BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/549/4/4_bab1sd4.pdf · dimasa...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/549/4/4_bab1sd4.pdf · dimasa...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan adalah salah satu sarana untuk meningkatkan perekonomian
negara, dimana perusahaan dikelolah secara bersama-sama dengan menggunakan
manajemen. Manajemen yang baik harus dapat memanfaatkan kesempatan
dimasa mendatang serta meningkatkan nilai perusahaan, sehingga perusahaan
tersebut dapat mencapai laba yang optimal dan dapat tetap bertahan untuk
kelangsungan hidupnya. Tujuan utama berdirinya sebuah perusahaan adalah untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan para pemilik
modal. Tujuan tersebut dapat dilihat dari tingkat laba yang diperoleh oleh
perusahaan untuk suatu periode tertentu, dimana pada akhirnya laba tersebut akan
dibagikan kepada para investor.
Investasi merupakan penanaman modal pada salah satu aktiva atau lebih
dengan jangka waktu tertentu dan diputuskan oleh seorang manajer keuangan.
Keputusan mengenai investasi sangat berpengaruh dalam kinerja perusahaan
karena keputusan tersebut menyangkut masalah sumber dana untuk investasi dan
yang paling penting yaitu harapan dari investasi itu sendiri (expected return).
Tentunya harapan investor dalam berinvestasi adalah untuk mendapatkan
keuntungan (return). Investasi dapat ditanamkan pada aktiva tetap (fix asset) dan
pada aktiva lancar atau yang sering dikenal dengan modal kerja (working capital).
2
Modal kerja merupakan dana untuk membiayai operasi perusahaan sehari-
hari, seperti membeli bahan baku persediaan, membayar gaji pegawai, ataupun
beban lainnya yang harus dikeluarkan selama beroperasinya perusahaan tersebut.
Perusahaan harus memiliki modal kerja yang cukup agar dapat mengatasi
permasalahan keuangan yang mungkin timbul seperti permasalahan melunasi
kewajiban jangka pendek, inflasi, kerugian, kelangkaan bahan baku persediaan
ataupun permasalahan keuangan lainnya. Perusahaan yang tidak memiliki modal
kerja yang cukup tentu tidak dapat memperluas produksinya, sehingga
keuntunganpun akan berkurang, perusahaan tidak mampu membayar
kewajibannya tepat waktu dan akan mengalami masalah likuiditas.
Investasi yang ditanamkan pada modal kerja tersebut diharapkan akan dapat
kembali ke perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan.
Dimana hasil penjualan tersebut akan digunakan kembali untuk kegiatan operasi
dan sebagian keuntungan tersebut akan dibagikan kepada para investor. Dengan
demikian dana tersebut akan kembali berputar dalam modal kerja. Semakin cepat
perputaran modal kerja dinilai akan semakin baik, semakin cepat modal kerja
berputar dalam satu periode akan semakin besar pula return yang akan di
hasilkan.
Menurut Prof. Dr. Manahan P. Tampubolon (2005:55) “ manajemen modal
kerja secara kolektif mencakup aktiva dan pasiva lancar dalam jangka pendek,
sedangkan modal kerja netto menggambarkan perbedaan antara aktiva lancar dan
pasiva lancar dari suatu korporasi. Dengan demikian, dalam manajemen modal
kerja sangat berkaitan dengan manajemen investasi dalam aktiva lancar serta
3
kebijakan dalam pasiva lancar”. Menurut Agus Hajito dan Martono (2011:75)
dikemukakan bahwa perhatian utama dalam manajemen modal kerja adalah pada
manajemen aktiva lancar (gross working capital) perusahaan, yaitu kas, sekuritas,
piutang, persediaan serta pendanaan (terutama kewajiban lancar atau jangka
pendek) yang diperlukan untuk mendukung aktiva lancar.
Perusahaan selalu menginginkan return disetiap operasinya agar return
tersebut dapat digunakan kembali dalam operasi yang akan datang dan membayar
kewajibannya. Begitu pula dengan investor selalu menginginkan return disetiap
investasinya, oleh karena itu perusahaan harus dalam keadaan yang
menguntungkan agar investor dapat berminat dalam meginvestasikan dananya di
perusahaan tersebut.
Return on assets/Rentabilitas menurut Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti
(2006:72) adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba
operasi perusahaan”. Sedangkan menurut K. R. Subramanyam dan John. J.Will
(2008:9) “laba operasi (operating income) merupakan suatu pengukuran laba
perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi”. Manfaat dari penilaian return on
assets selain untuk mendapatkan return juga untuk mengetahui pertumbuhan
kinerja perusaan, mengevaluasi kinerja perusahaan dan menentukan kebijakan
yang akan datang.
Menurut Toto Prihadi (2010:138) return on assets dapat dibagi ke dalam
tiga kelompok, yaitu Return On Sales (ROS), Return On Equity (ROE), Return on
assets (ROA). ROA adalah tingkat return on assets yang dikaitkan dengan
penggunaan aset. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal yang ditanamkan
4
terhadap keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk menghasilkan
laba. Laba atas aset tersebut adalah perhitungan return on assets perusahaan
dengan didasarkan atas net income (laba bersih) dibagi dengan total asset (total
aktiva) perusahaan, baik yang diinvestasikan di dalam maupun di luar perusahaan.
Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nita Kripsianti (2013)
mengenai Pengaruh Fixed Asset dan Net Working Capital terhadap Profitabilitas
dikatakan bahwa “Penggunaan ROA dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
keuntungan bersih yang diperoleh seluruh modal kerja yang telah diinvestasikan.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan perusahaan.”
Objek penelitian ini adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk. peroide
2000-2012. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. adalah perusahaan yang bergerak
pada bidang produksi makanan (food and beverages).
Menurut Martono dan D. Agus Hardjito (2002:76) pada skripsi Temi
Apriani dikatakan bahwa “Investasi dimana biaya eksplisit pendanaan jangka
pendek lebih kecil dari pendanaan jangka panjang digunakan untuk mendukung
investasi dalam modal kerja aktiva lancar, maka return on assets atau kemampuan
perusahaan memperoleh laba semakin besar”. Dari teori tersebut dapat
disimpulkan bahwa investasi modal kerja sangat penting dalam suatu perusahaan,
penggunaan modal kerja yang efektif dan efisien dapat mempercepat perputaran
modal kerja, sehingga return on assets yang diharapkan ikut meningkat. Namun
pada kenyataanya, pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. pada tahun tertentu
ketika unsur-unsur modal kerja tersebut mengalami peningkatan tetapi return on
5
assets yang dihasilkan perusahaan justru mengalami penurunan. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Perputaran Kas, perputaran Piutang, Perputaran Persediaan dan ROA
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desemeber 2000- 31 Desember 2012
No. Tahun Perputaran
Kas (kali)
Perputaran
Piutang (kali)
Perputaran
Persediaan (kali)
ROA
1. 2000 7.93 15.72 5,40 0,05
2. 2001 12.95 16.64 5,25 0,06
3. 2002 14.95 14.62 5,08 0,05
4. 2003 12.33 13.13 5,40 0,04
5. 2004 12.26 13.14 5,91 0,02
6. 2005 15.87 13.14 5,76 0,01
7. 2006 15.87 14.75 5,91 0,04
8. 2007 8.80 15.54 5,94 0,03
9. 2008 8.81 17.65 5,83 0,03
10. 2009 8.55 17.74 4,82 0,05
11. 2010 5.15 17.63 4,82 0,06
12. 2011 3.86 17.07 5,38 0,09
13. 2012 3.79 16.81 5,10 0,08
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah maret 2013)
Berdasarkan table 1.1 diketahui bahwa pada tahun 2000 dalam satu periode
kas dapat berputar sebanyak 7,93 kali, piutang berputar sebanyak 15,72 kali,
persediaan berputar sebanyak 5,40 kali dan ROA yang dihasilkan sebesar 0,05
atau 5 %. Tahun 2001 perputaran kas dan piutang mengalami kenaikan begitupun
pada ROA nya, namun perputaran persediaan mengalami penurunan. Pada tahun
2002 perputaran kas mengalami kenaikan, namun pada tahun ini tidak hanya
persediaan saja yang menurun tetapi piutang dan ROA nyapun mengalami
penurunan.
6
Pada tahun 2003-2004 perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran
persediaan mengalami peningkatan, tetapi perputaran ROA justru mengalami
penurunan. Ketika tahun 2005 perputaran kas dan perputaran piutang mengalami
peningkatan, namun perputaran persediaan dan ROA justru mengalami
penurunan. Sebaliknya pada tahun 2006 semua variabel mengalami peningkatan.
Tahun 2007 perputaran kas dan ROA mengalami penurunan, namun perputaran
piutang dan perputaran persediaan mengalami sedikit peningkatan.
Pada tahun 2008 perputaran kas dan perputaran piutang mengalami
kenaikan, namun perputaran persediaan dan ROA mengalami penurunan. Lalu
pada tahun 2009 perputaran kas dan ROA mengalami penurunan, tetapi hal ini
tidak diiringi dengan peningkatan perputaran piutang dan perputaran persediaan.
Pada tahun 2010-2011 perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran
persediaan mengalami peningkatan namun ROA nya justru meningkat. Di tahun
2012 semua variabel mengalami penurunan.
7
Grafik 1.1
Perputaran Kas, perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desemeber 2000- 31 Desember 2012
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah mei 2013)
Berdasarkan grafik 1.1 dapat diketahui bahwa pada tahun 2000 perputaran
kas sebesar 7,93 kali, keadaan ini menunjukkan seberapa besar tingkat penjualan
dibandingkan dengan rata-rata kas. Pada 2001 perputaran kas mengalami
peningkatan sampai dengan tahun 2002, namun pada tahun 2003 sampai dengan
tahun 2004 perputaran kas mengalami penurunan. Pada tahun 2005 dan 2006
perputaran kas mengalami peningkatan, dimana pada tahun ini merupakan
perputaran kas tertinngi yaitu dengan nilai 15,87 kali. Selanjutnya pada tahun
2007 perputaran kas mengalami penurunan dan pada tahun 2008 sempat
mengalami kenaikan. Pada tahun 2009-2012 perputaran kas terus mengalami
penurunan, dimana pada tahun 2011 perputaran kas adalah 3,86 kali keadaan ini
7.93
12.95 14.95
12.33 12.26
15.87 15.87
8.80 8.81 8.55
5.15
3.86 3.79
15.72
16.64
14.62
13.13 13.14
13.14
14.75 15.54
17.65
17.74 17.63
17.07 16.81
5.40 5.25 5.08 5.40 5.91 5.76
5.91 5.94 5.83 4.82 4.82
5.38 5.10
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PerputaranKas
PerputaranPiutang
PerputaranPersediaan
8
merupakan tingkat perputaran terendah selama tahun 2000-2012. Perputaran kas
pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dapat dikatakan tidak setabil karena
mengalami kenaikan dan penurunan.
Perputaran piutang pada tahun 2009 sebesar 15,74 kali, keadaan ini
menunjukkan seberapa besar tingkat penjualan dibandingkan dengan rata-rata
piutang. Pada tahun 2001 perputaran piutang mengalami kenaikan, pada tahun
2002-2003 perputaran piutang mengalami penurunan dan pada tahun 2004-2009
perputaran piutang meningkat kembali. Namun pada tahun 2010-2012 perputaran
piutang mengalami penurunan. Perputaran piutang pada PT Indofood Sukses
Makmur Tbk. dapat dikatakan stabil.
Perputaran persediaan pada tahun 2000 sebesar 5,40 kali, keadaan ini
menunjukkan seberapa besar harga pokok penjualan dibandingkan dengan rata-
rata penjualan. Pada tahun 2001-2002 perputaran persediaan mengalami
penurunan, namun pada tahun 2003-2004 perputaran persediaan mengalami
kenaikan. Tahun 2005 perputaran persediaan kembali mngalami penurunan dan
pada tahun 2006-2007 perputaran persediaan sedikit mengalami peningkatan.
Namun pada tahun 2008-2010 mengalami penurunan kembali, dimana perputaran
persediaan tahun 2010 merupakan perputaran dengan nilai terendah yaitu sebesar
4,82 kali. Kemudian tahun 2011 perputaran persediaan meningkan dan turun
kembali tahun 2012. Perputaran persediaan pada PT Indofood Sukses Makmur
Tbk. dapat dikatakan stabil, karena pada grafik, pertumbuhan perputaran tersebut
hampir membentuk garis lurus.
9
Grafik 1.2
Return on assets (ROA)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desemeber 2000- 31 Desenber 2012
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah mei 2013)
Dari grafik 1.2 diatas dapat diketahui bahwa ROA perusahaan pada tahun
2000 adalah 0,05 atau 5%, artinya dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan
menghasilkan laba sebesar 5%. Pada tahun 2001 ROA perusahaan mengalami
peningkatan, namun pada tahun 2002 ROA perusahan mengalami penurunan
sampai dengan tahun 2005. ROA pada tahun 2005 adalah nilai ROA terendah
selama tahun 2000-2012. Pada tahun 2006 ROA perusahaan kembali meningkat,
namun pada tahun 2007-2008 ROA perusahaan pengalami penurunan. Kemudian
tahun 2009-2011 ROA perusahaan terus mengalami kenaikan, dimana ROA tahun
2011 merupakan nilai ROA terbesar selama tahun 2000-2012 yaitu 0,09 atau dari
seluruh aset yang ditanamkan akan mendapatkan keuntungan sebesar 9%. Lalu
tahun 2012 sedikit mengalami penurunan di bandingkan tahun sebelumnya.
0.05
0.06 0.05
0.04
0.02
0.01
0.04
0.03
0.03
0.05
0.06
0.09
0.08
-
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.10
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
10
Peningkatan yang terjadi pada perputaran kas dan perputaran piutang
dikarenakan meningkatnya penjualan bersih perusahaan, namun ketika mengalami
penurunan dikarenakan rata-ratanya meningkat. Peningkatan perputaran
persediaan dikarenakan harga pokok penjualan barang meningkat sedangkan
penurunannya dikarenakan meningkatnya rata-rata persediaan. Pada ROA terjadi
penurunan dikarenakan laba bersih perusahaan menurun dan mengalami
peningkatan dikarenakan total aktiva perusahaan yang meningkat.
Ketika investasi pada perputaran kas meningkat, perputaran piutang,
perputaran persediaan dan ROA justru mengalami penurunan pada tahun 2002,
dan sebaliknya pada tahun 2011 ketika perputaran kas mengalami penurunana,
perputaran piutang, perputaran persediaan dan ROA nya justru mengalami
peningkatan. Pada tahun 2005 perputaran kas dan perputaran piutang mengalami
peningkatan sedangkan perputaran persediaan dan ROA perusahaan mengalami
penurunan, dan sebaliknya pada tahun 2006 ketika perputaran kas dan perputaran
piutang mengalami penurunan, perputaran persediaan dan ROA justru mengalami
peningkatan. Tahun 2009-2011 ketiga variabel independen (modal kerja)
mengalami penurunan beturut-turut, namun hal ini tidak diikuti oleh ROA nya
yang justru mengalami peningkatan.
Seharusnya alokasi dana pada modal kerja berpengaruh positif terhadap
return on assets perusahaan, karena alokasi dana pada modal kerja merupakan
aset yang dapat mendukung oprasional perusahaan. Namun pada tahun-tahun
tertentu ketika terjadi peningkatan perputaran modal kerja yang dapat diukur
dengan perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan yang
11
meningkat, justru return on assets perusahaan mengalami penurunan ataupun
sebaliknya.
Dari fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Tingkat Perputaran Modal Kerja Terhadap Return
On Assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2000-2012”.
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang akan di angkat pada skripsi ini adalah seberapa besar
pengaruh dari modal kerja yang dilihat dari tiga dimensi yaitu tingkat perputaran
kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets
(ROA) perusahaan. Dimana modal kerja yang baik akan meningkatkan return on
assetsnya.
Manajer keuangan harus dapat menentukan dan memprediksikan modal
kerja yang optimal agar dapat efisien dan efektif dalam penggunaannya. Manajer
keuangan juga harus menentukan besarnya investasi modal kerja tersebut pada
akun kas, piutang dan persediaan. Karena dengan modal kerja yang berlebihan
akan membuat dana tidak produktif, sedangkan modal kerja yang kurang akan
menghambat perusahaan dalam memperluas produksinya, sehingga
keuntunganpun akan berkurang dan menimbulkan masalah likuiditas bagi
perusahaan.
Besarnya investasi yang akan ditanamkan pada akun kas harus ditentukan
dengan baik. Seperti pada modal kerja, kas perusahaan yang mengalami kekurang
dapat menyebabkan tidak likuidnya perusahaan. Dimana perusahaan tidak mampu
12
memenuhi kewajiban jangka pendeknya ataupun membayar kewajiban tak terduga
seperti memperbaiki kerusakan listrik ataupun mesin produksi. Sedangkan apabila
kas berlebihan tentunya tidak akan menjadi produktif, karena cendrung terjadi
pengendapan dana (idle fund). Investasi pada akun kas yang tinggi dinilai tidak
baik, karena investasi pada akun ini memberikan keuntungan paling rendah
diantara investasi lainnya.
