BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

15
Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata telah menjadi industri terbesar dan menjadi andalan negaranegara di dunia sebagai sumber devisa yang memperkuat ekonomi nasional setiap negara. Menurut data statistik yang dikeluarkan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) menunjukkan terdapat 1,035 miliar kunjungan turis di tahun 2012 yang melakukan perjalanan melintasi berbagai negara di dunia. Angka ini menunjukkan terjadi peningkatan 39 juta wisatawan internasional dan pertumbuhan sebesar 4 %. Dari pertumbuhan tersebut, kawasan Eropa tercatat menerima lebih dari setengah kunjungan wisatawan internasional, yaitu sekitar 535 juta orang. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 3 %, walaupun krisis ekonomi tengah melanda kawasan Eropa. Sementara Amerika (Amerika Serikat, Amerika bagian utara, maupun Amerika bagian selatan), mengalami peningkatan kunjungan sebesar 4 % atau 162 juta wisatawan. Peningkatan paling tajam terjadi di Kawasan Afrika dan Asia Pasifik. Kawasan Afrika mengalami peningkatan wisatawan internasional sebesar 6 %. Sebuah kabar gembira karena di tahun 2011 terjadi penurunan 1 % akibat krisis politik yang terjadi di negara seperti Mesir dan Tunisia. Sementara kawasan Asia Pasifik yaitu sekitar 7 % dengan jumlah kedatangan mencapai 233 juta wisatawan internasional. (www.kompas.com, 2013). 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

1

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Industri pariwisata telah menjadi industri terbesar dan menjadi andalan

negara–negara di dunia sebagai sumber devisa yang memperkuat ekonomi

nasional setiap negara. Menurut data statistik yang dikeluarkan United Nations

World Tourism Organization (UNWTO) menunjukkan terdapat 1,035 miliar

kunjungan turis di tahun 2012 yang melakukan perjalanan melintasi berbagai

negara di dunia. Angka ini menunjukkan terjadi peningkatan 39 juta wisatawan

internasional dan pertumbuhan sebesar 4 %.

Dari pertumbuhan tersebut, kawasan Eropa tercatat menerima lebih dari

setengah kunjungan wisatawan internasional, yaitu sekitar 535 juta orang. Angka

ini menunjukkan peningkatan sebesar 3 %, walaupun krisis ekonomi tengah

melanda kawasan Eropa. Sementara Amerika (Amerika Serikat, Amerika bagian

utara, maupun Amerika bagian selatan), mengalami peningkatan kunjungan

sebesar 4 % atau 162 juta wisatawan.

Peningkatan paling tajam terjadi di Kawasan Afrika dan Asia Pasifik.

Kawasan Afrika mengalami peningkatan wisatawan internasional sebesar 6 %.

Sebuah kabar gembira karena di tahun 2011 terjadi penurunan 1 % akibat krisis

politik yang terjadi di negara seperti Mesir dan Tunisia. Sementara kawasan Asia

Pasifik yaitu sekitar 7 % dengan jumlah kedatangan mencapai 233 juta wisatawan

internasional. (www.kompas.com, 2013).

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

2

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kawasan Asia-Pasifik memiliki pertumbuhan terbesar dalam industri

pariwisata. Diketahui, pertumbuhan tertinggi di kawasan tersebut terdapat di Asia

Tenggara, dengan jumlah kedatangan wisatawan naik 8,7 % dibanding tahun

2011. Hal ini menjadi kabar baik bagi pelaku usaha pariwisata, khususnya di

Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan pariwisata Indonesia

mencapai 5,16 % melebihi angka pariwisata global yang tumbuh 4 % dengan

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sepanjang 2012 mencapai 8,044 juta

orang. Angka ini melampaui target pemerintah yang mematok kunjungan

wisatawan mancanegara dan nusantara dengan total sekitar 8 juta orang. Rata-rata

pengeluaran wisatawan mancanegara per kunjungan sekitar USD 1.130.

Sementara pengeluaran rata-rata wisatawan mancanegara per harinya USD 147,22

dengan rata-rata lama tinggal 7 hari. Atas total kunjungan wisatawan mancanegara

ini, negara diperkirakan menerima devisa sekitar USD 9,1 miliar.

