BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · 1 Republika.co.id, Bali Antisipasi...

24
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam usaha mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat, merupakan sesuatu yang sangat sulit bagi Pemerintah dalam menjalankan programnya. Dewasa ini, demikian banyak gangguan yang melanda kehidupan masyarakat terutama dalam bidang-bidang perekonomian. Misalnya, dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari baik kebutuhan sandang, pangan dan papan. Setiap orang memiliki kebutuhan hidup yang berbeda-beda dan bagi sebagian orang wajib memberikan nafkah kepada keluarganya. Sehingga masyarakat akan merasa terdesak oleh kebutuhannya sendiri. Dengan demikian, setiap orang akan berpacu secara terus menerus dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarganya. Melihat fenomena ini, maka akan terjadi benturan kepentingan antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga sangat memungkinkan terjadinya tindak kejahatan dalam masyarakat Berbagai macam kejahatan yang dapat terjadi dan ditemui didalam masyarakat pada setiap saat maupun pada semua tempat. Pelaku kejahatan selalu berusaha memanfaatkan waktu yang luang dan tempat yang memungkinkan untuk menjalankan aksinya. Tujuan yang ingin mereka capai hanya satu yaitu memperoleh uang yang diinginkan dengan kejahatannya. Suatu kejahatan atau tindak pidana, umumnya dilakukan pelaku kejahatan karena didorong atau dimotivasi oleh dorongan pemenuhan kebutuhan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah · 2017. 4. 1. · 1 Republika.co.id, Bali Antisipasi...

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Dalam usaha mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat,

    merupakan sesuatu yang sangat sulit bagi Pemerintah dalam menjalankan

    programnya. Dewasa ini, demikian banyak gangguan yang melanda kehidupan

    masyarakat terutama dalam bidang-bidang perekonomian. Misalnya, dalam hal

    pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari baik kebutuhan sandang, pangan dan

    papan. Setiap orang memiliki kebutuhan hidup yang berbeda-beda dan bagi

    sebagian orang wajib memberikan nafkah kepada keluarganya. Sehingga

    masyarakat akan merasa terdesak oleh kebutuhannya sendiri. Dengan demikian,

    setiap orang akan berpacu secara terus menerus dalam rangka memenuhi

    kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarganya. Melihat fenomena ini, maka akan

    terjadi benturan kepentingan antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga

    sangat memungkinkan terjadinya tindak kejahatan dalam masyarakat Berbagai

    macam kejahatan yang dapat terjadi dan ditemui didalam masyarakat pada setiap

    saat maupun pada semua tempat.

    Pelaku kejahatan selalu berusaha memanfaatkan waktu yang luang dan

    tempat yang memungkinkan untuk menjalankan aksinya. Tujuan yang ingin

    mereka capai hanya satu yaitu memperoleh uang yang diinginkan dengan

    kejahatannya. Suatu kejahatan atau tindak pidana, umumnya dilakukan pelaku

    kejahatan karena didorong atau dimotivasi oleh dorongan pemenuhan kebutuhan

  • 2

    hidup yang relative sulit dipenuhi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

    yang tinggi memberi peluang tindak pidana makin tinggi dan meningkat

    kualitasnya termasuk pelanggaran pidana yang semakin bervariasi. Seperti halnya

    yang terjadi di Provinsi Bali yaitu pencurian kendaraan bermotor di Polsek Kuta.

    Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung yakni dikarenakan

    daerah Kuta merupakan daerah pariwisata yang sangat diperhatikan oleh

    Pemerintah, baik Pemerintah Provinsi Bali maupun Pemerintah Pusat. Disamping

    itu pula, daerah Kuta juga menjadi perhatian masyarakat Bali, masyarakat di

    seluruh Indonesia dan mancanegara. Dengan demikian daerah Kuta menjadi pusat

    perhatian masyarakat Bali maupun wisatawan. Apabila terjadi tindak pidana

    pencurian kendaraan bermotor di Kecamatan Kuta ini, maka akan memberikan

    pengaruh yang sangat besar bagi keamanan dan kenyamanan masyarakat Kuta

    maupun wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Sehingga

    dampak yang diterima oleh masyarakat Bali sangat terasa yaitu dampak

    berkurangnya wisatawan lokal maupun asing yang berkunjung atau menikmati

    indahnya pantai Kuta serta wisatawan yang mencari hiburan malam dan lain-lain.

    Peristiwa pencurian kendaraan bermotor ini memberikan dampak yang dapat

    meresahkan wisatawan dan masyarakat lokal. Oleh karena itu, maka sangat

    penting untuk diadakan penelitian di Kecamatan Kuta.

