BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 ... · Beberapa jurusan tersebut dalam...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 ... · Beberapa jurusan tersebut dalam...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Objek Penelitian
1.1.1 Profil SMKN 1 Bandung
SMKN 1 Bandung adalah sekolah kejuruan yang yang memiliki jurusan
Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran, dan Usaha Perjalanan Wisata.
Beberapa jurusan tersebut dalam kurikulum pengajaran dibekali dengan materi dan
praktik kewirausahaan. Bahkan secara khusus kegiatan kewirausahaan dimasukka
dalam salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah
(Smknegeri1bandung.com, 2013). Wirausaha pilihanku menjadi salah satu kalimat
dalam moto dari SMKN 1 Bandung.
SMKN 1 Bandung berlokasi di Jalan Wastukancana No. 3 RT 03 RW 07,
Kelurahan Babakanciamis, Kecamatan Sumurbandung, Bandung.
Gambar : 1.1 Jurusan & Logo SMKN 1 Bandung
Visi:
Menjadi SMK rujukan yang menghasilkan lulusan yang berkualitas, mandiri,
kreatif dan kompetitif.
Misi:
2
1. Membentuk insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Mepersiapkan tenaga kerja menengah yang tangguh, kompetitif dan profesional
3. Menghasilkan lulusan yang mandiri serta mampu menjadi enterpreuner yang
jujur dan peduli
4. Membekali lulusan yang cerdas untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi
5. Pengembangan sistem manajemen mutu berkelanjutan untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan
6. Mengembangkan sistem pembelajaran berbasis IT dan memperkuat
kemampuan berbahasa asing
7. Melengkapi sarana dan prasarana yang memadai dan lingkungan belajar yang
kondusif
8. Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan menjadi insan
pengabdi yang profesional
9. Meningkatkan kesejahteraan warga sekolah
Seperti dikutip dalam situs resmi SMKN 1 Bandung, motto dari SMKN 1
Bandung adalah sebagai berikut (Smknegeri1bandung.com, 2013)
Motto:
Bekerja … SIAP
Melanjutkan … OK
Wirausaha … PILIHANKU
Maju bersama SMK Negeri 1 Kota Bandung
Pada 2018 SMKN 1 Bandung menjadi salah satu dari 5 sekolah dengan predikat
terbaik dalam kepiawaian berwirausaha. Hal tersebut dibuktikan melalui kompetisi
yang diadakan oleh Citibank melalui program “Youth Sociopreneur Initiative” dalam
3
kegiatan Prestasi Junior Indonesia Bersama Citi Indonesia. SMKN 1 Bandung dalam
kegiatan tersebut menjadi peserta yang mendirikan dan mengoperasikan usaha mikro
di lingkungan sekolahnya. Di mana hal tersebut dipraktikkan mulai dari menciptakan
produk, merancang sebuah strategi untuk bisnis yang diciptakan, menjual produk,
hingga melakukan likuidasi perusahaan. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan dalam
waktu setengah tahun atau satu semester. (Bandung.merdeka.com, 2018).
Dalam kegiatan tersebut, SMKN 1 Bandung di dalamnya mendapatkan
bimbingan untuk menjalankan bisnisnya secara intensif yang diarahkan oleh mentor
yang tergabung dalam CitiVoluenteers. Adapun tujuan dari pengarahan dan
pendampingan tersebut adalah supaya peserta dari SMKN 1 Bandung dapat lebih
terlatih dan merangsang potensi kewirausahaan, dan setelah lulus sekolah nantinya
dapat langsung menjadi seorang wirausahawan (Bandung.merdeka.com, 2018)
Menurut penjelasan Elvera selaku Direktur Country Head of Corporate Affairs
Citibank, menyatakan bahwa program kewirausahaan seperti yang diikuti oleh SMKN
1 Bandung dapat memberikan landasan bisnis kepada peserta karena adanya
pembelajaran dan praktik langsung. Sehingga hal tersebut diharapkan oleh
penyelenggara dapat membantu praktik kewirausahaan siswa di masa mendatang
karena adanya pembekalan materi yang berisi literasi dan inklusi keuangan di
dalamnya (Bandung.merdeka.com, 2018).
