Keberadaan
Jembatan Aurduri I dan Jembatan Aurduri II juga berpengaruh terhadap kehidupan
ekonomi masyarakat Kecamatan Pelayangan. Hadirnya jembatan secara tak
langsung menciptakan bentuk pekerjaan baru di masyarakat yakni sebagai penarik
ojek. Disisi lain adanya jembatan dan hadirnya pekerjaan sebagai penarik ojek
mempengaruhi bentuk ekonomi penarik ketek. Pelaku usaha panarik ketek ketek
menuturkan bahwa mereka mengalami pergeseran eksistensi dan penurunan
pendapatan sebagai akibat dari adanya hal yang telah disebutkan di atas.
Sebelumnya, ketek merupakan satu-satunya alat transportasi penyebrangan daerah
yang terpisah oleh Sungai Batanghari.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana
bentuk kehidupan sosial ekonomi di Kecamatan Pelayangan pasca adanya jembatan
sebagai infrastruktur penghubung masyarakat Seberang Kota Jambi, khususnya
Kecamatan Pelayangan dengan masyarakat Kota Jambi. Mengangkat sebuah judul
“Sejarah Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Pelayangan Kota Jambi Tahun
1986-2010” diharapkan nantinya penelitian akan menjabarkan bentuk kehidupan
sosial ekonomi Kecamatan Pelayangan pasca dibangunnya Jembatan Aurduri I
hingga dibangun Jembatan Aurduri II.
6 As’ad Isma, “Pergeseran Peran Sosial Tuan Guru dalam Masyarakat Jambi Seberang”,
Konstekstualita Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 20, No. 1, Juni 2005, hlm. 3.
5
2.1 Rumusan masalah
Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis mengarahkan tulisan ini
dengan rumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Pelayangan Kota
Jambi tahun 1986-2010?
2. Bagaimana dampak pembangunan infrastrukut jembatan terhadap kehidupan
masyarakat Kecamatan Pelayangan?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dalam tulisan ini
perlu dibuat pembatasan kajian spasial dan temporal. Batasan spasial penelitian
adalah Kecamatan Pelayangan Kota Jambi, sebagai daerah yang merasakan dampak
pembangunan Jembatan Aurduri I dan II. Batasan temporal, dimulai pada tahun
1986 hingga 2010. Tahun 1986 menjadi awal penelitian karena pada tahun tersebut
mulai berdirinya Jembatan Aurduri sebagai infrastruktur pengubung masyarakat
seberang (Palayangan) dengan Kota Jambi. Sedangkan tahun 2010 menjadi batas
akhir penelitian dikarenakan pada tahun tersebut dibangunnya Jembatan Aurduri II.
1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini secara garis besar adalah untuk:
1. Untuk mengetahui kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan
Pelayangan Kota Jambi tahun 1986-2010.
6
2. Untuk mengetahui dampak pembangunan infrastrukur jembatan
terhadap kehidupan masyarakat Kecamatan Pelayangan.
1.4.2 Manfaat Penelitian
a. Dari segi akademis penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi,
menambah wawasan, dan pengetahuan akademis bagi mahasiswa pada
umumnya mengenai sejarah daerah.
b. Dalam segi praktis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber
informasi dan wawasan masyarakat umum dan masyarakat Kecamatan
Pelayangan mengenai sejarah yang terdapat di daerahnya.
1.5 Tinjauan pustaka
Pertama, tesis yang ditulis oleh Wira Nurmalia dengan judul “Pemanfaatan
Modal Sosial Sebagai Strategi Bertahan Hidup Komunitas Terdampak
Pembangunan: Studi Penarik Ketek Terdampak Pembangunan Jembatan di
Kecamatan Pelayangan Kota Jambi”. Tesis program Magister Sosiologi
Universitas Andalas ini menjelaskan mengenai dampak yang dirasakan penarik
ketek setelah adanya Jembatan Aurduri I, Jembatan Aurduri II, dan Jembatan
Gentala Arasy. Tesis ini juga menganalis strategi yang dilakukan penarik ketek
untuk dapat bertahan hidup dan pemanfaatan modal sosial sebagai strategi bertahan
hidup mereka ditengah tergerusnya profesi penarik ketek akibat telah adanya sarana