    Sebagaimana dimuat dalam media elektronik bahwa Polsek Kuta akhir

    pekan lalu berhasil meringkus seorang begal motor berinisial GJP berasal dari

    Koja, Jakarta Utara yang merampas motor milik seorang tukang ojek, Khairudin

    berusia 33 tahun di Jalan Kunti, Desa Seminyak, Kecamatan Kuta Selatan. Dalam

  • 3

    kasus ini, pelaku memaksa korban untuk diantarkan ke suatu tempat dan

    melancarkan aksinya dengan memukul dan merampas motor korban di tempat

    sepi. Pada saat itu, korban ditampar tiga kali kemudian dipukul dan ditendang,

    kemudian pelaku lari. Pada akhirnya, pelaku ditangkap di sekitar Kuta saat

    membawa sepeda motor yang pelat nomornya telah dibongkar. Dalam peristiwa

    ini, pelaku melakukan begal karena faktor ekonomi dimana dirinya sudah lama

    menganggur.1

    Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor lainnya juga terjadi di

    Kecamatan Kuta Selatan yakni di Jalan Kunti Gang Kelapa Seminyak, Kuta.

    Dalam kasus ini, terjadi pada Minggu tanggal 15 Pebruari 2015 sekitar pukul

    05.30 wita, awalnya Haerudin berada di Jalan Popies II Kecamatan Kuta tiba-tiba,

    dia didatangi tersangka dan menyuruh korban mengantarnya naik motor. Awalnya

    korban menolak, namun tersangka memaksa dan langsung mengambil kunci

    motor Yamaha Vega ZR DK 3751 IJ milik korban. Selanjutnya, korban disuruh

    naik dan tersangka langsung tancap gas meninggalkan tempat tersebut. Setibanya

    di Jalan Kunti Gang Kelapa, korban minta turun. Saat itulah, tersangka memukul

    korban hingga jatuh dari atas motor. Selanjutnya, motor tersebut langsung dibawa

    kabur dan meninggalkan korban di jalan. korban lalu melaporkan peristiwa

    tersebut ke Polsek Kuta.2

    . Dalam hal ini, berbeda dengan pelaku begal di Kuta, Bali ini, Dewi

    Puspita Sari namanya. Selain perempuan, dia juga memiliki cara lain merampas

    motor korbannya yakni dengan cara mengajak korban melakukan hubungan intim

    1 Republika.co.id, Bali Antisipasi Begal Motor, tanggal 10 Maret 2015, Pk. 13.42 wita.

    2 Kerta Negara, Pelaku Begal Motor Diamankan Polisi, Bali Post, Tanggal 5 Maret

    2015, hal. 8.

  • 4

    disebuah penginapan, dipuaskanlah kebutuhan birahi korban sampai lelah dan

    tertidur. Setelah itu, janda beranak satu ini langsung membawa kabur motor

    korban. Jika korban terbangun, dia berdalih hanya meminjam motor untuk pergi

    ke warung membeli rokok atau minuman. Walaupun caranya ini terbilang ekstrem

    dengan mengajak korban berhubungan intim. Namun, kepada polisi dia mengaku

    selalu membawa kondom disetiap ingin melancarkan aksinya. Alasannya, ia tak

    mau tertular jika sang korban memiliki penyakit kelamin. Selain itu, perempuan

    berusia 26 tahun ini mengaku selektif dalam memilih korbannya, selain melihat

    merk motor apa yang dipakai korban, dia juga melihat fisik sang korban, apakah

    memenuhi seleranya atau tidak.3 Selain kasus tersebut diatas, tindak pidana

    pencurian kendaraan bermotor juga terjadi di daerah Kuta tetapi pelakunya adalah

    seorang perempuan. Pelaku begal yang tertangkap polisi umumnya berjenis

    kelamin pria ditambah dengan memiliki fisik yang menyeramkan layaknya

    potongan penjahat pada umumnya. Fisik yang menyeramkan tersebut sesuai

    dengan cara sadis mereka saat bekerja, mengancam dengan senjata tajam seperti

    pisau, samurai bahkan senjata api. Jika pengendara motor melawan, tak segan

    para begal akan melukai korban bahkan banyak yang terluka sampai tewas.

    Sebagaimana kasus-kasus yang dijelaskan diatas bahwa tindak pidana

    pencurian kendaraan bermotor lebih banyak terjadi di Kepolisian Sektor Kuta.

    Untuk menanggulangi kejahatan dan tindak pidana demikian itu dibutuhkan

    kebijakan penindakan dan antisipasi yang menyeluruh. Tindak pidana yang

    semakin pelik dan rumit dengan dampak yang luas, dewasa ini menuntut penegak

    3 Rizky Adwika, Rampas Motor Begal Pakai Samurai, Janda Ini Pakai Tubuh,

    Merdeka.com, Kamis, Tanggal 26 Pebruari 2015, Pk. 07.43 wita.

  • 5

    hukum oleh aparat yang berwenang menerapkan sanksi hukum dan kebijakan

    penegakan yang tepat guna, sesuai hukum yang berlaku yang dampaknya

    diharapkan dapat mengurangi sampai batas minimum tindak pidana begal

    tersebut. Penegakan hukum terhadap ketentuan undang-undang hukum pidana

    tujuannya untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dengan menekan

    semaksimal mungkin adanya pelanggaran hukum dan tindak pidana yang

    merugikan masyarakat, baik moril maupun materiil bahkan jiwa seseorang. Para

    pelaku tindak pidana begal dapat melakukan aksinya dengan berbagai upaya dan

    dengan berbagai cara. Keadaan seperti itu menyebabkan kita sering mendengar

    “modus operandi” (model pelaksanaan kejahatan) yang berbeda-beda antara

    kejahatan satu dengan lainnya. Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, modus

    operandi para penjahat juga mengarah kepada kemajuan ilmu dan teknologi.