1.1.2 Ekstrakurikuler Kewirausahaan SMKN 1 Bandung
Terdapat beberapa kegiatan siswa ekstrakurikuler di SMKN 1 Bandung, salah
satunya adalah ekstrakurikuler kewirausahaan. Ekstrakurikuler kewirausahaan di
SMKN 1 Bandung ini telah berdiri selama 10 tahun sejak tahun 2009. Ekstrakurikuler
kewirausahaan didirkan karena SMKN 1 Bandung memiliki motto “wirausaha adalah
pilihanku” (Smkn1bandung.com, 2013).
Adanya kegiatan ekstrakurikuler Kewirausahaan, siswa dapat meningkatkan
kemampuan berwirausaha. Sebab walaupun siswa telah mendapat materi
4
kewirausahaan dalam pembelajaran di kelas, namun perlu juga dipraktikkan dalam
kegiatan yang lebih nyata, yakni melalui kegiatan pada ekstrakurilkuler kewirausahaan.
Dengan adanya kegiatan tersebut, siswa dapat belajar dari hal-hal kecil dalam praktik
berwirausaha.
Berdasarkan hasil wawancara dan survei awal yang peneliti lakukan, anggota
dari ekstrakurikuler kewirausahaan saat ini adalah 50 orang siswa. Seluruh anggota
terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan.
Keanggotaan ekstrakurikuler kewirausahaan tidak terbatas pada jurusan tertentu saja,
tapi semua jurusan yang ada di SMKN 1 Bandung bisa bergabung dan terlibat secara
aktif menjadi anggota dan mengikuti kegiatan. Hal ini sesuai dengan visi yang
ditetapkan oleh SMKN 1 Bandung. Ekstrakurikuler kewirausahaan melatih anggotanya
dari segi mental untuk siap menjadi seorang wirausahawan, memiliki sikap jujur,
bertanggungjawab, tidak mudah putus asa, dan selalu semangat (Smkn1bandung.com,
2013).
Berdasarkan hasil wawancara dan survei awal yang dilakukan penelit, diketahui
bahwa kegiatan rutin yang dilakukan oleh ekstrakurikuler kewirausahaan adalah
dengan mengelola kantin siswa di SMKN 1 Bandung, yang kemudian disebut kantin
siswa (kantin siswa) yang dilakukan setiap hari. Visi dari ekstrakurikuler
kewirausahaan adalah “Tidak hanya untuk mencetak entrepreneur”. Selain mengelola
kantinsiswa, kegiatan lainnya yang dilakukan dalam ekstrakurikuler kewirausahaan
adalah sharing untuk berbagi ilmu, membuat produk-produk kewiraushaan, membuat
proposal business plan, praktik berjualan, menjual produk kreasi dari anggota,
melakukan apresiasi hasil produk anggota, evaluasi produk dan kegiatan, berpartisipasi
dalam perlombaan bisnis plan, serta terlibat dalam kegiatan seminar kewirausahaan.
Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan ini siswa peserta
ekstrakurikular kewirausahaan di SMKN 1 Bandung
5
1.2 Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian pada suatu negara ditentukan oleh inovasi dan
wirausaha. Wirausaha adalah serapan dari enterpreuner, dimana dengan wirausaha
dapat membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.
Indonesia sendiri menghadapi persoalan pengangguran yang nyata, dimana menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran Indonesia, dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 530.000 orang pada tahun 2016 (BPS, 2016).
Adanya pengangguran dapat memberi dampak yang serius bagi perekonomian
negara, dimana pengangguran dapat mengakibatkan depresi pada anak muda angkatan
kerja yang berujung pada meningkatnya tingkat kriminalitas, ataupun putus asa yang
dapat menjadi salah satu penyebab meningkatnya penggunaan narkoba. Tingginya
pengangguran juga menjadi faktor penyebab standar kehidupan yang rendah karena
tidak adanya pekerjaan mengakibatkan tidak cukupnya dana untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang layak. Tingginya jumlah pengangguran membutuhkan
penyerapan tenaga kerja yang lebih baik, pengangguran berkurang pada saat tersedia
lapangan pekerjaan (Wingdes, 2018).
