BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...disini bisa dibilang peradilan semu yang diciptakan oleh...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa semakin memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat. Media massa mampu menjadi alat kontrol massa yang paling utama. Hal ini dikarenakan media massa mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kata Media sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harafiah berarti pengantar atau perantara. Selain sebagai alat kontrol, manajemen dan inovasi masyarakat. Menurut Harold D. Laswell (Mc Quail: 1987) media juga berfungsi sebagai : sumber informasi (to inform) dimana media selalu memberikan informasi secepat- cepatnya kepada masyarakat; media pendidikan (to educate) yaitu media sebagai sarana pendidikan massa. Media memuat tulisantulisan yang mampu menambah ilmu pengetahuan pembacanya; sumber penghibur (to entertain) media sebagai sarana hiburan, dengan memuat iklan, cerita pendek, quiz, dan lain sebagainya, media sudah memberikan hiburan bagi pembacanya. Maka tak heran jika media massa mampu menjadi salah satu kebutuhan masyarakat saat ini. Di Indonesia, media massa telah diakui sebagai pilar keempat kekuasaan, di luar tiga pilar dalam trias politica. Awal masuknya media massa ke Indonesia adalah ketika masa Penjajahan Belanda. Pada masa ini pemerintah mengeluarkan haatzai artikelen, yaitu undang-undang yang mengancam pers apabila dianggap menerbitkan tulisan-tulisan yang "menaburkan kebencian" terhadap pemerintah ( Abdullah, 2001 ). Jadi media massa yang muncul saat itu tidak mempunyai arti secara politis dan belum dianggap sebagai pilar keempat kekuasaan, karena cenderung pada iklan dari segi konten.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...disini bisa dibilang peradilan semu yang diciptakan oleh...

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dewasa ini media massa semakin memiliki peranan dalam kehidupan

    masyarakat. Media massa mampu menjadi alat kontrol massa yang paling utama. Hal

    ini dikarenakan media massa mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

    masyarakat. Kata Media sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk

    jamak dari medium yang secara harafiah berarti pengantar atau perantara. Selain

    sebagai alat kontrol, manajemen dan inovasi masyarakat.

    Menurut Harold D. Laswell (Mc Quail: 1987) media juga berfungsi sebagai :

    sumber informasi (to inform) dimana media selalu memberikan informasi secepat-

    cepatnya kepada masyarakat; media pendidikan (to educate) yaitu media sebagai

    sarana pendidikan massa. Media memuat tulisan–tulisan yang mampu menambah

    ilmu pengetahuan pembacanya; sumber penghibur (to entertain) media sebagai sarana

    hiburan, dengan memuat iklan, cerita pendek, quiz, dan lain sebagainya, media sudah

    memberikan hiburan bagi pembacanya. Maka tak heran jika media massa mampu

    menjadi salah satu kebutuhan masyarakat saat ini.

    Di Indonesia, media massa telah diakui sebagai pilar keempat kekuasaan, di

    luar tiga pilar dalam trias politica. Awal masuknya media massa ke Indonesia adalah

    ketika masa Penjajahan Belanda. Pada masa ini pemerintah mengeluarkan haatzai

    artikelen, yaitu undang-undang yang mengancam pers apabila dianggap menerbitkan

    tulisan-tulisan yang "menaburkan kebencian" terhadap pemerintah ( Abdullah, 2001

    ). Jadi media massa yang muncul saat itu tidak mempunyai arti secara politis dan

    belum dianggap sebagai pilar keempat kekuasaan, karena cenderung pada iklan dari

    segi konten.

  • 2

    Masuk masa Orde Lama, media massa digunakan sebagai alat propaganda

    pencitraan kekuasaan pemerintah dan terjadi banyak pembredelan media massa.

    Persyaratan untuk mendapat Surat Izin Terbit dan Surat Izin Cetak diperketat,

    akibatnya banyak wartawan yang harus menulis dengan sangat berhati-hati atau

    sebaliknya, wartawan menjadi tidak kritis dan hanya menulis untuk menyenangkan

    penguasa. Masuk masa Orde Baru, kehidupan media massa pun mengalami

    perubahan dengan sendirinya karena media massa mencerminkan situasi dan kondisi

    dari kehidupan masyarakat di mana media massa itu bergerak.