(www.merdeka.com, 2013)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), wisatawan mancanegara (wisman)

terbanyak yang mengunjungi Indonesia di tahun 2012 berasal dari Singapura yaitu

1,27 juta atau 16,807 % dari total wisatawan mancanegara. Diikuti Malaysia 1,13

juta atau 14,98 %, Australia 909.170 atau 12,01 %, China 618.220 atau 8,17 %

dan Jepang 445,060 atau 5,88 %.

Kedatangan wisatawan mancanegara dapat dilihat melalui beberapa pintu

masuk yang berada di berbagai wilayah Indonesia. Seperti yang disajikan dalam

Tabel 1.1 Sebagai berikut.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

3

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TABEL 1.1

JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE INDONESIA

NO. PINTU MASUK PROPINSI 2010 2011 2012

1 Ngurah Rai Bali 2.546.023 2.788.706 2.902.125

2 Soekarno–Hatta Banten 1.823.636 1.933.022 2.053.850

3 Batam Kep. Riau 1.007.446 1.161.581 1.219.608

4 Polonia Sumatera Utara 162.410 192.650 205.845

5 Juanda Jawa Timur 168.888 185.815 197.776

6 Husein Sastranegara Jawa Barat 90.278 115.285 146.736

7 Adi Sucipto DIY 46.987 48.160 58.926

8 Entikong Kalimantan Barat 23.436 25.254 25.897

9 Adi Sumarmo Jawa Tengah 22.350 23.830 21.612

10 Selaparang /BIL NTB 17.288 17.938 17.032 Sumber : Badan Pusat Statistik 2013

Berdasarkan data tersebut, bahwa delapan dari sepuuh pintu masuk ke

Indonesia mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Hal ini dapat

menjadi tolak ukur perkembangan pariwisata di Indonesia. Salah satu pintu masuk

di Indonesia yang mengalami peningkatan signifikan adalah Bandara Husein

Sastranegara di Provinsi Jawa Barat. Meningkatnya wisatawan dari Bandara

Husein Sastranegara dari tahun 2010 sampai 2012 menandakan meningkatnya

pariwisata di Jawa Barat.

Pendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke

Jawa Barat tidak lepas dari penambahan penerbangan langsung dari Bandung ke

Singapura dan Kuala Lumpur yang saat ini ada sekitar lima penerbangan domestik

ke Bandung. Peningkatan landasan Bandara Husein yang memungkinkan didarati

pesawat besar seperti A-230 otomatis menambah minat maskapai penerbangan

untuk mendaratkan pesawatnya di jalur Bandung. Penerbangan langsung

Bandung-Singapura dan Kuala Lumpur sangat berpengaruh, disamping jalur tidak

langsung dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Bali.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

4

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Jawa Barat adalah

salah satu dari sebelas provinsi di Indonesia yang paling banyak dikunjungi oleh

para turis. Jawa Barat memiliki obyek wisata yang beragam baik wisata alam,

budaya maupun sejarah. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk

ke Jawa Barat melalui Bandara Husein Sastranegara dan Pelabuhan Muara Jati

meningkat dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2010 kunjungan wisatawan

mancanegara ke Jawa Barat 92.479 orang, tahun 2011 sebanyak 117.550 orang

dan naik signifikan di tahun 2012 menjadi 148.445 orang atau naik sekitar 26 %.

Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara di Jawa Barat didominasi

turis asal Malaysia dan Singapura. Pada tahun 2010 wisatawan asal Malaysia yang

berkunjung ke Jawa Barat mencapai 79.589 orang dan pada tahun 2011 naik

menjadi 96.978 orang. Sementara pada tahun 2012 menjadi 109.205 orang. Selain

Malaysia, wisatawan asal Singapura juga naik signifikan. Pada tahun 2010 jumlah

wisatawan asal Singapura 5.948 orang, naik menjadi 10.930 orang pada tahun

2011 dan melonjak menjadi 26.016 orang pada tahun 2012. Peningkatan tersebut

juga terjadi untuk wisatawan dari berbagai negara, seperti Thailand, Australia,

Amerika dan lainnya.

Pada tahun 2010 wisatawan Australia sebanyak 478 orang, naik pada

tahun 2011 mencapai 682 orang dan meningkat tajam di tahun 2012 menjadi

1.024. Begitu juga dengan wisatawan asal Amerika Serikat, tahun 2010

jumlahnya mencapai 406 orang dan tahun 2011 mencapai 512 orang, tetapi tahun

2012 melonjak menjadi 1.048 orang. (www.sindonews.com, 2013)

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

5

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena

meningkatnya kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah

wisatawan tersebut di dorong oleh program dari Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat terkait tahun kunjungan wisata. Badan

Promosi Pariwisata (BPP) Jawa Barat optimis jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara pada tahun 2013 akan menembus angka satu juta orang dengan

syarat ada peningkatan layanan dan perbaikan infrastruktur, sedangkan untuk

wisatawan domestik, Jawa Barat menargetkan 45 juta orang.

