BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain...

59
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD NRI 1945 merupakan 4 (empat) Embanan nsional yang akan diraih melalui berbagai upaya mengubah potensi (trigatra) menjadi kemampuan nasional (pancagatra) berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945. Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Era Revolusi Industri 4.0 yang akan dimulai pada 2020, segala upaya harus bermuara pada tujuan nasional tersebut. Kemajuan iptek berbasis siber fisik di Era Revolusi Industri 4.0 yang berlangsung sangat cepat ini cenderung dehumanisasi sehingga menimbulkan kesenjangan (gap) yang semakin lebar, manakala tidak disiapkan dengan baik dan disesuaikan dengan kemampuan bangsa Indonesia sendiri. Kita pun harus berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan Revolusi Industri 4.0 versi Indonesia sendiri agar tidak menjadi pengikut (follower), dijadikan pangsa pasar dan terdadak oleh negara-negara maju. Pada sektor ketenagakerjaan, kita dihadapkan pada persoalan dan tantangan yang tidak ringan dalam mempersiapkannya menuju Era Revolusi Industri 4.0 mengingat kondisi angkatan kerja pada Februari 2019 masih didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar ke bawah (40,51%) dan Sekolah Menengah Tingkat Pertama/SMTP(17,75%). Sedangkan yang berpendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas/SMTA (17,86%), Sekolah Menengah Kejuruan (11,31%), Diploma I,II,III (2,82%), dan Perguruan Tinggi/PT(9,75%). 1 Hal ini masih menjadi paradoks bonus demografi, di satu sisi menjadi potensi dan di sisi lain menjadi ancaman karena kualitasnya masih rendah. 2 Dari data tersebut menunjukkan bahwa angka pengangguran menjadi persoalan serius, terlebih jika dikaitkan dengan dampak negatif Revolusi Industri 4.0. Secara nasional tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,01% 1 Berita Resmi Statistik BPS No.41/05/Tb.XXII, 06 Mei 2019 (Hlm.:5-6) 2 https://news.okezone.com/read/2019/01/23/65/2008261/mayoritas-angkatan-kerja-di-indonesia-berpendidikan-rendah-ba gaimana-solusinya (diakses tanggal 13 April 2019, jam 20.45) 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam

Pembukaan UUD NRI 1945 merupakan 4 (empat) Embanan nsional yang akan

diraih melalui berbagai upaya mengubah potensi (trigatra) menjadi

kemampuan nasional (pancagatra) berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945.

Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Era

Revolusi Industri 4.0 yang akan dimulai pada 2020, segala upaya harus

bermuara pada tujuan nasional tersebut. Kemajuan iptek berbasis siber fisik di

Era Revolusi Industri 4.0 yang berlangsung sangat cepat ini cenderung

dehumanisasi sehingga menimbulkan kesenjangan (gap) yang semakin lebar,

manakala tidak disiapkan dengan baik dan disesuaikan dengan kemampuan

bangsa Indonesia sendiri. Kita pun harus berusaha sekuat tenaga untuk

menciptakan Revolusi Industri 4.0 versi Indonesia sendiri agar tidak menjadi

pengikut (follower), dijadikan pangsa pasar dan terdadak oleh negara-negara

maju.

Pada sektor ketenagakerjaan, kita dihadapkan pada persoalan dan

tantangan yang tidak ringan dalam mempersiapkannya menuju Era Revolusi

Industri 4.0 mengingat kondisi angkatan kerja pada Februari 2019 masih

didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar ke bawah (40,51%) dan

Sekolah Menengah Tingkat Pertama/SMTP(17,75%). Sedangkan yang

berpendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas/SMTA (17,86%), Sekolah

Menengah Kejuruan (11,31%), Diploma I,II,III (2,82%), dan Perguruan

Tinggi/PT(9,75%). 1 Hal ini masih menjadi paradoks bonus demografi, di

satu sisi menjadi potensi dan di sisi lain menjadi ancaman karena kualitasnya

masih rendah. 2

Dari data tersebut menunjukkan bahwa angka pengangguran menjadi

persoalan serius, terlebih jika dikaitkan dengan dampak negatif Revolusi

Industri 4.0. Secara nasional tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,01%

1 Berita Resmi Statistik BPS No.41/05/Tb.XXII, 06 Mei 2019 (Hlm.:5-6)

2 https://news.okezone.com/read/2019/01/23/65/2008261/mayoritas-angkatan-kerja-di-indonesia-berpendidikan-rendah-ba gaimana-solusinya (diakses tanggal 13 April 2019, jam 20.45)

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

2

lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya merupakan pertanda baik dan

merupakan kinerja terbaik kemenaker dibawah pimpinan M.Hanif Dhakiri.

Namun demikian, kondisi tersebut diatas akan berdampak pada tingkat

produktivitas dan daya saing bangsa yang pada 2018 Indek Daya Saing Global

Indonesia versi WEF (World Economic Forum 2018)3 masih berada pada

urutan 36 dari 137 negara-negara di dunia. Sehingga dalam mentransformasi

ketenagakerjaan menuju Era Revolusi Industri 4.0 bukan sekedar memenuhi

tuntutan Sistem Siber Fisik semata, namun perlu dipersiapkan secara simultan

peningkatan produktivitas dan daya saingnya agar mampu menjadi pemenang

dalam percaturan global berbasis budaya Indonesia.

Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak

positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

kesenjangan (gap) yang semakin lebar antara iptek dan manusia. Yang

semestinya kemajuan iptek dijadikan sarana untuk memudahkan kehidupan

dan peradaban manusia untuk berbakti kepada Alloh Tuhan Yang Mahaesa.

Kemudian, Literasi Digital menjadi penting dalam Era Revolusi Industri 4.0

agar tidak terjadi kegagapan maupun kegagalan. Menurut Rudy Afandy,4

bahwa teknologi berubah secara exponential, tetapi belum diimbangi oleh

perubahan organisasi yang ternyata masih tumbuh secara logaritma. Akibatnya

terjadi kesenjangan (gap) di organisasi, 50% berada di level senior manager

yang rata rata adalah generasi X, dan 17 % gap muncul di level junior

manager. Bagaimana halnya dengan pekerja biasa yang terbatas akses digital

mauapun teknologi karena faktor ekonomi yang tidak menguntungkan?. Inilah

permasalahan yang perlu mendapatkan solusi.

Pemerintah Republik Indonesia telah mencanangkan Road map Making

Indonesia 4.0 pada 4 April 2018 dengan leading sector-nya Kementerian

Perindustrian untuk meredisain dan revitalisasi dunia industri manufaktur

disesuaikan dengan tuntutan Revolusi Industri 4.0. Di sektor lain pun harus

secara kreatif, selektif dan adaptif untuk bersama-sama mempersiapkan diri

dan tetap berpijak pada budaya nusantara yang bersumber dari falsafah

Pancasila. Terlebih, kondisi bangsa Indonesia saat ini masih terpolarisasi

3 https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/10/04/tingkat-daya-saing-negara-negara-dunia-tahun-2017-2018-

indonesia-naik-peringkat (diakses tanggal 31 Mei 2019, jam 06:48) 4 https://suarapalu.com/human-capital-strategi-hadapi-revolusi-industri-4-0/ (diakses tanggal 1 Juni 2019, jam 06:30).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

3

dalam segmen-segmen kelompok masyarakat berdasarkan tingkat dan

penguasaan ipteknya. Ada masyarakat Era Industri 1.0, masyarakat era Industri

2.0, masyarakat era industri 3.0, era industri 4.0, maka kita perlu menciptakan

Revolusi Industri sendiri agar melindungi seluruh tumpah darah dan segenap

bangsa Indonesia secara gradual akan maju bersama-sama dan tidak menjadi

korban dan residu atas kemajuan iptek. 5

Kemitraan strategis harus

dikembangan melalui sinergi hexa helix yang melibatkan pemerintah,

akademisi, masyarakat, pelaku usaha, media dan robot. Unsur robot

merupakan jalinan (helix) baru terkait kemajuan iptek yang bakal memiliki

peranan besar dalam kehidupan di masa depan.

Menurut Nitia Agustini, bahwa kesiapan Indonesia menuju Era Revolusi

Industri 4.0 beara pada posisi tengah diantara negara-negara anggota ASEAN,

berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Indonesia perlu bergerak

lebih cepat, melakukan leapfrogging (lompatan) agar melampaui

negara-negara lain melalui perencanaan strategis dan implementasinya. 6

Sementara itu, menurut prediksi United Nations World Population

(UNWP)7, jumlah penduduk usia produktif Indonesia (15-64 tahun) akan

mencapai 200 juta pada tahun 2030. Hasil riset McKinsley Global Institute

(MGI) yang diolah dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2016

menunjukkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia memiliki kebutuhan tenaga

kerja terampil sebanyak 113 juta orang, sementara tenaga terampil Indonesia

saat ini baru berjumlah sekitar 57 juta orang. Disisi lain, menurut Juwono

Sudarsono dalam Wan Usman (2003) menggarisbawahi bahwa kunci

keberhasilan pembangunan berkelanjutan berada ditangan manusianya; bukan

sumberdaya alam. Kecanggihan industrialisasi membutuhkan biaya yang besar

dalam menyiapkan SDM yang profesional.8

Konsep dunia global menuntut bangsa Indonesia untuk berbenah diri

secara maksimal agar tidak tertinggal atau bahkan terpuruk akibat dari salah

5

https://setkab.go.id/luncurkan-making-indonesia-4-0-presiden-jokowi-kalau-yang-pesimis-pesimis-saya-enggak-percaya/

(diakses tanggal 3 April 2019, jam 07.57) 6 Agustini K.A, Nitia , Persaingan Industri 4.0 di ASEAN. Dimana posisi Indonesia?, Yogyakarta, Forbil Institute (hlm.12).

7 https://www.dw.com/id/adaptasi-sistem-pendidikan-vokasi-jerman-di-indonesia/a-41906284 (diakses tanggal 30 Mei 2019,

jam 17:23). 8 Usman, Wan, dkk (2003), Daya Tahan Bangsa, Jakarta, Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia : 267-269.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

4

arah dalam mengambil kebijakan. Dalam transformasi SDM (Sumber Daya

Manusia) Indonesia harus berbasis budaya Indonesia yang berdasarkan

falsafah Pancasila.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dipandang perlu mengadakan

penelitian mengenai Transfomasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era

Revolusi Industri 4.0 (TransKI MERI 4.0) untuk mewujudkan daya saing

bangsa dan pembangunan yang berkelanjutan dan disusun menjadi Taskap ini.

2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam Taskap ini dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimanakah Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era

Revolusi Industri 4.0 dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia?”

Dengan pokok-pokok pembahasan meliputi :

a. Kesiap-tanggapan terhadap teknologi, produktivitas dan daya saing

Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0 masih perlu

ditingkatkan.

b. Kebijakan pemerintah sektor ketenagakerjaan yang dilakukan oleh

Kementerian/Lembaga enuju Era Revolusi Industri 4.0 masih perlu

diharmonisasikan.

c. Ketersambungan dan kesesuaian (Link and match) antara sektor

pendidikan dan sektor industri menuju menuju Era Industri 4.0 masih perlu

ditingkatkan.

3. Maksud dan Tujuan

Penulisan Taskap ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Kelulusan Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LIX Lemhannas R.I

Tahun 2019, dengan tujuan untuk :

a. Mendeskripsikan Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era

Revolusi Industri 4.0 (TransKI-MERI 4.0) yang dilakukan pemerintah

berdasarkan data primer dari Kementerian/Lembaga terkait.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

5

b. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai perbaikan dalam

implementasi Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era

Revolusi Industri 4.0 agar memiliki daya saing yang unggul.

4. Ruang Lingkup dan Sistematika

a. Ruang lingkup. Dalam Taskap ini, ruang lingkup penelitian adalah

Transformasi ketenagakerjaan Indonesia pada sektor Industri dan BUMN

(Badan Usaha Milik Negara) menuju Era Revolusi Industri 4.0.

b. Sistematika Taskap ini terdiri dari :

Bab I : Pendahuluan (Latar Belakang, Perumusan Masalah, Maksud

dan Tujuan, Ruang Lingkup dan Sistematika, Metode dan pendekatan,

dan pengertian-pengertian).

Bab II : Tinjauan Pustaka (Umum, Revolusi Industri 4.0, Transformasi

Ketenagakerjaan Indonesia : Referensial, Teori Transformasi

Ketenagakerjaan : Produktivitas dan Daya Saing, Kebijakan

Pemerintah, dan Lingkungan Strategis tentang Kondisi Kesiapaan

Indonesia menuju Era Revolusi Industri 4.0 diantara Negara Anggota

ASEAN.

Bab III : Pembahasan (Umum, Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia :

kesiap-tangggapan terhadap teknologi, Arah Kebijakan Pemerintah, Link

& Match antara dan dunia industri, dan Hasil Analisis.

Bab IV : Penutup (Simpulan dan Rekomendasi)

5. Metode dan Pendekatan

Penelitian dalam Taskap ini menggunakan metode deskriptif, dengan

pendekatan kualitatif 9, sebagai berikut :

a. Metode Penelitian Deskriptif untuk menggambarkan/ mendeskripsikan

dan menganalis mengenai varibel-variabel Tarnsformasi Ketenagakerjaan

9 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PENELITIAN%20PENDIDIKAN.pdf (diakses tanggal 26 Mei 2019, jam 06:41,

hlm.: 15-39)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

6

Indonesia dalam hubungannya dengan Revolusi Industri 4.0 agar memiliki

daya saing tinggi.

b. Pendekatan Peneltian Kualitatif untuk mendeskripsikan

variabel-variabel penelitian dan pembahasannnya secara naratif

(non-numerik). Data dikumpulkan menggunakan kuesioner mengenai

variabel-veriabel Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era

Revolusi Industri 4.0 yang ditujukan kepada Kementerian Perindustrian,

Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian BUMN, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Ristek & Dikti, Kementerian

Komunikasi dan Informatika, dan Kementerian PPN/Bappenas. Serta

wawancara kepada para pejabat tertentu untuk melengkapi data maupun studi

kepustakaan.

Penelitian Kualitatif yang dipilih bertipe Fenomenologi untuk

mengungkap fenomena “Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia menuju

Era Revolusi Industri 4.0” yang belum jelas agar diketemukan teori baru.

Menurut Jhonson (2005 : 8), bahwa Penelitian dengan pendekatan kualitatif

dapat dibedakan menjadi lima tipe utama yaitu phenomelogy, ethnography,

case study research, grounded theory dan historical research. Dalam Taskap

ini, dipilih penelitian kualitatif tipe fenomenologi yang merupakan suatu

bentuk penelitian kualitatif di mana peneliti berusaha memahami bagaimana

satu atau lebih individu mengalami suatu fenomena. (Phenomenology is a

form of qualitative research in which the researcher attempts to understand

how one or more individuals experience a phenomenon).

c. Keterbaharuan penelitian

Keterbaharuan (novelty) dari penelitian ini adalah penelitian pertama

yang mengungkapkan fenomena “Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia

menuju Era Revolusi Industri 4.0” secara komprehensif, integral dan holistik

yang dilakukan pemerintah Indonesia berdasarkan data primer dari

Kementerian/ Lembaga maupun wawancara pejabat terkait.

6. Pengertian-Pengertian

Dalam Taskap ini yang dimaksud dengan :

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

7

a. Transformasi, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)10

adalah

perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya).

b. Ketenagakerjaan, menurut UU RI No.13 Tahun 2003 Pasal 1 adalah

segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,

selama, dan sesudah masa kerja.

c. Industri menurut UU RI No. 3 Tahun 2014 Pasal 1 adalah seluruh

bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan

sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai

tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Sedangkan

Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan

kegiatan industri.

d. Revolusi Industri 4.0 menurut Prof. Klaus Schwab11

adalah kemajuan

teknologi yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan bilologis yang telah

mempengaruhi semua disiplin ilmu ekonomi, industri dan pemerintahan

sehingga mengubah hidup dan kerja masnuia secara fundamental; antara lain

(1) robot kecerdasan buatan (artificial intelligence robotic), (2) teknologi

nano, (3) bioteknologi, dan (4) teknologi komputer kuantum, (5)

blockchain (seperti bitcoin), (6) teknologi berbasis internet, dan (7) printer

3D.

e. Badan Usaha Milik Negara(BUMN) menurut UU RI No.19 Tahun 2003

Pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari

kekayaan negara yang dipisahkan.

f. Produktivitas menurut Syverson 12

adalah ouput produk berupa barang

atau jasa untuk setiap inpit atau faktor produksi yang dipergunakan dalam

suatu proses produksi.

g. Daya Saing menurut Michael Porter13

adalah tingkat produktivitas

dalam arti output yang dihasilkan oleh tenaga kerja.

