BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to...

48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geliat sejumlah partai politik mulai terlihat menjelang pemilihan umum yang akan bergulir pada tahun 2014 mendatang. Sejumlah partai yang telah lolos verifikasi KPU memulai meracik strategi guna pemenangan di pemilu mendatang. Pada awal tahun 2013 ini KPU telah menetapkan sebanyak 15 partai, yang terdiri dari 12 partai nasional dan 3 partai daerah Aceh sebagai perserta pemilu 2014 (KPU, 2013). Komunikasi dan strategi politik yang tepat menjadi keharusan setiap kontestan guna meraup suara terbanyak untuk memenangi pemilihan umum, implementasi keduanya (komunikasi dan strategi politik) tertuang dalam kebijakan kampanye partai yang akan dilakukan. Mengambil pengertian kampanye dari Stecce dalam Rice (1981) “Political campaigns are aimed at the mobilization of support for one’s cause or candidate” (Cangara, 2009: 275). Maka dari itu, strategi yang tercipta merupakan hasil perumusan yang terbaik, sehingga dapat tersampaikan dengan efektif kepada target dan berbuah pemberian suara. Sejumlah partai politik (parpol) yang lolos merupakan peserta dari pemilu sebelumnya yang diselenggarakan pada tahun 2009 yang telah mengalami penyederhanaan (pengurangan) dan penambahan partai baru. Partai Nasional 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geliat sejumlah partai politik mulai terlihat menjelang pemilihan umum yang

akan bergulir pada tahun 2014 mendatang. Sejumlah partai yang telah lolos verifikasi

KPU memulai meracik strategi guna pemenangan di pemilu mendatang. Pada awal

tahun 2013 ini KPU telah menetapkan sebanyak 15 partai, yang terdiri dari 12 partai

nasional dan 3 partai daerah Aceh sebagai perserta pemilu 2014 (KPU, 2013).

Komunikasi dan strategi politik yang tepat menjadi keharusan setiap

kontestan guna meraup suara terbanyak untuk memenangi pemilihan umum,

implementasi keduanya (komunikasi dan strategi politik) tertuang dalam kebijakan

kampanye partai yang akan dilakukan. Mengambil pengertian kampanye dari Stecce

dalam Rice (1981) “Political campaigns are aimed at the mobilization of support for

one’s cause or candidate” (Cangara, 2009: 275). Maka dari itu, strategi yang tercipta

merupakan hasil perumusan yang terbaik, sehingga dapat tersampaikan dengan

efektif kepada target dan berbuah pemberian suara.

Sejumlah partai politik (parpol) yang lolos merupakan peserta dari pemilu

sebelumnya yang diselenggarakan pada tahun 2009 yang telah mengalami

penyederhanaan (pengurangan) dan penambahan partai baru. Partai Nasional

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah baru

dalam perhelatan politik terbesar ini. Belajar dari pemilu 2009 lalu, nampaknya partai

politik saat ini tidak dapat menerapkan cara, metode, dan strategi kampanye yang

sama persis untuk diaplikasikan dalam kampanye pemenangan pemilu 2014.

Komunikasi politik parpol biasanya disampaikan melalui kampanye, baik

secara langsung maupun melalui saluran media. Secara langsung pesan politik partai

disampaikan ke masyarakat tanpa perantara, seperti menggunakan orasi terbuka

ataupun melalui penyuluhan. Melalui media partai politik menggunakan media

televisi untuk penyampaian iklan politik secara audio visual, melalui koran secara

visual, hingga yang terbaru para partai politik berlomba-lomba menggunakan jejaring

sosial seperti facebook, twitter, dan sebagainya untuk menjaring masa yang besar.

Banyaknya partai politik yang mengikuti kompetisi dalam pemilu legislatif

2009 lalu menjadi salah satu penyebab dari kegagalan partai politik atau elit politik

dalam menyampaikan pesan politik, memikirkan dan mencari jalan keluar bagi

masalah-masalah penting yang dihadapi bangsa. Strategi komunikasi yang dilakukan

partai menjadi minim pesan (isi) karena anggota parpol terjebak sendiri dalam

persaingan antar parpol, dan menjauh dari masyarakat yang mana sebagai voters.

Pertikaian antar elit lebih banyak mewarnai wajah perpolitikan Indonesia periode

pemilihan umum 2009 dari pada perdebatan untuk upaya pencarian jalan keluar bagi

persoalan bangsa .

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Kajian yang dilakukan oleh Dwi Tiyanto, Pawito, Pamela Nilan, dan Sri

Hastjarjo di Surakarta menjelang pemilihan umum legislatif 2009, misalnya,

menemukan kenyataan bahwa masyarakat pada dasarnya merasa kecewa atau tidak

puas terhadap kinerja partai politik dan kinerja elit politik. Ketidakpuasan yang

berkembang dalam masyarakat berkaitan dengan kinerja partai politik terutama

berkenaan dengan terbengkalainya sejumlah fungsi penting partai politik seperti

fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi rakyat, rekruitmen kepemimpinan, dan

fungsi sosial (Pawito, 2012 : 12).

Buruknya citra parpol menciptakan ketidakpuasan pada masyarakat yang

sejatinya merupakan objek sasaran strategi politik partai yang diharapkan akan

memberikan suara atau dukungan. Ketidakpercayaan di masyarakat semakin

meningkat, berbanding lurus dengan jumlah pemilih golongan putih (golput). Jumlah

golput dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini bisa dilihat dari data

Litbang Kompas mengenai pemilu dari tahun 1955-2004 yang memperlihatkan

bahwa trend golput semakin meningkat. Begitu juga pada pemilu 2009 jumlah golput

mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari KPU bahwa jumlah pemilih terdaftar

sebesar 171.265,441 sedangkan jumlah yang tidak memilih mencapai 49.667.075

atau sekitar 29,01% (Firmanzah, 2009 : 39).

Keberadaan pemilih seharusnya dijadikan subjek dan kontestan sebaiknya

menempatkan diri sebagai pelayan serta agen perubahan dan pembaharuan dalam

masyarakat. Pada kenyatannya hubungan antara partai politik dengan pemilih tidak

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dalam bentuk yang ideal. Bentuk pendekatan ideal secara dua arah yang

dikembangkan Gioia dan Chittipeddi (1991), menekankan pada hubungan antara

partai politik dengan masyarakat adalah hubungan iterasi, kedua pihak terlibat dalam

membangun pemahaman besama (Firmanzah, Marketing Politik : Antara Pemahaman

dan Realitas, 2007 : 77).

Dengan semakin terciptanya jarak antara elit dan masyarakat di dunia politik,

hiruk-pikuk dunia politik hanya berlangsung terbatas dalam tataran elit. Masyarakat

tidak melihat arti penting berpolitik. Bagi mereka, berpolitik hanya ajang perebutan

kekuasaan dan jarang sekali menyelesaikan permasalahan mereka. Akibatnya,

motivasi berpolitik pun memudar.

Ditambah masalah pada kepragmatisan dunia politik membuat prinsip serba

instan dan cepat menjadi prinsip utama. Semuanya dikarbit, calon dan partai baru

diorbitkan untuk menjadi cepat terkenal dan populer di kalangan masyarakat dan

media massa. Popularitas digunakan sebagai ukuran utama suatu keberhasilan. Orang

yang memiliki kualitas tetapi tidak dalam lingkaran kekuasaan pun disisihkan.

Sebaliknya, mereka yang berada dalam posisi pusat perhatian media massa seperti

penyanyi, pelawak, artis sinetron, pengamat, dan penyanyi menjadi rebutan partai-

partai politik.

Dengan semakin rumitnya permasalahan pilihan komunikasi politik partai,

maka partai politik dituntut untuk selalu kritis dalam menyampaikan pesan politik

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

guna pesan yang disampaikan mengenai substansi permasalahan yang ada di

masyarakat. Praktik penyampaian pesan dengan paksaan dan intimidasi sudah tidak

dapat digunakan dalam situasi dan kondisi sekarang ini. Masyarakat melihat

kapabilitas, reputasi, dan latar belakang kontestan sebelum menjatuhkan pilihannya.