    Media massa sebagai sarana penerangan atau komunikasi merupakan salah

    satu alat yang vital dalam proses pembangunan. Namun dibalik itu semua,

    pengawasan dan pengekangan pada pers terutama dalam hal konten tetap

    diberlakukan. Pemberitaan yang dianggap merugikan pemerintah harus dibredel dan

    dihukum dengan dicabutannya SIUPP.

    Titik kebebasan media massa mulai terasa lagi saat masuk massa reformasi.

    Media massa punya hak untuk menyebarkan informasi yang bebas dari sensor melalui

    bentuk media apapun. Hingga kini media diakui sebagai pilar keempat kekuasaan dan

    mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan politik. Aktivitas media

    dalam melaporkan peristiwa-peristiwa politik sangat sering memberikan dampak

    yang signifikan bagi perkembangan politik itu sendiri. Dengan kata lain media saat

    ini tidak hanya sebagai sumber informasi tetapi juga faktor pendorong dalam dunia

    politik.

    Ada beberapa aspek yang mampu membuat media massa menjadi pilar

    kekuasaan. Pertama, daya jangkau media yang luas dan mampu menembus batas

    geografis, sosial ekonomi satatus, umur, dan perbedaan paham. Sehingga informasi

    politik yang dimediasikan bisa disebarkan seluas-luasnya dan mampu mendapat

    perhatian besama di berbagai tempat dan kalangan; Kedua, kemampuan media dalam

  • 3

    melipat-gandakan pesan. Suatu peristiwa bisa dilipat-gandakan sesuai jumlah yang

    ingin dicetak dan bisa diulang-ulang pemberitaannya sesuai kebutuhan, hal ini

    tentunya menimbulkan dampak yang sangat besar ditengah masyarakat; Ketiga,

    pemberitaan sebuah peristiwa dalam setiap media itu berbeda-beda sesuai dengan

    pandangannya masing-masing. Kemampuan media ini menjadikan media salah satu

    kekuatan bagi pihak-pihak yang memiliki paham yang sama dan ingin

    menggunakannya; Keempat, dengan fungsi agenda setting yang dimiliki, media

    mampu menyiarkan ataupun tidak menyiarkan setiap peristiwa; Kelima, pemberitaan

    peristiwa oleh suatu media umumnya berkaitan dengan media lainnya sehingga

    membentuk rantai informasi dan tetntu saja semakin menguatkan media dalam

    membentuk opini publik.

    Besarnya kekuatan media, maka secara otomatis membuat media memiliki

    kekuatan untuk menggerakkan khalayak. Media dapat menciptakan dan

    mengkondisikan realita atau peristiwa sesuai dengan keyakinan mereka. Lewat

    pemberitaannnya media mampu membentuk interpretasi khalayak, sehingga makna

    yang dihasilkan berupa sebuah opini publik. Opini publik ini yang pada akhirnya

    membuat media dilihat khalayak sebagai pengadilan sebuah peristiwa yang diyakini

    kebenarannya oleh khalayak.

    Dalam masyarakat demokrasi seperti di Indonesia, media sadar betul akan

    perannya sebagai alat kontrol sosial. Media layaknya mandor yang mengawasi

    jalannya dan mengkritisi penyimpangan-penyimpangan yang ada di pemerintahan.

    Juga memberitakan fenomena-fenomena yang sedang terjadi dalam masyarakat itu

    sendiri. Setiap media massa, berita memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan

    berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang disebut kebijakan redaksional

    (editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak

    jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan

  • 4

    redaksional setiap media bisa berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang

    dianutnya.

