BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter...

19
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal sebagai lembaga yang bertipologi unik karena pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang khas. Seperti diungkapkan Qamar, (2007, hlm. 20) “pondok pesantren sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen”. Begitu juga dengan pesantren yang dipaparkan oleh Rofiq, (2005, hlm. 35) melihat bahwa pesantren merupakan suatu jenis lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Menjelaskan bahwa: Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam tradisional untuk mendalami ilmu Agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup dalam keseharian. Pondok pesantren telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu serta menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim yang ada di Indonesia. Menurut Horikoshi, (1987, hlm. 27) “pondok pesantren merupakan institusi pendidikan keagamaan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang dianggap sebagai bangsa yang religius”. Jika dilihat dari aspek kelembagaan pesantren memiliki keunikan dibandingkan dengan madrasah ataupun lembaga pendidikan keagamaan lainnya. Pengertian tentang pesantren sangat berbeda-beda tergantung darimana kita memandang sebuah pesantren dengan berbagai aspek dan aplikasinya. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Hasbullah, (2001, hlm. 24) “di Indonesia istilah kuttab lebih dikenal dengan istilah pondok pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang di dalamnya terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik)”. Dengan sarana Masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan santri. Serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri. Dengan demikian ciri-ciri pondok pesantren adalah adanya kiai, santri, Masjid, dan pondok (tempat tinggal/asrama). 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

1

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal sebagai lembaga yang

bertipologi unik karena pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang khas. Seperti

diungkapkan Qamar, (2007, hlm. 20) “pondok pesantren sebagai suatu tempat

pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung

asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen”. Begitu juga dengan

pesantren yang dipaparkan oleh Rofiq, (2005, hlm. 35) melihat bahwa pesantren

merupakan suatu jenis lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Menjelaskan

bahwa:

Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam tradisional untuk

mendalami ilmu Agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup

dalam keseharian. Pondok pesantren telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu

serta menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim yang ada di

Indonesia.

Menurut Horikoshi, (1987, hlm. 27) “pondok pesantren merupakan institusi

pendidikan keagamaan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat

Indonesia yang dianggap sebagai bangsa yang religius”. Jika dilihat dari aspek

kelembagaan pesantren memiliki keunikan dibandingkan dengan madrasah ataupun

lembaga pendidikan keagamaan lainnya. Pengertian tentang pesantren sangat

berbeda-beda tergantung darimana kita memandang sebuah pesantren dengan

berbagai aspek dan aplikasinya. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh

Hasbullah, (2001, hlm. 24) “di Indonesia istilah kuttab lebih dikenal dengan istilah

pondok pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang di dalamnya terdapat

seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik)”.

Dengan sarana Masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan santri.

Serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri. Dengan demikian

ciri-ciri pondok pesantren adalah adanya kiai, santri, Masjid, dan pondok (tempat

tinggal/asrama).

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

2

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal serupa dikemukakan oleh Dhofier, (dalam Askyuri, 2014, hlm. 120)

“istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut

pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau barangkali berasal dari kata

Arab fundug yang berarti hotel atau asrama”. Pondok pesantren adalah lembaga

pendidikan Islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok) serta kiai yang

mengajarkan agama kepada para santri, dan Masjid sebagai pusat lembaga pendidikan

di pondok pesantren. Pondok pesantren yang cukup banyak jumlahnya sebagian besar

berada di daerah pedesaan dan mempunyai peranan besar dalam pembinaan umat dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana diungkapkan Abdurahman (dalam

Askyuri, 2014, hlm. 122) memaparkan bahwa :

Istilah pondok pesantren berasal dari fundug dalam bahasa Arab yang berarti

rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi pondok di dalam pesantren di

Indonesia, khususnya di Pulau Jawa lebih mirip dengan pemondokan dalam

lingkungan padepokan perumahan yang sangat sederhana yang dipetak-petak

dalam kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Keseluruhan

masyarakat tempat para santri itu bermukim dan menuntut ilmu disebut

pesantren. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, menyatakan bahwa pondok

sebagai tempat mengaji,belajar agama Islam sedangkan pesantren diartikan

orang yang menuntut pelajaran Islam.

Menurut Sukamto (1999, hlm. 97) “pondok pesantren memiliki peserta didik

yang dinamakan dengan santri. Penggunaan istilah santri ditujukan kepada orang

yang sedang menuntut pengetahuan agama di pondok pesantren sebutan santri

senantiasa berkonotasi mempunyai kiai”. Para santri menuntut pengetahuan ilmu

agama kepada kiai dan mereka bertempat tinggal atau bermukim di pondok

pesantren, karena posisi santri yang seperti itu maka kedudukan santri dalam

komunitas pesantren menempati posisi subordinat, sedangkan kiai menempati posisi

superordinat. Hubungan antara kiai dan santri sangat positif dimana santri sangat

menghormati dan menghargai kiai sebagai guru mereka dan sebagai orang yang

memberikan ilmu kepada mereka, sedangkan kiai begitu menyayangi para santri,

karena para santri adalah anak didiknya yang harus diberikan dan dibekali ilmu baik

ilmu agama maupun ilmu umum yang nantinya akan diamalkan oleh para santri

dalam kehidupannya. Seperti yang diungkapkan oleh Bashori (2003, hlm. 34) “santri

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

3

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dididik dan diajarkan ilmu agama oleh para pengajar di pesantren yang disebut

dengan ustadz/ustazah”. Dalam pesantren, santri hidup dalam suatu komunitas khas,

dengan kiai, ustadz, santri dan pengurus pesantren, berlandaskan nilai-nilai agama

Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasannya tersendiri.