Partai politik mulai mengubah paradigma terhadap masyarakat, dari hanya

objek menjadi subjek yang dapat dilibatkan dalam komunikasi dua arah saat

penyusunan kebijakan politik partai. Kesimpulan dari studi Fiorina (1981) dan serta

Enelow dan Hinich (1984) mempelajari tentang isu dan masalah dalam proses

pengambilan keputusan politik, kesimpulannya bahwa pemilih menaruh perhatiannya

yang sangat tinggi atas cara kontestan (partai politik atau calon pemimpin) dalam

menawarkan solusi sebuah permasalahan (Firmanzah, Marketing Politik : Antara

Pemahaman dan Realitas, 2007).

Buruh Sebagai Objek Kampanye Politik Partai

Jumlah angkatan kerja (buruh/pekerja) di Indonesia pada Agustus 2012

mencapai 118,0 juta orang, berkurang sekitar 2,4 juta orang dibanding angkatan kerja

Februari 2012 sebesar 120,4 juta orang atau bertambah sekitar 670 ribu orang

dibanding Agustus 2011 (BPS, 2012 : 1). Artinya lebih dari setengah dari jumlah

penduduk di Indonesia masuk dalam kelompok buruh. Maka dari itu kelompok buruh

adalah kelompok potensial bagi partai politik untuk menyusun strategi dan pesan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

politik dalam kampanye. Isu-isu sentral di tengah kaum buruh Indonesia diangkat dan

dituangkan dalam kampanye partai yang telah dikemas dalam bentuk kebijakan.

Kebijakan yang dirumuskan pun sifatnya transaksional diantara buruh dan partai,

solusi permasalahan buruh dituangkan dalam janji-janji partai yang mana janji

tersebut dapat terlaksana manakala ditukar dengan suara yang dapat diberikan oleh

kaum buruh.

Menjadikan kaum buruh sebagai objek kampanye / komunikan dalam

komunikasi politik partai bukan lah hal yang baru. Isu-isu sentral seperti upah buruh,

sistem kerja outsourcing, hingga THR merupakan isu yang dibungkus dalam janji

politik yang disampaikan oleh partai politik. Tidak hanya itu, kaum buruh pun

dilibatkan dalam berbagai iklan partai politik. Salah satu iklan politik yang dilakukan

oleh Ketua Partai Gerindra, Prabowo Subianto di iklan politiknya tahun 2009 dimana

dalam iklan tersebut melibatkan buruh tani HKTI (Himpunan Kelompok Tani

Indonesia).

Sebelumnya juga partai-partai politik telah menjadikan banyak serikat buruh

sejenis, dan menggunakan serikat buruh itu sebagai organisasi-front (barisan depan)

untuk membantu partai-partai itu dalam kampanye-kampanye politik mereka. Serikat

buruh melakukan jasa-jasa penting bagi pengaruh mereka. Mereka mengorganisasi

rapat-rapat politik dan demonstrasi kekuatan dan kekuasaan lainnya. Konsep-konsep

serikat-serikat buruh sebagai organisasi massa dan sebagai sekolah-sekolah itu sendiri

melayani tujuan ini (Tejakusuma, 2008 : 154).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Namun jika menengok pada partisipasi buruh pada pemilu tahun 2009,

partisipasi buruh belum dikatakan maksimal. Hasil survei Organisasi Pekerja Seluruh

Indonesia (OPSI) bertajuk “Orientasi Politik Buruh dalam Pemilu Legislatif 2009”

menunjukkan, mayoritas buruh tidak mengetahui keberadaan partai politik, mayoritas

buruh tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik terkait visi, misi dan program

(platform) partai politik, dan mayoritas buruh masih menghendaki SB tidak terlibat

dalam urusan politik praktis (Launa, 2011 : 11). Survei ini memberi gambaran awal

kepada kita bahwa tingkat pengetahuan, kesadaran, dan partisipasi politik buruh

masih terbilang rendah; belum mampu memaksimalkan ruang demokratisasi politik

yang tersedia sebagai arena penting perjuangan struktural buruh di pentas politik

negara.

Sejak konferensi International Labour Organization (ILO) yang menghasilkan

ratifikasi kebijakan No.87 tentang serikat pekerja, ikatan buruh semakin kuat melalui

organisasi-organisasi pergerakan yang sebelumnya di era Orde Baru sangat dibatasi.

Melalui ratifikasi tersebut buruh di Indonesia seharusnya serikat pekerja semakin

memiliki nilai tawar terhadap partai politik untuk mengatur kebijakan tentang

ketenagakerjaan. Seperti yang diharapkan dari konvesi ILO terakhir pada tahun 2009

yang menyatakan bahwa: To the extent that this proves successful, trade unions will

be better positioned to use collective bargaining (and other tools) in support of a

wage-led recovery that produces environmentally sustainable prosperity, social

justice and gender equality (Curniah, 2009:6).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Dalam perjalanannya serikat buruh semakin tidak memiliki posisi tawar yang

kuat terhadap partai politik di parlemen. Kondisi tersebut dapat dilihat dari dua sudut

pandang, secara interen serikat buruh sendiri keanggotaannya terpecah dimana

banyak buruh yang memilih untuk bergabung dengan beragam partai; juga ditambah

banyak anggota buruh yang memilih untuk tidak bergabung dengan partai politik.

Dari sudut pandang lain posisi tawar antara buruh dan parpol merupakan dua

kelompok masa yang tersekat. Ketidakhadiran anggota buruh di parlemen menjadikan

posisi tawar terhadap kebijakan ketengakerjaan menjadi berat sebelah. Hal tersebut

yang kemudian kemungkinan menjadi penyebab banyaknya anggota dari serikat

pekerja lebih memilih sikap apolitis daripada ikut terlibat tawar-menawar kebijakan

dengan partai politik. Jika merujuk pada keberadaan Partai Buruh Australia (ALP)

dapat dilihat bahwa keberadaan kaum buruh di parlemen dan menjadi bagian dari

parpol sangat memberikan pengaruh; dimana akan sangat banyak posisi yang dapat

dikelompokkan dan diatur sesuai proporsi yang diinginkan (Leigh, 2009:428).

Serikat Pekerja Nasional (SPN) Sebagai Salah Satu Serikat Buruh di Indonesia

dan Persepsi terhadap Partai Politik

Sebagai benteng dan upaya yang lebih solid bagi kaum buruh, khususnya

buruh di bidang tekstil, sandang, karet dan kulit untuk melakukan tawar menawar

politis, melindungi hak dan kepentingan buruh maka pada tanggal 6 Juni 2003 di

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Yogyakarta berdirilah Serikat Pekerja Nasional (SPN). Organisasi ini mulanya

bernama Federasi Serikat Pekerja Tekstil, Sandang dan Kulit (F.SPTSK) yang

bergerak dibawah organisasi induk buruh yaitu Serikat Pekerja Seluruh Indonesia

(SPSI).

Keberadaan SPN khususnya di Kota Salatiga merupakan benteng perisai

pekerja terhadap partai politik di Kota Salatiga. Sebagai komunikator, SPN Kota

Salatiga berusaha menyuarakan kepentingan, hak-hak, dan tuntutan sejumlah buruh

anggota serikat pekerja. Sebaliknya sebagai komunikan SPN menerima segala bentuk

kebijakan yang dikeluarkan partai politik melalui anggota parlemen; dan juga

menerima segala bentuk pesan parpol yang ditujukan kepada SPN misal menjelang

pemilihan umum. Bentuk-bentuk komunikasi politik antara SPN Kota Salatiga

dengan Parpol seperti rekruitmen sejumlah anggota SPN kedalam parpol, diskusi

publik yang dilakukan menjelang pemilu, somasi yang dilakukan bagian advokasi

SPN terhadap DPRD Kota Salatiga, bentuk aksi hari buruh, dan sebagainya

merupakan produk komunikasi politik antara keduanya.