penyebrangan berupa jembatan.7
7 Wira Nurmalia, op. cit.
7
Kedua, jurnal yang ditulis oleh Maryani dan Muhammad Qodri, diterbitkan
di Jurnal Konstektualita Vol. 29, No. 1, Tahun 2014, dengan judul”Perubahan
Sosial Keagamaan di Kecamatan Pelayangan Kota Jambi”. Jurnal ini membahas
mengenai perubahan sosial keagamaan yang terjadi di Kecamatan Pelayangan
sebagai dampak dari adanya demografi, kebudayaan, dan teknologi. Di dalam
penelitian ini dijelaskan bahwa terjadinya perubahan sosial keagamaan ini dominan
dipengaruhi oleh faktor teknologi, yaitu pembangunan infrastruktur jembatan dan
jalan.8
Penelitian di atas layak dijadikan tinjauan pustaka dikarenakan kesamaan
daerah tempat dilakukan penelitian. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian
ini adalah fokus kajian yang berbeda. Pada tesis yang ditulis oleh Wira Nurmalia
fokus kajiannya pada penarik ketek saja dan jurnal yang ditulis oleh Maryani dan
Muhammad Qodri membahas perubahan sosial keagamaan yang terjadi di
Pelayangan sebagai sebuah kajian Sosiologi. Sedangkan pada penelitian ini akan
mengkaji bagaimana kehidupan sosial-ekonomi Pelayangan dalam konteks
sejarahnya. Tentunya nantinya akan bersinggungan dengan dampak pembangunan
jembatan serta perubahan yang terjadi setelah adanya jembatan.
Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Ganda Sartika, 2017, yang berjudul
“Sejarah Sosial Ekonomi Masyarakat Bajubang Tahun 1971-2011”. Skripsi ini
membahas mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Bajubang yang
dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan pertambangan minyak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya pertambangan minyak bumi yang terdapat di Bajubang
8 Maryani, Muhammad Qodri, op. cit.
8
memberikan dampak positif serta memainkan peran penting dalam kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Bajubang.9
Penelitian di atas memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang akan
dilakukan, yakni mengenai sejarah sosial-ekonomi. Perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan yakni perbedaan lokasi penelitian. Penelitian di atas
membahas mengenai sejarah sosial ekonomi masyarakat di Bajubang, sedangkan
pada penelitian ini berfokus pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang ada
di Kecamatan Palayangan terutama setelah dibangunnya Jembatan Aurduri I dan II.
1.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir yang berisi penjelasan
atau pengertian yang sudah dibakukan secara ilmiah dari apek-aspek yang akan
dibahas dalam penelitian ini. Karena itu, dalam penelitian ini akan dijelaskan
rancangan berfikir yang dipergunakan dalam penulisan. Penelitian ini
menggunakan sejarah sosial. Adapun sejarah sosial yang di maksud yaitu, sejarah
model evolusi di mana dalam model tersebut menunjukan jenis tulisan yang
melukiskan perkembangan sebuah masyarakat dari awal berdiri sampai menjadi
sebuah masyarakat yang kompleks.10
Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu
kelompok, dapat disebut sebagai sejarah sosial.11 Sejarah sosial memiliki garapan
yang sangat luas dan beraneka-ragam. Kebanyakan sejarah sosial mempunyai
9 Ganda Sartika, “Sejarah Sosial Ekonomi Masyarakat Bajubang Tahun 1971-2011”,
Skripsi Ilmu Sejarah Universitas Jambi, 2017. 10 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Universitas Gadjah Mada, 2003, hlm. 47. 11 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1992, hlm. 50.
9
hubungan yang erat dengan sejarah ekonomi, sehingga menjadi semacam sejarah
sosial-ekonomi. Sejarah sosial dapat mengambil fakta sosial sebagai bahan kajian,
seperti kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas, pertumbuhan penduduk,
migrasi, urbanisasi, dan lain sebagainya.12 Sejarah sosial digunakan untuk meneliti
fenomena masyarakat desa dalam arti sosial-ekonominya.
Penelitian ini akan membahas kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Kecamatan Pelayangan beserta dampak pembangunan infrastruktur terhadap
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Pelayangan. Setelah
dibangunnya Jembatan Aurduri I dan jembatan Aurduri II yang menjadi alat
penghubung vital antara Kota Jambi dengan Seberang Kota Jambi memberikan
dampak langsung yang dirasakan masyarakat Kecamatan Pelayangan. Selain
mudahnya akses transportasi juga terjadinya penetrasi budaya modern akibat proses
interaksi yang semakin terbuka. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan sosial
yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Pelayangan Kota Jambi.
