BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf ·...

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tahun 2016 menjadi awal mula pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) di Indonesia. MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau AEC (ASEAN Economic Community) adalah suatu bentuk kesatuan pasar tunggal yang mana membuka jalur ekonomi secara bebas dikawasan Asia Tenggara. Menurut Ir. Eddy Kuntadi pengertian ”MEA adalah suatu bentuk program yang bertujuan menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, dimana terjadi arus bebas (free flow) atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN”. Dalam pengertian tersebut tentu saja persaingan antar negara dikawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia akan lebih ketat dari tahun sebelumnya. Kebijakan pembentukan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang diberlakukan di Indonesia menjadikan persaingan serta kompetisi antar perusahaan dalam dunia perindustrian khususnya industri manufaktur semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha untuk meningkatkan produktivitasnya agar menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan dan standar mutu produk terbaik dibandingkan dengan perusahaan lain. Tak hanya persaingan yang semakin ketat, kebijakan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pun menimbulkan ancaman yang cukup mengkhawatirkan bagi para pelaku industri manufaktur seperti bebas keluar-masuknya barang-barang impor ke Indonesia. Untuk mengubah ancaman tersebut menjadi peluang maka para pelaku bisnis manufaktur khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan produktivitas

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Tahun 2016 menjadi awal mula pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi

ASEAN) di Indonesia. MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau AEC (ASEAN

Economic Community) adalah suatu bentuk kesatuan pasar tunggal yang mana membuka

jalur ekonomi secara bebas dikawasan Asia Tenggara. Menurut Ir. Eddy Kuntadi

pengertian ”MEA adalah suatu bentuk program yang bertujuan menciptakan

ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, dimana terjadi

arus bebas (free flow) atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta

penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN”. Dalam pengertian

tersebut tentu saja persaingan antar negara dikawasan Asia Tenggara, termasuk

Indonesia akan lebih ketat dari tahun sebelumnya.

Kebijakan pembentukan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang diberlakukan

di Indonesia menjadikan persaingan serta kompetisi antar perusahaan dalam dunia

perindustrian khususnya industri manufaktur semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha

untuk meningkatkan produktivitasnya agar menghasilkan produk yang memenuhi

persyaratan dan standar mutu produk terbaik dibandingkan dengan perusahaan lain. Tak

hanya persaingan yang semakin ketat, kebijakan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)

pun menimbulkan ancaman yang cukup mengkhawatirkan bagi para pelaku industri

manufaktur seperti bebas keluar-masuknya barang-barang impor ke Indonesia. Untuk

mengubah ancaman tersebut menjadi peluang maka para pelaku bisnis manufaktur

khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan produktivitas

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

2

dan kualitas produknya agar tidak terdominasi oleh produk impor dari luar negeri

dan produk dalam negeri pun dapat lebih banyak berkontribusi dalam melakukan ekspor.

Produk yang berkualitas dan berstandarisasilah yang akan diterima oleh pasar.

Karena saat produk yang dihasilkan mendapatkan kepercayaan dipasar dalam

negeri, maka pasar luar negeri akan mudah menerima produk tersebut

Industri manufaktur khususnya industri pakaian jadi merupakan industri

yang bersifat padat karya dan memiliki kontribusi yang cukup tinggi pada nilai

ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia. Namun terdapat beberapa

tantangan yang harus dihadapi oleh industri pakaian jadi di era MEA saat ini,

antara lain mengenai persaingan produk pakaian jadi dari luar negeri khususnya

negara China yang menawarkan harga murah dengan kualitas produk yang sangat

baik. Hal ini tentu mengakibatkan ketatnya persaingan yang terjadi pada industri

pakaian jadi di Indonesia.

Ketatnya persaingan dapat mempengaruhi bentuk struktur pasar, perilaku

dan kinerja perusahaan-perusahaan pakaian jadi di Indonesia. Dapat dilihat pada

gambar 1.1 menunjukkan perkembangan indeks produksi Industri pakaian untuk 5

(lima) tahun terakhir di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Pada