    Media memiliki kebebasan dalam memberitakan suatu peristiwa, Ia bebas

    memilih peristiwa mana yang akan mereka ambil terlebih dahulu, informasi mana

    saja akan dimasukkan dalam pemberitaan peristiwa tersebut. Ibaratnya, seorang

    pelukis melihat banyak obyek yang ada dan siap untuk dilukis. Pelukislah yang

    memutuskan obyek dengan angel apa yang akan dilukis. Mereka bukan cuma

    memutuskan fakta-fakta apa yang dimasukkan, tetapi juga kerangka konseptual

    dalam cara penempatannya.

    Berita yang disajikan kepada khalayak pada dasarnya adalah suatu konstruksi

    realitas, sesuatu yang di bentuk dan di kemas, bukan suatu realitas yang apa adanya

    saja. Maka apa yang secara populer sering disebut sebagai ”obyektivitas” ataupun

    ”netralitas” dalam pemberitaan itu sebenarnya tidak benar-benar ada. Benar, bahwa

    media berita terikat pada kode etik jurnalistik, yang mengharuskan kita menyajikan

    fakta, bukan opini. Namun, bagaimana kerangka yang digunakan dalam membingkai

    atau menempatkan jajaran fakta-fakta itu akan berpulang pada pilihan media itu

    sendiri. Pilihan itu adalah yang menentukan, mau dibawa ke mana arah

    pemberitaannya. Dan terkadang pembingkaian yang dilakukan oleh media terlihat

    lebih menyajikan opini daripada realita.

    Walaupun media massa memuat banyak berita di seluruh negeri, akan tetapi

    tidak semua peristiwa dianggap penting dan dijadikan laporan utama oleh hampir

    semua intitusi media massa di tanah air. Peristiwa politik yang akhir–akhir ini terlihat

    diberitakan di berbagai harian Indonesia seperti Kompas, Kedaulatan Rakyat, Suara

    Merdeka, Solopos, dan beberapa harian lainnya yaitu mengenai ”Penyuapan Wisma

    Atlet SEA Games oleh Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin.”

    Sebagai peristiwa politik, kasus Nazarudin mempunyai nilai yang sangat tinggi,

    karena awal kemunculan kasus ini menarik banyak perhatian juga melibatkan banyak

  • 5

    pihak di dalamnya, dan memenuhi nilai magnitude sebuah berita. Dimana peristiwa

    ini mampu menarik rasa ingin tahu pembaca dan mengikuti perkembangan kasus

    tersebut.

    Kasus Nazarudin bermula ketika tanggal 21 April 2011, Komisi

    Pemberantasan Korupsi menangkap Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga Wafid

    Muharam, pejabat perusahaan rekanan Mohammad El Idris, dan perantara Mindo

    Rosalina Manulang karena diduga sedang melakukan tindak pidana korupsi suap

    menyuap. Penyidik KPK menemukan 3 lembar cek tunai dengan jumlah kurang lebih

    sebesar Rp 3,2 milyar di lokasi penangkapan dan ketiga orang tersebut dijadikan

    tersangka tindak pidana korupsi suap menyuap terkait dengan pembangunan wisma

    atlet untuk SEA Games ke-26 di Palembang, Sumatera Selatan. Pada 27 April 2011

    dinyatakan bahwa Mindo Rosalina adalah staf Muhammad Nazarudin, walaupun

    sempat menyangkal akhirnya Nazarudin dijadikan tersangka kasus suap wisma atlit

    untuk SEA GAMES ke-26. Akan tetapi Nazzarudin sudah meninggalkan Indonesia

    sebelum statusnya ditetapkan menjadi tersangka. Dan melalui media massa

    Nazarudin menyatakan bahwa sejumlah pejabat lain juga terlibat dalam kasus suap

    tersebut. Setelah beberapa bulan menjadi buron akhirnya Nazarudin tertangkap di

    Cartagena de Indias, Kolombia. Dan pada 20 April 2012 divonis 4 tahun 10 bulan

    penjara.

    (http://nasional.kompas.com/read/2011/05/10/1755598/Wafid.Pernah.Bertemu.Nazar

    uddin.)