10

https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/transformasi (diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 20:26) 11 https://www.google.com/search?q=Revolusi+Industri+4.0+menurut+Prof.+Klaus+Schwab+adalah+kemajuan+te knol

ogi&oq=Revolusi+Industri+4.0+menurut+Prof.+Klaus+Schwab+adalah+kemajuan+teknologi&aqs=chrome..69i57.7367j0j4

&sourceid=chrome&ie=UTF-8 (diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 20:23) 12

Direktorat Bina Produktiivitas, Ditjen Pembinaan Pelatihan & Produktivitas, Kementerian Ketenagakerjaan R.I, 2016,

Pengukuran Produktivitas Nasional, Regional dan Sektoral, Jakarta. (hlm.:2) 13 http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-daya-saing-menurut-para-ahli/(diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 20:19)

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

7. Umum

Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasakan kehidupan bangsa

sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD NRI 1945 aline ke-4

merupakan arah yang hendak kita capai demi kejayaan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).14

. Oleh karena itu, maka Transfomasi

Ketenagakerjaan Indonesia dan Era Revolusi Industri 4.0 harus dilakukan

sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka

Tunggal Ika. Empat Konsensus Dasar Kebangsaan tersebut harus menjadi

landasan dalam setiap kebijakan dan strategi pencapain tujuan nasional. 15

Selaras dengan latar belakang, permasalahan maupun pokok-pokok

pembahasan di atas dalam Bab ini akan disajikan terlebih dahulu mengeni

fakta, data dan kondisi saat ini, lingkungan strategis yang mungkin

mempengaruhinya maupun peluang, kendala, strategi dan upaya penulisan

konstruksi teori.

8. Paradigma Nasional

Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi Industi 4.0

atau disingkat TransKI-MERI 4.0 bukan hanya dimaknai sebagai aksi

antisipatif dan adaptif terhadap kemajuan ilmu & pengetahuan (iptek);

namun harus dimaknai sebagai upaya Indonesia menjadi negara yang berdaya

saing unggul di kancah regional dan global. Sehingga upaya-upaya yang

dirancang dan diimplementasikan harus benar-benar fokus, inovatif, membumi

dan berakar pada budaya adi luhung bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila

dan UUD NRI 1945, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

memiliki sasanti Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Agus Widjojo bahwa 4

(empat) konsensus dasar kebangsaan tersebut harus terus dirawat, diamalkan

14

Naskah Lengkap Amandemen UUD RI 1945 Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat, Tangerang, Penerbit

Interaksara. 15 Tim Pokja BS Ekonomi, 2019, Materi Pokok Bidang Studi Ekonomi 2019, Jakarta, Lemhannas R.I (hlm.2)

8

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

9

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia, maupun

melestarikannya. 16

Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia juga dipengaruhi oleh

lingkungan strategis (lingstra) global, regional maupun nasional (asta gatra)

yang berkembang dinamis. Juga adanya peluang bonus demografi, “sifat-sifat

Manusia Indonesia” yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis, harmonisasi

antara Kementerian/Lembaga yang belum selesai karena ego sektoral,

Skenario Seabad Indonesia 17

pada 2045, maupun pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Namun demikian, kita harus tetap mengutamakan

kepentingan nasional Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.18

Dalam mendayagunakan sumber daya nasional harus diupayakan sekuat

tenaga secara mandiri, tidak tergantung kepada asing agar memberikan

kontribusi maksimal bagi kesejahteraan (prosperity) dan keamanan

(prosperity) nasional, dibarengi dengan peningkatan peningkatan Sumber

Daya Manusia (SDM) yang mampu meningkatkan martabat kemanuisaannya

dan dilakukan secara integral, holistik dan komprehensif atas kemanfaatan

teknologi seperti Society 5.0 ala Jepang.

9. Perundang-undangan

a. UUD NRI 1945 ( Cita-cita dan Tujuan nasional yang termaktub dalam

Pembukaan UUD NRI 1945).

b. UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Pasal 4 mengenai

Tujuan pembangunan ketenagakerjaan).

c. UU RI No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Pasal 3 mengenai Tujuan

Industri Nasional).

d. UU RI No.19 Tahun 2003 tentang BUMN (Pasal 2 mengenai maksud dan

tujuan pendirian Badan Usaha Milik Negara).

e. UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 3

mengenai fungsi dan tujuan pendidikan nasional).

16

https://nasional.sindonews.com/read/1405612/18/54-tahun-lemhannas-ri-kualitas-demokrasi-

dan- ketahana -nasional-1558286367 (diakses tanggal 4 Juni 2019, jam 18:29) 17

Sulendrakusuma, Panutan S., dkk, 2015, Skenario Indonesia 20145, Jakarta, Lemhannas R.I. 18

Tim Pokja Geostrategi dan Ketahanan Nasional, 2019, Geostrategi dan Ketahanan Nasional,

Jakarta, Penerbit Lemhannas RI. (hlm.75-58).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

10

f. UU RI No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Pasal 5 mengenai

tujuan pendidikan tinggi).

g. Keppres No 17 Tahun 2018 tentang Pokja Nasional Penguatan Kapasitas

Pemimpin Indonesia dalam rangka Making Indonesia 4.0.

10. Revolusi Industri 4.0

a. Pengertian Revolusi Industri 4.0.

Menurut Klaus Schwab ( 2016 : 7-11), yang dimaksud dengan Revolusi

Industri 4.0 adalah revolusi yang secara mendasar mengubah cara kita hidup,

bekerja, dan berhubungan satu sama lain yang memanfaatkan teknologi

otomatisasi dan siber fisik, seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, internet

of things (IoT), kendaraan otonom, pencetakan 3D, nanoteknologi dan

bioteknologi, Perubahan tersebut membutuhkan transformasi manusia

untuk memahami dan membentuk teknologi baru, yang berbeda dengan

revolusi industri sebelumnya, serta memastikan agar berpusat pada manusia,

bukannya memecah belah dan tidak manusiawi. 19

Selain kecepatan dan

luasnya, revolusi industri 4.0 juga unik karena meningkatnya harmonisasi dan

integrasi dari berbagai disiplin ilmu dan penemuan teknologi bukan lagi fiksi

ilmiah. 20

b. Tantangan Revolusi Industri 4.0

Revolusi industri 4.0 akan menghasilkan manfaat besar dan tantangan

besar dalam ukuran yang sama. Kekhawatiran khusus diperburuk oleh adanya

ketidaksetaraan, terutama menyangkut akses dan lietrasi digital maupun

inovasi yang secara positif maupun negatif mempengaruhi standar hidup

dan kesejahteraan, (Klaus Schwab, 2016 : 16)

Untuk melakukan identifikasi dan implementasi berbagai skenario revolusi

industri 4.0, suatu perusahaan/negara perlu menyesuaikan dengan

prinsip-prinsip : a) Interoperabilitas (kesesuaian); kemampuan mesin,

perangkat, sensor, dan manusia untuk terhubung dan saling berkomunikasi

19 Schwab, Klaus, 2016, The Fourth Industrial Revolustion, Switzerland, Wprld Economic Forum. (pg : 7) 20 Schwab, Klaus, 2016, The Fourth Industrial Revolustion, Switzerland, Wprld Economic Forum. (pg : 15)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

11

satu sama lain melalui media internet untuk segalanya (IoT). b) Transparansi

Informasi; c) Bantuan Teknis berbasis sistem siber-fisik. 21

c. Dampak Revolusi Industri 4.0.

Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah dampak negatif terhadap

pasar tenaga kerja. Ini merupakan ketidakpastian yang perlu prediksi dan

antisipasi. Teknologi baru akan secara dramatis mengubah sifat pekerjaan di

semua industri dan pekerjaan. (Schwab Klaus, 2016 : 7)

Ada potensi kemanfaatan dari Industri 4.0 antara lain penelitian tentang

Telaah klasifikasi aspek dan arah perkembangan riset oleh Hoedi Prasetyo

dan Wahyudi Sutopo bahwa pemanfaatan teknologi dari Revolusi Industri 4.0

mengakibatkan manufaktur yang efisien, cerdas dan on-demand (dapat

dikostumisasi), peningkatan produktivitas, pertumbuhan pendapatan,

peningkatan kebutuhan tenaga kerja terampil dan peningkatan investasi.22

11. Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia

a. Teori Transformasi Ketenagakerjaan

Kesenjangan (gap) antara kondisi saat ini dan tuntutan Era Revolusi

Industri 4.0 mengakibatnya adanya perubahan yang kadang sulit dipredisksi

sehingga memerlukan transformasi; termasuk human capital

(ketenagakerjaan) dalam sektor industri. Menurut Klaus Schwab (2016 : 7)

bahwa kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0 yang radikal, sangat

cepat, luas dan mendalam harus dipastikan dapat memberdayakan dan

berpusat pada manusia, bukan memecah belah dan tidak manusiawi

(dehumanisasi), sehingga dituntut adanya transformasi manusia untuk

mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain. 23

.

Perubahan yang kini sedang terjadi di dunia dipicu oleh kemajuan teknologi

dari negara-negara maju karena mereka telah mempersiapkannya melalui

program Reseach & Development yang didukung dengan pembiayaan yang

21

https://mobnasesemka.com/apa-itu-industri-4-0/ (diakses tanggal 6 Mei 2019, jam 21.49 wib) 22

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/viewFile/18369/12865 (diakses tanggal 11 Mei 2019, jam 18.56, hlm :

18) 23

Schwab, Klaus, 2016, The Fouth Indusrial Revolution, Wolrd Economic Forum, Industry, Switzerland (pg 7)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

12

besar. Ini merupakan aplikasi teknologi sebagaimana pendapat Gary Dessler

(2018:20-22)24

Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0

atau disingkat TransKI-MERI 4.0 dilakukan bukan hanya untuk

menyesuaikan dengan tuntutan Revolusi Indisutri 4.0, mengantisipasinya agar

tidak terjadi pengangguran namun lebih dari itu untuk menyiapkan daya saing

bangsa dan negara. Hal ini merupakan isu sentral dalam pembangunan

sebagaimana pendapat Wan Usman (2003) bahwa kemiskinan, pengangguran

dan ketimpangan distribusi pendapatan merupakan isu sentral pembangunan

yang harus diselesaikan.25

Arah baru perpaduan antara revolusi industri 4.0 dan society 5.0 ala Jepang

yang memanfaatkan teknologi industri 4.0 merupakan perspektif humanis

yang harus dijunjung tinggi. Manusia sebagai pengendali teknologi demi

kehidupan yang lebih baik (KRAT. Suharyono S. Hadinagoro, 2019 :

135-136).

b. Produktivitas dan daya Saing Tenaga Kerja

1) Produktivitas Tenaga Kerja

Menurut Gomes F. Cardoso (2003: 159), yang dimaksud dengan

produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi

dibandingkan dengan input yang digunakan. Seseorang karyawan dapat

dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai

dengan diharapkan dalam waktu yang singkat atau tepat.

2) Daya Saing Tenaga Kerja

Strategi utama dalam meningkatkan daya saing adalah fokus fokus pada

pengurangan biaya yang kurang efektif daripada yang didasarkan pada

penawaran produk dan layanan dengan cara yang lebih inovatif serta

negara-negara perlunya fokus membangun ekosistem inovasi mereka.

(Klaus Schwab, 2016 : 36).

Menurut Prof.Dr.Didin S.Damanhuri, dkk. – Tim Pokja Ekonomi

Lemhannas R.I (2019 : 58) bahwa perbaikan struktur ekonomi tidak

terlepas dari upaya memperkuat variabel-variabel dominan bagi

24 Dessler, Gary, 2018, Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Jakarta, PT.Indeks, hlm.:20-22) 25

Usman, Wan, dkk, 2003, Daya Tahan Bangsa, Jakarta, Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional Program

Pascasarjana Universitas Idonesia. (hlm.36-37)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

13

keunggulan strategi suatu bangsa yaitu demand conditions, factor

condition, firm strategy, structure and rivalry, dan related supporting

industry sebagaimana dikemukan oleh Michael Porter.26

Menurut Porter bahwa keunggulan daya saing (competitive advantage)

suatu negara tergantung pada kemampuan industri melakukan inovasi dan

meningkatkan kinerjanya dalam proses produksi barang dan jasa.

Faktor-faktor yang menentukan Daya Saing Bangsa (National Competitive

Advantage)27

meliputi : 1) Faktor kondisi (factor conditions). Posisi

bangsa dalam faktor produksi, seperti tenaga kerja terampil atau

infrastruktur, diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. 2)

Faktor permintaan ( demand conditions), yaitu permintaan pasar untuk

produk atau layanan industri. 3) Industri terkait dan pendukungnya. Ada

atau tidaknya negara pemasok insudtries dan industri terkait lainnya yang

berdaya saing internasional. 4) Strategi, struktur dan persaingan

perusahaan (firm strategy, structure, and rivalry). 5) Peranan pemerintah (

goverment). Kewenangan yang dimiliki pemerintah untuk memberikan

fasilitasi, katalis, dan tantanan bagi industri. 6) Kesempatan (change).

Kondisi di suatu negara yang mengatur bagaimana perusahaan diciptakan,

diorganisir, dan dikelola serta sifat persaingan domestik.

Ada 13 (tiga belas) indikator yang biasanya digunakan oleh perusahaan

dalam bersaing, yaitu: a) Spesialisasi, b) Identifikasi Merk, c) Dorongan

Versus Tarikan, d) Seleksi Saluran, e) Mutu Produk, f) Kepeloporan

Teknologis, g) Integrasi Vertikal, h) Posisi Biaya, i) Layanan, j) Kebijakan

Harga, k) Hubungan dengan Perusahaan Induk, l) Hubungan dengan

Pemerintah, dan m) bagaimana hubungan ini dapat mendukung negara dan

sebaliknya.

12. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pemerintah atau Kebijakan publik menurut Anderson dalam Riant

Nugroho (2018:169) meliputi kebijakan constituent, distributive, self regulatory

26 Tim Pokja Ekonomi, 2019, Materi Pokok Bidang Studi Ekonomi, Jakarta, Lembaga Ketahanan Nasional R.I, hlm.: 58. 27

Michael E. Poter, The Competitive Advantage of Nations, Havard Bussiness Review, March-April 1990, pg: 78.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

14

and regulatory. Terkait kebijakan ketenagakerjaan termasuk dalam kebijakan

regulatory yang harus dirumuskan dengan benar agar tidak gagal. Ada 2 (dua)

sebab yang mengakibatkan pemerintah gagal membangun kebijakan publik yang

hebat (unggul) yaitu tidak memahami subtansi dan makna kebijakan publik;

maupun tidak adanya analis kebijakan publik.28

Ke depan, kebijakan publik di Indonesia akan berpola urban centris dengan

model negara kepulauan melalui pengembangan industri maritim dan sumberdaya

kemaritiman. 29

Ini sejalan dengan Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957

sekaligus menutut berpacu lebih kencang agar Indonesia benar-benar sebagai Poros

Maritim Dunia. Menurut, Laksda TNI (Purn) Robert Mangindaan dalam Suharyono

Soemarwoto (Kaltimpost, 12 Februari 2019) bahwa Maritime Security Strategy

harus diimplementasikan agar Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia,

sekurang-kurangnya, menjadikan Laut Indonesia sebagai perekat antar pulau,

sumber mata pencaharian dan sistem pertahanan.30

Lebih lanjut, Menurut Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, dkk. – Tim Pokja

Ekonomi Lemhannas R.I (2019 : 15-16) bahwa kebijakan pemerintah dalam

pembangunan ekonomi belum sepenuhnya dijiwai nilai-nilai Pancasila maupun

belum dijadikannya nilai-nilai Pancasila. Juga diperlukan suatu rencana strategis

(renstra) untuk menghadapi difficult challenges in the yaears ahead. Yang menurut

Abulkahar Badjuri & Teguh Yuwono Soemarwoto (2003 : 103-110) dijelaskan

bahwa renstra akan menjadi panduan kemana arah organisasi dijalankan,

meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, meningkatkan respons dan kinerja

organisasi, mampu melayani need of achievement. Sementara itu, Indek Daya

Saing Global Indonesia versi WEF (World Economic Forum 2018)31

masih

berada pada urutan 36 dari 137 negara-negara di dunia.