tahun 2012 perkembangan produksi industri pakaian jadi memiliki nilai indeks

sebesar 188,89, namun di tahun 2013 produksi industri pakaian jadi ternyata

mengalami penurunan perkembangan produksi dari tahun sebelumnya tahun 2012

sebesar 59,99 dari nilai indeks 188,89 ke nilai indeks 128,90, kemudian untuk

tahun 2014 perkembangan produksi industri pakaian jadi mengalami peningkatan

perkembangan produksi dari tahun sebelumnya tahun 2013 sebesar 4,61 dari nilai

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

3

indeks 128,90 ke nilai indeks 133,51, sedangkan di tahun 2015 perkembangan

produksi industri pakaian jadi mengalami penurunan kembali jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya tahun 2014 sebesar 14,5 dari nilai indeks 133,51 ke

nilai indeks 119,01, dan terakhir untuk tahun 2016 perkembangan produksi

industri pakaian jadi mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya tahun 2014 sebesar 8,39 dari nilai indeks 119,01 ke nilai indeks 110,

62 namun bila dibandingkan dengan periode dasar (tahun dasar = 100) angka

tersebut masih menunjukkan peningkatan.

Gambar 1.1

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dilihat dari data badan pusat statistik (BPS) diatas, mengapa perkembangan

produksi industri pakaian jadi di Indonesia selama 5 tahun terakhir mengalami

fluktuasi dari tahun ke tahunnya atau bisa dikatakan semakin menurun bila

dibandingkan pada tahun 2012, hal tersebut dapat dikarenakan banyaknya

masalah yang dihadapi oleh industri pakaian jadi tersebut. Berbagai macam

masalah mulai dari persaingan pemasaran didalam pasar domestik maupun pasar

internasional, peningkatan harga bahan baku sebagai akibat tidak langsung dari

188,89

128,9 133,51 119,01 110,62

2012 2013 2014 2015 2016

Perkembangan Indeks Produksi

Industri Pakaian Jadi

Tahun 2012-2016

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

4

fluktuasi harga minyak dunia, terbatasnya modal serta mesin-mesin produksi yang

sudah semakin tua.

Industri pakaian jadi atau garmen adalah industri yang memproduksi

pakaian jadi dan perlengkapan pakaian. Yang dimaksud dengan pakaian jadi

adalah segala macam pakaian dari bahan tekstil baik untuk laki-laki, wanita, anak-

anak dan bayi. Bahan bakunya adalah kain tenun atau kain rajutan dan

produknya antara lain berupa kemeja (shirts), blus (blouses), rok (skirts), kaus (t-

shirts, polo shirt, sport swear), pakaian dalam (underwear) dan lain-lain. Saat ini

pakaian bukan hanya sebagai penutup tubuh saja, melainkan sudah merupakan

kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat tinggal. Seiring dengan

perkembangan jaman tersebut, maka banyak dari para pelaku bisnis yang

berlomba-lomba untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia akan pakaian

khususnya pakaian untuk para kaum wanita, karena wanitalah yang lebih banyak

mendominasi konsumen pasar.

Banyak industri pakaian jadi atau garmen khususnya untuk wilayah

Kabupaten Bandung yang melakukan perbaikan dan peningkatan produktivitas

produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan pakaian jadi.

Terdapat 43 industri garmen di Kabupaten Bandung yang masih aktif sampai saat

ini. Dilihat dari gambar 1.2, terdapat 2 (dua) industri garmen dimasing-masing

wilayah Kecamatan Cileunyi dan Rancaekek, kemudian untuk wilayah Kecamatan

Baleendah dan Arjasari masing-masing terdapat 3 (tiga) industri garmen,

sedangkan untuk wilayah Kecamatan Margahayu terdapat 8 (delapan) industri

garmen yang disusul wilayah Kecamatan Dayeuhkolot terdapat industri garmen

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

5

sebanyak 10 (sepuluh) industri, sedangkan industri garmen dengan jumlah

terbesar berada di wilayah Kecamatan Katapang sebanyak 13 (tigabelas) industri,

namun untuk wilayah Kecamatan Pameungpeuk dan Banjaran masing-masing

hanya terdapat 1 (satu) industri garmen. Hal ini menunjukkan untuk cakupan

wilayah di Kabupaten Bandung saja industri garmen memiliki pesaing yang cukup

banyak. Sehingga perlu adanya usaha dari tiap perusahaan tersebut untuk tetap

dapat bertahan di era saat ini.

Berikut data jumlah industri garmen di Kabupaten Bandung :

Gambar 1.2

Sumber: Citarum.org

Produktivitas suatu perusahaan tergantung kepada faktor-faktor sumber

daya yang dimilikinya. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah

bagaimana perusahaan tersebut mengendalikan persediaannya. Dimana persediaan

merupakan hal yang sangat penting dalam kelancaran proses produksi. Suatu

perusahaan harus dapat mengelola dan mengendalikan persediaan, agar proses

produksi tidak terhambat. Salah satunya yaitu pengendalian bahan baku.