Salah satu destinasi wisata di Jawa Barat adalah Kota Bandung. Kota

Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi

ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan

merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota

ini secara geografis terletak di tengah–tengah Propinsi Jawa Barat. Dengan

demikian Kota Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah–daerah di

sekitarnya.

Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang menjadikan hawanya

sejuk sepanjang tahun dengan suhu rata–rata 22 derajat. Hawa sejuk yang tak

dimiliki kota–kota besar lainnya di Indonesia ini menjadikan Kota Bandung

sebagai destinasi wisata favorit bagi wisatawan.

Salah satu daya tarik wisata Kota Bandung adalah wisata belanja.

Beragam produk yang dijual pada umumnya berkualitas dan dengan harga yang

relatif terjangkau. Mulai dari fesyen hingga boneka menjadi primadona

wisatawan. Apalagi setelah demam Factory Outlet melanda Kota Bandung,

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

6

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ternyata melesat begitu cepat. Kota Bandung menjadi weekend destination bagi

daerah sekitarnya, termasuk jadebotabek yang merupakan frequent visitor.

Mereka yang tertarik tidak saja datang dari kota–kota lain di Indonesia, tetapi

juga wisatawan mancanegara (wisman).

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Kota Bandung menjadi magnet

paling kuat yang mampu menarik wisatawan mancanegara berkunjung ke

Indonesia. Total wisatawan dari berbagai penjuru dunia yang melancong ke Kota

Bandung tahun 2012 diperkirakan sudah mencapai 1,3 juta jiwa. Data tersebut

diambil dari beberapa hotel dan restoran yang tersebar di Kota

Bandung. Kunjungan wisatawan mancanegara diprediksi sebagian besar berasal

dari negara Asia khususnya dari Malaysia. Turis dari Malaysia dan Singapura

tercatat sebagai yang paling banyak mengunjungi Kota Bandung. Wisatawan

Malaysia yang datang ke Kota Bandung pada juni 2012 mencapai 10.852

wisatawan, disusul Singapura 2.106 orang.

Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, daya tarik wisata di Kota

Bandung tahun 2013 masih belum akan berubah. Kebanyakan wisatawan masih

akan memilih datang ke Kota Bandung untuk mengunjungi objek wisata belanja

dan kuliner. Dengan tingginya angka kunjungan wisatawan, Bandung masih

menjadi salah satu kota pilihan dan masih diincar wisatawan. Terlebih lagi saat ini

akses menuju Kota Bandung sangat mudah dan terbuka. Selain telah dibukanya

penerbangan internasional ke Singapura dan Kuala Lumpur–Malaysia, juga

memiliki akses jalan tol yang memudahkan perjalanan Jakarta–Bandung.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

7

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supaya Industri Pariwisata berjalan lancar, tentunya harus ada sarana

akomodasi yang mendukung, yaitu Hotel. Jasa perhotelan merupakan salah satu

jasa akomodasi yang mendukung industri pariwisata. Oleh karena itu, industri

pariwisata tanpa keberadaan hotel akan mengalami hambatan. Jadi, antara industri

pariwisata dan perhotelan saling terpaut atau dengan kata lain saling

membutuhkan. Maka, kalau terjadi lonjakan pariwisata, dengan sendirinya sarana

hotel akan mengalami kenaikan.

Selain sektor pariwisata yang dapat menunjang usaha perhotelan, sektor

perekonomian juga ikut menentukan dalam bisnis ini. Karena pada era globalisasi

sekarang, hotel juga berfungsi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan bisnis,

seperti rapat dan seminar. Hal ini terbukti dengan adanya fasilitas meeting room

yang hampir dimiliki oleh setiap hotel dari mulai bintang satu sampai dengan

bintang lima. Berikut adalah jumlah hotel bintang di Kota Bandung

TABEL 1.2

JUMLAH HOTEL BERBINTANG MENURUT KLASIFIKASINYA

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2008–2012

Tahun Klasifikasi Hotel

Total Bintang 5 Bintang 4 Bintang 3 Bintang 2 Bintang 1

2008 5 16 27 16 7 70

2009 7 15 26 15 10 73

2010 8 19 28 16 7 79

2011 9 21 29 18 9 86

2012 10 23 33 17 9 92 Sumber : Disbudpar Kota Bandung 2013

Dari Tabel 1.2 dapat diketahui jumlah hotel di Kota Bandung mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Klasifikasi hotel bintang di Kota Bandung yang

terus mengalami peningkatan tanpa adanya penurunan adalah hotel bintang lima.