Menurut Wiwin (2013, hlm. 23) menjelaskan bahwa ada dua jenis pesantren

yang terdapat di Indonesia, sebagaimana yang dipaparkan sebagai berikut :

Terdapat dua jenis pondok pesantren di Indonesia, yaitu yang masih bersifat

tradisional atau semi modern dengan pengajaran salaf ( pengajaran Al-Qur’an

sepenuhnya) dan pondok pesantren modern yang menggabungkan pengajaran

agama dengan pengetahuan umum dan menggunakan sistem pengajaran

modern. Pondok pesantren modern telah memakai sistem pembelajaran

modern dengan menggunakan kelas-kelas dan jadwal yang teratur.

Keberadaan serta eksistensi pondok pesantren ditengah-tengah masyarakat

khususnya masyarakat Indonesia mendapatkan tempat tersendiri, karena berbagai

program dan pengajaran yang digalakan pada pondok pesantren harus disesuaikan

dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Pada zaman sekarang pondok pesantren

terbagi menjadi dua kelompok yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern.

Perbedaan kedua pesantren ini terlihat dari sistem pengajarannya, dimana pesantren

tradisional bersifat informal dengan sistem pembelajaran sederhana dan lebih

menekankan pada pengajaran agama saja seperti belajar mengaji atau baca tulis Al-

Quran serta mengajarkan hadist, sementara pesantren modern menggunakan sistem

pembelajaran yang kompleks dengan menggunakan kurikulum tertentu yaang bersifat

formal serta menggabungkan dua sisi pengajaran agama dan pengetahuan umum.

Dimana pesantren modern ini secara pengajaran dan penggunaan kurikulum berada di

bawah naungan Departemant Agama dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia.

Seperti yang diungkapkan oleh Dhofier (1982, hlm. 52) menjelaskan bahwa :

Pesantren pada masa lalu sangat menunjukkan kesederhanaannya. Ada ciri

khas yang menonjol dari institusi pendidikan pesantren yaitu terdapat rasa

ikhlas yang tercipta diantara para santri dan kiai. Bentuk keikhlasan dari

pondok pesantren dapat terlihat tidak adanya pungutan biaya dari pihak

pesantren. Selain itu, tradisi pesantren biasanya mengajarkan anak membaca

Alquran dengan lancar dan benar. Setelah itu mereka diajarkan untuk dapat

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

4

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membaca dan menterjemahkan buku-buku Islam klasik yang elementer yang

ditulis dalam bahasa Arab. Setelah itu mereka memperdalam bahasa Arab

untuk dapat memperdalam buku-buku tentang fiqh, ushul fiqh, hadits, adab,

tafsir, sejarah, tasawuf dan akhlak.

Keberadaan pondok pesantren dengan segala aspek kehidupan dan

perjuangannya memiliki nilai strategis dalam membina insan yang memiliki kualitas

iman, ilmu dan amal. Menurut Nasir (2005, hlm. 42) “dalam sejarah bangsa Indonesia

dimana alumi dari pondok pesantren banyak bermunculan para ilmuwan, politikus

dan cendekiawan yang memasuki berbagai kancah percaturan disegala bidang sesuai

dengan disiplin ilmu yang mereka miliki, baik dalam taraf lokal, regional maupun

nasional bahkan sampai ke taraf internasional”. Demikian juga yang diungkapkan

Yacub (2006, hlm. 53) “dalam struktur pendidikan nasional, pesantren merupakan

mata rantai yang sangat penting”. Hal ini tidak hanya karena sejarah kemunculannya

yang relatif lama, tetapi juga karena pesantren secara signifikan ikut andil dalam

upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam sejarahnya pesantren merupakan

lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat. Serupa dengan yang diungkapkan

oleh Yunus (2005, hlm. 29) “pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam di

Indonesia, berdiri karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman”. Hal ini bisa dilihat

dalam perjalanan sejarah, bila diruntun kembali, sesungguhnya pesantren dilahirkan

atas kesadaran dan kewajiban dakwah Islamiyah, sekaligus mencetak kader-kader

ulama dan da’i. Lembaga pesantren muncul sebagai harapan bangsa Indonesia, yang

sudah umum diselenggarakan.

Pada pondok pesantren santri diajarkan untuk bersikap dan berakhlak baik

kepada siapapun dan selalu menerapkan serta mengamalkan ilmu yang telah

dipelajari dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari tidak berlebihan atau mubazir.