Pengendalian bahan baku penting dilakukan untuk setiap perusahaan manufaktur

05

1015

2 2 3

10 13

1 1 3 8

Jumlah Industri Garmen di Kabupaten

Bandung yang Dikelompokkan Sesuai

Kecamatan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

6

khususunya perusahaan garmen dimana untuk melancarkan proses produksinya

sangat memerlukan persediaan.

Perusahaan harus memastikan bahwa jumlah bahan baku cukup bagi

perusahaan untuk melakukan produksinya agar aktivitas produksi dapat berjalan

dengan baik. Apabila persediaan suatu perusahaan terlalu sedikit maka akan

menimbulkan biaya akibat kekurangan persediaan yang disebut stock out cost

seperti: tertunda/terganggunya proses produksi yang mana dapat mempengaruhi

kepuasan pelanggan hingga kehilangan pelanggan, namun apabila persediaan

suatu perusahaan terlalu banyak akan menimbulkan biaya-biaya yang disebut

carrying cost, yaitu biaya-biaya yang terjadi karena perusahaan memiliki

persediaan yang banyak, seperti biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya

modal, sewa gudang, biaya administrasi, gaji pegawai pergudangan, biaya

asuransi, biaya pemeliharaan persediaan, biaya kehilangan/kerusakan. Karena

masalah pengadaan persediaan merupakan salah satu masalah penting yang

dihadapi oleh perusahaan untuk dapat menyeimbangkan kegiatan produksi.

Semua perusahaan manufaktur khususnya perusahaan garmen selalu

memerlukan bahan baku untuk keperluan produksinya, barang tersebut bisa

berupa barang mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi yang digunakan

untuk memelihara fasilitas perusahaan atau untuk melakukan proses produksi.

Barang tersebut biasanya diperoleh dengan cara memesan dari pemasok dan harus

selalu tersedia setiap saat. Karena ketersediaan persediaan barang tersebut sangat

mempengaruhi aktivitas produksi perusahaan. Tanpa adanya persediaan, para

pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaan pada suatu waktu tidak

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

7

dapat memenuhi keinginan para konsumen. Kemajuan atau keberhasilan suatu

industri salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory).

Salah satu perusahaan yang perlu melakukan pengendalian persediaan bahan baku

dalam proses produksinya adalah PT. Big Golden Bell Garment Manufacture.

PT. Big Golden Bell adalah perusahaan garment yang bergerak di bidang

industri pakaian jadi yang menghasilkan produk berupa kaos, baju, jaket, celana

dan berbagai jenis pakaian anak dan bayi. Perusahaan ini beralamat di Jalan Laswi

no. 168 Kelurahan Jelekong Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. PT. Big

Golden Bell mengkhususkan diri pada produk pesanan (make to order/ job order),

dimana untuk memproduksi suatu produk tidak tergantung pada tren, melainkan

pada keinginan pihak konsumen yang memesannya. Adapun pasar konsumen

tetap negara tujuan ekspor perusahaan ini antara lain USA, China, Kanada, Jepang

dan Hongkong. Perusahaan ini telah memiliki konsumen tetap dengan Perusahaan

Old Navi/GAP. Produk yang paling diminati oleh pasar konsumen yaitu produk

blouse dan dress. Dimana produk blouse dan dress memiliki presentase sebanyak

80% dari produk lain. Adapun presentase produk yang diproduksi PT. Big golden

Bell yaitu dapat dilihat dari diagram garmbar 1.3 dibawah ini.

Gambar 1.3 Diagram Persentase Produksi PT. Big Golden Bell

Sumber : PT. Big Golden Bell Garment Manufacture

80%

10%

10%

Production

Blouse & Dress

Jacket

Pants & Skirt

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

8

Bahan baku utama yang digunakan PT. Big Golden Bell adalah jenis kain

woven atau knit sebagai bahan baku pembuatan produknya. Sehingga pada

penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti objek bahan baku adalah kain woven

yang merupakan bahan baku untuk pembuatan produk Blouse & Dress. Bahan

baku kain woven ini dibeli dari pemasok dengan harga Rp. 116.000,-/kg.