Dalam kaitan, Revolusi Industri 4.0 yang akan berlangsung pada 2020,

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Indonesia Making 4.0 pada dengan

leading sector-nya Kementerian Perindustrian. Juga dibutuhkan peningkatan

kapasitas kepemipinan nasional sebagaimana ditegaskan oleh Letnan Jenderal TNI

28

Nugroho, Ryant, 2018, Public Pplicy : Dinsmika Kebijakan publik, Analisis Kebijakan Publik, Manajemen Politik

Kebijakan Public, Etika Kebijakan Publik, Jakarta, Penerbit PT.Elex Media Komputindo (hlm : 43-50) 29 Ibid, hlm : 49-50 30

Kaltimpost, 12 Februari 2019, hlm : 21-23. 31

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/10/04/tingkat-daya-saing-negara-negara-dunia-tahun-2017-2018-indonesia-naik-peringkat (diakses tanggal 31 Mei 2019, jam 06:48)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

15

(Purn) Agus Widjojo, Gubernur Lemhannas R.I.32

. Dijelaskan pula, bahwa sinergi

kepemimpinan nasional bukan hanya meningkatkan kapasitas dan kualitasnya

melalui internalisasi sifat-sifat dan mentalitas yang baik, namun harus dibarengi

penempatan dan penempaan diri pemimpin dalam posisi agar dapat mendengar,

merasakan, membuka pemikiran dan dapat mendorong aksi kolektif yang lebih

bermakna.

13. Ketersambungan dan Kesesuaian (Link & Match) antara pendidikan

dengan industri

Untuk menghadapi perubahan terkait Revolusi Industri 4.0 diperlukan

persiapan, antara lain sektor pendidikan, riset dan pengabdian melalui sinergi

antara perguruan tinggi dengan dunia industri (unsur penta helix) agar terwujud

link and match. Indonesia telah menerapkannya sejak Wardiman Djojonegoro

menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Reformasi B.J.Habibie telah

mengimplementasikan model Pendidikan Sistem Ganda (PSG).33

Menurut Arif

Budimanta, bahwa penting mempersiapkan sumberdaya manusia untuk

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam menghadapi

perubahan-perubahan yang progresif supaya dapat bertahan dan bersaing di tingkat

global.

Menurut Ananto Kesuma Seta (2019) bahwa persoalan link and match yang

dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah Kebijakan

Pengembangan Vokasi di Indonesia 2017-2025.34

Pun, Prof. Fasli Djalal (2019)

menegaskan pentinya peningkatan SDM yang berkualitas, sehat dan berbudaya

Indonesia agar berdaya saing unggul.35

Sementara itu, di Jerman, telah menerapkan an dual vocational education and

training system dalam sinergi anatara lembaga pendidikan dan industri. Teori

diajarkan di lembaga pendidikan dan prakteknya dilakukan di perusahaan/industri,

32

https://finance.detik.com/industri/d-4058488/hadapi-revolusi-industri-jk-sebut-pemimpin-harus-paham-teknologi (diakses

tanggal 5 Juni 2019, jam 21:16). 33

https://www.academia.edu/15829568/SMK_SEKOLAH_MENCETAK_KULI_DAN_PENGANGGURAN_Sebuah_Kritik_

dan_Solusi_Arah_Kebijakan_Sekolah_Menengah_Kejuruan_(diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 18:57) 34 Ananto kesuma Seta, Materi Diskusi Panel tentang Bonus Demografi dihadapan Peserta PPRA LIX Lemhannas R.I

tanggal 10 Mei 2019. 35

Fasli Djalal, 2019, Materi Ceramah Bonus Demografi di hadapan Peserta PPRA LIX Lemhannas R.I pada tanggal 9 Mei

2019.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

16

sehingga terwujud link & match antara kebutuhan industri dan lembaga

pendidikan.36

14. Lingkungan Strategis (lingstra)

Lingkungan strategis (lingstra)37

merupakan pertimbangan yang sangat

penting dalam perumusan kebijakan negara demi menjamin kepentingan

nasionalnya; terlebih zaman now yang seolah dunia borderless seakan-akan

menyatu, menjadikan antar negara saling ketergantungan. Globalisasi yang

mengusung konten demokrasi, lingkungan hidup, hak azasi manusia (HAM),

liberalisasi maupun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi,

telekomunikasi, termasuk Revolusi Industri 4.0. Kenyataannya, kehidupan bangsa

kita bervariasi dalam segmentasi kehidupan yang masih pra-industri 1.0, industri

1.0, industri 2.0, industri 3.0 dan industri 4.0 yang tidak serta merta langsung

dihadapkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era revolusi

industri 4.0. Perlu transformasi secara gradual antara lain melalui National

Tarnsformer Agent (NTA).

Lingstra baik global, regional dan nasional yang dinamis cepat dan penuh

ketidakpastian perlu dicermati secara teleiti agar dapat mengantisipasi maupun

mencari solusi yang tepat dan cepat agar tidak menjadi residu maupun korban dari

kemajuan zaman.

a. Lingstra Global

Lingstra global yang berubah dari kekuatan unipolar menjadi multipolar

mendorong negara-negara maju lebih berkompetisi pada sektor ekonomi dan

teknologi. Era Globalisasi yang ditandai oleh Pasar Bebas dan Revolusi

Industri 4.0 menjadi sumber pengaruh atas perkembangan zaman yang seolah

antar negara di dunia menyatu, sehingga terjadi arus saling keterpengaruhan

dan saling tergantung satu sama lain, yang ujung-ujungnya dikendalikan oleh

negara-negara maju. Terkait Revolusi Industri 4.0 yang realitasnya dapat

menimbulkan gangguan maupun dampak yang tidak terhindarkan, yang

36

Erschienen in: Local Economy ; 30 (2015), 5. - S. 557-567 https://dx.doi.org/10.1177/0269094215589311 (diakses

tanggal 30 Mei 2019, jam 17:40) 37 Tim Pokja Lingkungan Strategis, 2017, Materi Pokok Bidang Studi Lingkungan Strategis, Jakarta, Lemhannas R.I, hlm : 1-17.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

17

dapat menjadikan kita tidak berdaya dalam menghadapinya maka diperlukan

tanggung jawab bersama (Klaus Schwab, 2016 : 17).

b. Lingstra Regional

Dalam lingstra di Kawasan ASEAN, kesiapan Indonesia menuju Era

Revolusi Industri 4.0 masih perlu ditingkatkan. Posisi berada di tengah, berada

di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.

c. Lingstra Nasional

Lingstra nasional dapat dilihat dari kondisi gatra-gatra kehidupan (asta

gatra) yang terdiri dari trigatra (geografi, Sumber Kekayaan Alam dan

Demografi) dan pancagatra (ideologi, politik, ekonomi, sosial & budaya, dan

pertahanan & keamanan).

1) Gatra Geografi. Geografi Indonesia yang terletak di posisi silang

antra benua Asia dan benua Australia, antara samudera Hindia dan

samudera Pasifik menjadi Indonesia menjadi posisi strategis sekaligus

menjadi pusat persaingan kepentingan negara-negara lain,

2) Gatra SKA. Indonesia dianugerahi Sumber Kekayaan Alam (SKA)

yang melimpah mestinya mampu mensejahterakan rakyat dan bangsa

Indonesia, namun ternyata masih banyak kemiskinan, pengangguran, putus

sekolah, layanan kesehatan masih rendah maupun ketertinggalan lainnya.

3) Gatra Demografi. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai

sekitar 265 juta menjadi potensi menjadi negara maju, manakla dapat

dipersiapkan dan didayagunakan menjadi human capital yang berkualitas

dan berdaya saing. Namun, ternyata kualitasnya masih rendah sehingga

perlu dipacu lebih kencang agar tidak terus-menerus dijadikan pangsa

pasar potensial dari negara maju, terlebih di era Revolusi Industri 4.0.

4) Gatra Ideologi. Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang dilaksanakan dengan baik akan memperkokoh

nasionalisme dan patriotisme Indonesia berbasis budaya dan sejarah

perjuangan bangsanya. Terkait ekonomi, yang sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila adalah ekonomi yang berdasarkan usaha bersama dan

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

18

kekeluargaan, maka #pasar bebas dan Revolusi Industri 4.0 tidak sesuai

dengan nilai-nilai Pancasila.

5) Gatra Politik. Kondisi perpolitikan Indonesia pasca pemilu 2019

cenderung memanas bahkan ada puluhan orang demonstrans meninggal

dunia menjadi korban kerusuhan dalam aksi demonstransi menolak hasil

pemilu pilpres. Kondisi seperti ini jika berlarut-larut akan berdampak

negatif terhadap gatra-gatra kehidupan bangsa dan negara, termasuk

kesiapan memasuki era Revolusi Industri 4.0 pada tahun 2020.

6) Gatra Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi saat ini 5,07% belum

memadai untuk menciptakan lapangan kerja, mengatasi pengangguran,

meningkatkan daya beli, distribusi pendapatan, kesehatan, pendidikan

maupun kesejahteraan sosial. Sumber Kekayaan Alam (SKA) belum

daimanfaatkan demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bnayk

dinikmait oleh golongan tertentu maupun asing.

7) Gatra Sosial dan Budaya. Tingkat pertumbuhan penduduk dan

mobilitas dari desa ke kota maupun daya dukung SKA yang bekum

dmanfaatkan sesesuai Pasal 33 UUD NRI 1945 menjadi meyebab

ketimpangan sosial dan budaya sehingga dapat menimbulkan kerentanan

yang berpotensi menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

8) Gatra Pertahanan dan Keamanan. Kesenjangan ekonomi maupun

sosial sebagai suatu kerentanan berpontensi menjadi ancaman karena dapat

menimbulkan konfik-konflik kepentingan dan konflik sosial dalam

kehidupan bermaysrakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga

mempengaruhi ketahanan dan kemanan nasional

15. Peluang, Kendala, Strategi dan Upaya

Mengacu pada SWOT analysis (Albert Humphrey) 38

, dapat dipetakan dan

dikaji faktor-faktor internal yang berupa kekuatan (strengths), kelemahan

(weakness), maupun eksternal yang berupa peluang (opportunities), dan ancaman

(threats). guna merumuskan strategi-strategi dalam memaksimalkan kekuatan

38

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/22178/10532 (diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 12:00)

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

19

dan peluang serta meminimalkan atau menghilangkan kelemahan dan potensi

ancaman dalam rangka meraih tujuan negara.

a. Peluang

Dalam kaitan dengan Transformasi ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era

Revolusia Industri 4.0 maka Indonesia memiliki peluang antara lain peluang

bonus demografi dan potensi Sumber Kekayaan Alam yang memungkinkan

Indonesia menjadi negara maju. 39

. Dan memiliki potensi menghasilkan

sebesar Rp 444 Triliun pada tahun 2022 dan nilai tambah terhadap PDB

(Produk Domestik Brutto) nasional sebesar USD150 miliar dollar pada tahun

2025. 40

b. Kendala

Kendala-kendala yang dihadapi Indonesia dalam transformasi

ketenagakerjaan Menuju Era Revolusi Industri 4.0 dapat diidentifikasikan

antara lain : 1) kualitas SDM maupun produktivitasnya masih belum memadai;

Indonesia berada urutan ke -36 dari 137 negara di dunia berdasarkan The

Global Competitivenss Report 2017-2018; dan produktivitasnya urutan ke-4

dari 10 negara-negara yang tergabung dalam ASEAN Productivity

Organization (APO)41

Contoh SWOT Analysis dimaksud antara lain SKA dan Bonus Demografi

merupakan Strenght (Kekuatan); Kualitas SDM yang masih rendah merupakan

Weakness (Kelemahan) ; Potensi bonus demograsi yang berkualitas akan

menghasilkan Rp 444 Triliun pada 2022 merupakan Opportunity (Peluang)

dan Rawan/Kurang tangguhnya ketahanan nasional merupakan Treath

(Tantangan).

Disamping itu, ada kendala budaya sebagaimana Mochtar Lubis kemukan

mengenai sifat-sifat Manusia Indonesia pada saat Pidato Kebudayaan tanggal 6

April 1977.42

Ada 6 (enam) Sifat, yaitu 1) Hipokrisi ( Munafik dan

39

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4283669/menaker-tak-perlu-takut-dengan-revolusi-industri-40(diakses

tanggal 30 Mei 2019, jam 14:16). 40

http://www.seputarjakarta.com/baca/20190506/industri-4-0-buka-peluang-ri-jadi-ekosistem-bisnis-iot-senilai-rp-444-triliun%

EF%BB%BF.html (diakses tanggal 5 Juni 2019, jam 20:41). 41

https://medium.com/@stevanihalim/revolusi-industri-4-0-di-indonesia-c32ea95033da(diakses tanggal 30 Mei 2019, jam

13:49) 42

https://indocropcircles.wordpress.com/2016/10/12/inilah-sifat-sifat-manusia-indonesia-yang-membuat-negaranya-tak-akan-maju/(diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 16:55)

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

20

berpura-pura) , 2) Enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, 3) Berjiwa

feodal, 4) Percaya Takhayul, 5) Artistik, dan 6) Watak yang lemah dan

karakter kurang kuat. Sifat-sifat yang demikian, walaupun belum tentu

seratus persen mengandung kebenaran , setidaknya akan dapat mempengaruhi

dalam proses transformasi ketenagakerjaan Indonesia menuju Era Revolusi

Industri 4.0.

Kondisi tersebut harus dikelola dengan sungguh-sungguh melalui upaya

memaksimalkan peluang dibarengi dengan meminimalisir atau menghilangkan

kendala merupakan strategi pemecahan permasalahan untuk memudahkan

pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

c. Strategi

Strategi yang dapat dapat digunakan adalah Strategi SO (Strength and

Oppurtunity), Strategi ST (Strength and Threats), Strategi WO (Weakness and

Oppurtunity) dan Strategi WT (Weakness and Threats).43

d. Upaya

Upaya-upaya yang dilakukan adalah Making Indonesia 4.0 yang telah

dicanangkan oleh Presiden pada 2017, dengan leading sector oleh

Kementerian Perindustian, yang didukung oleh Kementerian/Lembaga lainnya

dan semestinya Indonesia mampu menyiapkan Model Revolusi Industri 4.0

sendiri berbasis pendayaagunaan sumber-sumber daya nasional, kemandirian

dan budaya yang berdasarkan falsafah Pancasila.

16. Fakta, Data dan Kondisi Saat Ini

Menurut Berita Resmi Statistik No. 41/05/Th.XXII.06 Mei 2019 Badan Pusat

Statistik.44

bahwa Jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 sebanyak 136,18 juta

orang. Pada Februari 2019, sebanyak 129,36 juta orang adalah penduduk bekerja

dan sebanyak 6,82 juta orang menganggur. Pengangguran Tebuka (TPT) menurut

tingkat pendidikan terbesar dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

yaitu sebesar 8,63 persen. Disisi lain, sebanyak 74,08 juta orang (57,27 persen)

bekerja pada kegiatan informal.

43

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/22178/10532 (diakses tanggal 30 Mei 2019, jam 12:00) 44 Suharyanto, Kecuk, 2019, Diskusi Panel tentang Bonus Demografi, PPR PPRA LIX 44 Suharyanto, Kecuk, 2019, Diskusi Panel tentang Bonus DemA LIX Lemhannas R.I, 10 Mei 2019.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

21

Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2019 masih didominasi oleh

penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan SD ke bawah sebanyak 52,40

juta orang (40,51 persen). Penduduk bekerja berpendidikan SMA sebanyak 23,10

juta orang (17,86 persen), SMP sebanyak 22,97 juta orang (17,75 persen), dan

SMK sebanyak 14,63 juta orang (11,31 persen). Sementara itu, penduduk bekerja

berpendidikan tinggi (Diploma ke atas) ada sebanyak 16,26 juta orang (12,57

persen) mencakup 3,65 juta orang berpendidikan Diploma I/II/III dan 12,61 juta

orang berpendidikan Universitas.