Perubahan sosial menurut Kingsley Davis dan Selo Soemardjan diartikan
sebagai perubahan-perubahan yang menyangkut struktur sosial ataupun lembaga-
lembaga sosial.13 Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab perubahan sosial bisa
bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal adalah pertambahan dan
penyusutan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, konflik, ataupun
pemberontakan yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan faktor eksternal adalah
12 Kuntowijoyo, op. cit, hlm. 47. 13 Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1999, hlm. 186.
10
peristiwa-peristiwa fisik, peperangan, dan kontak dengan atau pengaruh dari
kebudayaan lain.14
Perubahan sosial sering dikaitkan dengan beberapa kata lain yang merujuk
pada proses sosial yang sama, seperti industrialisasi, modernisasi, dan atau
pembangunan. Dengan kata lain, perubahan sosial atau perubahan prilaku sosial
masyarakat merupakan fungsi manifestasi dari satu rekayasa sosial lewat upaya
pembangunan yang di lambangkan atau di wujudkan dalam kegiatan industrialisasi
menuju suatu masyarakat modern. Perubahan perilaku itu merupakan salah satu
konsekuensi utama dari proses modernisasi yang di alami satu masyarakat.15
Perubahan sosial merupakan tema yang luas cakupannya. Lebih-lebih sejak abad
ke-19, proses modernisasi semakin meningkat dan dampaknya berupa perubahan di
berbagai bidang kehidupan, seperti sosial, politik, dan kultural.16
Pembangunan infrastruktur yang terjadi di Seberang Kota Jambi membawa
pengaruh besar terhadap kehidupan sosial masyarakat Seberang Kota Jambi,
khususnya Kecamatan Pelayangan. Tidak hanya kehidupan sosial yang merasakan
dampak dari pembangunan infrastruktur ini, namun juga mempengaruhi ekonomi
masyarakat. Terbukanya jalur transportasi semakin memudahkan masyarakat
dalam melakukan berbagai kegiatan, termasuk kegiatan dalam distribusi dan
penyediaan barang-barang ekonomi. Kehadiran infrastruktur berupa jembatan juga
berpengaruh terhadap bentuk mata pencaharian masyarakat Kecamatan
Pelayangan.
14 Ibid, hlm. 187-188 15 Bahrein T. Sugihen, Sosiologi Pedesaan Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996, hlm. 54. 16 Sartono Kartodirjo, op.cit, hlm. 145.
11
Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat di jelaskan dalam sebuah bagan
untuk mempermudah alur penelitian seperti di bawah ini:
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan
historis, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
sejarah, yaitu heuristik (mengumpulkan sumber), kritik sumber, interpretasi,
historiografi.
1. Heuristik
Heuristik berasal dari bahasa yunani, heurishein yang artinya memperoleh.
Menurut G. J. Reni J (1997: 113) heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan
bukan suatu ilmu. Heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam
menemukan, menangani, dan memerinci bibliografi, atau mengklasifikaasi atau
Masyarakat Kecamatan
Pelayangan
Kota Jambi
Perubahan Sosial Ekonomi
Masyarakat Kecamatan
Pelayangan
Pembangunan infrastruktur
(Jembatan)
Kehidupan Sosial-Ekonomi
Masyarakat Kecamatan
Pelayangan
12
merawat catatan-catatan17 Dapat disimpulkan bahwa heuristik adalah mencari
dan mengumpulkan informasi dari sumber primer dan sekunder. Penelitian ini
menggunakan sumber primer maupun sumber sekunder.
Sumber primer diperoleh melalui dokumen dari Kantor Kecamatan
Pelayangan serta data BPS yang memuat informasi Kecamatan Pelayangan.
Pencarian sumber juga dilakukan dengan studi pustaka dengan menggunakan
buku, jurnal, maupun skripsi yang berkaitan dengan penelitian baik secara cetak
maupun daring. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan tokoh-tokoh dan
masyarakat yang terdapat di Kecamatan Pelayangan, Kota Jambi, diantaranya
wawancara dengan Ketua Lembaga Adat Melayu Kecamatan Pelayangan, Ketua
adat, Ketua RT, penarik ketek, dan masyarakat. Sejarah lisan sangat
memungkinkan untuk digunakan mengingat para pelaku yang berkaitan dengan
penelitian ini masih hidup dan dapat untuk dilakukan wawancara. Selain itu,
penggunaan sumber lisan ini untuk menutupi kekurangan sumber tertulis.
Sejarah lisan memang bisa menjadi alternatif dalam penelitian sejarah ketika
sumber tertulis sulit untuk ditemukan.
2. Kritik Sumber
Setelah mengumpulkan sumber sejarah, tahap berikutnya adalah dilakukan
verifikasi atau kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini, di
lakukan uji keabsahan tentang keaslian sumber (autentisitas) yang di lakukan
17 Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2007, hlm. 64.
