Bab i Pendahuluan 1 Darah

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein) (Subowo 1992: 113). Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar 45%. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu erythrocyt, leucocyt, dan trombocyt yang berperan dalam pembekuan darah. Pada organisme diploid, setiap sifat fenotif dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen dimana satu pasang anggota tersebut diwariskan dari setiap tertua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya, maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal, misalnya gen yang mengendalikan sifat keturunannya ( Prawirohartono 1995: 213). Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistem ABO. Pada tahun

description

darah

Transcript of Bab i Pendahuluan 1 Darah

Page 1: Bab i Pendahuluan 1 Darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang

Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein) (Subowo 1992: 113). Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar 45%. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu erythrocyt, leucocyt, dan trombocyt yang berperan dalam pembekuan darah. Pada organisme diploid, setiap sifat fenotif dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen dimana satu pasang anggota tersebut diwariskan dari setiap tertua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya, maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal, misalnya gen yang mengendalikan sifat keturunannya (

Prawirohartono 1995: 213).

Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistem ABO. Pada tahun 1900 dan 1901 Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah (Aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Pada orang lain lagi, campuran tersebut tidak

mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan hal tersebut Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu: A, B, AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai antibodi atau disebut juga aglutinin (Anonim 2013: 1). Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung antigen A, kemungkinan darahnya

Page 2: Bab i Pendahuluan 1 Darah

adalah bergolongan darah B atau O. Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen (protein yang larut dalam plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring. Perubahan tersebut disebabkan oleh trombin yang terdapat dalam darah sebagai pritrombin. Pembentukan trombin dari protrombin tergantung pada adanya tromboplastin dan ion Ca

2+

(Kimball 1999: 158). Darah mempunyai fungsi antara lain: mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, mengangkut karbondioksioda dari jaringan tubuh ke paru-paru, mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh, mengangkut sisa-sisa makanan dari seluruh jaringan tubuh ke alat-alat ekskresi. Transfusi darah adalah pemberian darah dari seseorang yang disebut dengan donor. Kepada orang yang memerlukan yang disebut dengan resipien. Dalam proses transfusi darah diusahakan agar aglutinogen pada darah donor tidak berjumpa dengan zat antinya yang terdapat di dalam plasma darah resipien. Pada umumnya transfusi darah dapat dilakukan dalam keadaan seperti kecelakaan dan tubuh luka parah, tubuh yang terbakar, penyakit kronis (Prawirohartono 1995: 219).

1.2

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk melihat dan menentukan golongan darah seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan tipe-B. Antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya, antibodi yang terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau tipe-B yang dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam aglutinin, yaitu aglutinin-a (zat anti-A) dan aglutinin-b (zat anti B). Aglutinogen-A memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung asetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinogen-B mengandung enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya (Prawirohartono 1995: 210).

Aglutinogen-A memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung asetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinogen-B mengandung enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya. Ahli imunologi (ilmu kekebalan tubuh) kebangsaan Austria bernama Karl Landsteiner (1868-1943) mengelompokan golongan darah manusia. Berdasarkan ada atau tidaknya aglutinogen, golongan darah dikelompokan menjadi golongan darah A, yaitu jika eritrosit mengandung Aglutinogen-A dan aglutinin-b dalam plasma darah, golongan darah B, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-B dan aglutinin-a dalam plasma darah, golongan darah AB, yaitu jika eritrosit mengandung glutinogen-A dan B, dan plasma darah tidak

Page 3: Bab i Pendahuluan 1 Darah

memiliki aglutinin, golongan darah O, yaitu jika eritrosit tidak memiliki aglutinogen-A dan B, dan plasma darah memiliki aglutinin-a dan b (Anonim 2013: 1). Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf dan tidak memiliki nukleus. Bentuk eritrosit sebenarnya dapat berubah-ubah, seperti ketika sel-sel tersebut beredar melewati kapiler-kapiler. Jumlah sel darah merah ini bervariasi pada kedua jenis kelamin dan pada perbedaan umur. Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang. Pembentukkannya diatur oleh hormon glikoprotein yang disebut dengan eritropoietin. Jangka hidurp eritrosit kira-kira 120 hari. Eritrosit yang telah tua akan ditelan oleh sel-sel fagosit yang terdapat dalam hati dan limpa. Untuk menghitung jumlah eritrosit

pada tubuh seseorang maka dapat dengan cara menghitung 8% dari berat badan orang itu (Subowo 1992: 115). Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistem ABO. Pada tahun 1900 dan 1901 Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah (Aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Pada orang lain lagi, campuran tersebut tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan hal tersebut Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu: A, B, AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai antibodi atau aglutinin. Dikenal 2

macam antigen yaitu α dan β, sedangkan zat antinya dibedakan sebagai anti A dan anti B