Jika dilihat secara geografis, Salatiga sendiri termasuk dalam salah satu

lempeng area pusat industri Jawa Tengah dimana daerah sekitarnya yaitu Kab.

Semarang dan Kab. Boyolali yang merupakan daerah industri padat karya juga

memberikan dampak yang signifikan terhadap keberadaan serikat pekerja kota

Salatiga, sehingga SPN Kota Salatiga sendiri selalu terlibat dalam upaya

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

perlindungan buruh dikawasan tersebut salah satunya turut serta dalam menuntut dan

memberikan usulan nilai UMK ke pemerintah Provinsi.

Meski posisi tawar antara partai politik maupun pemerintah dengan buruh

terus tumbuh terjalin, namun ditingkat pengurus pusat pun masih ada yang memilih

sikap apolitis terhadap partai politik. Jika dilihat dari level komunikasinya,

bahwasanya komunikasi organisasi (serikat pekerja) seharusnya memiliki satu

kesamaan visi dan pandangan terhadap partai politik, namun pada kenyataannya

anggota SPN Kota Salatiga sendiri terpecah menjadi anggota pro partai politik dan

non-partai politik, keberagaman sikap yang ditunjukan anggota didalam satu induk

organisasi disebabkan oleh perbedaan persepsi yang menyebabkan perbedaan

pengambilan keputusan.

Melihat celah permasalah internal yang ditinjau secara komunikasi organisasi

bahwa komunikasi internal tidak berjalan dengan baik – karena perbedaan visi

(pandangan) terhadap partai politik – maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana

persepsi dari anggota khususnya pengurus Serikat Pekerja Nasional (SPN) Kota

Salatiga. Diketahuinya perbedaan persepsi tersebut diantara buruh dipandang peneliti

dapat menjadi pijakan awal Serikat Pekerja untuk membangun persamaan

(pandangan) tentang partai politik.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

1.2. Rumusan Masalah

Melihat komunikasi politik yang dilakukan antara Serikat Pekerja Nasional

(SPN) sebagai komunikan terhadap Partai Politik sebagi komunikator yang memiliki

hubungan erat dibidang industrial, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

Bagaimanakah persepsi anggota Serikat Pekerja Nasional (SPN) kota Salatiga

SPN terhadap partai politik peserta Pemilihan Umum 2014?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anggota Serikat

Pekerja Nasional (SPN) Kota Salatiga terhadap partai politik peserta Pemilihan

Umum 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis penelitian ini adalah:

a. Dari hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian-

penelitian selanjutnya yang sejenis dan dapat dikaji secara mendalam,

serta menjadi bagian dari hasanah pengetahuan sehingga dapat menambah

pengetahuan.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini merupakan pengetahuan dan

pengalaman dalam mengkaji tentang persepsi yang ada pada buruh

khususnya anggota/pengurus Serikat Pekerja Nasional (SPN) terhadap

partai politik peserta Pemilihan Umum 2014.

Manfaat praktis penelitian ini adalah :

a. Bagi kalangan politisi partai politik, hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan untuk menyusun strategi kampanye dan pendekatan yang tepat

terhadap kaum buruh, khususnya buruh anggota Serikat Pekerja Nasional

(SPN) Kota Salatiga.

b. Bagi kalangnana buruh sendiri, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

membuat kebijakan di dalam internal dalam upaya konsolidasi organisasi

buruh menjadi lebih kondusif khususnya Serikat Pekerja Nasional (SPN)

Kota Salatiga.

1.5. Tinjauan Pustaka

A. Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh

kehidupannya sebagai individu dalam kelompok sosial, organisasi, maupun

masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia berinteraksi, membangun

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

relasi dan transaksi sosial dengan orang lain. Interaksi itu lah yang mana merupakan

bentuk/upaya untuk memenuhi kebutuhan dari manusia itu sendiri. Itulah sebabnya

manusia tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, kelompok, komunitas,

organisasi dan publik, maupun komunikasi massa.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata

latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama

disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 1990 : 9). Jika dua orang atau lebih

terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi

akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan mana mengenai apa yang

dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum

tentu menimbulkan kesamaan makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Sehingga

proses komunikasi yang komunikatif dapat dilatar belakangi oleh berbagai hal, salah

satunya adalah kesamaan bahasa antar pelaku komunikasi.

“Communication as an act of establishing contact between a sender and

receiver, with the help of a message; he sender and receiver some common

experience which meaning to the message encode and senth by the sender and

received an decoder by the receiver.” (Komunikasi sebagai tindakan mengadakan

kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan; pengirim dan penerima

memiliki beberapa pengalaman umum yang memberi arti pada pesan sandi dan

dikirimkan oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima) (Sutarto,

1991 : 12).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis

untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan

pendapat dan sikap. Definis Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi

ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan

pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam

kehidupan sosial dan kehidupan poitik memainkan peranan yang sangat penting.

(Effendy, 1990 : 10).

Carl I. Hovland juga mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah

perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other

individualis). Akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau

perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa

merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.

Persaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan,

keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. (Effendy, 1990 :

11)

Proses komunikasi secara umum adalah proses penyampaian pikiran dan atau

perasaan sesorang kepada orang lain menggunakan lambang (symbol) sebagai media.

Lambang sebagai media pada umumnya dalam proses komunikasi adalah bahasa,

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang akan diterjemahkan dan dimengerti

oleh pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang

paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah

sebagai simbol yang mampu menerjemahkan ke pikiran orang lain. Apakah itu

berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal yang kongret maupun yang

abstrak, bukan saja hal atau peristiwa yang terjadi sekarang, melainkan juga pada

waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

Dari beberapa definisi diatas, kita dapat mengatakan bahwa komunikasi

sebagai suatu aktivitas manusia selalu melibatkan:

1. Sumber komunikasi

2. Pesan komunikasi berbentuk verbal dan non verbal

3. Media atau saluran sebagai sarana – wadah, tempat pesan atau rangkaian

pesan dialihkan.

4. Cara alat, atau metode untuk memindahkan pesan.

5. Proses Komunikasi, yakni proses satu arah, interaksi, dan proses transaksi.

(Liliweri, 2007 : 5)

Komunikasi diadakan karena secara sadar/tidak sadar orang menginginkan

mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dapat merupakan tujuan pribadi tetapi dapat juga

merupakan tujuan kelompok atau masyarakat luas. Tujuan dari komunikasi adalah

selalu untuk mengadakan situasi yang menguntungkan komunikator demi terwujudn

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

ya suatu tujuan atau harapan. Karena itu, suatu kegiatan komunikasi yang mengetahui

lingkup referensi dan luas pengalaman, membuka jalan untuk memperhitungkan

sebelumnya bagaimana reaksi komunikan terhadap pesan yang akan dilancarkan.

Setiap proses komunikasi pasti disertai dan dilatarbelakangi oleh hakikat dan

tujuan komunikasi, dapat dikatakan bahwa tujuan komunikasi umumnya ada empat,

yaitu:

1. Komunikasi bertujuan untuk mengirimkan informasi. Jika komunikator

mengirimkan pesan, maka diharapkan agar komunikan mengetahui pesan

tersebut.

2. Komunikator mengirimkan pesan yanag bernuansa pendidikan, dan

diharapkan komunikan dapat belajar dari informasi yang telah diterima

3. Komunikator mengirimkan pesan bernuansa hiburan, dan diharapkan

komunikan dapat menikmati informasi yang telah dia terima.

