BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23...

27
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 Penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah. Pemerintahan daerah dipimpin oleh Kepala Daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Sejak era reformasi, pemerintah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya melalui otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2 Oleh karena itu, Kepala 1 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587. 2 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), Hal. 10. 1

Transcript of BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Kepala Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

(UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1

Penyelenggaraan pemerintahan

daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran masyarakat serta

peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,

pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah.

Pemerintahan daerah dipimpin oleh Kepala Daerah untuk melaksanakan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Sejak era

reformasi, pemerintah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah

daerah untuk mengelola daerahnya melalui otonomi daerah. Otonomi daerah

adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.2

Oleh karena itu, Kepala

1 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587.

2 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2012), Hal. 10.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

2

Daerah sebagai penyelenggara urusan pemerintahan di daerah diberikan

kewenangan oleh negara untuk mencari sumber keuangan daerah dalam bentuk

Pajak Daerah dan Retribusi.

Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan,

Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian

izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan orang pribadi atau badan.3

Pajak Daerah dan Retribusi

merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang dapat digunakan untuk

membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah.

Dasar hukum yang mengatur mengenai Pajak Daerah dan Retribusi di

Indonesia yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah

menetapkan beberapa jenis Pajak Daerah dan objek Retribusi untuk daerah tingkat

kabupaten/kota. Jenis-jenis Pajak Daerah untuk daerah tingkat kabupaten/kota

yaitu sebagai berikut:

1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran

3. Pajak Hiburan

4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

3 Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, (Jakarta: Rajawali Pers,

2008), Hal. 25.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

3

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

7. Pajak Parkir

8. Pajak Air Tanah

9. Pajak Sarang Burung Walet

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.4

Sedangkan, objek-objek Retribusi untuk daerah tingkat kabupaten/kota

yaitu sebagai berikut:

1. Retribusi terhadap jasa umum.

2. Retribusi terhadap jasa tertentu.

3. Retribusi terhadap perizinan tertentu.5

Dalam rangka membangun daerah serta meningkatkan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Kota Pekanbaru harus mampu

memaksimalkan Pajak Daerah dan Retribusi sebagai Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Salah satu potensi Pendapatan Asli Daerah yang ada di Kota Pekanbaru

yaitu Retribusi Jasa Parkir. Dasar hukum yang mengatur mengenai Retribusi Jasa

Parkir di Kota Pekanbaru yaitu Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun

2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat. Berdasarkan

peraturan daerah tersebut dijelaskan bahwa Retribusi Jasa Parkir adalah

pembayaran atas pemanfaatan jasa pengaturan dan penggunaan jalan-jalan umum

di Kota Pekanbaru yang digunakan untuk tempat parkir kendaraan.6

4 Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

5 Pasal 108 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

6 Pasal 1 Angka 34 Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang

Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

4

Dengan telah diaturnya ketentuan mengenai Retribusi Jasa Parkir dalam

sebuah peraturan daerah, maka Pemerintah Kota Pekanbaru bertanggung jawab

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk kenyamanan

maupun keamanan dalam menggunakan tempat parkir kendaraan yang telah

disediakan. Hal ini dikarenakan Pemerintah Kota Pekanbaru telah memungut

retribusinya dari masyarakat.

Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru merupakan instansi pemerintah yang

diberikan kewenangan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru untuk mengatur

mengenai pengelolaan tempat parkir kendaraan dan memungut Retribusi Jasa

Parkir bagi kendaraan yang parkir. Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru kemudian

menyerahkan pengelolaan tempat parkir kendaraan kepada pihak ketiga sebagai

mitra kerjanya, dengan ketentuan bahwa tarif Retribusi Jasa Parkir bagi kendaraan

yang parkir dipungut sesuai dengan tarif yang telah diatur dalam Peraturan Daerah

Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang

Perhubungan Darat. Berdasarkan Pasal 9 Peraturan Daerah Kota Pekanbaru

Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat

ditegaskan bahwa setiap kendaraan yang menggunakan jasa parkir kendaraan akan

dipungut Retribusi Jasa Parkir sebesar Rp 1.000,- (seribu rupiah) untuk sepeda

motor dan Rp 2.000,- (dua ribu rupiah) untuk mobil pribadi dalam sekali parkir.7

Retribusi Jasa Parkir bagi kendaraan dipungut terhadap pelayanan penyediaan

fasilitas parkir pada lokasi-lokasi parkir kendaraan yang telah ditentukan oleh

Pemerintah Kota Pekanbaru.