    Dibalik perbedaan yang tampak dari pemberitaan kasus Nazarudin di setiap

    media, sebenarnya ada pesan tersendiri yang ingin disampaikan masing-masing

    media kepada khalayaknya. Perbedaan ini terlihat pada pemilihan sudut pandang

    (angel) penulisan berita, pemilihan judul dalam isi berita pada setiap media tentu

    berbeda–beda. Perbedaan tampilan foto, pemilihan bahasa, penulisan judul, pemilihan

    sudut pandang dan lain-lain, merupakan cara media untuk menyampaikan sebuah

    pesan kepada khalayak. Pesan tersebut adalah bentuk gambaran dari ideologi sebuah

    http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsihttp://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsihttp://id.wikipedia.org/wiki/Menteri_Pemuda_dan_Olah_Raga_Republik_Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Korupsihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cekhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tersangkahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pesta_Olahraga_Negara-Negara_Asia_Tenggara_2011http://id.wikipedia.org/wiki/Palembanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cartagena_de_Indiashttp://id.wikipedia.org/wiki/Kolombiahttp://nasional.kompas.com/read/2011/05/10/1755598/Wafid.Pernah.Bertemu.Nazaruddinhttp://nasional.kompas.com/read/2011/05/10/1755598/Wafid.Pernah.Bertemu.Nazaruddin

  • 6

    instutisi media tersebut. Baik itu ideologi yang memang dianut oleh media tersebut

    atau ideologi yang dominan berpengaruh kemudian di adopsi oleh media tersebut.

    Dalam media, ideologi adalah acuan dasar dalam kebijakan redaksional media yang

    kemudian tercermin dalam pemberitaannya. Hal ini dikarenakan setiap intitusi media

    mempunyai kepentingan dan ideologi yang ingin disampaikan kepada khalayak

    melalui pemberitaannya. Ideologi media itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor.

    Bisa dari siapa pemilik media tersebut, siapa yang menjadi sumberdana media

    tersebut, dan siapa yang menjadi relasi dengan media tersebut, juga siapa segmen

    media tersebut.

    Karena adanya ideologi maka secara tidak langsung ideologi membentuk

    frame media dalam pemberitaannya. Dan khalayak yang menjadi segmen media

    tersebut akan mengikuti framing media tersebut. Ketika media memilih mana berita

    yang pantas menjadi berita utama, dan mana berita yang tergolong biasa, otomatis

    khalayak yang merupakan pembaca media tersebut akan mengikuti dan membentuk

    pola pikir sesuai framing yang sudah di bentuk oleh media tersebut. Mereka akan

    menilai bahwa berita yang di tempatkan pada halaman utama adalah berita yang

    sangat penting untuk diperhatikan, sedangkan berita yang ditempatkan pada kolom

    kecil adalah berita bisa yang tidak terlalu penting untuk di perhatikan.

    Sejak awal pembuatan berita, mulai dari saat pemilihan sudut pandang

    (angle), pembuatan question list wawancara hingga peliputan, seorang wartawan

    sudah memiliki kotak pemikirannya sendiri untuk satu peristiwa yang terjadi. Dengan

    kata lain berita yang disajikan oleh media massa sudah bukan hanya cerminan dari

    kondisi yang sesungguhnya, namun merupakan hasil dari seleksi framing oleh insan-

    insan media diredaksional suatu media. Sudah tentu pemberitaan yang diwacanakan

    oleh media tersebut menjadi bias dan tidak sesuai dengan realita yang terjadi.

    Sedangkan masyarakat yang membaca media tersebut sudah diarahkan sedemikian

    rupa untuk mengikuti pola pikir pemberitaan media tersebut dan meyakini apa yang

    disajikan oleh media itulah realita yang benar. Itulah mengapa banyak dilakukan

  • 7

    penelitian-penelitian yang menggunakan analisis framing, untuk mengontrol isi berita

    di media media massa. Sehingga dapat diketahui bagaimana sebuah institusi media

    massa bisa mempresentasikan berita sebagai cerminan ideologi institusi mereka dan

    menunjukkan sikap media yang berfungsi sebagai media informasi. Dalam kasus

    ”Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh mantan Bendahara Umum Partai

    Demokrat Muhammad Nazarudin” ini peneliti ingin melihat bagaimana media

    mengkonstruksi kasus tersebut khususnya dalam berita peradilannya. Dimana kasus

    politik ini sudah berlangsung lama dan mampu menarik perhatian khalayak dari

    berbagai segmen.