Tidak hanya investasi pada akun kas, piutang pun harus diperhitungkan
dengan baik. Penjualan produk secara kredit atau yang lebih dikenal dengan
piutang, artinya perusahaan baru akan menerima pembayaran penjualan pada
waktu yang akan datang sesuai dengan perjanjian pada saat penjualan. Piutang
yang terlalu besar akan menghambat perusahaan dalam memperoleh keuntungan
dan membeli kembali harga pokok bahan baku yang akan diproduksi berikutnya.
Dengan piutang yang terlalu besar pula artinya perusahaan juga harus siap
dengan adanya piutang yang tidak dapat tertagih, sebab pada kenyataannya ada
pembeli yang tidak mampu melunasi hutang karena beberapa faktor. Piutang yang
terlalu kecilpun akan menjadi tidak baik, karena belum tentu pihak pembeli
mampu membayar produk yang perusahaan jual secara tunai. Jika pembeli yang
mampu membayar tunai hanya sedikit, artinya penjualan perusahaanpun akan
sedikit, keuntungan yang diterimapun akan sedikit dan kemampuan perusahaan
dalam membeli bahan baku yang akan diproduksi berikutnyapun akan sedikit
pula. Oleh karena itu lebih baik perusahaan memiliki piutang dari pada penjualan
perusahaan rendah. Namun tentunya piutang tersebut dengan jangka waktu
pelunasan yang tidak terlalu lama, agar perputaran piutang semakin tinggi.
13
Begitupun pada akun persediaan, adanya risiko kesalahan dalam
menentukan besarnya alokasi persediaan yang dibutuhkan perusahaan untuk di
produksi akan sangat berpengaruh terhadap return on assets perusahaan. Alokasi
yang terlalu besar dapat menyebabkan persediaan tidak produktif, bahkan
persediaan yang disimpan terlalu lama bisa menjadi rusak. ditambah produksi
yang terlalu tinggi akan menyebabkan terlalu banyaknya produk yang tersimpan,
sedangkan belum tentu produk tersebut akan langsung terjual, apa lagi pada
produk food and beverages ini memiliki masa kadaluarsa yang relatif cepat.
Namun di sisi lain alokasi persediaan yang sedikit dapat menghambat berjalannya
kegiatan produksi dikarenakan tidak cukup siapnya bahan baku yang akan
diproduksi (Ready Stock). Selain itu keadaan perekonomian pun dapat
mempengaruhi investasi pada akun persediaan seperti dari segi harga jika
terjadinya inflasi atau perubahan nilai mata uang asing dapat menyebabkan harga
pokok pembelian bahan baku menjadi meningkat. Oleh karena itu semakin cepat
persediaan dapat di produksi dan dijual kembali menjadi kas lalu di belikan lagi
persediaan, dinilai akan semakin baik.
Kesalahan dalam menentukan besarnya investasi tersebut akan berpengaruh
terhadap lambatnya tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan tingkat
perputaran persediaan. Yang berarti lambatnya tingkat perputaran modal kerja,
sedangkan semakin lambat perputaran modal kerja akan mengurangi return on
assets perusahaan. Hubungan antara subvariabel tingkat perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets pada
perusahaan tersebut menunjukkan fenomena yang berbeda. Hal tersebut juga
14
didukung dengan adanya hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan beberapa
research gap untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap return on
assets.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka perumusahan masalah penelitian
ini adalah:
1. Seberapa besar pengaruh dari perputaran kas terhadap perolehan return on
assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012?
2. Seberapa besar pengaruh dari perputaran piutang terhadap perolehan return on
assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012?
3. Seberapa besar pengaruh dari perputaran persediaan terhadap perolehan return
on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012?
4. Seberapa besar pengaruh tingkat perputaran modal kerja (tingkat perputaran
kas, tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan) terhadap
perolehan return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2000-
2012?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris dari pengaruh perputaran
kas terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
15
2. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris dari pengaruh perputaran
piutang terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
3. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris dari pengaruh perputaran
persediaan terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
4. Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris dari pengaruh tingkat
perputaran modal kerja (tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan
tingkat perputaran persediaan) terhadap perolehan return on assets PT
Indofood Sukses Makmur Tbk.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Teoritis
Manfaat teoritis yang bisa diambil dengan adanya penelitian ini adalah untuk
memperkaya khasanah penelitian mengenai investasi pada modal kerja
terhadap return on assets yang menjadi tujuan penting perusahaan dalam
kelangsungan usahannya.
2. Praktisi
a. Bagi Perusahaan
Memberikan sumbangan informasi yang dapat dijadikan salah satu bahan
pertimbangan bagi perusahaan dalam mengelola modal kerjanya khususnya
kas, piutang, dan persediaan beserta perputarannya. Maka untuk masa yang
16
akan datang pihak manajemen dapat lebih cermat dan teliti dalam
meningkatkan efisiensi modal kerja dan laba perusahaan.
b. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam melakukan
penelitian yang berkaitan dengan topik tentang pengaruh perputaran kas,
perputaran piutang, perputaran persediaan terhadap return on assets pada
perusahaan food and beverage PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah dan mengembangkan wawasan peneliti khususnya mengenai
pengaruh perputaran modal kerja, yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan dalam memperoleh keuntungan suatu perusahaan.
1.6 Kerangka Pemikiran
Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2011:65), “kerangka berfikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
a. Landasan Teori
Perusahaan yang baik harus mampu memperhitungkan berapa besar tingkat
modal kerja agar perusahaan dapat memenuhi kewajiban jatuh tempo (likuiditas).
Tingkat keamanan perusahaan (margin safety) dapat dilihat dari besarnya aktiva
lancar yang mampu menutupi hutang lancarnya. Namun modal kerja yang terlalu
besar dapat menyebabkan dana mengendap (idle found) sehingga modal kerja
17
tersebut akan menjadi tidak produktif dan tidak efisein, yang pada akhirnya
membuat perusahaan kehilangan kesempatan untuk menghasilkan laba.
Perputaran modal kerja yang tinggi akan memberikan tingkat pengembalian
yang tinggi pula. Sehingga semakin tinggi rasio ini akan semakin baik, artinya
perusahaan mampu menggunakan asetnya secara efiesien. Pengembalian yang
tinggi juga merupakan penilaian penting bagi investor untuk berinvestasi, dengan
investasi tersebut perusahaan dapat menginvestasikan kembali pada modal
kerjanya.
Dengan komponen modal kerja tersebut dapat diketahui apakah
pengelolahan modal kerja sudah cukup efektif atau belum, sehingga dapat dilihat
dari kenaikan atau penurunan tingkat perputaran modal kerja yang diukur dari
tingkat perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan akan
berpengarauh terhadap return on assets perusahaan.
b. Paradigma Pemikiran
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma ganda
dengan tiga variable independen yaitu perputaran kas (X1), perputaran piutang
(X2), perputaran persediaan (X3) dan variable dependen yaitu return on assets (Y).
paradigm tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
18
Gambar 1.1
Skema Kerangka Pemikiran
Pengaruh Modal Kerja Terhadap Return on assets
1.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh dari pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empirik (Prof. Dr. Sugiyon, 2011:70). Berdasarkan kerangka pemikiran
diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perputaran kas terhadap return
on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan antara perputaran kas terhadap return on
assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Perputaran
Modal Kerja
(X)
Perputaran
Persediaan
(X1)
Perputaran
Piutang
(X3)
Perputaran
Kas
(X1)
Return on
assets
(ROA)
(Y)
19
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perputaran piutang terhadap
return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan antara perputaran piutang terhadap return
on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perputaran persediaan terhadap
return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Ha3 : Terdapat pengaruh signifikan Perputaran Persediaan terhadap return on
assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Ho4 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara tingkat perputaran modal kerja
(tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran
persediaan) terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Ha4 : Terdapat pengaruh signifikan antara tingkat perputaran modal kerja
(tingkat perputaran kas, tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran
persediaan) terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Modal Kerja
Modal kerja merupakan dana untuk membiayai operasi perusahaan sehari-
hari, seperti membeli bahan baku persediaan, membayar gaji pegawai, ataupun
beban lainnya yang harus dikeluarkan selama beroperasinya perusahaan tersebut.
Perusahaan harus memiliki modal kerja yang cukup agar dapat mengatasi
permasalahan keuangan yang mungkin timbul seperti permasalahan melunasi
kewajiban jangka pendek, inflasi, kerugian, kelangkaan bahan baku persediaan
ataupun permasalahan keuangan lainnya. Perusahaan yang tidak memiliki modal
kerja yang cukup tentu tidak dapat memperluas produksinya, sehingga
keuntunganpun akan berkurang dan perusahaan tidak mampu membayar
kewajibannya tepat waktu dan akan mengalami masalah likuiditas.
2.1.1 Pengertian Modal Kerja
Definisi modal kerja menurut Drs. S. Munawir (2010:114) “Suatu analisa
terhadap sumber modal kerja sangat penting bagi penganalisa intern maupun
ekstern, disamping masalah modal kerja ini erat kaitannya dengan operasi
perusahaan sehari-hari juga menunjukkan keamanan atau margin of safety para
kreditur terutama kreditur jangka pendek. Adanya modal kerja yang cukup sangat
penting bagi suatu perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup itu
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin
dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang
21
mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi
adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak
produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya
kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya
ketidak cukupan maupun miss-manajemen”.
Menurut Drs. S. Munawir (2010:114) ada tiga konsep atau definisi modal
kerja yang umum dipergunakan:
1. Konsep Kuantatif. Konsep ini menitik beratkan pada kwantum yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam mebiayai operasinya yang
bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk operasi
jangka pendek, dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah
jumlah aktiva lancar (gross working capital).
2. Konsep Kwalitatif. Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja,
dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar
terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktva lancar
yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik
perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya
aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya (hutang jangka
pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan
bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa
mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman
jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.
22
3. Konsep Fungsionil. Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki
dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.
Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan
digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan,
tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini
(current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh
atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang.
Penentu besar kecilnya modal kerja menurut Bambang Riyanto (2012:64)
ada dua yaitu: periode perputaran atau periode terkaitnya modal kerja dan
pengeluaran kas setiap harinya. Komponen penting dalam modal kerja Menurut
Prof. Dr. Manahan P. Tampubolon (2005:55) adalah:
a. Kas dan surat berharga. Dalam pemilihan besaran alat likuid antara kas dan
surat berharga, manajer keuangan akan menghadapi masalah, seperti yang
berkaitan dengan manajer oprasional. Penyediaan alat likuid kas yang “idle”
seharusnya dapat ditempatkan dalam surat berharga yang dapat memberikan
hasil.
b. Piutang. Piutang ini terjadi karena korporasi menjual barang secara kredit,
sehingga sangat berkaitan dengan manajemen kredit yang diberikan korporasi.
c. Persediaan barang. Persediaan barang umumnya terdiri dari bahan baku,
persediaan setengah jadi (dalam proses) dan barang jadi. Korporasi melakukan
investasi dalam persediaan barang ini menyangkut opportunity cost dari modal
yang tertanam dalam persediaan, biaya penyimpanan dan risiko kerusakan
23
barang. Sedangkan manfaat persediaan barang adalah untuk memenuhi
permintaan khususnya di dalam jumlah besar dan tak terduga.
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu
perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang
dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut (Munawir, 2010:116):
1. Sifat atau jenis perusahaan
Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang
dijalankan oleh suatu perusahaan. Modal kerja dari perusahaan jasa relatif lebih
rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri,
karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam
kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar
pegawai maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan
atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya ditagih
dalam waktu relatif pendek. Bagi perusahaan industri dibutuhkan modal kerja
yang lebih besar karena perusahaan harus mengadakan investasi yang cukup
besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan di dalam
operasinya.
2. Waktu yang diperoleh untuk memproduksi barang yang akan dijual
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan jangka
waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Semakin
24
lama waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang, maka jumlah modal
kerja yang diperlukan semakin besar.
3. Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi
besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan
memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan dan
sebaliknya. Di samping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan.
Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada
langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan
dalam piutang.
4. Tingkat perputaran persediaan
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang
ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk
dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan
perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat
perputaran persediaan akan mengurangi risiko kerugian yang disebabkan
karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, di samping itu akan
menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan
tersebut.
5. Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang.
Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal
kerja semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang
25
yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan
yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan,
maksimum kredit bagi langganan serta penagihan piutang.
6. Volume Penjualan
Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional
pada saat terjadi peningkatan penjualan. Jika tingkat penjualan tinggi maka
modal kerja yang diperlukan relatif tinggi, sebaliknya bila penjualan rendah
dibutuhkan modal kerja yang rendah.
7. Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan
mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh
musim membutuhkan jumlah modal kerja yang relatif pendek. Modal kerja
yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat
dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan.
2.2.3 Sumber Modal Kerja
Menurut Munawir (2010:120) mengemukakan bahwa pada umumnya modal
kerja suatu perusahaan berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1. Hasil operasi perusahaan
Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat
dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan.
Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba
tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan
menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
26
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek)
Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera
dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan
adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam
unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas.
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu
sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka
modal kerja akan berkurang.
3. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva
tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang tidak
diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadikan atau
piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.
4. Penjualan saham atau obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat
pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik
perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi.
5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya
Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan
merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan
modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja
musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya.
27
6. Kredit dari supplier
Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material,
barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian
dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang
sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal
kerja yang kecil.
2.2.4 Manfaat Modal Kerja
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi
tergantung pada sifat dari current asset yang dimiliki seperti kas, efek, piutang,
persediaan, tetapi working capital harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu
membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena
dengan modal yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, di samping
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan perusahaan
tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan keuntungan seperti
yang disebutkan oleh Munawir (2010:116):
1. Melindungi perusahaan dari krisis modal kerja karena kekurangan aktiva lancar
2. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban tepat pada waktunya
3. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau
kesulitan-kesulitaan keuangan yang mungkin terjadi
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan barang dalam jumlah yang cukup
untuk melayani konsumennya
28
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberi syarat-syarat kredit yang lebih
menarik bagi pelanggan
6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi lebih efisien karena tidak
ada kesulitan untuk memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan.
2.2.5 Manajemen Modal Kerja
Menurut Prof. Dr. Manahan P. Tampubolon (2005:55) Manajemen modal
kerja merupakan manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar. Manajemen modal
kerja mempunyai beberapa pengertian penting bagi korporasi. Pertama, modal
kerja menunjukkan besarnya investasi yang dilakukan korporasi dalam aktiva
lancar dan klaim atas korporasi yang diwakili oleh hutang lancar. Kedua investasi
dalam aktiva likuid, piutang dan persediaan barang adalah sensitif terhadap
tingkat produksi dan penjualan.
Kekurang cermatan perencanaan posisi aktiva lancar dapat menimbulkan
masalah likuiditas. Korporasi harus dapat mengendalikan tingkat persediaan,
piutang dan kas sehingga jumlahnya sesuai dengan yang direncanakan. Demikian
juga dengan perencanaan hutang dagang, hutang dan pembayaran lainnya harus
dilakukan dengan cermat. Kurangnya perencanaan yang cermat dapat
menimbulkan penguapan arus kas (volatility) arus kas yang dapat membawa
masalah kepada likuiditas.
Keterkaitan masalah diatas dengan manajemen modal kerja adalah bertujuan
untuk mencari tingkat (level) dari susunan aktiva lancar dan pasiva lancar yang
optimal. Kaitan lainnya adalah masalah pembiayaan aktiva lancar dengan pilihan
alternatif antara aktiva lancar dengan jaminan jangka panjang yang harus di
29
pertimbangkan. Tingkat (level) investasi dalam aktiva lancar ditentukan oleh trade
off antara manfaat dan biayanya. Semakin besar posisi aktiva lancar, semakin
besar biaya pengadaannya, disertai opportunity cost dari investasi. Manfaat
tambahan akan semakin berkurang dengan bertambahnya jumlah modal kerja.
2.2.6 Perputaran Modal Kerja
Menurut “Kamus Standar Akuntansi” (Ardiyos, 2006: 633) perputaran
modal kerja (working capital turnover) adalah penjualan dibagi dengan rata-rata
modal kerja. Perbandingan ini menunjukkan aktivitas badan usaha dalam
menggunakan modal kerja untuk memperoleh penerimaan.
Menurut Munawir (2010:80) untuk mengananlisis posisi modal kerja dapat
juga menggunakan rasio lainnya, misalnya rasio antara aktiva lancar dengan total
aktiva, rasio antara tiap pos-pos dalam aktiva lancar dengan total aktiva lancar,
rasio antara total hutang lancar dengan total hutang, rasio antara tiap-tiap pos
hutang lancar dengan total hutang lancar dan lain-lain. Untuk menilai keefektifan
modal kerja dapat menggunakan rasio antara total penjualan dengan modal kerja
rata-rata (working capital turnover). Rasio ini dapat menunjukkan hubungan
antara modal kerja dengan penjualan, dan menunjukkan banyaknya penjualan
yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah (Rp) modal kerja. Perputaran
yang lama menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang disebabkan
rendahnya perputaran persediaan, piutang, atau adanya saldo kas yang terlalu
besar.
