BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di...

86
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang rentang kehidupannya adalah individu yang kompleks dengan dinamika yang tidak terpisahkan antara interaksi fisik, psikis dan lingkungan. Manusia selama hidupnya secara psikologis memiliki berbagai permasalahan yang menuntut penyelesaian agar tidak menjadi beban pada diri individu. Manusia dalam kehidupan memiliki beragam masalah, Seperti dikutip dari Roherni yang mengatakan bahwa kata “masalah” mengacu pada ketidakpastian atau kesulitan (rintangan) yang ditemui ketika menuju situasi yang lebih disukai Berbagai masalah yang sering dihadapi mahasiswa antara lain: masalah keuangan, masalah kuliah, masalah organisasi, masalah kesehatan, masalah komunikasi, masalah keluarga dan masalah pertemanan. Permasalahan yang kompleks menuntut mahasiswa di asrama untuk cermat dan terampil dalam menyelesaikannya, tetapi tidak sedikit mahasiswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang rendah sehingga tidak mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain (Roheani, 2010: 1) Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa seringkali dirasakan sulit untuk diatasi dengan baik. Semakin banyak mahasiswa yang mengalami masalah dan tidak dapat memecahkan atau menyelesaikannya maka akan sulit bagi mahasiswa 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia sepanjang rentang kehidupannya adalah individu yang kompleks

dengan dinamika yang tidak terpisahkan antara interaksi fisik, psikis dan

lingkungan. Manusia selama hidupnya secara psikologis memiliki berbagai

permasalahan yang menuntut penyelesaian agar tidak menjadi beban pada diri

individu.

Manusia dalam kehidupan memiliki beragam masalah, Seperti dikutip dari

Roherni yang mengatakan bahwa kata “masalah” mengacu pada ketidakpastian

atau kesulitan (rintangan) yang ditemui ketika menuju situasi yang lebih disukai

Berbagai masalah yang sering dihadapi mahasiswa antara lain: masalah

keuangan, masalah kuliah, masalah organisasi, masalah kesehatan, masalah

komunikasi, masalah keluarga dan masalah pertemanan. Permasalahan yang

kompleks menuntut mahasiswa di asrama untuk cermat dan terampil dalam

menyelesaikannya, tetapi tidak sedikit mahasiswa yang mempunyai kemampuan

pemecahan masalah yang rendah sehingga tidak mampu beradaptasi dan

berinteraksi dengan orang lain (Roheani, 2010: 1)

Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa seringkali dirasakan sulit untuk

diatasi dengan baik. Semakin banyak mahasiswa yang mengalami masalah dan

tidak dapat memecahkan atau menyelesaikannya maka akan sulit bagi mahasiswa

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

2

untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan untuk menghadapi masa dewasa yang

baik. Selain itu akan sulit pula bagi mahasiswa menjadi sumber daya manusia

yang potensial. Gordon dan kawan-kawan menyatakan bahwa dalam mengatasi

masalah yang begitu kompleks, ada individu yang dapat mengatasi masalahnya

dengan baik namun tidak jarang ada sebagian individu yang kesulitan dalam

melewati dan mengatasi berbagai permasalahan. Individu yang gagal mengatasi

masalah seringkali menjadi tidak percaya diri, prestasi akademik menurun,

hubungan dengan teman menjadi kurang harmonis serta berbagai masalah dan

konflik yang terjadi. Permasalahan tersebut menuntut suatu pemecahan agar tidak

mengganggu perkembangan selanjutnya. Chauhan menyatakan bahwa masalah

dapat timbul saat muncul hambatan dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan.

Hambatan tersebut dapat berupa masalah-masalah yang berhubungan dengan

fisik, ekonomi,sosial maupun psikologis (Roheani, 2010: 2).

Coleman& Hammen (Pratono,2010:4) mengungkapkan faktor-faktor personal

remaja yang mempengaruhi penyelesaian masalah adalah sikap terbuka terhadap

permasalahan yang dihadapi, kemandirian, dan kepercayaan diri. adanya

kemandirian dan kepercayaan diri menjadikan remaja tidak tergantung pada

oranglain dan yang terpenting ia percaya pada kemampuan dirinya. Lugo dan

Hershey menambahkan bahwa untuk mengatasi permasalahan diperlukan adanya

kepercayaan diri. Kepercayaan diri ini meliputi sikap yakin akan kemampuan,

rasa aman dan tahu apa yang dibutuhkan, optimis, rancana masa depan,

bertanggung jawab dan mandiri.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

3

Rakhmat (2001) menyatakan bahwa di dalam kemampuan menyelesaikan

masalah terdapat beberapa aspek, yaitu : (a) Motivasi yang tinggi. (b) kepercayaan

diri dan sikap yang tepat (c) Fleksibilitas (d) Kestabilan.

Belajar di negara asing berarti sama saja kita belajar untuk beradaptasi

dengan budaya dan bahasa yang baru, disinilah kesulitan bagi para mahasiswa

yang merantau dari negara yang bahasa nasionalnya berbeda jauh. Terkait dari

permasalahan tersebut adalah timbulnya rasa inferiority jika sedang berada dalam

kelompok interaksi berbahasa Indonesia khususnya di lingkungan sosial tempat

tinggal (komplek).

Keberadaan mahasiswa Patani yang menuntut ilmu di Bandung juga

mencerminkan adanya suatu keinginan di kalangan mahasiswa Patani untuk

meningkatkan kualitas pendidikan mereka, berdasarkan pendataan dari pengurus

organisasi mahasiswa Patani dari tahun 2004 sampai dengan sekarang,

mempunyai jumlah mahasiswa 235 orang. Sekarang mengalami penurunan,

disamping telah banyak para mahasiswa Patani yang selesai dalam studinya dan

kemudian pulang ke daerah masing-masing, juga dikarenakan faktor intervensi

dari pemerintah Thailand yang beranggapan bahwa mahasiswa Patani yang

melakukan studi ke Indonesia dianggap sebagai embrio awal teroris yang kerap

melancarkan serangan teror ke negara tersebut. (Hasil Wawancara Dengan Sarhan

Cheleh Ketua PMIPTI, Tanggal 10 november 2016)

PMIPTI (Persatuan Mahasiswa Islam Patani (Selatan Thailand) Di

Indonesia), merupakan wujud solidaritas mahasiswa Patani yang sedang menuntut

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

4

ilmu di Indonesia. Organisasi PMIPTI ini sangat besar manfaatnya, selain

berperan sebagai wadah pemersatu seluruh mahasiswa Patani yang berasal dari

suku bangsa yang berbeda-beda. Organisasi PMIPTI ini juga berperan penting

dalam memberikan informasi ke daerah Patani khususnya, mengenai kota

Bandung dan perguruan tinggi kota ini, baik negeri maupun swasta.

Mahasiswa Patani di Bandung yang berinteraksi dengan masyarakat setempat

tersebut menemukan situasi yang berbeda dengan kehidupan di tempat asalnya.

Dalam situasi baru yang berbeda mereka perlu menyesuaikan diri untuk

mengurangi gesekan nilai dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat yang telah

lama tinggal di daerah itu, yaitu dengan cara memahami dan menghargai nilai dan

kebiasaan yang dianut masyarakat setempat. Hal ini dimaksud agar tidak terjadi

kesalah pahaman dalam pergaulan diantara mereka. Apa yang dianggap baik

belum tentu dapat diterima dan dianggap baik dan sopan oleh masyarakat

setempat. Misalnya dalam hal berbicara atau berperilaku. Pada dasarnya mereka

masing-masing memiliki pandangan yang berbeda terhadap nilai-nilai budaya

yang dianggap baik atau sopan. Perbedaan ini berpengaruh pula terhadap sikap,

kebiasaan, tingkah laku, dan cara interaksi masing-masing individu dalam

kehidupan sehari-hari. Hubungan ini banyak ditentukan oleh lingkungan sosial di

mana mereka berada.

Keberadaan mahasiswa Patani sebagai pendatang di tengah-tengah kehidupan

masyarakat desa sudah tentu akan membangun sebuah proses sosial. Bentuk

umum proses sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-

hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara orang dengan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

5

orang, antara kelompok dengan kelompok maupun antara orang dengan kelompok

manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial akan dimulai pada saat itu.

Walaupun orang-orang yang bertemu tersebut tidak saling menukar tanda-tanda,

interaksi sosial telah terjadi.

Bandung telah mendapat sebutan sebagai “kota pelajar”. Kota ini tidak lepas

dari masalah yang berkaitan dengan pelajar dan mahasiswa. Sebagai kota yang

memiliki banyak perguruan tinggi, maka Bandung harus menyediakan juga

tempat tinggal bagi mahasiswa, terutama bagi yang berasal dari luar Bandung.

Kebutuhan tempat tinggal seperti kos dan asrama menjadi kebutuhan utama

bagi pendatang. Keterbatasan secara pribadi, misalnya kendaraan dan keterbatasan

sarana transportasi, membuat mahasiswa Patani maupun mahasiswa yang lainnya

sangat memerlukan tempat kos atau asrama yang dianggap mampu memberikan

akses yang paling memuaskan, baik transportasi ke kampus maupun ke tempat

publik lainnya.

Selanjutnya manusia dalam kehidupan memiliki beragam masalah, Stevent

(2002) mengemukakan bahwa kata “masalah” mengacu pada ketidakpastian atau

kesulitan (rintangan) yang ditemui ketika menuju situasi yang lebih disukai

berbagai masalah yang sering dihadapi mahasiswa antara lain: masalah keuangan,

masalah kuliah, masalah organisasi, masalah kesehatan, masalah komunikasi,

masalah keluarga dan masalah pertemanan. Permasalahan yang kompleks

menuntut mahasiswa di asrama untuk cermat dan terampil dalam

menyelesaikannya, tetapi tidak sedikit mahasiswa yang mempunyai kemampuan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

6

pemecahan masalah yang rendah sehingga tidak mampu beradaptasi dan

berinteraksi dengan orang lain (Roheani, 2010: 1).

Seperti hal nya mahasiswa Patani dengan lingkungan setempat tidak selalu

dapat berjalan dengan baik. Dalam proses pembaurannya kadangkala terjadi

ketegangan-ketegangan. Misalnya adanya suatu upaya penonjolan etnis masing-

masing. Dalam sebuah kelompok etnis terdapat sebuah konsep yang jelas tentang

siapa ”kita” dan “mereka” yang membedakan dan memberikan petunjuk tentang

siapa anggota-anggota kelompok dan siapa orang-orang di luar kelompok. Yang

jelas adalah adanya perasaan-perasaan dan sifat etnosentrik, yaitu sikap

menganggap bahwa budaya dari kelompoknya sendiri, sebagai yang terbaik

sedangkan budaya dari kelompok lainnya merupakan yang buruk serta pinggiran.

Ada kalanya mahasiswa Patani yang bertempat tinggal di Komplek Permai

yang berinteraksi kurang baik dengan masyarakat sekitar. Terdapat beberapa

kejadian seperti ketegangan keduanya yang mengakibatkan konflik. Akan tetapi,

tidak semua interaksi berujung pada konflik, melainkan adanya hubungan

kekekerabatan yang baik antar keduanya. Dalam kasus ini penulis mengangkat

penilitian skripsi yang berjudul: INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA ASING

DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT (Penelitian Pada Mahasiswa Patani

dalam Berinteraksi dengan Warga Sekitarnya di Cipadung Permai Kota Bandung).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dapat ditemukan identifikasi

masalah, yaitu sebagai berikut:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

7

1. Kurangnya sosialisasi tentang keberadaan Mahasiswa Islam Patani di

Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung

2. Kurangnya interaksi sosial antara anggota Persatuan Mahasiswa Islam

Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung

3. Adanya faktor-faktor yang menghambat terjadinya interaksi social Pada

Mahasiswa Patani di Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru

Kota Bandung

1.3. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana proses interaksi sosial berlangsung antara mahasiswa Patani

dengan masyarakat Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru

Kota Bandung?

2. Bagaimana pola interaksi sosial mahasiswa Patani dengan masyarakat

Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui proses interaksi sosial mahasiswa Patani dengan

masyarakat setempat di Komplek Permai Desa Cipadung Kecamatan

Cibiru Kota Bandung

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

8

2. Untuk mengetahui pola interaksi sosial yang dilakukan oleh mahasiswa

Patani dengan masyarakat setempat di Komplek Permai Desa Cipadung

Kecamatan Cibiru Kota Bandung.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaa Teoritis

Memperkaya Khasanah ilmu sosial lainnya dan menjadi referensi untuk

penelitian bidang yang sama.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi mahasiswa Patani

Penelitian ini dapat memberi gambaran bagaimana sesungguhnya interaksi

sosial yang terjadi antara mahasiswa patani dengan masyarakat jalan permai desa

cipadung kecamatan cibiru kota bandung tersebut, dan juga sebagai acuan untuk

mempererat tali persaudaraan yang sudah terjalin sebelumnya.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal untuk terjun

ke dalam lingkungan masyarakat serta penelitian ini merupakan salah satu syarat

dalam rangka menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung

Djati Bandung

1.6. Kerangka Pemikiran

Menurut Blumer istilah interaksionisme simbolik merujuk kepada sifat

khas dari interaksi antara manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling

menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakan dan bukan hanya sekedar

reaksi belaka dari tindaan orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

9

langsung terhadap tindakan orang lain tetapi didasarkan atas 'makna' yang

dioberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi antar individu ditandai

dengan penggunaan symbol-simbol, interpretasi atau dengan saling memahami

maksud dari tindakan masing-masing. Proses interpretasi di atas menjadi

penengah antar stimulus dan respon yang menempati posisi kunci dalam teori

interakisonisme simbolik(George Ritzer,2007:61).

Dalam pandangan interakisonisme simbolik ini, proses kehidupan

masyarakat secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut: individu atau

unit-unit tindakan yang terdiri atas sekumpulan orang-orang tertentu, saling

menyesuaikan atau saling mencocokkan tindakan satu sama lain melalui proses

interpretasi. Sedangkan apabila aktor tindakan di atas merupakan tindakan

kolektif dari individu yang bergabung ke dalam kelompok itu.