Begitu juga yang dipaparkan oleh Azra (2002, hlm. 44) :

Pesantren dalam perjalanan sejarahnya hingga kini juga dinilai cukup berhasil

mengukir prestasi dan kekhasan, terutama menyangkut: (1) penghayatan

mental spiritual keagamaan dan tafaqquh fi ad-din; (2) pelestarian nilai-nilai

keagamaan, semisal: kesederhanaan, keikhlasan, ukhuwwah, kebaktian, dan

keswadayaan; (3) lebih condong pada pengutamaan social effect dari pada

civil effects; (4) pelahiran pemimpin, baik formal maupun non formal yang

berpengaruh bagi masyarakat di lingkungannya; dan (5) penyebar luasan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

5

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dakwah Islam yang telah melahirkan umat Islam Indonesia sebagai mayoritas

dari tata susunan masyarakat bangsa Indonesia”

Wahid (dalam Damanhuri dkk, 2013, hlm. 19) mengungkapkan bahwa :

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Keberadaan

pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk di negeri ini. Sebagai

lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pesantren

diakui memiliki andil yang besar terhadap perjalanan sejarah bangsa

Indonesia. Pesantren tidak hanya melahirkan tokoh-tokoh nasional yang

paling berpengaruh di negeri ini, tetapi juga diakui telah berhasil membentuk

watak tersendiri, di mana bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam

selama ini dikenal sebagai bangsa yang akomodatif dan penuh tenggang rasa.

Sejak dekade tujuh puluhan, mulai bermunculan jenis pesantren baru produk

alam modern pesantren yang tumbuh berkembang di perkotaan, pesantren yang tidak

sekadar mengkaji kitab kuning (literatur klasik), tetapi juga literatur modern.

Pesantren moderen ini bermunculan untuk menjawab tantangan zaman dan

perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin komplit. Dimana pada zaman

sekarang kita telah memasuki zaman revolusi 4.0. Pada era ini semua sendi-sendi

kehidupan manusia berbasis kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang

diungkapkan oleh Klaus Martin Schwalo dalam bukunya “The Fouth Industrial

Revolution” (2017, hlm. 48 ) yang dikutip Kholil menyatakan bahwa :

Saat ini kita berada diawal sebuah revolusi yang secara fundamental

mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain. Perubahan itu

sangat dramatis dan terjadi pada kecepatan deponensial, revolusi industri 4.0

ditandai dengan berkembangnya internet of/for things yang diikuti oleh

teknologi baru dalam data sains, kecerdasan buatan, robotic, cloud, cetak tiga

dimensi dan teknologi nano.

Berdasarkan penjelasan di atas menyatakan bahwa kita sedang dan sudah

berada pada era revolusi 4.0 dimana arus informasi teknologi dan komunikasi sangat

kuat dan signifikan. Hal ini juga berpengaruh terhadap semua sektor kehidupan

manusia, seperti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi

dan industrialisasi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dengan demikian

lembaga pendidikan harus dapat mempersiapkan generasi muda untuk hidup pada era

revolusi 4.0 yang berperan penting dalam hal ini adalah lembaga pendidikan baik

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

6

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

formal maupun non formal. Dengan demikian pesantren sebagai salah satu lembaga

pendidikan tertua di Indonesia harus bisa bersaing serta menjawab tuntutan

perkembangan zaman ini dengan menerapkan sistem pembelajaran modern. Dimana

sistem pembelajaran modern yang dilakukan oleh pesantren yaitu dengan menerapkan

sistem pendidikan agama atau berbasis kepada ilmu agama dan akhlak serta juga

menerapkan sistem pembelajaran dan pengetahuan umum.

Dalam Hasbullah (1996, hlm. 62) mengatakan bahwa pada masa ini, pondok

pesantren dalam penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajarannya dapat

digolongkan ke dalam tiga bentuk yaitu:

a. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam,

yang pada umumnya diberikan dengan cara nonklasikal dan para santri

biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut.

b. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama

Islam,yang para santrinya tidak disediakan pondokan di komplek pesantren,

namun tinggal tersebar disekitar penjuru desa sekeliling pesantren tersebut.

Dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan

dengan sistem weton, yaitu para santri datang berduyun-duyun pada waktu

tertentu.

c. Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem

pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama

Islam dengan sistem bandungan, sorogan, ataupun wetonan, yang bagi para

santrinya disediakan pondokan yang biasa disebut dengan pondok pesantren

modern yang memenuhi kriteria pendidikan nonformal serta penyelenggaraan

pendidikan formal baik madrasah maupun sekolah umum dalam berbagai

tingkatan.

Sedangkan (dalam Noor, 2006, hlm. 56) menyatakan dari sisi kelembagaan,

Departemant Agama Republik Indonesia, dalam Peraturan Nomor 3 tahun 2012

tentang Pendidikan Agama Islam membagi tipe pesantren menjadi empat, yaitu:

a. Pondok pesantren tipe A, yaitu dimana para santri belajar dan bertempat

tinggal di Asrama lingkungan pondok pesantren dengan pengajaran yang

berlangsung secara tradisional (sistem wetonan atau sorogan).

b. Pondok pesantren tipe B, yaitu yang menyelenggarakan pengajaran secara

klasikal dan pengajaran oleh kiai bersifat aplikasi, diberikan pada waktu-

waktu tertentu. Santri tinggal di asrama lingkungan pondok pesantren.

c. Pondok Pesantren tipe C, yaitu pondok pesantren hanya merupakan asrama

sedangkan para santrinya belajar di luar (di madrasah atau sekolah umum

lainnya), kiai hanya mengawasi dan sebagai pembina para santri tersebut.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

7

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Pondok Pesantren tipe D, yaitu yang menyelenggarakan sistem pondok

pesantren dan sekaligus sistem sekolah atau madrasah.

