BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

5
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang menjadi dasar bagi ilmu-ilmu lainnya. Darwati (2009:1) menyatakan bahwa matematika tidak hanya diperlukan untuk mempelajari matematika lebih lanjut dalam jenjang yang lebih tinggi, tetapi juga diperlukan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain seperti ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu teknik, kedokteran, ilmu ekonomi, dan ilmu sosial. Senada dengan pendapat tersebut, Fathani (2009) menyatakan bahwa matematika itu penting baik sebagai alat bantu, sebagai ilmu (bagi ilmuwan), sebagai pembentuk sikap maupun sebagai pembimbing pola pikir. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Susanto (2013:186) mendefinisikan pembelajaran matematika sebagai suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Lebih lanjut, pembelajaran matematika menurut Bruner dalam Hudoyo (2000:56) adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya. Selain itu, Cobb dalam Suherman (2003:71) mendefinisikan pembelajaran matematika sebagai proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan matematika. Sebagian besar guru dalam proses pembelajaran matematika di SD belum dapat melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan matematika baik fisik maupun mental dimana mayoritas gurulah yang aktif dalam pembelajaran. Hasil observasi dan wawancara dengan guru di SD Gugus Gatot Subroto menunjukkan bahwa selama ini proses pembelajaran matematika kebanyakan masih menggunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang menjadi dasar

bagi ilmu-ilmu lainnya. Darwati (2009:1) menyatakan bahwa matematika tidak

hanya diperlukan untuk mempelajari matematika lebih lanjut dalam jenjang yang

lebih tinggi, tetapi juga diperlukan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain seperti ilmu

pengetahuan alam (IPA), ilmu teknik, kedokteran, ilmu ekonomi, dan ilmu sosial.

Senada dengan pendapat tersebut, Fathani (2009) menyatakan bahwa matematika

itu penting baik sebagai alat bantu, sebagai ilmu (bagi ilmuwan), sebagai

pembentuk sikap maupun sebagai pembimbing pola pikir. Pelajaran matematika

perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk

membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

Susanto (2013:186) mendefinisikan pembelajaran matematika sebagai

suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan

kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap

materi matematika. Lebih lanjut, pembelajaran matematika menurut Bruner dalam

Hudoyo (2000:56) adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang

terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan

struktur matematika di dalamnya. Selain itu, Cobb dalam Suherman (2003:71)

mendefinisikan pembelajaran matematika sebagai proses pembelajaran yang

melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan matematika.

Sebagian besar guru dalam proses pembelajaran matematika di SD belum

dapat melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan matematika

baik fisik maupun mental dimana mayoritas gurulah yang aktif dalam

pembelajaran. Hasil observasi dan wawancara dengan guru di SD Gugus Gatot

Subroto menunjukkan bahwa selama ini proses pembelajaran matematika

kebanyakan masih menggunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan

2

pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar dan mengharapkan siswa

duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH) sehingga kegiatan belajar mengajar

menjadi monoton, kurang menarik perhatian siswa, siswa kurang berinteraksi

dengan teman serta siswa belum mampu untuk berfikir kritis. Hal tersebut

ditunjukkan dengan masih sedikitnya siswa yang mengemukakan pendapat saat

pelajaran, siswa berbicara sendiri saat guru menerangkan, banyak siswa tidak

mencatat apa yang dituliskan guru, dan kebanyakan siswa kurang bersemangat

dalam mengikuti pebelajaran. Selain permasalahan keaktifan belajar, masalah

mengenai hasil belajar matematika merupakan masalah utama dalam

pembelajaran matematika. Siswa-siswi disana mengganggap bahwa mata

pelajaran matematika itu sulit terutama pada materi geometri dan pengukuran.

Siswa sulit untuk menghafalkan materi tersebut sehingga nilai akhir yang dicapai

siswa tidak seperti yang diharapkan. Hal tersebut diantaranya dapat dilihat dari

rata-rata nilai siswa kelas V SD N Gugus Gatot Subroto pada tes tengah semester

2 yang hanya mencapai rata-rata 61,11. Data menunjukkan bahwa 69,44% siswa

tidak tuntas dan 30,55% siswa tuntas dengan KKM 70. Hal ini menunjukkan

bahwa hasil belajar siswa yang tidak tuntas lebih tinggi dibandingkan hasil belajar

siswa yang tuntas sehingga hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Gatot Subroto

perlu diperbaiki. Pada dasarnya, materi matematika sebenarnya tidak harus

dihafalkan, tetapi membutuhkan kemampuan guru dalam merancang

pembelajaran matematika dengan baik sesuai dengan perkembangan kognitif

siswa, penggunaan media, model, metode dan pendekatan yang sesuai pula.