Sedangkan, kebutuhan bahan baku perusahaan per tahunnya sangat besar yang

mengakibatkan pembelian bahan baku tidaklah murah. Sehingga perusahaan

haruslah menginvestasikan sebagian besar dana yang cukup besar pada persediaan

bahan baku agar proses produksi tetap berjalan dengan lancar serta tidak terhenti

atau terhambat akibat kekurangan maupun keterlambatan kedatangan persediaan

bahan baku. Hal tersebut membuktikan dengan apa yang telah dikemukakan oleh

Jay Heizer dan Barry Render (2015:553) bahwa “Persediaan adalah salah satu aset

termahal dari banyak perusahaan, mencerminkan 50% dari total modal yang

diinvestasikan.

PT. Big Golden Bell sangatlah menyadari bahwa persediaan sangatlah

penting agar dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga dalam prakteknya

perusahaan ini selalu melakukan pemesanan bahan baku dalam jumlah yang

berlebih untuk mencegah timbulnya kekurangan bahan baku. Selain daripada

kenyataan bahwa biaya pengadaan bahan baku tidaklah murah, perusahaan harus

dapat mensiasati pengeluaran biaya atau investasi yang tertanam tersebut dengan

menentukan jumlah yang paling optimal untuk menentukan jumlah persediaan

yang harus disediakan perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan pengendalian

persediaan bahan baku yang tepat. Dengan dilakukannya pengendalian persediaan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

9

bahan baku ini diharapkan perusahaan dapat mengendalikan berapa jumlah yang

optimal yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk keperluan kelancaran proses

produksinya. Sehingga perusahaan dapat meminimalisir pengeluaran biaya untuk

dapat memaksimalkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

PT. Big Golden Bell seringkali mengalami masalah kelebihan bahan baku

(over stock) dalam mengendalikan persediaan bahan bakunya yang menyebabkan

kualitas bahan baku menjadi menurun tidak sedikit kain sering mengalami

kerusakan seperti warna yang berubah dari kain karena terlalu lama disimpan. Hal

ini dikarenakan perusahaan seringkali malakukan pembelian bahan baku dengan

jumlah berlebih dari permintaan konsumen. Kebijakan ini diambil perusahaan

dengan maksud agar proses produksi dapat tetap berjalan dengan lancar tanpa

harus mengalami keterlambatan produksi untuk dapat memenuhi permintaan

konsumen. Tetapi hal ini berdampak kepada tingginya pengeluaran biaya

persediaan yang semakin besar atau tinggi sehingga mengakibatkan investasi

tertahan. Dikarenakan sisa bahan baku dari tahun sebelumnya akan terus

bertambah atau ditambahkan kepada tahun selanjutnya yang tentunya akan

mengakibatkan biaya pemesanan, biaya penyimpanan akan terus tinggi sehingga

mengakibatkan investasi perusahaan akan tertahan lebih besar. Perusahaan ini

mulai melakukan kebijakan pembelian bahan baku berlebih mulai pada tahun

2012 dikarenakan pada tahun tersebut konsumen mulai melakukan permintaan

tambahan sehingga pada awal tahun 2012 perusahaan tidak memiliki sisa bahan

baku ditahun sebelumnya.

Berikut adalah kebutuhan bahan baku kain woven selama 5 tahun terakhir :

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

10

Tabel 1.1 Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku Kain Woven PT. Big Golden Bell Garment Manufacture

(Dalam Satuan Kg)