Terkait lulusan SMK yang banyak menganggur tersebut akibat dari tidak

adanya link and match antara dunia pendidikan dan dunia industri. Menurut

Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan45

menegaskan bahwa

penyebabnya adalah daya serap industri yang tidak seimbang dengan jumlah

lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), guru-guru yang tidak menguasai

bidang ajarannya, sarana dan prasaranan praktikum yang sangat terbatas maupun

keengganan industri untuk menerima siswa-siswa SKM magang di perusahannya.

Kondisi yang demikian, dikaitkan dangan Revolusi Industri 4.0 akan menjadi

tatangan yang tidak mudah untuk diselesaikan. Revolusi Industri 4.0 yang sarat

dengan otomatisasi dan digital dalam sitem siber fisik pada dasarnya merupakan

pengaruh dan penetrasi negara maju kepada negara-negara lain untuk mengikutinya

(followers), terlebih kepada negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Mereka

pada umumnya terdadak oleh kemajuan teknologi, sehingga mau tidak mau harus

mempersiapkan diri untuk beradaptasi mengejar ketertinggalan dan kemajuan

negara maju yang sangat sulit untuk dikejarnya.

Literasi digital menjadi penting dalam era Revolusi Industri 4.0 agar tidak

terjadi kegagapan maupun kegagalan. Menurut Rudy Afandy,46

bahwa teknologi

berubah secara exponential, tetapi belum diimbangi oleh perubahan organisasi

yang ternyata masih tumbuh secara logaritma. Akibatnya terjadi kesenjangan (gap)

45

https://katadata.co.id/berita/2018/11/08/mendikbud-lihat-lulusan-smk-banyak-menganggur-karena-masalah-industri(diakses

tangal 30 Mei 2019, jam 09:35) 46 https://suarapalu.com/human-capital-strategi-hadapi-revolusi-industri-4-0/ (diakses tanggal 1 Juni 2019, jam 06:30).

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

22

di organisasi, 50% berada di level senior manager yang rata rata adalah generasi X,

dan 17 % gap muncul di level junior manager. Bagaimana halnya dengan pekerja

biasa yang terbatas akses digital mauapun teknologi karena faktor ekonomi yang

tidak menguntungkan?. Inilah permasalahan yang perlu mendapatkan solusi.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

23

BAB III

PEMBAHASAN

17. Umum

Pembahasan dalam bab ini berisi deskripsi transformasi ketenagakerjaan yang

bersumber pada data primer yang diperoleh dari kementerian/Lembaga berdasarkan

kuesioner maupun wawancara sebagai pendalaman. Kemudian, data dianalisis

mengikuti kaidah penelitian kualitatif mulai dari perumusan masalah, pengumpulan

data, analisis data, merumuskan hasil penelitian dan menyusun rekomendasi untuk

pengambilan keputusan. 47

Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip-prinsip fenomenologis untuk

mengungkapkan fenomena yang terjadi dalam Transformasi Ketenagakerjaan

Indonesia Menuju Era Industri Revolusi Industri 4.0 yang dilakukan oleh

pemerintah Indonesia. Selanjutnya data dipilah-pilah, dikelompokkan dalam

kategori tertentu untuk dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

mengikuti tahapan-tahapan sebagaimana pendapat Miles dan Huberman yaitu : a)

Reduksi Data untuk memilih, memilah, merangkum data sesuai pokok-pokok

permasalahan; b) Penyajian Data dalam bentuk teks naratif, uraian singkat, bagan,

hubungan antara kategori menggunakan teks naratif dilengkapi dengan tabel

maupun grafik; c) Verifikasi Data atas simpulan sementara dibandingkan dengan

data-data baru (jika ada); dan d) Penarikan simpulan yang kredibel yang berupa

temuan baru sebagai gambaran menyeluruh atas fenomena tertentu dalam

keterkaitan variabel, hipotesis dan teori baru.48

18. Penyajian Data dan Pembahasannya.

a. Kesiap-tanggapan tenaga kerja Indonesia terhadap teknologi industri

4.0 masih perlu ditingkatkan.

47

Sudarwan Danim dan Darwis (2003) Metode Penelitian Kebidanan : Prosedur, Kebijakan, dan Etik. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC, hlm : 80). 48 Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

24

Penyajian data primer dan pembahasannya dalam bentuk intisari naratif

dilengkapi gambar-gambar, grafik-grafik maupun tabel-tabel (tersaji dalam

Lampiran) dengan susunan sebagai berikut : 1) Data primer dari Kementerian

Ketenagakerjaan, 2) Data primer dari Kementerian Perindustrian, 3) Data

primer dari Kementerian BUMN, 4) Data primer dari Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan, 5) Data primer dari Kementerian Riset Teknologi dan

Pendidikan Tinggi, 6) Data primer dari Kementerian Komunikasi &

Informatika, dan 7) Data primer dari Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasonal/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Lampiran-lampiran).

Selanjutnya dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif dalam keterkaitan antar variabel ditinjau dari Porter’s Diamond

Theory.

1) Penyajian Data Primer dari Kementerian Ketenagakerjaan dan

pembahasannya.

Menurut M.Hanif Dhakhiri, Menteri Ketenagakerjaan Republik

Indonesia (2019)49

untuk mengadapi Revolusi Industri 4.0 sektor

ketenagakerjaan harus melakukan transformasi berdasarkan transformasi

industri yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian yaitu Strategy of

Triple Skilling. Program Skilling untuk pelatihan ketrampilan bagi

angkatan kerja baru, program Up skilling untuk meningkatkan

keterampilan tenaga kerja yang sudah ada; dan program Re-Skilling untuk

meningkatkan keterampilan tenaga kerja karena adanya perubahan

tuntutan ketrampilan baru. Untuk itu, maka diperlukan dukungan biaya

yang memadai guna merevitalisiasi Balai Latihan Kerja (BLK) agar link

and match dengan kebutuhan industri serta meningkatkan produktivitas

tenaga kerja yang berdaya saing.

Kemnaker menurut Bambang Satrio Lelono, Dirjen Pembinaan

Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketanagekerjaan R.I (2019)50

49

Wawancara dengan M.Hanif Dhakiri, Menteri Ketenagakerjaan R.I, tanggal 16 Mei 2019. 50 Lelono, Bambang Satrio, Paparan disampaikan di Focus Group Disscussion Upaya Peningkatan Modal Manusia

Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Guna Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Lemhannas R.I, tanggal

22 Mei 2019.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

25

juga sedang menyiapakn sekitar 113 juta tenaga kerja terampil dan saat ini

baru terpenuhi sekitar 50 juta tenaga kerja terampil menuju kemajuan

ekonomi di urutan ke-4 dunia pada 2030 . Tantangannya sejak 2012 kita

telah berada pada awal peluang bonus demografi yang puncaknya

diproyeksikan terjadi pada 2030 dan berakhir pada 2050 harus dapat

dimanfaatkan menjadi produktivitas riil diperlukan persiapan yang sangat

matang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan & latihan dan

ketenagakerjaan yang tangguh. Juga, menyelesaikan lulusan SMK yang

menganggur melalui pelatihan vokasi di BLK-BLK milik Kemnaker dan

penguatan mutu vokasi melalui reorientasi kebutuhan-kebutuhan sesuai

tuntutan industri, pelatihan, sertifikasi dan penempatan calon tenaga kerja

(3in1) dan penguatan akses setiap orang untuk memperoleh kesempatan

yang sama dalam mendapatkan pelatihan sebagaimana yang telah disusun

Grand Design Pelatihan Vokasi Nasional hingga 2025 maupun

terbentuknya Komite Pelatihan Vokasi Nasional.

Kemnaker juga melakukan a) peningkatan kemampuan kerja

(employability) dan inovasi tenaga kerja melalui masifikasi pelatihan di

Balai Latihan Kerja (BLK), pemagangan dalam dan luar negeri, sertifikasi

uji kompetensi, serta menginisiasi pembangunan Innovation Room sebagai

sebuah Talent Hub yang selanjutnya akan direplikasi di BLK-BLK milik

pemerintah. b) pengembangan lembaga penyelenggara pelatihan vokasi

melalui program 3R, yaitu Re-Orientasi, Re-Vitalisasi, dan Re-Branding

serta penerapan aplikasi-aplikasi ketenagakerjaan online, sepeti layanan

perizinan TKA secara online. Serta membangun BLK Komunitas

sebanyak 50 buah pada 2017, 75 buah pada 2018, dan direncanakan 1000

buah pada 2019, dan 3000 buah pada 2030.

Tantangan yang dihadapi Kemnaker adalah a) portofolio relatif kecil;

rendahnya kualitas pendidikan tenaga kerja yang masih sekitar 57,46

persen berpindidikan SMP ke bawah; b) link and match antara dunia

pendidikan dan dunia kerja; c) kuantitas dan lokasi tenaga kerja yang

terkonsentrasi di kota-kota di Pulau Jawa.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

26

Kemnaker juga melakukan proyeksi kebutuhan tenaga kerja di masa

yang akan data berdasarkan proyeksi industri dari Kemen Perindustrian

sekaligus untuk mempersiapkan peluang bonus demografi pada 2030

(proyeksi seracara rinci terdapat pada lampiran).

Dalam meningkatkan daya saing, Kemenaker melakukan peningkatan

kompetensi tenaga kerja, sertifikasi dan penguatan pendidikan vokasional

melalui BLK-BLK, peningkatan ethos kerja (soft skill), kewirausahaan

(entrepreneurial characteristics) agar produktivitas meningkat dengan

upaya-upaya : a). Peningkatan pemahaman akan arti pentingnya

produktivitas (awareness); 3). Peningkatan produktivitas melalui

penerapan alat, teknik dan metodologi peningkatan produktivitas

(improvement); dan 4). Pengukuran dan Pemeliharaan Produktivitas

sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi R.I. Nomor Per. 21/MEN/IX/2009.

Kemnaker bukan kementerian teknis dalam peningkatan pertumbuhn

ekonomi, namun secara tidak langsung berkontribusi dalam meningktkan

pertumbuhan ekonomi melalui penetapan kebijakan yang mencipatkan

pasar kerja yang fleksibel dan aman (labor market flexsecurity). Juga,

memperkecil kesenjangan dan kemiskinan sektor ketenagakerjaan melalui

Kebijakan Upah Minimum dan penyusunan struktur dan skala upah untuk

mengurangi kesenjangan upah pekerja di perusahaan-perusahaan.

Bersinergi dengan pemangku kepentingan, Kemnaker telah berhasil

mewujudkan 10.546.500 lapangan kerja baru dalam 4 tahun terakhir.

Pembahasan. Kemnaker telah melakukan berbagai kesiapan

transformasi ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0

antara lain melalui : 1) program triple skilling (skilling, up sklilling dan

reskilling) tehadap tenaga kerja sesuai jenis dan tingkatan pekerjaannya;

2) Grand design Vokasional Nasional; 3) Revitalisasi BLK-BLK berbasis

teknologi Revolusi Industri 4.0; 4) Pengembangan lembaga penyelenggara

pelatihan vokasi melalui program 3R, yaitu Re-Orientasi, Re-Vitalisasi,

dan Re-Branding serta penerapan aplikasi-aplikasi ketenagakerjaan online;

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

27

dan sertifikasi. Transformasi ketenagakerjaan yang dilakukan mengacu

pada Indonesia Making 4.0 dengan leading sector Kementerian

Perindustrian.

Ke depan, perlu kiranya Kemnaker menyusun disain pokok (grand

design) Kemnaker yang memuat target-target transformasi, implementasi

dan inovasi ketenagakerjaan dalam mengaplikasikan teknologi Revolusi

Industri 4.0 pada jangka pendek, menengah dan panjang secara integral,

holistik dan komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi

pada 2030 maupun seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar

Kemeneterian/Lembaga dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan

dana yang memadai.

Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat

penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui

berbagai kebijakan. Kemnaker sebagai pengemban fungsi pembinaan

ketenagakerjaan telah melakukan peranannya sesuai tupoksi yang

diembannya, walaupun masih ada hal-hal yang perlu ditingkatkan;

terutama terkait inovasi, penelitian & pengembangan, pendidikan vokasi,

anggaran maupun sinergi antar Kementerian/Lembaga.

2) Penyajian Data Primer dari Kementerian Perindustrian dan

pembahasannya.

Kebijakan pemerintah sektor industri menghadapi Revolusi Industri

4.0, Menurut Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian R.I, adalah

revitalisasi industri nasional, terutama penguasaan teknologi yang

menjadi faktor penentu daya saing yang mendukung industri 4.0, meliputi

Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface,

teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.

Roadmap “Making Indonesia 4.0” bahwa Indonesia fokus pada 5(lima)

sektor utama yaitu (a) makanan dan minuman, (b) tekstil dan pakaian, (c)

otomotif, (d) kimia, dan (e) elektonik. Sektor ini dipilih karena

diproyeksikan akan berdampak signifikan terhadap PDB (Produk

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

28

Domestik Brutto), perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain,

besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar. Indonesia akan

mengevaluasi strategi dari setiap fokus sektor setiap 3-4 tahun untuk

meninjau kemajuannya dan mengatasi tantangan pelaksanaannya.51

Ada 10 (sepuluh) Prioritas Nasional prioritas dalam implementasi

“Making Indonesia 4.0” yaitu : 1) perbaikan alur aliran barang dan

material. 2) mendesain ulang zona industri. 3) mengakomodasi

standar-standar keberlanjutan. seperti yang berbasis teknologi bersih,

tenaga listrik, biokimia, dan energi terbarukan; 4) memberdayakan usaha

mikro, kecil, dan menengah (UMKM); 5) membangun infrastruktur digital

nasional; 6) menarik investasi asing; 7) peningkatan kualitas sumber daya

manusia (SDM, merombak kurikulum pendidikan dengan lebih

menekankan pada science, technology, engineering, the arts, and

mathematics (STEAM), serta meningkatkan kualitas sekolah kejuruan; 8)

pembangunan ekosistem inovasi; 9) insentif untuk investasi teknologi,

seperti subsisdi dan potongan pajak; dan 10) harmonisasi aturan dan

kebijakan antara kementerian dan lembaga maupun pemerintah daerah.

Kemenperin52

terus mendorong pengembangan Internet of Things

(IoT) guna memperkuat struktur teknologi digital menuju implementasi

revolusi industri 4.0. yang berpotensi menghasilkan sebesar Rp 444

Triliun pada tahun 2022 dan nilai tambah terhadap PDB (Produk

Domestik Brutto) nasional sebesar USD 150 Miliar pada tahun 2025

(pertumbuhan PDB sekitar 1-2%; sehingga base line pertumbuhan PDB

per tahun anatar 5-10% pada 2018-2030); serta kontribusi sektor industri

manufaktur lebih dari 25 % terhadap PDB pada 2030. “Making Indonesia

4.0” akan : a) meningkatkan PDB 6-7 % pada 2030 dengan pertumbuhan

PDB tiap tahunnya 1-2%; b) Penciptaan tambahan lapangan kerja lebih

dari 10 juta dari 20 juta saat ini sehingga menjadi 30 juta lebih pada 2030;

51

http://www.kemenperin.go.id/download/18384 (diakses tanggal 15 April 2019, jam 11.12)

52

http://www.seputarjakarta.com/baca/20190506/industri-4-0-buka-peluang-ri-jadi-ekosistem-bisnis-iot

-senilai-rp-444-triliun%EF%BB%BF.html (diakses tanggal 5 Juni 2019, jam 20:41).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

29

c) meningkatkan kontribusi sektor manufaktor terhadap PDB lebih dari

25% pada 2030.