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar selama perusahaan
tersebut dalam keadaan usaha. Perputaran modal kerja dimulai sejak kas
30
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dengen kembali
lagi menjadi kas.
2.2.7 Perputaran Kas
Menurut Munawir (2010:14), kas adalah uang tunai yang dapat digunakan
untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah check
yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk
giro atau permintaan deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali
setiap saat oleh perusahaan.
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar
(paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi. Transaksi
tersebut misalnya untuk membayar gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap,
membayar hutang, membayar deviden dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan.
Kas ini merupakan aktiva yang tidak bisa menghasilkan “laba”, dalam artian tidak
bisa mendapatkan laba secara langsung dalam operasi perusahaan. Oleh karena itu
perlu dilakukan usaha pengelolaan (manajemen) kas yang efektif dan efisien sehingga
pemanfaatan kas tersebut dapat optimal. (Agus Harjito dan Matono, 2011:121)
Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid, yang bisa digunakan segera
untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Karena sifat likuidnya tersebut, kas
memberikan keuntungan yang paling rendah. Kalau perusahaan menyimpan kas di
bank dalam bentuk rekening giro yang diterima oleh perusahaan persentasenya akan
lebih rendah daripada kalau disimpan dalam bentuk deposito berjangka yang tidak
setiap saat dapat diuangkan (Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, 2006:105).
Menurut Bambang Riyanto (2012:94-97) adapun persediaan bersih kas dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: (1). Perimbangan antara kas masuk
31
dengan kas keluar, (2). Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan dan (3).
Adanya hubungan yang baik dengan bank-bank.
Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara Sales dengan
jumlah kas rata-rata”. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan
kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas menggambarkan
kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja
(Bambang Riyanto, 2012:95) . Tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas
dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan
mencerminkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula bahwa perusahaan
kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh
perputaran kas yang relatif tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar
(Munawir 2010:158).
Kas diperlukan perusahaan baik untuk membiayai operasi perusahaan
sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Dalam
mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam
dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Oleh
karena itu, sumber kas dalam penelitian ini berasal dari aktivitas penjualan. Makin
tinggi tingkat perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas masuk pada
perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan kembali untuk
membiayai kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan
perusahaan.
Rumus Perputaran Kas (Bambang Riyanto 2012:95):
32
Rata-rata Kas = (Kas tahun ini + Kas tahun sebelumnya) / 2
2.2.8 Perputaran Piutang
Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari
penjualan barang atau jasa atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup
nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga. Piutang
usaha (account receivable) mengacu pada janji lisan untuk membayar yang
berasal dari penjualan produk dan jasa secara kredit (K. R. Subramanyam dan
John J. Will, 2008:274).
Menurut Ardiyos (2006:484) dalam “Kamus Standar Akuntansi”,
perputaran piutang adalah total penerimaan operasi dibagi dengan rata-rata
piutang. Digunakan untuk mengukur bagaimana sebuah perusahaan mengelola
utangnya secara efektif. Perputaran piutang merupakan rasio yang mengukur
seberapa cepat piutang dilunasi dalam satu tahun. Apabila perputaran piutang
sebanyak 4x, maka berarti bahwa rata-rata piutang tersebut dilunasi dalam jangka
waktu 360 hari/4 = 90 hari. (Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti, 2006:75)
Menurut Munawir (2010:75) piutang yang dimiliki suatu perusahaan
mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang
dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat
perputaran piutang tersebut (turn over receivable), yaitu dengan membagi total
penjualan kredit (netto) dengan piutang rata-rata. Makin tinggi rasio (turn over)
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya
kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga
memerlukan investasi lebih lanjut.
33
Rumus Perputaran Piutang (Munawir, 2010:75):
Rata-rata Piutang = (piutang tahun ini + piutang tahun sebelumnya) / 2
Perubahan rasio antara penjualan kredit dan rata-rata piutang disebabkan
oleh banyak hal. Munawir (2004:75) mengemukakan bahwa faktor-faktor
penyebabnya adalah sebagai berikut: (1). Turunnya penjualan dan naiknya
piutang, (2). Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah yang
lebih besar, (3). Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang
lebih besar, (4). Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap dan (5). Naiknya
piutang sedangkan penjualan tidak berubah.
2.2.9 Perputaran Persediaan
Menurut K. R. Subramanyam dan John J. Will (2008:279), “persediaan
(inventory) merupakan barang yang akan dijual dalam aktivitas normal
perusahaan. Dengan pengecualian organisasi jasa tertentu, persediaan merupakan
aset inti dan penting dalam perusahaan. Persediaan harus diperhatikan karena
merupakan komponen utama dari aset operasi yang akan mempengaruhi
perhitungan laba.
Manajemen persediaan (inventory management) yang baik merupakan kunci
keberhasilan setiap perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan
dagang. Perusahaan manufaktur mempertahankan persediaan, baik persediaan
bahan baku maupun persediaan bahan setengah jadi dalam jumlah tertentu selama
proses produksi. Dalam perusahaan manufaktur terdapat jenis-jenis persediaan
seperti persediaan barang jadi (inventory of finished good), persediaan barang
34
setengah jadi (inventory of work in process) dan persediaan bahan baku atau
bahan mentah (inventory of raw material) (Agus Harjito dan Martono, 2011:87).
Menurut Kamus Besar Ekonomi (Sigit Winarno, SE dan Sujana Ismaya, SE,
2007:266) perputaran persediaan (inventory turnover) adalah perbandingan atau
ukuran yang digunakan untuk mengetahui ketepatan tingkat persediaan, dalam
suatu waktu, dalam rangka menjual atau memutar barang jadi. Menurut “Kamus
Standar Akuntansi” (Ardiyos, 2006:289) perputaran persediaan adalah salah satu
dari rasio-rasio aktivitas (activity ratio), digunakan untuk mengevaluasi usia
persediaan dan kecepatan geraknya.
Menurut Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti (dalam bukunya Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan 2006:75) perputaran persediaan adalah rasio yang
mengukur berapa lama rata-rata barang berada di gudang. Pemikirannya adalah
bahwa kenaikan persediaan disebabkan oleh peningkatan aktivitas atau karena
perubahan kebijakan persediaan. Kalau terjadi kenaikan persediaan yang tidak
proporsional dengan peningkatan aktivitas, maka terjadi pemborosan dalam
pengelolaan persediaan. Rasio perputaran persediaan dinyatakan sebagai berikut:
Rumus Perputaran Persediaan (Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti, 2006:75):
Rata-rata Persediaan = (Pesediaan tahun ini + Persediaan tahun
sebelumnya)/2
Turn over ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan
diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti). Untuk mengetahui rata-rata
35
persediaan tersimpan dalam gudang dapat ditentukan dengan membagi jumlah
hari-hari dalam satu tahun dengan turn over terebut. (Munawir 2004:78)
2.3 Return on assets
Return on assets adalah dasar penilain yang sangat penting dalam mengukur
keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Karena dengan return on assets
investor dapat mengetahui berapa pengembalian atas modal yang telah
ditanamkannya. Oleh karena itu, perusahaan yang baik harus selalu berada dalam
keadaan yang menguntungkan.
2.3.1 Pengertian Return on assets
Bambang Riyanto (2012:35) mendefinisikan return on assets sebagai
berikut: “Return on assets adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama suatu periode tertentu”. Return on assets
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal, jumlah karyawan
dan sebagainya. Keuntungan yang diperoleh akan mempermudah perusahaan
untuk memperoleh tambahan modal dari pihak luar untuk kegiatan operasional
perusahaan. Return on assets adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu (Toto Prihadi, 2010:138).
Return on assets suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan
dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Menurut Kamus
Standar Akuntasi (2006:460), Return on assets atau profitability adalah; (1)
Kemampuan perhitungan memperoleh laba, dalam periode tertentu di masa yang
36
akan datang, (2) Suatu perhitungan atas kemungkinan memperoleh laba dari
investasi yang ditanam, dalam periode tertentu di masa yang akan datang.
Return on assets merupakan ukuran kesuksesan dari sebuah perusahaan,
karena return on assets adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
selama periode tertentu. Return on assets dapat diukur dengan membandingkan
antara laba bersih dengan modal ataupun dengan total aktivanya dalam suatu
periode tertentu. Dengan return on assets dapat diketahui efektivitas dan
efisiensin dari penggunaan modal kerja.
2.3.2 Pengukuran Return on assets
Ukuran return on assets memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan ukuran kekuatan keuangan jangka panjang lainnya atau solvabilitas yang
hanya mengandalkan pos neraca. Angka ini dapat mengungkapkan pengembalian
atas investasi modal secara efektif dari berbagai perspektif kontributor pendanaan
yang berbeda (kreditor dan pemegang saham) (John J Wild, 2010:162).
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh
manajemen. Rasio return on assets dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Toto
Prhadi, 2010:139):
a. Return On Sales (Laba atas Penjualan)
Rasio return on sales adalah rasip return on assets yang dikaitkan dengan
pendapatan, karena dalam rasio ini ditunjukkan untuk mengetahui tingkat
return on assets laba tertentu terhadap penjualan. Terdiri dari Gross Profit
37
Margin, Operating Margin, Contribution Margin, Margin Before Interest and
Tax, EBITDA Margin, Pretax Margin, Profit Margin / Net Profi Margin.
b. Return On Equity
Tingkat return on assets dikaitkan dengan modal sendiri karena rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi
pemegang saham perusahaan.
c. Return On Investment
Laba yang diperoleh dikaitkan dengan investasi baik pada sisi aset, total capital
maupun pada modal tertentu. Terdiri dari Return On Capital dan Return on
assets.
2.3.3 Return on assets (ROA)
Rasio yang dapat digunakan dalam mengkur tingkat laba yang dihasilkan
atas modal kerja yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva suatu perusahaan
adalah dengan menggunakan rasio return on assets (ROA). Analisis ROA
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan
dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut.
Menurut Brigham dan Housten (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,
2006:109) ROA adalah rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur
tingkat pengembalian total aktiva atau yang lebih dikenal dengan return on assets
(ROA). Munawir (2002:269), “Return on assets merefleksikan seberapa banyak
perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang telah
ditanamkan”. Sedangkan menurut Mahmud Hanafi (2009:159), analisis Return
38
on assets sering diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas
Ekonomi yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa
lalu, analisis ini kemudian bias diproyeksikan kedalam masa depan untuk melihat
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada msa-masa mendatang.
Analisis Return on assets (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia Rentabilitas Ekonomi mengukur kemapuan perusahaan menghasilkan
laba pada masa lalu dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai
perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
Analisis ini kemudia bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat
kemampuan perusahaan pada masa-masa mendatang.
ROA bisa dipecahkan lagi ke dalam dua komponen yaitu: profit margin dan
perputaran total aktiva. Profit margin melaporkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari tingkat penjualan tertentu. Profit margin bisa
diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi peusahaan, yakni sejauh mana
kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. Perputaran
modal aset mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari
total investasi tertentu. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai kemampuan
perusahaan mengelola aktiva berdasarkan tingkat penjualan yang tertentu. Rasio
ini mengukur aktivitas penggunaan aktiva perusahaan.
Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nita Kripsianti
(2013) mengenai Pengaruh Fixed Asset dan Net Working Capital terhadap
Profitabilitas dikatakan bahwa “Rasio ROA ini sering dipakai manajemen untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam
39
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu
mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aset tersebut. ROA (Return on
assets) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar
tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai ROA yang
semakin mendekati 1, berarti semakin baik return on assets perusahaan karena
setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi
nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengukuran
kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset yang dimiliki untuk menghasilkan
laba. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula
atau rugi, hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara
keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba.
Menurut Toto Prihadi (2011:152) ROA dapat diartikan dengan dua cara,
yaitu: Mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aset untuk
memperoleh laba dan mengukur hasil total untuk seluruh penyedia sumber dana
yaitu kreditor dan investor.
Rumus perhitunga ROA (Toto Prihadi, 2011:154):
Rata-rata total aktiva = (total aktiva tahun ini + total aktiva tahun sebelumnya)/2
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang bagaimana
pengaruh perputaran modal kerja terhadap return on assets (ROA) PT Indofood
Sukses Makmur Tbk. periode 2000-2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Sesuai maksud tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalah
asosiatif kausal analitis. Asosiatif analitis menurut Sugiyono (2011:11-12)
merupakan penelitiana yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel atau lebih, metode ini dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala. Sedangkan asosiatif
kausal analitis artinya hubungan sebab akibat dimana variabel X akan
memperngaruhi variabel Y.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data pada penelitian ini adalah data kuantitatif, data kuantitatif adalah
data yang berupa angka-angka. Kemudian dianalisis lebih lanjut untuk kemudian
diambil kesimpulan. Adapun data kuantitatif yang dimaksud yaitu data-data untuk
mengukur pengaruh tingkat perputaran modal kerja terhadap return on assets
dengan objek penelitian adalah perusahaan Food and Beverages yaitu pada PT
Indofood Sukses Makmur Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2000-2012. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian
41
Capital Market Directory (ICMD) dengan periode data 31 Desember 1999 sampai
dengan 2010 dan periode 31 Desember 2011 sampai dengan 2012 dari
www.indofood.com.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modal Kerja
yang diukur dengan Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran
Persediaan. Menurut Sugiyono (2011:39) variabel bebas (variabel independen)
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen (terikat) pada
penelitian ini adalah. Menurut Sugiyono (2011:40) variabel dependen (terikat)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas.
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2011:126). Sedangkan secara teoritis
variabel dapat didefinisikan sebagai atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah ditetapkan peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:59). Terdapat empat
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tiga variabel merupakan
variabel independen (bebas) dan yang lainnya merupakan variable independen
(terikat).
42
Tabel 3.1
Operasional Variabel
No. Jenis
Variabel
Sub
Variabel
Cara Menghitung Rumusan Skala
1 Perputaran
Modal
Kerja
(X)
Perputaran
kas
(X1)
Perputaran kas (cash
turnover) adalah
perbandingan antara Sales
dengan jumlah kas rata-rata
CT = Penjualan Bersih
Rata-rata Kas
(Bambang Riyanto 2012
:95)
Rasio
Perputaran
Piutang
(X2)
Posisi piutang dan taksiran
waktu pengumpulan piutang
dapat dinilai dengan
menghitung tingkat
perputaran piutang tersebut
(turn over receivable), yaitu
dengan membagi total
penjualan kredit (netto)
dengan piutang rata-rata.
RTO = Penjualan
Rata-rata Piutang
(Munawir, 2010:75)
Rasio
Perputaran
Persediaan
(X3)
Perputaran persediaan
adalah rasio yang mengukur
berapa lama rata-rata barang
berada di gudang.
IT O= HPP
Rata-rata
Persediaan
(Suad Husnan dan Eny
Pudjiastuti (2006:75)
Rasio
2 Return on
assets
(Y)
Return on assets adalah
suatu cara untuk mengukur
kemampuan perusahaan
dalam mendayagunakan aset
untuk memperoleh laba.
ROA= Laba Bersih
Rata-rata
Total Aset
(Toto Prihadi, 2011:154)
Rasio
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga
metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara
non participant observation. Non participant observation menurut Sugiyono
(2010:204) adalah teknik pengumpulan data dengan cara observasi dengan proses
pengumpulan datanya peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
43
independen. Data diperoleh dengan cara mengutip secara langsung dari laporan
keuangan yang telah terpublikasi di alamat webstite resmi PT Indofood Sukses
Makmur Tbk. dan Indonesia Capital Market Directory.
Selain itu penulis juga memperoleh data yang di perlukan melalui penelitian
kepustakaan (Library Research) untuk memperoleh landasan dan konsep yang
kuat agar dapat menyelesaikan permasalahan, maka penulis mengadakan
penelitian kepustakaan dengan membaca buku, catatan, literatur, internet dan
majalah serta bacaan lain yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
3.5 Teknik Pengelolahan Data
Data yang diperoleh akan diolah sehingga sesuai dengan kepentingan
penelitian, data yang diolah tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Hal
yang dilakukakan pertama adalah menyusun kembali secara ringkas laporan
keuangan yang dibutuhkan yaitu neraca dan laporan laba rugi dengan
menggunakan pos-pos yang berkaitan dengan pengukuran penelitian. Setelah
laporan keuangan perusahaan tersusun, kemudian penulis membuat rancangan
analisis data yaitu: analisis kinerja keuangan dengan dibantu program Ms. Exel
dan analisis statistik dibantu dengan program SPSS 20.
3.5.1 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Analisis kinerja keuangan perusahaan untuk mengukur efisiensi dalam
mengukur modal kerja bersih yang di investasikan dalam menunjang kegiatan
penjualan peusahaan, digunakan rasio perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan.
44
Rasio perputaran kas digunakan untuk mengukur sebarapa sering kas yang
digunakan untuk kegiatan operasi dapat berputar dan kembali lagi menjadi kas.
Rasio perputaran piutang digunakan untuk mengukur seberapa sering
penjualan kredit dapat berputar dalam perusahaan dan kembali menjadi kas.