Makna-makna tersebut berasal dari cara-cara orang lain bertindak

terhadapnya dalam kaitanya dengan 'sesuatu'. Tindakan-tindakan yang mereka

lakukan akan melahirkan batasan bagi orang lain, namun dalam perkembangannya

Blumer mengemukakan bahwa actor memilih, memeriksa, berpikir,

mengelompokkan dan mengkonformir makna dalam hubungannya dengan situasi,

di mana dia ditempatkan dan diarahkan tindaknnya seperti yang dikatakan Blumer

bahwa sebenarnya interpretasi seharusnya tidak dianggap sebagai proses

pembentukan di mana makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumens

bagi pengarahan dan pembentuk tindakan (Margaret Poloma, 1994:216).

Tindakan manusia adalah tindakan interpretasi yang dibuat oleh manusia

sendiri yang terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahuinya dan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

10

melahirkan serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana mereka menfasirkan hal

tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan itu mencakup berbagai masalah seperti

keinginan dan kemauan, tujuan, sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta

tindakan yang diharapkan dari orag lain, gambaran tentang direi sendiri dan

mungkin hasil dari cara bertindak tertentu (Margaret Poloma,1994:268).

Pemakaian pandangan Weber dengan didukung oleh teori interaksionisme

simbolik pada penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melihat

interaksi antara mahasiswa Patani dan pemuda asli menghasilkan asimilasi.

Beranjak dari teori ini, maka tindakan mahasiswa Patani dan pemuda asli

merupakan suatu proses interaksi yang di dalamnya tercakup simbol-simbol yang

masing-masing pihak saling menginterpretasikan makna yang ditangkapnya.

Artinya tindakan mereka merupakan hasil pemaknaan masing-masing terhadap

realitas sosial.Dengan demikian, proses interaksi antara keduannya merupakan

proses yang saling menstimulus, merespon tindakan dan hubungan serta sebagai

hasil proses interpretasi yang dalam hal ini membawa pada perubahan sosial yang

merupakan hasil asimilasi.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

11

DIAGRAM 1.1

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Interaksi sosial

Bentuk

Masyarakat

Lokal

(Masysrakat Komplek Permai

Cibiru)

Asing

(Mahasiswa Patani)

Interaksi Sosial Mahasiswa Asing dalam lingkungan Sosial

(Penelitian pada Mahasiswa Petani dalam Berinteraksi dengan

warga sekitarnya di Cipadung Permai Kota Bandung)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interaksi Sosial

Pada hakikatnya manusia tidak hanya sebagai makhluk inidividu tetapi juga

sebagai makhluk sosial. Untuk menjalani kehidupannya manusia pasti

membutuhkan bantuan dari manusia lainnya, oleh karena itu manusia melakukan

interaksi sosial. Interaksi sosial adalah kunci dari kehidupan sosial, karena tanpa

adanya interaksi maka tak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Dalam kehidupan bersama, antar individu satu dengan individu lainnya

terjadi hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan

itu individu ingin menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginannya masing-

masing. Untuk mencapai keinginan tersebut biasanya diwujudkan dengan

tindakan melalui hubungan timbal balik, hubungan inilah yang disebut dengan

interaksi. Menurut Gillin & Gillin (Sosiologi Suatu Pengantar 1954:489) interaksi

sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara

individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.

Interaksi terjadi apabila seorang individu melakukantindakan, sehingga

menimbulkan reaksi dari individu-individu yang lain,karena itu interaksi terjadi

dalam suatu kehidupan sosial. Interaksi pada dasarnya merupakan siklus

perkembangan dari struktur sosial yang merupakanaspek dinamis dalam

kehidupan sosial. Perkembangan inilah yang merupakandinamika yang tumbuh

dari pola-pola perilaku individu yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya

12

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

13

masing-masing, yang diwujudkannya dalam proses hubungan sosial. Hubungan-

hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial

dalam kehidupan sosial. Kemudian meningkatmenjadi semacam pergaulan yang

tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik,melainkan merupakan pergaulan yang

ditandai adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak

yang terjadi dalam hubungan sosial tersebut. Sudah menjadi hukum alam dalam

kehidupan individu Kebutuhan dasar individu untuk melangsungkan

kehidupannya membutuhkan makanan, minuman untuk menjaga kesetabilan suhu

tubuhnya dan keseimbangan organ tubuh yang lain, (kebutuhan biologi), individu

membutuhkan juga perasaan tenang dari ketakutan, keterpencilan, kegelisahan,

dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya. Kebutuhan individu yang mendasar

juga di perlukan ialah kebutuhan untuk berhubungan dengan individu lain,

kebutuhan untuk melanjutkan keturunan, kebutuhan untuk membuat pertahanan

diri agar terhindar dari musuh, kebutuhan untuk belajar kebudayaan dari

lingkungan agar dapat diterima atau diakui eksistensinya oleh warga masyarakat

setempat. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap individu terikat dalam

struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Masing-masing struktur

sosial mengatur kedudukan masing-masing individu dalam kaitannya dengan

kedudukan-kedudukan dari individu yang lain yang secara keseluruhannya

memperhatikan corak corak tertentu yang berada dari struktur sosial yang lain.

Adanya kedudukan-kedudukan yang diatur oleh struktur sosial tersebut menuntut

dan menghasilkan adanya peranan-peranan yang sesuai dengan kedudukan-

kedudukan yang dimiliki masing-masing individu.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

14

Kebutuhan individu akan individu lain mendorong dirinya untuk belajar pola-

pola, rencana-rencana, dan strategi untuk bergaul dengan individu yang lain.

Individu pun mulai belajar memainkan peranan sesuai dengan status yang diakui

oleh lingkungan sosialnya. Status dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu

status yang dipero leh dengan sendirinya (ascribed status) dan status yang

diperoleh dengan kerja keras atau diusahakan (achieved status). Ascribed status

atau status otomatis adalah status yang diterima individu secara otomatis sejak

individu itu dilahirkan, hal ini biasanya terjadi karena kedudukan orang tuanya

sebagai orang yang terpandang atau bangsawan. Achieved status atau status

disengaja merupakan status yang dicapai individu melalui usaha-usaha yang

disengaja, hal ini tampak dalam usaha pencapaian cita-cita atau profesi sebagai

guru, dokter dan banyak lainnya (Sunarto.2000:146).

Interaksi sosial mempunyai korelasi atau hubungan dengan status yaitu bahwa

status memberi bentuk atau pola interaksi. Status dikonsepsikan sebagai posisi

individu atau kelompok individu sehubungan dengan kelompok atau individu

lainnya, status merekomendasikan perbedaan martabat, yang merupakan

pengakuan interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu

siapa yang menuntut dan individu lainnya yaitu siapa yang menghormati tuntutan

itu. Gejala ini terlihat misalnya pada hubungan antara atasan dengan bawahannya

atau pada hubungan antara orang tua dengan anak-anak atau yang lebih muda,

antara tuan tanah dengan penggarap, antara orang kaya dengan orang miskin.

Dalam hal ini status memberi bentuk atau pola tertentu dalam interksi sosial.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

15

Sebagai mahluk individu manusia dilahirkan sendiri dan memiliki ciri-ciri yang

berbeda antara yang satu dengan yang lain.

Perbedaan ini merupakan keunikan dari manusia tersebut. Sebagai mahluk

sosial manusia membutuhkan individu lain untuk memenuhi segala kebutuhannya,

dari sinilah terbentuk kelompok-kelompok yaitu suatu kehidupan bersama

individu dalam suatu ikatan, di mana dalam suatu ikatan tersebut terdapat

interaksi sosial dan ikatan organisasi antar masing-masing anggotanya (Soekanto,

2001:128). Dalam proses sosial, interaksi sosial merupakan sarana dalam

melakukan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.

2.2 Pengertian Interaksi Sosial

Istilah sosial bisa disebut juga dengan istilah hidup bermasyarakat yang

mempunyai tujuan, aturan atau norma untuk menjalankan hidupnya, untuk

membuat aturan tersebut dilakukan dengan cara bermusyawarah atau saling

berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya sehinngga

mempunyai tujuan hidup bersama. Interaksi merupakan faktor terpenting dalam

kehidupan bermasyarakat.

Gillin dan Gillin (dalam Philipus dan Nurul Aini, 2004:22) menyatakan

bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Menurut Homans (Ali, 2004:87) mengatakan bahwa interaksi sebagai suatu

kejadianketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

16

lain diberi ganjaran atau hukuman dengan mengunakan suatu tindakan oleh

individu lain yang menjadi pasangannya. Peter M. Blau (Taufik Rahman,

2011:95) juga menyatakan bahwa Interaksi sosial adalah sesuatu yang

menguntungkan pihak yang terlibat, walaupun keuntungan itu tidak semestinya

sama rata bagi semua.

Pengertian interaksi sosial menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok yang saling

mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Dan masing-masing orang yang

terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.

Apabila seorang individu dengan individu lainnya bertemu dan terjadi suatu

kontak sosial antara individu tersebut seperti, bertegur sapa, berjabatangan, saling

berbicara dan berkelahi sekalipun. Maka proses interaksi tersebut dimulai pada

saat itu. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk pola interaksi sosial. Sedangkan

interaksi yang bernilai positif atau yang disebut dengan interaksi edukatif, sebagai

contoh dari pola interaksi adalah dalam hal seorang kepada desa bermusyawarah

di kantor desa dengan masyarakatnya yang merupakan suatu kelompok manusia

di dalam ruangan tersebut. Di dalam interaksi tersebut pada tarap pertama akan

tampak bahwa kepada desa mencoba untuk menguasai ruangannya supaya proses

interaksi beriangsung dengan seimbang. Dengan adanya interaksi pola pikir, pola

sikap dan pola tingkah laku, secara mutlak yang mau benar dan mau menang

sendiri tidak akan muncul dan berkembang bahkan tidak akan berlangsung untuk

berkomunikasi seterusnya. Sebaliknya akan adanya toleran, saling menghargai,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

17

saling menghormati, mempunyai rasa kebersamaan, maka akan berlangsung

proses interaksi tersebut sehingga menghasilkan komunikasi yang baik dan tujuan

yang diharapkan dengan bersifat positif. Sebagaimana Menurut Blau, interaksi

yang terjadi antara individu atau kelompok yang pada kehidupan manusia didasari

oleh adanya harapan reaksi balasan dari pihak lain. Interaksi itu akan berhenti jika

reaksi yang diharapkan tidak kunjung datang (Wahyu, 2007:39).

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan

membutuhkan individu atau makhluk lainya. dalam kehidupan di Cipadung

dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik dan benar agar terciptanya

hubungan yang baik, tentram dan damai. Secara etimologis, interaksi terdiri dari

dua kata, yakni action (aksi) dan inter (antara). Jadi, interaksi adalah tindakan

yang dilakukan diantara dua atau lebih orang, atau tindakan yang saling memiliki

timbal balik Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau

saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial

adalah berkenaan dengan. Oleh karena itu secara umum interaksi sosial dapat

diartika sebagai hubungan yang terjadi dalam sekelompok induvidu yang saling

berhubungan baik dalam berkomunikasi maupun melakukan tindakan sosial.

Interaksi sosial merupakan pula salah satu prinsip integritas kurikulum

pembelajaranyang meliputi keterampilan berkomunikasi, yang bekerja sama yang

dapat untukmenumbuhkan komunikasi yang harmonis antara individu dengan

lingkungannya(Hernawan,2010:314).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

18

Berdasarkan pendapat tersebut dapatdipahami bahwa interkasi sosial sangat

penting diberikan sebagai pengetahuan kepada mahasiswa, karena berkenaan

dengan keterampilan berkomunikasi dan kerja sama yang dapat menumbuhkan

sikap mahasiswa setelah terjun kemasyarakat.

Kimball Young dan Raymond, W. Mack (2005:60) juga mengatakan bahwa

interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Oleh karena bahwa

interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain

bahwa interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan

sosial dapat terwujud dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang

lain.

Bertemunya individu dengan individu lainya secara badaniah belaka atau

tidak melakukan suatu kontak sosial secara aktif, itu tidak akan menghasilkan

pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru

akan terjadi apabila individu atau kelompok manusia berkerjasama, saling

berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Max Weber Menjelaskan bahwa tindakan interaksi sosial adalah tindakan

seorang individuyang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam

lingkungan sosial.Dalam bertindak atau berperilaku sosial,seorang individu

hendaknya memperhitungkan keberadaan individu lain yang ada dalam

lingkungannya. Hal tersebut penting diperhatikan karena tindakan interaksi sosial

merupakan perwujudan dari hubungan atau interaksi sosial (Hernawan,2010:14).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

19

Bentuk interaksi sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih yang akan

berdampak pada sifat seorang individu yang dapat mempengaruhi sebuah

perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Artinya dalam interaksi sosial

terdapat hubungan yang dilakukan oleh manusia baik secara individu maupun

kelompok, yang merupakan hubungan yang dilakukan oleh manusia untuk

bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki oleh manusia. Dengan

demikian makna interaksi,kemudian makna yang dimiliki oleh manusia itu berasal

dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya.

Interaksi sosial secara konkret,meupakan interaksi sosial yang dapat dipahami

oleh semua manusia sejak lahir,karena pada dasarnya kehidupan manusia tidak

terlepasdari lingkungan dimana dia berada. Di lingkungan tersebut manusia saling

berkomunikasi dan berinterakasi, sehingga secara tidak sadar manusia telah

melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut kemudian menjadi ciri khas

sikap dan perilaku manusia dalam lingkungan.

Interaksi sosial dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari termasuk kita sendiri,

yang kita ketahui, bukan saja dipengaruhi oleh kemampuan dalam intelektual

individu. Karena manusia itu sendiri senantiasa melakukan hubungan yang dapat

mempengaruhi hubungan timbal balik antara manusia yang satu dengan yang lain,

dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupannya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa interaksi

sosial merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam melakukan

hubungan baik antara rekan-rekannya,antara mahasiswa dan dosen maupun

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

20

mahasiswa dengan orang tuanya, baik dalam menerima, maupun menolak dan

menilai komunikasi yang diperoleh dalam bentuk proses interaksi. Interaksi sosial

seseorang sesuai dengantingkat keberhasilan dalam menjalin sebuah hubungan

yang dinyatakan dalam bentuk prialaku sosial yang baik,yang dapat diketahui

setelah diadakan evaluasi.