Adapun penyebab pengangguran menurut Widianto (2015) adalah karena
jumlah angkatan kerja yang tidak seimbang dengan kesempatan kerja yang ada,
kualifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang
dibutuhkan, adanya pemutusan hubungan kerja, efektivitas informasi dan mekanisme
pasar kerja yang belum optimal, serta adanya krisis global yang berpengaruh terhadap
suatu negara.
Terlebih lagi, Indonesia kini menghadapi adanya bonus demografi, dimana
jumlah penduduk berusia produktif lebih besar daripada penduduk berusia non-
produktif. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menyebutkan
bahwa pada 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi
yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan
6
penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada
periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total
jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Agar Indonesia dapat
memetik manfaat maksimal dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia
usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi
pendidikan dan keterampilan, termasuk kaitannya dalam menghadapi keterbukaan
pasar tenaga kerja (Bappenas, 2017). Oleh karena itu, dengan adanya kewirausahaan,
terutama di kalangan generasi muda dapat menjadi solusi atas persoalan pengangguran
yang dihadapi oleh Indonesia.
Namun demikian, jumlah lulusan SMK dari tahun ke tahun terus meningkat
namun peningkatan tersebut tidak diiringi oleh pertambahan jumlah lapangan
pekerjaan. Sebagian besar lulusan SMK bekerja sebagai pegawai dan sangat sedikit
yang menjadi pencipta lapangan kerja. Sebagian besar lulusan merasa tidak siap untuk
membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri atau menjadi wirausahawan.
Padahal, peranan para wirausahawan pada suatu negara yang sedang berkembang tidak
dapat diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan (Mulyana, 2013).
McClelland dalam Ciputra (2008) menyatakan bahwa agar suatu negara bisa
menjadi makmur dibutuhkan minimum 2% jumlah wirausaha dari total jumlah
penduduknya. Amerika Serikat pada tahun 2007 telah memiliki 11,5% jumlah
wirausaha, Singapura telah memiliki 7,2% wirausaha sampai pada tahun 2005
sementara Indonesia diperkirakan hanya memiliki 0,18% wirausaha atau sekitar
440.000 orang dari yang seharusnya berjumlah 4,4 juta orang. Kewirausahaan
merupakan sikap, jiwa, semangat mulia pada seseorang yang inovatif, kreatif, serta
berupaya untuk kemajuan pribadi dan masyarakat (Wibowo, 2013). Sehingga karakter
kewirausahaan akan menjadi lebih baik apabila terdapat pada setiap orang, baik itu
guru, pegawai, ibu rumah tangga, atau bahkan siswa, tidak terbatas pada pengusaha
saja.
7
Terdapat tiga dampak positif entrepreneur dalam menyelesaikan beberapa
permasalahan di negara berkembang. Pertama entrepreneur membuka jenis usaha baru
dalam perekonomian. Usaha-usaha yang dikembangkan menambah keberagaman
usaha di Indonesia. Kedua, menyediakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja.
Ketika entrepreneur membuka usaha, berarti membuka langkah untuk mengurangi
proporsi pengangguran dan pelamar kerja. Ketiga, meningkatkan output pendapatan
per kapita nasional. Peningkatan produktivitas akibat munculnya usaha-usaha baru
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan pendapatan masyarakat
(Darwanto, 2012).