Mengatasi permasalahan tersebut maka dapat dikembangkan suatu model

pembelajaran yang menekankan keterlibatan aktif siswa secara maksimal dalam

proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan hal ini

terjadi adalah Model Pembelajaran Kooperatif.

Rusman (2014:202) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok–kelompok kecil yang bersifat heterogen. Tidak semua belajar

kelompok dikatakan pembelajaran kooperatif, Abdulhak (2001:19-20)

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses

3

antara peserta belajar sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara

peserta belajar itu sendiri. Suprijono (2014:58) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dalam

pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang

dilakukan asal-asalan. Unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan

yaitu 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggung jawab perseorangan; 3)

interaksi promotif; 4) komunikasi antar anggota; 5) pemrosesan kelompok.

Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan

memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Terdapat berbagai tipe Model

Pembelajaran Kooperatif meliputi STAD, TGT, NHT, jigsaw, inside-outside

circle (IOC), model Make a Match.

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match (membuat pasangan)

menurut Rusman (2012:223) mempunyai keunggulan yaitu peserta didik mencari

pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang

menyenangkan. Senada dengan pendapat tersebut, Anita Lie (2008:56)

menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match atau

bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberikan kesempatan siswa

untuk bekerja sama dengan orang lain. Suasana yang menyenangkan dalam model

ini dapat mempengaruhi keaktifan belajar siswa serta berdampak pada hasil

belajar siswa di semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Hal ini sesuai dengan penelitian penelitian yang dilakukan oleh Artawa dan

Suwatra (2013) serta penelitian yang dilakukan oleh Denok (2010) yang

menghasilkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match

berpengaruh terhadap hasil belajar pada siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan penelitian yang

berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match terhadap

keaktifan belajar dan hasil belajar Matematika pada siswa kelas V SD gugus Gatot

Subroto Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut

4

1. Adakah pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match

terhadap keaktifan belajar siswa kelas V SD gugus Gatot Subroto Kecamatan

Kedungtuban Kabupaten Blora Semester II Tahun 2015/2016 ?

2. Adakah pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match

terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD gugus Gatot

Subroto Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Semester II Tahun

2015/2016 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a

Match terhadap keaktifan belajar kelas V SD gugus Gatot Subroto

Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Semester II Tahun 2015/2016.

2. Untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a

Match terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD gugus Gatot

Subroto Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Semester II Tahun

2015/2016.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun

manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoristis

Secara akademis penelitian ini berguna untuk menambah teori atau

pengetahuan tentang salah satu model pembelajaran yang dapat menambah

motivasi belajar siswa guna meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi guru

Guru mendapatkan tentang cara pengajaran Matematika dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match yang

dapat menjadikan siswa mampu terlibat aktif dan pengetahuan dan

5

pengalaman tentang penggunaan model pembelajaran yang kreatif dan

inovatif.

b. Manfaat bagi siswa

Siswa kelas 5 SD Gugus Gatot Subroto Kecamatan Kedungtuban

Blora dapat meningkatkan pemahaman tentang pembelajaran

Matematika khususnya materi sifat – sifat bangun datar dan bangun

ruang serta mendapatkan pengalaman langsung untuk menemukan

konsep bersama teman dengan cara berpasangan.

c. Manfaat bagi sekolah

Sekolah mendapatkan pengalaman dan sumbangan bagaimana cara

mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a

Match dalam pembelajaran matematika kelas 5 serta bagaimana

membuat siswa aktif didalam pembelajaran.

d. Manfaat bagi kepala sekolah

Penelitian ini dapat digunakan kepala sekolah sebagai refrensi

dalam membuat kebijakan dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Make a Match ini bisa digunakan sebagai salah satu model pembelajaran

baru yang dapat digunakan di dalam proses pembelajaran yang ada

di sekolah.