7

Hasil wawancara penelitian skripsi dengan Kepala Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Yuliarso, hari Senin tanggal 5 Agustus 2019 jam 09.15 WIB, yang bertempat di Kantor Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru yang beralamat di Jalan Dr. Sutomo Nomor 88, Pekanbaru.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

5

Menurut hasil observasi penelitian skripsi yang dilakukan di Kecamatan

Tampan Kota Pekanbaru, peneliti menemukan fakta bahwa terdapat beberapa

tempat parkir kendaraan yang melakukan pelanggaran terhadap tarif Retribusi

Jasa Parkir bagi kendaraan yang parkir karena tidak sesuai dengan ketentuan yang

telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009

tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat. Adapun tempat-tempat

parkir kendaraan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel I.1

Tarif Retribusi Jasa Parkir di Kecamatan Tampan

Kota Pekanbaru8

No. Tempat Parkir

Kendaraan

Tarif Parkir Resmi (Rp) Tarif Parkir Ilegal (Rp)

Sepeda Motor Mobil Sepeda Motor Mobil

1

Tempat parkir kendaraan

Karaoke Family Box di

Jalan H. R. Soebrantas

1.000,-

2.000,-

2.000,-

4.000,-

2

Tempat parkir kendaraan

Movie M-Box di Jalan S.

M. Amin

1.000,-

2.000,-

2.000,-

4.000,-

3

Tempat parkir kendaraan

Bank BRI di Jalan H. R.

Soebrantas

1.000,-

2.000,-

2.000,-

4.000,-

4

Tempat parkir kendaraan

Swalayan Jumbo Mart di

Jalan Delima

1.000,-

2.000,-

2.000,-

4.000,-

5

Tempat parkir kendaraan

Warung Steak WS di

Jalan H. R. Soebrantas

1.000,-

2.000,-

2.000,-

4.000,-

8 Hasil observasi penelitian skripsi di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru tahun 2019.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

6

Pada tahun 2017, terdapat kasus pelanggaran tarif parkir di Kecamatan

Tampan Kota Pekanbaru. Salah seorang warga yang bernama Helen mengadu ke

Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru melalui www.utusanriau.co bahwa petugas

parkir kendaraan di Warung Steak WS di Jalan H. R. Soebrantas meminta tarif

parkir sepeda motor sebesar Rp 2.000,- dan menyampaikan bahwa tarif tersebut

untuk disetorkan ke Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru.9

Pada tahun 2018, juga terdapat kasus pelanggaran tarif parkir di

Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Salah seorang warga yang bernama Edy

mengadu ke Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru melalui www.riauonline.co.id

bahwa petugas parkir kendaraan di Jalan H. R. Soebrantas menolak menerima

uang sebesar Rp 1.000,- dan menyampaikan bahwa tarif parkir kendaraan di lokasi

tersebut biasanya dipungut sebesar Rp 2.000,- untuk sepeda motor.10

Selain itu, pada tahun 2019 ternyata masih terjadi kasus pelanggaran tarif

parkir kendaraan yang dialami oleh salah seorang warga yang bernama Muhaimin,

yang menyampaikan keluhannya melalui www.riaupos.co bahwa ia dipaksa untuk

membayar tarif parkir kendaraan sebesar Rp 4.000,- untuk mobil yang parkir di

Jalan H. R. Soebrantas.11

Dari beberapa kasus yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa

pelanggaran terhadap tarif Retribusi Jasa Parkir merupakan permasalahan hukum

yang nyata terjadi di tengah-tengah masyarakat sehingga harus dicarikan

penyelesaiannya agar tidak terulang kembali.

9

http://www.utusanriau.co/?/det/29180/dishub-tindak-tegas-jukir-nakal-pungut-uang- parkir/2017-02-22

10 http://www.riauonline.co.id/riau/kota-pekanbaru/read/2018/06/12/di-panam-tukang-

parkir-menolak-dibayar-seribu 11 http://riaupos.co/200015-berita-tarif-parkir-diminta--dua-kali-lipat.html

Page 7: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

7

Data di atas kemudian diperkuat dengan hasil wawancara penelitian

skripsi yang dilakukan dengan salah seorang petugas parkir kendaraan yang ada di

Jalan H. R. Soebrantas Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru. Petugas parkir

kendaraan tersebut menyampaikan bahwa tarif Retribusi Jasa Parkir bagi

kendaraan yang parkir di Jalan H. R. Soebrantas biasanya memang dipungut

sebesar Rp 2.000,- untuk sepeda motor dan Rp 4.000,- untuk mobil dalam sekali

parkir. Selain dikarenakan Jalan H. R. Soebrantas merupakan kawasan perkotaan

yang ramai, selama ini juga tidak ada masyarakat yang protes mengenai naiknya

tarif Retribusi Jasa Parkir di Jalan H. R. Soebrantas tersebut.12

Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “Pelaksanaan Tarif Retribusi

Jasa Parkir Kendaraan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru Berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi

Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi tarif Retribusi Jasa Parkir kendaraan di

Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang

Perhubungan Darat?

2. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelanggaran dalam implementasi

tarif Retribusi Jasa Parkir kendaraan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang

Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat?

12 Hasil wawancara penelitian skripsi dengan petugas tempat parkir kendaraan yang

bernama Rudizul, hari Rabu tanggal 31 Juli 2019 jam 10.00 WIB, yang bertempat di salah satu tempat parkir kendaraan yang ada di Jalan H. R. Soebrantas Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan implementasi tarif Retribusi Jasa

Parkir kendaraan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi

Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat.

b. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hambatan-hambatan dalam

implementasi tarif Retribusi Jasa Parkir kendaraan di Kecamatan Tampan

Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3

Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat dan

upaya hukum terhadap hambatan-hambatan tersebut.

c. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penegakan hukum terhadap

pelanggaran dalam implementasi tarif Retribusi Jasa Parkir kendaraan di

Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang

Perhubungan Darat.

2. Kegunaan Penelitian

a. Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan peneliti

dan menjadi referensi bagi peneliti berikutnya yang meneliti mengenai

implementasi tarif Retribusi Jasa Parkir di Kota Pekanbaru.

b. Penelitian ini berguna untuk memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dalam

dunia akademis, khususnya di bidang Ilmu Hukum.

c. Penelitian ini berguna untuk menjadi referensi bagi Pemerintah Kota

Pekanbaru dalam mengambil kebijakan mengenai Retribusi Jasa Parkir.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

9

D. Tinjauan Pustaka

Pada tahun 2014, skripsi yang berjudul “Upaya Pemerintah Daerah

dalam Peningkatan Penerimaan Retribusi Parkir guna Menunjang Pendapatan

Asli Daerah Kota Pekanbaru” karya R. Putriani dari Universitas Islam Negeri

(UIN) Sultan Syarif Kasim Riau meneliti mengenai upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Pekanbaru dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui

penerimaan Retribusi Jasa Parkir.13

Pembahasan dari skripsi tersebut yaitu upaya yang dilakukan oleh Dinas

Perhubungan Kota Pekanbaru dalam meningkatkan penerimaan Retribusi Jasa

Parkir adalah dengan menertibkan tempat-tempat parkir kendaraan yang tidak

memiliki izin. Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru lalu memberikan sosialisasi

kepada masyarakat mengenai adanya perlindungan dari pemerintah terhadap

kenyamanan dan keamanan kendaraan apabila parkir di tempat-tempat parkir

kendaraan yang telah memperoleh izin dari pemerintah. Dinas Perhubungan Kota

Pekanbaru juga memajang papan informasi di beberapa tempat umum mengenai

tarif Retribusi Jasa Parkir yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Pekanbaru

Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat

agar tidak terjadi pungutan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum petugas parkir

kendaraan yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, Dinas Perhubungan Kota

Pekanbaru juga melakukan pengawasan secara langsung dengan mengunjungi

tempat-tempat parkir kendaraan yang ada di Kota Pekanbaru untuk mengetahui

pelaksanaan penerimaan Retribusi Jasa Parkir.14

13R. Putriani. Upaya Pemerintah Daerah dalam Peningkatan Penerimaan Retribusi Parkir

guna Menunjang Pendapatan Asli Daerah Kota Pekanbaru, Skripsi. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau, 2014. Hal. 10.

14Ibid., Hal. 74-75.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

10

Pada tahun 2015, skripsi yang berjudul “Peran Dinas Perhubungan,

Komunikasi, dan Informatika dalam Pengawasan Tempat Khusus Parkir

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2013 di Kota

Pekanbaru” karya Randy Pratama dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan

Syarif Kasim Riau meneliti mengenai peran Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan

Informatika Kota Pekanbaru dalam melaksanakan pengawasan terhadap tempat

parkir kendaraan yang ada di Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Daerah

Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2013 serta kendala-kendala yang dihadapinya

dalam melaksanakan pengawasan tersebut.15

Pembahasan dari skripsi tersebut yaitu berdasarkan Peraturan Daerah

Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2013, Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan

Informatika Kota Pekanbaru berperan dalam membuat perencanaan dan

pembangunan tempat parkir kendaraan untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat, mengurangi kemacetan, dan meningkatkan pendapatan daerah. Dinas

Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kota Pekanbaru diberikan

kewenangan untuk melakukan pungutan Retribusi Jasa Parkir maupun pungutan

lainnya sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9

Tahun 2013. Adapun kendala yang dihadapi oleh Dinas Perhubungan,

Komunikasi, dan Informatika Kota Pekanbaru dalam melaksanakan pengawasan

terhadap tempat parkir kendaraan yaitu kurangnya jumlah pegawai yang bertugas

pada Bidang Pengawasan Parkir.16

15 Randy Pratama. Peran Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika dalam

Pengawasan Tempat Khusus Parkir Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2013 di Kota Pekanbaru, Skripsi. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau, 2015. Hal. 9.