Selanjutnya untuk mengukur kemampulabaan perusahaan dapat dilakukan
dengan menghitung rasio keuangan return on assets yang dapat dikaitkan dengan
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk
menghasilkan laba, yaitu Return on assets (ROA).
Data-data tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Indofood Sukses
Makmur Tbk. periode 2000 sampai dengan 2012. Selanjutnya data-data tersebut
dihitung menggunakan program Ms. Excel.
3.5.2 Analisis Statistika
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen yakni variabel X1
(Perputaran Kas), variabel X2 (Perputaran Piutang) dan X3 (Perputaran
Persediaan), serta satu variabel dependen yakni variabel Y (Return on assets).
Untuk mengetahui pengaruh dan hubungan dari masing-masing variabel maka
45
digunakan analisis regresi dan korelasi ganda yang dapat dibantu dengan program
SPSS 20.
3.5.2.1 Analisis Statistik Secara Parsial
Dalam pengujian hipotesis, uji parsial dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji parsial
adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua
variabel atau lebih dengan salah atau bagian variabel yang dikendalikan. Untuk
mengetahui hubungan secara parsial maka dilakukan korelasi secara parsial,
sehingga diketahui koefisien korelasi dan koefisien determinasi sedangkan untuk
mengetahui pengaruh antar variabel digunakan analisis regresi sederhana.
1. Analisis Regresi Sederhana (Linear Regression)
Analisis regresi sederhana atau linear regression adalah analisis regresi
yang menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen
(Nazir, 2011:459). Analisis regresi sederhana dilakukan dengan persamaan
berikut (Sugiyono, 2010:270);
Dimana:
Y = Variabel dependen
a = Intercept (konstanta)
X 1 = Variabel independen
b = Koefisien regresi (slope)
Dimana untuk mencari nilai a dan b dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
(∑ )(∑
) (∑ ) ( )
∑ (∑ )
46
𝑟 𝑛 ∑𝑋 𝑌 (∑𝑋 ) (∑𝑌 )
*𝑛 ∑𝑋 ∑𝑋 + *𝑛∑𝑌
(∑𝑌 ) +
∑ (∑ ) (∑ )
∑ (∑ )
2. Korelasi (Correlation)
Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan
variabel yang lain dapat digunakan analisis korelasi. Korelasi adalah salah satu
teknik statistika yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau
lebih yang sifatnya kuantitatif (Sulaiman, 2002:109). Jika nilai-nilai suatu
variabel menarik sedangkan nilai variabel lain menurun, maka kedua variabel
tersebut mempunyai korelasi negatif, sebaliknya jika nilai-nilai suatu variabel
menarik dan diikuti pula dengan menariknya nilai variabel lain, maka kedua
variabel tersebut mempunyai korelasi positif. Derajat atau tingkat hubungan
antara dua variabel diukur dengan indeks korelasi disebut koefisien korelasi
(Nazir, 2011:450). Menurut Sugiyono (2010:276) korelasi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut;
Besaran koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1. Nilai r = -1 disebut
korelasi linear negatif (berlawanan arah) artinya terdapat hubungan negatif yang
sempurna antara variabel X dan Y. Nilai r = 1 disebut korelasi linear positif
(searah) artinya terdapat hubungan positif yang sempurna antara variabel X
dengan variabel Y, sedangkan nilai r = 0 berarti tidak ada hubungan antara dua
variabel tersebut. Untuk menginterprestasikan angka kuat tidaknya hubungan (r)
47
antara variabel independen dengan variabel dependen dapat digunakan tabel
berikut:
Tabel 3.2
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat kuat (Sugiyono, 2010: 250)
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi parsial
untuk mengetahui sampai seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan
variabel terikat, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi atau penentuan
r2, yang berguna untuk mengukur besarnya proporsi atau persentase jumlah variasi
dari variabel terikat, atau untuk mengukur sumbangan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat. Apabila nilai koefisien determinasi sebesar 1 (100%),
menunjukkan adanya hubungan yang sempurna, sedangkan nilai koefisien
determinasi sebesar 0 menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel
independen dengan variabel yang diprediksi. Koefisien determinasi dapat dicari
dengan rumus:
Dimana ;
Kd = koefisien determinasi
r = koefisien korelasi
48
Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai r2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel–
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
4. Pengujian Hipotesis (t- test)
Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen
secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Analisa
secara parsial ini digunakan untuk menentukan variabel bebas yang memiliki
hubungan paling dominan terhadap variabel terikat. Uji t dapat menguji
signifikansi pengaruh variabel bebas yakni perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan terhadap return on assets yang merupakan variabel terikat
atau dependen. Pengujian dilakukan dengan uji statistik dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a) Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) dalam bentuk
kalimat;
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh yang signifikan antar variabel independen terhadap variabel
dependen,
1. Ho1 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran
kas terhadap return on assets
Ha1 ; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran kas
terhadap return on assets
49
2. Ho2 ; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran
piutang terhadap return on assets
Ha2 ; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran
piutang terhadap return on assets
3. Ho3 ; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran
persediaan dengan return on assets
Ha3 ; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran
persediaan terhadap return on assets
b) Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) dalam model
statistika. Hipotesis penelitian tersebut dinyatakan ke dalam hipotesis statistika
sebagai berikut:
1. Ho1: µ = 0
Ha1: µ ≠ 0
2. Ho2: µ = 0
Ha2: µ ≠ 0
3. Ho3 : µ = 0
Ha3: µ ≠ 0
c) Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5%
atau besarnya α adalah 0,05. Kemudian dicari t tabelnya dengan ketentuan
derajat kepercayaan (dk) atau derajat kebebasan (degree of freedom) df= dk =
n-1
d) Mencari t hitung menggunakan program SPSS.20
e) Membandingkan t hitung dengan t tabel dengan kaidah keputusan;
50
Jika t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh antara
modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang atau perputaran persediaan
secara parsial terhadap return on assets. Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima
artinya tidak terdapat pengaruh antara modal kerja pada perputaran kas,
perputaran piutang atau perputaran persediaan secara parsial terhadap return on
assets.
Gambar 3.1
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji -t)
Daerah penolakan hipotesis Daerah penolakan hipotesis
Daerah penerimaan hipotesis
-t tabel (α/2,df) 0 t tabel (α/2,df)
3.5.2.2 Analisis Statistik Secara Simultan
Pengujian secara simultan digunakan untuk mengetahui nilai yang
memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih secara
bersama-sama. Untuk mengetahui hubungan secara simultan maka dilakukan
korelasi berganda sehingga dapat diketahui koefisien korelasi dan koefisien
determinasi, sedangkan untuk mengetahui pengaruh antar variabel digunakan
analisis regresi berganda.
51
1. Analisis Regresi Ganda Linear (Linear Multiple Regression)
Analisisi regresi berganda digunakan untuk mengetahui suatu hubungan
fungsional antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel
diestimasikan. Persamaan regresi untuk tiga variabel independen adalah sebagai
berikut (Sugiyono, 2010:284):
Dimana:
Y = Nilai Variabel dependen (Return on assets)
X1 = Nilai variabel independen (Perputaran Kas)
X2 = Nilai variabel independen (Perputaran Piutang)
X3 = Nilai variabel independen (Perputaran Persediaan)
a = Nilai Y taksiran pada saat X = 0
b1 = Nilai kenaikan Y bila X1 naik satu satuan sedangkan X2 dan X3 tetap
b2 = Nilai kenaikan Y bila X2 naik satu satuan sedangkan X1 dan X3 tetap
b3 = Nilai kenaikan Y bila X3 naik satu satuan sedangkan X1 dan X2 tetap
Untuk dapat membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel
harus tersedia. Kemudian berdasarkan data tersebut peneliti akan mendapat
persamaan melalui perhitungannya. Untuk menghitung nilai a, b1, b2 dan b3 dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut (Sugiyono, 2010:284):
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
52
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
2. Korelasi Ganda (Multiple Correlation)
Analisis korelasi ganda digunakan untuk mencari hubungan antara dua
variabel bebas atau lebih yang secara bersama-sama dihubungkan dengan variabel
terikatnya. Sehingga dapat diketahui besarnya sumbangan seluruh variabel bebas
yang menjadi obyek penelitian terhadap variabel terikatnya. Untuk menunjukkan
arah kuatnya hubungan antara dua variabel secara bersama-sama atau lebih
dengan variabel lainnya dengan tingkat pengukuran data jenis rasio dapat
digunakan teknik Korelasi Pearson Product Moment dengan rumus sebagai
berikut: (Sulaiman, 2002:111).
∑ (∑ ) (∑ )
* ∑ ∑ + * ∑
(∑ ) +
3. Koefisien Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk
mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen yakni X1, X2
dan X2 secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini
menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel independen yang
digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen, r2 sama
dengan 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh yang
diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel
independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi
variabel dependen. Sebaliknya r2 sama dengan 1, maka prosentase sumbangan
pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah
sempurna, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model
53
menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dicari
dengan rumus:
Dimana ;
Kd = koefisien determinasi
r = koefisien korelasi
4. Pengujian Hipotesis
Uji-F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen atau variabel bebas atau variabel X1, variabel X2 dan variabel X3 yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel terikat atau Y secara signifikan. Dengan demikian F-test dapat
membuktikan apakah variabel-variabel independen yakni perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen yaitu profitabiltas. Menurut Sudjana
(2004:138) pengujian dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a) Merumuskan Hipotesis
Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran
kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on
assets
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets
b) Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5%
atau besarnya α adalah 0,05.
54
c) Kemudian mencari F tabelnya pada derajat kebebasan (degree of freedom)
untuk F tabel dapat ditulis; F (α; df1, df2), dimana: df1 = k, k adalah
banyaknya variabel bebas dan df2 = n-k-1, n adalah banyaknya sampel.
Sehingga untuk F tabel dapat ditulis; F (α; df1, df2).
d) Mencari nilai F hitung dengan menggunakan program SPSS.
e) Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan kaidah:
Jika F hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh antara
modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan
secara simultan terhadap return on assets. Jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho
diterima artinya tidak terdapat pengaruh antara modal kerja pada perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan terhadap return on
assets.
Gambar 3.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)
Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho
F table F hitung
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Kondisi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Data penelitian yang digunakan adalah data-data yang dapat memenuhi
keperluan penelitian, baik faktor yang dipengaruhi variabel independen seperti
perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan maupun faktor yang
mempengaruhi variabel dependen yakni return on assets. Sebagaimana yang
tercantum pada laporan keuangan baik neraca (balance sheet) maupun laporan
laba rugi (income statment) selama periode tahun 2000 sampai dengan 2012 yang
di dapat dari Indonesian Capital Market Directory dan diunduh di alamat
website: www.indofood.com, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah PT
Indofood Sukses Makmur Tbk.
4.1.2 Sejarah PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Indofood dikenal sebagai perusahaan yang mapan dan terkemuka disetiap
kategori bisnisnya, dimana operasionalnya mencakup seluruh tahapan proses
produksi mulai dari mengelolah bahan baku hingga menjadi produk akhir yang
tersedia di rak para pedagang eceran. Perusahaan yang bergerak dibidang
makanan dan minuman ini, didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan
nama PT Panganjaya Intikusuma yang berada di Jakarta, Indonesia. Perusahaan
produksi makanan nomor satu d Indonesia ini mengganti nama menjadi PT
Indofood Sukses Makmur tahun 1994, pada tahun ini pula perusahaan ini
56
mendaftarkan perusahaanya pada pasar modal sehingga menjadi PT Indofood
Sukses Makmur Tbk., dengan penawaran saham perdana sebanyak 763 juta saham
dan harga nominal Rp1.000 per saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Untuk memperluas produksinya, pahun 1995 PT Indofood Sukses Makmur
Tbk. mengakuisisi pabrik Bogasari. Selain itu PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
ini juga memperluas produksinya dengan cara mengakuisisi saham yang bergerak
di bidang perkebunan, agrabisnis serta distibusi pada tahun 1997, di tahun ini
pula PT Indofood Sukses Makmur Tbk. melakukan penawaran umum terbatas
dengan perbandigan 1:5 sehingga total penambahan saham sebanyak 305.2 juta.
Perusahaan ini telah melaksanakan ESOP sebanyak 3 kali dan menerbitkan
obligasi sebanyak 3 kali pula
Selanjutnya pada tahun 2005 membentuk perusahaan patungan dengan
Nestle SA dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan ini juga
telah mencatatkan sahamnyya pada Group Agrabisnis di Bursa Efek Singapura
dan menempatkan saham baru. Tahun 2010 telah suskses menyelesaikan
strukturusasi internal Group CBP dan tahun 2011 SIMP, anak perusahaan
langsung dan tidak langsung Perseroan, melaksanakan IPO yang diikuti dengan
pencatatan saham di BEI pada tanggal 9 Juni 2011.
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT Indofood Sukses Makmur Tbk. adalah “Menjadi perusahaan total
food solution, yang artinya perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pangan
dengan produk bermutu, berkualitas, aman untuk dikonsumsi dan menjadi
pemimpin di industri makanan. Dari visi tersebut kita dapat mengetahui realistik
57
dan spesifikasi yang merupakan penggambaran citra, nilai, arah dan tujuan untuk
masa depan perusahaan. Sedangkan misi yang ingin dicapai oleh PT Indofood
Sukses Makmur Tbk. adalah (1) Memberikan solusi atas kebutuhan pangan secara
berkelanjutan, (2) Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses
produksi, dan teknologi, (3) Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan
masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan, (4) Meningkatkan stakeholders’
values secara berkesinambungan.
4.2 Pengujian Instrumen Penelitian
4.2.1 Analisis Kinerja Keuangan
Data dalam penelitian ini adalah data-data yang dapat memenuhi keperluan
pengukuran baik faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni return on
assets maupun tiga variabel independen yakni perputaran kas, perputaran piutang
dan perputaran persediaan sebagaimana yang tercantum pada laporan keuangan
baik laporan laba rugi (income statement) maupun neraca (balance sheet) PT
Indofood Sukses Makmur Tbk. selama periode 2000 samapai dengan 2012.
4.2.1.1 Deskripsi Kas
Menurut Munawir (2010:14), kas adalah uang tunai yang dapat digunakan
untuk membiayai operasi perusahaan. Termasuk dalam pengertian kas adalah
check yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam
bentuk giro atau permintaan deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil
kembali setiap saat oleh perusahaan.
58
4.2.1.1.1 Pertumbuhan Kas
Nilai kas berikut merupakan nilai kas yang telah tercantum pada laporan
keuangan tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan
kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. selama periode 2000-2012.
Dimana n = pertumbuhan kas pada tahun ke n
Tabel 4.1
Pertumbuhan Kas
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan Rupiah)
Tahun Kas Tahun Pertumbuhan
Kas
1999 1,775,873
2000 1,428,083 1999-2000 -20%
2001 834,386 2000-2001 -42%
2002 1,368,446 2001-2002 64%
2003 1,529,698 2002-2003 12%
2004 1,394,075 2003-2004 -9%
2005 970,911 2004-2005 -30%
2006 1,794,451 2005-2006 85%
2007 4,538,051 2006-2007 153%
2008 4,271,208 2007-2008 -6%
2009 4,474,830 2008-2009 5%
2010 10,439,353 2009-2010 133%
2011 13,049,048 2010-2011 25%
2012 13,343,028 2011-2012 2% Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 pertumbuhan kas PT Indofood Sukses Mamur Tbk.
selama periode 2000-2012 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan terendah pada
tahun 2000 ketahun 2001 sebesar 42 %, dimana kas pada tahun 2000 sebesar Rp.
1.428.083.000.000 turun menjadi Rp. 834.386.000.000. Kemudian dapat diketahui
59
pula pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006 ke tahun 2007 sebesar 153%
dimana kas pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.794.451.000.000 naik menjadi Rp.
4.538.051.000.000. Pertumbuhan kas tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut
ini.
Grafik 4.1
Pertumbuhan Kas
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa pertumbuhan kas PT
Indofood Sukses Makmur Tbk. cendrung tetap sejak tahun 2000 sampai dengan
tahun 2005, namun setelah tahun 2005 sampai dengan tahun 2012 cendrung
mengalami kenaikan yang signifikan. Investasi perusahaan pada modal kerja
dalam bentuk kas ini yang paling rendah adalah tahun 2001 dengan besar Rp.
834.386.000.000 dan kas paling tinggi pada tahun 2012 dengan besar kas Rp.
13.343.028.000.000
1,428,083
834,386
1,368,446
1,529,698
1,394,075
970,911
1,794,451
4,538,051
4,271,208
4,474,830
10,439,353
13,049,048 13,343,028
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
60
4.2.1.1.2 Perputaran Kas
Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara Sales dengan
jumlah kas rata-rata. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi
penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Karena tingkat perputaran kas
menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam
modal kerja (Bambang Rianto, 2012:95).