Juga memaksimalkan pemanfaatan teknologi terkini dan identifikasi

ketrampilan baru dibarengi upaya peningkatan kemampuan sumber daya

manusia (SDM) industri sebanyak 17 juta orang kualifikasi bidang

teknologi digital ( yaitu 4,5 juta orang Talenta di industri manufaktur dan

12,5 juta orang untuk Jasa sektor manufaktur). Untuk kepentingan

revitalisasi indsutri dan peningkatan SDM telah diluncurkan indikator

penilaian untuk tingkat kesiapan industri dalam menerapkan teknologi di

era industri 4.0 yaitu INDI 4.0 (Indonesia Industry 4.0 Readiness Index).

Revitalisasi sektor industri manufaktur di era revolusi industri 4.0

untuk dapat menjadi 10 ekonomi terbesar dunia tahun 2030

dilatarbelakangi adanya aspirasi untuk a) Menggandakan rasio

produktivitasi terhadap biaya agar meningkatkan daya saing global; b)

Mendorong Ekspor netto menjadi 10 % PDB; dan c) Menganggarkan 2%

pengeluaran PDB untuk mendukung sektor inovasi dan fokus pada 5

(lima) sektor utama seperti tersebut diatas.

Untuk mencapai target tersebut, Kemenprind melakukan :

Gambah 01 : Tugas & Kegiatan Utama Kemen Perindustrian

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

30

Langkah strategis yang dilakukan kemenperin dalam Transformasi

menghadapi Revolusi Industri 4.0 adalah :a) restrukturisasi organisasi di

lingkungan Kementerian Perindustrian; b) Roadmap Making Indonesia

4.0; c) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI);

d) Peningkatan kualitas SDM melalui penguatan pendidikan dibawah

binaan Kemenprind yaitu Pusdiklat, 9 Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), 10 Politeknik, dan 2 Akademi Komunitas (Akom).

Suksesnya transformasi industri dan ketenagakerjaan di lingkungan

Kemenperin disorong oleh kapasitas dan kualitas ASN dan keterlibatan

aktif pemangku kepentingan industri. Dengan tantangan masih belum

memadainya infrastuktur dan daya saing industri.

Proyeksi industri nasional ke depan menyiapkan : a) revitalisasi 5

industri manufaktur tersebut diatas dan menyiapkan 10 (sepuluh)

Politeknik/Akademi Komunitas di kawasan industri yaitu : a) Politeknik

Industri Kelapa Sawit – Dumai/Riau; b) Akademi Komunitas Industri

Sawit – Sei Mangkei; c) Politeknik Industri Petrokimia – Banten; d)

Akademi Komunitas TPT – Surakarta; e) Politeknik Industri Furniture –

Kendal; f) Politeknik Industri Baja – Batu Licin; g) Politeknik Industri

Logam – Morowali; h) Politeknik Industri Petrokimia – Gresik; i)

Politeknik Industri Petrokimia – Telk Bintuni dan j) Akademi komunitas

Industri Manufaktur – Bantaeng. Proyeksi ketenagakerjaan sektor

industri diperoyeksikan sekitar 600.000 orang per tahun dengan rata-rata

prtumbuhan industri pengolahan non-migas 4,9%. Kebutuhan tenaga kerja

sektor migas diproyeksikan Kebutuhan tenaga kerja sektor industri pada

2020 diprediksikan sebesar 607.778 orang, untuk industri : a) makanan

dan minuman sebesar 177.348 orang; (b) tekstil dan pakaian sebesar

124.274 orang; (c) otomotif sebesar 22,749 orang (d) kimia sebesar 13.105

orang ; dan (e) elektonik sebesar 12.733 orang, dengan perincian

terdapat pada Lampiran.

Dalam meningkatkan daya saing, kemenperin melakukan : a)

Penyiapan dan pendampingan industri untuk bertransformasi menuju

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

31

idustri 4.0 berdasarkan Roadmap making Indonesia 4.0; b) menyiapkan

rancangan Perpres tentang Implementasi Roadmap making Indonesia 4.0.

c) Bimbingan Teknis Manager Transformasi Industri 4.0 untuk mencetak

agen transformasi Industri 4.0 di industri; d) menyusun kesiapan

manajemen dan organisasi (management and organization), orang dan

budaya (people and culture), produk dan layanan (product and services),

teknologi (technology), dan operasi pabrik (factory operation); e)

Pembangunan Pusat Inovasi dan Pengembangan SDM Industri 4.0; f)

Pembinaan Wira Usaha Baru dan Industri Kecil Menengah (IKM) di Era

Industri 4.0 hingga 2018 mecapai 4.215 IKM yang terlibat aktif program

E-Smart IKM; g) penguatan kemitraan industri Indonesia sebagai

Official Partner Country Hannover Messe 2020 guna membuka akses

perdagangan dan investasi; h) Program Vokasi Industri yang Link &

Match Antara SMK dengan Industri sudah ada 1032 industri yang

bekerjasama dengan 2.612 SMK; j) Penyiapan Super Deduction Tax

hingga 200% untuk R&D dan 300% untuk inovasi industri; dan k)

memacu kegiatan R&D mengembangkan ekosistem industri seperti

Nongsa Digital Park di Batam serta IOS Development Center milik Apple

di BSD, Serpong.

Dalam kontribusi mengurangi kesenjangan eknomi maupun distribusi

pendapatan, Kemenperin memprioritaskan pada : a) ekspor dan substitusi

impor; b) penguatan vokasi melalui pendidikan vokasi menuju dual

system, yakni: 30 persen teori dan 70 persen praktikum; c) Sertifikat

Kompetensi Tenaga Kerja Industri; d) Pengembangan Kawasan dan Sentra

Industri yaitu mengembangkan 13 Kawasan Industri baru di Pulau Jawa

dan luar Pulau Jawa, serta 22 Sentra Industri Kecil & Menengah (SIKIM)

di 22 Kota/Kabupaten di luar Pulau Jawa; e) pengembangan Wirausaha

Baru (WUB) ditaergetakan sebanyak 5.000 orang dan E-Smart IKM

sebanyak 5000 IKM; f) Program Satripreneur sebanyak 20 Pondok

Pesantren guna mengembangkan kewirausahaan dan perluasan

kesempatan kerja.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

32

Pembahasan. Kemenperin telah melakukan berbagai kesiapan

transformasi industri dan ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi

Industri 4.0 ntara lain : 1) restrukturisasi organisasi di lingkungan

Kementerian Perindustrian; 2) Roadmap Making Indonesia 4.0; 3) Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI); dan 4)

Peningkatan kualitas SDM melalui penguatan pendidikan dibawah binaan

Kemenperin yaitu Pusdiklat, 9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 10

Politeknik, dan 2 Akademi Komunitas (Akom); 5) penguatan vokasi

melalui pendidikan vokasi menuju dual system, yakni: 30 persen teori dan

70 persen praktikum; 6) Sertifikat Kompetensi Tenaga Kerja Industri; 7)

Pengembangan Kawasan dan Sentra Industri; termasuk program

santripreuner; 7) peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM,

merombak kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada science,

technology, engineering, the arts, and mathematics (STEAM), dsb.

Ke depan, Kemenperin perlu mengembangan inovasi melalui

penguatan penelitian dan pengembangan berbasis teknologi terapan sesuai

tuntutan revolusi industri 4.0 yang didukung dengan anggaran yang

memadai; pengembangan techo park di berbagai daerah dengan

melibatkan industri maupun universitas/akademi dalam jangka pendek,

menengah dan panjang secara integral, holistik dan komprehensif

dikaitkan dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun seabad

Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar Kemeneterian/Lembaga dari

pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.

Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat

penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui

berbagai kebijakan. Kemenperin sebagai pengemban fungsi pembinaan

industri nasional telah melakukan peranannya sesuai tupoksi yang

diembannya, walaupun masih ada hal-hal yang perlu ditingkatkan;

terutama terkait inovasi, penelitian & pengembangan, pendidikan vokasi,

anggaran maupun sinergi antar Kementerian/Lembaga.

3) Penyajian Data Primer dari Kementerian BUMN dan pembahasannya.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

33

Kementerian BUMN dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0

disamping mendorong penggunaan teknologi sebagai bagian dari otomasi

dan percepatan sistem industri dan birokrasi, juga membangun kapabilitas

sumber daya manusia (SDM) melalui standardisasi kompetensi

Kementerian BUMN serta pengembangan kompetensi soft skill dan

kompetensi pengelolaan korporasi. Telah dibangun ITMS (Integrated

Talent Management System) untuk memastikan ketersediaan dan kesiapan

talenta untuk sustainable growth, menjaga akuntabilitas dan transparansi

di BUMN.

Adanya kesenjangan (gap) kompetensi pegawai eksisting dengan

standar kompetensi yang diharapkan untuk mendukung penerapan revolusi

Industri 4.0, Kemen BUMN melakukan perencanaan ulang atas target dan

strategi yang akan dilakukan dengan baik dan matang. Kemudian

dilakukan gap analysis antara kondisi organisasi saat ini dengan target

yang akan dicapai. Setelah itu, dilakukan koordinasi dengan unit-unit kerja

terkait untuk melaksanakan manajemen risiko yang bertujuan mengontrol

risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan strategi tersebut.

Langkah-langkah transformatif yang dilakukan Kemen BUMN adalah :

a) Pengembangan kapabilitas SDM diawali dengan assessment kepada

seluruh pegawia, penguatan dan pengembangan kompetensifungsi

korporasi berupa pelatihan dan sertifikasi; b) mengembangkan sistem

talent pool BUMN dan penilaian pegawai secara 360 degree dilakukan

oleh atasan, bawahan maupun rekan kerja; dan b) Pengembangan

teknologi informasi seperti : 1) SiManis (Sistem Informasi Manajemen

ASN); 2) SiBagas (Sistem Informasi Berbagi Gagasan); 3) SiLaba (Sistem

Informasi Pelaporan Berkala)dan 4) SiNadine (Sistem Informasi Naskah

Dinas Elektronik).

Transformasi yang dilakukan dibaengi dengan penerapan change

management yang baik melalui : a) Membentuk sense of urgency melalui

analisis kondisi, peluang, dan potensi masalah; b) Membentuk tim atau

task force yang solid dan mampu mengembangkan strategi implementasi

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

34

perubahan yang efektif; c) penyampaian visi transformasi yang efektif dan

masif kepada seluruh pegawai di Kementerian BUMN; d) menggerakkan

pegawai untuk menjalankan perubahan tersebut; dan menetapkan

kebijakan-kebijakan.

Usaha-usaha kemen BUMN untuk meningkatkan daya saing adalah

menjadikan BUMN sebagai agent of development yang besar, kuat, dan

lincah yang mampu bersaing pada level regional dan global antara lain

melalui penetapan target-target tertentu, seperti peningkatan asset, laba,

ekuitas, CAPEX (Capital Expenditure), Fortune 500, skor BUMN;

kemudian memberikan remunerasi untuk memotivasi BUMN agar

menjadi champion di ranah regional maupun global.

Kemen BUMN juga memiliki program tahunan Siswa Mengenal

Nusantara guna membangun wawasan sosial-budaya, pendidikan,

entrepreneurship, pengenalan BUMN serta wawasan kebangsaan sebagai

bagian upaya peningkatan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) bagi

kaum milenial agar mereka lebih mengenal, tertatik dan peduli dengan

BUMN Indonesia. Kemen BUMN melakukan langkah-langkah strategis

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi antara lain meraih CAPEX

BUMN pada 2018 sebesar Rp 379 Triliun (Infrastruktur) dan Rp 108

Triliun (Non Infrastruktur) dari target sebesar Rp 616 Triliun.

Pembangunan infrastruktur diharapkan dapat menciptakan multiplier effect

pada perekonomian nasional serta mampu mengurangi biaya logistik

nasional.

Upaya-upaya Kemen BUMN mengurangi kesenjangan ekonomi

maupun distribusi pendapatan adalah: a) menugaskan BUMN untuk

turut serta dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur nasional

untuk memperkuat konektivitas nasional baik darat, udara, laut,

konektivitas telekomunikasi serta infrastruktur energi dan kelistrikan.

Pembangunan infrastruktur diharapkan mampu meningkatkan konektivitas

Indonesia, menurunkan biaya logistik nasional, dan mendorong

pertumbuhan perekonomian; b) mendorong BUMN untuk mendukung

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

35

kemandirian ekonomi rakyat melalui Kredit Usaha Rakyat Himbara,

Mekar, BBM satu harga, dan Rumah Kreatif BUMN.

Pembahasan. Kemen BUMN telah melakukan berbagai kesiapan

transformasi industri dan ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi

Industri 4.0 ntara lain : a) Pengembangan kapabilitas SDM diawali dengan

assessment kepada seluruh pegawai, penguatan dan pengembangan

kompetensi fungsi korporasi berupa pelatihan dan sertifikasi; b)

mengembangkan sistem talent pool BUMN dan penilaian pegawai

secara 360 degree dilakukan oleh atasan, bawahan maupun rekan kerja;

dan b) Pengembangan teknologi informasi seperti : 1) SiManis (Sistem

Informasi Manajemen ASN); 2) SiBagas (Sistem Informasi Berbagi

Gagasan); 3) SiLaba (Sistem Informasi Pelaporan Berkala)dan 4)

SiNadine (Sistem Informasi Naskah Dinas Elektronik); 5) meningkatkan

daya saing adalah menjadikan BUMN sebagai agent of development yang

besar, kuat, dan lincah yang mampu bersaing pada level regional dan

global antara lain mlalui penetapan target-target tertentu, seperti

peningkatan asset, laba, ekuitas, CAPEX (Capital Expenditure).

Ke depan, Kemen BUMN perlu mengembangan inovasi melalui

penguatan penelitian dan pengembangan berbasis teknologi terapan sesuai

tuntutan revolusi industri 4.0 yang didukung dengan anggaran yang

memadai; pengembangan BUMN yang efisien , inklusif, profit oriented

menuju kelas dunia. Menjalin kemitraan dengan universitas/pendidikan

tinggi maupun industri dalam jangka pendek, menengah dan panjang

secara integral, holistik dan komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus

demografi pada 2030 maupun seabad Indonesia pada 2045 dengan

bersinergi antar Kemeneterian/Lembaga dari pusat hingga daerah-daerah

dengan dukungan dana yang memadai.

Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat

penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui

berbagai kebijakan seperti peguatan industri dalam binaan BUMN maupun

SDM-nya. Kemen BUMN sebagai pengemban fungsi pembinaan BUMN

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

36

termasuk ketenagakerjaan telah melakukan peranannya sesuai tupoksi

yang diembannya, namun masih perlu meningkatkan inovasi, penelitian &

pengembangan, pendidikan vokasi, anggaran maupun sinergi antar

Kementerian/Lembaga.

4) Penyajian Data Primer dari Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, dan pembahasannya.

Kesiapan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

melakukan transformasi pendidikan menuju Era Revolusi Industri 4.0

guna mendukung ketenagakerjaan Indonesia adalah Revitalisasi Sekolah

Menegah Kejuruan (SMK), fokus pada pengembangan dan penyelarasan

kurikulum, pemenuhan dan peningkatan kompetensi guru, kerjasama

dengan industri, akses sertifikasi lulusan dan akreditasi SMK, serta sarana

dan prasarana SMK. Dan prioritas pada 4 (empat) bidang keahlian SMK

yaitu kemaritiman, pariwisata, ekonomi kreatif, dan pertanian.

Kemendikbud melalukan penyempurnaan : a) kurikulum berbasis

kecakapan abad 21 yaitu yaitu berpikir kritis, kreatif dan inovatif, terampil

berkomunikasi, bekerjasama dan berkolaborasiserta percaya diri; b)

Didaktik-Metodik, merancang beberapa inovasi pembelajaran seperti

belajar menggunakan internet (online); c) peningkatan kompetensi dan

sertifikasi guru; dan d) penggunaan teknologi internet untuk komuniasi

daring di lingkungan Kemendikbud.