    Harian Kompas merupakan salah satu harian yang terkemuka di Indonesia

    ,dengan sebaran sirkulasi hampir di seluruh Indonesia. Harian bisa di bilang

    mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan pola pikir pembacanya. Harian

    Kompas dan juga meliput tentang kasus ”Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh

    Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin” dari awal kemunculan

    kasus ini. Itulah alasan peneliti memilih media tersebut. Melalui analisa framing

    peneliti ingin melihat bagaimana Kompas mengkontruksi ”Dugaan Penyuapan

    Wisma Atlet SEA Games oleh Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad

    Nazarudin”.

    Karena ada berbagai kepentingan yang bermain dalam media massa selain

    kepentingan ideologi antara masyarakat dan negara. Ada juga kepentingan

    kapitalisme kapitalisme kepemilikan modal, dan lainnya. Kenyataan inilah yang

    membuat, tanpa disadari adanya bias dalam pemberitaan sebuah harian. Bias yang

    terjadi bisa berbagai macam, salah satunya adalah peradilan media. Peradilan media

    disini bisa dibilang peradilan semu yang diciptakan oleh media. Sehingga dalam

    pemberitaannya seolah-olah media membentuk atau mengarahkan masyarakat kepada

    suatu putusan tertentu. Harian Kompas merupakan media yang kritis dalam

    memberitakan sebuah peristiwa dan dinilai sebagai sebuah harian yang menyajikan

    berita hangat dan terpercaya. Disini peneliti ingin melihat apakah dalam pemberitaan

  • 8

    KOMPAS terhadap kasus ”Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh Bendahara

    Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin” , terjadi bias peradilan media atau

    tidak.

    1.2 Rumusan Masalah

    Masalah yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah :

    Bagaimana kontruksi harian Kompas pada pemberitaan ”Penyuapan

    Wisma Atlet SEA Games oleh mantan Bendahara Umum Partai

    Demokrat Muhammad Nazarudin.”

    Apakah dalam pemberitaan ”Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh

    mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin”

    terjadi bias peradilan media atau tidak.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan ingin mengetahui bagaimana

    kontruksi Harian Kompas pada kasus ”Penyuapan Wisma Atlet SEA Games

    oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazarudin” dan

    apakah dalam pemberitaannya Kompas terdapat adanya bias peradilan media

    atau tidak.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Akademis

  • 9

    Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan

    dan rujukan bagi penelitian komunikasi yang berkaitan dengan analisis

    media, khususnya yang menggunakan metode analisis framing.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Peniliti mengharapkan hasil penelitian ini nantinya bermanfaat praktis

    bagi para pelaku media, dan bisa memiliki peran kontrol dalam

    pemberitaan media massa. Sehingga media massa sedapat mungkin

    meminimalisasi bias dalam pemberitaannya.

    1.5 Definisi Konseptual

    1.5.1 Definisi Analisis Framing

    Analisis framing adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui

    bagaimana media mengkonstruksi sebuah peristiwa dalam

    pemberitaannya.

    1.5.2 Pemberitaan Nazarudin

    Maksud dari pemberitaan Nazarudin adalah berita yang berkaitan

    dengan kasus dugaan penyuapan wisma atlet oleh M.Nazarudin.

    pemberitaan tersebut meliputi siapa saja yang terlibat, besar uang yang di

    korupsi, perkembangan kasus, konflik – konflik yang terjadi di seputar

    kasus. Artikel yang memuat pemberitaan Nazarudin adalah artikel yang

    setidaknya memuat satu paragraf mengenai kasus Nazarudin. Disini

    peneliti akan mengambil 10 berita yang dinilai mewakili kasus

    Nazaruddin

  • 10

    1.5.3 Peradilan Media

    Peradilan Media disini adalah salah satu bias yang terdapat dalam

    pemberitaan Kompas. Disini akan dilihat apakah Kompas dalam pemberitaannya

    terhadap kasus Nazaruddin terdapat bias peradilan media, atau tidak.