16Ibid., Hal. 75.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

11

Pada tahun 2017, skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Ketentuan Pidana

Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 2 Tahun 2009 terhadap Pelaku

Pengelola Parkir Liar di Lingkungan Luar Sekolah di Kecamatan Marpoyan

Damai Kota Pekanbaru” karya Indra Tua H. Harahap dari Universitas Riau

meneliti mengenai pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 2 Tahun

2009 terhadap pengelola tempat parkir kendaraan tanpa izin di luar area sekolah

yang ada di Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru, hambatan-hambatan

dalam pelaksanaannya, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-

hambatan tersebut.17

Pembahasannya yaitu pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru

Nomor 2 Tahun 2009 belum berjalan optimal. Hal ini dikarenakan pengelola

sengaja membuat tempat parkir kendaraan di luar area sekolah dan memungut

tarif Retribusi Jasa Parkir kepada pelajar yang membawa kendaraan ke sekolah.

Hambatan dalam pelaksanaannya yaitu masih lemahnya pengawasan dari Dinas

Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kota Pekanbaru terhadap tempat

parkir kendaraan tanpa izin yang ada di Kecamatan Marpoyan Damai Kota

Pekanbaru. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan

Informatika Kota Pekanbaru dalam mengatasi hambatan tersebut yaitu

memberikan sanksi pidana berupa denda sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah)

kepada pengelola tempat parkir kendaraan tanpa izin di luar area sekolah yang ada

di Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru.18

17Indra Tua H. Harahap. “Pelaksanaan Ketentuan Pidana Peraturan Daerah Kota Pekanbaru

Nomor 2 Tahun 2009 terhadap Pelaku Pengelola Parkir Liar di Lingkungan Luar Sekolah di

Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru”. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Fakultas Hukum

Universitas Riau, Volume IV, Nomor 1, Februari 2017. Hal. 3. 18

Ibid., Hal. 12-13.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

12

No. Nama Penulis

(Tahun)

Judul Penelitian

(Skripsi/Jurnal) Rumusan Masalah Persamaan Perbedaan Hasil

1

R. Putriani

( 2014 )

Upaya Pemerintah

Daerah dalam

Peningkatan

Penerimaan

Retribusi Parkir

guna Menunjang

Pendapatan Asli

Daerah Kota

Pekanbaru

( Skripsi )

1. Apakah upaya yang

dilakukan pemerintah

daerah dalam

meningkatkan

penerimaan retribusi

parkir?

2. Bagaimanakah peran

retribusi parkir dalam

menunjang Pendapatan

Asli Daerah (PAD) Kota

Pekanbaru?

Penelitian saya

dan skripsi R.

Putriani sama-

sama meneliti

mengenai

Retribusi Jasa

Parkir di Kota

Pekanbaru.

Penelitian saya

meneliti mengenai

pelanggaran tarif

Retribusi Jasa Parkir

di Kecamatan

Tampan Kota

Pekanbaru,

sedangkan skripsi R.

Putriani meneliti

mengenai upaya

Pemerintah Kota

Pekanbaru dalam

meningkatkan

penerimaan

Retribusi Jasa Parkir

di Kota Pekanbaru.

1. Upaya yang dilakukan oleh

Dinas Perhubungan Kota

Pekanbaru dalam

meningkatkan penerimaan

Retribusi Jasa Parkir yaitu

dengan menertibkan tempat-

tempat parkir kendaraan yang

tidak memiliki izin. Dinas

Perhubungan Kota Pekanbaru

lalu memberikan sosialisasi

kepada masyarakat mengenai

adanya perlindungan dari

pemerintah terhadap

kenyamanan dan keamanan

kendaraan apabila parkir di

tempat-tempat parkir

kendaraan yang telah

Page 13: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

13

memperoleh izin. Dinas

Perhubungan Kota Pekanbaru

juga memajang papan

informasi di beberapa tempat

umum mengenai tarif Retribusi

Jasa Parkir yang diatur dalam

Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 3 Tahun

2009 agar tidak terjadi

pungutan liar yang dilakukan

oleh oknum-oknum petugas

parkir kendaraan.