Menurut Hasbullah (1999, hlm. 138) “pesantren merupakan “bapak” dari

pendidikan Islam di Indonesia. Pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban

dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran islam, sekaligus

mencetak kader-kader ulama’ atau da’i”. Dalam melaksanakan misi tersebut,

pesantren menerapkan beberapa metode pembelajaran tersendiri yang menjadikan

pesantren memiliki tipologi yang berbeda-beda sesuai dengan kekhasannya. Dalam

memahami tipologi pesantren, dapat digunakan panduan dari Departeman Agama

tentang pembagian tipologi pesantren di Indonesia sebagai pijakan yang bisa

dianggap baku dan berlaku pada pesantren-pesantren yang ada di Indonesia.

Menurut Departeman Agama (2003, hlm. 29) dari berbagai tingkat konsistensi

dengan sistem lama dan secara garis besar pondok pesantren dapat dikategorikan ke

dalam tiga bentuk, yaitu: a) Pondok pesantren salafiyah, b) Pondok pesantren

khalafiyah, dan c) Pondok pesantren campuran/kombinasi. Rinciannya adalah sebagai

berikut:

1. Pesantren Salafiyah

Salaf artinya lama, dahulu, atau tradisional. Pondok Pesantren salafiyah adalah

pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan

tradisional, sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya.

Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau

kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik, berbahasa Arab.

Penjenjangan tidak disasarkan pada satuan waktu, tetapi berdasarkan tamatnya

kitab yang dipelajari. Dengan selesainya satu kitab tertentu, santri dapat naik

jenjang dengan mempelajari kitab yang tingkat kesukarannya lebih tinggi.

Demikian seterusnya. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pendidikan modern

yang dikenal dengan sistem belajar tuntas. Dengan cara ini, santri dapat lebih

intensif mempelajari suatu cabang ilmu. Ciri yang menonjol biasanya adalah

dalam pesantren salafiyah pembelajaran lebih ditekankan pada kompetensi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

8

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa Arab secara pasif, yaitu keterampilan membaca dan menerjemah teks

Arab klasik.

2. Pesantren Khalafiyah

Khalaf artinya kemudian atau belakang, sedangkan ‘ashri artinya sekarang atau

modern. Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren dengan

pendekatan modern, memalui satuan pendidikan formal baik madrasah (MI,

MTs, MA atau MAK), maupun sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK), atau nama

lainnya, tetapi dengan pendekatan klasikal. Pembelajaran pada pondok

pesantren khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan,

dengan satuan program didasarkan pada satuan waktu, seperti catur wulan,

semester, tahun/kelas, dan seterusnya. Pada tipe ini, pondok lebih banyak

berfungsi sebagai asrama yang memberikan lingkungan kondusif untuk

pendidikan agama. Dalam bentuk yang lain, pondok pesantren khalafiyah juga

tetap dalam bentuk pondok pesantren seperti di pesantren salafiyah, tetapi di

dalamnya diajarkan ilmu-ilmu umum dan pembelajaran bahasa Arab dan

Inggris sekaligus. Biasanya penekanan pelajaran bahasa Arab dan bahasa

Inggris diarahkan dalam penguasaan secara aktif, dengan membiasakannya

dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi.

3. Pesantren Campuran/Kombinasi

Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan di atas adalah

salafiyah dan khalafiyah dalam bentuknya yang ekstrim. Dalam

kenyataannya, sebagian pondok pesantren yang ada sekarang adalah pondok

pesantren yang berada diantara rentangan dua pengertian di atas. Sebagian

besar pondok pesantren yang mengaku atau menamakan diri pesantren

salafiyah, pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan secara klasikal

dan berjenjang, walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah.

Demikian juga pesantren khalafiyah, pada umunya juga menyelenggarakan

pendidikan dengan pendekatan pengajian kitab klasik, karena sistem

“pengajian kitab” itulah yang selama ini diakui sebagai salah satu identitas

pondok pesantren. Tanpa menyelenggarakan pengajian kitab klasik, agak

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

9

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

janggal disebut sebagai pondok pesantren. Jadi, pesantren

campuran/kombinasi merupakan pesantren yang menggunakan pola

pembelajaran kitab kuning dan menggunakan sistem klasikal atau tidak dalam

proses belajar mengajarnya. Biasanya di dalamnya santri diwajibkan pula

berbahasa Arab dan Inggris secara aktif dalam pergaulan sehari-hari.

Berdasarkan tiga tipologi pesantren menurut Departeman Agama Republik

Indonesia di atas, maka dapat dikatakan bahwa Eco Pesantren Daarut Tauhid Daarut

Tauhid dan Pesantren Al Ihsan Baleendah termasuk kategori pesantren khalafiyah

karena kedua pondok pesantren ini merupakan pondok pesantren dengan pendekatan

modern, melalui satuan pendidikan formal baik madrasah (MI, MTs, MA atau MAK),

maupun sekolah (SD, SMP, SMU dan SMK), atau nama lainnya, tetapi dengan

pendekatan klasikal. Pembelajaran pada pondok pesantren khalafiyah dilakukan

secara berjenjang dan berkesinambungan. Penjenjangan yang berkesinambungan

pada setiap tinggkatan kelas ini diterapkan pada kedua pondok pesantren ini yaitu

Eco Pesantren Daarut Tauhid Daarut Tauhid dan Pesantren Al Ihsan Baleendah

Seperti pemaparan yang dijelaskan oleh Tolib (2005, hlm. 72) mengenai

sistem pendidikan pada pesantren modern yang ada di perkotaan yaitu :

Pesantren modern berupaya memadukan tradisionalitas dan modernitas

pendidikan. Sistem pengajaran formal ala klasikal (pengajaran di dalam kelas)

dan kurikulum terpadu diadopsi dengan penyesuaian tertentu. Dikotomi ilmu

agama dan umum juga dieleminasi. Kedua bidang ilmu ini sama-sama

diajarkan, namun dengan proporsi pendidikan agama lebih mendominasi.