    Faktor-faktor yang melatarbelakangi kejahatan, menurut Mulyana W. Kusumah

    pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat) golongan faktor, yaitu:

    1. Faktor dasar atau faktor sosio-struktural, yang secara umum mencakup

    aspek budaya serta aspek pola hubungan penting didalam masyarakat.

    2. Faktor interaksi sosial, yang meliputi segenap aspek dinamik dan

    prosesual didalam masyarakat, yang mempunyai cara berfikir, bersikap

    dan bertindak individu dalam hubungan dengan kejahatan.

    3. Faktor pencetus (precipitating factors), yang menyangkut aspek individu

    serta situasional yang berkaitan langsung dengan dilakukannya

    kejahatan.

    4. Faktor reaksi sosial yang dalam ruang lingkupnya mencakup

    keseluruhan respons dalam bentuk sikap, tindakan dan kebijaksanaan.

    yang dilakukan secara melembaga oleh unsur-unsur sistem peradilan

    pidana khususnya dan variasi respons, yang secara “informal”

    diperlihatkan oleh warga masyarakat.4

    4 Mulyana W. Kusumah, Clipping Service Bidang Hukum, Majalah Gema, 1991. hal. 14

  • 6

    Dalam Hukum Pidana dikenal asas legalitas, asas ini dapat disebut sebagai

    dasar dalam hukum pidana di Indonesia. Asas ini berarti bahwa tidak ada delik,

    tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana yang mendahuluinya, atau dalam bahasa

    latinnya ”Nullum Delictum nulla poena sine legipoenali”.5 Dalam hal ini, terdapat

    dua hal yaitu :

    a. Jika sesuatu perbuatan yang dilarang diperbuat orang, maka perbuatan

    itu harus termasuk dalam ketentuan-ketentuan undang-undang pidana.

    b. Ketentuan tersebut tidak boleh berlaku surut, dengan satu kekecualian

    demi keuntungan si tersangka.6

    Berbagai kejahatan begal yang ada di Polsek Kuta memang dapat

    dikategorikan sebagai tindak pidana umum. Walaupun dalam prakteknya, tidak

    jarang pula terjadi tumpang tindih pada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya.

    Seperti dapat kita lihat pada kejahatan korupsi, kejahatan ekonomi, dan kejahatan

    subversi. Dimana ketiganya sebenarnya juga mengacaukan perekonomian Negara.

    Dalam kejahatan korupsi memang ditegaskan unsur “mengacaukan perekonomian

    dan keuangan Negara”, demikian pula pada tindak pidana ekonomi. Sementara

    itu, pada tindak pidana subversi terdapat unsur perbuatan yang “menghambat

    industri dan distribusi” yang dilakukan oleh Negara. Selanjutnya pada tindak

    pidana umum, juga kita dapatkan beraneka ragam atau macamnya, di mana salah

    satunya adalah tindak pidana pencurian. Menurut Poerwadarminta, dalam kamus

    umum bahasa Indonesia, mengatakan sebagai berikut:“ Pencuri berasal dari kata

    dasar curi; yang berarti berbagai-bagai perkara pencurian, sedang arti dari pada

    5 R. Achmad Soemadi Pradja, 1982, Asas-asas Hukum Pidana, Alumni, Bandung, h. 57.

    6 Ibid. h. 58.

  • 7

    pencurian adalah perkara (perbuatan dan sebagainya) mencuri (mengambil milik

    orang tidak dengan jalan yang sah)”.7 tindak pidana pencurian yang ada dalam

    Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Selanjutnya disingkat dengan KUHP) juga

    dibagi menjadi beberapa macam antara lain tindak pidana pencurian sesuai

    dengan ketentuan Pasal 362 KUHP atau pencurian biasa, tindak pidana pencurian

    dengan pemberatan sesuai yang diatur dengan Pasal 363 KUHP, tindak pidana

    pencurian ringan seperti yang ditentukan dalam Pasal 364 KUHP, tindak pidana

    pencurian dalam keluarga serta tindak pidana pencurian dengan kekerasan.