4. Komunikator mengirimkan pesan, baik sebagai informasi, pendidikan, dan

hiburan, untuk memengaruhi sikap komunikan. (Liliweri, 2007 : 215)

Setiap proses komunikasi didasarkan pada pemikiran dan harapan akan

keuntungan (Expectation of reward), disamping itu telah dilihat pula, bahwa nilai

komunikasi tergantung juga dari pemberian makna tetapi juga apakah lambang itu

dipahami. Selain dari itu, setiap anjuran (melalui public communication ataupun baru)

akan menghasilkan suatu pengelompokan baru apabila yang diminta adalah

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

keputusan yang didukung oleh masyarakat. Maka akan terbentuk dua kelompok

masyarakat yang pro dan anti, perbedaan penafsiran pesan komunikasi membuat

sekat antar individu maupun kelompok, sehingga seroang individu perlu melakukan

pengambilan keputusan berdasarkan latarbelakang (pengalaman) dan pemaknaan

pesan.

Laswell pernah memberikan gambaran tentang proses komunikasi yang

dipaparkan dengan kalimat : “Who Says What In Which Channel To Whom With

What Effect” (Effendy,1990:10) yang mana dalam paradigma tersebut dilihat dari 5

unsur komunikasi yaitu komunikator sebagai pihak pengirim pesan, pesan itu sendiri

yang berisi muatan isi atau maksud, saluran atau media yang digunakan untuk

menyampaikan, komunikan sebagai penerima pesan, dan terakhir efek yang

ditimbulkan oleh pesan yang telah sampai. Jika melihat pada formula Laswell,

penelitian ini menfokuskan pada studi tentang khalayak sebagai komunikan atau

penerima pesan. Dalam penelitian ini khalayak yang menjadi sumber data adalah

anggota serikat pekerja yang berposisi sebagai stakeholder dalam kepengurusan yang

terdiri dari pengurus non parpol dan pengurus anggota parpol.

B. Komunikasi Politik

Komunikasi merupakan aktivitas utama dalam kehidupan manusia, dalam

rangka menjalin hubungan dengan individu lain, komunikasi menjadi instrumen

penting untuk menjalin sebuah ikatan; juga dalam lingkungan politik manusia,

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

komunikasi memiliki peranan yang cukup sentral. Tidak hanya tampil dalam bentuk

aksi protes menuntut hak yang terampas maupun menyuarakan aspirasi, namun lebih

luas dari itu dalam komunikasi politik dapat juga berupa debat dalam sidang

parlemen, pidato, rapat, kampanye, dan perundingan atau negosiasi.

Definisi komunikasi didefinisikan oleh Meadow yang menyebutkan bahwa

“political communication refers to any exchange of symbols or messages that to a

significant extent have been shaped by or have consequences for political system”

(Cangara, 2009:35). Pandangan Meadow dapat disimpulkan bahwa proses

komunikasi politik merupakan pertukaran simbol yang memiliki konsekuensi untuk

sistem politik, termasuk konten pesan yang disampaikan memiliki muatan politik.

Kampanye misalnya merupakan salah satu bentuk komunikasi politik yang

dilakukan seseorang atau sebuah partai politik. Melalui kampanye kontestan memiliki

kesempatan untuk memprosmosikan dan mengkomunikasikan ide dan inisiatif

politik. Masing-masing kontestan saling berlomba untuk menawarkan produk politik

yang menarik. Praktik paksaan dan intimidasi sudah tidak dapat digunakan dalam

situasi dan kondisi sekarang ini. Masyarakat melihat kapabilitas, reputasi, dan latar

belakang kontestan sebelum menjatuhkan pilihannya.

Menurut McQuaill menyatakan bahwa komunikasi politik adalah semua

proses penyampaian informasi, termasuk fakta, pendapat, keyakinan-keyakinan dan

seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

partisipan dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat melembaga (Pawito,

2008 : 2).

Dalam komunikasi politik juga dimasudkan untuk menciptakan image

(poisitioning) di tengah masyarakat. Positioning yang jelas tentang image politik

akan dapat memudahkan masyarakat dalam memilih partai politik yang sesuai

berdasarkan ideologi dan pogram kerja yang mereka tawarkan. Kegagalan suatu

partai untuk membentuk image yang kuat dalam benak masyarakat berarti

menyulitkan masyarakat untuk mengidentifikasi partai politik tersebut, karena tidak

ada satu image menonjol yang tekekam dalam masyarakat.

Perkembangan zaman membawa perubahan pola komunikasi politik di

Indonesia. Pola komunikasi satu arah saat ini kurang dapat diaplikasikan dalam kasus

antara buruh dengan pemerintah atau partai politik. Khalayak (buruh) meminta

dilibatkan dalam setiap pembuatan kebijakan politik, artinya komunikasi dua arah

menjadi tuntutan – meskipun hingga saat ini aplikasinya komunikasi dua arah belum

dapat dilihat.

Komunikasi politik menurut Mansfield dan Weaver memiliki beberapa unsur,

yakni :

a. Komunikator Politik

Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai politik, melainkan juga

lembaga pemerintah legislatif dan eksekutif. Dengan demikian sumber atau

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi

tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik.

b. Pesan Politik

Pesan politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun

tidak tertulis, baik secara verbal maupun non-verbal, tersembunyi maupun

terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya

mengandung bobot politik.

c. Media Politik

Saluran atau media politik adalah alat atau sarana yang digunakan oleh para

komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya.

d. Komunikan (Target Politik)

Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberikan

dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau kandidat

dalam Pemilihan Umum.

e. Efek Komunikasi Politik

Efek dari komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman

terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya

akan bermuara pada pemberian suara (vote) dalam pemilihan umum.

(Cangara, 2009: 37)

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Sedangkan menurut McNair komunikasi politik memiliki beberapa fungsi,

yaitu:

a. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di sekitarnya.

Disini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi

monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.

b. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikansi fakta yang ada. Di sini

para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga berusaha membuat

liputan yang objektif (objective reporting) yang bisa mendidik masyarakat

luas.

c. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah

politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini publik, dan

mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian,

bisa memberi artai dan nilai pada usaha penegakan demokrasi.

d. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga-lembaga

politik. Disini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga (watchdog)

sebagaimana pernah terjadi dalam kasus mundurnya Nixon sebagai Presiden

Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.

e. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai saluran

advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan program-program lembaga

politik dapat disalurkan kepada media massa. (Cangara, 2009)

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Salah satu praktik komunikasi politik adalah melalui kampanye. Di Indonesia

kampanye sering diartikan sebagai pawai motor, pertunjukan hiburan oleh para artis,

pidato berapi-api dari para juru kampanye penuh propaganda, dan saling ledek

dengan saingan lain. Kampanye adalah aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk

memengaruhi orang lain agar ia memiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuai dengan

kehendak atau keinginan penyebar atau pemberi informasi (Cangara, 2009:276).

Keberhasilan komunikasi ataupun kampanye dapat dikatakan lancar, wajar, dan sehat

manakala sistem politik akan mencapai tingkat responsif yang tinggi terhadap

perkembangan aspirasi dan kepentingan sesuai dengan tuntutan zaman (Cangara,

2009:17).

C. Persepsi

Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik fisik maupun

lingkungan sosial. Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula indidvidu langsung

berhubungan dengan dunia luarnya. Sejak itu pula individu menerima langsung

rangsangan dari luar dirinya. Dalam rangka individu megnenali stimulus merupakan

persoalan yang berkaitan dengan persepsi.

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses

tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi merupakan inti komunikasi,

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

sedangkan penafsiran (intepretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan

penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2000 : 167).

John R. Wenburg dan William W. Wilmot mendefinisikan persepsi sebagai

cara organisme memberi makna. Sejalan dengan definisi John dan William, Rudolph

F. Vedderber juga mendefinisikan persepsi sebagai proses menafsirkan informasi

indrawi, atau J. Cohen: “Perespsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna sensasi

sebagai representatif objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak

mengenai apa yang ada di luar sana. Persepsi disebut inti komunikasi” (Mulyana,

2000). Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak

mungkin kita berkomnikasi dengan efektif.

Keneth K Sereno dan Edward M. Mudaken, juga Judy C. Pearson dan Paul E.