Sistem pendidikan yang digunakan di pondok modern dinamakan sistem

Mu’allimin.

Pesantren memiliki beberapa keunggulan dari sekolah biasa yang tanpa

asrama, seperti yang dijelaskan oleh Najamuddin ( 2005, hlm. 68 ) bahwa :

Kelebihan sistem pesantren dibanding dengan sekolah biasa yang tanpa

asrama yaitu bahwa peserta didik berada dalam lingkungan suasana

pendidikan selama 24 jam, dan para pendidik atau pengasuh dapat

mengawasi, membimbing, dan memberi teladan kepada mereka secara total.

Ini akan memudahkan usaha pencapaian tujuan-tujuan pendidikan, sehingga

hasilnya dapat berlipat ganda dari hasil pendidikan sekolah biasa. Peserta

didik pada lembaga pendidikan pesantren diarahkan membiasakan diri untuk

mengamalkan ajaran Islam.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

10

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berangkat dari pengajaran pesantren modern dimana para santri tidak hanya

dibekali dan diajari ilmu agama saja tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Pesantren

modern sebagai lembaga pendidikan formal juga harus bisa mendidik dan

menyiapkan para santrinya untuk bisa bersaing pada era industrialisasi seperti saat

sekarang ini. Peran pesantren perlu ditingkatkan karena tuntutan globalisasi tidak

mungkin dihindari dan tantangan yang dihadapi juga semakin kompleks. Maka salah

satu langkah bijak, yang harus dilakukan adalah mempersiapkan pesantren agar

mampu menjawab tantangan zaman. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Zamzami (2012, hlm. 55) menyatakan bahwa :

Bagian dari fungsi edukasi pesantren adalah pelaksanaan ibadah kepada Allah

SWT yang berkaitan erat dengan kecerdasan spiritual santri. Hal ini tak lepas

dari pelaksanaan ibadah yang merupakan bagian dari gerakan jiwa. Dijelaskan

lebih lanjut bahwa kecerdasan spiritual menjadikan manusia yang benar-benar

utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Sehingga kecerdasan Spiritual

inipun berhubungan erat dengan pelaksanaan hubungan sosial santri dan

keberhasilan santri dalam mengembangakan karirinya dan berbaur dalam

lingkungan masyarakat yang lebih kompleks.

Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail ( 2012, hlm. 208)

yang menyatakan bahwa “pesantren tidak hanya mendidik dan mengajarkan santri-

santrinya untuk belajar agama dan akademik saja tetapi pesantren memiliki peran

untuk mendidik para santri dalam memiliki jiwa wirausaha dan berani untuk

berwirausaha”. Dalam kerangka ini, sumber daya manusia yang dihasilkan pesantren,

diharapkan tidak hanya mempunyai perspektif keilmuan yang lebih integratif dan

komprehensif antara bidang ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu keduniaan tetapi juga

memiliki kemampuan teoritis dan praktis tertentu yang diperlukan dalam masa

industri dan pasca industri. Berkaitan dengan hal tersebut Mulyasa (dalam

Hasbullah,1999, hlm. 38) mengatakan bahwa “peserta didik (santri) harus dibekali

dengan berbagai kemampuan sesuai dengan tuntutan zaman dan reformasi yang

sedang bergulir, guna menjawab tantangan globalisasi, berkontribusi pada

pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, dan adaptif terhadap

berbagai perubahan”.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

11

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tantangan industrialisasi dan globalisasi jika dilihat pada satu pihak bertujuan

untuk membangun dan menciptakan sumber daya manusia yang unggul khususnya

dalam sains dan teknologi sehingga mampu mendapatkan tempatnya dalam

perkembangan dewasa ini dan masa mendatang dipihak lain, sesungguhnya

menempatkan pesantren ke dalam dilema yang sulit. Permasalahan seputar

pengembangan pengelolaan pendidikan pesantren dalam hubungannya dengan

peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resources) merupakan isu aktual

dalam arus perbincangan kepesantrenan kontemporer. Maraknya perbincangan

mengenai isu tersebut tidak bisa dilepaskan dari realitas empirik keberadaan

pesantren dewasa ini kurang mampu mengoptimalisasi potensi yang dimilikinya.

Setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu potensi

pendidikan dan potensi pengembangan masyarakat.