Hotel bintang lima memiliki kualitas terbaik dibandingkan dengan kelas hotel

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

8

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang lain dan dapat memberikan nilai lebih untuk tamu, sehingga banyak orang

yang lebih memilih menginap di hotel bintang lima. Meningkatnya keinginan

orang–orang untuk menginap di hotel bintang lima, dapat berimbas dengan

meningkatnya jumlah hotel bintang lima.

Berikut adalah daftar hotel bintang lima di Kota Bandung

TABEL 1.3

DAFTAR HOTEL BINTANG LIMA DI KOTA BANDUNG

No. Nama Hotel Alamat

1. Hilton Hotel Jl. HOS Tjokroaminoto No. 41- 43, Bandung 40171

2. Sheraton Hotel & Towers Jl. Ir. H. Juanda No. 390

3. Hyatt Regency Jl. Sumatera No. 51

4. Grand Royal Panghegar Jl. Merdeka No.2 Bandung 40111

5. Grand Aquila Jl. Dr. Djundjunan No. 116

6. Aston Primera Pasteur Jl. Dr. DJunjunan No.96 Bandung 40162

7. GH Universal Hotel Jl. Setiabudhi No. 376, Bandung 40143

8. Grand Preanger Jl. Asia Afrika No. 81

9. Marbella Suites Jl. Sentra Dago Pakar, Bandung 40198

10. The Papandayan Jl. Jend. Gatot Subroto No. 83, Bandung 40262 Sumber : Disbudpar Kota Bandung 2013

Dilihat dari Tabel 1.3, bahwa jumlah hotel bintang lima di Kota Bandung

cukup banyak dan kemungkinan akan mengalami peningkatan. Dengan

meningkatnya jumlah hotel bintang lima, tentunya akan meningkatkan persaingan

yang semakin tajam dalam industri jasa perhotelan.

Perusahaan yang mampu bersaing dalam pasar adalah perusahaan yang

dapat menyediakan produk atau jasa yang lebih berkualitas. Oleh sebab itu,

perusahaan dituntut untuk terus melakukan perbaikan terutama pada kualitas

produk dan jasa. Hal ini dimaksudkan agar seluruh barang atau jasa yang

ditawarkan akan mendapat tempat yang baik di mata masyarakat selaku konsumen

dan calon konsumen karena konsumen dalam memilih barang dan jasa didasari

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

9

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

motivasi yang nantinya mempengaruhi jenis, cita rasa barang atau jasa yang

dibelinya.

Salah satu hotel bintang lima yang ada di Kota Bandung adalah Hotel

Grand Royal Panghegar, yang sudah berdiri sejak 50 tahun lalu. Hotel ini

merupakan hotel bintang lima yang menawarkan kemewahan dan lokasi strategis

di jantung Kota Bandung, dekat dengan pusat hiburan dan bisnis.

Hotel Grand Royal Panghegar berjarak 100 meter dari Jalan Braga yang

terkenal dengan pertokoan peninggalan tempo dulu, pusat kuliner dan hiburan, 15

menit dari Bandara Husen Sastranegara dan hanya 5 menit ke pusat bisnis.

Dilengkapi dengan Ballroom yang berkapasitas maksimal 2000 pax serta

banyaknya jumlah ruang pertemuan berkapasitas kecil menjadikan Grand Royal

Panghegar tempat yang sangat cocok untuk keperluan bisnis dan liburan.

Hotel Grand Royal Panghegar dikelola dengan manajeman berbasis

keluarga, dalam arti para pemilik juga memiliki kedudukan di manajemen untuk

mengoperasikan hotel. Hal ini berbeda dengan kebanyakan hotel bintang lima di

Kota Bandung yang sebagian besar merupakan chain hotel seperti Hotel Hilton,

Sheraton dan Hyatt. Berikut adalah tingkat hunian kamar Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung.