13
melalui kritik ekstern; dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas)
yang di telusuri melalui kritik intern.18 Berikut di jelaskan kedua teknik tersebut:
a. Keaslian sumber (autentisitas) yang di lakukan melalui kritik ekstern. Kritik
ektern di lakukan untuk menguji bagian fisik sumber yang di dapatkan dan
keakuratan sumber asli atau tidak. Dalam tahap ini, informasi yang di berikan
oleh informan yang dekat dengan pelaku sejarah akan lebih di utamakan.
Agar informasi yang di dapat tidak subjektif, maka penulis tidak hanya
melakukan wawancara dengan satu keturunan pelaku saja melainkan
beberapa orang dari keturunan yang berbeda.
b. Keabsahan tentang kebenaran sumber (kredibilitas) yang di telusuri melalui
kritik intern. Pada tahap ini, penulis membandingkan sumber yang satu
dengan sumber yang lain untuk mencari data yang lebih akurat yang berkaitan
dengan tema penelitian.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah proses penggabungan atas sejumlah fakta yang diperoleh
dari sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan tema penelitian dan dengan
sebuah teori kemudian disusunlah fakta tersebut kedalam suatu interprestasi
secara menyeluruh. Interpretasi sejarah sering di sebut dengan analisis sejarah.
Dalam hal ini, ada dua metode yang di gunakan, yaitu analisis dan sintesis.
Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis bearti menyatukan keduanya
dipandang sebagai metode utama dalam interpretasi. 19
18 Ibid, hlm. 68. 19 Ibid, hlm. 7.
14
4. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil
penelitian sejarah yang telah dilakukan.20 Historiografi merupakan sebagai
langkah terakhir dalam metode sejarah yang meliputi cara penulisan, pemaparan
atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang dilakukan. Setelah mengumpulkan
sumber, melakukan kritik sumber baik intern maupun ekstern, dan melakukan
analisis terhadap data yang penulis peroleh, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan penulisan atau pemaparan secara utuh dan sistematis terkait dengan
penelitian. Dalam penulisan sejarah, aspek kronologi sangat penting. Jika dalam
ilmu sosial, perubahan akan dikerjakan dengan sistematika: perubahan ekonomi,
perubahan masyarakat, perubahan politik, dan perubahan kebudayaan, maka
dalam penulisan sejarah, perubahan sosial akan diurutkan kronologinya.21
1.8 Sistematika Penulisan
Penyajian dalam bentuk tulisan ini dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu:
pendahuluan, hasil penelitian, dan kesimpulan. Setiap bab dideskripsikan dengan
sub-bab yang saling berhubungan. Keterkaitan setiap bab menunjukan adanya
korelasi yang menunjukan fakta tertulis dari data yang terangkum. Fakta-fakta yang
telah ditemukan menjadi sumber acuan untuk menulis pristiwa sejarah yang
tertuang dalam penelitian ini. Pembagian permasalahan di jabarkan dalam lima bab
dengan tujuan mengetahui kronologi penelitian dan mempokuskan penelitian yang
di bahas, diantaranya:
20 Ibid, hlm. 76.
21 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 2005, hlm. 104-105.
15
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub-bab diantaranya
(1) Latar belakang masalah;
(2) Rumusan masalah;
(3) Ruang lingkup penelitian,
(4) Tujuan dan manfaat penelitian;
(5) Tinjaun pustaka,
(6) Kerangka berfikir;
(7) Metode penelitian; dan
(8) Sistematika Penelitian.
BAB II Gambaran Kecamatan Pelayangan, dalam bab ini penulis akan
menguraikan lokasi penelitian dilakukan, yakni Kecamatan Pelayangan. Sub-bab
yang akan dibahas pada bab ini meliputi:
(1) Pemerintahan;
(2) Kondisi Geografis; dan
(3) Komposisi Penduduk.
BAB III Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kecamatan Pelayangan
Kota Jambi, dalam bab ini, akan dijabarkan mengenai kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang bermukim di Pelayangan. Sub-bab yang akan dibahas pada bab
ini diantaranya:
(1) Mata Pencaharian
(2) Interaksi Sosial
(3) Bidang Agama
(4) Bidang Pendidikan
16
(6) Bidang Kesehatan
BAB VI Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kehidupan
Masyarakat Kecamatan Pelayangan. Pada bab ini akan menjelaskan bagaimana
perubahan sosial ekonomi yang terjadi di Pelayangan pasca dibangunnya Jembatan
Aurduri I dan Jembatan Aurduri II. Sub-bab dalam BAB ini diantaranya:
(1) Pembangunan Infrastruktur;
(2) Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kehidupan Masyarakat
Kecamatan Pelayangan.
BAB V Penutup, akan menguraikan kesimpulan yang didapat terkait dengan
penelitian yang dilakukan.