2.3 Pola Interaksi Sosial

Didalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari terdapat tiga pola interaksi

sosial. Pola-pola interaksi sosial itu adalah interaksi antarindividu, interaksi antara

individu dan kelompok, serta interkasi antara kelompok dengan kelompok

(antarkelompok)

1. Interaksi antara individu

Interaksi itu terjadi apabila individu memberi pengaruh, rangsangan dan

stimulus. Sementara itu individu yang terkena pengaruh akan memberikan reaksi,

tanggapan ataupun sebuah respons. Jadi, walupun kedua individu yang bertemu

itu tidak saling melakukan kegiatan, interaksi sosial di antara mereka tetap terjadi

karena masing-masing pihak menyadari kehadiran pihak lain.

2. Interaksi antara individu dan kelompok.

Pada interaksi ini seorang individu dapat berperan sebagi inspirator dan

motivator. Di sini seorang individu akan dihadapkan pada sekelompok orang

dalam berbagai macam situasi, kondisi dan kepentingan. Contohnya, seorang

pembicara dan peserta dalam sebuah seminar. Pembicara mengharapkan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

21

pembicaraannya akan menarik dan peserta akan menyimak pembicaraan yang

disampaikan pembicara.

3. Interaksi antara kelompok dan kelompok (antarkelompok)

Contohnya, seperti OSIS SMK N 4 Bandar Lampung yang melakukan studi

banding ke OSIS SMA N 48 Jakarta. Kedua kelompok itu akan bertemu dan

bertatap muka. Kegiatan tersebut dapat dijadikan contoh interaksi antara

kelompok dengan kelompok.

Ada selain karena faktor kebutuhan yang timbul dari dalam dirinya yang

tercakup dalam kebutuhan mendasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan integratif,

mnusia juga mempunyai naluri untuk selalu hidup berkelompok atau bersama

dengan orang lain. Hal ini disebut dengan naluri gregariousness. Dengan

demikian, faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bersama dengan

orang lain adalah sebagai berikut:

a. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

b. Dorongan untuk mempertahankan diri

c. Dorongan untuk meneruskan generasi atau turunan

d. Dorongan untuk hidup bersama yang di wujudkan dalam bentuk hasrat untuk

menjadi satu dengan manusia sekelilingnya, dan hasrat untuk menjaadi satu

dengan suasana alam sekitarnya (Narwoko, 2007:62).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

22

Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mendasar, sosial dan

integratif dilakukan melalui suatu proses yang disebut dengan interaksi sosial.

Menurut Kinball Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah kunci

dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak akan

mungkin ada kehidupan bersama.

Menurut Gillin, interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis

antara perorangan, antara individu, dan antar kelompok manusia. Dari

pengertian tersebut, kita dapat membedakan pola-pola interaksi sosial dalam

kehidupan sehari-hari, yaitu dalam wujud sebagai berikut:

Interaksi Sosial Antar Individu

Apabila dua individu bertemu, proses interaksipun dimulai pada saat mereka

saling menegur, berjabat tangan, dan berkomunikasi. Walaupun dua individu

yang bertatap muka itu tidak saling mengadakan aktivitas, sebenarnya interaksi

telah terjadi karena masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain-lain

yang menyebabkan perubahan perasaan dan syaraf orang-orang yang

bersangkutan.

Interaksi Sosial Antar Individu dan kelompok Ditunjukkan dalam contoh

seorang guru yang sedang mengadakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Pada tahap awal, guru mencoba menguasai kelasnya sehingga proses interaksi

sosial akan berlangsung dan berjalan seimbang antara guru dan kelompok-

kelompok siswa ( Paul Johnson, 1982:32).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

23

Sedangkan dipandang dari segi psikologi melihat bahwa ada

bermacam-macam pendapat yang dikemukakan oleh ahli-ahli psikologitentang

pengertia sikap, dunia psikologi akan sedikit mengulas tentang apa sih

yang dinamakan sikap,Seperti yang dikatakan oleh ahli psikologi W.J Thomas

yang memberikan batasan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat

positif maupun negatif, yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek

psikologi disini meliputi: simbol, kata-kata, slogan, lembaga, ide dan

sebagainya.

Menurut Sarnoff mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk

bereaksi secara positif atau secara negatif terhadap obyek-obyek tertentu. D.

Krech dan R.S Crutchfield berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang

bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif

mengenai aspek dunia individu.

Sedangkan La Pierre memberikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi

atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi

sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang

telah terkondisikan. Lebih lanjut soetarno memberikan definisi sikap

merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk

bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu

artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda,

orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain (H. Ahmadi

dkk,2005:155).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

24

Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah

keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat

dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek

situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.Selain itu sikap juga memberikan

kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau

situsi. Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi

sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek

psikologis yang dihadapinya (Turner dan West, 2008:17).

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut

hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan

kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada

kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal

balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang

hidupnya di dalam masyarakat (Soerjono Soekanto,2012:55).

teoritis, sekurang kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi

social, yaitu terjadinya kontak social dan komunikasi (J. dwiNarwoko&Bagong

Suyanto,2007:10).

Pandanganlain tentang interaksi sosial dikemukakan juga oleh Astrid S.

Susanto yang mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antar

manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya

memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

25

ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-

pihak yang terlibat dalam interaksi ini. Sama halnya dengan pendapat bonner,

interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang

saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang

lain atau sebaliknya.

Menurut Soerjono Soekanto interaksi sosial merupakan dasar proses

sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis

mencakup hubungan antar individu, antar kelompok atau antara individu dan

kelompok. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis

antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok

dengan kelompok.

2.4 Proses interaksi sosial

Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan yang dapat dilihat

apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan menentukan system

serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada

perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.

Atau dengan perkataan lain, proses social diartikan sebagai pengaruh

timbalbalik antara berbagai segi kehidupan bersama (Soerjono

Soekanto,2012:54).

Proses interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia

bertindak terkadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki tersebut bagi

manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

26

antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah makna tidak bersifat

tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi malaui

proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu.

Proses tersebut disebut juga dengan interpretatif proses interaksi sosial

dapat terja dibila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan

komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan

sosial, komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi yang

disampaikan. (karp dan yoels) menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi

sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial

(Lipwijayanto,2005:109).

2.5 Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial

Dalam interaksi sosial terdapat faktok-faktor yang mempengaruhi

interaksi tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya

interaksi tersebut (Santoso, 2004:12). Faktor-faktor yang mempengaruhi

interaksi sosial sebagai berikut:

a. Situasi sosial

b. Kekuasaan norma kelompok

c. Tujuan pribadi masing-masing individu

d. Interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi setiap individu

e. Penafsiran situasi

Dari faktor-faktor di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

27

a. Situasi sosial, memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang

berada dalam situasi tersebut. Misalnya, apabila berinteraksi dengan

individu lainnya yang sedang dalam keadaan berduka, pola interaksi

yang dilakukan apabila dalam keadaan yang riang atau gembira, dalam

hal ini tampak pada tingkah laku individu yang harus dapat

menyesuaikan diri terhadap situasi yang dihadapi.

b. Kekuasaan norma-norma kelompok, sangat berpengaruh terhadap

terjadinya interaksi sosial antar individu. Misalnya, individu yang

menaati norma-norma yang ada dalam setiap berinteraksi individu

tersebut tak akan pernah berbuat suatu kekacauan, berbeda dengan

individu yang tidak menaati norma-norma yang berlaku, individu itu

pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya, dan

kekuasaan norma itu berlaku untuk semua individu dalam kehidupan

sosialnya.

c. Ada tujuan kepribadian yang dimiliki masing-masing individu sehingga

berpengaruh terhadap pelakunya. Misalnya, dalam setiap interaksi

individu pasti memiliki tujuan. Hal ini dapat dilihat ketika seorang

warga komplek perumahan Bukit Johor Mas berinteraksi dengan

seorang pedagang, ia memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

d. Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya

yang bersifat sementara. Pada dasarnya status atau kedudukan yang

dimiliki oleh setiap individu adalah bersifat sementara, misalnya

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

28

seorang warga yang biasa berinteraksi dengan ketua RT, maka dalam

hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang tidak memiliki

kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan dalam

kelompok sosialnya.

e. Ada penafsiran situasi, dimana setiap situasi mengandung arti bagi

setiap individu sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan

menafsirkan situasi tersebut. Misalnya, apabila ada teman yang terlihat

murung atau suntuk, individu lain harus bisa membaca situasi yang

sedang dihadapainya, dan tidak seharusnya individu lain tersebut

terlihat bahagia dan cerita dihadapannya. Bagaimanapun individu harus

bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dengan keadaan yang sedang

dihadapi dan berusaha untuk membantu menfsirkan situasi yang tak

diharapkan menjadi situasi yang diharapkan.

2.6 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah bentuk utama dari proses sosial, yaitu pengaruh

timbal-balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto

(2001:76-107) interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila

orang saling mengadakan hubungan, baik secara individu maupun secara

kelompok. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama

(cooperation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian

(conflict) dan juga akomodasi (accomodation). Adapun lebih jelasnya

masing-masing hal tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

29

Kerja sama (cooperation), kerjasama dimaksudkan sebagai suatu

usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan

tertentu secara bersama-sama.

Kerja sama timbul karena adanya orientasi para individu terhadap

kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan

outgroup- nya). Persaingan (competition), adalah suatu perjuangan dari

pihak-pihak tertentu untuk mencapai suatu tujuan dengan cara

menyingkirkan pihak lawan secara damai atau tanpa mempergunakan

ancaman atau kekerasan.

Pertentangan (conflict), merupakan salah satu bentuk dari interaksi

dimana penafsiran makna perilaku tidak sesuai dengan maksud pihak

pertama (yang melakukan aksi), sehingga menimbulkan ketidakserasian

diantara kepentingan kepentingan orang lain karena tidak terjadi keserasian

ini, maka untuk dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dilakukan dengan

cara mengenyahkan atau menyingkirkan pihak lain yang menjadi

penghalang (Soekanto, 2001:76-107).

Akomodasi (accomodation), istilah akomodasi dipergunakan dalam

dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada

suatu proses (Young dan Raymond, 1959:146). Akomodasi yang menunjuk

pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam

interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam

kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku

dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

30

usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk

mencapai kesetabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk

menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga

lawan tidak kehilangankepribadiannya (Soemardjan, 2002:75-76). Pelbagai

macam bentuk interaksi ini sering terjadi dalam lingku ngan masyarakat,

sehingga di dalam berinteraksi terdapat kerjasama, persaingan ataupun

pertikaian. Dengan demikian aktivitas sosial itu terjadi karena adanya

aktivitas dari individu dalam hubungannya dengan individu yang lain.

2.7 Perilaku dan Adaptasi Sosial

Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk yang terdiri atas

beraneka ragam masyarakat dan kebudayaan, yang secara keseluruhan

mempunyai suatu kebudayaan nasional yaitu kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan

manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan

menginterprestasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi

pedoman bertingkah lakunya. Setiap kebudayaan terdiri atas unsur-unsur

yang universal yaitu: sosial, sistem politik, sistemekonomi dan teknologi,

agama dan komunikasi. Suatu kebudayaan merupakan milik bersama

anggota-anggota masyarakat yang penyebarannya kepadaanggota-anggota

masyarakat yang bersangkutan dan pewarisnya kepada generasi berikutnya,

dilakukan dengan melalui suatu proses belajar dan dengan mengutamakan

simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapakan maupun tidak.

(Parsudi Suparlan, 1984:114)

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

31

Bahwa kemajemukan Indonesia khususnya, dapat dilihat antara lain,

dari segi etnis maupun sosiologis. Dari segi etnis, masyarakat indonesia

terdiri dari berbagai macam suku, adat-istiadat, bahasa, ras, agama dan

penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Secara

sosiologis, masyarakat Indonesia juga bisa dibeda-bedakan kedalam lapisan-

lapisan secara bertingkat ( hierarkis). Bentuk konkrit lapisan masyarakat

indonesia ini dapat dikelompokan bedasarkan pada tiga hal yaitu: ekonomi,

politik dan kebudayaan tertentu dalam masyarakat, dimana ketiganya saling

kait-mengkait.

Bahwa kemajemukan Indonesia khususnya, dapat dilihat antara lain,

dari segi etnis maupun sosiologis. Dari segi etnis, masyarakat indonesia

terdiri dari berbagai macam suku, adat-istiadat, bahasa, ras, agama dan

penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Secara

sosiologis, masyarakat Indonesia juga bisa dibeda-bedakan kedalam lapisan-

lapisan secara bertingkat (hierarkis). Bentuk konkrit lapisan masyarakat

indonesia ini dapat dikelompokan bedasarkan pada tiga hal yaitu: ekonomi,

politik dan kebudayaan tertentu dalam masyarakat, dimana ketiganya saling

kait-mengkait.

Proses penggabungan golongan dalam masyarakat atau dapat disebut

asimilasidalam kenyataan sosiologis merupakan salah satu faktor dari pola-

pola antar hubungan kelompok-kelompok masyarakat. Hal ini berkaitan

dengan multi etnik yang ada dalam masyarakat Indonesia termasuk dengan

keberadaan Warga Negara Asing yang memerlukan pembauran sebelum

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

32

mereka berusaha mencapai tujuannya. Proses sosial pembauran dengan

warga Negara Indonesia sebagaimana menjadi pokok penelitian ini, dalam

interaksi sosial memerlukan konsep yang diwujudkan dalam tindakan yaitu

asimilasi kebudayaan/perilaku (akulturasi), dalam pengertian lain adalah,

proses pertemuan unsur-unsur dari pelbagai kebudayaan yang berbeda,

kebudayaan Thailand dan kebudayaan Jawa secara temurun, yang diikuti

dengan percampuran unsur-unsur tersebut. Perbedaan anatar unsur-unsur

asing dengan yang asli masih tampak-dalam arti proses adalah, hasil

pertemuan kebudayaan atau bahasa diantara anggota-anggota dua

masyarakat bahasa, ditandai oleh peminjaman atau (bilingualisme) yaitu

yang bertalian dengan perubahan dalam pola-pola kebudayaan guna

menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas.