    Tindak pidana pencurian dengan kekerasan sesuai dengan ketentuan Pasal

    365 KUHP ditambah dengan tindak pidana pencurian dengan pemberatan sesuai

    ketentuan Pasal 363 KUHP, dimasukkan kedalam pencurian yang dikualifikasikan

    oleh akibatnya. Didalam penelitian ini, fokus masalah akan diarahkan kepada

    pencurian khusus yang diatur dalam Pasal 365 KUHP, yang pada intinya memiliki

    maksud untuk melakukan pencurian, yaitu kasus begal wanita. Dalam hal ini,

    perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan yang mendahului pengambilan

    barang. Misalnya : mengikat penjaga rumah, memukul dan lain-lain.8 Maksud

    untuk “mempermudah pencurian”, yaitu pengambilan barang dipermudah dengan

    kekerasan atau ancaman kekerasan. Misalnya: menodong agar diam, tidak

    bergerak, sedangkan si pencuri lain mengambil barang-barang dalam rumah

    (Pasal 365 ayat 1 KUHP). Sementara itu, menurut M Sudradjat Bassar hal-hal

    yang dapat memperberat ancaman hukuman pelakunya adalah apabila dalam

    7 W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka,

    Jakarta, 1976, hal. 3

    8 M. Sudradjat Bassar, 1996, Tindak -tindak Pidana tertentu Di Dalam KUHP, Remaja

    Karva, Bandung, hal. 71.

  • 8

    perbuatannya terkandung pula hal-hal yaitu melakukan pencurian di jalan umum

    atau dalam kereta api yang sedang berjalan, mobil atau bus umum (Pasal 365 ayat

    2 KUHP).9 Alasan yang memberatkan hukuman ini, adalah bahwa ditempat-

    tempat tersebut si korban tidak mudah mendapatkan pertolongan orang lain dan

    apabila perbuatan menyebabkan orang luka berat atau berakibat matinya orang.

    Dapat diancam dengan pidana mati, penjara seumur hidup atau 20 tahun penjara.

    Dengan demikian, fokus penelitian ini hanya ditujukan pada pencurian

    kendaraan bermotor yang dibarengi dengan kekerasan terhadap pemilik motor

    atau orang lain yang diserahi pemilik sebelum dan sesudah perbuatan pencurian

    dengan kekerasan tersebut dilakukan. Oleh karena itu penulis menyusun skripsi

    ini yang berjudul “PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN

    DENGAN KEKERASAN TERHADAP KENDARAAN BERMOTOR (Studi

    Kasus di Kepolisian Sektor Kuta Kabupaten Badung)”.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan kasus-kasus yang telah dipaparkan sebagaimana tersebut

    diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

    1. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencurian

    kendaraan bermotor di Polsek Kuta ?

    2. Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pencurian dengan

    kekerasan terhadap kendaraan bermotor bagi pelaku di Polsek Kuta ?

    9 Ibid, hal. 72 17

  • 9

    1.3. Ruang Lingkup Masalah

    Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas dan memperoleh hasil

    penelitian yang kualitatif dan juga dapat memberikan kesimpulan yang sesuai

    dengan judul, maka untuk itu dapat dibatasi materi yang diangkat ini hanya

    berkisar pada faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencurian

    kendaraan bermotor di Polsek Kuta. Dalam hal ini akan dibatasi pada faktor-

    faktor penyebab pelaku tindak pidana pencurian kendaraan bermotor. Jadi dalam

    hal ini, ditentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku dalam melakukan

    tindak pidana begal tersebut. Selanjutnya, permasalahan ini dibatasi pada upaya

    penanggulangan bagi pelaku tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di

    Polsek Kuta. Dalam hal ini, terbatas pada penerapan sanksi pidana yang ditujukan

    pada pelaku tindak pidana begal di Polsek Kuta. Dengan demikian akan dapat

    diketahui tentang sanksi apa saja yang diterapkan dan mengenai keberlakuan

    sanksi yang diterapkan tersebut terhadap pelaku tindak pidana begal tersebut.

    Dengan demikian, dalam pelaksanaan pengumpulan data, analisis data dan

    pembahasannya nanti tidak akan melebar atau menyimpang dari permasalahan.

    1.4 Orisinalitas Penelitian

    Dalam penelitian ini, yang menjadi permasalahannya yakni hasil dari

    keperihatinan selama ini dimana pencurian kendaraan bermotor di Polsek Kuta

    yang terjadi di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung belum bisa

    menemukan titik terang untuk rasa keadilan yang diharapkan oleh masyarakat di

    Kabupaten Badung, oleh sebab itu berdasarkan judul “Penanggulangan tindak

  • 10

    pidana pencurian dengan kekerasan terhadap kendaraan bermotor di Polsek Kuta

    (Studi Kasus di Kepolisian Sektor Kuta Kabupaten Badung)” permasalahan-

    permasalahan yang dibahas antara lain Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya

    pencurian kendaraan bermotor di Polsek Kuta dan Bagaimanakah upaya

    penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan terhadap kendaraan

    bermotor bagi pelaku di Polsek Kuta, kasus yang dijadikan penelitian terjadi di

    Kecamatan Kuta Selatan. serta mengambil tempat penelitian di Polsek Kuta dan

    Kantor Kepolisian Resor Kota Denpasar dengan metode yuridis empiris.

    Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan didalam media elektronik,

    hanya melihat hasil skripsi Tahun 2013 yang di tulis oleh Fadli Ramadhani

    dengan judul “Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Pencurian

    Kendaraan Bermotor Yang Dilakukan Oleh Oknum Mahasiswa di Wilayah Kota

    Makassar”, dengan rumusan permasalahan antara lain pertama, Bagaimanakah

    sebab-sebab terjadinya delik dalam kasus pencurian kendaraan bermotor yang

    dilakukan oleh oknum mahasiswa? dan permasalahan yang kedua yaitu

    Bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam rangka untuk mencegah, mengurangi

    dan memberantas delik-delik pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh

    oknum mahasiswa ?. Penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris.

    Selanjutnya, skripsi yang disusun oleh Dito Astawansyah Putra yang

    berjudul “Tinjauan Kriminologis Tentang Kejahatan Pencurian Kendaraan

    Bermotor Roda Dua (studi kasus di Kabupaten Konawe pada tahun 2008-2012)”.

    Dalam skripsi ini mengetengahkan dua permasalahan antara lain : 1. faktor-faktor

    apa saja yang menyebabkan terjadinya pencurian kendaraan bermotor roda dua di

  • 11

    kabupaten Konawe dalam kurun waktu lima tahun terakhir ? dan permasalahan

    yang ke 2. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya

    kejahatan pencurian kendaraan bermotor roda dua di kabupaten Konawe ?. Dalam

    skripsi yang kedua ini menggunakan metode penelitian hukum empiris.

    Adapun tujuan mencantumkan penelitian tersebut agar bisa dijadikan

    perbandingan, sehingga orisinalitas tulisan yang penulis buat dapat dipertanggung

    jawabkan.

    1.5 Tujuan Penelitian :

    Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan, apa yang hendak

    dicapai oleh peneliti. Yang biasanya disusun secara hierarkhis menurut urutan

    prioritas.10

    Maka dari itu ada 2 (dua) tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu

    tujuan umum dan tujuan khusus.

    a. Tujuan Umum :

    Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui penanggulangan tindak

    pidana pencurian dengan kekerasan terhadap kendaraan bermotor di Polsek

    Kuta yang terjadi di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung yang selama

    ini kasus tersebut dalam putusannya belum dapat memenuhi rasa keadilan

    yang hidup dalam masyarakat.

    b. Tujuan Khusus :

    Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini sesuai permasalahan

    yang dibahas adalah :

    10

    Soerjono Soekanto, 2010, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,

    hal 18. (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I).

  • 12

    1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak

    pidana pencurian dengan kekerasan terhadap kendaraan bermotor di

    Polsek Kuta.

    2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan tindak pidana pencurian

    dengan kekerasan terhadap kendaraan bermotor bagi pelaku di Polsek

    Kuta.

    1.6 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari suatu hasil penelitian, diharapkan ada dua manfaat,

    baik manfaat yang bersifat teoritis maupun manfaat praktis.

    a. Manfaat Teoritis dalam penelitian ini yaitu memberikan kontribusi bagi

    pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana.

    b. Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu memberikan kontribusi dan

    sumbangan pengetahuan bagi penegak hukum khususnya Polisi Sektor

    Kuta dalam menentukan sanksi pidana terhadap kasus pencurian

    kendaraan bermotor di Polsek Kuta.

    1.7. Landasan Teoritis

    Teori diperlukan untuk menerangkan dan menjelaskan secara spesifik

    suatu proses tertentu yang terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan

    menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak

  • 13

    benarannya.11

    Teori juga merupakan alur penalaran atau logika (flow of

    reasonic/logic), yang terdiri dari seperangkat konsep atau variabel, definisi dan

    proposisi yang disusun secara sistematis.12

    Landasan teoritis merupakan dukungan teori, konsep, asas, dan pendapat-

    pendapat hukum dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari

    permasalahan yang dianalisis.13

    Oleh sebab itu sebelum mengemukakan asumsi

    terhadap permasalahan, maka terlebih dahulu dikemukakan beberapa pasal dalam

    Peraturan perundang-undangan dan beberapa teori berupa pendapat para ahli yang

    relevan dengan permasalahan yang diteliti yang kemudian digunakan sebagai

    dasar untuk menentukan asumsi.

    Dalam kaitannya dengan penulisan skripsi ini, adapun teori-teori yang

    dipergunakan sebagai pisau analisis yaitu:

    1. Teori Kriminologi

    Secara etimologi, kriminologi berasal dari kata Crime artinya kejahatan

    dan Logos artinya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu kriminologi dapat diartikan

    secara luas dan lengkap sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

    kejahatan.14

    Menurut Moelijatno menyatakan bahwa kriminologi merupakan ilmu

    pengetahuan tentang kejahatan dan kelakuan-kelakuan jelek serta tentang orang-

    11

    J.J.JM. Wuisaman, 1996, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Fakultas Ekonomi

    Universitas Indonesia, Jakarta, h.203

    12

    J. Supranto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, h. 194

    13

    Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju Bandung,

    h. 141 14

    Abdul Syani, 1987, Kejahatan dan Penyimpangan Suatu Perspektif Kriminilogi, Bina

    Aksara, Jakarta, h. 18.