(Anonim 2013: 1). Apabila dalam darah seseorang diberi zat anti A, maka akan terjadi penggumpalan. Begitu juga bila darah orang tersebut diberi zat anti B. Hal ini berarti golongan darah orang itu adalah AB. Apabila dalam darah seseorang diberi zat anti A dan zat anti B tidak mengalami penggumpalan, maka golongan darah orang tersebut adalah O. Berdasarkan hal ini, golongan darah penting sekali untuk diperhatikan, terutama dalam transfusi darah. Golongan darah seseorang harus diperiksa terlebih dahulu sebelum melakukan transfusi darah baik darah si pemberi (donor) maupun si penerima (resepien) untuk menghindari terjadinya penggumpalan atau aglutinasi (Prawirohartono 1995: 211). Antigen adalah sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi. Antingen biasanya berupa protein atau polisarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil dipasangkan dengan protein pembawa. Anti gen ini dibagi menjadi anti gen A dan anti gen B. dimana anti gen A hanya terdapat dan dihasilkan pada seseorang bergolongan darah A dan O, sedangkan anti gen B hanya terdapat pada seseorang bergolongan darah B dan O. Serum adalah zat anti yang disebut sebagai antibodi atau agglutinin yang dihasilkan di dalam sel darahnya, sehingga yang disebut dengan anti serum adalah zat anti atau agglutinin yang tidak dihasilkan seseorang di dalam sel darahnya (Anonim 2013: 2).

Page 4: Bab i Pendahuluan 1 Darah

Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebapkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian (Anonim 2013: 2). Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif (Subowo 1992: 119). Seseorang perlu untuk mengetahui golongan darahnya masing-masing. Banyak mamfaat manusia bila mengetahui golongan darahnya. Misalanya untuk melakukan tranfusi darah manusia harus memeriksakan golongan darahnya terlebih dahulu. Apabila telah mengetahui golongan darhnya maka manusia tersebut tidak perlu melakuakan pemeriksaan golongan darahnya. Macam golongan darah pada manusia terdiri dari A, B, AB, O. Golongan darah AB merupakan resipien universal karena dapat menerima semua jenis golongan darah. Sebaliknya, golongan darah O adalah donor universal karena dapat ditranfusikan kepada semua jenis golongan darah. Alasan terbanyak melakukan transfusi darah adalah karena penurunan volume darah dan untuk memberi resipien beberapa unsur dari darah yang dibutuhkan (Anonim 2013: 2).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013.

Penentuan Golongan Darah dan Kelainan-kelainan yang terjadi pada Darah. http://www.tanyadok.com/anak/mengenai-eritroblastosis-fetalis.Diakses tanggal 26 September 2013, pukul 22:41 WIB.

Kimball, John.W. 1999. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta. xii+585hlm.

Poedjiadi, A. 2009.Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia (UI-Press). Depok. xi+472 hlm.

Page 5: Bab i Pendahuluan 1 Darah

Prawirohartono, S. 1995.Sains Biologi. Bumi Aksara. Jakarta. i+253 hlm.

Subowo, 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.viii+196hlm.

Page 6: Bab i Pendahuluan 1 Darah

Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada

atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini

disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran

sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah

penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46

jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi

darahdari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis

yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang

terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

       Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan

membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serumdarahnya.

Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang

dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

       Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya

dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang

dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan

darah B-negatif atau O-negatif

       Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta

tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan

golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO

apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif

tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.

       Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi

antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat

mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor

universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari

sesama O-negatif.

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,

meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan.

Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB

memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling

jarang dijumpai di dunia.

Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam

bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara

penggolongan darah ABO.

Page 7: Bab i Pendahuluan 1 Darah

Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alela ganda.

Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Sistem

penggolongan yang umum dikenal dalam istilah A, B, O, tetapi pada tahun 1990 dan 1901,

Dr Landsteiner menemukan antigen (aglutinogen) yang terdapat di dalam sel darah merah

dan juga menemukan antibodi (aglutinin) yang terdapat di dalam plasma darah. Atas dasar

macam antigen yang ditemukan tersebut.

   Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan pengujian

yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila darah seseorang diberi

serum aglutinin a mengalami aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut

mengandung aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A

atau  AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung antigen A,

kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O

   Bila darah seseorang diberi serum aglutinin b mengalami aglutinasi, maka darah

orang tersebut mengandung antigen B, berarti kemungkinan orang tersebut bergolongan

darah B atau  AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah A atau O.

Bila diberi serum aglutinin a maupun b tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya

adalah O .