Di kalangan pesantren sendiri, setidaknya sejak satu dasawarsa terakhir telah

muncul kesadaran untuk mengambil langkah-langkah tertentu guna meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan dan kebutuhan

transformasi sosial (pembangunan), dari sinilah timbul berbagai model pengelolaan

pesantren, baik dalam bentuk perubahan “kurikulum” pesantren yang lebih

berorientasi kepada “kekinian”, atau dalam bentuk kelembagaan baru semacam

“pesantren agribisnis”, atau sekolah-sekolah umum di lingkungan pondok pesantren,

dan bahkan dibeberapa pesantren telah mengadopsi dengan teknologi maju, sudah

mengajarkan berbagai macam teknologi yang berbasis keahlian dan pendidikan

keterampilan yang mengarah pada pendidikan profesi. Salah satunya seperti

pesantren modern yang berada di kota Bandung yang menyiapkan para santrinya

untuk bisa bersainga di era industri seperti pada saat sekarang ini. Para santri dibekali

ilmu agama serta ilmu-ilmu umum lainnnya seperti keterampilan wirausaha, ilmu

komputer, sanis dan bahasa seperti bahasa Arab dan Inggris yang menunjang

kehidupan para santri setelah menyelesaikan pendidikan dari pesantren yang akan

mengarungi kehidupan didunia yang lebih luas dan penuh dengan persaingan. Begitu

juga halnya pesantren yang terdapat di kota Bandung dengan menerapkan sistem

pengajaran pesantren modern yaitu mengajarkan pembelajaran agama dan umum.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

12

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Beberapa pondok pesantren tersebut adalah Eco Pesantren Daarut Tauhiid yang

berada dibawah yayasan Daarut Tauhiid, dan pondok pesantren Al Ihsan Baleendah

yang berada di bawah naungan yayasan Al Ihsan. Kedua pesantren ini merupakan

pesantren terbaik di kota Bandung karena memadukan pendidikan agama dengan

teknologi dan keterampilan serta merupakan pesantren dengan tipologi khalafiyah.

Eco Pesantren Daarut Tauhid merupakan pesantren khusus ikhwan (laki-laki)

mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA dimana pesantren ini berada dibawah naungan

yayasan Daarut Tauhiid. Eco Pesantren Daarut Tauhiid tidak hanya mendidik dan

mengajarkan para santrinya dalam pelajaran umum (sesuai kurikulum nasional) dan

pelajaran pondok (pelajaran dan ilmu agama) saja, tetapi santri juga diajarkan dan

dilatih dengan berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler yang akan menunjang

performa para santri diantaranya yaitu olahraga berkuda, memanah, pramuka,

paskibra, beladiri, berbagai macam jenis olahraga seperti futsal, voli dan basket serta

seni musik dan seni membaca Al-Quran. Hal ini dilakukan agar santri dapat

mengasah dan melatih kemampuan mereka di luar kemampuan akademik. Sementara

itu Pondok Pesantren Al Ihsan Baleendah merupakan pondok pesantren yang berada

di bawah naungan Yayasan Al Ihsan, yang terdiri dari tingkatan Madrasah

Tsanawiyah MTs /SMP, dan Madrasah Aliyah MA /SMA. Sama halnya dengan Eco

Pesantren Daarut Tauhid, pondok pesantren Al Ihsan Baleendah ini juga

mempersipakan para santrinya untuk menghadapi arus industrialisasi dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana para santri dididik tidak

hanya bidang studi agama namun juga bidang studi umum dan kepesantrenan yang

dapat menjadi bekal bagi santri nantinya. Seperti kegiatan ekstrakulikuler yang ada

pada pesantren Al Ihsan Baleendah yaitu dalam bidang olahraga (sepak bola, basket,

volly, tenis meja, takraw dan memanah), seni musik, seni membaca Al-Quran, ilmu

komputer dan sebagainya yang dapat menunjang keterampilan santri.

Pendidikan pesantren adalah usaha dalam mengembangkan potensi dan

prestasi yang dimiliki oleh santri. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) ditegaskan bahwa

“pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

13

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pondok pesantren modern merupakan lembaga pendidikan formal yang tidak hanya

mengajarkan pendidikan agama dan pengkajian kitab kuning saja, tetapi lebih

kompleks dan lengkap dengan menggunakan dua kurikulum yang disebut dengan

kurikulum terpadu yaitu gabungan dari kurikulum pondok (kurikulum kepesantrenan)

dan kurikulum nasional. Dahulu sempat terjadi kekhawatiran orang tua dalam

memasukan dan memilih pesantren sebagai tempat menimba ilmu bagi anaknya. Hal

ini disebabkan oleh anggapan bahwa setiap anak yang masuk pesantren akan menjadi

ustadz/ guru mengaji, presepsi tersebut yang membuat orangtua tidak tertarik

memasukan anaknya ke pondok pesantren. Anggapan demikian jauh berbeda dengan

saat sekarang ini, hal ini dibuktikan dengan tingginya motivasi orangtua dalam

memilih pondok pesantren untuk pendidikan bagi anak-anaknya. Pesantren

diharapkan dapat membentuk karakter dan pembinaan moral santri. Hal ini sejalan

dengan yang diungkapkan oleh Noor (2006, hlm. 64) “bahwa orang tua

mempercayaakan pembinaan moral anak kepada pondok pesantren oleh sebab itu

orangtua termotivasi memilih pondok pesantren sebagai agen pembinaan moral

disamping pembelajaran ilmu pengetahuan agama dan umum”. Seiring dengan

perkembangan zaman, tuntutan masyarakat terhadap dunia pesantrenpun memang

telah berkembang dengan pesat,khususnya dalam hal pendidikan. Dan ini bisa kita

lihat dengan banyaknya orangtua dan masyarakat yang menginginkan berbagai hal

lebih seperi harapan yang tinggi dari keberadaan sebuah pondok pesantren.