  • 14

    orang yang tersangkut pada kejahatan dan kelakuan-kelakuan jelek itu.15

    Dengan

    kejahatan yang dimaksud pada pelanggaran, artinya perbuatan menurut undang-

    undang diancam dengan pidana dan kriminalitas merupakan bagian masalah

    manusia dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Rusli Effendy menyatakan

    bahwa disamping ilmu hukum pidana yang juga dinamakan ilmu tentang

    hukumnya kejahatan, ada juga ilmu tentang kejahatan itu sendiri yang dinamakan

    kriminologi, kecuali obyeknya berlainan dan tujuannya pun berbeda.16

    Hukum

    pidana adalah peraturan hukum yang mengenai kejahatan atau yang berkaitan

    dengan pidana dengan tujuan ialah agar dapat dimengerti dan dipergunakan

    dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya sedangkan obyek kriminologi adalah

    kejahatan itu sendiri, tujuannya mempelajari apa sebabnya sehingga orang yang

    melakukan dan upaya penanggulangan kejahatan itu. Sehubungan. dengan

    pengertian tersebut maka tepatlah apa yang kemukakan oleh Rusli Effendi bahwa

    kriminologi itu meliputi :

    a. Etiologi Kriminal adalah cabang ilmu kriminologi yang secara. khusus

    mempelajari sebab‑sebab atau latar belakang, penjelasan dan korelasi kejahatan, cabang ilmu ini lazimnya mencakup : biologi kriminal,

    psikologi kriminal, psikiatri kriminal, maupun sosiologi hukum pidana.

    b. Fenomenologi kriminal adalah merupakan cabang ilmu kriminologi dari

    mempelajari tentang bagaimana perkembangan kejahatan dan

    gejalanya.

    c. Victimologi kriminal adalah cabang kriminologi yang secara khusus

    mempelajari tentang akibat yang timbul dari suatu kejahatan (korban

    kejahatan)

    d. Penologi adalah ilmu tentang penghukuman dalam arti yang sempit,

    namun ilmu ini adalah merupakan salah satu cabang kriminologi yang

    membahas konstruksi undang‑undang hukum pidana, penghukuman dan administrasi sanksi pidana.

    17

    15

    Moeljatno, 1985, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, h. 36. 16

    Rusli Effendy, 1983, Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung, h. 10. 17

    Ibid, h. 11.

  • 15

    Kriminologi sebagai salah satu cabang dari ilmu pengetahuan sosial,

    sebenarnya masih tergolong sebagai ilmu pengetahuan yang masih muda, oleh

    karena kriminologi baru mulai menampakkan dirinya sebagai salah satu disiplin

    ilmu pengetahuan hukum khusunya dalam hukum pidana. Meskipun tergolong

    ilmu yang masih baru, namun perkembangan kriminologi tampak begitu pesat, hal

    ini tidak lain karena konsekuensi logis dari berkembangnya pula berbagai bentuk

    kejahatan dalam masyarakat. Perkembangan kejahatan bukanlah suatu hal yang

    asing, oleh karena sejarah kehidupan manusia sejak awal diciptakan telah terbukti

    mengenal kejahatan. Apalagi pada saat seperti sekarang ini perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi justru memberi peluang yang lebih besar bagi

    berkembangnya berbagai bentuk kejahatan. Atas dasar itulah maka kriminologi

    dalam pengaktualisasian dirinya berupaya mencari jalan untuk mengantisipasi

    segala bentuk kejahatan serta gejala‑gejalanya.

    Selanjutnya Soerjono Soekanto menyatakan bahwa kriminologi adalah

    ilmu pengetahuan mengenai sikap tindak kriminal. Sehubungan itu beliau

    menjelaskan pula bahwa Kriminologi modern berakar dari sosiologi, psikologi,

    psikiatri dan ilmu hukum yang ruang lingkupnya meliputi :

    a. Hakekat, bentuk-bentuk dan frekuensi-frekuensi perbuatan kriminal

    sesuai dengan distribusi sosial, temporal dan geografis.

    b. Karakteristik fisik, psikologis, sejarah serta. sosial penjahat dan

    hubungan antara. kriminalitas dengan tingka laku abnormal lainnya.

    c. Karakteristik korban kejahatan.

    d. Tingkah laku non kriminal anti sosial, yang tidak semua masyarakat

    dianggap, sebagai kriminalitas.

    e. Prosedur sistem peradilan pidana

    f. Metode hukuman, latihan dan penanganan narapidana

    g. Struktur sosial dan organisasi lembaga-lembaga penal

  • 16

    h. Metode-metode pengendalian dan penanggulangan kejahatan

    i. Metode-metode identifikasi kejahatan dan penjahat

    j. Studi mengenai asas dan perkembangan hukum pidana serta. sikap

    umum terhadap kejahatan dan penjahat.18

    2. Teori kepastian Hukum

    Teori Kepastian Hukum diungkapkan oleh Gustav Radbruch dalam Theo

    Huijbers yang menyatakan bahwa :