Menghadapi permasalahan pengangguran yang ada, dengan bonus demografi
yang diprediksi akan segera terjadi di Indonesia, serta adanya potensi pertambahan
siswa SMK yang diharapkan untuk dapat siap bekerja setelah lulus, maka pemerintah
kemudian melakukan berbagai gerakan kewirausahaan secara nasional, salah satunya
Gerakan Kewirausahaan Nasional 2013 yang digagas oleh Kementerian Koperasi dan
UKM untuk membina dan mendanai masyarakat yang berminat berwirausaha dan
mengembangkan bisnisnya. Dalam program tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM
(Kemenkop UKM) menyatakan, program prioritas pembiayaan tahun anggaran 2018-
2019 adalah permodalan usaha bagi wirausaha pemula (startup capital). Target tahun
ini, pendanaan ini dapat diberikan pada 1.831 pengusaha pemula dengan nilai Rp 26,1
miliar (Kontan.co.id, 2018). Dalam program ini, persyaratan wirausaha pemula yang
ditetapkan adalah secara individu memiliki rintisan usaha produktif (minimal usahanya
sudah berjalan enam bulan dan maksimal tiga tahun). Persyaratan lainnya, belum
pernah menerima bantuan sejenis dari Kemenkop dan UKM, maksimal usia 45 tahun,
pendidikan minimal SLTP/sederajat, memiliki KTP yang berlaku, ada legalitas usaha
(ijin usaha mikro kecil) surat keterangan dari kelurahan, pernah mengikuti pembekalan
kewirausahaan dengan ditunjukkan sertifikat maksimal dua tahun sebelum tahun
anggaran berjalan. Adapun total nilai bantuan yang telah disalurkan kepada wirausaha
pemula pada 2016 telah mencapai Rp 88,4 miliar (Cooperative, 2017)
8
Sementara itu Kementerian Perindustrian memberi pembekalan kepada calon
pengusaha baru dengan sejumlah keterampilan dasar. Para calon pengusaha baru
tersebut dibekali dengan fasilitasi pelatihan bimbingan teknis wirausaha baru. Mereka
yang dibekali di dalam berbagai sektor misalnya makanan, minuman, kerajinan,
fashion, elektronik, hingga perbengkelan kendaraan bermotor, seperti pengelasan
(Kompas.com, 2018).
Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui deputi bidang pengembangan
pemuda juga memiliki kegiatan pelatihan kewirausahaan di daerah, yang dilakukan
sejak tahun 2016. Hal tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kewirausahaan dan Kepeloporan
Pemuda, serta Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. Dimana kegiatan
Kementerian Pemuda dan Olahraga bertujuan untuk mengembangkan minat, motivasi,
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pemuda untuk terjun ke dunia wirausaha
(Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2019)
Disamping itu, dalam laporan Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi
Bappenas (2019) tentang kebijakan pengembangan kewirausahaan, disebutkan bahwa
indeks kemudahan berusaha (ease of doing business index) di Indonesia menunjukkan
peningkatan yang pesat dalam 5 tahun terakhir sejak 2014 hingga 2018. Hal tersebut
menunjukkan masyarakat di Indonesia semakin mudah untuk melakukan sebuah usaha
atau menjadi wirausaha.
9
Sumber: Bappenas, 2019
Gambar 1.2 Indeks Kemudahan melakukan usaha di Indonesia
Pengembangan kewirausahaan pemuda merupakan tugas Pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat dan atau organisasi kepemudaan dalamrangka
meningkatkan peran pemuda untuk aktif meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pelatihan kewirausahaan pemuda merupakan amanat dari pasal 27 Undang-undang
Nomor 40 tahun 2009 tentang Pengembangan Kewirausahaan Pemuda yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi keterampilan pemuda dan kemandirian berusaha.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemerintah melalui berbagai program
telah mendukung kegiatan berwirausaha, terutama bagi anak-anak muda di Indonesia.