Nelson, menyebutkan bahwa persesi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu: seleksi, organisai

dan interpretasi . Yang dimaksud dengan seleksi sebenarnya mencakup sensasi dan

atensi, sedangkan organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan

sebagai “meletakkan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi

suatu keseluruhan yang bermakna” (Mulyana, 2000 : 169).

Tahap terpenting dalam persepsi adalah intepretasinya atas informasi yang

kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Namun kita tidak dapat

menginterpretasikan makna setiap obyek secara langsung, melainkan

menginterpretasikan makna informasi yang dipercaya mewakili objek terebut. Jadi

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek

yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagian atau tampaknya obyek

tersebut.

Persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi, maka seluruh apa yang ada

dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka

acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam

persepsi tersebut. Davidof (1981) mengeemukakan bahwa dalam persepsi itu

sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan

berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi

antar individu satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut

memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual (Walgito, 2003

: 45).

Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi dua, persepsi terhadap objek

lingkungan fisik dan persepsi terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia lebih sulit

dan kompleks, karena manusia baersifat dinamis. Persepsi yang kita bahas dalam

penelitian ini adalah persepsi terhadap manusia, sering juga disebut persepsi sosial.

Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi sosial. Perbedaan

tersebut mencakup hal-hal berikut:

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

a. Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi

terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan non verbal. Orang lebih

aktif daripada kebanyakan objek dan lebih sulit diramaikan

b. Persepsi terhadap objek menaggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi

terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif,

harapan, dan sebagainya). Kebanyakan objek tidak bereaksi, sedangkan

manusia bereaksi. Dengan kata lain objek bersifat statis, sedangkan manusia

bersifat dinamis. Oleh karena itu persepsi terhadap manuasia dapat berubah

dari waktu ke waktu (Mulyana, 2000 : 181).

Dalam prosesnya, terdapat dua hal yang mempengaruhi aktivitas persepsi,

yaitu :

a. Stimulus

b. Lingkungan

Stimulus berarti rangsangan yang didapat oleh individu, jika rangsangan

(stimulus) yang didapat kuat, maka aktivitas persepsi akan berlangsung dengan baik

sehingga menimbulkan kesadaran bagi individu yang mempersepsi. Sedangkan

lingkungan merupakan faktor eksternal dari luar diri individu, lingkungan eksternal

berupa lingkungan sosial dimana juga akan mempengaruhi aktivitas persepsi itu

sendiri.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Menurut Tagiuri dalam Lindzey dalam Aronson (1975) persepsi sosial

merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui mengintepretasikan dan

mengevaluasi orang lain yang dipersepsi , tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan

keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk

gambaran mengenai orang yang dipersepsi (Walgito, 2003 : 47)

Persepsi sosial adalah proses menangkap arti obyek-obyek sosial dan

kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat

emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. R.D. Laing

mengatakan, “manusia selalu memikirkan orang lain dan apa yang orang lain pikirkan

tentang dirinya, dan apa yang orang lain pikirkan mengenai apa yang ia pikirkan

mengenai orang lain itu, dan seterusnya” (Mulyana, 2000 : 175).

Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di

sekelilingnya. Beberapa prisip penting mengenai persepsi sosial yang menjadi

pembenaran atas perbedaan persepsi sosial ini adalah :

a. Persepsi berdasarkan pengalaman

Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan reaksi

mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa

lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Bila

berdasarkan pengalaman kita sering melihat bahwa suatu objek diperlakukan

dengan cara tertentu yang lazim, kita mungkin akan bereaksi lain terhadap

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

cara baru memperlakukan objek tersebut, berdasarkan persepsi kita yang lama

itu.

b. Persepsi bersifat selektif

Banyak dorongan rangsangan indrawi yang selalu ada dihadapan kita.

Karena itu seitap manusia berusaha untuk mengeleminasi dan memperhatikan

rangsangan tertentu saja. Atensi merupakan penentu selektivitas atas banyak

rangsangan tersebut. Atensi ditentukan oleh :

Internal (faktor biologis seperti lapar, haus dan sebagainya), fisiologis

(ukuran tubuh, kondisi kesehatan, juga faktor sosial budaya seperti

gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, peranan,

status sosial, dan pengalaman masa lalu, kebiasaan, dan faktor

psikologis). Juga penghargan merupakan atensi internal yang

mempengaruhi persepsi seseorang

Eksternal, dipengaruhi atribut-ataribut seperti gerakan, intensitas,

kontras, kebaruan, dan perulangan objek yang dipersepsi (Mulyana,

2000 : 175-176).

Situasi sosial juga ikut berperan dalam mempersepsi sesorang, bila situasi

sosial yang berlatarbelakang berbeda, hal tersebut akan dapat membawa perbedaan

hasil persepsi seseorang. Orang yang biasa bersikap keras, tetapi karena situasi

sosialnya tidak memungkinkan untuk menunjukan kekerasan, hal tersebut akan

membuat individu berubah dalam menerima respon dan dalam memilih persepsi.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Keadaan tersebut dapat mempengaruhi dalam sesorang berperan sebagai stimulus

person. Kedaan sosial yang melatarbelakangi stimulus individu mempunyai peran

yang penting dalam persepsi, khususnya persepsi sosial.

D. Partai Politik

Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok

yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-

cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan

merebut kedudukan politik yang umumnya dilakukan dengan cara sesuai aturan dan

norma yang berlaku dalam kelompok untuk melaksanakan kebijaksanaan-

kebijaksanaan mereka.

Carl J. Friedrich mendefinisikan tentang partai politik sebagai “sekelompok

manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mepertahankan

penguasaan terhadap pemerintah bagi pemimpinan partainya dan, berdasarkan

penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil

maupun kelas materiil.” (A Political party is a group of human beings, stably

organized with the objective of securing or maintaining for its leaders the control of a

goverment, with the further objective of giving to members of the party, through such

control ideal and material benefits and advantages) (Budiarjo, 1982 : 161).

Maka dari itu partai politik dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang

terorganisir serta berusaha untuk mengendalikan pemerintahan supaya dapat

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

melaksanakan program-programnya dan menempatkan atau mendudukkan anggota-

anggotanya dalam jabatan pemerintahan; partai politik berusaha untuk memperoleh

kekuasaan dengan dua cara yaitu ikut serta dalam pelaksanaan pemerintahan secara

sah, dengan tujuan bahwa dalam pemilihan umum memperoleh suara mayoritas

dalam badan legislatif, atau mungkin bekerja secara tidak sah atau secara subversif

untuk memperoleh kekuasaan tertinggi dalam negara yaitu melalui revolusi.

Perlu diterangkan bahwa partai berbeda dengan gerakan (movement). Suatu

gerakan merupakan kelompok-kelompok atau golongan yang ingin mengadakan

perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga politik atau kadang-kadang ingin

menciptakan suatu tata masyarakat yang baru sama sekali, dengan memakai cara-cara

politik. Dibanding dengan partai politik, gerakan memiliki tujuan yang lebih terbatas

dan fundamentil sifatnya, dan kad ang-kadang malahan bersifat ideologi (Budiarjo,

1982 : 162). Organisasi dalam gerakan biasnya kurang ketat dibandingkan dengan

partai politik. Berbeda dengan partai politik, gerakan sering tidak mengadukan nasib

dalam pemilihan umum.

Suatu peranan yang sangat diharapkan dari partai politik di negara-negara

berkembang adalah sebagai sarana untuk mengembangkan integrasi nasional dan

memupuk identitas nasional, karena negara-negara baru sering dihadapkan pada

masalah bagaimana mengintergrasikan berbagai golongan, daerah serta suku bangsa

yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya menjadi satu bangsa (Budiarjo,

PARTISIPASI DAN PARTAI POLITIK : Sebuah Bunga Rampai, 1998 : 23).

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Salah satu fungsi partai politik adalah untuk memadukan pikiran politik,

supaya pikiran, bahasa, tindakan, dan orang-orang didalam organisasi politik itu

sendiri bersatu. Kepentingan rakyat sangat berbeda-beda, tetapi pada umumnya

kepentingan mereka itu dapat dikelompokkan menjadi kepentingan politik, sosial,

ekonomi, dan budaya. Kepentingan-kepentingan ini oleh partai politik harus dapat

diperjuangkan (Sukarna, 1979 : 95).