TABEL 1.4

TINGKAT HUNIAN KAMAR HOTEL GRAND ROYAL PANGHEGAR

Tahun Room Sold % Room Occupancy

2010 23.748 41,75 %

2011 42.718 49,36 %

2012 75.582 57,70 %

Sumber : Grand Royal Panghegar 2013

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

10

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 sampai 2012

Hotel Grand Royal Panghegar Bandung tingkat hunian kamarnya rendah yaitu

hanya mampu berada dikisaran 50%, hal ini menunjukkan bahwa Hotel Grand

Royal Panghegar belum mampu mencapai target minimal yang diinginkan

manajemen yaitu 75% tingkat hunian kamar (occupancy) setiap tahunnya.

Terjadinya penurunan tingkat hunian kamar Hotel Grand Royal Panghegar dapat

disebabkan oleh persaingan antar hotel bintang lima yang cukup tinggi di Kota

Bandung.

Rendahnya tingkat hunian kamar/occupancy adalah masalah utama bagi

Hotel Grand Royal Panghegar Bandung, sebab pendapatan utama hotel diperoleh

dari para tamu yang menginap, jadi rendahnya tingkat hunian kamar akan

berpengaruh pada tingkat pendapatan hotel. Berikut adalah revenue per segment

Hotel Grand Royal Panghegar Bandung.

TABEL 1.5

REVENUE PER SEGMENT

SEGMENT 2010 2011 2012

Business Corporate 7.551.163.622 10.620.134.986 7.453.789.315

Business Holiday 3.761.256.405 7.240.851.190 6.232.345.226

Business Meeting 2.058.269.854 20.532.370.380 15.606.998.110

Business Traveller 1.342.980.494 2.647.241.367 3.139.881.236

Tourist Traveller 553.167.357 2.234.960.462 4.312.565.118

Executive PXC 95.093.888 468.748.737 0

Executive Meeting 0 0 483.896.695

Executive Corporate 39.437.679 137.594.969 1.150.330.579

Executive Holiday 14.538.954 5.870.250 1.466.127.727

Tourist Holiday 8.778.495 0 0

Barter 3.652.849 42.834.795 0

Total 15.428.339.597 43.930.607.136 39.845.934.006

Sumber : Grand Royal Panghegar 2013

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

11

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dilihat dari Tabel 1.5 bahwa revenue per segment Hotel Grand Royal

Panghegar Bandung mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun.

Di tahun 2011 income revenue Hotel Grand Royal Panghegar mengalami

peningkatan dari 15.428.339.597 menjadi 43.930.607.136 dan mengalami

penurunan di tahun 2012 menjadi 39.845.934.006. Keuntungan yang didapat dari

revenue per segment ini akan berpengaruh pada Room Occupancy hotel, selama

dari tahun 2010–2012.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi maju mundurnya usaha perhotelan,

salah satunya karena persaingan yang sangat ketat. Munculnya persaingan dalam

berbisnis merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Dengan adanya persaingan,

maka pengusaha dihadapkan pada berbagai peluang dan ancaman baik yang

berasal dari luar maupun dari dalam perusahaan yang akan memberikan pengaruh

yang cukup besar terhadap kelangsungan hidup usaha.

Untuk itu setiap bisnis di tuntut untuk selalu mengerti dan memahami apa

yang terjadi di pasar dan apa yang menjadi keinginan konsumen, serta berbagai

perubahan yang ada di lingkungan bisnis sehingga mampu bersaing dengan dunia

bisnis lainnya dan berupaya untuk meminimalisasi kelemahan–kelemahan dan

memaksimalkan kekuatan yang dimiliki.

Dengan demikian para pebisnis di haruskan untuk memilih dan

menetapkan strategi yang dapat di gunakan untuk menghadapi persaingan.

Dengan adanya tekanan persaingan yang begitu ketat baik secara langsung atau

tidak langsung akan sangat mempengaruhi kinerja organisasi bisnis, baik dalam

hal teknologi, kebutuhan pelanggan dan siklus produk. Pada saat kondisi seperti

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

12

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itulah sangat diperlukan tindakan yang tepat dalam mengambil keputusan maupun

langkah–langkah tertentu untuk mempertahankan usaha tersebut.