Hal tersebut dapat terlihat dari berbagai upaya yang dilakukan berbagai kementerian
seperti Kementerian Koperasi dan UKM, lalu Kementerian Perindustrian, dan
Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Tabel 1.1 Program Pemerintah untuk Mendukung Menjadi Entrepreneur
No Program Kegiatan Kementerian
1. Gerakan Kewirausahaan
Nasional
Bantuan permodalan bagi
masyarakat minimal Pendidikan
SLTP
Kementerian Koperasi dan
UKM
10
2. Pembekalan
keterampilan
Pelatihan bimbingan teknis Kementerian Perindustrian
3. Pelatihan kewirausahaan Pelatihan kewirausahaan di
daerah-daerah
Kementerian Pemudan dan
Olahraga
4. Kurikulum bermuatan
kewiraushaaan
Pembelajaran dan praktik
kewirausahaan di sekolah
Kementerian Pendidikan dan
kebudayaan
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2019), Kemenperin (2019), Kemenpora
(2019), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2019)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun tidak tinggal diam dalam proses
pembinaan dan pengembangan kewirausahaan tersebut. Kemendikbud telah
merancang berbagai program dan kurikulum pengajaran yang mengarahkan
pembangunan karakter wirausaha para siswa sekolah menengah dan para mahasiswa
perguruan tinggi. Program tersebut menekankan pendidikan yang lebih demand
oriented, membekali para peserta didik dengan karakter kewirausahaan
(entrepreneurship) dan melibatkan dunia usaha (Kemendikbud, 2015).
Menurut Joko Sutrisno dalam Wibowo (2011) pendidikan yang berwawasan
kewirausahaan, adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi
ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui
kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan di sekolah.
Namun demikian, Berdasarkan data yang dipublikasikan GEDI (Global
Entrepreneurship and Development Institute) dalam Global Entrepreneur Index 2019,
tercatat Indonesia berada di urutan 94 dari 137 negara dunia. Indeks ini merupakan
ukuran dari ekosistem kewirausahaan suatu negara, yang diukur dari motivasi,
kompetensi, penerimaan risiko, dukungan kultural, permodalan, dan inovasi
(thegedi.org, 2019). Sehingga rendahnya indeks Entrepreneur Indonesia di antara
negara-negara dunia adalah cerminan dari rendahnya motivasi, kompetensi,
penerimaan risiko, dukungan kultural, permodalan, dan inovasi yang membuat minat
berwirausaha di Indonesia rendah.
11
Tabel 1.2 Global Entrepreuner Index Negara ASEAN 2018
Negara
Global Entrepreuner
Index
Ranking Dunia (dari
137 negara)
Singapore 52,7 27
Brunei Darrusalam 34,3 53
Malaysia 32,7 58
Thailand 27,4 71
Filipina 24,1 84
Vietnam 23,2 87
Indonesia 20,7 94
Laos 17,8 112
Myanmar 13,6 127
Sumber: thegedi, 2019
Bahkan posisi Indonesia pada 2018 berada di bawah Singapura, Brunei,
Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Di samping itu, pada 2018 Indonesia
termasuk dalam negara dengan penurunan indeks kewirausahaan terbesar di dunia, dari
yang sebelumnya memiliki indeks 21,1 pada tahun 2017 turun menjadi 20,7 pada tahun
2018 (thegedi.org, 2019). Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas kewirausahaan
Indonesia selain berada di urutan bawah dunia, juga mengalami kualitas yang menurun.
Menurut Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Bakhrum menjelaskan pada 2018 bahwa minat siswa SMK untuk
terjun ke dunia usaha sebagai seorang enterpreuner dinilai masih rendah (Rilis.id,
2018). Hal tersebut juga dijelaskan oleh beberapa penelitian lain mengenai minat
berwirausaha yang rendah di kalangan siswa SMK. Penelitian yang dilakukan
Windyasari (2015) menyebutkan bahwa rendahnya minat siswa SMK disebabkan
karena siswa SMK kurangnya keinginan untuk bekerja keras, tidak menyukai
tantangan, keluarga yang tidak mendukung menjadi seorang wirausaha. Disamping itu
untuk wilayah Provinsi Jawa Barat sendiri telah diadakan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (BMK) Diklat Produktif Kreatif, Kewirausahaan dan Teaching Factory
12
bagi guru program revitalisasi SMK pada 2018 (Kemedikbud.go.id, 2018). pada tahun
2019 juga diadakan program kewirausahaan yang melibatkan guru SMK dalam bentuk
pelatihan dengan konsep kegiatan Training of Trainers (ToT). kegiatan tersebut diikuit
oleh para guru kewirausahaan dari 13 SMK di Jawa Barat. Tujuan dari pelatihan
tersebut adalah untuk mempersiapkan guru kewirauashaan dalam melakukan kegiatan
mentoring kepada para siswa SMK (kaneelacrust.com, 2019).