    1.6 Batasan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

    analisis framing pada dua institusi media di Indonesia yaitu Kompas. Alasan peneliti

    memilih media tersebut adalah karena Kompas memiliki massa yang konsumen yang

    besar, dan media massa yang terkemuka di Indonesia. Lewat pemberitaannya,

    Kompas mampu memberi peranan yang kuat dalam pembentukan opini publik. Berita

    yang akan diteliti berjumlah 10 berita yang diambil dari Harian Kompas edisi Juli

    2011 samapai April 2012. 10 berita yang di teliti adalah berita yang penting dan

    mewakili kasus Nazaruddin. Berita tersebut meliputi ditetapkannya Nazaruddin

    sebagai tersangka, ditangkap dan dipulangkannya Nazarudin ke Indonesia, Nazarudin

    mulai di adili, Nazaruddin di vonis hukuman penjara.

    Pemberitaan yang akan diteliti meliputi teks berita yang menjadi berita utama

    pada halaman pertama pada harian Kompas. Lebih lanjut, objek yang akan diteliti

    dimasukkan dalam kriteria sebagai berikut:

    Teks Berita

    Teks berita disini difokuskan pada headline, pada hakikatnya

    headline merupakan intisari dari berita. Dibuat dalam satu atau dua

    kalimat pendek, namun cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa

    yang diberitakannya.karena berita yang disajikan itu banyak dan masing-

    masing berita harus bisa diminati dan dinikmati pembaca, pendengar atau

  • 11

    penontonnya maka headline pun dibuat tidak seragam. Diusahakan agar

    masing-masing berita dapat ditonjolkan lain dari yang lainnya.

    Selain mempunyai pengertian sebagai intisari dari berita atau judul

    berita, headline juga memiliki pengertian sebagai berita yang menjadi

    laporan utama, yang letaknya pada halaman paling depan, dan judulnya

    dicetak lebih besar daripada kerangka ceritanya yang nantinya

    menentukan minat khalayak untuk membaca atau tidak. (Itule &

    Anderson, 2003 )

    Variasi penyajian headline dilakukan agar khalayak tertarik untuk

    menikmati pemberitaannya. Dengan kata lain headline pun berfungsi

    untuk memanggil khalayak agar mau membaca ataupun mendengarnya.

    Analisa yang yang dipakai adalah analisa framing Robert N. Entman yang

    mencakup :

    Problem Identification adalah bagaimana suatu peristiwa itu

    dilihat?, sebagai apa? Atau sebagai masalah apa? Dalam

    penelitian ini dilihat bagaimana pemaknaan KOMPAS terhadap

    kasus Nazaruddin

    Causal Interpretation adalah bagaimana pristiwa itu dilihat

    disebabkan oleh apa? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai

    penyebab masalah. Dalam penelitian ini dilihat siapa aktor/orang

    yang menyebabkan masalah

    Moral Evaluation adalah bagaimana nilai moral yang dipakai

    untuk menyajikan masalah. Dalam penelitian ini melihat

    bagaimana nilai moral yang diberikan KOMPAS untuk kasus

    Nazaruddin

  • 12

    Treatment recomendation adalah penyelesaian apa yang

    ditawarkan untuk mengatasi masalah. Dalam penelitian ini dilhat

    bagaimana penyelesaian yang ditawarkan KOMPAS dalam

    kasus Nazaruddin

    Dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisa bagaimana KOMPAS

    mengkostruksi kasus Nazaruddin dan melihat apakah KOMPAS dalam pemberitaan

    kasus ”Penyuapan Wisma Atlet SEA Games oleh mantan Bendahara Umum Partai

    Demokrat Muhammad Nazarudin” terdapat bias peradilan media atau tidak.