Salah satu strategi yang dilakukan Hotel Grand Royal Panghegar adalah

dengan melakukan strategi diversifikasi produk. Strategi diversifikasi produk

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan volume penjualan yang dapat

dilakukan oleh perusahaan terutama jika perusahaan tersebut telah berada dalam

tahap kedewasaan. Dengan diversifikasi produk, suatu perusahaan tidak akan

bergantung pada satu jenis produknya saja. Tetapi perusahaan juga dapat

mengandalkan jenis produk lainnya (produk diversifikasi).

Dalam melakukan strategi diversifikasi produk di perlukan kreatifitas,

inovasi, penelitian, modal, promosi atau komunikasi pemasaran, dll. Perusahaan

yang melakukan strategi diversifikasi produk akan dapat memenuhi kebutuhan

konsumen yang sudah percaya dengan sebuah produk tersebut dan untuk

membandingkan hasil dari produk tersebut supaya dapat lebih memperbaiki

produk–produk sebelumnya menjadi lebih baik lagi.

Adapun strategi diversifikasi produk yang di lakukan oleh Grand Royal

Panghegar adalah dengan membangun sebuah kompleks hunian yang lebih besar

dan mewah yang terdiri dari Hotel, Apartment, Condominium Hotel (condotel),

Convention Hall dan Shopping Arcade. Fasilitas yang dibangun juga tidak kalah

pentingnya. Mulai dari Smart Living, yaitu sebuah cyber technology yang

canggih untuk mengelola pekerjaan rumah tangga, seperti home tasking,

community portal, community management, security dan lain sebagainya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

13

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain itu fasilitas seperti fitness center, lapangan tenis dan water heated

swimming pool juga tersedia. Ditambah lagi dengan Convention Hall yang

berkapasitas 2000 pax serta shopping arcade dan tera walk yang akan menyajikan

restaurant dan juga café yang menjadi The New Lifestyle di pusat Kota Bandung.

Konsep bangunan dari Grand Royal Panghegar itu sendiri adalah Green Building

Environment, sehingga sempurnalah Grand Royal Panghegar menjadi The

Luxurious Hotel and Apartment di Kota Bandung.

Strategi diversifikasi produk Hotel Grand Royal Panghegar dilakukan

dengan dua cara, yaitu diversifikasi konsentris dan diversifikasi horisontal.

Berikut adalah Strategi Diversifikasi Produk Hotel Grand Royal Panghegar.

TABEL 1.6

STRATEGI DIVERSIFIKASI PRODUK HOTEL GRAND ROYAL

PANGHEGAR BANDUNG

DIVERSIFIKASI KONSENTRIS DIVERSIFIKASI HORISONTAL

Hotel Rooms Royal Apartment

Convention Hall Condominium Hotel (Condotel)

Meeting Rooms Shopping Arcade

Restaurants

Health and Sport Facilities

Children’s Playground

Business Centre

Tour and Travel Sumber : Grand Royal Panghegar 2013

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan suatu penelitian

mengenai “Pengaruh Strategi Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan

Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung”

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

14

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh strategi diversifikasi produk di Hotel Grand Royal

Panghegar ?

2. Bagaimana Keputusan menginap di Hotel Grand Royal Panghegar ?

3. Bagaimana pengaruh strategi diversifikasi produk terhadap keputusan

menginap di Hotel Grand Royal Panghegar ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk

memperoleh hasil temuan mengenai:

1. Strategi diversifikasi produk di Hotel Grand Royal Panghegar

2. Keputusan menginap di Hotel Grand Royal Panghegar

3. Pengaruh strategi diversifikasi produk terhadap keputusan menginap di

Hotel Grand Royal Panghegar

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/4319/4/S_MPP_0607016_CHAPTER1.pdf · Industri pariwisata di Jawa Barat akan terus berkembang karena meningkatnya

15

Dede Rosihan Anwar, 2013 Pengaruh Strategi Divesifikasi Produk Terhadap Keputusan Menginap Di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas kajian ilmu manajemen

pemasaran hotel, khususnya strategi diversifikasi produk terhadap keputusan

menginap tamu di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung, serta dapat berguna

bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu manajemen pemasaran pariwisata

khususnya strategi pemasaran dalam memperluas kajian ilmu pemasaran

perhotelan.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak

perusahaan, yaitu sebagai masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan

dan menyempurnakan kebijakan perusahaan, terutama yang berhubungan dengan

strategi diversifikasi produk, sehingga bisa mempertahankan jumlah pelanggan

dan bila perlu meningkatkan jumlah pengguna jasa perusahaan tersebut.