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan

kemendikbud berdampak positif anatara lain : a) proses kegiatan,

perolehan hasil menjadi lebih efisien, cepat, transparan, akuntabel dan

lebih efisien dari segi penggunaan waktu, biaya, tenaga dan sarana

prasarana, misal UAN lebih efisien; b) Memungkinkan melakukan inovasi

pembelajaran melalui pengemabngan kemampuan literasi digital, literasi

teknologi dan literasi sosial. Upaya-upaya Transformatif Kemendikbud

untuk memenuhi tuntutan Revolusi Industri 4.0 adalah : a) Transformasi

terhadap guru dan tenaga kependidikan dilakukan melalui diklat

fungsional, diklat teknis, dan pemberdayaan wadah/asosiasi guru dan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

37

tenaga kependidikan; b) Transformasi terhadap para pengelola pendidikan

baik di Pusat maupun Daerah dilakukan pembaruan (update) sistem

pengelolaan dengan mengikuti perkembangan teknologi dan informasi

terkini; dan c) Transformasi infrastruktur pendidikan, yang mengikuti

perkembangan teknologi terkini.

Dampak negatif teknologi berbasis internet antara lain : a) sulit

mengontrol akses internet bagi siswa, terutama konten-konten negatif dan

pornografi; b) Terjadinya kesenjangan digital (digital devide) antara daerah

yang satu dan lain dalam mengakses internet; c) memungkinkan terjadinya

pengurangan tenaga pendidik akibat dari mudahnya para siswa akses

langsung ke sumber belajar melaui komputer mauun gadgetnya,(terutama

pembelajaran transfer of knowledge).

Upaya-upaya yang dilakukan Kemendikbud mengatasi atau setidaknya

meminimalisir dampak negatif dari Revolusi Industri 4.0 adalah : a)

Memperkuat pendidikan karakter melalui Gerakan Penguatan Pendidikan

Karakter (PPK), terutama religius, nasionalisme, mandiri, integritas dan

gotong royong; b) Memberikan afirmasi untuk daerah 3T (Terdepan, Terluar

dan Tertinggal) melalui perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan; dan

c) Peningakatan kompetensi guru (re-training dan up-dating skills) serta

mengembangkan Continues Professional Development (CPD).

Kesuksesan Kemendikbud dalam melakukan transformasi menuju

Revolusi Industri 4.0 didukung oleh anggaran yang cukup dari pemerintah

baik pusat maupun daerah, kemitraan sekolah - industri, pemanfaatan

program CSR perusahaan maupun komite sekolah. Dan hambatan yang

dihadapi luasnya geografi Indonesia yang terpisah antara pulau, terutama

daerah 3T, budaya SDM kependidikan yang belum adaptif terhadap

perubahan Revolusi Industri 4.0.

Upaya-upaya Kemendikbud meningkatkan daya Saing bangsa antara lain

: a) Melakukan kerjasama bidang pendidikan secara bilateral maupun

multilateral seperi ASEAN, SEAMEO, MEA, APEC, UNESCO, UNICEF,

WEF, SDG’s; b)Melakukan kerjasama bilateral/kemitran dengan AUSAID,

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

38

CIRA; dan b) Mengikutsertakan siswa dalam berbagai kompetisi bidang

sains, humaniora, olahraga dan seni tingkat internasional.

Upaya-upaya strategis Kemendikbud untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi adalah a) Meningkatkan kualitas SDM angkatan kerja melalui

Penguatan SMK; b) Meningkatkan layanan pendidikan non formal; dan c)

Meningktkan kerjsama dengan dunia usaha melalui program pemagangan

dan kontrak kerja dan penyertaan modal wirausaha melalui teaching

factory.

Dalam kontribusi mengungari kesenjangan ekonomi maupun distribusi

pendapatan, Kemendikbud melakukan antara lain : a) Memberikan akses

pendidikan yang seluas-luasnya kepada masyarakat; b) Memberikan layanan

pendidikan yang lebih fleksibel (melalui pendidikan non formal), pendidikan

kesetaraan (Paket A, Paket B, dan Paket C) dan kursus dan pelatihan; dan c)

Memberikan pendidikan kejuruan berbasis kewirausahaan (enterpreneur),

teaching factory di SMK dan kerjasama dengan dunia usaha dan industri.

Pembahasan. Kemendikbud telah melakukan berbagai kesiapan

transformasi ketenagakerjaan Indonesia menuju era Revolusi Industri 4.0

antara lain : 1) Revitalisasi Sekolah Menegah Kejuruan (SMK), fokus pada

pengembangan dan penyelarasan kurikulum fokus pada kemaritiman,

pariwisata, ekonomi kreatif, dan pertanian; 2) Penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi di lingkungan; 3) melakukan inovasi pembelajaran

melalui pengemabngan kemampuan literasi digital, literasi teknologi dan

literasi social; dsb.

Ke depan, perlu kiranya Kemendikbud menyusun disain utama (grand

design) Kemnaker yang memuat target-target transformasi, implementasi dan

inovasi kependidikan dalam mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0

pada jangka pendek, menengah dan panjang secara integral, holistik dan

komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun

seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar Kemeneterian/Lembaga

dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

39

Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat

penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui

berbagai kebijakan. Kemendikbud telah melakukan peranannya sesuai

tupoksi yang diembannya, walaupun masih ada hal-hal yang perlu

ditingkatkan; terutama terkait link & match aatara pendidikan dan industri,

inovasi, penelitian & pengembangan, pendidikan vokasi, anggaran maupun

sinergi antar Kementerian/Lembaga.

5) Penyajian Data Primer dari Kementerian Riset & Teknologi dan

Pendidikan Tinggi dan pembahasannya.

Kesiapan Kemenristekdikti melakukan transformasi ketenagakerjaan

dan ristek menghadapi Revolusi Indutri 4.0 antara lain melakukan penguatan

konsep pembangunan manusia yang berkualitas dan berdaya saing yaitu

sehat, cerdas, adaptif, kratif, inova tif, terampil dan bermartabat sesuai UU

RI No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan UU RI No. 18 Tahun

2002 tentang Sistim Nasional IPTEK. Kemenristekdikti melakukan

perubahan menuju Era Industri 4.0 dalam mempersiapkan perguruan tinggi

siap mendidik tenaga kerja atau SDM unggul adalah : a) meningkatkan akses

partisipasi kasar peserta didik pendidikan tinggi dari sekarang sebesar 34,4

% menjadi 50 % pada tahun 2024; b) peningkatan jumlah SDM yang

berkualitas internasional; c) melakukan pembaharuan program-program

pendidikan baru disesuai kebutuhan di era industri 4.0, termasuk pendidikan

moral dan karakter bangsa; d) merubah 4790-an Perguruan Tinggi menjadi

pendidikan vokasi dan teknologi menjadi lebih besar dari 5% ; dan e)

Memfokuskan riset, teknologi dan inovasi pada STEM (Science,

Technology, Engineering and Mathematic) guna penguasaan sistim solusi

industri dan teknologi Indonesia di era industri 4.0.

Kemenristekdikti melakukan penguatan dan pencapaian visi

pembangunan pendidikan tinggi yaitu “Indonesia Berdaya saing dan

Berdaulat berbasis Iptek”; Misi : a) Menciptakan masyarakat Indonesia

yang inovatif berbasis Iptek dan b) Menciptakan keunggulan kompetitif

bangsa secara global; bertujuan untuk : a) meningkatkan loiterasi iptek; b)

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

40

meningkatkan kapasitas, kompetensi dan sinergi Riset Nasional; dan c)

Memajukan perekonomian nasional berbasis iptek. Upaya-upaya yang

dilakukan Kemenristekdikti antara lain : a) meningkatkan angka partisipasi

pendidikan tinggi; b) meningkatkan prodi PT yang terakreditasi minimal B;

c) meningkatkan kualifikasi dosen minial S2/S3; d) meningkatkan aktivitas

riset dan pengembangan ilmu terapan; e) meningkatkan lulusan perguruan

tinggi yang berkualitas dan menguasai teknologi; f) meningkatkan

tatakelolla kelembagaan pendidikan tinggi; dan g) meningkatkan

ketersediaan dan kualitas hasil penelitian sektor pendidikan.

Dalam kontribusi meningkatkan pertumbuhahan ekonomi,

Kemenristekdikti melakukan penguatan kapasitas iptek menjadi Research

Power House agar inovasi dan investasi meningkat sehingga berdampak

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sekitar 6% maupun distribusi

pendapatan yang merata. Dampak positif dari kemajuan teknologi di era

Revolusi Industri 4.0 yang diperoleh Kemenristekdikti memungkinkan

untuk : a) merubah sistem pendidikan tinggi menjadi 3 (tiga) cluster yaitu

akademis, vokasional dan prosesional sesuai dengan

kompetensi-kompetensi bidang kerja yang dibutuhkan dalam era industri

4.0; saat ini yang vokasional baru 5% dari 4790-an Perguruan Tinggi. Dan

Kemenristekdikti mengatasi dampak negatif melalui uoaya-upaya

pengembangan SDM Iptek yang kompetitif dan produk hasil inovasi

nasional dari pemanfaatan teknologi 4.0 di berbagai sektor yang didukung

oleh tenaga kerja Indonesia dan hasil-hasil riset unggulan nasional.

Langkah-langkah transformatif yang dilakukan Kemenristekdikdi

dengan dukungan sumberdaya yang memadai antara lain : a) penyiapan

SDM siap menerapkan tekknologi industri 4.0 seperti pemahaman data

(data literacy), teknologi (technology literacy), dan social humaniora; b)

Perubahan kelembagaan pendidikan melalui pembukaan program

pendidikan baru, merekrut dosen industri, mengundang Profesor universitas

mancanegara; c) perubahan bentuk perguruan tinggi dari yang berorientasi

akademis menjadi berorientasi teknologi; d) dan mengembangan tenaga

kerja siap berwiraswasta ataupun kerja; e) Perijinan baru Universitas

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

41

diutamakan untuk bidang STEM (Science Technology Engineering and

Mathematics); f) peningkatan akses, kapasitas dan kualitas pendidikan

vokasi berbasis STEM yang didukung oleh riset-riset STEM di perguruan

tinggi bertaraf world class university Indonesia ( 11 Universitas PTN Badan

Hukum) dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan SDM Iptek

vokasi menjadi 50 % Angka partisipasi kasar jumlah peserta mahasiswa

Indonesia pada tahun 2024.

Tantangan dan hambatan yang dihadapi kemenristekdikti anatara lain

masih adanya : a) resistensi bagi para pembuat keputusan dalam

kewenangannya dituntut serba cepat dalam memberikan respon cepat, serta

menghasilkan kebijakan yang akurat; maupun b) masih dirasakan adanya

banyak hambatan dalam melakukan reformasi pendidikan tinggi dan

pengembangan riset, baik yang dibiayai pemerintah maupun

industri/perorangan. Tantangan yang harus segera diselesaikan adalah : a)

guidelines pengaturan tentang SDM, Kelembagaan, Daya Dukung

(Infrastruktur, pendanaan, peraturan); b) anggaran dan pembiayaan serta

keterbatasan jumlah dosen yang bermutu serta mempunyai kompetensi

nyata; c) peningkatan kapasitas dosen yang ada saat ini agar berkualitas

internasional; d) rekrutmen dosen sebanyak 50% dari industri, dengan

sistim NIDK (Nomer Induk Dosen Khusus) dari dalam maupun luar negeri;

e) perubahakn kurikulum secara block system agar memungkinkan multy

entry multy exit, serta pendidikan dilakukan secara blended system, bisa

tatap muka missal di laboratorium di mana saja, asal terakreditasi serta

pembelajaran on-line system.

Guna mendukung transformasi industri dan ketenagakerjaan maka

Kemenristekdikti melakukan : a) merubah bentuk perguruan tinggi yang

banyak berbasis akademis menjadi vokasi (politeknik) dan profesi; b)

pengurangan, penggabungan jumlah perguruan tinggi yang tidak

melahirkan SDM yang siap berada dalam era industri 4.0; c) tranformasi

dosen; kurikulum, infrastuktur dan pembiayaan yang memadai; d)

transformasi riset yang fokus pada streamline yang produktif dan efisien

maupun meningkatkan pembiyaan riset secara nasional lebih besar dari Rp

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

42

28 Triliun per tahun; e) meningkatkan sinergi bidang riset, kerjasama riset

dalam satu Badan Riset Nasional sesuai amanat UU No 18/2002 tentang

Sistim Nasional Iptek dan Inovasi.

Kemenristekdikti melakukan reformasi pendidikan tinggi mengarah

pada memperbesar program vokasional secara masif pada jenjang Master

Teknologi Terapan sejalan dengan transformasi industri yang dilakukan

Kemenperin. Upaya-upaya Kemenristek dikti meningkatkan daya saing

bangsa antara lain a) peningkatan jumlah dan kualitas lulusan pendidikan

tinggi sesuai dengan kebutuhan pasar yang berkembang serta mampu

membangkitkan usaha2 baru sesuai tuntutan industri 4.0; dan b)

Peningkatan kapasitas riset, pengembangan iptek sehingga menjadi

inovasi2 baru yang mampu menembus pasar Dalam Negeri dan/atau Luar

Negeri; dan c) melalukan kerjasama multilateral, bilateral serta strategic

partnership di lingkungan ASEAN, Regional APEC, dan global G20.

Kemenristekdikti mendorong berkontribudsi dalam pertumbuhan

ekonomi nasional antara lain melalui : a) Pendidikan berbasis Revolusi

Industri 4.0; b) mengembangkan nilai-nilai baru society 5.0 yang

humanistis dengan memanfaatkan teknologi demi kemanusiaan; dan c)

mempermudah akses akses terhadap pendidikan tinggi; d) mendorong

Universitas yang berkualitas PTN Badan Hukum menjadi Universitas Riset

berkelas dunia (World Class University); e) menyiapkan SDM Indonesia

yang unggul siap teknologi 4.0 yang saat ini sekitar 7 juta orang mahasiswa

per tahun sedang mengikuti pendidikan tinggi. Harapannya mereka akan

mampu menciptakan pekerjaan baru seperti misalnya digital start-up,

fin-tech industry, dan lain-lain.

Pembahasan. Kemenristekdikti telah melakukan berbagai kesiapan

tranformasi ketenagakerjaan Indonesia menuju era Revolusi Industri 4.0

antara lain a) penyiapan SDM siap menerapkan tekknologi industri 4.0;

b) perubahan bentuk perguruan tinggi dari yang berorientasi akademis

menjadi berorientasi teknologi; d) dan mengembangan tenaga kerja siap

berwiraswasta ataupun kerja; e) Perijinan baru Universitas diutamakan

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

43

untuk bidang STEM (Science Technology Engineering and Mathematics);

f) peningkatan akses, kapasitas dan kualitas pendidikan vokasi berbasis

STEM; g) penyiapan Badan Riset Nasional, perguruan tinggi bertaraf world

class university , dsb.

Ke depan, perlu kiranya Kemenristekdikti menyusun disain utama

(grand design) Kemnaker yang memuat target-target transformasi,

implementasi dan inovasi riset dan kependidikan tinggi dalam

mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0 pada jangka pendek,

menengah dan panjang secara integral, holistik dan komprehensif dikaitkan

dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun seabad Indonesia pada

2045 dengan bersinergi antar Kemeneterian/Lembaga dari pusat hingga

daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.

Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat

penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui

berbagai kebijakan. Kemenristekdikti telah melakukan peranannya sesuai

tupoksi yang diembannya, walaupun masih ada hal-hal yang perlu

ditingkatkan; terutama terkait inovasi, penelitian & pengembangan,

pendidikan tinggi berbasis STEM, anggaran maupun sinergi antar

Kementerian/Lembaga.

6) Penyajian Data Primer dari Kementerian Komunikasi & Informatika

dan pembahasannya.

Kesiapan Kemenkominfo menuju Era Revolusi Industri 4.0 antara lain :

1) melakukan inovasi menjadi institusi yang lebih mengedepankan fungsi

pelayanan dan fasilitator guna mendorong percepatan pelayan publik

sehingga layanan informasi dan komunikasi menjadi real time yang

memungkinkan pelayanan publik bisa lebih cepat dan efisien (pelayanan

prima).; 2) memanfaatkan Internet of Things (alat yang dapat mengirim

data melalui internet), lalu di simpan ke dalam Big Data (data yang

terhimpun dalam jumlah sangat besar), yang kemudian diproses oleh

Artificial Intelligence (kecerdasan buatan); memaksimalkan fungsi internet

untuk menciptakan “pabrik cerdas” dan “robot cerdas” ; dan 3)

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

44

memberikan pelayanan publik secara one-stop service yang berbasis

e-licensing, dilengkapi Call Center159. Dampak negatifnya, antara lain

belum seluruhnya SDM bisa secara merata dan simultan mengikuti

perubahan yang terjadi. Karena itu, Kementerian Kominfo juga terus

mendorong pengembangan SDM internal, khususnya melalui pendidikan

dan pelatihan teknis dalam bidang penguasaan teknologi informasi dan

komunikasi.