Dalam Rohlin (2017, hlm. 31) dinyatakan bahwa ada beberapa keinginan yang

muncul dari masyarakat untuk pondok pesantren diantaranya yaitu :

(1) Di samping memiliki kemampuan dalam keagamaan, masyarakat (para

orangtua) saat ini juga menginginkan lulusan pesantren memiliki kemampuan

yangsetara dengan lulusan sekolah umum, sehingga para lulusan dapat

melanjutkan kejenjang pendidikan tinggi secara leluasa;

(2) Masyarakat mengharapkan anak mereka yang lulus dari pesantren memiliki

keunggulan dalam keterampilan spesifik dalam bidang agama, seperti hafal Al-

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

14

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Quran, mampu membaca kitab,memiliki logika berpikir yang kuat sehingga

mampu berdebat dengan baik;

(3) Masyarakat menginginkan lulusan pesantrern juga memiliki penguasaan dalam

bidang teknologi, seperti penggunaan komputer, pembuatan

website,pengoperasian program;

(4) Masyarakat menginginkan lulusan pesantren memiliki daya saing dalam

keterampilan spesifik dan pengisian dunia kerja.

Era globalisasi dan industrialisasi selalu menuntut setiap orang mempunyai

power dan skill dalam mengarungi dunia yang semakin kompetitif sehingga banyak

orang, lembaga, bahkan pesantren harus mencari menu baru dalam usahanya

meningkatkan pemberdayaan masyarakat agar out put dari pondok pesantren tetap

bisa survive dan eksis guna menghadapi permasalahan dan kebutuhan serta tuntutan

masyarakat yang semakin kompleks. Berdasarkan penjelasan di atas dapat

disimpulakan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan juga banyak mencetak

generasi yang berprestasi dan kompetitif seperti yang telah dijelaskan di atas, oleh

sebab itu maka sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia pesantren harus

mampu mencetak santri yang mampu memiliki iman dan ilmu, mampu bersaing

secara akademik dan berprestasi dalam berbagai bidang.

Diharapkan dengan sistem pembelajaran pesantren santri dapat membentuk

karakter keimanan dan ketekunan yang lebih baik, dibawah bimbingan serta arahan

para ustadz dan ustazah. Pesantren harus dapat menyiapkan para santrinya untuk

bersaing dan beradaptasi dalam era industrialisaasi, dimana industrialisai merupakan

arus yang berorientasi pada perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat

signifikan. Sehingga para santri selain di belaki ilmu agama dan pendidikan akhlak

juga harus diajarkan ilmu umum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

Arus industrialisasi ini tidak dapat dielakan karena kita telah masuk kedalamnya,

dimana hampir semua aktifitas dan kegiatan manusia menggunakan tenaga mesin

dan teknologi. Sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren harus dapat responsif

atas perlembangan zaman dimana para santri diberi pendidikan, pembelajaran dan

program-program pesantren yang mendukung para santri dalam bersaing pada arus

industrialisai.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

15

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren

memiliki tujuan untuk membentuk para santrinya agar dapat survive pada arus

industrialisasi. Pada zaman sekarang presepsi masyarakat menggenai pesantren sudah

mulai berubah, yang mulanya orangtua beranggapan jika anaknya hanya akan

menjadi ustadz/ guru mengaji ketika menuntut ilmu di pesantren, kini tidak demikian

lagi pesantren modern dengan segala program dan inovasi-inovasi pembelajaran yang

dilakukan dapat mencetak generasi muda yang berprestasi, beriman dan kompetitif,

sehingga mampu survive pada arus industrialisasi dan era globalusasi seperti sekarang

ini.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai bagaiman tantangan yang dihadapi oleh para santri perkotaan di

tengah arus industrialisasi, serta bagaimana strategi santri pada pondok pesantren

perkotaan ini untuk bisa beradaptasi dengann arus industrialisasi sehingga memiliki

jiwa kompetitif yang baik serta peranan dari pondok pesantren dalam

mempersiapkan santri untuk dapat kompetitif pada dunia luar yang lebih luas dan

terbuka. Maka judul penelitian dalam tesis ini adalah “Santri Perkotaaan Di Tengah

Arus Industrialisasi (Studi deskriptif : Pondok Pesantren Al Ihsan Baleendah

dan Eco Pesantren Daarut Tauhid Daarut Tauhiid).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus permasalahan dalam penelitian

ini adalah mengenai santri perkotaan dalam mengahadapi arus industrialisasi,

sedangkan secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Santri Perkotaaan dalam Menghadapi dan Berada Di Tengah Arus Industrialisasi?”.

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka

masalah pokok tersebut dirinci dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut

:

1. Bagaimana tantangan yang dihadapi oleh santri perkotaan di tengah arus

industrialisasi ?

2. Bagaimana respon dan strategi santri perkotaan dalam menghadapi arus

industrialisasi ?

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

16

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimana peran pesantren dalam menyiapkan para santri untuk menghadapi

arus industrialisasi ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Sebagaimana yang terdapat dalam rumusan masalah dalam penelitian, maka

secara umum tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk untuk

mendeskripsikan santri perkotaaan di tengah arus industrialisasi.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum di atas, peneliti menyimpulkan tujuan khusus yang

akan dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis tantangan yang dihadapi oleh santri perkotaaan di

tengah arus industrialisasi.

b. Untuk menjelaskan respon dan strategi santri perkotaan dalam

menghadapi arus industrialisasi .

c. Untuk mendeskripsikan peran pesantren dalam menyiapkan para santri

untuk menghadapi arus industrialisasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat praktis maupun

teoritis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta

bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sosiologi

khususnya sosiologi perkotaan dan sosiologi industri. Dengan penelitian ini peneliti

berharap dapat memberikan gambaran menggenai tantangan, respon serta strategi

yang dihadapi oleh komunitas santri perkotaan di tengah arus industrialisasi, serta

penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya di masa

yang akan datang.

b. Secara Praktis

(1) Bagi peneliti, penelitian tentang santri perkotaan di tengah arus industrialisasi

(studi sosiologi bagi komunitas santri perkotaan) dapat menambah dan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

17

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperluas wawasan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang

sosiologi khususnya sosiologi perkotaan dan sosiologi industri.