Tentang pembauran, W.J.S Poerwadarmita di dalam kamus umum

Bahasa Indonesia (1996) membedakan tiga macam pembauran:

1. Pembauran sebagai suatu percampuran dimana unsur-unsur yang asli

melebur dan kehilangan identitasnya, misalnya: “Sesendok teh gula

dibaurkan dengan air putih satu gelas”.

2. Pembauran dimana unsur-unsurnya nyaris kehilangan identitasnya tetapi

masih mempunyai kaitannya secara samar-samar, misalnya, “ Kebudayaan

Thailand dan kebudayaan Jawa yang telah berbaur”.

3. Pembauran dimana unsur-unsurnya tidak kehilangan identitasnya,

melainkan mengalami suatu penggabungan yang erat, misalnya: “ Dalam

perayaan yang demikian, biarlah mahsiswa Patani dan masyarakat

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

33

setempat diperbaurkan supaya dapat saling kenal-mengenal.” (Gema Duta

Wacana, 1985:4).

Kebudayaan memang suatu hal yang menarik untuk dikaji. Oleh

karena itu banyak orang yang berkonsentrasi penuh untuk belajar tentang

kebudayaan Indonesia khususnya, termasuk mahasiswa Patani . budaya-

budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan

karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda.

Bidang pendidikan tentang kebudayaan yang berkaitan dengan aspek

sosiologis, diantaranya bisa terjadi dari berinteraksinya dua kelompok

masyarakat atau lebih. Dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda,

antara lain bisa terdapat: konflik, integrasi sosial, budaya maupun adaptasi

perilaku. Cara kita berinteraksi dan komunikasi sangat bergantung pada

budaya kita yaitu bahasa, aturandan norma kita masing-masing.

Adaptasi perilaku sendiri merupakan penyesuaian diri terhadap

lingkungan, pekerjaan atau pelajaran, yang ditunjukan untuk memuaskan

motif tertentu dimana perilaku sendiri mengalami serangkaian kegiatan

aktifitas-aktifitas yang mengarah ketujuan. Pada dasarnya merupakan perilaku

yang termotivasi yang mengarah pada pencapaian tujuan. Sebaliknya, aktivitas

tujuan merupakan keterlibatan dalam tujuan itu sendiri.

Ketika kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang lain,

kita dihadapkan dengan bahasa-bahasa, aturan-aturan, dan nilai-nilai yang

berbeda. Adanya interaksi sosial yang semakin intensif antar mahasiswa

patani dengan masyarakat setempat sebagai akibat adanya tujuan kepentingan

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

34

yang sama yaitu kegiatan masyarakat di dalam dinamika kehidupan

masyarakat, akan mempertemukan individu-individu yang tadinya hanya

berdiam diri, akan bergaul dengan individu lain dalam kerjasama untuk

mencapai tujuannya. Pertemuan , merupakan interaksi sosial yang wajar yang

akhirnya akan melahirkan sesuatu yang baru, tetapi tidak luput dari hambatan-

hambatan yang ada dalam proses interaksi tersebut.

Hambatan-hambatan atau masalah-masalah dalam rangka proses

interaksi sosial antar Culture antara lain meliputi: etnosentrisme, stereotipe,

prasangka dan diskriminasi. Sulit bagi kita untuk memahami komunikasi

mereka bial kita sangat etnosentrik.

Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan individu yang melihat nilai

dan norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu untuk yang mutlak serta

mengutamakannya sebagai tolak ukuruntuk menilai dan memahami

kebudayaan-kebudayaan lain. (Gema Duta Wacana, 1985:13).

Dalam fenomena kehidupan sosial antar pergaulan, etnosentrisme

merupakan penghambat dalam komunikasi dan bisa menjadi penyebab utama

kesalahpahaman.

Dalam kehidupan sehari-hari, senantiasa ada interaksi sosial antar

individu, antar kelompok, antar bangsa. Hubungan ini merupakan suatu

dinamika tersendiri dan diwarnai oleh bermacam-macam sikap, pandangan

maupun tingkah laku. Adapun materi dalam interaksi ini tergantung kepada

motivasi dan tujuan interaksi sosial tersebut.sebelum mengalami interaksi,

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

35

maka individu yang memasuki arena sosial yang baru memerlukan adaptasi

dan kontaks lingkungan.

Adaptasi perilaku mahasiswa Patani, merupakan aktivitas yang

mengarah pada tujuan, yaitu proses sosialisasi untuk menuju terciptanya

harmoni kelompok, sedangkan aktivitas-aktivitas untuk adaptasi merupakan

aktivitas tujuanya. Selain interaksi sosial, ada hubungan timbal balik dimana

terlihat bentuk-bentuk dari komunikasi antar kedua obyek yang terjadi dengan

sendirinya. Bentuk komunikasi ini dapat bersifat penuh dengan kehangatan,

kebencian, agresifitas yang semuanya ini merupakan dimensi dari interaksi

sosial dan komunikasi sosial. Komunikasi ( communication) berasal dari

perkataan latin communis yang berarti saling (common). Jika kita melakukan

komunikasi, kita sedang berusaha mengadakan kesamaan ( communnes)

dengan orang lain. Ini berarti kita sedang berusaha memberikan informasi,

gagasan atau sikap. (Uchjana Effendi, 1986:28).

Tanpa komunikasi, masyarakat manusiatidak akan berjalan.

Komunikasi selalu merupakan rantai penghubung antara pribadi-pribadi dalam

kelompok yang biasa kita sebut sebagai “ masyarakat” organisasi sosial atau

jaringan hubungan antar manusia yang kompleks atau rumit dihubungkan oleh

jembatan bersama-sama dengan komunikasi. Dengan mengetahui prinsip-

prinsip komunikasi, khususnya yang menyangkut antar budaya dan kemudian

mempraktekannya dengan baik, maka diharapkan kesalahpahaman-

keslahpahaman tentang persepsi perbedaan antar budaya dapat dikurangi

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

36

dengan memahami juga sedikitnya mengetahui, bahasa (yang merupakan salah

satu cara berekspresi) dari perilaku budaya orang lain.

Interaksi antar dua kelompok individu dengan kebudayaan berbeda,

memerlukan strategi komunikasi yang efektif. Hubungan antara budaya dan

komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antar budaya,

oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar berkomunikasi.

Seorang Korea, seorang Mesir atau seorang Amerika belajar berkomunkasi

seperti orang-orang korea, orang-orang Mesir, orang-orang Amerika, atau

orang-orang Thailand lainnya. Perilaku mereka dapat mengandung makna,

sebab perilaku tersebut dipelajari dan diketahui, dan perilaku itu terikat oleh

budaya. Orang-orang memandang dunia mereka melalui kategori-kategori,

konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan budaya mereka. (Deddy

Mulyana,1990:26).

Dalam pergaulan sosial terutamalintas budaya, kadang-kadang nilai

yang dianggap positif dalam suatu budaya dipandang negatif atau netral dalam

budaya lain. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan personal dalam

berhubungan dan berinteraksi antar individu sehingga paling tidak bisa

menepis perbedaan nilai-nilai (yang berhubungan dengan pandangan) tersebut

untuk dapat berkomunikasi sejajar. Jadi komunikasi benar-benar merupakan

jalur utama masyarakat manusia.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

37

2.8 Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat di mana warganya memiliki latar belakang

pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-

sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap

semangat dan perkembangan belajar siswa. (Nana Syaodih Sukmadinata,

2004: 162-130).

Pendapat Sertain yang dikutip oleh Suryadi (2002:131-133)

mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “masyarakat (environment) ialah

meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara

tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau

life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula

dipandang sebagai menyiapkan masyarakat (to provide environment) bagi

gen yang lain. Masyarakat yang aktual (yang sebenarnya) hanyalah faktor-

faktor dalam dunia sekeliling kita yang benar-benat mempengaruhi kita”.

Dalam kutipan yang sama, Sertain juga membagi masyarakat menjadi

dua bagian, yaitu sebagai berikut:

a. Masyarakat lingkungan alam, adalah segala sesuatu yang ada dalam

dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan,

hewan dan sebagainya.

b. Lingkungan masyarakat, adalah semua orang atau manusia yang

mempengaruhi kita. (Suryadi, 2002:133)

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

38

Salah satu teori belajar Kurt Lewin memandang masing-masing

individu berada dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis yang

mencakup masyarakat, misalnya orang-orang yang dijumpai, objek material

yang dihadapi, serta fungsi jiwa yang ia miliki (Sunarto dan Hartono,

2002:122).

Menurut Woodworth yang dikutip oleh Suryadi (2002), cara-cara

individu berhubungan dengan masyarakatnya dapat dibedakan menjadi

empat macam, yaitu: individu bertentangan dengan masyarakatnya,

individu menggunakan masyarakatnya, individu berpartisipasi dengan

masyarakatnya, dan individu menyesuaikan diri dengan masyarakatnya.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi.

Menurut Hadari Nawawi (2003:63-64) dan Moh. Nazir (1988:68) ciri metode

deskriptif adalah seperti memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang

ada pada saat penelitian di lakukan atau masalah yang bersifat aktual, serta di

iringi dengan interpretasi rasional yang tepat. Caranya dengan

mengumpulkan, dan menganalisa data-data yang ada kaitannya dengan obyek

kajian.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi mengenai

persoalan yang sedang berlangsung. Secara bahasa bahwa penelitian

deskriptif adalah penelitian yang di maksudkan untuk membuat deskripsi

(penggambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang tengah

berlangsung. Sumadi Suryabrata (1998:18-19), menjelaskan bahwa penelitian

deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara penggambaran semata-

mata, tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, menguji

hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi,

walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat

mencakup juga metode-metode deskriptif.

Begitupun dalam penelitian ini, akan menggambarkan dan menjelaskan

Interaksi Sosial Mahasiswa Asing dalam Lingkungan Masyarakat,Pendekatan

39

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

40

yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif. Maksudnya adalah data yang

terkumpulkan bersifat kualitatif, yaitu berupa kata,kalimat, dan gambar,

sehingga pendekatan ini bukan kuantitatif yang menggunakan alat-alat

pengukur data statistik. Maksud penelitatif menurut Meleong yaitu:

“penelitian adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah

dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.(Lexy J.Moleong , 1989

; 6)

Adapun teknik penelitian yang di gunakan adalah teknik kualitatif.

Teknik ini seringkali di anggap sebagai paradigma alamiah (Moleong,

1996:16). Menurut Kirk dan Miller sebagaimana di kutip oleh Lexy

J.Moleong (1996:3), di jelaskan bahwa penlitian kualitatif adalah tradisi

tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung

pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa peristilahannya. Di perkuat oleh

S.Nasution (1992:5), menjelaskan bahwa pada hakikatnya pendekatan

kualitatif adalah mengamati orang dalam hidupnya, berinteraksi dengan me

reka dunia sekitarnya.

Memilih metode Kualitatif dalam penelitian ini pertama masalah dalam

penelitian belum jelas atau belum ada data tentang masalah yang akan diteliti.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

41

Oleh karena itu peneliti akan terjun langsung ke lapangan untuk melakukan

eksplorasi objek penelitian.kedua untuk memahami makna fenomena. Metode

kualitatif melakukan pengamatan mendalam terhadap sebuah fenomena

sehingga hal benar secara kualitatif akan dilakukan pengamatan untuk

mengetahui kebenarannya.Keiga memahami interaksi sosial. Interaksi sosial

terkait dengan pola hubungan dalam lingkup sosial, sehingga untuk

mengetahui pola yang ada maka peneliti harus terjun langsung ke dalam

lingkup sosial yang akan telitinya.Keempat memahami perasaan seseorang.

Melalui wawacara secara mendalam dan observasi serta turut merasakan apa

yang dirasakan oleh objek maka peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan

tentang perasaan yang dialami oleh seseorang.kelima mengembangkan teori.

Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk mengembangkan sebuah teori

yang telah ditemukan sebelumnya.Keenanm memastikan kebenaran data.

Metode kualitatif yang menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi

atau gabungan dengan pengujian data sampai data itu jenuh maka akan lebih

memberikan kepastian terhadap kredibilitas datanya.Ketujuh meneliti sejarah

perkembangan. Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk meneliti

sejarah perkembangan dengan menggunakan pengumpulan data dokumentasi

dan wawancara secara mendalam terhadap tokoh yang diangap tahu tentang

kondisi perkembangan objek yang akan diteliti.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

42

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah subyek dari mana data dapat di peroleh (Arikunto,

2002:129). Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu,

sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data yang

di peroleh langsung dari sumbernya, di amati dan di catat untuk pertama

kalinya. Data tersebut menjadi data sekunder kalau di pergunakan orang yang

tidak berhubungan langsung dengan penelitian yang bersangkutan. Data

sekunder adalah data yang bukan di usahakan sendiri pengumpulannya oleh

peneliti misalnya dari Biro Statistik, majalah, keterangan-keterangan atau

publikasi lainnya (Marzuki, 1986:56-57).

Data penelitian kualitatif ini penulis mengklasifikasikan dan

berdasarkan sumbernya ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Sumber data primer adalah sumber pokok dan utama atau tangan

pertama. Sumber primer penelitian ini di ambil dari wawancara dengan

pihak-pihak yang terkait di antaranya Masyarakat Cipadung dan

Mahasiswa Patani.

2. Sumber data sekunder adalah sumber tambahan atau suplemen atau juga

tangan kedua. Data pelengkap yang sumbernya dari buku-buku, majalah,

informasi dasar organisasi dan sumber-sumber lainnya yang relevan

dengan permasalahan yang akan di teliti.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

43

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang bersifat data primer seperti mahasiswa

Patani di masyarakat Komplek Permai, aparatur kecamatan empat provensi di

Cipadung Permai, adalah melalui observasi dan wawancara mendalam

(Sugiyono,2009: 239).