Guna meminimalisir dampak negatif dari revolusi industri 4.0 bagi

bangsa dan negara, Kemenkominfo terus melakukan : a) peningkatan

kompetensi SDM, dalam hal peningkatan literasi TIK (Teknolofi

Informatika & Komunikasi) masyarakat; dan b) menapis website yang

terbukti melakukan penyebaran konten negatif maupun pornografi/asusila.

Langkah-langkah transformatif yang dikembangkan KemenKominfo

guna mengurangi gap (kesenjangan) antara konsisi saat ini dengan tuntutan

revolusi industri 4.0, antara lain: 1) Penyelenggaraan 3 pilot sistem desa

broadband terpadu di desa nelayan, desa pertanian, dan desa pedalaman

sesuai 50 lokasi prioritas BNPP; 2) Membangun 575 BTS di daerah

tertinggal, terluar dan terpencil; 3) Menyediakan akses internet di 4000

lokasi (sesuai prioritas, seperti 100% sekolah SD-SMA termasuk

madrasah); 4) Revitalisasi dan optimalisasi National Internet Exchange

(NIX) ; 5) Penyiapan SDM yang kompeten melalui program Digital Talent

Scholarship (DTS), yang mulai dikembangkan sejak tahun 2018; 6)

Menyiapkan Design TIK environment sebagai acuan di area fokus

pembangunan; 7) Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Desa dan

Kawasan (SIDEKA) ke 1000 desa; 8) Pembentukan 1500 agen perubahan

Internet Cerdas, Kreatif, dan Produktif (i-CAKAP) di daerah perbatasan,

tertinggal, dan terluar; 9) Mendorong terjadinya transformasi digital bagi

UMKM konvensional ke UMKM berbasis teknologi digital; 10)

Terselenggaranya tata kelola Komunikasi dan Informatika yang efisien,

berdaya saing, dan aman; 11) Melakukan percepatan layanan perizinan

Machine to Machine; 12) Penyiapan SDM yang kompeten melalui program

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

45

Digital Talent Scholarship (DTS), yang mulai dikembangkan sejak tahun

2018, dan sebagainya.

Tantangan utama dari program transformasi yang dikembangkan oleh

KemenKominfo adalah : 1) kesenjangan digital (digital divide) sebagai

konsekuensi dari geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);

2) kesenjangan ekonomi dan sosial terkait akses, penggunaan, atau

dampak Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK); 3) kesiapan

socio-cultural maupun regulasi dalam mengantisipasinya, sehingga

diperlukan SDM yang kompeten dibidang TIK di era revolusi industri 4.0.

Kemenkominfo mendukung peningkatan daya saing bangsa Indonesia

di lingkup regional dan internasional melalui penguatan implementasi

revolusi industri 4.0 pada 10 National Initiatives, yaitu : a) Perbaikan alur

aliran barang dan material; b) Desain ulang zona industri; c)

Mengakomodasi standar-standar berkelanjutan (sustainability); d)

Memberdayakan UMKM; e) Membangun infrastruktur digital nasional; f)

Menarik minat investasi asing; g) Peningkatan kualitas SDM; h)

Pembangunan ekosistem inovasi; i) Insentif untuk investasi teknologi; dan

j) Harmonisasi aturan dan kebijakan.

Kemenkominfo fokus dalam hal pembangunan infrastruktur digital dan

peningkatan SDM (digital talent), serta telah menetapkan sasaran strategis

yaitu tersedianya akses broadband nasional, internet dan penyiaran digital

yang merata dan terjangkau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

pendidikan, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, melalui program

stategisnya yaitu: Broadband/4G, efisiensi industri, cyber security dan

governance, e-government, e-commerce, dan digitalisasi.

Kemenkominfo juga telah mengembangkan program Digital Talent

Scholarship (DTS) guna meningkatkan kompetensi dan daya saing SDM

TIK Indonesia : 1) pada 2018 telah melatih sebanyak 1.000 orang

tenaga-tenaga teknis yang dibutuhkan di era revolusi industri 4.0, yaitu

tenaga teknis di bidang Cyber security, Cloud computing, Big Data

Analytic, Artificial intelligence, dan Digital Business. Program DTS ini

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

46

bekerjasama dengan 5 (lima) universitas terkemuka Indonesia dan juga

technology company global. 2) 2019 melatih sebanyak 25.000 orang

yang tersebar di seluruh Indonesia dengan bidang pelatihan yang lebih

beragam. Program ini melibatkan 30 mitra universitas negeri dan swasta

dan 23 mitra politeknik negeri, serta 5 technology company global.

Program pelatihan ini dikemas dalam 4 (empat) program yaitu: a) Fresh

Graduate Academy (FGA) yang ditujukan bagi lulusan D3/D4/S1 yang

belum bekerja dengan bidang pelatihan: Cyber Security, Internet of

Things. Artificial Intelligence. Cloud Computing, Big Data dan Machine

Learning; b) Vocational School Graduate Academy (VSGA) yang

ditujukan bagi lulusan SMK TIK yang belumbekerja dengan bidang

pelatihan : Junior Network Administrator, Junior Web Developer, Junior

Mobile Programmer, Junior Graphic Designer dan Intermediate Animator;

c) Coding Teacher Academy (CTA) yang ditujukan untuk Guru TIK

dengan bidang pelatihan; dan d) Programming Essential in PythonOnline

Academy (OI) yang ditujukan bagi ASN, praktisi, dan umum dengan

bidang pelatihan: CCNA Cybersecurity Operations, CCNA Security,

Programming Essential in Python, IT Essential, Artificial Intelligence,

Cyber security, Internet of Thinks, Data Science, Digital Policy, Big Data,

dan Digital Entrepreneur. Program ini melibatkan 30 mitra universitas

negeri dan swasta dan 23 mitra politeknik negeri, serta 5 technology

company global.

Guna mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, Kemenkominfo

berkontribusi dalam : a) penyiapan SDM digital,; b) Merumuskan

Roadmap eCommerce Nasional untuk 5 – 10 tahun ke depan; c)

Melakukan pengumpulan data proliferasi e-commerce.; dan d) Mendorong

pengembangan dan peningkatan jumlah startup company.

Upaya-upaya yang dilakukan Kementerian Kominfo mengurangi

kesenjangan ekonomi maupun distribusi pendapatan adalah a) melakukan

percepatan transformasi digital; dan b) mengurangi kesenjangan literasi

digital. Karena diyakini bahawa: 1) pertumbuhan 1% Fixed Broadband

akan menurunkan angka pengangguran sebesar 8,6% (Katz el. Al, 2019,

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

47

Renstra Kemkominfo 2015-2019); dan 2) peningkatan 10% penetrasi

Broadband akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38%

(World Bank, Renstra Kemkominfo 2015-2019). Oleh karena itu,

ketersediaan akses broadband nasional, internet, dan penyiaran digital yang

merata dan terjangkau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

pendidikan, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan menjadi

keniscayaanbagi bangsa Indonesia untuk meningkatakan daya saing global

dan internasional.

Pembahasan. Kemenkominfo telah melakukan kesiapan transformasi

digital guna mendukung Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK)

menuju era Revolusi Industri 4.0 antara lain : 1) melakukan inovasi dan

akselerasi/percepatan pelayan publik secara real time , cepat dan efisien

(pelayanan prima); 2) memanfaatkan Internet of Things berbasis internet

untuk menciptakan “pabrik cerdas” dan “robot cerdas” ; dan 3)

memberikan pelayanan publik secara one-stop service yang berbasis

e-licensing, dilengkapi Call Center 159 serta ruangan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP), mendukung Making Indonesia 4.0, dsb.

Ke depan, perlu kiranya Kemenkominfo menyusun disain utama

(grand design) yang memuat target-target transformasi, implementasi dan

inovasi komunikasi dan informatika dalam mengaplikasikan teknologi

Revolusi Industri 4.0 pada jangka pendek, menengah dan panjang secara

integral, holistik dan komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus

demografi pada 2030 maupun seabad Indonesia pada 2045 dengan

bersinergi antar Kemeneterian/Lembaga dari pusat hingga daerah-daerah

dengan dukungan dana yang memadai; termasuk keharusan memiliki

Platform IT sendiri agar memiliki kedaulatan digital, keamanan siber , big

data dan kepentingan nasional.

Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat

penting dalam mempersiapkan daya saing bangsa dan negara melalui

berbagai kebijakan. Kemenkominfo telah melakukan peranannya sesuai

tupoksi yang diembannya, walaupun masih ada hal-hal yang perlu

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

48

ditingkatkan; terutama terkait pengembangan Platform IT, peningkatan

akses digital, inovasi, penelitian & pengembangan, peningkatan kualitas

SDM, anggaran maupun sinergi antar Kementerian/Lembaga.

7) Penyajian Data dari Kementerian PPN Bappenas dan pembahasannya.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dalam

melakukan perencanaan pembangunan bukan hanya antisipatif terhadap

Revolusi Industri 4.0 saja; namun menjangkau ke depan bertumpu pada

Visi Pembangunan Indonesia 2045 yaitu Berdaulat, Maju, Adil dan

Makmur.

Pilar Pembangunan Indonesia 2045 53

meliputi Pilar 1 :

Pembangunan Manusia dan Penguasaan Iptek; Pilar 2 : Pembangunan

ekonomi yang berkelanjutan; Pilar 3 : Pemerataan Pembangunan; dan

Pilar 4 : Pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.

a) Pilar 1 Pembangunan Manusia dan Penguasaan Iptek mencakup :

1)) Percepatan pendidikan rakyat Indonesia secara merata, 2))

Peningkatan peran kebudayaan dalam pembangunan, 3)) Peingkatan

sumbangan iptek dalam pembangunan, 4)) Peningkatan derajat

kesehatan dan kualitas hidup rakyat, dan 5)) Reformasi

ketenagakerjaan.

b) Pilar 2 Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan meliputi :1))

peningkatan investasi dan perdagangan luar negeri, 2)) percepatan

industri dan pariwisata, 3)) pembangunan ekonomi maritim, 4))

pemantapan ketahanan pangan dan penigkatan kesejahteraan petani,

pemantapan ketahanan energi dan air, dan komitmen.

c) Pilar 3 Pemerataan Pembangunan mencakup : 1)) Percepatan

pengentasan kemiskinan, 2)) pemerataan kesempatan usaha dan

53

Pemaparan Bambang P.S.Brodjonegoro Menteri PPN/Bappenas kepada Peserta PPRA LIX Lemhannas pada tanggal 12

Juni 2019 tentang Indonesia 2045 Berdaulat, Maju, Adil dan Makmur

Page 49: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

49

pendapatan, 3)) pemerataan pembangunan wilayah, dan 4))

Pembangunan intrastuktur yang merata dan terintegrasi.

d) Pilar 4 Pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola

pemerintahan mencakup : 1)) demokrasi substantif; 2)) reformasi

kelembagaan dan birokrasi; 3)) politik luar negeri bebas aktid; dan 4))

penguatan ketahanan dan keamanan.

Bappennas juga merencanakan pengembangan teknoloii sesuai tren

masa depan yaitu : a) teknologi digital (internet/seluler, otomatisasi dan

Cloud technology); b) teknologi yang mengunragi keterbatsan fisik dan

jarak (IoT, transportasi, distribusi, addictive manufacturing/3D printing; c)

nano technology; d) teknologi baru terbarukan (surya, angin, nuklir,

biomas dan geothermal); dan e) teknologi kesehatan (genetika, pengobatan

dan pemulihan serta pelayanan kesehatan); f) memanfaatkan teknologi

bagi pembangunan dan mengurangi disrupsi maupun hilangnya jenis

pekerjaan. Guna menyiapkan Manusia Indonesia yang menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi (iptek) diperlukan pendidikan yang semakin

tinggi dan merata, kebudayaan yang kuat, derajat kesehatan, usia harapa

hidup, dan kualitas hidup yang semakin baik, produktivitas yang tinggi

serta penguasaan iptek yang luas.

Pembahasan. Perencanaan Pembangunan Nasional 2045 yang

memiliki 4 (empat) pilar tersebut diatas masih cebderung berorientasi

pada pembangunan fisik dan tidak secara ekplisit menyiapkan

perencanaan pembangunan non-fisik (mental spritual) yang bersumber

dari nilai-nilai Pancasila. Semestinya pembangunan nasional dan Manusia

Indonesia harus dibangun aspek lahir dan batin; melalui penguatan

nilai-nilai Pancasila. Agar Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara

benar-benar harus dipahami, dihayati, diamalkan secara benar serta

dilestarikan oleh seluruh warga negara dalam kehidupan sehari-hari,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka Pilar Pembangunan

Nasional 2045, seabad Indonesia mutlak diperlukan satu pilar lagi yaitu

Penguatan dan Pengamalan nilai-nilai Pancasila.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

50

Sementara itu, Data primer dari Kementerian PPN/Bappenas

berdasarkan permohonan dari Lemhannas R.I No. B/1283/14/22/7/SET

tanggal 29 April 2019 dan No.B/1810/14/22/7/SET tanggal 18 Juni 2019

hingga tenggat yang diharapkan belum ada jawaban, sehingga tidak dapat

disajikan dan dibahas sebagaimana mestinya. (penulis telah berusaha

mengkomunikasikannya dengan pejabat terkait).

b. Kebijakan Pemerintah dalam Transformasi Ketenagakerjaan

Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0 masih perlu

diharmonisasikan.

Harmonisasi kebijakan pemerintah dalam Transfomasi

Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0 merupakan

permasalahan yang tidak mudah. Perlu effort yang luar biasa dari para

pucuk pimpinan dari para pemangku kepentingan untuk bersama-sama

memiliki komitmen kebangsaan untuk menemukan solusi kebangsaan

bersama-sama, tanpa saling menonjolkan ego sektoral masing-masing.

Dari data yang dikumpulkan, terlihat bahwa transformasi

ketenagakerjaan dilakukan bervariasi cenderung sektoral sesuai tupoksi

masing-masing; belum berangkat dari single data yang sama. Misalnya

saja, proyeksi kebutuhan tenaga kerja dari kementerian diluar

perindustrian belum menggunakan data proyeksi industri yang disiapkan

oleh Kementerian Perindustrian. Namun demikian, transformasi yang

dilakukan oleh Kementerian/Lembaga menuju Era Industri 4.0 telah

dipersiapkan sesuai kemampuan, kewenangan dan dukungan anggaran

yang dimilikinya sehingga memberikan kemanfaatan setidaknya adaptif

dan antisipatif terhadap perubahan yang sangat cepat dan tidak menentu

akibat dari Revolusi Industri 4.0.

Sementara itu, inovasi yang menjadikan keunggulan kompetitif

(advantage competitiveness) masih relatif kecil dan perlu dipacu lebih

kencang lagi melalui penelitian dan pengembangan yang bersifat aplikatif

dalam satu lembaga/badan riset nasional dengan dukungan dana yang

lebih besar dengan melibatkan industri maupun Universitas/Perguruan

Page 51: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

51

Tinggi; terlebih Era Revolusi Industri 4.0 bakal dimulai pada 2020;

sekaligus mempersiapkan peluang bonus demografi pada 2030 maupun

seabad Indonesia pada 2045.

Dalam Porter’s Diamond Theory bahwa peranan pemerintah sangat

penting dalam meningkatkan daya saing bangsa dan negara melalui

keberpihakan pada pengembangan industri. Mengingat, multi effect suatu

industri sangat besar; antara lain meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

bagi bangsa dan negara; meningkatkan daya saing, dan lain-lain. Ada

permasalahan krusial menyangkut cara pandang, paradigma, pola pikir

masyarakat Indonesia dalam menghadapi perubahan yang cenderung

masih tersekat dalam tradisi komunal, lebih suka menyampaikan gagasan

lisan dan langsung daripada tertulis dan tidak langsung. Juga tidak

menutup kemungkinan dipengaruhi oleh “tipologi sifat-sifat Manuasia

Indonesia” yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis. Sehingga dalam

melakukan transformasi digital dan teknologi harus dibarengi dengan

transformasi kultural.