Rifai (2016) menyebutkan bahwa siswa SMK setelah lulus lebih tertarik
menjadi pegawai daripada memulai usaha sebagai wirausaha. Menurut Wulandari
(2013) rendahnya minat siswa juga disebabkan karena kurangnya keyakinan siswa
pada kemampuannya untuk menjadi seorang wirausaha, sehingga menimbulkan
keragu-raguan dan merasa takut gagal saat menemui rintangan, hal tersebut juga karena
siswa tidak berani untuk mengambil resiko.
Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa seorang wirausaha
dapat dilatih dan bukan dilahirkan atau faktor genetik (Boulton, 2005; Mellor, 2009).
Kegiatan wirausaha pada dasarnya adalah lahir dari dimulainya niat atau
entreprenurial intention (Katonen, 2013). Selain itu Darwanto (2012) menyebutkan
bahwa pada umumnya minat berwirausaha di Indonesia juga didorong dari faktor
ekonomi keluarga, dan cenderung menghadapi permasalahan permodalan dalam
mengoperasikan usahanya.
Intention atau niat merupakan satu faktor yang diteliti secara mendalam pada
penelitian-penelitian sebelumnya. Intention menjadi penyebab utama dalam
menjelaskan minat untuk berwirausaha. Theory of planned behavior memberikan
kerangka kerja teoritis yang sangat berguna untuk memprediksi niat wirausaha karena
konsep niat berkaitan dengan kemauan seorang individu atau usaha mereka untuk
melakukan sesuatu dengan cara tertentu.
Pada dasarnya Theory of planned behavior dibentuk oleh 3 konstruk, yaitu
attitude toward behavior, subjective norms dan perceived behavioral control.
13
Penelitian ini penting untuk dilakukan mengingat bahwa Indonesia pada masa
mendatang menghadapi bonus demografi. Sementara itu, permasalahan pengangguran
tetap menjadi persoalan serius di Indonesia karena jumlah angkatan kerja yang ada
tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Sedangkan
Pendidikan vokasi seperti SMK adalah pendidikan yang menyiapkan siswanya untuk
siap menghadapi dunia kerja. Dengan adanya beberapa program dari pemerintah bagi
SMK untuk menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru, dan dapat membuka lapangan
kerja baru, maka diharapkan lulusan SMK akan memiliki minat yang tinggi untuk
berwirausaha berdasarkan ketertarikannya terhadap wirausaha, pengaruh
lingkungannya, dan bekal kompetensinya yang tercermin dalam attitude toward
behavior, subjective norms dan perceived behavioral control.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui niat
berwirausaha pada siswa SMK setelah lulus sekolah, oleh sebab itu judul penelitian ini
adalah “Analisis Minat Beriwirausaha pada siswa Peserta Ekstrakurikular
Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung dengan Theory of planned behavior”
1.3 Rumusan Masalah
Indonesia akan dihadapkan pada bonus demografi, dimana penduduk usia
produktif memiliki jumlah yang lebih besar daripada jumlah penduduk usia non
produktif. Namun demikian permasalahan pengangguran tetap menjadi persoalan
serius di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena jumlah angkatan kerja yang ada tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Oleh karena itu, peran
enterpreuner menjadi strategis sebagai solusi atas permasalahan dan peluang yang ada.
Pendidikan vokasi seperti SMK adalah pendidikan yang menyiapkan siswanya
untuk siap menghadapi dunia kerja. Dengan adanya beberapa program dari pemerintah
bagi SMK untuk menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru, dan dapat membuka
lapangan kerja baru, maka diharapkan lulusan SMK akan memiliki minat yang tinggi
untuk berwirausaha.