Tabel 4.2
Perputaran Kas
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Kas Rata-rata
Kas
Penjualan
Bersih
Perputaran
Kas (Kali)
1999 1.775.873 11.548.599
2000 1.428.083 1.601.978 12.702.239 7.93
2001 834.386 1.131.235 14.644.598 12.95
2002 1.368.446 1.101.416 16.466.285 14.95
2003 1.529.698 1.449.072 17.871.425 12.33
2004 1.394.075 1.461.887 17.918.528 12.26
2005 970.911 1.182.493 18.764.650 15.87
2006 1.794.451 1.382.681 21.941.558 15.87
2007 4.538.051 3.166.251 27.858.304 8.80
2008 4.271.208 4.404.630 38.799.279 8.81
2009 4.474.830 4.373.019 37.397.319 8.55
2010 10.439.353 7.457.092 38.403.360 5.15
2011 13.049.048 11.744.201 45.332.256 3.86
2012 13.343.028 13.196.038 50.059.427 3.79
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Dari tabel 4.2 perputaran kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode
2000-2012 diketahui bahwa perputaran kas tertinggi terjadi pada tahun 2005 dan
61
2006, dimana pada tahun 2005 kas perusahaan sebesar Rp. 970.911.000.000, rata-
rata kas sebesar Rp. 1.182.493.000.000 dan penjualan bersih sebesar Rp.
18.764.650.000.000 dapat menghasilkan perputaran kas sebanyak 15,87 kali, yang
berarti dana yang diinvesatasikan pada kas dalam satu tahun dapat berputar 15,87
kali. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, perputaran kas meningkat
sebesar 33%, hal ini disebabkan meningkatnya penjualan bersih sebesar 5%
sedangkan rata-rata kas menurun sebesar 19%.
Kemudian terjadi perputaran terendah pada tahun 2012 dimana kas
perusahaan sebesar Rp. 13.343.028.000.000, rata-rata kas sebesar
Rp.13.196.038.000.000 dan penjualan bersih perusahaan sebesar Rp.
50.059.427.000.000 dapat menghasilkan perputaran kas sebanyak 3,79 kali,
artinya dana yang diinvesatsikan pada kas dalam satu tahun dapat berputar 3,79
kali. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, perputaran kas menurun 1 %,
hal ini dikarenakan penjualan meningkat 10% sedangkan perputaran kas
meningkat besar yaitu 12%.
Semakin besar rasio antara penjualan bersih terhadap rata-rata kas akan
lebih baik karena tingginya perputaran kas menunjukkan bawa modal kerja pada
kas telah digunakan secara efisien sehingga dapat mengasilkan pendapatan yang
diharapkan.
62
Grafik 4.2
Perputaran Kas
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik perputaran kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
cendrung mengalami penurunan. Investasi perusahaan pada modal kerja dalam
bentuk kas ini, perputaran yang paling rendah adalah terjadi pada tahun 2012
sebanyak 3,79 kali dan perputaran kas paling tinggi terjadi pada tahun 2005 dan
2006 yaitu sebanyak 15,87 kali.
4.2.1.2 Deskripsi Piutang
Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari
penjualan barang atau jasa atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup
nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga. Piutang
usaha (account receivable) mengacu pada janji lisan untuk membayar yang
7.93
12.95
14.95
12.33 12.26
15.87 15.87
8.80 8.81
8.55
5.15 3.86 3.79
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
63
berasal dari penjualan produk dan jasa secara kredit (K. R. Subramanyam dan
John J. Will, 2008:274).
4.2.1.2.1 Pertumbuhan Piutang
Nilai piutang berikut merupakan nilai piutang yang telah tercantum pada
laporan keuangan tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah
pertumbuhan piutang PT Indofood Sukses Makmur Tbk. selama periode 2000-
2012.
Dimana n = tahun ke n
Tabel 4.3
Pertumbuhan Piutang
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan Rupiah)
Tahun Piutang Tahun Pertumbuhan
Piutang
1999 786.140
2000 830.367 1999-2000 6%
2001 929.394 2000-2001 12%
2002 1.323.789 2001-2002 42%
2003 1.398.318 2002-2003 6%
2004 1.328.973 2003-2004 -5%
2005 1.527.361 2004-2005 15%
2006 1.448.172 2005-2006 -5%
2007 2.136.401 2006-2007 48%
2008 2.260.082 2007-2008 6%
2009 1.956.166 2008-2009 -13%
2010 2.400.484 2009-2010 23%
2011 2.911.803 2010-2011 21%
2012 3.044.727 2011-2012 5% Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
64
Berdasarkan tabel 4.3 pertumbuhan piutang PT Indofood Sukses Mamur
Tbk. periode 2000-2012 terjadi peningkatan tertinggi pada tahun 2006 ketahun
2007 dimana besarnya piutang pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.448.172.000.000
naik menjadi Rp. 2.136.401.000.000. Sedangkan penurunan pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2008 ketahun 2009 yaitu sebesar 13% dimana piutang
pada tahun 2008 sebesar Rp 2.260.082.000.000 mengalami penurunan pada tahun
2009 sebesar Rp. 1.956.166.000.000.
Grafik 4.3
Pertumbuhan Piutang
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik 4.3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan kas PT Indofood
Sukses Makmur Tbk. cendrung mengalami kenaikan yang signifikan sejak tahun
2000 sampai dengan tahun 2012. Investasi perusahaan pada modal kerja dalam
830,367
929,394
1,323,789
1,398,318
1,328,973
1,527,361
1,448,172
2,136,401 2,260,082
1,956,166
2,400,484
2,911,803
3,044,727
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
65
bentuk piutang ini yang paling rendah adalah tahun 2000 dengan besar piutang
Rp. 830.367.000.000 dan piutang yang paling tinggi pada tahun 2012 dengan
besar piutang Rp. 3.004.727.000.000
4.2.1.2.2 Perputaran Piutang
Menurut “Kamus Standar Akuntansi” (Ardiyos, 2006:484) perputaran
piutang adalah total penerimaan operasi dibagi dengan rata-rata piutang.
Perputaran piutang digunakan untuk mengukur bagaimana sebuah perusahaan
mengelola piutangnya secara efektif.
Rumus:
Tabel 4.4
Perputaran Piutang
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Piutang Rata-rata
Piutang
Penjualan
Bersih
Perputaran
Piutang
(Kali)
1999 786.140 11.548.599
2000 830.367 808.254 12.702.239 15.72
2001 929.394 879.881 14.644598 16.64
2002 1.323.789 1.126.592 16.466.285 14.62
2003 1.398.318 1.361.054 17.871.425 13.13
2004 1.328.973 1.363.646 17.918.528 13.14
2005 1.527.361 1.428.167 18.764.650 13.14
2006 1.448.172 1.487.767 21.941.558 14.75
2007 2.136.401 1.792.287 27.858.304 15.54
2008 2.260.082 2.198.242 38.799.279 17.65
2009 1.956.166 2.108.124 37.397.319 17.74
2010 2.400.484 2.178.325 38.403.360 17.63
2011 2.911.803 2.656.144 45.332.256 17.07
2012 3.044.727 2.978.265 50.059.427 16.81 Sumber : ICMD tahun dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
66
Dari tabel 4.4 perputaran piutang PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode
2000-2012 dapat diketahui bahwa terjadi perputaran terendah pada tahun 2003,
dimana piutang perusahaan sebesar Rp. 1.398.318.000.000, rata-rata piutang
sebesar Rp. 1.361.054.000.000 dan penjualan bersih sebesar Rp.
17.871.425.000.000 dapat menghasilkan perputaran piutang sebesar 13.13 kali,
artinya setiap dana yang di investasikan pada akun piutang dalam satu tahun
berputar sebanyak 13.13 kali. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
pertumbuhan perputaran piutang mengalami penurunan sebesar 10,2%, hal ini
disebabkan penjualan perusahaan meningkat sebesar 8,5% dan rata-rata piutang
meningkat jauh lebih besar yaitu 21%.
Kemudian perputaran piutang tertinggi terjadi pada tahun 2009, dimana
piutang perusahaan sebesar Rp. 1.956.166.000.000, rata-rata piutang sebesar Rp.
2.108.124.000.000 dan penjualan bersih perusahaan sebesar Rp.
37.397.319.000.000, dapat menghasilkan perputaran kas sebanyak 17,74 kali,
artinya setiap dana yang di investasikan pada akun piutang dalam satu tahun
berputar sebanyak 17,74 kali. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
pertumbuhan perputaran piutang menurun sebesar 0,6%, hal ini disebabkan
penjualan perusahaan meningkat sebesar 2,7% dan rata-rata piutang meningkat
3,3%.
Semakin besar rasio penjualan dengan rata-rata piutang akan semakin baik,
karena tingginya perputaran piutang menunjukkan bahwa piutang telah digunakan
secara efisien sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan
perusahaan. Tetapi pada tahun-tahun tertentu terjadi penurunan pertumbuhan
67
perputaran piutang menunjukkan semakin besar dana yang tertanam pada piutang
untuk mencapai penjualan tertentu yang telah ditetapkan. Pertumbuhan perputaran
piutang tersebut dapat dilihat dari grafik berikut ini.
Grafik 4.4
Perputaran Piutang
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Sumber : ICMD tahun dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik 4.4 dapat diketahui bahwa pertumbuhan perputaran
piutang PT Indofood Sukses Makmur Tbk. tahun 2000 sampai dengan tahun
2012 cendrung stabil, karena pertumbuhan perputaran piutang tidak mengalami
kenaikan ataupun peturunan yang ekstrim. Investasi perusahaan pada modal kerja
dalam bentuk piutang ini mengalami perputaran yang paling rendah pada tahun
2003 dengan perputaran sebanyak 13,13 kali dan perputaran piutang paling tinggi
terjadi pada tahun 2009 dengan perputaran piutang sebanyak 17,74 kali.
15.72
16.64
14.62
13.13
13.14
13.14
14.75 15.54
17.65 17.74 17.63
17.07
16.81
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
68
4.2.1.3 Deskripsi Persediaan
Menurut K. R. Subramanyam dan John J. Will (2008:279), “persediaan
(inventory) merupakan barang yang akan dijual dalam aktivitas normal
perusahaan. Dengan pengecualian organisasi jasa tertentu, persediaan merupakan
aset inti dan penting dalam perusahaan. Persediaan harus diperhatikan karena
merupakan komponen utama dari aset operasi yang akan mempengaruhi
perhitungan laba.
4.2.1.3.1 Pertumbuhan Persediaan
Nilai persediaan berikut merupakan nilai yang telah tercantum pada laporan
keuangan tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan
persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. selama periode 2000-2012.
Dimana n = tahun ke n
69
Tabel 4.5
Pertumbuhan Persediaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan Rupiah)
Tahun Persediaan Tahun Pertumbuhan
Persediaan
1999 1.348.653
2000 1.970.598 1999-2000 46%
2001 2.137.103 2000-2001 8%
2002 2.743.304 2001-2002 28%
2003 2.218.210 2002-2003 -19%
2004 2.284.332 2003-2004 3%
2005 2.691.672 2004-2005 18%
2006 2.980.805 2005-2006 11%
2007 4.172.388 2006-2007 40%
2008 6.061.219 2007-2008 45%
2009 5.117.484 2008-2009 -16%
2010 5.644.141 2009-2010 10%
2011 6.536.343 2010-2011 16%
2012 7.782.594 2011-2012 19% Sumber : ICMD tahun dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan tabel 4.5 pertumbuhan persediaan PT Indofood Sukses
Makmur Tbk. periode 2000-2012 dapat diketahui bahwa terjadi pertumbuhan
tertinggi pada 1999 ke tahun 2000 sebesar 46%, dimana persediaan pada tahun
1999 sebesar Rp. 1.348.653.000.000 meningkat menjadi Rp. 1.970.598.000.000.
Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002 ketahun 2003 yaitu -
19%, dimana pada tahun 2002 persediaan sebesar Rp. 2.743.304.000.000
mengalami penurunan pada tahun 2003 menjadi Rp. 2.218.210.000.000. Untuk
lebih jelasnya, pertumbuhan persediaan dapat dilihat dari grafik berikut ini.
70
Grafik 4.5
Pertumbuhan Persediaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Sumber : ICMD tahun dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa pertumbuhan persediaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk. cendrung mengalami peningkatan sejak tahun
2000 sampai dengan tahun 2012, namun setelah tahun 2005 sampai dengan tahun
2012 meskipun pada tahun 2003 dan 2009 sempat mengalami penurunan, namun
di tahun tahun lainnya terus mengalami peningkatan yang signifikan. Investasi
perusahaan pada modal kerja dalam bentuk persediaan ini paling rendah terjadi
pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp.1.970.598.000.000 dan persediaan paling tinggi
pada tahun 2012 dengan besar piutang Rp. 7.782.594.000.000.
1,970,598
2,137,103
2,743,304
2,218,210
2,284,332 2,691,672
2,980,805
4,172,388
6,061,219
5,117,484
5,644,141
6,536,343
7,782,594
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
71
4.2.1.3.2 Perputaran Persediaan
Menurut “Kamus Standar Akuntansi” (Ardiyos, 2006:289) perputaran
persediaan adalah salah satu dari rasio-rasio aktivitas (activity ratio), digunakan
untuk mengevaluasi usia persediaan dan kecepatan geraknya.
Tabel 4.6
Perputaran Persediaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Persediaan Rata-rata
Persediaan
HPP Perputaran
Pesediaan
(Kali)
1999 1.348.653 7.866.872
2000 1.970.598 1.659.626 8.961.596 5,40
2001 2.137.103 2.053.851 10.776.075 5,25
2002 2.743.304 2.440.204 12.398.734 5,08
2003 2.218.210 2.480.757 13.405.369 5,40
2004 2.284.332 2.251.271 13.313.099 5,91
2005 2.691.672 2.488.002 14.341.545 5,76
2006 2.980.805 2.836.239 16.761.335 5,91
2007 4.172.388 3.576.597 21.232.761 5,94
2008 6.061.219 5.116.804 29.822.362 5,83
2009 5.117.484 5.589.352 26.955.710 4,82
2010 5.644.141 5.380.813 25.932.908 4,82
2011 6.536.343 6.090.242 32.749.190 5,38
2012 7.782.594 7.159.469 36.493.332 5,10
Sumber : ICMD tahun dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Dari tabel 4.6 perputaran persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
periode 2000-2012 terjadi perputaran terendah pada tahun 2007, dimana
persediaan perusahaan sebesar Rp. 4.172.388.000.000, rata-rata persediaan
72
sebesar Rp. 3.576.597.000.000 dan HPP sebesar Rp. 21.232.761.000.000, dapat
menghasilkan perputaran persediaan sebanyak 5,94 kali, artinya dana yang di
investasikan pada persediaan dalam satu tahun berputar sebanyak 5,94 kali. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan perputaran persediaan 0%
atau tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan, hal ini disebabkan
meningkatnya HPP sebesar 27% yang hampir sama dengan meningkatnya rata-
rata persediaan sebesar 26%.
Selanjutnya perputaran persediaan tertinggi terjadi pada tahun 2010
persediaan perusahaan sebesar Rp. 5.644.141.000.000, rata-rata persediaan
sebesar Rp. 5.380.813.000.000 dan HPP sebesar Rp. 25.932.908.000.000, dapat
menghasilkan perputaran persediaan sebanyak 4,82 kali, artinya dana yang di
investasikan pada persediaan dalam satu tahun berputar sebanyak 4,82 kali. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan perputaran persediaan
sebesar 0% atau tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan, hal ini
disebabkan menurunnya HPP sebesar 4% sama dengan menurunnya rata-rata
persediaan sebesar 4%.
Semakin besar rasio harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan
akan semakin baik, karena tingginya perputaran persediaan menunjukkan bahwa
persediaan telah digunakan secara efisien sehingga dapat menghasilkan
keuntungan yang diharapkan perusahaan. Tetapi pada tahun-tahun tertentu terjadi
penurunan pertumbuhan perputaran menunjukkan semakin besar dana yang
tertanam pada persediaan untuk mencapai harga pokok tertentu yang telah
ditetapkan.
73
Grafik 4.6
Perputaran Persediaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan grafik, dapat diketahui bahwa pertumbuhan perputaran
perediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. tahun 2000 sampai dengan tahun
2012 cendrung stabil, karena pertumbuhan perputaran persediaan berada pada
kisaran 5 sampai 6 kali perputaran, meskipun pada tahun 2009 dan tahun 2010
sedikit berada d bawah kisaran 5 kali perputaran persediaan. Investasi perusahaan
pada modal kerja dalam bentuk persediaan ini mengalami perputaran yang paling
rendah pada tahun 2009 dan 2010 dengan perputaran sebanyak 4,48 kali dan
perputaran persediaan paling tinggi terjadi pada tahun 2007 dengan perputaran
persediaan sebanyak 5,94 kali.
5.40 5.25
5.08
5.40
5.91
5.76
5.91 5.94 5.83
4.82 4.82
5.38 5.10
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
74
4.2.1.4 Deskripsi Return on assets
Return on assets adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu (Toto Prihadi, 2010:138). Return on assets suatu
perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan
menggunakan asetnya secara produktif
4.2.1.4.1 Return on assets (ROA)
Dalam pengukuran return on assets, rasio yang dapat digunakan dalam
menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba adalah rasio keuntungan
bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset
yang dimiliki oleh perusahaan atau disebut dengan Return On Asset (ROA).