No Tahun Persediaan

Awal

Pembelian

Bahan

Baku

Jumlah

Persediaan

Penggunaan

untuk

Produksi

Persediaan

Akhir

1 2012 0 63.852 63.852 63.550 302

2 2013 302 61.537 61.839 61.830 9

3 2014 9 65.427 65.436 65.394 42

4 2015 42 68.742 68.784 68.618 166

5 2016 166 70.088 70.254 69.900 354

Sumber : Data perusahaan yang telah diolah

Tabel 1.1 diatas, menunjukkan pada akhir tahun 2015, terdapat sisa bahan

baku sebanyak 166 kg yang akan menjadi persediaan awal tahun 2016, kemudian

penambahan pembelian bahan baku sebanyak 70.088 kg maka total jumlah

persediaan tahun 2016 bertambah sebanyak 70.254 kg dikurangi dengan penggunaan

bahan baku sebanyak 69.900 kg, maka sisa bahan baku pada akhir tahun 2016 yang

dimiliki perusahaan adalah sebanyak 354 kg. Perusahaan melakukan kebijakan

pembelian bahan baku dilebihkan sebesar 2%-5% dari permintaan awal konsumen

setiap tahunnya yang disesuaikan dengan subkontrak konsumen yang membuat

perusahaan selalu mengalami kelebihan persediaan bahan baku, seperti yang telah

kita lihat pada tabel 1.1 sebelumnya, bahwa sisa bahan baku pada tahun

sebelumnya selalu ditambahkan dengan jumlah pembelian bahan baku tahun

berikutnya sehingga jumlah persediaan yang ada digudang selalu bertambah,

dikurangi dengan penggunaan bahan baku setiap tahunnya, namun perusahaan

selalu mengalami kelebihan persediaan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

11

Permasalahan yang dihadapi menyatakan bahwa perusahaan memiliki

kelebihan bahan baku (over stock) sebanyak 354 kg dari sisa penggunaan di tahun

2016. Walaupun perusahaan ini memiliki sistem job order pada sistem

produksinya namun seringkali konsumen melakukan penambahan permintaan

pada waktu dan jumlah yang tidak menentu sehingga perusahaan harus

mengambil kebijakan pengadaan persediaan bahan baku yang berlebih agar tetap

dapat memenuhi permintaan konsumen dengan tepat waktu. Namun, dengan

keadaan demikian memicu timbulnya biaya penyimpanan yang besar yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan, karena semakin besar jumlah persediaan barang

maka semakin besar pula biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan. Namun apabila jumlah persediaan terlalu kecil akan mengakibatkan

kekurangan persediaan (stockout), sehingga menimbulkan terhambatnya jalan

produksi, atau dapat terjadi pula kehilangan pelanggan dan pelanggan pun

menjadi kecewa.

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa perusahaan ini melakukan pemesanan dalam

1 (satu) periode selama 1 (satu) tahun sebanyak 4 (empat) kali yang berdasarkan

subkontrak dengan konsumen bahwa perusahaan melakukan ekspor produk ke

tangan konsumen setiap musimnya (season). Dikarenakan untuk negara tujuan

ekspor perusahaan ini memiliki 4 (empat) musim dalam 1 (satu) periode selama 1

(satu) tahun sehingga pada tabel 1.2 di atas perusahaan menetapkan keputusan

melakukan pemesanan bahan baku setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan jumlah

pembelian yang tetap setiap season-nya. Namun, pada tabel 1.2 untuk periode

(season) ke-III ternyata menunjukkan persediaan akhir bahan baku sebesar -68 kg

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

12

yang berarti perusahaan mengalami kekurangan bahan baku. untuk dapat

mengatasi masalah kekurangan tersebut perusahaan melakukan pembelian bahan

baku 1 (satu) bulan sebelum season baru dimulai, dikarenakan agar kekurangan

bahan baku di periode (season) yang sedang berjalan tetap dapat ter-cover oleh

pembelian bahan baku periode (season) selanjutnya, sehingga permintaan

konsumen tetap dapat dikirim tepat waktu dan dengan jumlah yang sesuai dengan

permintaan.

Berikut adalah kebutuhan bahan baku kain woven selama tahun 2016 :

Tabel 1.2 Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku Kain Woven

Tahun 2016 (satuan dalam kilogram)

Periode Persediaan

awal

Pembelian

Total

Persediaan

Kebutuhan

Bahan Baku

Persediaan

Akhir Bulan Penggunaan

I 166 17.522 17.688 15.880 1.808

Jan 5.425

Feb 5.425

Mar 5.030

II 1.808 17.522 19.330 19.320 10

Apr 6.652

Mei 6.652

Jun 6.016

III 10 17.522 17.532 17.600 -68

Jul 5.995

Agt 5.995

Sep 5.610

III -68 17.522 17.454 17.100 354

Okt 5.768

Nov 5.768

Des 5.564

Jumla

h 70.088 69.900 69.900

Sumber : Data perusahaan yang telah diolah

Biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap kali pesan

seperti biaya telpon/fax/email, biaya transportasi, biaya bongkar muat, dan biaya