(2) Bagi mahasiswa program studi Pendidikan Sosiologi, penelitian ini dapat

dijadikan salah satu referensi dan salah satu sumber kajian oleh mahasiswa

yang dapat dikaji oleh bidang ilmu Sosiologi khusunya sosiologi agama,

sosiologi perkotaan dan sosiologi industri.

(3) Bagi pengambil kebijakan, diharapkan pesantren menjadi lembaga pendidikan

yang baik serta edukatif dalam mempersiapkan santri agar kompetitif dan

adaptif serta melahirkan suatu kebijakan untuk mempersiapkan generasi emas

yang memiliki intelegtual serta berkarakter, untuk menghadapi arus

industrialisasi.

(4) Bagi masyarakat khususnya masyarakat Islam, dengan metode pembelajaran

modern yang diterapkan oleh pondok pesantren diharapkan masyarakat dapat

memiliki prespektif dan pandangan yang positif pada pondok pesantern,

pondok pesantren memiliki citra yang baik sehingga orangtua tidak sungkan

untuk memasukkan anaknya ke pondok pesantren.

(5) Bagi Pondok Pesantren, diharapkan dengan penelitian ini pondok pesantren

dapat mempersiapkan santri untuk beradaptasi dengan arus industrialisasi dan

mampu berkompetisi dengan baik.

1.5 Struktur Organisasi Tesis

Agar tesis ini dapat mudah dipahami oleh berbagai pihak yang berkepentingan,

maka tesis ini disajikan ke dalam lima bab yang disusun berdasarkan struktur

penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang

penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaatpenelitian dan struktur organisasi tesis sebagai landasan dari

permasalahan ketika melakukan penelitian. Dalam tesis yang berjudul

“Santri Perkotaan Di Tengah Arus Industrialisasi” membahas dan

mengkaji mengenai bagaimana tantangan yang dihadapi oleh santri

pondok pesantren di tengah arus industrialisasi, bagaimana persiapan dan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

18

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

respon yang di lakukan untuk menghadapi arus industrialisasi ini agar

tetap dapat kompetitif dan memililki kemampuan yang baik tidak hanya

dalam ilmu agama tetapi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

membahas mengenai peranan pondok pesantren dalam membina,

mendidik, melatih, serta membentuk santri santri sebagai manusia yang

berimana dan berilmu pengetahuan serta wawasan yang luas.

BAB II : Kajian Pustaka. Pada bab ini memaparkan teori-teori yang akan menjadi

pisau analisis pada bab IV, juga menguraikan dokumen-dokumen atau

data-data sebagai pendukung dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang

berjudul “Santri Perkotaan Di Tengah Arus Industrialisasi” teori yang

digunakan sebagai pisau analisis yaitu teori stimulus dan respon. Dimana

dalam teori stimulus dan respon masyarakat akan merespon atau

melalukan tindakan berupa upaya jika terdapat stimulus. Dalam penelitian

ini respon apa yang akan dilakukan oleh santri melihat perkembangan

zaman dan era industrialisasi. Dimana dalam era industrialisasi ini

dibutuhkan kemampuan yang baik dri dalam segala bidang agar dapat

kompetitif dan bersaing di dunia luar. Teori stimulus dan respon dianggap

sesuai dan relevan denga penelitian ini, karena dalam penelitian ini akan

menjawab bentuk-bentuk stimulus (tantangan) yang muncul serta respon

yang diberikan atas tantangan arus industrialisasi tersebut.

BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan desain penelitian,

partisipan dan tempat penelitian, metode penelitian, pengumpulan data,

analisis data, dan uji keabsahan data sebagai alur penelitian. Dalam

penelitian ini dengan judul “Santri Perkotaan Di Tengah Arus

Industrialisasi” metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi,

wawancara dan studi dokumen. Analisis data menggunakan analisis Miles

Hubermas dimana terdapat tiga tahap dalam mengolah data yang didapat

di lapangan data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Serta agar data yang diperoeh valid maka

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalahrepository.upi.edu/39078/2/T_PESOS_ 1707083_ Chapter 1.pdf · 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal

19

Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan uji keabsahan data denga cara perpanjangan pengamatan

dengan menggunakan cara triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

BAB IV : Temuan dan Pembahasan. Pada bagian ini terdiri ats dua hal yaitu,

tentang pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis

temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan prosedur tahap-tahap

kualitatif. Bagian pembahasan atau analisis temuan mendiskusikan

temuan tersebut dikaitkan dengan dasar teoritis yang telah dibahas pada

bab bagian Kajian Pustaka dan temuan sebelumnya.

BAB V : Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Dalam bab ini peneliti

menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan

penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan

dari hasil penelitian sebagai penutup dari hasil penelitian tesis.