Return On Asset (ROA) adalah rasio untuk mengukur tingkat laba terhadap aset
yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Laba atas aset tersebut adalah
perhitungan return on assets perusahaan dengan didasarkan atas net income (laba
bersih) dibagi dengan total asset (total aktiva) perusahaan, baik yang
diinvestasikan di dalam maupun di luar perusahaan (Munawir, 2002:269).
4.2.1.4.2 Pertumbuhan Return on assets (ROA)
Pertumbuhan Return on assets dalam pengukuran return on assets
perusaaan, dapat diketahui dengan membagi laba bersihnya (net income) dengan
total asetnya. Berikut adalah pertumbuhan Return on assets (ROA) PT Indofood
Sukses Makmur Tbk. dari tahun 2000 sampai dengan 2012.
75
Tabel 4.7
Pertumbuhan Return on assets (ROA)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Laba
Bersih
Total Aset ROA Tahun Pertumbuhan
ROA
1999 1.395.399 10.637.680 0,1312
2000 646.172 12.554.630 0,0515 1999-2000 -61%
2001 746.330 12.979.102 0,0575 2000-2001 12%
2002 802.633 15.251.516 0,0526 2001-2002 -8%
2003 603.481 15.308.854 0,0394 2002-2003 -25%
2004 386.919 15.673.356 0,0247 2003-2004 -37%
2005 124.018 14.786.084 0,0084 2004-2005 -66%
2006 661.210 16.267.483 0,0406 2005-2006 385%
2007 980.357 29.706.895 0,0330 2006-2007 -19%
2008 1.034.389 39.591.309 0,0261 2007-2008 -21%
2009 2.075.861 40.382.953 0,0514 2008-2009 97%
2010 2.952.858 47.275.955 0,0625 2009-2010 22%
2011 4.891.716 53.585.933 0,0913 2010-2011 46%
2012 4.779.466 59.324.207 0,0806 2011-2012 -12%
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
Berdasarkan tabel 4.7 pertumbuhan Return on assets PT Indofood Sukses
Makmur Tbk. periode 2000-2012 menunjukkan bahwa pertumbuhan ROA
terendah terjdi pada tahun 2005 dimana ROA perusahaan sebesar 0,0084 atau
0,84%, artinya dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan menghasilkan laba
sebesar 0.84%, jika dibandingkan pada tahun 2004 ke tahun 2005 pertumbuhan
ROA perusahaan menurun sangat besar yakni 66%, hal ini dikarenakan laba
bersih menurun 68% sedangkan total asetnya menenurun 6%.
Selanjutnya pertumbuhan ROA tertinggi terjadi pada tahun 2006 dimana
ROA perusahaan sebesar 0,0406 atau 4,06%, artinya dari seluruh aset yang
dimiliki perusahaan menghasilkan laba sebesar 4,06%, jika dibandingkan pada
76
tahun 2005 ke tahun 2006 pertumbuhan ROA perusahaan meningkat sangat besar
yakni 385%, hal ini dikarenakan laba bersih meningkat sangat besar pula yakni
433% sedangkan total asetnya hanya meningkat sebesar 10%.
Rasio ROA digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan
menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan aset yang dimiliki perusahaan.
Nilai ROA yang semakin mendekati 1 atau 100%, berarti semakin baik return on
assets perusahaan karena setiap aset yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan
kata lain semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik kinerja keuangan
perusahaan tersebut. Pertumbuhan Return On Asset (ROA) dapat dilihat dalam
grafik berikut ini.
Grafik 4.7
Pertumbuhan Return On Asset (ROA)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Periode 31 Desember 2000 – 31 Desember 2012
(dalam jutaan rupiah)
Sumber : ICMD dan www.indofood.com (data diolah Mei 2013)
0.0515
0.0575 0.0526
0.0394
0.0247
0.0084
0.0406
0.0330
0.0261
0.0514
0.0625
0.0913
0.0806
0.0000
0.0100
0.0200
0.0300
0.0400
0.0500
0.0600
0.0700
0.0800
0.0900
0.1000
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
77
Berdasarkan grafik pertumbuhan ROA dapat diketahui bahwa pertumbuhan
ROA PT Indofood Sukses Makmur Tbk. sejak tahun 2000 sampai dengan tahun
2012 cendrung tidak stabil, karena terjadi peningkatan dan penurunan.
Peningkatan ROA terjadi pada tahun 2001, 2006, 2009, 2010 dan 2011 dengan
nilai ROA tertinggi tahun 2011 sebesar 0,0913 atau 9,13%. Sedangkan penurunan
ROA terjadi pada tahun 2002, 2003, 2004, 2005, 2007, 2008 dan 2012 dengan
nilai ROA terendah pada tahun 2005 sebesar 0,0084 atau 0,84%
Keadaan ROA pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. yang telah diuraikan
sebelumnya, dari tahun 2000 sampai 2012, pada umumnya jauh mendekati angka
100%. Keadaan ini kurang baik bagi perusahaan karena, nilai ROA yang semakin
kecil, menunjukkan ketidak mampuan dari aset yang diinvestasikan secara
keseluruhan dalam menghasilkan laba secara optimal.
4.2.2 Analisis Statistik
Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antar variabel perputaran kas,
perputaran piutang, perputaran persediaan dan Return on assets (ROA) pada PT
Indofood Sukses Makmur Tbk., maka digunakan analisis regresi dan korelasi baik
secara parsial maupun simultan.
4.2.2.1 Analisis Data Secara Parsial
Dalam pengujian hipotesis, uji parsial (uji statistik t) dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel
dependen (Y) secara terpisah atau masing-masing.
78
4.2.2.1.1 Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return on assets
Untuk mengetahui pengaruh modal kerja pada perputaran kas terhadap
return on assets, maka dilakukakan analisis regresi liniear sederhana, korelasi,
koefisien determinasi dan pengujian hipotesis (uji-t)
4.2.2.1.1.1 Regresi Linear Sederhana (Linear Regression)
Untuk mengetahui pengaruh perputaran kas terhadap return on assets maka
dapat diketahui dengan regresi linear sederhana.
Tabel 4.8
Regresi Linear Sederhana
Modal Kerja Pada Perputaran Kas terhadap Return on assets
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .082 .013 6.514 .000
PerputaranKas -.004 .001 -.676 -3.041 .011
a. Dependent Variable: ROA
Dari data tersebut, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 0,082 - 0,004 Perputaran Kas
Penjelasan persamaan:
1) Konstansta sebesar 0,082 menyatakan bahwa jika ada tidak ada tambahan
modal kerja pada perputaran kas maka return on assets nya akan bertambah
sebesar 0,082
2) Angka koefisien regresi modal kerja pada perputaran kas memiliki nilai negatif
sebesar 0,004 yang berarti bahwa setiap penambahan investasi pada perputaran
kas sebesar 1 maka tingkat return on assets akan turun sebesar 0,004
79
4.2.2.1.1.2 Korelasi (Correlation)
Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara perputaran kas terhadap
return on assets maka dilakukan pengukuran data dengan menggunakan analisis
korelasi pearson (Korelasi Product Moment Pearson).
Tabel 4.9
Korelasi
Modal Kerja pada Perputaran Kas terhadap return on assets
Correlations
PerputaranKas ROA
PerputaranKas
Pearson Correlation 1 -.672*
Sig. (2-tailed) 0.012
N 13 13
ROA
Pearson Correlation -.672* 1
Sig. (2-tailed) 0.012
N 13 13 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Jika nilai koefisien korelasi suatu variabel bernilai positif, maka memiliki
hubungan berbanding lurus, sedangkan jika nilai koefisien korelasi bernilai
negatif, maka memiliki hubungan berbanding terbalik. Berdasarkan tabel 4.9,
diketahui koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran kas dengan return
on assets memiliki nilai negatif yakni 0.672, berarti antara modal kerja pada
perputaran kas dengan return on assets memiliki hubungan berbanding terbalik,
yang artinya peningkatan nilai modal kerja pada perputaran kas tidak diikuti oleh
peningkatan return on assetsnya. Angka -0,672 juga menunjukkan bahwa
hubungan yang terjadi antara perputaran kas dengan return on assets adalah kuat,
karena nilai tersebut berada dalam interval koefisien 0,600 – 0,799.
80
Jika output program SPSS pada angka korelasi diberi tanda satu bintang (*)
maka probabilitas atau signifikansi adalah 0,05. Signifikansi hubungan dua
variabel dapat dianalisis dengan ketentuan, jika probabilitas atau nilai signifikansi
< 0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan, sebaliknya jika return on
assets atau nilai signifikansi > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak
signifikan. Dalam tabel korelasi diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,012,
menunjukkan hubungan modal kerja pada perputaran kas terhadap return on
assets adalah signifikan, karena nilai 0,012 < 0,05.
4.2.2.1.1.3 Koefisien Determinasi
R
Square (R2) adalah kuadrat dari koefisien korelasi parsial untuk
mengetahui sampai seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel
terikat. Koefisien korelasi juga merupakan sebuah nilai untuk mengukur keeratan
hubungan antara variabel respon atau variabel dependen dengan variabel predictor
atau variabel independen. Apabila nilai koefisien determinasi sebesar 1 (100%),
menunjukkan adanya hubungan yang sempurna, sedangkan nilai koefisien
determinasi sebesar 0 menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi
Modal Kerja pada Perputaran Kas terhadap Return On Assets
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .672a .451 .407 .01732
a. Predictors: (Constant), PerputaranKas
b. Dependent Variable: ROA
81
Berdasarkan tabel 4.9 besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,451
atau 45,1% artinya modal kerja pada perputaran kas berpengaruh terhadap return
on assets sebesar 45,1% dan sisanya sebesar 54,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya. Besarnya R Square 45,1% maka hubungan modal kerja pada perputaran
kas terhadap return on assets adalah sedang.
4.2.2.1.1.4 Pengujian Hipotesis (Uji-t)
Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen
secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Uji t
dapat menguji pengaruh variabel perputaran kas terhadap return on assets.
Pengujian dilakukan dengan uji statistik t dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut;
a. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)
Ho : µ = 0; Tidak rerdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada
perputaran kas dengan return on assets
Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran
kas dengan return on assets
b. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata
(level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05. Derajat kebebasan (degree of
freedom) atau DF = n - k -1 = 13 – 1 - 1 = 11. Maka t tabel adalah 2,2010
82
Tabel 4.11
Pengujian Hipotesis (Uij- t)
Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Return On Assets
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .082 .013 6.438 .000
PerputaranKas -.004 .001 -.672 -3.006 .012
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.9 t hitung adalah negatif 3,006 sedangkan diketahui
sebelumnya bahwa t tabel adalah 2,2010. Tanda negatif artinya memiliki
hubungan negatif atau berbanding terbalik, sedangkan angka 3,006 artinya t
hitung > t tabel maka ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa
terdapat pengaruh negatif antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return
on assets. Hasil perhitungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.1
Uji t
Modal Kerja pada Perputaran Kas terhadap Return On Assets
Daerah penolakan Daerah penerimaan Daerah penolakan
t hitung (-3,006) -t tabel (-2,2010) t tabel (2,2010)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa t hitung berada pada daerah
negatif penolakan Ho yang berarti terdapat pengaruh negatif antara modal kerja
pada perputaran kas terhadap return on assets, dan pada tingkat signifikan
83
diketahui pada tabel 4.9 adalah 0,010 atau lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05
sehingga menunjukkan hubungan antara modal kerja pada perputaran kas terhadap
return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh negatif yang signifikan antara modal kerja pada perputaran kas terhadap
return on assets.
4.2.2.1.2 Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return On Assets
Untuk mengetahui pengaruh modal kerja pada perputaran piutang terhadap
return on assets, maka dilakukakan analisis regresi liniear sederhana, korelasi,
koefisien determinasi dan pengujian hipotesis (uji-t)
4.2.2.1.2.1 Regresi Linear Sederhana (Linear Regression)
Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan terhadap return on
assets maka dapat diketahui dengan regresi linear sederhana.
Tabel 4.12
Regresi Linear Sederhana
Modal Kerja Pada Perputaran Piutang terhadap Return on assets
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) .072 .049 -1.484 .166
PerputaranPiutang .008 .003 -.595 2.454 .032
a. Dependent Variable: ROA
Dari data tersebut, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 0,072 + 0,008 Perputaran Piutang
84
Penjelasan persamaan:
1. Konstansta sebesar 0,072 menyatakan bahwa jika ada tidak ada tambahan
modal kerja pada perputaran piutang maka return on assets akan bertambah
sebesar 0,072.
2. Angka koefisien regresi modal kerja pada perputaran kas memiliki nilai positif
sebesar 0,008 yang berarti bahwa setiap penambahan modal kerja pada
perputaran piutang sebesar 1 maka tingkat return on assets akan naik sebesar
0,008.
4.2.2.1.2.2 Korelasi (Correlation)
Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan
variabel yang lain dengan distribusi normal dan tingkat pengukuran data dengan
menggunakan analisis korelasi pearson (Korelasi Product Moment Pearson).
Tabel 4.13
Korelasi
Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Return On Assets
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.13, diketahui koefisien korelasi antara modal kerja pada
perputaran piutang dengan return on assets memiliki nilai yakni 0.595, berarti
antara modal kerja pada perputaran piutang dengan return on assets memiliki
hubungan berbanding lurus, yang artinya peningkatan nilai modal kerja pada
Correlations
PerputaranPiutang ROA
PerputaranPiutang Pearson Correlation 1 .595
Sig. (2-tailed) .032
N 13 13
ROA Pearson Correlation .595 1
Sig. (2-tailed) .032
N 13 13
85
perputaran piutang akan diikuti oleh peningkatan return on assetsnya. Angka
0.595 juga menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara perputaran piutang
dengan return on assets adalah sedang, karena nilai tersebut berada dalam interval
koefisien 0,400 – 0,599. Dalam tabel korelasi diketahui bahwa nilai signifikansi
adalah 0,032, menunjukkan hubungan modal kerja pada perputaran piutang
terhadap return on assets adalah signifikan, karena nilai 0,032< 0,05.
4.2.2.1.2.3 Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan
variabel terikat maka dapat dilihat dari tabel koefisien determinasi berikut ini.
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi
Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Return on assets
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .595a .355 -.071 .02329
a. Predictors: (Constant), PerputaranPiutang
b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.12 besarnya koefisien determinasi tersebut adalah
0,355atau 35,5% artinya modal kerja pada perputaran piutang berpengaruh
terhadap return on assets sebesar 35,5% dan sisanya sebesar 64,5% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lainnya. Besarnya R Square 35,5% menunjukkan hubungan
modal kerja lemah.
86
4.2.2.1.2.4 Pengujian Hipotesis (Uji-t)
Untuk membuktikan apakah variabel perputaran piutang mempunyai
pengaruh terhadap variabel return on assets maka dilakukan pengujian statistik t
dengan langkah-langkah berikut;
a. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)
Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada
perputaran piutang dengan return on assets
Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran
piutang dengan return on assets
b. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata
(level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05. Derajat kebebasan (degree of
freedom) atau DF = n - k -1 = 13 – 1 - 1 = 11. Maka t tabel adalah 2,2010
Tabel 4.15
Pengujian Hipotesis (Uij- t)
Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Return on assets
Berdasarkan tabel 4.15 t hitung adalah negatif 2,458 sedangkan diketahui
sebelumnya bahwa t tabel adalah 2,2010. Tanda positif artinya memiliki
hubungan positif atau berbanding lurus, sedangkan angka 2,458 artinya t hitung >
t tabel maka Ho tolak dan Ha diterima. Ho tolak memiliki arti bahwa terdapat
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .072 .049 -1.484 .166
PerputaranPiutang .008 .003 ,595 2.458 .032
a. Dependent Variable: ROA
87
pengaruh antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets.
Hasil perhitungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.2
Uji t
Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Profitabiltas
Daerah penolakan Daerah penerimaan Daerah penolakan
-t tabel (-2,2010) t tabel (2,2010) t hitung (2,458)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa t hitung berada pada daerah positif
penerimaan Ho yang berarti terdapat pengaruh antara modal kerja pada perputaran
piutang terhadap return on assets, dan pada tingkat signifikan diketahui pada tabel
4.13 adalah 0,032 atau lebih kurang dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga
menunjukkan hubungan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap
return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return
on assets.
4.2.2.1.3 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return on assets
Untuk mengetahui pengaruh modal kerja pada perputaran persediaan
terhadap return on assets, maka dilakukakan analisis regresi liniear sederhana,
korelasi, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis (uji-t).
88
4.2.2.1.3.1 Regresi Linear Sederhana (Linear Regression)
Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan terhadap return on
assets maka dapat diketahui dengan regresi linear sederhana.
Tabel 4.16
Regresi Linear Sederhana
Modal Kerja Pada Perputaran Persediaan terhadap Return on assets
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .237 .070 3.369 .006
PerputaranPersediaan -.035 .013 -.633 -2.711 .020
a. Dependent Variable: ROA
Dari data tersebut, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Return on assets = 0,237 - 0,035 Perputaran Persediaan
Penjelasan persamaan:
1. Konstansta sebesar 0,237 menyatakan bahwa jika ada tidak ada tambahan
modal kerja pada perputaran persediaan maka return on assets akan bertambah
sebesar 0,056.