Partai politik memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik

Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat

dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga

kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Maka perlu

penampungan dan pengabungan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada.

Proses ini dinamakan “penggabungan kepentingan” (agregasi kepentingan)

dan kemudian seteleh digabung kepentingan dirumuskan menjadi interest

articulation.

Di pihak lain partai politik berfungsi juga untuk memperbincangkan dan

meyebarluaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah. Kadang –kadang

partai politik bagi pemerintah bertindak sebagi alat pendengar, sedangkan

partai warga masyarkakat sebagai pengeras suara.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

b. Partai sebagai sarana sosialisasi politik

Partai politik juga memainkan peranan sebagai sarana sosialisasi politik. Di

dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai proses melalui mana

seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang

umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada. Biasanya proses

sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa kanak-kanak hingga

dewasa. Disamping itu sosialisasi politik juga mencakup proses melalui mana

masyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Untuk itu partai berusaha menciptakan “image” bahwa ia

memeprjuangkan kepentingan umum.

c. Partai Politik sebagai saran rekruitmen politik

Partai politik juga berfungsi untuk mengajak orang yang berbakat untuk turut

aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Dengan demikian partai

turut memperluas partisipasi politik. Caranya ialah melalui kontrak pribadi,

persuasi dan lain-lain. Juga diusahakan untuk menarik golongan muda untuk

dididik menjadi kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan

lama.

Rekruitmen politik adalah proses melalu mana partai mencari anggota baru

dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Rekruitmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai, sekaligus

merupakan salah satu cara untuk menyeleksi calon-calon pemimpin.

d. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik

Dalam suasana demokrasi, partai poltik sering dilihat bahwa fungsi-fungsi

tersebut di atas tidak dilaksanakan seperti yang diharapkan. Misalnya

informasi yang diberikan justru menimbulkan kegelisahan dan perpecahan

dalam masyarakat; yang dikejar bukan kepentingan nasional melainkan partai.

Dalam negara demokratis yang masyarakatnya bersifat terbuka, adanya

perbedaan dan persaingan pendapat sudah merupakan hal yang wajar. Akan

tetapi dalam masyarakat heterogen sifatnya, perbedaan pendapat ini, (apakah

etnis, stasus sosial ekonomi atau agama) mudah sekali mngundang konflik.

Pertikaian-pertikaian semacam ini dapat idatasi dengan bantuan partai politik,

sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa, sehingga akibat-akibat

negatifnya seminimal mungkin (Budiarjo, PARTISIPASI DAN PARTAI

POLITIK : Sebuah Bunga Rampai, 1998 : 163)

Dalam berbagai hal, partai politik tidak hanya memiliki tujuan untuk

memenangkan kompetisi pemilihan umum, namun juga untuk memobilisasi dan

mengorganisasikan pergerakan sosial untuk juga berperan dalam proses demokrasi. In

many societies, parties provide a range of non-political benefits as well, including

social activities,recognition and status for people and groups (consider theold ethnic

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

“balanced ticket”), and a sense of security,connectedness, and efficacy (Jonston,

2005).

E. Buruh

Pekerja/buruh menurut pengertian dalam Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Sholihin, 2009). Dalam

penelitian ini buruh merupakan partisipan politik yang dijadikan objek penelitian.

Jika diamati khususnya di Indonesia, partisipasi buruh dalam berpolitik

memiliki beragam cara yaitu: pertama buruh terlibat aktif didalam parpol, kedua

buruh menjadi pengawas (watchdog) terhadap parpol, ketiga sikap apolitis dengan

acuh dan tidak mau tau segala sesuatu tentang politik.

Melihat fenomena partisipasi buruh di Indonesia sesuai dengan piramida

partisipasi yang digambarkan oleh Milbrath dan Goel, dimana didalamnya

memperlihatkan bahwa buruh dibagi dalm tiga kategori: a. Pemain (gladiators), b.

Penonton (spectators), c. Apatis (apathetic) (Budiarjo, PARTISIPASI DAN PARTAI

POLITIK : Sebuah Bunga Rampai, 1998:372). Pemain (gladiators) yaitu orang yang

sangat aktif dalam dunia politik, penonton (spectators) temasuk populasi yang aktif

secara minimal, termasuk menggunakan hak pilihnya. Sedangkan apatis yaitu orang

yang tidak aktif sama sekali, termasuk tidak menuggunakan hak pilihnya. Dalam

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

buku lain disebutkan yang keempat adalah pengkritik, yaitu orang-orang yang

berpartisipasi dalam bentuk yang tida konvensional (Sastroatmodjo, 1995:75).

Partisipan terdiri dari orang yang bekerja untuk kampanye,anggota partai

secara aktif, partisipan aktif dalam kelompok kepentingan dan tindakan-tindakan

yang bersifat politik, serta orang yang terlibat dalam komunitas proyek. Sedangkan

penonton adalah orang yang menghadiri reli-reli politik, anggota dalam kelompok

kepentingan, pe-lobby, pemilih, orang-orang yang terlibat dalam diskusi politik, serta

pemerhati dalam pembangunan politik.

Partisipasi politik buruh tidak hanya terbatas pada konteks pemilihan. Ada

beberapa bentuk partisipasi politik konvensional lain yang dilakukan oleh serikat,

antara lain : aktif mencari informasi mengenai berbagai persoalan politik, menulis

surat pembaca yang berisi penilaian-penilaian atau saran-saran mengenai berbagai

persoalan politik untuk dipublikasikan di surat kabar atau majalah, mendatangi

pejabat lokal untuk menyampaikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan, dan

menulis petisi untuk meperjuangkan tuntutan-tuntutan.

Dalam arti non-konvensional partisipasi politik mencakup berbagai kegiatan

yang cenderung melibatkan banyak orang dalam suatu bentuk kelompok massa dan

kadang disertai dengan pelanggaran tertib hukum dan kekerasan. Partisipasi politik

non-konvensional dapat diterima secara luas apabila tidak disertai aksi kekerasan,

seperti misalnya aksi protes dengan cara berpawai seraya membawa spanduk dan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

poster yang berisis tentang berbagai tuntutan, mengkoordinasikan aksi pemogokan di

kalangan buruh atau menuntut kenaikan upah, memperbaiki kondisi kerja, dan

peningkatan jaminan sosial.

Mengambil definisi partisipasi politik dari Hadwick yang menyebutkan bahwa

: “the manner in which citizens interact wiht goberment. Trough active participation

in gobernment, citizens attemp to venvey their needs to pbulic officials in the hope of

having these needs met” (cara-cara dengan mana warga negara berinteraksi dengan

pemerintah. Melalui partisipasi secara aktif dalam pemerintah, warga negara

berupaya untuk membawa kepentingan-kepentingannya ke pejabat-pejabat publik

agar kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi) (Pawito, Komunikasi Politik Media

Massa dan Kampanye Pemilihan, 2008:224).

Berbagai pengamatan menunjukkan bahwa jika dilihat dari segi partisipasi

politik konvensional, setidaknya terdapat tiga alasan penting mengapa buruh ikut

mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan partisipasi politik (Sastroatmodjo, 1995).

Ketiga alasan tersebut adalah

a. Untuk mengkomunikasikan tuntutan atau aspirasi.

b. Untuk lebih memantapkan upaya pencapaian tujuan dari sistem politik yang

ada.

c. Untuk menunjukan dukungan terhadap sistem politik beserta para pemimpin

atau elite pemimpin atau elite politik yang ada.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Ketiga alasan tersebut saling berkaitan sama lain. Maka buruh kemudian

memberikan suara kepada partai atau kandidat lain dalam pemilihan. Hal tersebut

berarti bahwa buruh mengkomunikasikan aspirasi atau keinginnan sekaligus juga

memantapkan perncapaian tujuan sistem karena sistem politik pada umumnya

dikembangkan antara lain untuk terselenggaranya proses-proses politik dengan

mekanisme yang adil dan wajar. Pada saat yang sama hal demikian juga

menunjukkan dukungan buruh bersangkutan terhadap elit politik tertentu dengan

memberaikan suara kepadanya.