Sedangkan untuk data yang bersifat data sekunder seperti teori,

pandangan-pandangan, hasil penelitian, buku dan arsip lainnya di gunakan

studi dokumentasi dan kepustakaan.

1. Observasi

Observasi atau disebut juga pengamatan secara luas artiannya adalah

kegiatan untuk melakukan pengukuran terhadap lapangan penelitian, tetapi

observasi atau pengamatan disini diartikan dengan artian lebih sempit, yaitu

pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan sehingga pengamatan ini

tidak perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 2008:69).

Berdasarkan keterlibatan pengamat terhadap kegiatan kegiatan orang

yang diamati, observasi dapat dibedakan menajdi dua bagian yaitu: (1)

Participant Observation: dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta

dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang

diamati. (2) Nonparticipant Obsevation: dalam observasi takpartisipan,

pengamat berada diluar subjek yang diamati dan tidak ikut serta didalam

kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan (Soehartono, 2008:69-70).

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

44

Adapaun dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan

obsevasi terlibat (participant Obsevation), artinya peneliti juga ikut menjadi

bagian dari objek yang diteliti dan terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh subjek penelitian. Sehingga data yang diperoleh adalah

data yang masih aktual, dalam artian data yang dikumpulkan dan diperoleh dari

subjek pada saat terjadinya tingkah laku, dan keabsahan alat ukur dapat

diketahui secara langsung, karena peneliti terlibat langsung kedalam kegiatan-

kegiatan yang lakukan oleh subjek penelitian, sehingga peneliti seolah-olah

merupakan bagian dari mereka.

2. Wawancara mendalam (depth interview)

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian kualitatif dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara si penanyadengan responden dengan menggunakan alat yang di

namakan interview guide (Moh. Nazir.1988:212).Wawancara secara mendalam

(depth interview) untuk mengetahui Interaksi Sosial Mahasiswa Asing

Lingkungan dalam Masyarakat.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung

dengan menyiapkan beberapa pertanyaan sebelumnya.Wawancara di lakukan

untuk mengetahui keterangan, informasi, pandangan, pendapat dan kenyataan-

kenyataan yang di lihat dan di ketahui oleh responden dan informan.

Wawancara di tujukan kepada warga masyarakat di Patani. Wawancara juga di

lakukan di sela-sela pengamatan terlibat.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

45

Dalam hal ini peneliti terjun secara langsung dengan subjek penelitian.

Peneliti mewawancarai secara langsung tentang masalah penelitian, sehingga

peneliti mendapatkan data yang menguatkan saat mengadakan pengamatan

terlibat. Selain itu wawancara juga di tujukan pada informan pendukung

lainnya yaitu, di Masyarakat Cipadung Permai.

Penulis memilih informan tersebut karena informan sangat mengetahui

tentang permasalahan terkait dengan upacara adat perkawinan dalam

masyarakat Cipadung Permai. Sehingga dapat memberikan informasi dengan

benar dan data yang valid karena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan

yang bertujuan untuk menambah dan menguatkan data yang di peroleh penulis

melalui wawancara secara terbuka dan mendalam untuk memperoleh data yang

valid dalam penelitian.

3.4 Analisis Data

Setelah data terkumpul, tahapan berikutnya adalah menganalisis data.

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam

pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat di temukan tema dan

dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan oleh Lexy

J.Moleong (1996:103). Pendapat yang lengkap sebagaimana di jelaskan oleh

Sugiyono (2009:244) mengatakan:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

46

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari dan membuat

kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Sedangkan tujuan penelitian dalam analisis adalah menyempitkan dan

membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi satu data yang teratur serta

tersusun dan lebih berarti (Marzuki, 1986: 87).Teknik yang di gunakan adalah

analisis data kualitatif dari Milcs dan Hubermen, dalam Sugiyono (2009;246)

yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu,

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan kepada hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya apabila di perlukan. Setelah data di reduksi,

selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

bisa di lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori,

flowchart, dan sejenisnya.Dan yang paling sering di gunakan untuk penyajian

data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif

(Sugiyono, 2009: 249).

Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Penarikan simpulan adalah peninjauan ulang pada catatan di lapangan atau

kesimpulan dapat di tinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

47

di uji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yaitu merupakan

validitasnya. Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan peninjauan ulang

dari catatan yang di peroleh peneliti di lapangan untuk di tarik suatu

kesimpulan untuk selanjutnya di laporan penelitiannya.

3.5 Tempat Penelitian dan Jadwal

Penelitian ini di lakukan di masyrakat di Masyarkat Cipadung Permai.

Penentuan Lokasi ini di pilih di karenakan beberapa alasan : Pertama, adanya

masalah yang layak untuk di teliti; kedua, tempat tinggal peneliti sehingga

informasi mudah di jangkau dan tidak memerlukan waktu yang lama; ketiga,

adat perkawinan dalam masyrakat di Patani Thailand Selatan menjadi tempat

yang strategis untuk di jadikan sebagai lokasi penelitian dalam kegiatan

pembuatan proposal ini sebagaimana dalam tabel 3.1

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

48

3.6 JADWAL PENELITIAN

Keterangan

Bulan

Ok

t

No

v

Ja

n

Me

i

Ju

N

Jul

i

Agu

s

Se

p

Ok

t

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan

Judul

Pembuatan

Proposal

Penelitian

Bimbingan

Proposal

Penelitian

Seminar

Proposal

Penelitian

Pengumpulan

dan

Pengolahan

Data

Bimbingan

dan

penyusuaian

skripsi

Penyelesaian

Skripsi

Sidang

Skripsi

Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2016-2017

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

4.1.1 Kondisi Objektif Mahasiswa Patani yang berada di Komplek Permai

Latar belakang berdirinya Organisasi PMIPTI tidak lepas dari eksodus atau

berpindahnya remaja-remaja dari wilayah Patani Thailand Selatan untuk menuntut

ilmu khususnya Perguruan Tinggi di Indonesia. Kondisi ini tidak lepas dari adanya

kondiri politis yang terjadi pada masyarakat Islam Malayu yang hidup di Wilayah

Patani Thailand dimana notabene pemerintahan Thailand mayolitas dikuasai oleh

pemeluk agama Budha.

Rasa kedaerahan yang juga dilatarbelakangi oleh perbedaan keyakinan

menyebabkan motivasi mahasiswa yang tergabung dalam organisasi PMIPTI pada

umumnya berusha untuk menampilkan ciri yang berbeda dengan masyarakat

Thailand pada umumnya. Dalam usaha dalam menampilkan ciri-ciri yang berbeda

dengan masyarakat Thailand oleh mahasiswa Patani, namun mereka juga selalu ada

interaksi dengan masyarakat di lingkungan mereka tinggal.

Proses interaksi sosial antar mahasiswa Patani dan masyarakat komplek itu

sudah terjalin dari tahun 1972 sejak berawal nya berdirinya organisasi mahasiswa

Pelajar dari Selatan Thailand atau sering disebut PMIPTI( Persatuan Mahasiswa

Islam Patani Selatan Thialand di Indonesia . Mahasiswa patani sangat mudah

menyesuaikan diri dengan masyarakat komplek karena tidak jauh berbedanya

budaya dan agama.

49

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

50

Mahasiswa patani sangat erat berdampingan dengan masyarakat komplek

karena mahasiswa patani selalu berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di

masyarakat komplek seperti kerja bakti, memperingati HUT RI, halal bihalal Idul

Fitri, dan Hari Raya idul adha. Dengan berinteraksinya mahasiswa patani dan

masyarakat komplek mahasiswa patani pun lambat laut bisa mengikuti budaya

sekitar komplek dan mengerti bahasa Indonesia yang sering digunakan orang

komplek dalam berdialog. Adapun jumlah mahasiswa Patani yang tinggal di

komplek permai sebagai berikut:

Tabel : Jumlah anggota PMIPTI Bandung tahun 2010-1017

Mahsiswa patani sangat dikenal baik oleh masyarakat komplek karena sering

berpartisipasinya mahasiswa Patani di sekitaran komplek, mahasiswa patani tidak

menutup diri terhadap lingkungan sekitar komplek maka dari itu memudahkan

terjalinya hubungan sosial antara masyarakat komplek dan mahasiswa

patani.mahasiswa patani bilamana membuat acara merekapun selalu undang

tokoh yang ada di komplek dan juga mengirim makanan kepada tetangga

0

10

20

30

40

50

60

70

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Semua Laki-laki Perampuan

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

51

komplek,inilah yang membuat mudah mahasiswa patani mudah dikenal oleh

masyarakat komplek.

Mahasiswa patani sangat senang tinggal di indonesia khsusnya di wilaah

komplek di Bandung itu dikarenakan orang bandung sangat baik daan terbuka

terhadap warga pendatang baru, dan cepatnya beradaptasi mahasiswa patani

terhadap lingkungan komplek ini membuat betah mahasiswa patani tinggal di

lingkunagan komplek.

4.2 Proses Interaksi Sosial dengan Masyarakat Komplek Permai

4.2.1 Proses Komunikasi Masyarakat dengan Mahasiswa di Desa Cipadung

a. Penggunaan bahasa Melayu Patani dalam kegiatan sehari-hari dan kegiatan

resmi internal organisasi PMIPTI.

Sebagaimana pada penggunaan Bahasa Melayu Patani dalam keseharian

mahasiswa Patani, Latar belakang kesamaan daerah asal juga menimbulkan

adanya kesamaan cara berpakaian yang sama pada mahasiswa Melayu Patani.

Penggunaan pakaian Melayu Patani dalam kegiatan sehari-hari anggota PMIPTI

sebagai mana dikemukakan oleh Miss Khusaimah seorang pengurus PMIPTI

sebagai berikut:

“ Selain itu kebiasaan-kebiasaan Melayu Patani yang dapat dilakukan di

Indonesia, misalnya cara perpakaian atau masakan Melayu Patani diusahakan

untuk dilakukan oleh mahasiswa anggota PMIPTI” ( Wawancara Miss

Khusaimah (Usia 23) pada tanggal 16 Fabuari 2017)

Pendapat serupa dikemukan oleh Miss Suhainee sebagai berikut:

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

52

“Ciri khas PMIPTI adalah pergaulan dan adat istiadat dalam kehidupan dan

juga karekter pakaian”( Wawancara Miss Suhainee (Usia 21) pada tanggal

16Fabuari 2017)

Sedangkan pendapat anggita PMIPTI tentang penggunaan pakaian

Melayu Patani dalam keseharian serta kehidupan organisasi PMIPTI

sebagaimana dikemukakan oleh Miss Hasanah sebagai berikut:

“ciri khas saya terhadap PMIPTI adalah penggunaan bahasa ,cara

berbeda antara berpakaian, masakan dan kebiasaan-kebiasaan dari kampong asal

kami, sehingga MIPTI dianggap rumah bagi mahasiswa dari Patani yang

memiliki peraturan dan kegiatan, sedangkan anggota sebagai saudara”(

Wawancara Miss Hasanah (Usia 22) pada tanggal 16 Fabuari 2017)

Pendapat senada dikemukakan oleh Miss Marina sebagai berikut:

“Pergaulan di PMIPTI yang menggunakan budaya kelslaman, serta

pelaksanaan budaya Pantani dalam PMIPTI seperti berpakaian dan berbahasa

sesame anggota PMIPTI”( Wawancara Missarina (Usia 24) pada tanggal 21

Fabuari 2017)

b. Penggunaan Pakaian Melayu Patani dalam kegiatan sehari-hari dan kegiatan

resmi internal organisasi PMIPTI.

Latar belakangg kesamaan daerah asal yang memiliki kesamaan yaitu

Bahasa Melayu Pattani. Penggunaan Bahasa Melayu Patani dalam kegiatan

sehari-hari anggota PMIPTI sebagai mana dikemukakan oleh Muhammad

seorang pengurus PMIPTI sebagai berikut:

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

53

“kebiasaan-kebiasaan yang ada di PMIPTI dan berbeda dengan organisasi

lain, PMIPTI mengajak atau membiasakan anggotanya untuk aktif

menggunakan Bahasa Melayu Patani dalam pergaulan sesama anggota ketika

berada dalam organisasi PMIPTI. (Wawancara Mr. Muhammad (Usia 22) pada

tanggal 5 Fabuari 2017)

Pendapat lain dikemukakan oleh Mr. Halim sebagai berikut:

“Penggunaan Bahasa Melayu dalam kegiatan di organisasi, serta diskusi

khusus tentang berita-berita yang diperoleh dari wilayah Patani.( Wawancara

Mr. Halim (Usia 22) pada tanggal 5 Fabuari 2017)

Sedangkan pendapat anggota PMIPTI tentang penggunaan Berbahasa

Melayu Patani dalam keseharian serta kehidupan organisasi PMIPTI

sebagaimana dikemukakan oleh Mr. Anas sebagai berikut;

“Pergaulan di PMIPTI yang menggunakan budaya keislaman, serta

pelaksanaan budaya Patani dalam PMIPTI seperti berpakaian dan berbasa

sesame anggota PMIPTI (Wawancara Mr. Anas (Usia 21) pada tanggal 11

Fabuari 2017)

Penggunaan Bahasa Melayu Patani dalam kegiatan keseharian ditepatkan

oleh PMIPTI sebagai usaha untuk mempertahankan semangat mahasiswa

tentang kampung asal mereka. Latar belakang kondisi Patani di Thailand

Selatan yang diliputi oleh keadaan yang belum bebas dalam menjalankan

agama islam dengan sepenuhnya yaitu masih banyaknya intervensi pemerintah

Thailand dalam pelaksanaan keagamaan, pendidikan dan hampir semua unsur

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

54

kehidupan masyarakat Islam di Patani menyebabkan banyak remaja-remaja

Patani harus hijrah ke Negara-negara tetangga yang memiliki mayoritas

penduduk Islam seperti Malaysia dan Indonesia.