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

13

administrasi, biaya pemeriksaan sebesar Rp. 10.840.000,- untuk setiap kali

melakukan pemesanan. Sehingga dalam 1 (satu) tahun perusahaan perlu

mengeluarkan biaya untuk pemesanan adalah sebesar Rp. 43.360.000,-/tahun,

Karena perusahaan memiliki gudang sendiri maka perusahaan tidak harus

mengeluarkan biaya sewa gudang untuk penyimpanan semua persediaan. Biaya

penyimpanan yang dikeluarkan sesuai kebijakan perusahaan adalah sebesar 9.6%

dari nilai persediaan. Sehingga diperoleh untuk biaya penyimpanan dalam setahun

adalah sebesar Rp. 97.562.496,- Adapun biaya-biaya yang meliputi biaya

penyimpanan yaitu seperti gaji pegawai, biaya listrik, biaya modal yang tertanam

dalam persediaan, biaya asuransi, biaya kehilangan, biaya kerusakan, dan biaya

pemeliharaan.

Biaya penyimpanan dapat diketahui dan dihitung dengan cara mengalikan

harga barang per kilogram dengan biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang).

Dari biaya-biaya yang telah diketahui tersebut dapat diperoleh total biaya (TC) yang

harus dikeluarkan perusahaan selama 1 (satu) tahun untuk melakukan pengadaan bahan

baku kain woven adalah dengan cara menjumlahkan biaya total biaya pemesanan dengan

total biaya penyimpanan, maka diperoleh biaya total (TC) yaitu sebesar Rp.

140.922.496,- per-tahun. Adapun supplier bahan baku perusahaan ini berasal dari

China sehingga waktu pengiriman bahan baku membutuhkan waktu yang cukup

lama antara 10 hari sampai 15 hari untuk dapat barang sampai ke gudang

perusahaan.

Berikut adalah data biaya pengadaan persediaan bahan baku kain woven untuk

setiap kali melakukan pesanan:

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

14

Tabel 1.3

Harga dan Biaya-Biaya Pengadaan Persediaan Bahan Baku Kain Woven

Sumber : Data perusahaan yang telah diolah

Selama ini kebijakan pengendalian bahan baku yang dilakukan oleh PT. Big

Golden Bell berdasarkan dan disesuaikan dengan subkontrak dari konsumen,

sehingga belum menerapkan sistem pendekatan pengendalian persediaan dengan

berbagai metode. Untuk itu perusahaan haruslah melakukan pengendalian

persediaan agar dapat menentukan jumlah persediaan bahan baku yang optimal

dengan biaya yang paling minimum. Perusahaan harus membuat kebijakan yang

menyangkut berapa tingkat pesanan yang paling ekonomis, berapa jumlah

persediaan yang seharusnya ada digudang dan kapan waktu pemesanan kembali

dilakukan. Karena dengan melakukan pengendalian persediaan pun tidak berarti

No Keterangan Harga satuan Kuantitas Total Biaya

1.

Biaya Pemesanan:

a. Biaya komunikasi

b. Ongkos kirim

c. Bongkar muat

d. Biaya pemeriksaan

e. Biaya adm&umum

Rp. 5.000,-

Rp. 7.210.000,-

Rp. 3.100.000,-

Rp. 450.000,-

Rp. 75.000,-

Rp. 5.000,-

Rp. 7.210.000,-

Rp. 3.100.000,-

Rp. 450.000,-

Rp. 75.000,-

Total Biaya Pemesanan Setiap Kali Pesan Rp. 10.840.000,-/1x

Total Biaya Pemesanan Dalam Setahun Rp. 43.360.000,-/thn

2. Biaya Penyimpanan 9,6%,

meliputi:

a. Biaya asuransi

b. Biaya gaji pegawai

c. Biaya listrik

d. Biaya kerusakan dan

kehilangan

e. Biaya pajak

f. Biaya stock opname

3%

Rp.2.800.000/bln

Rp. 3jt/bulan

0,5%

1%

14 pekerja

12 bulan

Rp. 2.926.874,88,-

Rp. 38.640.000,00,-

Rp. 36.000.000,00,-

Rp. 487.812,48,-

Rp. 1.951.249,92,-

Rp. 1.885.936,28,-

Total Biaya Penyimpanan Dalam Setahun Rp. 97.562.496,-

3. Total Biaya Persediaan = Biaya Pesan + Biaya Simpan Rp. 140.922.496,-

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

15

dapat menghilangkan semua risiko-risikonya, namun dapat mengurangi atau

meminimalkan terjadinya risiko tersebut sekecil mungkin dengan total biaya yang

seminimum mungkin, sehingga aktivitas produksi dapat dilaksanakan secara

optimal. Untuk itu berdasarkan latar belakang dari fenomena yang terjadi maka

peneliti ingin membantu perusahaan dalam melakukan penanganan dan

pengendalian persediaan bahan bakunya dapat menggunakan pendekatan metode

yang sesuai dengan karakter perusahaan yang sedang diteliti yaitu dengan metode

pendekatan Economic Order Quantity (EOQ). Dengan tujuan meminimumkan

total biaya persediaan.