14
Model Theory of planned behavior merupakan salah satu model untuk
memprediksi bagaimana proses intention atau pembentukan minat terjadi. Dalam
penelitian ini, model Theory of planned behavior akan digunakan sebagai kerangka
analisis dari pembentukan proses minat berwirausaha pada siswa SMK.
1.4 Pertanyaan Masalah
1. Bagaimana gambaran attitude towards behavior, subjective norms, behavioral
control, dan minat berwirausaha pada Siswa Peserta Ekstrakurikular
Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung yang tergabung dalam kegiatan
ekstrakurikuler kewirausahaan?
2. Bagaimana pengaruh attitude towards behavior terhadap minat berwirausaha
pada Siswa Peserta Ekstrakurikular Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung yang
tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan?
3. Bagaimana pengaruh subjective norms terhadap minat berwirausaha pada
Siswa Peserta Ekstrakurikular Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung yang
tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan?
4. Bagaimana pengaruh behavioral control terhadap minat berwirausaha pada
Siswa Peserta Ekstrakurikular Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung yang
tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan?
5. Bagaimana pengaruh attitude towards behavior, subjective norms, behavioral
control secara simultan atau bersama-sama terhadap minat berwirausaha pada
Siswa Peserta Ekstrakurikular Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung yang
tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran attitude towards behavior, subjective norms,
behavioral control, dan minat berwirausaha pada Siswa Peserta Ekstrakurikular
15
Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung yang tergabung dalam kegiatan
ekstrakurikuler kewirausahaan.
2. Untuk mengetahui pengaruh attitude towards behavior terhadap minat
berwirausaha pada Siswa Peserta Ekstrakurikular Kewirausahaan di SMKN 1
Bandung yang tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan.
3. Untuk mengetahui pengaruh subjective norms terhadap minat berwirausaha
pada Siswa Peserta Ekstrakurikular Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung yang
tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan.
4. Untuk mengetahui pengaruh behavioral control terhadap minat berwirausaha
pada Siswa Peserta Ekstrakurikular Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung yang
tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan.
5. Bagaimana pengaruh attitude towards behavior, subjective norms, behavioral
control secara simultan atau bersama-sama terhadap minat berwirausaha pada
Siswa Peserta Ekstrakurikular Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung yang
tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Mampu menambah wawasan tentang ilmu dan teori pada bidang
entrepreneurship yang berkaitan dengan siswa SMK.
2. Beguna sebagai pengayaan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
beminat untuk mempelajari Theory of planned behavior dan
entrepreneurship siswa SMK.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi SMKN 1 Bandung: sebagai masukan agar dapat memberikan suatu
temuan penelitian yang bermanfaat dalam pengembangan minat
berwirausaha kepada siswa.
16
2. Bagi siswa SMKN 1 Bandung: sebagai bahan rujukan/referensi untuk
memotivasi dalam melakukan atau memulai berwirausaha agar dapat
bersaing dengan entrepreneur lainnya di kota Bandung.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang minat berwirausaha pada Siswa Peserta
Ekstrakurikular Kewirausahaan di SMKN 1 Bandung dengan menggunakan analisis
model dari Theory of planned behavior. Penelitian ini menggunakan objek penelitian
yaitu siswa SMKN 1 Bandung.
1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
1 Bab I : Dalam bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SMKN 1
Bandung, dan latar belakang tentang kewirausahaan di Indonesia. Disamping itu
dalam bab ini juga dijelaskan tentang perumusan masalah dan kegunana penelitian.
2 Bab II : Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai rangkuman teori yang terdiri
dari teori yang berhubungan dengan kewirausahaan, serta Theory of planned
behavior.
3 Bab III :Dalam bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang terdiri dari
jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel,
pengumpulan data, jenis data, dan teknik analisis data dan pengujian hipotesis.
4 Bab IV : Bab ini merupakan bab yang menjelaskan tentang pembahasan dari
hasil penelitian. Bab ini terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian.
5 Bab V : Bab ini adalah bab yang menerangkan tentang kesimpulan dari hasil
penelitian, dan saran dari peneliti kepada SMKN 1 Bandung.