Penggunaan Bahasa Melayu Patani dalam kehidupan sehari-hari dalam

organisasi PMIPTI oleh mahasiswa Patani menyebabkan memori dan semangat

mahasiswa PMIPTI tentang kampong asal tetap terjaga, sehingga semangat dan

motivasinya dalam belajar terjaga. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan

oleh Miss Suhainee salah seorang anggota PMIPTI menggungkapkan latar

belakang penggunaan Bahasa Melayu Patani dalam kehidupan keseharian

dalam organisasi PMIPTI sebagi berikut:

“Berbasa dalam berpakaian budaya Melayu Patani dalam kehidupan

mahasiswa dan PMIPTI, tujuannya adalah agar mahasiswa selalu mengingat

kampong halamannya dan ingat bahwa mereka disini bukan untuk bersenang-

senang tetapi berjuang untuk menjadi orang yang pandai dan nanti dapat

membantu masyarakat Melayu Patani yaitu untuk meningkatkan tingkat

kehidupan masyarakat Melayu Patani di Thailand Selatan.( Wawancara Miss

Suhainee (Usia 22) pada tanggal 12 Fabuari 2017)

c. Makanan Khas Melayu Patani

Makanan khas Melayu Patani merupakan sajian makanan yang dijaga

oleh anggota PMIPTI dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan

meletarikan dan memperkenalkan masakan khas Patani kepada anggota

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

55

PMIPTI. Kebiasaan-kebiasaan tersebut terungkap sebagaimana jawaban Miss

Khusaimah sebagai pengurus PMIPTI yang mengungkapkan sebagai berikut:

“Simbol karakter pakaian yang menjadi symbol yang bisa dilihat beda

dengan organisasi lainnya. Selain itu kebiasaan di PMIPTI adalah berusaha

menjaga masakan Patani pada mahasiswa Patani di Indonesia khususnya

PMIPTI dan kadang-kadang kami mengundang rekan-rekan dari Indonesia

untuk mengikuti jamuan makan dan memperkenalkan masakan khas dari

kampong asal kamu yaitu Patani”( Wawancara Miss Khusaimah (Usia 23)

pada tanggal 20 Fabuari 2017)

d. Kesenian dan perayaan hari-hari besar Islam

Patani merupakan salah satu wilayah di Negara Thailand yang mayolitas

penduduknya beragama islam. Keberadaan Islam pada masyarakat Patani

berdampak pada timbulnya budaya-budaya atau kesenian yang bernafaskan

Islam. Salah satu kesenian yang ini masih dilestarikan dan dilaksanakan di

PMIPTI adalah kesenian Bardike Barat, yaitu kesenian berdhike yang diiringi

oleh rebena dan juga adanya tarian-tarian dalam kesenian tersebut.

Keberadaan kesenian Badhike Barat dalam organisasi PMIPTI sebagaimana

dikemukakan oleh Mr. Muhammad sebagai berikut:

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

56

“ Ada satu ciri khas yang dilahirkan oleh organisasi PMIPTI yang menjadi

popular di global sekarang adalah Badhike Barat budaya Melayu Patani yaitu

kesenian berdizir dengan menggunakan lantunan lagu dan rebana, saat ini

Bardhike Barat cukup dikenal, sehingga banyak organisasi-organisasi di

Indonesia mengudang untuk tampilan di dalam acara organisasi mereka.(

Wawancara Mr. Muhammad (Usia 24) pada tanggal 25 Fabuari 2017)

Dan organisasi PMIPTI juga senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan

keislaman yang umumnya dilakukan dapa masyarakat Patani salah satu hari

besar yang dirayakan adalah hari Assyura yaitu tanggal 10 Muharram.

Peringatan hari Asyura juga dilaksanakan oleh anggota PMIPTI sebagaimana

dijelaskan oleh Mr. Imron sebagai berikut:

“ PMIPTI juga melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang biasa

dilakukan di Patani misalnya perayaan hari Asyura setiap tanggal 10

Muharrom.( Wawancara Mr. Imron (Usia 23) pada tanggal 26 Fabuari 2017)

4.2.2 Proses Interaksi Sosial Mahasiswa Patani dengan Masyarakat Komplek

Permai

Mahasiswa Patani yang tergabung dalam Program Pengabdian Masyarakat

Berbasis Riset melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Cipadung

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

57

Permai. Kegiatan ini merupakan program kerja gabungan dari mahasiswa

(PMIPTI)yang meliputi dalam Masyarakat Permai dan Pertanian, Peternakan,

Geografi, dan Teknologi Pertanian. Program pengabdian masyarakat dilakukan

berbasis multidisipliner untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Mahasiswa Patani yang dilaksanakan di Cipadung Permai ini merupakan

program tahun awal setelah sukses melakukan pengabdian selama Kuliah disini.

program yang dibawa adalah sosialisasi penjajakan masyarakat dan peningkatan

motivasi belajar mahasiswa.

Beberapa program kerja yang dilakukan selama kegiatan antara lain

berupa sosialisasi dan pertemuan dengan masyarakat Cipadung. Sosialisasi lebih

intensif dilakukan dengan mengunjungi kediaman warga satu persatu untuk lebih

dekat mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat Cipadung.

4.3 Pola Interaksi Sosial Mahasiswa Patani dengan Masyarakat Komplek

4.4.1 Mahasiswa Patani dan Kegiatan Sosial di Tempat Tinggalnya

Persatuan Mahasiswa Islam Patani Selatan Thailand yang kemudian

dikenal dengan sebutan PMIPTI adalah sebuah perkumpulan atau himpunan

pelajar dan mahasiswa patani yang sedang menuntut ilmu di Bandung.

Himpunan ini berdiri sejak tahun 1972. Pada awalnya himpunan ini hanya

bermaksud untuk menghimpun pelajar dan mahasiswa dari Patani Selatan

Thailand yang ada di Bandung. PMIPTI mengadakan musyawarah anggota,

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

58

dimana dalam musyawarah tersebut dibahas mengenai AD/ART yang

menjadi acuan dan landasan organisasi PMIPTI.

Di Kota Bandung Mengadakan mesyawarah antara wakil-wakil dari

Jakarta,dan Yogyakarta sekaligus selaku tuan rumah. Hasil dari

musyawarah tersebut berkonsensus/sepakat membentuk organisasi baru

sebagai wadah tunggal bagi Mahasiswa Islam Patani yang berada di

Republik Indonesia yaitu:

“Persatuan Mahasiswa Islam Selatan Thailand di Indonesia”

(PMIPTI) yang terdiri dari tiga cabang yakni; cabang Bandung, Jakarta, dan

Yogyakarta. Tetapi kegiatannya masih di laksanakan masing-masing.

Sejak saat itu hingga kini PMIPTI berdiri dan sampai saat ini masih

aktif serta dengan kegiatan-kegiatan yang semakin bervariatif. Hal tersebut

di ungkapkan oleh Saudara Muslim sebagai berikut:

“Kalau mulai berdirinya itu tahun 1972, tapi waktu itu belum ada

kegiatan seperti sekarang ini. Mulai aktif ada banyak kegiatan itu pada

waktu tahun 2010 sampai sekarang ini.”

Persatuan Mahasiswa Islam Patani Selatan Thailang (PMIPTI)

Bandung merupakan suatu organisasi yang bersifat sosial dan kekeluargaan.

Persatuan ini pun memiliki visi misi yang telah diatur dalam AD/ART. Visi

dari PMIPTI yakni Mewujudkan cita-cita dalam Menjalinkan Persatuan dan

Kesatuan. sedangkan misinya yakni Membina dan mempersiapkan

Mahasiswa Islam Patani sehingga mampu mengembang dirinya agar dapat

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

59

membangun masyarakat Patani dan masyarakat umumnya. Wawancara Mr.

Muslim (Usia 24) pada tanggal 11 Fabuari 2017)

Bila dilihat dari beberapa bentuk kelompok sosial, PMIPTI dapat di

kategorikan dalam beberapa bentuk kelompok sosial tersebut. Antara lain,

kelompok primer yakni kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-

mengenal antara anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi, dan

bersifat langgeng, ciri-ciri ini nampak pada PMIPTI, dimana antar

anggotanya memiliki ikatan emosional sehingga menimbulkan ikatan yang

erat diantara mereka. Bentuk kelompok lainnya yang adalah paguyuban,

paguyuban merupakan persatuan atau perkumpulan yang didalamnya

terdapat kebersamaan beraneka ragam individu atau kelompok. Paguyuban

dalam konteks sosial merupakan sebuah komunitas yang berisi individu

untuk membentuk eksistensi dalam kehidupan sosial.

Organisasi tidak mungkin dibentuk bila tidak memiliki suatu tujuan

tertentu, begitu juga dengan PMIPTI ini. PMIPTI memiliki beberapa tujuan

yang telah diatur dalam Anggaran Dasar, antara lain:

1. PMIPTI adalah organisasi kemahasiswaan dan kemasyarakatan

yang merupakan wadah peningkatan pembinaan sosial,

kemasyarakatan yang berjuang atas dasar kegiatan kemahasiswaan.

2. PMIPTI bersifat indenpendent.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

60

3. PMIPTI mempersatukan pikirn dan tindakan pada mahasiswa yang

berorientasi pada kegiatan kemahasiswaan dalam rangka

mempersiapkan kader-kader generasi penerus.

4. PMIPTI sebagai suatu wadah pengkaderan mahasiswa Islam Patani

di Indonesia yang berorientasi pada kegiatan kemahasiswaan dan

karya kekayaan.

PMIPTI pun memiliki tempat untuk menjalankan berbagai kegiatan

ataupun tempat untuk berkumpul. Tempat yang menjadi pusat kegiatan dari

PMIPTI yang terletak di Jalan Permai II Cipadung Permai Cibiru Bandung.

Di sinilah mereka biasanya berkumpul sekedar untuk berbincang ataupun

untuk merancang suatu kegiatan ataupun sebagai tempat pelaksanaan suatu

kegiatan.

a. Struktur Organisasi Persatuan Mahasiswa Islam Patani Selatan Thailand di

Bandung

Struktur perangkat organisasi PMIPTI Bandung terdiri dari:

1). Struktur Organisasi PMIPTI Bandung.

a. Penasehat Umum

b. Staf Pengurus PMIPTI (SPP)

1). Ketua Umum

2). Sekretaris Umum

3). Wakil Sekretaris Umum

4). Bendara Umum

5). Wakil Bendara Umum

Page 61: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

61

c. Masa pekenalan Keanggota Baru (MAPERABA)

d. Depertemen Kemahasiswaan (DEPKEM)

e. Depertemen Pendidikan dan Pengkaderan (DEPPEN)

f. Depertemen Sosial dan Budaya (SOSBUD)

g. Depertemen Perhubungan (DEPHUB)

h. Depertemen Ekonomi (DEPEKO)

i. Depertemen Olahraga dan Periwisata(DEPORPA)

2. Uraian Tugas Masing-Masing Pengurus

a. Penasehat Umum

b. Ketua Umum dam Wakil Ketua Umum

1) Ketua umum adalah pemengang kekuasaan dalam

kepengurusan organisasi dan bertanggungjawab terhadap

Majelis Pemusyawaratan Anggota (MPA).

2) Ketua umum memegang amanat kongres serta bertanggung

jawab atas keputusan kongres.

3) Ketua umum menetapkan peraturan-peraturan pengurus dan

mengambil kebijakan organisasi PMIPTI selama tidak

bertentangan dengan AD/ ART dan keputusan kongres

Page 62: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

62

4) Ketua umum harus menjaga persatuan, kesatuan, dan

keutuhan organisasi PMIPTI serta mengotrol setiap

kegiatan organisasi PMIPTI.

5) Ketua umum meratifikasikan surat-surat, draf, laporan-

laporan dan dokumen-dokumen penting lainnya.

6) Ketua umum menerima dan membacakan ikrar bagi calon

yang dilengkapi syarat-syarat sebagai anggota baru

PMIPTI.

7) Ketua umum harus mengumumkan atau memberitahukan

secara lisan maupun tulisan tentang kekayaan PMIPTI,

nama-nama pengurus dan mensosialisasikan program

operasional kepada anggota dalam tempo 30 hari setelah

dilantik sebagai ketua umum.

a. Wakil Ketua Umum I

1). Memperluas jaringan hubungan kerja sama dengan tokoh

tokoh masyarikat, organisasi masyarakat, organisasi politik,

lembaga-lembaga pendidikan dan instansi pemerintahan yang

berkepentingan melalui kunjungan silaturahmi dan kartu

ucapan tahniah maupun kartu lembaran.

2). Membantu ketua umum I mewakili ketua umum apabila

diperlukan dan mengambil alih tugas-tugasnya apabila

berhalangan atau tidak ada di tempat.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

63

b. Wakil ketua umum II

1). Pengerak/metorik dan bertanggung jawab terhadap

stabilitas adminitrasi organisasi PMIPTI.

2). Mengatur dan mengawasi kegiatan-kegiatan orgasisai

PMIPTI.

3). Mendampingi ketua dalam rapat.

4) Wakil ketua umum II mewakili ketua umum dan wakil

ketua umum I apabila diperlukan dan mengambil alih

tugas-tugasnya apabila keduanya berhalangan atau tidak

ada di tempat.

c. Sekretaris Umum

1). Membuat dan megedar surat undangan rapat sebelum acara

dilaksanakan 15(Lima Belas) hari, kecuali dalam keadaan

darutat.

2). Membuat dan menjawab surat-surat penting yang berkaitan

dengan organisasi PMIPTI.

3). Membuat laporan tentang kegiatan-kegiatan pengurus dan

program operasional baik telah dilaksanakan maupun yang

belum dilaksanakan serta alasannya dalam pertanggung

jawaban.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

64

f. Wakil Sekretariat Umum

1).Menyalin dan menyimpan keputusan rapat, buka

pendaftaran anggota dan dokumen-dokumen organisasi

PEMIPTI.

2).Membuat buku pedoman dan mencatat sejarah

perkembangan PMIPTI dari masa ke masa.