    Hubungan antara keadilan dan kepastian hukum perlu diperhatikan. Oleh

    sebab kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dalam negara, maka

    hukum positif selalu harus ditaati, pun pula kalau isinya kurang adil, atau

    juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi terdapat kekecualian, yakni

    bilamana pertentangan antara isi tata hukum dan keadilan menjadi begitu

    besar, sehingga tata hukum itu nampak tidak adil pada saat itu tata hukum

    itu boleh dilepaskan.19

    Dengan adanya suatu kepastian hukum, maka tujuan dari hukum yaitu

    keadilan akan dapat dicapai. Dalam kaitannya dengan skripsi ini, maka peraturan

    perundang-undangan yakni Kitab Undang-undang Hukum Pidana (untuk

    selanjutnya disingkat KUHP) harus diterapkan dengan tujuan untuk mewujudkan

    kepastian hukum demi keamanan masyarakat pada umumnya dan khususnya

    masyarakat di Kecamatan Kuta Selatan. Sedangkan unsur keadilanpun harus

    diterapkan dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab terjadinya kasus

    pencurian kendaraan bermotor tersebut. Dengan demikian keadilan akan dapat

    tercermin dalam penerapan sanksi pidana terhadap kasus tersebut.

    18

    Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, h. 27.

    (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto II).

    19

    Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta,

    h. 163

  • 17

    3. Teori Efektivitas

    Diperlukannya teori efektivitas hukum ini didalam masyarakat, karena

    efektivitas hukum adalah daya kerja hukum dalam mengatur dan memaksa

    masyarakat (law as social control). Dalam bukunya Soerjono Soekanto

    dikemukakan bahwa untuk berlakunya suatu aturan hukum harus memenuhi 3

    (tiga) syarat yaitu :

    1. Kaedah hukum berlaku secara filosofis

    2. Kaedah hukum berlaku secara yuridis

    3. Kaedah hukum berlaku secara sosiologis20

    Berlakunya kaedah hukum secara yuridis, mengandung pengertian bahwa

    aturan hukum yang ada harus didasarkan pada kaedah hukum yang lebih tinggi21

    .

    Berlakunya kaedah hukum secara sosiologis artinya kaedah hukum tersebut

    berlaku dalam masyarakat sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat

    dimana kaedah hukum tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa (teori

    kekuasaan), ataupun karena adanya pengakuan dan penerimaan oleh masyarakat

    kepada siapa kaidah hukum tersebut diberlakukan (teori pengakuan). Pada

    dasarnya adanya suatu kaedah hukum tersebut diakui dan diterima oleh

    masyarakat dengan tanpa perlu dipaksakan oleh penguasa apabila memang sudah

    dirasakan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma hidup dan kehidupan dari

    20

    Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali Press,

    Jakarta, h. 72. (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto III).

    21

    Ibid, h. 78

  • 18

    masyarakat yang bersangkutan22

    . Sedangkan berlakunya kaedah hukum secara

    filosofis artinya suatu kaedah hukum harus berdasarkan pada cita-cita hukum

    sebagai nilai positif yang tertinggi23

    . Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

    hukum itu berfungsi dalam masyarakat yaiu :

    1. Kaidah hukum atau peraturan hukum itu sendiri

    2. Petugas atau penegak hukumnya

    3. Sarana dan fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum

    4. Kesadaran masyarakat24.

    Maka sangat penting Menurut Ravianto bahwa pengertian efektivitas itu

    adalah “ Seberapa baik orang melakukan pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana

    orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa

    apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam

    waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif”25

    .

    1.8. Metode Penelitian

    1.8.1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis

    penelitian hukum empiris, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi

    ketentuan dan mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum

    22

    Ibid 23

    Ibid, h. 79

    24

    Zainudin Ali, 2009, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 62

    25

    Raviyanto, J, 1989, Produktivitas dan Manajemen, Lembaga Sarana Informasi Usaha

    dan Productivitas, Jakarta, h. 72

  • 19

    normatif (kodifikasi, Undang-Undang atau kontrak) secara in action/in abstracto

    pada setiap peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat (in concreto).26

    1.8.2. Sifat Penelitian

    Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif

    analitis. Penelitian yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan

    data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,27

    maka dapat diambil data obyektif karena ingin menggambarkan kenyataan yang

    terjadi di Polsek Kuta di Kecamatan Kuta Selatan.

    1.8.3. Jenis Pendekatan

    Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk

    mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti

    untuk melakukan analisis. Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan

    hasil yang ilmiah, serta dapat dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam

    penelitian ini dibahas menggunakan jenis pendekatan sebagai berikut:

    a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini

    dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-

    undangan sebagai dasar awal melakukan analisis.

    26

    Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,

    Bandung, h. 134

    27

    Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, h. 10.