1.6. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tinjauan pustaka

yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumskan kerangka pemikiran bahwa

eksistensi dari partai politik sendiri tidak dapat terlepas dari kelompok buruh. Pada

kenyataannya eksistensi partai politik sendiri dianggap sudah mulai bergeser. Partai

politik lebih cenderung bertransformasi menjadi kelompok masa yang lebih bersifat

individualis, lebih mementingkan kepentingan anggota, dan sarat dengan korupsi.

Dilihat dari posisinya partai politik sendiri marupakan sebuah instrumen utama dalam

menjalankan demokrasi, maka dari itu menjadi sebuah keniscayaan untuk parpol

sebagai kelompok yang mampung menjadi jembatan dan mengakomodir kepentingan

rakyat khususnya kelompok buruh. Namun dalam hal ini, setidaknya terdapat

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

beberapa orientasi yang mapu mengarahkan partai politik untuk menjalankan peran

yang sebenarnya, yakni: meningkatkan partisipasi politik kelompok buruh melalui

pendidikan politik, memilih saluran media komunikasi yang lebih tepat dan efektif

dari segi kemampuan persuasi, dan melaksanakan fungsi kontrol yang benar terhadap

kebijakan terhadap partai buruh di Indonesia.

Paritisipasi berupa pemberian suara di pemilihan umum merupakan salah satu

tolok ukur keberhasilan komunikasi partai politik. Besaran partisipasi memberi

gambaran keberhasilan komunikasi yang dilakukan antara komunikator yaitu partai

politik dan kelompok buruh sebagai komunikan. Namun faktanya partisipasi

masyarakat – juga kelompok buruh – terus mengalami penurunan jika dilihat dari

angkat partisipasi warga di Pemilu 2009 yang dilihat berdasarkan data dari KPU

bahwa jumlah pemilih terdaftar sebesar 171.265,441 sedangkan jumlah yang tidak

memilih mencapai 49.667.075 atau sekitar 29,01%, data tersebut menggambarkan

bahwa komunikasi yang terjadi tidak efektif dimana tidak dapat menciptakan

apresiasi dan partisipasi publik sebagai tolok ukur utama keefektifan komunikasi

parpol.

Tingginya angka golput memberikan pandangan bahwa partai politik dirasa

gagal menjalankan fungsinya, parpol dinilai tidak kredibel sehingga banyak khalayak

yang memilih untuk tidak menggunakan hak suaranya dan memilih sikap apolitis.

Belum lagi ditambah sejumlah kasus korupsi yang menyangkut elit partai, tingkat

kepercayaan publik yang terus menurun memungkinkan di Pemilu 2014 mendatang

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

angka golput akan semakin tinggi. Khususnya untuk kelompok buruh sendiri, pilihan

berpolitik dibawah payung serikat sendiri telah terpecah menjadi tiga kelompok yaitu:

buruh yang masih mau terjun ke partai politik, buruh yang hanya menjadi pengamat

partai politik tanpa harus menjadi anggota parpol, dan buruh yang memilih sikap

apolitis. Fenomena didalam tubuh serikat buruh tersebut bukan tanpa sebab, karena

sepanjang tahun 2013 ini saja hubungan parpol dengan buruh tidak berjalan secara

baik. Kebijakan industrial yang menyangkut kehidupan buruh tidak diselesaikan

secara apik oleh parpol sehingga menciptakan posisi baru di kalangan serikat buruh

yang mulanya cukup pro-aktif terhadap parpol menjadi konfrontatif terhadap

pemerintah maupun parpol.

Melihat fenomena komunikasi dalam ranah politik antara parpol dan buruh

perlu diadakan sebuah perbaikan pemahaman, sikap, hingga hubungan antara kedua

belah pihak. Salah langkah mengawali perbaikan tersebut adalah dengan melihat

pandangan buruh sebagai komunikan terhadap partai politik sebagai pembuat

kebijakan dibidang industrial, hal ini dilihat dari dua sisi yaitu buruh sebagai anggota

partai politik dan pengurus serikat pekerja yang tidak terlibat sebagai anggota partai

politik.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Selanjutnya, kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah:

Gambar 1.Kerangka Pemikiran

1.7. Metodologi

1.7.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitan yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian

komunikasi kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberikan

penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol gejala-gejala komunikasi,

mengemukakan prediksi-prediksi, atau untuk menguji teori apapun, tetapi

lebih dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan mengapa suatu gejala

atau realitas komunikasi terjadi (Pawito, 2007 : 35).

Buruh non-Anggota Partai

Politik (Pengurus Serikat Pekerja

Nasional yang Tidak Bergabung

dengan Parpol)

Buruh Serikat Pekerja Nasional

Kota Salatiga Anggota Partai

Politik

Persepsi Buruh SPN terhadap

partai politik Pemilu 2014

1. Pemahaman Umum

terhadap Parpol (Definisi,

Fungsi, Janji, Media,

Sistem Politik)

2. Hubungan antara Parpol

dan Buruh (Fungsi parpol

terhadap buruh, disorientasi

janji, posisi politik buruh)

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

James Carey sendiri berargumen mengenai upaya penelitian bersifat

kualitatif adalah untuk dapat mengemukakan intrepretasi-interpretasi, orang

menempatkan diri pada keberadaan dan kemudian mensistematisasikan

interpretasi-interpretasi bersangkutan sehingga mereka lebih dekat dengan

kita. (Pawito, 2007 : 38-39).

Metodologi kualitatif lebih menitik beratkan data upaya-upaya

pemahaman dan atau deskriptif, misalnya berupa percakapan, dokumen

pribadi, catatan-catatan dari pengamatan terhadap perilaku atau proses-proses

sosio-kultural mansyarakat tertentu, dan narasi. Data ini kemudian dianalisis

dan diinterpretasi untuk kemudian peneliti dapat menarik kesimpulan-

kesimpulan.

Dalam hal ini penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan

pemahaman yang mendalam tentang persepsi buruh terhadap partai politik

yang maju pada pemilihan umum 2014, hal ini menjadi menarik karena

meskipun semakin rendah angka partisipasi, hubungan antara parpol dan

buruh tidak dapat dipisahkan karena kebijakan tentang ketenagakerjaan hanya

dapat diubah melalui mekanisme parpol yang kemudian dibawa ke meja

parlemen dan meskipun buruh memilih bersikap apolitis, namun hanya

dengan partai politik-lah kebijakan tentang perburuhan dapat beruhah.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Alasan yang melatarbelakangi peneliti untuk memilih penelitian

kualitatif adalah topik yang diangkat benar-benar perlu dieksplorasi secara

mendalam. Selain itu alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif untuk

mempelajari subjek dalam latar alamiah. Latar alamiah yang dimaksud adalah

lingkungan alami, normal, dan tanpa adanya intervensi atau perlakuan yang

diberikan oleh peneliti. Situasi yang diteliti benar-benar natural dan apa

adanya. Dalam hal ini penelitian kualitatif beranggapan bahwa jika manusia

pada dasarnya memiliki interaksi terhadap lingkungan ia berada.

1.7.2. Lokasi Penelitian

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui persepsi buruh anggota

Serikat Pekerja Nasional (SPN) terhadap partai politik peserta Pemilu 2009 ini

berlokasi di Kota Salatiga, Jawa Tengah.

1.7.3. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh buruh/pengurus Serikat

Pekerja Nasional (SPN) Kota Salatiga. Jumlah buruh anggota SPN Pekerja

Nasional Kota Salatiga sendiri berdasarkan data dari SPN yaitu 3819 orang.