3).Wakil sekretaris mewakili sekretaris umum apabila

diperlukan dan di ambil alih tugas-tugas apabila

berhalangan atau tidak ada di tempat.

g. Bendahara Umum

1). Mencatat pemasukan dan penguluaran keuangan dalam

buku administrasi organisasi PMIPTI.

2). Menyimpan semua bon yang ada setiap pengeluaran

uangkas organisasi PMIPTI.

3). Membuat laporan keuangan dan asset PMIPTI dalam

pertanggungjawaban.

4). Meratifikasi draf pemasukan dan pengeluaran uang kas

organisasi PMIPTI.

5).Mengumumkan/ memberitahu pemasukan dan

pengeluaran keuangan PMIPTI kepada anggota PMIPTI

setiap 3(tiga) bulan.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

65

6). Pengeluaran Persatuan :

(a). keperluan di tanggung oleh Persatuan.

(b). Untuk keperluan objek atau kegiatan khusus di

biayai bersama oleh Persatuan dan anggota.

(c). Anggaran masuk dan pengeluaran harus

seimbang dan tidak melebihi 70% dari jumlah

masuk dari periode yang bersangkutan.

(d). Pengeluaran uang persatuan untuk biaya satu

proyek/ kegiatan atau keperluan yang melebihi Rp.

1.000.000 harus dengan pesetujuan Staf Pengurus

PMIPTI (SPP) dan Penasehat.

h. Wakil Bendahara Umum

1). Wakil Bendahara umum memungut iuran, piutang,

persen beasiswa dari anggota PMIPTI dan menerima

sumbangan lainnya yang tidak terikat.

2). Wakil bendara mewakili bendahara umum apabila

diperlukan dan mengambil alih tugas-tugas apabila

berhalangan atau tidak ada di tempat.

i. Bidang-Bidang Khusus

1). Maperaba

Page 66: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

66

(a). Ketua Maperaba bertanggungjawab kepada ketua

umum PMIPTI.

(b). Program Maperaba hendak dilaksanakan oleh

kongres PMIPTI dan dilaksanakan oleh panitia

Maperaba.

(c). Program Maperaba hendak dilaksanakan dengan

melibatkan seluruh aspirasi dan potensi anggota PMIPTI,

serta mewujudkan strategi dan cita-cita PMIPTI dengan

menjujung tinggi nilai-nilai keislaman dan AD/ART

PMIPTI.

(d). Pelaksanaan program Maperaba minimal 3 hari,

kecuali keadaan tidak memungkinkan.

(e). Lokasi harus menyesuaikan dengan kegiatan.

(f). Semua biaya operasional dalam kegiatan Maperaba

ditanggung oleh peserta Maperaba.

(g). Jika ada musibah terhadap peserta Maperaba akan di

timbangkan oleh Staf Pengurus PMIPTI (SPP)

(h). Semua program-progrem Maperaba sudah di

jelaskan dalam (Komisi Maperaba).

2). Kemasiswaan dan Keanggotaan

Page 67: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

67

(a). Mencari informasi pendaftaran setiap kampus bagi

mahasiswa baru untuk menjadi pilihan.

(b). sesuai dengan bakat minat mahasiswa.

(c). Membantu dalam mengurus pendaftaran mahasiswa

baru.

(d). Usaha mencari sponser mahasiswa baru yang tidak

terikat.

j. Departemen-Departemen

1). Departemen Pendidikan dan Pengkaderan

(a). Mengadakan ceramah umum dan diskusi secara

terprogram.

(b). Mengadakan khusus bahasa.

(c). Membimbing anggota.

(d). Mengadakan latihan fisik dan mental dan

mental melalui masa latihan Kader Kepemimpinan

(LK).

(e). Usaha mencari informasi pameran buku dan seminar

terbuka.

(f). Mengadakan seminar minimal satu kali dalam satu

Page 68: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

68

2). Departemen Sosial dan Budaya

(a). Mengadakan perayaan dan peringatan hari kebesaran

Islam dan hari bersejarah.

(b). Mengadakan bakti sosial.

(c). Mengadakan Latihan dan petunjukan seni budaya

Melayu Patani.

3). Departemen Perhubungan

(a). Mengurus, membibing dalam proses imigrasi kepada

anggota baru dalam tempo mendapat kitas.

(b). Mengadakan kursus bari anggota tentang

keimigrasian.

4). Departemen Ekonomi

(a). Mengada usaha-usaha perekonomian yang

hasilnya tidak terikat.

(b). Menjaga kestabilan dan melancarkan system

ekonomi PMIPTI.

5). Departemen Olahraga dan Periwisata

(a.) Mengadakan latihan dan pertandingan olah raga.

(b). Mengdakan alat-alat olah raga serta merawat.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

69

(c). Mengadakan sukan kelompok.

(d). Mengadakan Studi tour.

6). Departemen Penerangan dan Perpustakaan

(a). Mengadakan Penataran kesekretariatan yang lebih

berfungsi dan representasi.

(b). Penataan Perpustakaan, memperbanyak buku-

buku dan bahan-bahan ilmiah lainnya dari berbagai

sumber.

(c). menyediakan kursus-kursus keterampilan dan

keahlian.

(d). Mencari informasi tentang forum ilmiah

terbuka.(Buku Panduan Anggota.Persatuan

Mahasiswa Islam Patani (selatan Thai) di

Indonesia,15 Januari 1987)

b. Profile Inproma

Subjek dari penelitian ini adalah seluruh anggota PMIPTI yang ada di

Bandung. Selain itu juga subjek penelitian ini adalah anggota dari PMIPTI

Bandung. Dalam penelitian untuk mendapatkan data-data dan informasi,

peneliti melakukan wawancara dengan informan atau responden yang sengaja

dipilih oleh peniliti untuk menjadi sampel yang bisa mewakili populasi yang

Page 70: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

70

ada. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 5 orang terdiri dari 2 orang

pengurus PMIPTI dan 3 orang anggota PMIPTI. Data responden tersebut

antara lain:

a. Saudara Muslim Sa-ud

Saudara Muslim yang berusia 26 tahun merupakan salah satu

anggota PMIPTI. Saudara Muslim merupakan mahasiswa dari jurusan

Sejarah Peradaban Islam suatu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung

Djati Bandung, beliau berasal dari Provinsi Narathiwat . Saudara Muslim

Memiliki kepribadian yang supel sehingga mudah akrab dengan orang

yang baru dikenal. Dia juga memiliki sifat terpuji yang bias dicontoh

anggota yang lebih muda darinya.

b. Saudara Hafis Mamah

Saudara Hafis merupakan seorang laki-laki dari Jurusan

Ademinitrasi Negara yang cukup beriwabawa dan bertanggung jawab.

Tidak salah bila ia terpilih sebagai ketua PMIPTI. Saat ini ia mengemban

tanggung jawab menjadi ketua PMIPTI untuk periode 20017-2018.

Namun dibalik itu semua ia pun memiliki sifat yang humoris.

c. Saudara Sarhan Cheleh

Saudara Sarhan Cheleh adalah mantan ketua PMIPTI untuk

periode 2016-2017. Ia merupakan salah satu mahasiswa dari Jurusan

Pendidikan Agama Islam Di Universitas Unisba salah satu perguruan

tinggi yang cukup terkenal di Bandung Ia berasal dari kabupaten Yala.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

71

Selama menjadi ketua PMIPTI, dia telah mengemban dan menjalankan

tugasnya dengan baik sampai akhir kepegurusan.

d. Saudara Ansosi Salaeman

Saudara Ansori seorang laki-laki yang berusia 24 tahun dari

Jurusan Perkembangan Masyarakat Islam Ia berasal dari Provinsi Pattani.

merupakansalah satu mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi di Bandung.

Ia sangat pandai dalam bermain seni tradisional patani yaitu badikir. Tidak

salah kalau PMIPTI sering manggunakan keahliannya ini untuk ikut dalam

mengenalkan budaya Patani khususnya pada badikir khas melayu.

4.4.2 Mahasiswa Patani dan Perannya dalam Kalangan Masyarakat

Setempat

Definisi Peran

Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka hal ini berarti ia menjalankan suatu peranan.

Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling bertentangan satu sama

lain. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari

pola-pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut sekaligus berarti bahwa peranan

menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Peranan

lebih banyak menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu

proses (Soerjono Soekanto, 2002 : 286-269)

Page 72: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

72

Menurut Kozier Barbar, peran adalah seperangkat tingkah laku yang

diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang demi kedudukannya dalam

suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun

dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk perilaku yang diharapkan

dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Rusmawati :2013).

Menurut Horton dan Hunt (1993 : 129-130), peran (role) adalah

perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status.

Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada suatu status ini oleh Merton

(1968) dinamakan perangkat peran (role set). Menurut Soerjono Soekanto

(2002 : 441), unsur-unsur peranan atau role adalah:

a. Aspek dinamis dari kedudukan.

b. Perangkat hak-hak dan kewajiban.

c. Perilaku sosial dari pemegang kedudukan.

d. Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang.

Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat, merupakan

hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Sementara

peranan itu diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jadi

seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan

suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

Page 73: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

73

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

1. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

2. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat (Soerjono Soekanto, 2002 : 246).

Soekanto menjelaskan bahwa tidak semua himpunan manusia dapat

disebut sebagai kelompok sosial atau komunitas, melainkan diperlukan

beberapa syarat untuk dapat disebut sebagai kelompok sosial. Syarat

tersebut adalah:

a. Adanya kesadaran dari anggota kelompok sebagai bagian dari

kelompok tersebut.

b. Adanya hubungan timbal balik antara satu anggota dengan

anggota lainnya.

c. Adanya faktor yang dimiliki bersama, yang menyebabkan

hubungan di antara mereka semakin erat.

Faktor tersebut dapat berupa kepentingan yang sama, tujuan yang

sama, nasib yang sama, ideologi politik, dan sebagainya. Adapun status dan

peranan dari komunitas itu sendiri adalah untuk membentuk suatu kelompok

yang sama-sama mempunyai tujuan atau kesamaan dalam bidang tertentu

untuk mencapai tujuan itu bersama- sama (Soerjono Soekanto, 1975 : 94-

95).

Page 74: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

74

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Soekanto mengenai

adanya faktor yang dimiliki bersama, dalam hal ini berupa kepentingan

bersama yaitu pelestarian budaya angklung maka dapat dipastikan bahwa

keberadaan mahasiswa patani ini secara langsung maupun tidak langsung

akan mempengaruhi setiap perilaku anggotanya dalam arti setiap interaksi

sosial yang terjadi dipengaruhi oleh norma-norma yang berjalan di

organisasi tersebut.

Dalam kehidupan manusia baik dalam suatu masyarakat ataupun

kelompok sosial pasti tidak terlepas dari interaksi sosial. Interaksi social

merupakan kunci dari sebuah kehidupan yang sengaja dibentuk guna untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Adapun syarat terjadinya

interaksi sosial yakni adanya kontak social dan juga komunikasi antar

individu, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan berbagai faktor, antara

lain imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat

kita lihat dalam interaksi yang terjadi dalam PMIPTI, misalkan dalam faktor

sugesti, disini sugesti merupakan faktor yang brlangsung apabila seseorang

member suatu pandangan atau sesuatu sikap yang erasal dari dirinya yang

kemudian diterim oleh pihak lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada PMIPTI,

dimana seseorang member pandangan atu mempengaruhi pada individu

lainnya untuk bergabung dengan PMIPTI atau bahkan dalam hal-hal di luar

kepentingan PMIPTI, misalkan dalam hal-hal kehidupan sehari-hari.

Sedangkan ciri dari interaksi sosial menurut Charles P. Loomis, antara lain:

Page 75: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

75

1. Jumlah pelaku lebih dari seorang, bisa dua atau lebih.

2. Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan

simbol-simbol.

3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kinidan

akan datang, yang menentukan sifat dan aksi yang

sedangberlangsung.

4. Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak

sama dengan yang diperkirakan oleh para pengama

Menurut teori interaksionisme simbolik yang dikemukakan oleh

George Simmel menyatakan bahwa terbentuknya masyarakat (kelompok

atau asosiasi) adalah akibat adanya interaksi timbal balik, melalui proses

sosiasi (proses dimana masyarakat itu terjadi) inilah individu saling

berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga tanpa

adanya anggotaanggotanya atau individu itu sendiri masyarakat tidak akan

pernah terbentuk Berdasarkan teori tersebut bahwa suatu masyarakat akan

terbentuk bila adanya individu saling berhubungan dan saling

mempengaruhi satu sama lain. PMIPTI pun terbentuk adanya interaksi

antar individu sehingga membuat individu lain tertarik dan ikut melakukan

pekerjaan tersebut dan terbentuklah kelompok tersebut.

Inti dari teori interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas yang

merupakan ciri khas manusia, yaitu komunikasi atau pertukaran simbol

yang diberi makna. Hal ini bisa kita lihat pada interaksi sosial Mahasiswa

Patani yang berinteraksi antar anggotanya satu sama lain dan mereka

Page 76: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

76

memiliki simbol-simbol tersendiri dalam berkomunikasi. Atau bahkan

mereka menggunakan bahasa atau simbol-simbol baru yang mereka

peroleh dari lingkungan barunya.

Interaksi sosial memiliki beberapa bentuk, yakni berupa kerjasama,

persaingan atau bahkan berupa pertentangan atau pertikaian. Gillin dan

Gillin mengidentifikasikan interaksi social itu dalam dua bentuk, yakni:

proses yang asosiatif dan disosiatif

Bentuk interaksi sosial asosiatif ini terdiri dari kerjasama, akomodasi

dan juga asimilasi. Bentuk interaksi sosial disosiatif terdiri dari persaingan

kontravensi dan juga pertikaian. Kedua bentuk tersebut mewarnai interaksi

sosial dalam kehidupan manusia. Setiap dalam interaksi sosial pasti terdapat

kedua bentuk tersebut, karena dalam masyarakat ataupun kelompok itu

terdiri dari individu-individu yang memiliki kepribadian dan watak yang

berbeda-beda.