Menyadari pentingnya peranan pengendalian persediaan, penulis akan

melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengendalian persediaan yang

dilakukan oleh PT. Big Golden Bell. Dengan judul : “ANALISIS

PENGENDALIAN PERSEDIAAN GUNA MEMINIMUMKAN BIAYA

PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN WOVEN PADA PT. BIG GOLDEN

BELL”

1.1 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti

akan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada diperusahaan

sehingga dapat memperoleh rumusan masalah untuk menyelesaikan permasalahan

dari penelitian ini.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat

beberapa masalah yang dapat diidentifikasi peneliti antara lain:

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

16

1. Perusahaan selalu mengalami kelebihan bahan baku.

2. Perusahaan seringkali mendapat penambahan permintaan pada waktu dan

jumlah yang tidak tentu.

3. Pemesanan bahan baku memerlukan waktu yang relatif lama.

4. Persediaan bahan baku yang tidak mencukupi menghambat proses produksi.

5. Besarnya biaya penyimpanan persediaan untuk bahan baku yang berlebih.

6. Besarnya modal tertanam pada pengadaan bahan baku.

7. Perusahaan tidak memiliki persediaan pengaman (sefety stock).

1.2.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini akan menjabarkan pertanyaan yang lengkap dan rinci

mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti yang didasarkan atas

identifikasi masalah diatas. Diantaranya:

1. Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh PT.

Big Golden Bell.

2. Bagaimana penerapan persediaan bahan baku kain woven dengan

menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) di PT. Big Golden

Bell.

3. Seberapa besar perbandingan biaya persediaan yang dikeluarkan antara

metode yang digunakan perusahaan dengan metode Economic Order

Quantity (EOQ) dalam meminimalkan biaya persediaan bahan baku.

1.3 Tujuan Penelitian

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

17

Penelitian ini memiliki tujuan yang harus dicapai yang mengacu pada

rumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

dan menganalisis :

1. Pengendalian persediaan bahan baku kain woven yang dilakukan oleh di PT.

Big Golden Bell.

2. Penerapan persediaan bahan baku kain woven dengan menggunakan metode

Economic Order Quantity (EOQ) di PT. Big Golden Bell.

3. Besarnya perbandingan biaya persediaan yang dikeluarkan antara metode

yang digunakan perusahaan dengan metode Economic Order Quantity

(EOQ) dalam meminimalkan biaya persediaan bahan baku PT. Big Golden

Bell.

1.4 Kegunaan Penelitian

Sub-bab ini akan memaparkan mengenai kegunaan dari penelitian ini baik

secara Teoritis maupun Praktis sehingga penelitian ini dapat berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, instansi dan masyarakat secara umum.

Kegunaan penelitian yang dimaksud dipaparkan sebagai berikut:

1.4.1 Aspek Teoritis

a. Dapat mengembangkan ilmu yang sudah didapat selama bangku kuliah dan

menerapkannya di dunia kerja sebenarnya.

b. Dapat digunakan sebagai dasar studi perbandingan dan referensi bagi

penelitian lain yang sejenis.

1.4.2 Aspek Praktis

1. Bagi Penulis/ Peneliti

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unpas.ac.id/32829/2/BAB I.pdf · khususnya industri pakaian jadi harus lebih baik lagi didalam peningkatan ... baju, jaket,

18

a. Dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan blouse/dress di perusahaan

garmen.

b. Dapat mengetahui bagaimana proses produksi suatu barang dari mulai

input (bahan baku) sampai menjadi output (barang jadi) yang siap untuk

dipasarkan ke konsumen.

c. Dapat mengetahui bagaimana proses pemesanan persediaan bahan baku

ke supplier.

d. Menjadi lebih mengerti dan memahami penerapan metode Economic

Order Quantity (EOQ) dalam suatu perusahaan khususnya PT. Big

Golden Bell.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan

dalam hal kebijakan pengendalian persediaan, serta sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk pengendalian persediaan

perusahaan dimasa yang akan datang.