2. Angka koefisien regresi modal kerja pada perputaran persediaan memiliki nilai
negatif 0,035 yang berarti bahwa setiap penambahan modal kerja pada
perputaran persediaan sebesar 1 maka tingkat return on assets akan turun
sebesar 0,035.
4.2.2.1.3.2 Korelasi (Correlation)
Korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara satu
variabel dengan variabel yang lain dengan distribusi normal dan tingkat
89
pengukuran data dengan menggunakan analisis korelasi pearson (Korelasi
Product Moment Pearson).
Tabel 4.17
Korelasi
Modal Kerja pada Perputaran Persediaan terhadap Return on assets
Correlations
PerputaranPersediaan ROA
PerputaranPersediaan Pearson Correlation 1 -.633*
Sig. (2-tailed) .020
N 13 13
ROA Pearson Correlation -.633* 1
Sig. (2-tailed) .020
N 13 13 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.17, diketahui koefisien korelasi antara modal kerja pada
perputaran persediaan dengan return on assets memiliki nilai negatif yakni 0.633,
berarti antara modal kerja pada perputaran persediaan dengan return on assets
memiliki hubungan berbanding terbalik, yang artinya peningkatan nilai modal
kerja pada perputaran persediaan tidak diikuti oleh peningkatan return on
assetsnya. Angka -0,633 juga menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara
perputaran persediaan dengan return on assets adalah kuat, karena nilai tersebut
berada dalam interval koefisien 0,600 – 0,799. Dalam tabel 4.17 diketahui bahwa
nilai signifikansi adalah 0,020, menunjukkan hubungan modal kerja pada
perputaran persediaan terhadap return on assets adalah signifikan, karena nilai
0,020 < 0,05.
90
4.2.2.1.3.3 Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa jauh variabel perputaran piutang dapat
menjelaskan variabel return on assets, maka dapat dilihat dari koefisien
determinasi berikut ini.
Tabel 4.18
Koefisien Determinasi
Modal Kerja pada Perputaran Persediaan terhadap Return on assets
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .633a .400 .346 .01829
a. Predictors: (Constant), PerputaranPersediaan
b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.12 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara
perputaran persediaan dengan return on assets yang ditunjukkan oleh R Square,
besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,400 atau 40% artinya modal
kerja pada perputaran persediaan berpengaruh terhadap return on assets sebesar
40% dan sisanya sebesar 60% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Besarnya R
Square menunjukkan hubungan modal kerja pada perputaran persediaan terhadap
return on assets adalah sedang.
4.2.2.1.3.4 Pengujian Hipotesis (Uji-t)
Untuk membuktikan apakah variabel perputaran persediaan mempunyai
pengaruh terhadap variabel return on assets maka dilakukan uji statistik t dengan
langkah-langkah sebagai berikut;
a. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)
91
Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara perputaran persediaan
dengan return on assets
Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh signifikan antara perputaran persediaan dengan
return on assets
b. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata
(level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05. Derajat kebebasan (degree of
freedom) atau DF = n - k -1 = 13 – 1 - 1 = 11. Maka t tabel adalah 2,2010
Tabel 4.19
Pengujian Hipotesis (Uij- t)
Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap return on assets
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .237 .070 3.369 .006
PerputaranPersediaan -.035 .013 -.633 -2.711 .020
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.19 t hitung adalah negatif 2,711 sedangkan diketahui
sebelumnya bahwa t tabel adalah 2,2010. Tanda negatif artinya memiliki
hubungan negatif atau berbanding terbalik, sedangkan angka 2,711 artinya t
hitung > t tabel maka ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa
terdapat pengaruh negatif antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap
return on assets. Hasil perhitungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
92
Gambar 4.3
Hasil Uji t
Modal Kerja pada Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets
Daerah penolakan Daerah penerimaan Daerah penolakan
t hitung (-2,711) -t tabel (-2,2010) t tabel (2,2010)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa t hitung berada pada daerah
negatif penolakan Ho, yang berarti terdapat pengaruh negatif antara modal kerja
pada perputaran persediaan terhadap return on assets, dan pada tingkat signifikan
diketahui pada tabel 4.17 adalah 0,020 atau kurang dari taraf nyata sebesar 0,05
sehingga menunjukkan hubungan antara modal kerja pada perputaran persediaan
terhadap return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara modal kerja pada perputaran
persediaan terhadap return on assets.
4.2.2.2 Analisis Secara Simultan
Analisisi secara simultan digunakan untuk mengetahui suatu hubungan
dan pengaruh fungsional antara lebih dari satu variabel independen terhadap
variabel dependen.
93
4.2.2.2.1 Regresi Berganda
Analisisi regresi berganda digunakan untuk mengetahui suatu hubungan
fungsional antara lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.20
Regresi Ganda Linear
Modal Kerja pada Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran
Persediaan terhadap Return on assets
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) .184 .118 1.560 .513
PerputaranKas -.002 .002 -.459 -1.538 .518
PerputaranPiutang .001 .004 .059 0.188 .855
PerputaranPersediaa
n
-.023 .014 -.414 -1.695 .124.
a. Dependent Variable: ROA
Dari data tersebut, diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 0,184 – 0,002 Perputaran Kas + 0,001 Perputaran Piutang – 0,023 Perputaran
Persediaan
Penjelasan persamaan:
a) Konstansta sebesar 0,184 menyatakan bahwa jika ada tidak ada penambahan
Modal Kerja pada Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran
Persediaan terhadap Return on assetsnya adalah 0,184
b) Modal kerja pada perputaran kas memiliki nilai koefisien regresi negatif
sebesar 0,002 yang berarti bahwa setiap perubahan variabel perputaran kas
sebesar 1 akan menurunkan tingkat return on assets sebesar 0,002. Dengan
nilai signifikan sebesar 0,002 yang berarti signifikan (0,002<0,05).
94
c) Modal kerja pada perputaran piutang memiliki nilai koefisien regresi positif
sebesar 0,001 yang berarti bahwa setiap perubahan variabel perputaran piutang
sebesar 1 akan meningkatkan tingkat return on assets sebesar 0,001. Dengan
nilai signifikan sebesar 0,001 yang berarti signifikan (0,001<0,05).
d) Modal kerja pada perputaran persediaan memiliki nilai koefisien regresi negatif
sebesar 0,023 yang berarti bahwa setiap perubahan variabel perputaran kas
sebesar 1 akan menurunkan tingkat return on assets sebesar 0,023. Dengan
nilai signifikan sebesar 0,023 yang berarti signifikan (0,023<0,05).
4.2.2.2.2 Matriks Korelasi
Untuk mencari hubungan antara dua variabel bebas atau lebih yang secara
bersama-sama dihubungkan dengan variabel terikatnya, maka digunakan matriks
korelasi. Sehingga dapat diketahui besarnya sumbangan seluruh variabel bebas
yang menjadi obyek penelitian terhadap variabel terikatnya. Jika koefisien
korelasi suatu variabel diketahui bernilai positif maka memiliki hubungan
cenderung berbanding lurus sedangkan jika koefisien korelasi bernilai negatif
maka memiliki hubungan berbanding terbalik.
95
Tabel 4.21
Matriks Korelasi
Correlations
Perputaran
Kas
Perputaran
Piutang
Perputaran
Persediaan ROA
PerputaranKas
Pearson
Correlation
1 -.710**
.412 -.672*
Sig. (2-tailed) .007 .162 .012
N 13 13 13 13
PerputaranPiutang
Pearson
Correlation
-.710**
1 -.508 .595*
Sig. (2-tailed) .007 .076 .032
N 13 13 13 13
PerputaranPersediaan
Pearson
Correlation
.412 -.508 1 -.633*
Sig. (2-tailed) .162 .076 .020
N 13 13 13 13
ROA
Pearson
Correlation
-.672* .595
* -.633
* 1
Sig. (2-tailed) .012 .032 .020
N 13 13 13 13
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel, diketahui koefisien korelasi antara modal kerja pada
perputaran kas dengan perputaran piutang sebesar -0,710, nilai koefisien yang
bertanda negatif artinya diantara kedua variabel tersebut memiliki hubungan
berbanding terbalik. Peningkatan modal kerja pada perputaran kas tidak akan
diikuti dengan peningkatan modal kerja pada perputaran piutang, begitupun
keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran kas mengalami penurunan,
maka modal kerja pada perputaran piutang akan mengalami peningkatan. Angka
koefisien korelasi 0,710 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal
96
kerja pada perputaran kas dengan return on assets berada dalam interval koefisien
0,600 – 0,799 yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Jika angka korelasi
pada output program SPSS diberi tanda satu bintang (*) maka probabilitas atau
signifikansi adalah 0,05 dan jika bertanda 2 bintang (**) maka probabilitas atau
tingkat signifikansi 0,01. Dimana jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,05
maka hubungan kedua variabel adalah signifikan, sebaliknya jika nilai Sig. > 0,05
maka tidak signifikan dan jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,01 maka
hubungan kedua variabel adalah signifikan, sebaliknya jika nilai Sig. > 0,01 maka
tidak signifikan. Sedangkan signifikansi hubungan antara variabel perputaran kas
dengan variabel perputaran piutang adalah 0,007, artinya < 0,01 hubungan antara
kedua variabel tersebut signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran persediaan berbanding
lurus, signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang kuat.
Koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran kas dengan
perputaran piutang sebesar 0,710, nilai koefisien yang bertanda negatif artinya
diantara kedua variabel tersebut memiliki hubungan berbanding terbalik.
Peningkatan modal kerja pada perputaran kas akan tidak akan diikuti dengan
peningkatan modal kerja pada perputaran piutang, begitupun keadaan sebaliknya
jika modal kerja pada perputaran kas mengalami penurunan, maka modal kerja
pada perputaran piutang dapat akan mengalami peningkatan. Angka koefisien
korelasi 0,710 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal kerja
pada perputaran kas dengan perputaran persediaan berada dalam interval koefisien
0,60 – 0,799 yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan
97
signifikansi hubungan antara variabel perputaran kas dengan variabel perputaran
piutang adalah 0,007, artinya < 0,05 hubungan antara kedua variabel tersebut
signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara modal kerja pada
perputaran kas dengan perputaran piutang berbanding terbalik, signifikan dan
memiliki tingkat korelasi interval yang kuat.
Selanjutnya koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran kas
dengan perputaran persediaan sebesar 0,412, nilai koefisien yang bertanda positif
artinya diantara kedua variabel tersebut memiliki hubungan berbanding lurus.
Peningkatan modal kerja pada perputaran kas akan diikuti dengan peningkatan
modal kerja pada perputaran persediaan, begitupun keadaan sebaliknya jika modal
kerja pada perputaran kas mengalami penurunan, maka modal kerja pada
perputaran persediaanpun dapat mengalami penurunan. Angka koefisien korelasi
0,412 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal kerja pada
perputaran kas dengan perputaran persediaan berada dalam interval koefisien 0,40
– 0,599 yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Sedangkan signifikansi
hubungan antara variabel perputaran kas dengan variabel perputaran persediaan
adalah 0,162, artinya > 0,05 hubungan antara kedua variabel tersebut tidak
signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara modal kerja pada
perputaran kas dengan perputaran persediaan berbanding lurus, tidak signifikan
dan memiliki tingkat korelasi interval yang sedang.
Hubungan koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran piutang
dengan perputaran persediaan sebesar -0,508, nilai koefisien yang bertanda negatif
artinya diantara kedua variabel tersebut memiliki hubungan berbanding terbalik.
98
Peningkatan modal kerja pada perputaran piutang tidak akan diikuti dengan
peningkatan modal kerja pada perputaran persediaan, begitupun keadaan
sebaliknya jika modal kerja pada perputaran piutang mengalami penurunan, maka
modal kerja pada perputaran persediaan akan mengalami penurunan. Angka
koefisien korelasi -0,508 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara
modal kerja pada perputaran piutang dengan perputaran persediaan berada dalam
interval koefisien 0,400 – 0,599 yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang.
Sedangkan signifikansi hubungan antara variabel perputaran piutang dengan
variabel perputaran persediaan adalah 0,076, artinya > 0,05 hubungan antara
kedua variabel tersebut tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara modal kerja pada perputaran kas dengan perputaran persediaan
berbanding terbalik, tidak signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang
sedang.
Sedangkan koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran kas
dengan return on assets memiliki hubungan berbanding terbalik, hal ini
disebabkan nilai koefisienya – 0,672. Sehingga peningkatan modal kerja pada
perputaran kas tidak akan diikuti dengan peningkatan return on assets, begitupun
keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran kas mengalami penurunan,
maka return on assets dapat mengalami peningkatan. Angka koefisien korelasi
0,676 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal kerja pada
perputaran kas dengan return on assets berada dalam interval koefisien 0,600 –
0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan signifikansi
hubungan antara variabel perputaran piutang dengan variabel perputaran
99
persediaan adalah 0,012, artinya < 0,05 hubungan antara kedua variabel tersebut
adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara modal
kerja pada perputaran kas dengan return on assets berbanding terbalik, signifikan
dan memiliki tingkat korelasi interval yang kuat.
Selanjutnya pada koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran
piutang dengan return on assets memiliki hubungan berbanding lurus, hal ini
disebabkan nilai koefisienya 0,595. Sehingga peningkatan modal kerja pada
perputaran piutang akan diikuti dengan peningkatan return on assets, begitupun
keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran piutang mengalami
penurunan, maka return on assetspun akan mengalami penurunan. Angka
koefisien korelasi 0,595 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara modal
kerja pada perputaran piutang dengan return on assets berada dalam interval
koefisien 0,400 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang.
Sedangkan signifikansi hubungan antara variabel perputaran piutang dengan
variabel persediaan adalah 0,032, artinya < 0,05 maka hubungan antara kedua
variabel tersebut signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
modal kerja pada perputaran piutang dengan return on assets berbanding lurus,
signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang sedang.
Kemudian koefisien korelasi antara modal kerja pada perputaran persediaan
dengan return on assets juga memiliki hubungan berbanding terbalik, hal ini
disebabkan nilai koefisienya – 0,633. Sehingga peningkatan modal kerja pada
perputaran persediaan tidak akan diikuti dengan peningkatan return on assets,
begitupun keadaan sebaliknya jika modal kerja pada perputaran persediaan
100
mengalami penurunan, maka return on assets dapat mengalami peningkatan.
Angka koefisien korelasi 0,633 menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara
modal kerja pada perputaran persediaan dengan return on assets berada dalam
interval koefisien 0,600 – 0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat.
Sedangkan signifikansi hubungan antara variabel perputaran persediaan dengan
variabel return on assets adalah 0,020, artinya < 0,05 hubungan antara kedua
variabel tersebut adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara modal kerja pada perputaran persediaan dengan return on assets
berbanding terbalik, signifikan dan memiliki tingkat korelasi interval yang kuat.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) adalah nilai yang digunkan untuk melihat sejauh
mana model yang terbentuk dapat menjelaskan kondisi yang sebenarnya, nilai ini
merupakan ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi yang diperoleh dari
pendugaan data yang diobservasi atau diteliti. Koefisien determinasi berfungsi
untuk mengetahui besarnya persentase variabel terikat yaitu return on assets yang
dapat diprediksi dengan menggunakan vriabel bebas modal kerja pada perputaran
kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan, juga dapat digunakan untuk
menghitung besarnya pengaruh ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 4.22
Koefisien Determinasi Secara Simultan
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .816a .605 .553 .01640
a. Predictors: (Constant), PerputaranPersediaan, PerputaranPiutang, PerputaranKas
b. Dependent Variable: ROA
101
Berdasarkan nilai R Square pada tabel, besarnya koefisien determinasi
tersebut dihasilkan sebesar 0,605 atau 60,5%, artinya sumbangan pengaruh yang
diberikan variabel modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan terhadap variabel return on assets sebesar 60,5% dan
sisanya sebesar 39,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab lainnya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh modal kerja pada perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap variabel return on assets
adalah 60,5%, nilai R Square 6,5% mendekati angka 100% yang berarti tingkat
hubungannya adalah kuat.
4.2.2.2.4 Pengujian Hipotesis (Uji-F)
Uji-F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
atau variabel X1 yaitu perputaran kas, variabel X2 yaitu perputaran piutang dan
variabel X3 yaitu perputaran persediaan yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau Y yaitu
return on assets yang signifikan. Pengujian dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
1. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)
Ho : µ < 0 ; Tidak terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada
perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return
on assets.
Ha ; µ > 0; Terdapat pengaruh signifikan antara modal kerja pada perputaran
kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets.
102
2. Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5%
atau besarnya α adalah 0,05.
3. Mencari F tabel pada derajat derajat kebebasan (degree of freedom/df), dimana
F tabel dapat ditulis; F (α; df1, df2), df1 = k (k adalah banyaknya variabel
bebas) dan df2 = n-k-1 (n adalah banyaknya sampel). Sehingga df1= 3, df2=
13-3-1=9, maka F (0,05; 3; 9) adalah 3,86
4. Mencari F hitung menggunakan program SPSS
Tabel 4.23
Pengujian Hipotesis (Uji- F)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression .004 3 .001 4.600 .032b
Residual .002 9 .000
Total .006 12
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), PerputaranPersediaan, PerputaranPiutang, PerputaranKas
Pada tabel tersebut diketahui bahwa F hitung adalah 4,600 dengan nilai
signifikan 0,032.
5. Membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan ketentuan, jika F
hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak, sedangkan jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho
diterima.
Berdasarkan tabel tersebut F hitung adalah 4,600 sedangkan F tabel adalah
3,86. Sehingga F hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti,
terdapat pengaruh secara simultan antara modal kerja pada perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets.
103
Gambar 4.4
Uji F
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho Daerah penolakan Ho
F tabel (3,86) F hitung (4,600)
Dari gambar 4.4 tersebut dapat dilihat bahwa F hitung berada pada daerah
penolakan Ho, maka Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh signifikan secara
simultan antara modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan terhadap return on assets.
4.3 Pengolahan Data Penelitian
4.3.1 Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Kas terhadap Return on assets
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Kas adalah salah satu aktiva lancar yang mempunyai sifat paling likuid,
disebut paling likuid karena kas selalu siap untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan dalam jangka pendek. Sedangkan perputaran kas adalah seberapa
sering kas yang digunkakan untuk kegiatan operasi perusahaan jangka pendek
dapat berputar dalam satu tahun dan kembali lagi dalam bentuk kas.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa modal kerja
pada perputaran kas terhadap return on assets memberikan pengaruh negatif, hal
104
tersebut dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi yang bernilai negatif 0,672.
Koefisien korelasi -0,672 menunjukkan bahwa pengaruh dari modal kerja pada
perputaran kas terhadap return on assets adalah berbanding terbalik, artinya setiap
terjadi penambahan modal kerja pada perputaran kas akan menurunkan tingkat
return on assetsnya. Angka koefisien korelasi -0,672 juga menunjukkan hubungan
yang kuat dari pengaruh modal kerja pada perputaran kas terhadap return on
assets karena berada pada interval koefisien 0,600 - 0,799. Sedangkan koefisien
determinasi modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets adalah
45,1% yang artinya modal kerja pada perputaran kas berpengaruh terhadap return
on assets sebesar 45,7% dan sisanya sebesar 45,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya.
Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis (Uji t) yang digunakan untuk
membuktikan apakah variabel independen secara sendiri-sendiri (parsial)
mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Modal kerja pada perputaran
kas berpengaruh negatif terhadap return on assets, hal ini diketahui dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel, t hitung 3,001 dan t tabel 2,2010, maka t
hitung > t tabel, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti
bahwa terdapat pengaruh negatif antara perputaran kas dengan return on assets.
Pada tingkat signifikan diketahui 0,012 atau < 0,05 sehingga menunjukkan
hubungan antara modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets adalah
signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif yang
signifikan antara modal kerja pada perputaran ka terhadap return on assets.
105
Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung teori yang
menyatakan bahwa modal kerja pada perputaran kas terhadap return on assets
adalah berpengaruh positif seperti yang dikemukakan oleh Munawir, “Tingkat
likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat
perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya over investment dalam kas
dan berarti pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas
yang relatif kecil akan diperoleh perputaran kas yang relatif tinggi dan keuntungan
yang diperoleh akan lebih besar”.
Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa makin tinggi tingkat perputaran
kas maka makin tinggi pula keuntungan (return on assets) yang akan diterima
perusahaan. Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan teori, diduga karena over
investment dalam kas yang dapat dilihat dari grafik pertumbuhan kas yang meningkat
hal ini berarti perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas seperti yang dikatakan
oleh Munawir.
4.3.2 Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Return on
assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Piutang adalah penjualan barang secara kredit, dimana piutang tersebut akan
dilunasi pada waktu jatuh tempo yang telah disepakati. Sedangkan perputaran
piutang merupakan rasio yang mengukur seberapa cepat piutang peusahaan dapat
dilunasi dalam satu tahun.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja pada perputaran
piutang terhadap return on assets memberikan pengaruh negatif, hal tersebut
dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi 0,595 Koefisien korelasi 0,595
menunjukkan bahwa pengaruh dari modal kerja pada perputaran piutang terhadap
106
return on assets adalah berbanding lurus, artinya setiap terjadi penambahan modal
kerja pada perputaran piutang akan meningkatkan return on assetsnya. Angka
koefisien korelasi 0,595 juga menunjukkan hubungan yang sedang dari pengaruh
modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets karena berada pada
interval koefisien 0,400-0,599. Sedangkan koefisien determinasi modal kerja pada
perputaran piutang terhadap return on assets adalah 35,5% yang artinya modal
kerja pada perputaran piutang berpengaruh terhadap return on assets sebesar
35,5% dan sisanya sebesar 64,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
Dari hasil uji hipotesis (Uji t) diketahui bahwa modal kerja pada perputaran
piutang mempunyai pengaruh negatif terhadap return on assets. Hal ini diketahui
dengan membandingkan t hitung dengan t tabel, t hitung 2,458 dan t tabel 2,2010,
maka t hitung > t tabel, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki
arti bahwa terdapat pengaruh antara perputaran piutang dengan return on assets.
Pada tingkat signifikan diketahui 0,032 atau < 0,05 sehingga menunjukkan
hubungan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets
adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif yang
signifikan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return on assets.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja pada
perputaran piutang berpengaruh terhadap return on assets, sehingga penelitian ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa modal kerja pada perputaran piutang
terhadap return on assets adalah berpengaruh, seperti yang dikemukakan oleh
Munawir (2010:75) “makin tinggi rasio perputaran piutang menunjukkan modal
kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin
107
rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisis
lebih lanjut, mungkin karena ada bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif
atau mungkin ada perubahan dalam kebijakan pemberian kredit”.
4.3.3 Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Persediaan terhadap Return
on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Persediaan adalah barang yang akan dijual oleh perusahaan baik melalui
proses produksi maupun tidak. Perputaran persediaan adalah seberapa cepat
barang yang tersedia di gudang dapat berputar dalam satu tahun, dengan cara
menjual persediaan yang siap jual sehingga dapat menghasilkan keuntungan dan
dapat kembali menjadi kas.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja pada perputaran
persediaan terhadap return on assets memberikan pengaruh negatif, hal tersebut
dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi yang bernilai negatif 0,633. Koefisien
korelasi -0,633 menunjukkan bahwa pengaruh dari modal kerja pada perputaran
persediaan terhadap return on assets adalah berbanding terbalik, artinya setiap
terjadi penambahan modal kerja pada perputaran persediaan akan menurunkan
tingkat return on assetsnya. Angka koefisien korelasi -0,633 juga menunjukkan
hubungan yang kuat dari pengaruh modal kerja pada perputaran persediaan
terhadap return on assets karena berada pada interval koefisien 0,600-0,799.
Sedangkan koefisien determinasi modal kerja pada perputaran persediaan
terhadap return on assets adalah 40% yang artinya modal kerja pada perputaran
persediaan berpengaruh terhadap return on assets sebesar 40% dan sisanya
sebesar 60% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
108
Berdasarkan uji hipotesis (Uji t) diketahui bahwa modal kerja pada
perputaran piutang mempunyai pengaruh negatif terhadap return on assets. Hal ini
diketahui dengan membandingkan t hitung dengan t tabel, t hitung negatif 2,711
dan t tabel 2,2010, maka t hitung > t tabel, ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh antara perputaran persediaan
dengan return on assets. Pada tingkat signifikan diketahui 0,020 atau < 0,05
menunjukkan hubungan antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap
return on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap
return on assets.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja pada
perputaran persediaan berpengaruh negatif terhadap return on assets, sehingga
penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa modal kerja pada
perputaran persediaan terhadap return on assets adalah berpengaruh hal ini
dikemukakan oleh Agus Sartono (2008:444) “Apabila persediaan terlalu kecil
maka kegiatan operasi besar kemungkinan mengalami penundaan, atau
perusahaan beroprasi pada kapasitas yang rendah. Sebaliknya apabila persediaan
terlalu besar maka akan mengakibatkan perputaran persediaan yang rendah
sehingga return on assets perusahaan menurun”.
Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa makin rendah perputaran
persediaan maka makin rendah return on assetsnya, dan sebaliknya makin tinggi
perputaran persediaan maka maikn tinggi pula profiitabilitasnya. Hasil penelitian
yang tidak sejalan dengan teori, diduga karena berdasarkan annual report yang
109
diunggah dari webside resmi PT Indofood tahun 2010 terjadi inflasi yang
disebabkan oleh naiknya harga komoditas akibat kondisi cuaca yang kurang
menguntungkan. Sehingga persediaan perusahaan rendah yang pada akhirnya
menyebabkan kegiatan operasi besar kemungkinan mengalami penundaan, atau
perusahaan beroprasi pada kapasitas yang rendah seperti yang dikatakann oleh
Sartono.
4.3.4 Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan
Perputaran Persediaan secara Simultan terhadap Return On Assets PT
Indofood Sukses Makmur Tbk.
Return on assets adalah kemampuan modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba, yaitu
menggunakan rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar
tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan selama periode
tertentu.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja pada perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets
memberikan pengaruh yang signifikan, hal tersebut diketahui dengan besarnya
koefisien korelasi sebesar 0,816, nilai tersebut berada dalam interval koefisien
0,800 – 1,000 yang berarti tingkat hubungannya sangat kuat. Hasil penelitian ini
berarti modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran
persediaan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap return on assets. Dengan
koefisien determinasi sebesar 60,5%, sedangkan sisanya sebesar 39,5%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
110
Kemudian berdasarkan uji hipotesis (Uji F) menunjukkan bahwa F hitung
adalah 4,600 sedangkan F tabel 3,86. F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti, terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara modal
kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap
return on assets.
Berdasarkan teori telah diketahui bahwa modal kerja pada perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on assets adalah
berpengaruh hal ini dikemukakan oleh Martono dan D. Agus Harjito yang diambil
dari skripsi Temi Apriani (2002) “Investasi dimana biaya eksplisif pendanaan
jangka pendek lebih kecil dari pendanaan jangka panjang untuk mendukung
investasi dalam modal kerja, maka profitabiltas atau kemampuan memperoleh
laba perusahaan semakin besar”.
Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tidak sejalan,
karena hasil penelitian ini menunjukkan arah dari pengaruh modal kerja pada
perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap return on
assets adalah berbanding terbalik. Hal tersebut diduga di karenakan Return On
Asset pada PT Indofood Sukses Makmur dihasilkan dari Aktiva tetap, bukan dari
modal kerjanya. Sedangkan return on assets yang di dapatkan mungkin lebih
bersumber dari Retun On Sales atau Return On Equity.
111
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Kas terhadap Return on assets
PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Modal kerja pada perputaran kas memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap return on assets pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk., hal
tersebut dapat dilihat dari koefisien korelasi sebesar negatif 0,672, keadaan
ini menunjukkan modal kerja pada perputaran kas memiliki hubungan yang
kuat terhadap return on assets dan memiliki koefisien determinasi dengan
besar 45,1%. Sedangkan uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
antara perputaran kas dengan return on assets. Pada tingkat signifikan
diketahui 0,012 atau < 0,05, artinya hubungan antara modal kerja pada
perputaran kas terhadap return on assets adalah signifikan. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara modal kerja
pada perputaran kas terhadap return on assets.
2. Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Return on
assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Modal kerja pada perputaran piutang memberikan pengaruh yang signifikan
pada return on assets pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk., hal tersebut
112
dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi sebesar 0,595, keadaan ini
menunjukkan modal kerja pada perputaran piutang memiliki hubungan yang
sedang dan memiliki koefisien determinasi dengan besar 35,5%. Sedangkan
uji hipotesis menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara perputaran piutang
terhadap return on assets. Pada tingkat signifikan diketahui 0,032 atau < 0,05
artinya hubungan antara modal kerja pada perputaran piutang terhadap return
on assets adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara modal kerja pada perputaran piutang
terhadap return on assets.
3. Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Piutang terhadap Return on
assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Modal kerja pada perputaran persediaan memberikan pengaruh yang
signifikan kepada return on assets pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk.,
hal tersebut dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi sebesar negatif
0,633, keadaan ini menunjukkan modal kerja pada perputaran persediaan
memiliki hubungan yang kuat terhadap return on assets dan memiliki
koefisien determinasi dengan besar 40%. Sedangkan uji hipotesis
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara perputaran persediaan dengan
return on assets. Pada tingkat signifikan diketahui 0,020 atau < 0,05, artinya
hubungan antara modal kerja pada perputaran persediaan terhadap return on
assets adalah tidak signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara modal kerja pada perputaran persediaan
terhadap return on assets.
113
4. Pengaruh Modal Kerja pada Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan
Perputaran Persediaan secara Simultan terhadap Return on assets PT
Indofood Sukses Makmur Tbk.
Perputaran modal kerja pada perputaran kas, perputaran piutang dan
perputaran persediaan secara simultan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap return on assets PT Indofood Sukses Makmur Tbk., dengan
koefisien korelasi sebesar 0,778 nilai tersebut berada dalam interval koefisien
0,600 – 0,799, yang berarti tingkat hubungannya kuat. Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian koefisien determinasi menunjukkan besaran
60,5%. Dari hasil Uji F menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara
simultan. Maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja pada perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan berpengaruh
terhadap return on assets.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah dilakukan,
maka peneliti memberikan saran baik untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya
sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan dalam meningkatkan return on assets sebaiknya dapat
menggunakan asetnya seefektif mungkin, berdasarkan penelitian PT Indofood
Sukses Makmur Tbk., investasi pada perputaran modal kerja tidak
memberikan return on assets yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan semakin
114
tingginya tingkat perputaran modal kerja justru laba yang didapat perusahaan
semakin rendah.
2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menambah objek penelitian dengan
menggunakan populasi dan sampel agar hasil penelitian lebih signifikan serta
menggunakan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan model regresi, agar
dapat menghasilkan nilai parameter yang baik dan tidak terjadi penyimpangan
yang cukup serius sehingga hasil penelitian lebih dapat diandalkan.
115
DAFTAR PUSTAKA
Annual Report Laporan Tahun 2011 dan tahun 2012 PT Indofood Sukses Makmur
Tbk.
Apriani, Temi. 2007. Pengaruh Investasi dalam Aktiva Tetap dan Modal Kerja
terhadap Return on assets pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Periode
2001-2005. Program Studi Manajemen pada Fakultas Bisnis dan
Manajemem Universitas Widyatama: Bandung
Ardiyos. 2006. Kamus Standar Akuntansi. Citra Harta Prima: Jakarta
Baridwan, Zaki. 1984. Intermediate Accounting. BPFE (Badan Penerbitan
Fakultas Ekonomi) UGM: Yogyakarta
Brigham dan Housten. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Salemba
Empat: Jakarta
Hanafi, Mamduh. 2008. Manajemen Keuangan. UPP (Penerbitan dan Percetakan)
STIM YKPN: Yogyakarta
Harjito, Agus. 2011.dan Drs. Martono, SU, “Manajemen Keuangan”, Edisi ke 2,
Ekoniasia: Yogyakarta
http://google.com/laporan-keuangan-pt-indofood
Husnan Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
UPP STM YKPN: Yogyakarta
Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Laporan Keuangan Perusahaan
Food And Beverages PT. Indofood Sukses Makmur peiode 2000-2010
Kripsianti, Nita. 2013. Pengaruh Fixed Asset dan Net Working Capital terhadap
Return on assets PT Gudang Garam Tbk Periode 2000-2011. Program Studi
Manajemen pada Fakultas FISIP Universitas Islam Negeri: Bandung
Munawir. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Liberty: Yogyakarta
Nazir. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Bogor
Prihadi, Toto. 2010. Analisis Laporan keuangan (Teori dan Aplikasi). PPM (Pusat
Pengembangan Manajemen): Jakarta
Riyanto, Bambang. 2012. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, Edisi 4,
BPFE: Yogyakarta
116
Sartono, Agus. 2008. Manajemen dan Keuangan. BPFE: Yogyakarta
Subramanyaman dan Wild, John. Analisis Laporang Keuangan. Edisi 10.
Salemba Empat: Jakarta
Subramanyaman dan Wild, John. Analisis Laporang Keuangan. Edisi 10. Jilid 2
Salemba Empat: Jakarta
Sudjana. 2004. Statistika. Tarsito: Bandung
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung
Sugiyono. 2011, “Metode Penelitian Administrasi”, Alfabeta: Bandung
Sulaiman, Wahid. 2002. Jalan Pintas Menguasi SPSS 10. Andi Offset:
Yogyakarta
Tampubolon, P. Manahan, 2005. Manajemen Keuangan (Konseptual, Problem
dan Studi Kasus). Ghalia Indonesia: Bogor.
Wibowo, Agung E. 2012. Aplikasi Praktis SPSS dalam Penelitian. Gava Media:
Batam
Winarni, Sigit dan Sujana Ismaya. 2007. Kamus Besar Ekonomi, Cet 2 Pustaka
Grafika: Bandung