Di dalam Persatua Mahasiswa Patanu di Bandung pun dapat kita

lihat kedua bentuk interaksi tersebut. Bentuk interaksi sosial assosiatif dapat

kita lihat dalam hal kerjasama antar anggotaPMIPTI dan juga akomodasi.

Kerjasama itu tampak pada saat mereka menjalankan programprogram kerja

yang telah mereka rancang. Hal ini seperti yang disebutkan oleh saudara

Ismael Usia 25 pada tanggal 5 Fabuari 2017

Page 77: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

77

2. Bentuk-Bentuk Organisasi

Menurut pola hubungan kerja, serta lalu tindas wewenan dan

tanggung jawab, maka bentuk-bentuk organisasi itu dapat dibedakan sebagai

berikut.

a. Bentuk Organisasi

Organisasi Garis adalah bentuk organisasi yang tertua dan paling

sederhana. Penciptanya dalah Henry Fayol dari Prancis. Sering juga di

sebut bentuk organisasi militer karena digunakan pada zaman dahulu

di kalangan militer.

Ciri-ciri bentuk organisasi garis adalah organisasi masih kecil,

jumlah karyawan sedikit dan saling kenal, serta spesialisasi kerja

belum begitu tinggi.

b. Bentuk Organisasi Fungsional

Organisasi fungsional diciptaksn oleh F.W. Taylor, di mana

segelintir pimpinan tidak mempunyai bawahan yang jelas sebaab

setiap atasan berwenang memberi komando kepada setiap bawahan,

sepanjang ada hubungan dengan fungsi atasan tersebut.

c. Organisasi Garis dan Staf

Bentuk organisasi ini pada umumnya dianut oleh organisasi besar,

daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidamg tugas yang

beraneka ragam serta rumit, serta jumlah karyawannya banyak.

Penciptanya Harrington Emerson. Pada bentuk organisasi garis dan

Page 78: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

78

staf., terdapat satu atau lebih tenaga staf, Staf, yaitu orang yang ahli

dalam bidang tertentu yang tugasnya memberi nasihat dan saran

dalam bidangnya kepada pejabat pemimpin di dalam organisasi

tersebut.

d. Bentuk organisasi Fungsional dan Staf.

Bentuk organisasi Fungsional dan Staf merupa kombinasi dari

bentuk organisasi fungsional dan bentuk organisasi garis dan staf.

Kebaikan dan keburukan dari bentuk organisasi ini adalah kebaikan

dan keburukan dari bentuk organisasi yang di komdinasikan.

3. Stuktur Organisasi

Suatu struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi,

dikelompokan, dan dikoordinasi secara formal. Menurut Robbis ada enam

unsur dalam merancang struktur organisasi, yaitu:

a. Spesialisasi kerja, yaitu suatu tingkat dimana tugas dalam organisasi

dibagi-bagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang terpisah.

b. Depertemen, yaitu dasar yang dipakai untuk mengelompokkan

bersama, sejumlah pekerjaan.

c. Rantai komando, yaitu garis tidak putus dari wawenang yang

terantang dari puncuk organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas

siapa melapor kepada siapa.

d. Rantai kendali, yaitu jumlah dibawah yang dapat diarahkan secara

efisien dan efektif oleh seseorang manejer.

e. Sentralisasi dan Desentralisasi, Sentralisasi yaitu sampai tingkat mana

pengambilan keputusan dipusatkan pada suatu titik tinggal dalam

Page 79: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

79

organisasi. Desentralisasi yaitu keleluasaan keputusan dialih kebawah

ke karyawan tingkat lebih rendah.

f. Formalisasi, yaitu suatu tingkat yan terhadapnya pekerjaan-pekerjaan

dalam organisasiitu dilakukan.

“Kami dalam kepengurusan pun berkerjasama untuk menjalankan

program kerja kam dengan warga setempat contohnya ketika menggadakan

acra di lingkunga warga setempat kami meminta izin kepada ketua rt

setempat.”

Kerjasama yang terjalin antara anggota PMIPTI juga dapat kita lihat

saat kinerja kepanitiaan dalam suatu kegiatan. Kepanitiaan ini dibentuk

ketika akan melakukan suatu kegiatan. Biasanya kepanitiaan ini diambil di

luar pengurus PMIPTI. Dalam panitia itu mereka sebaik mungkin

bekerjasama demi suksesnya suatu kegiatan. Disini mereka pun bekerjasama

memepertahankan kelestarian kebudayaan serta mengenalkan atau

mensosialisasikan kebudayaan Patani dengan berbagai cara, salah satunya

adalah mengikuti festival-festival kesenian dan kebudayaan yang di undang

oleh organisasi mahasiswa lainya yang ada di Bandung. Hal ini seperti yang

disebutkan oleh Saudara Ismael :

“Selain itu seperti yang sudah saya katakana tadi kami disini bukan

haya seorang pelajar tapi memperkenalkan budaya badikir yang hampir

punah Karena didaerah kami serba terbatas untuk melakukanya, jadi

Page 80: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

80

kamipun bekerjasama untuk mengenalkan budaya patani pada lingkungan

sekitar.

Kerjasama ini bisa terjalin karena diantara anggota PMIPTI telah

memiliki ikatan emosional yang terjalin Karena intensitas pertemuan dan

juga karena mereka memiliki perasaan senasib. Rasa senasib itu adalah jauh

dari orang tua dan sanak saudara serta senasib dalam hal sama-sama sedang

menuntut ilmu di Bandung.

Bentuk interaksi sosial asosiatif juga nampak dalam bentuk

akomodasi. Akomodasi merupakan sebuah bentuk usaha untuk mengurangi

pertentangan antara orang perorangan atau antar kelompok-kelompok di

dalam masyarakat akibat perbedaan paham atau pandangan. Akomodasi ini

dapat terlihat ketika terjadi konflik antar anggota PMIPTI, maka akan

diadakan akomodasi guna meredakan konflik antar anggota.

Bentuk interaksi sosial yang juga terdapat dalam PMIPTI adalah

bentuk interaksi sosial disosiatif. Hal ini tampak dalam unsur persaingan

dan juga konflik antar anggota. Ada beberapa bidang yang bisa menjadi

tempat sebuahpersaingan, yakni bidang ekonomi, kebudayaan, kedudukan,

dan juga kesukuan/ras. Persaingan yang terjadi diantara anggota PMIPTI

adalah persaingan dalam bidang kedudukan, biasanya terjadi ketika

pergantian kepengurusan. Beberapa anggota bersaing untuk mendapat

kedudukan sebagai ketua PMIPTI Bentuk persaingan ini bisa disebut

dengan persaingan kedudukan dan peranan. Kita sadar bahwa disetiap

Page 81: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

81

dalam diri individu ataupun suatu kelompok pasti memiliki rasa keinginan

untuk diakui olah banyak orang sebagai orang ataupun kelompok yang

memiliki kedudukan serta peranan yang penting dan terpandang. Hal ini

seperti yang disebutkan oleh Saudara Ismael :

“Kalau antar individu ada juga dalam mencapai sesutau hal,

misalkan dalam mendapat kan kedudukan baik itu sebagai ketua PMIPTI,

sekjen dll. Ya karena kami memiliki acuan kalau kami menjadi ketua bisa

dikewnal oleh semua anggota dan bias lebih kenal dengan organisasi

organisasi mahsiswa lainya”

Setiap individiu atau kelompok pasti memiliki perbedaan baik berupa

bentuk fisik, kebudayaan, pola pikir dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan

tersebut yang sering memicu terjadinya sebuah pertentangan atau konflik

antar individu ataupun kelompok. Ada beberapa penyebab terjadinya suatu

konflik, antara lain

a. Perbedaan antar individu, perbedaan pendirian dan perasaan dapat juga

menimbulkan konflik atau pertentangan.

b. Perbedaan kebudayaan, perbedaan kepribadian juga tergantung pada

pola kebudayaan yang melatar belakangi pembentukan serta

perkembangan kepribadian itu sendiri. Sedikit banyaknya indivdiu akan

terpengaruh oleh pola pikir dan pendirian dari kelompok dimana dia

berada. Hal ini pun dapat menyebabkan konflik antar kelompok.

Page 82: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

82

c. Perbedaan kepentingan, wujud kepentingan dapat berbagai macam.

Kepentingan ini dapat berupa kepentingan ekonomi, politik, dan lain

sebagainya

d. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang cepat untuk sementara waktu

akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Perubahan ini

pun dapat menimbulkan konflik bagi mereka yang berbeda pendirian.

Banyaknya perbedaan diantara anggota suatu kelompok itulah

menyebabakan timbulkan sebuah konflik. konflik yang terjadi dalam

sebuah kelompok dapat berupa konflik ringan ataupun konflik yang

berskala berat. Konflik yang terjadi pada PMIPTI pun tidak hanya terjadi

diantara anggota, terjadi dikarenakan beberapa hal, antara lain perbedaan

pendapat etika musyawarah, sifat egoisme yang dimiliki masing-masing

anggota, dan juga dikarenakan komunikasi yang kurang baik.

Penyelesaian konflik yang sering dilakukan adalah musyawarah

bersama bila konflik tersebut masih bias dimusyawarahkan. Apabila

konflik yang terjadi telah memperburuk keadaan dan hubungan antar

anggota, maka penyelesaian yang ditempuh adalah melibatkan para senior

atau sesepuh dari PMIPTI guna mendamaikan individu yang berkonflik,.

Page 83: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

83

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis diatas, Sejauh ini perbedaan identitas agama

belum menjadi persoalan yang dapat menghambat proses pembauran

antara mahasiswa Patani dengan masyarakat setempat. Pengaruh yang

positif yang dapat diambil dari pergaulan dengan masyarakat setempat.

Pengaruh yang positif yang dapat diambil dari pergaulan dengan

masyarakat yang berbeda agama yaitu dapat memperkaya pengetahuan

akan ajaran agama-agama pada hakikatnya sama yaitu menuju pada

kebaikan umatnya. Dengan demikian kita tidak lagi mendengar berbagai

bentuk konflik horizontal yang mengatasnamakan agama.

Bahasa adalah media yang sangat penting dalam kehidupan

manusia sebagai makhluk sosial. Bagi mahasiswa Patani yang merasa

perbedaan bahasa tidak berpengaruh terhadap pola relasi yang dibangun

maka mereka tidak akan merasa terganggu atau tersinggung jika ada teman

atau warga yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah

mereka. Namun bagi yang menganggap bahwa perbedaan bahasa

berpengaruh terhadap pola relasi sosial hal ini disebabkan oleh rasa

etnosentrisme yang cukup tinggi. Kecenderungan untuk mempertahankan

keseimbangan hubungan ditujukan dengan tidak berfikir negatif jika ada

teman atau warga yang berkomunikasi dengan bahasa daerahnya sendiri.

83

Page 84: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

84

Sebagaimana pluralitas keagamaan dan bahasa untuk pluralitas sosial

budaya pada hakikatnya merupakan kodrat hidup manusia sendiri yang

tidak mungkin dihindari oleh siapapun.

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas terlihat bahwa Interaksi

yang dimiliki mahasiswa patani di Cipadung cukup tinggi walaupun

bercorak majemuk. Ini menunjukan bahwa ada peluang terjadinya

pembauran sosial antara mahasiswa Patani dengan masyarakat setempat.

Pergaulan dan wawasan yang luas mampu menciptakan bentuk pergaulan

yang seimbang antara mahasiswa Patani dengan masyarakat setempat.

Disamping itu mereka akan menumbuhkan sikap menerima segala

kelebihan dan kekurangan orang lain serta membuka diri menerima segala

ide dari orang lain adalah faktor terpenting bagi terwujudnya interaksi

sosial mereka.

Mahasiswa Patani dengan budaya tersendiri dan sebagai kelompok

minoritas harus melakukan penyesuaian sebelum melakukan interaksi

sosial. Penyesuaian ini dapat dilakukan melalui komunikasi atau berbicara

dengan baik. Terutama menggunakan bahasa Indonesia, karena hampir

semua mahasiswa Patani belum paham betul dan belum bisa berbicara

bahasa jawa, oleh karena itu mereka berkomunikasi dengan masyarakat

setempat menggunakan bahasa Indonesia, sehingga bisa mengekspresikan

apa yang dirasa dan dipikirkan dengan sesungguhnya.

Kegiatan masyarakat yang ada dilingkungan tempat tinggal

mereka, telah memungkinkan mahasiswa Patani yang berbeda culture

Page 85: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

85

tersebut untuk bekerjasama. Kegiatan dan aktivitas yang diikuti mahasiswa

Patani di lingkungan masyarakat ternyata juga membawa peranan bagi

kehidupan mereka dengan bertambahnya nilai-nilai yang harus di ikuti.

Pengetahuan yang diperoleh melalui sosialisasi dan dari lingkungan sosial

dimana mereka berada, membuat mereka mampu untuk menyesuaikan diri

dengan kelompok lain.

5.2 Saran-saran

Tidak ada bangsa di dunia yang bercorak monokultural,

monoreligion, danmonoetnik. Semua bangsa termasuk Indonesia dibangun

atas dasar multikultural berdasarkan konsepsi bahwa manusia tidak ada

yang sama karena setiap manusia mempunyai identitas, baik yang

berkaitan dengan budaya, suku, agama, golongan ras, maupun status

sosial.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap para

mahasiswa Patani di Cipadung dalam menganalisa, pola interaksi sosial

yang dijalankan oleh para mahasiswa Patani, maka penulis memberikan

saran sebagai berikut.

1. Hendaklah para mahasiswa Patani yang sedang melakukan studi di

Bandung untuk terus menjaga kerukunan antar masyarakat di tempat

tinggalnya dengan selalu berkomunikasi dengan baik dan selalu

menghargai budaya orang lain.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/7124/4/4_Bab 1.pdf · Patani di Komplek Permai Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung 3. Adanya faktor-faktor yang

86

2. Bagi peneliti yang tertarik pada obyek kajian ini, diharapkan

memfokuskan penelitian ini tidak hanya pada tingkat Cipadung

melainkan pada tingkat yang lebih luas lagi agar mendapatkan hasil

yang lebih baik. Terakhir, penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat

Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini

bermanfaat.