1.7.4. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik

purposive sampling, dimana teknik ini dipandang lebih mampu menangkap

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

kelengkapan dan kedalaman data dalam menghadapi realitas yang tidak

tunggal (Sutopo, 2002: 36). Pengambilan sampel dengan metode purposive

sampling memiliki dasar pertimbangan bahwa orang tersebut kaya informasi.

Sebagaimana diungkapkan Pawito, teknik pengambilan sampel dalam

penelitian komunikasi kualitatif berbeda dengan kuantitatif, lebih

mendasarkan diri pada alasan atau pertimbangan pertimbangan tertentu

(purposeful selection) sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, sifat

metode sampling dari penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah purposive

sampling (Pawito, 2007:88). Peneliti menggunakan metode purposive

sampling karena.

Peneliti memulai menggunakan teknik ini mulanya dengan melakukan

obeservasi secara langsung ke dalam serikat pekerja. Dari hasil beberapa kali

observasi peneliti menemukan sejumlah responden yang tetap dan dirasa

mampu memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti; seperti hakikat

purposive secara awal yang tidak mengambil informan secara acak (random).

Peneliti sengaja memilih informan yang ada di tingkat pengurus, peneliti

berasumsi bahwa keberadaan pengurus lebih mengetahui bagaimana kondisi

SPN Kota Salatiga terhadap partai politik secara lebih mendalam. Jika

dianalisis juga dalam struktur komunikasi organisasi, penguruslah

(gatekeeper) lah orang pertama yang terkena terpaan komunikasi, artinya bias

informasi dari parpol kemungkinan kecil terjadi.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

1.7.5. Metode Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

metode wawancara mendalam (indepth interview) sebagai instrumen utama

pengumpulan data dan observasi langsung sebagai penunjang data. Observasi

secara langsung awalnya dilakukan peneliti untuk memetakan karakteristik

dari kelompok yang diteliti, juga menciptakan kedekatan diantara peneliti

dengan kelompok yang diteliti. Kemudian setelah observasi yang dilakukan

kurang lebih sebanyak 5 kali di SPN kemudian peneliti mengumpulkan data

utama menggunakan metode wawancara. Wawancara merupakan suatu

metode pengumpulan data yang digunakan pada hampir semua penelitian

kualitatif. Oleh Pawito (2007) menyatakan bahwa wawancara menjadi ikon

dalam metode pengumpulan data penelitian kualitatif. Wawancara mendalam

adalah proses memperoleh keterangan (Pawito : 2007). Metode ini dipilih

karena peneliti ingin menggali informasi secara mendalam terhadap informan

serta memahami pola-pola identitas kelompok yang terbentuk dalam diri

anggota komunitas.

Wawancara dengan buruh secara interpersonal menggunakan indepth

interview (wawancara mendalam) dimaksudkan untuk lebih menfokuskan

pada perosalan yang menjadi pokok permasalah penelitian, yaitu persepsi

buruh SPN, dan pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dapat

berlangsung lebih longgar dan satai, dan mungkin juga dapat untuk

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

memperoleh data tambahan untuk mengetahui persoalan lain sampai

perolehan data dirasakan cukup oleh peneliti.

Disisi lain untuk menambah kevalidan penelitian yang dilakukan,

peneliti juga merujuk pada berbagai data penunjang (sekunder) yang

digunakan peneliti dalam melakukan analisis dan triangulasi data. Data

sekunder didapatkan dari literatur ilmiah berupa jurnal, buku, koran, majalah

dan sebagainya yang ada di kepustakaan, guna menunjang data utama jika

masih terjadi kekurangan data atau untuk melakukan evaluasi dan

perbandingan.

1.7.6. Validitas Data

Untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan benar-benar valid

(sahih) maka perlu dilakukan triangulasi data. Neuman (2000) dalam bukunya

mendefinisikan: “Validity means thurthful, it refers to the bridge between a

construct and the data (Herdiansyah, 2010 : 78). Trianggulasi merupakan

teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiprespektif.

Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu

cara pandang (Sutopo, 2002 : 78). Dalam konteks penelitan ini untuk

mengukur tingkat kesahihan data maka triangulasi yang digunakan adalah

triangulasi sumber (triangulasi data). Cara ini mengarahkan peneliti agar

didalam mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang

tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan

demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji

kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari

sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun sumber

yang berbeda jenisnya.

Trianggulasi sumber bisa menggunakan satu jenis sumber data seperti

misalnya informan atau memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda

untuk menggali data yang sejenis. Di sini tekanannya pada perbedaan sumber

data, bukan pada teknik pengumpulan atau yang lain. Peneliti bisa

memperoleh dari narasumber (manusia) yang berbeda-beda posisinya dengan

teknik wawancara mendalam, sehingga informasi dari narasumber yang satu

bisa dibandingkan dengan informasi dari narasumber yang lainnya. Dengan

menggali data dari sumber yang berbeda dan juga teknik pengumpulan data

yang berbeda, data sejenis bisa diuji validitas (kesahihan) datanya (Sutopo,

2002 : 79).

1.7.7. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan supaya data dapat

dipertanggungjawabkan keabsahannya. Agar mendapat hasil penelitian yang

sahih dan dapat dipertanggungjawabkan. Analsis data merupakan proses yang

telah dimulai seiring dengan jalannya penelitian, proses ini dimulai sejak

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

stujdi pre-elimnary ditentukan. Pada studi pre-eliminary, peneliti kualitatif

sudah mulai melakukan pemilahan tema dan kategorisasi tema, dimana

pemilahan tema dan kategorisasi tema tersebut sudah masuk pada rangkaian

proses analisis data kualitatif (Sutopo, 2002 : 78).

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan menggunakan

Model Interaktif Miles dan Huberman. Menurut Miles & Huberman analisis

data terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pertama adalah

tahap pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan

ketiga adalah tahap display data, dan tahapan keempat adalah tahap penarikan

kesimpulan dan tahap verifikasi (Herdiansyah, 2010 : 10).

Model Interaktif Milies dan Huberman digambarkan dengan siklus

oleh H.B Sutopo (2002: 96), yaitu :

Gambar 2. Bagan Siklus Model Analisis

(HB. Sutopo, 2002 : 96)

Pengumpulan

Data

Reduksi Data Penyajian

Data

Penarikan

Kesimpulan

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

A. Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan sebelum

penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya

proses pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa

konsep atau draf. Peneliti kulaitatif sebaiknya sudah berpikir dan

melakukan analisis ketika penelitian kualitatif baru dimulai. Maksudnya

adalah peneliti telah melakukan analisis tema dan melakukan pemilihan

tema (kategorisasi) pada awal penelitian. Intinya adalah proses

pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau

waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses

pengumpulan data dapat dilakukan.

B. Reduksi data

Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman

segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentu tulisan (script) yang

akan dianalisis. Hasil dari wawancara diubah menjadi bentuk tulisan

(script) sesuai dengan formatnya masing-masing.

C. Display Data (Panyajian Data)

Penyajian data dilakukan dengan pengkategorisasi data sehingga

memungkinkan untuk melihat data dengan jelas. Penyajian data berupa

hasil wawancara dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya

mudah dilihat dan diambil pengertiannya dengan bentuk yang kompak.

Kategorisasi pada penyajian data didasarkan atas jawaban atas wawancara

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam commit to user 2 Demokrat (Nasdem) dan tiga partai lain dari Aceh menjadi partai dengan wajah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

terhadap responden yang terbagi menjadi anggota buruh non parpol dan

buruh anggota parpol, dari dua kategorisasi tersebut kemudian dibagi

menjadi kategorisasi jawaban umum yang mengarah pada kesimpulan

penelitian ini.

D. Kesimpulan/Verivikasi

Kesimpulan/verifikasi merupakan tahap terakhir dalam rangkaian

analisis data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukanan oleh

Miles & Huberman (1984). Kesimpulan dalam analisis data menjurus

kepada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya,

dan mengungkap “what” dan “how” dari temuan penelitian tersebut.