Dalam konteks daya saing bangsa, penelitian ini masih terbatas pada

peranaan pemerintah dalam transformasi ketenagakerjaan Indonesia

menuju Era Revolusi Industri 4.0 sehingga masih diperlukan penelitian

yang lebih mendalam mengenai kondisi riil industri nasional, baik BUMN

maupun swasta nasional.

c. Ketersambungan dan kesesuaian (Link and match) antara sektor

pendidikan dan sektor industri menuju Era Industri 4.0 masih perlu

ditingkatkan.

Link and match menjadi permasalah yang serius karena ternyata

pengangguran tertinggi justru dari para lulusan SMK (Sekolah Menengah

Kejuruan) sebesar 8,63% sesuai Data BPS pada Februari 2019. Kondisi ini

menunjukkan bahwa telah terjadi adanya ketidaksambungan dan

kesesuaian antara pendidikan dan kebutuhan industri. Langkah-langkah

yang dilakukan oleh : 1) Kemnaker telah melakukan upaya-upaya untuk

Page 52: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

52

mengatasinya antara lain melalui program 3S (skilling, re-skilling dan up

skilling) kepada angkatan kerja maupun tenaga kerja melalui penguatan

dan revitalisasi vokasional dan BLK-BLK disesuaikan dengan tuntutan

Revolusi Industri 4.0; 2) Kemenperin telah melakukan tranformasi industri

dan ketenagakerjaan fokus pada 5 (lima) sektor dengan 10 (sepuluh)

prioritas nasional dibarengi penyiapan SDM berbasis STEM (Science,

Technology, Engineerind and Mathematics); agen tranformasi, techno

park; 3) Kemendikbud telaghmelakukan revitalisasi pendidikan vokasional

dan menyiapan tenaga pengajar berbasis teknologi Revolusi Industri 4.0;

dan 4) Kemenristekdikti telah melakukan penguatan Pendidikan Tinggi

berbasis sains dan teknologi guna menciptakan master-master teknologi,

memperluas akses pendidikan tinggi serta menjadikan power house of

research dan mendorong pendidikan tinggi yang Berbadan Hukum untuk

menjadi World Class University.

19. Hasil Analisis

a. Kesiap-tanggapan Tenaga Kerja Indonesia terhadap teknologi industri 4.0

masih perlu ditingkatkan.

Kesenjangan teknologi (technology gap) dari kondisi saat ini dengan

kondisi yang diharapkan sesuai tuntutan Revolusi Industri 4.0 di sektor

ketenagakerjaan Indonesia sedang diselesaikan oleh Kementerian/Lembaga

terkait sesuai dengan tupoksi dan kewenangannya masing-masing dengan

mengacu pada roadmap Making Indonesia 4.0; namun demikian masih

perlu penguatan dan peningkatan literasi teknologi bagi setiap segmen

tenaga kerja dari tingkat tenaga kerja biasa hingga manajerial antara lain

melalui diklat-diklat yang berkelanjutan agar mereka memiliki

kesiap-tanggapan yang memadai terhadap teknologi industri 4.0 sehingga

mampu mengadaptasikan diri, memiliki produktivitas dan daya saing

unggul.

b. Kebijakan pemerintah dalam Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia

Menuju Era Revolusi Industri 4.0 masih perlu diharmonisasikan.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

53

Transformasi Ketenagakerjaan yang dilakukan oleh

Kementerian/Lembaga bervariasi dan cenderung sektoral disesuaikan

dengan tupoksi masing-masing; belum berangkat dari single data yang

sama. Sehingga diperlukan effort yang luar biasa dari para pucuk pimpinan

dari para pemangku kepentingan untuk bersama-sama memiliki komitmen

kebangsaan untuk menemukan solusi kebangsaan bersama-sama, tanpa

saling menonjolkan ego sektoral masing-masing. Kebijakan pemerintah

dalam transformasi ketenagakerjaan Indonesia masih perlu

diharmonisasikan agar terjadi sinergi antar Kementerian/Lembaga sehingga

proses dan hasilnya akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

kepentingan nasional, yaitu kesejahteraan dan keamanan. Dengan rujukan

yang sama roadmap Making Indonesia 4.0 dengan leading sector oleh

Menteri Perindustrian.

c. Ketersambungan dan kesesuaian (Link and match) antara sektor pendidikan

dan sektor industri menuju menuju Era Industri 4.0 masih perlu ditingkatkan.

Ketersambungan dan Kesesuaian antara sektor pendidikan dan sektor

industri telah dicarikan solusi penyelesaiannya melalui penguatan

pendidikan dan latihan vokasional berbasis STEM oleh

Kementerian/Lembaga terkait. Proses ini sedang berjalan dan telah

menunjukkan hasil yang signifikan sehingga perlu validasi dan evaluasi

secara berkala untuk mengetahui efisiensi dan efektivitasnya berbasis man,

money, material and method.

Kondisi Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era Revolusi

Industri 4.0 saat ini dikaitkan dengan indikator dalam Labkurtannas

dikategorikan “Rawan atau Kurang Tangguh” ditandai adanya

kesenjangan terhadap teknologi yang masih lebar akibat dari masih

rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja, keterbatasan akses internet

maupun keterbatasan literasi digital. Juga karena masih adanya gap di

organisasi terhadap perubahan teknologi di tingkat Senior Manager

mencapai 50% dan tingkat Junior Manager mencapai 17%, apalagi tenaga

kerja biasa yang terbatas akses dan lietrasi digital.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

54

BAB IV

PENUTUP

20. Simpulan

Penelitian mengenai Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia Menuju Era

Revolusi Industri 4.0 dilatarbelakangi oleh adanya fenomena kemajuan teknologi

berbasis cyber physic system yang serba digital, otomatis , revolusi sangat cepat

dan tidak menentu perubahannya. Era ini disebut Revolusi Industri 4.0 yang

memiliki dampak positif maupun negatif bagi kehidupan manusia. Selain

memudahkannya juga ada dampak negatif terjadi derupsi tergantikannya tenaga

manusia oleh teknologi. Diprediksikan banyak jenis-jenis perkejaan yang hilang,

juga akan muncul peluang terciptanya jenis-jenis pekerjaan baru. Kondisi ini

diciptakan oleh negara-negara maju dengan mengatasnakamkan kemajuan

teknologi maupun globalisiasi yang sejatinya akan mencengkeram negara-negara

berkembang yang mau tidak mau terperangkap dalam skenario mereka.

Permasalahannya adalah : “Bagaimanakah Transformasi Ketenagakerjaan

Indonesia Menuju Era Revolusi Industri 4.0 dilakukan oleh Pemerintah

Republik Indonesia?”. Dengan pokok-pokok pembahasan meliputi : a)

Kesiap-tanggapan teknologi ketenagakerjaan Indonesia masih perlu peningkatan

menuju Era Revolusi Industri 4.0 (termasuk peningkatan produktivitas dan daya

saing). b) Arah kebijakan pemerintah masih perlu harmonisasi antar

Kementerian/Lembaga menuju Era Revolusi Industri 4.0, dan c) Link and match

antara pendidikan dan dunia industri masih perlu peningkatan menuju Era Industri

4.0

Penelitian ini dimaksudkan sebagai bagian pemenuhan persyaratan Kelulusan

Program Pendidikan Reguler Angkatan LIX Lemhannas R.I Tahun 2019, dengan

tujuan untuk : a) Mendeskripsikan program perencanaan dan implementasi dari

Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia menuju Era Revolusi Industri 4.0 yang

Page 55: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

55

dilakukan pemerintah, dan b) Memberikan saran kepada pemerintah mengenai

perbaikan dalam perencanaan dan implementasi dari Transformasi

Ketenagakerjaan Indonesia menuju Era Revolusi Industri 4.0 agar memiliki daya

saing yang unggul.

Tinjaun pustaka didasarkan pada Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yaitu

untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasakan kehidupan bangsa

sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD NRI 1945 aline ke-4 merupakan

arah yang hendak kita capai demi kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI); UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; UU No 3 Tahun 2014

tentang Perindustrian; UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN; UU No.20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; UU No. 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi; Keppres No 17 Tahun 2018 tentang Pokja Nasional

Penguatan Kapasitas Pemimpin Indonesia dalam rangka Making Indonesia

4.0.maupun Teori Revolusi Industri 4.0 dari Klaus Schwab.

Menurut Klaus Schwab ( 2016), bahwa Revolusi Industri 4.0 telah terjadi

perubahan sangat cepat, mendasar mengubah cara kita hidup, bekerja, dan

berhubungan satu sama lain yang memanfaatkan teknologi otomatisasi dan cyber

fisik, seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, internet of things (IoT), kendaraan

otonom, pencetakan 3D, nanoteknologi, bioteknologi, ilmu material, penyimpanan

energi dan komputasi kuantum. Sehingga kita harus memanfaatkan teknologi

cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia melalui

transfomasi yang memberdyakan dan berpusat pada manusia, bukan memecah

belah dan tidak manusiawi.

Metodologi pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner sebagai

metode utama dan dilengkapi dengan metode wawancara jika diperlukan untuk

memperdalam data terkait variabel-variabel penelitian. Pengumpulan Data

dilakukan atas dasar prinsip-prinsip fenomenologis guna mengungkap fenomena

yang dihadapi terkait Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia menuju Era Industri

Revolusi Industri 4.0. Kemudian, data disajikan, dianalisis, diverifikasi dan

disimpulkan sesuai kaidah penelitian kualitatif sebagaimana pendapat Miles dan

Huberman.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

56

Pemerintah Indonesia, dalam mengatasi kesenjangan (gap) terhadap kemajuan

Era Revolusi Industri 4.0 menyikapinya dengan melakukan persiapan adaptif

berupa transformasi, salah satu diantaranya melakukan transformasi

ketenagakerjaan yang mengacu pada Road Map Making Indonesia 4.0. Dalam

melakukan transformasi ketenagakerjaan , disamping adaptasi terhadap Revolusi

Industri 4.0 juga perlu mempersiapkan peningkatan produktivitas dan daya

saingnya agar mampu menjadi pemenang dalam percaturan global berbasis budaya

nasional Indonesia.

Dari analisis data primer yang dikumpulkan dari beberapa Kementerian/

Kelembagaan dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Kesenjangan teknologi (technology gap) bagi Tenaga Kerja Indonesia

berkaitan dengan Revolusi Industri 4.0 sedang diselesaikan oleh

Kementerian/Lembaga terkait agar mereka memiliki kesiap-tanggapan yang

memadai mengacu pada roadmap Making Indonesia 4.0; namun demikian

masih perlu peningkatan literasi teknologi bagi setiap segmen tenaga kerja dari

tingkat tenaga kerja biasa hingga manajerial antara lain melalui diklat-diklat

yang sehingga mampu mengadaptasikan diri, memiliki produktivitas dan daya

saing unggul.

b. Kebijakan pemerintah dalam Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia

Menuju Era Revolusi Industri 4.0 yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga

masih bersifat sektoral, perlu harmonisasi dan sinergi secara nasional agar

memiliki multi player effect yang lebih besar demi keentingan nasional.

c. Ketersambungan dan kesesuaian (Link and match) antara sektor pendidikan

dan sektor industri menuju Era Industri 4.0 sedang dicarikan solusi

penyelesaiannya melalui penguatan pendidikan dan latihan vokasional berbasis

STEM (Science, Technology, Engeenering and Matchs) oleh

Kementerian/Lembaga terkait.

21. Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan dan simpulan diatas dapat rekomendasikan sebagai

berikut :

Page 57: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

57

a. Agar Kemnaker menyusun disain utama (grand design) yang memuat

target-target transformasi, implementasi dan inovasi ketenagakerjaan dalam

mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0 pada jangka pendek,

menengah dan panjang secara integral, holistik dan komprehensif dikaitkan

dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun seabad Indonesia pada

2045 dengan bersinergi antar Kementerian/Lembaga dari pusat hingga

daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.

b. Agar Kemenperin mengembangan inovasi melalui penguatan penelitian

dan pengembangan industri berbasis teknologi terapan sesuai tuntutan revolusi

industri 4.0 yang didukung dengan anggaran yang memadai; pengembangan

techo park di berbagai daerah dengan melibatkan industri maupun

universitas/akademi dalam jangka pendek, menengah dan panjang secara

integral, holistik dan komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi

pada 2030 maupun seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar

Kementerian/Lembaga dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan

dana yang memadai.

c. Agar Kemen BUMN perlu mengembangan inovasi melalui penguatan

penelitian dan pengembangan berbasis teknologi terapan sesuai tuntutan

revolusi industri 4.0 yang didukung dengan anggaran yang memadai;

pengembangan BUMN yang efisien , inklusif, profit oriented menuju kelas

dunia. Menjalin kemitraan dengan universitas/pendidikan tinggi maupun

industri dalam jangka pendek, menengah dan panjang secara integral, holistik

dan komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi pada 2030

maupun seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar

Kementerian/Lembaga dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan

dana yang memadai.

d. Agar Kemendikbud menyusun disain utama (grand design) yang memuat

target-target transformasi, implementasi dan inovasi kependidikan dalam

mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0 pada jangka pendek,

menengah dan panjang secara integral, holistik dan komprehensif dikaitkan

dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun seabad Indonesia pada

Page 58: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

58

2045 dengan bersinergi antar Kementerian/Lembaga dari pusat hingga

daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.

e. Agar Kemenristekdikti menyusun disain utama (grand design) yang

memuat target-target transformasi, implementasi dan inovasi riset dan

kependidikan tinggi dalam mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0

pada jangka pendek, menengah dan panjang secara integral, holistik dan

komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun

seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar Kementerian/Lembaga

dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai.

f. Agar Kemenkominfo menyusun disain utama (grand design) yang

memuat target-target transformasi, implementasi dan inovasi komunikasi dan

informatika dalam mengaplikasikan teknologi Revolusi Industri 4.0 pada

jangka pendek, menengah dan panjang secara integral, holistik dan

komprehensif dikaitkan dengan peluang bonus demografi pada 2030 maupun

seabad Indonesia pada 2045 dengan bersinergi antar Kementerian/Lembaga

dari pusat hingga daerah-daerah dengan dukungan dana yang memadai;

termasuk keharusan memiliki Platform IT sendiri agar memiliki kedaulatan

digital, keamanan siber , big data dan kepentingan nasional.

g. Agar Bappenas dapat menambahkan pilar “Penguatan dan Pengamalan

Nilai-Nilai Pancasila” dalam Pilar Pembangunan Nasional 2045 yang

direncanakan sehingga pembangunan nasional mencakup aspek kehidupan

fisik/lahir dan non-fisik/batin.

h. Agar Pemerintah Pusat melakukan penguatan harmoni dan sinergi secara

nasional antar kementerian/lembaga dari pusat hingga daerah dalam

merumuskan Kebijakan terkait Transformasi Ketenagakerjaan Indonesia

Menuju Era Revolusi Industri 4.0 sehingga memiliki multi player effect yang

lebih besar demi kepentingan nasional.

i. Agar Dewan Perwakilan Rakyat RI bersama Pemerintah menginisiasi

Revisi UU RI No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan agar mengatur

berbagai hal menyangkut ketenagakerjaan dikaitkan dengan Revolusi Industri

Page 59: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang€¦ · Kemajuan iptek di Era Revolusi Industri 4.0 selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif, seperti dehumanisasi yang menimbulkan

59

4.0 antara lain hubungan industrial yang mengatur pemberi kerja, penerima

upah dan perintah kerja yang diatur dalam PKB (Perjanjian Kerja Bersama)

yang tidak serta merta dapat diterapkan dalam bisnis digital. Begitu pun,

dipandang perlu untuk merevisi UU RI No. 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian, UU RI No.19 Tahun 2003 tentang BUMN (Badan Usaha

Milik Negara), UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, UU RI No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi guna

disesuaikan dengan Revolusi Industri 4.0.