    (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto II)

  • 20

    b. Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian

    hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum

    yang dilakukan dalam praktik hukum.

    c. Pendekatan analitis (Analytical Approach), pendekatan ini dilakukan

    dengan mencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat

    didalam perundang-undangan, dengan begitu peneliti memperoleh

    pengertian atau makna baru dari istilah-istiah hukum dan menguji

    penerapannya secara praktis. 28

    1.8.4. Data dan Sumber Data

    Dalam penelitian hukum empiris data dapat dibedakan menjadi 2 (dua)

    yaitu:

    1. Data primer, yaitu data yang diperoleh terutama dari penelitian yang

    dilakukan langsung didalam masyarakat.29

    Sumber data primer yang

    diperoleh dari penelitian ini dengan melakukan penelitian yang

    berlokasi di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi

    Bali. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara

    dengan informan dan responden yang ada pada lokasi penelitian

    tersebut. Informan, adalah orang atau individu yang memberikan

    informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang diketahuinya.

    28

    Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

    Empiris, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190

    29

    Soerjono Soekanto I, h. 156.

  • 21

    Informan diperlukan didalam penelitian empiris untuk mendapatkan

    data secara kualitatif. Responden, adalah seseorang atau individu yang

    akan memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan oleh

    peneliti. Responden ini merupakan orang atau individu yang terkait

    secara langsung dengan data yang dibutuhkan.30

    2. Data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library

    Research) dengan menggunakan bahan-bahan hukum sebagai berikut:31

    Bahan hukum primer, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

    Selanjutnya dalam bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-

    literatur, buku-buku, makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan

    dokumen-dokumen yang berkenaan dengan masalah yang dibahas.

    Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan

    ensiklopedi.32

    1.8.5. Teknik Pengumpulan Data

    Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan ini

    yaitu :

    1. Teknik Studi Dokumen

    Untuk data kepustakaan dipakai teknik studi dokumen dengan cara

    membaca memahami membandingkan karangan-karangan ilmiah dan para

    30

    Ibid, h. 174

    31

    Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan I, Ghalia

    Indonesia, Jakarta, h. 24.

    32

    Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, 2004, PT. RajaGrafindo Persada,

    Jakarta, h. 120

  • 22

    sarjana dan dan sumber-sumber lainnya, baik peraturan-peraturan maupun

    tulisan-tulisan ilmiah yang terdapat dalam berbagai literatur atau sumber

    bahan bacaan lain yang relevan dengan permasalahan.

    2. Teknik Wawancara (interview)

    Data lapangan digunakan teknik wawancara (interview), yaitu proses

    Tanya jawab lisan dalam masa dua orang atau lebih berhadap-hadapan

    secara fisik yang satu dapat melihat yang lain dan mendengarkan dengan

    telinganya sendiri.33

    Dalam hal ini dilakukan penelitian dilakukan dengan

    wawancara kepada para responden dengan menggunakan daftar

    pertanyaan. Pertanyaan tersebut dalam penelitian ini berkisar pada fakto-

    faktor penyebab terjadinya pencurian kendaraan bermotor dan penerapan

    sanksi pidana oleh Polsek Kuta. Data ini diperoleh dengan penelitian

    langsung oleh objek penelitian, dimana objek penelitian adalah Polsek

    Kuta.

    1.8.6. Teknik Penentuan Sampel Penelitian

    Adapun lokasi Penelitian dalam penyusunan penelitian ini pada Polsek

    Kuta di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Terpilihnya lokasi tersebut

    sebagai lokasi penelitian dikarenakan ditemukan beberapa kasus kredit pencurian

    kendaraan bermotor atau begal.

    Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara

    Non Random Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah

    33

    Sutrisno Hadi, 1984, Methodologi Research, Gajah Mada University, Yogyakarta, h.

    192.

  • 23

    menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan

    judul dalam penulisan skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel yang

    digunakan yaitu Polsek Kuta di Kecamatan Kuta Selatan. Populasi yang dipilih

    menjadi sampel setelah sebelumnya dipilih dan direncanakan oleh peneliti karena

    populasi ini bersifat heterogen, dimana setiap populasi tidak semuanya dapat

    mewakili seluruh unit populasi34

    Penentuan responden ataupun informan dilakukan dengan menggunakan

    metode snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi

    dari sampel sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh

    peneliti yaitu dengan mencari responden kunci ataupun informan kunci, kemudian

    responden berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi

    yang diberikan oleh responden kunci yang diawali dengan menunjuk sejumlah

    responden yaitu responden yang mengetahui, memahami, dan berpengalaman

    sesuai dengan objek penelitian ini yakni Polsek Kuta di Kecamatan Kuta Selatan.

    1.8.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

    Data–data yang diperoleh baik data Primer maupun Sekunder. Selanjutnya

    dianalisa, teknik analisa data disini dilakukan dengan analisa secara kualitatif,

    yaitu dengan memilih data yang kualitasnya dapat menjawab permasalahan yang

    diajukan dan untuk penyajiannya dilakukan secara deskriptif analisa yaitu suatu

    34Amiruddin dan Zainal Asikin, op.cit, hal. 98.

  • 24

    cara analisis data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis

    sehingga diperoleh kesimpulan umum.35

    35

    Ronny Hanitijo Soemitro, Op.cit, h. 98