2. Peran retribusi parkir dalam

menunjang Pendapatan Asli

Daerah Kota Pekanbaru

yaitu dapat dijadikan modal

dalam pembangunan dan

meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

14

2

Randy Pratama

( 2015 )

Peran Dinas

Perhubungan,

Komunikasi, dan

Informatika dalam

Pengawasan Tempat

Khusus Parkir

Berdasarkan

Peraturan Daerah

Provinsi Riau

Nomor 9 Tahun

2013 di Kota

Pekanbaru

( Skripsi )

1. Bagaimana peran Dinas

Perhubungan,

Komunikasi, dan

Informatika dalam

pengawasan terhadap

tempat khusus parkir

berdasarkan Peraturan

Daerah Provinsi Riau

Nomor 9 Tahun 2013 di

Kota Pekanbaru?

2. Apa faktor kendala yang

dihadapi Dinas

Perhubungan,

Komunikasi, dan

Informatika dalam

pengawasan terhadap

tempat khusus parkir di

Kota Pekanbaru?

Penelitian saya

dan skripsi Randy

Pratama sama-

sama meneliti

mengenai

Retribusi Jasa

Parkir di Kota

Pekanbaru.

Penelitian saya

meneliti mengenai

pelanggaran tarif

Retribusi Jasa Parkir

di Kecamatan

Tampan Kota

Pekanbaru,

sedangkan skripsi

Randy Pratama

meneliti mengenai

peran Dinas

Perhubungan,

Komunikasi, dan

Informatika Kota

Pekanbaru dalam

mengawasi tempat

parkir kendaraan di

Kota Pekanbaru.

1. Berdasarkan Peraturan Daerah

Provinsi Riau Nomor 9 Tahun

2013, Dinas Perhubungan,

Komunikasi, dan Informatika

Kota Pekanbaru berperan

dalam membuat perencanaan

dan pembangunan tempat

parkir kendaraan untuk

meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat,

mengurangi kemacetan, dan

meningkatkan pendapatan

daerah. Dinas Perhubungan,

Komunikasi, dan Informatika

Kota Pekanbaru diberikan

kewenangan untuk melakukan

pungutan Retribusi Jasa Parkir

maupun pungutan lainnya

sebagaimana yang diatur

Page 15: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

15

dalam Peraturan Daerah

Provinsi Riau Nomor 9 Tahun

2013. Dinas Perhubungan,

Komunikasi, dan Informatika

Kota Pekanbaru juga

berwenang mengawasi tempat-

tempat parkir kendaraan yang

tidak memiliki izin dari

Pemerintah Kota Pekanbaru.

2. Adapun kendala yang dihadapi

oleh Dinas Perhubungan,

Komunikasi, dan Informatika

Kota Pekanbaru dalam

melaksanakan pengawasan

terhadap tempat parkir

kendaraan yaitu kurangnya

jumlah pegawai yang bertugas

pada Bidang Pengawasan

Parkir.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

16

3

Indra Tua H.

Harahap

( 2017 )

Pelaksanaan

Ketentuan Pidana

Peraturan Daerah

Kota Pekanbaru

Nomor 2 Tahun

2009 terhadap

Pelaku Pengelola

Parkir Liar di

Lingkungan Luar

Sekolah di

Kecamatan

Marpoyan Damai

Kota Pekanbaru

( Jurnal )

1. Bagaimana pelaksanaan

ketentuan pidana

Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 2

Tahun 2009 terhadap

pelaku pengelola parkir

liar di lingkungan luar

sekolah di Kecamatan

Marpoyan Damai Kota

Pekanbaru?

2. Apa saja hambatan

pelaksanaan ketentuan

pidana Peraturan Daerah

Kota Pekanbaru Nomor

2 Tahun 2009 terhadap

pelaku pengelola parkir

liar di lingkungan luar

sekolah di Kecamatan

Marpoyan Damai Kota

Penelitian saya

dan skripsi Indra

Tua H. Harahap

sama-sama

meneliti

mengenai

Retribusi Jasa

Parkir di Kota

Pekanbaru.

Penelitian saya

meneliti mengenai

pelanggaran tarif

Retribusi Jasa Parkir

di Kecamatan

Tampan Kota

Pekanbaru,

sedangkan penelitian

Indra Tua H.

Harahap meneliti

mengenai sanksi

pidana bagi

pengelola tempat

parkir kendaraan di

Kecamatan

Marpoyan Damai

yang tidak memiliki

izin dari Pemerintah

Kota Pekanbaru.

1. Pelaksanaan Peraturan Daerah

Kota Pekanbaru Nomor 2

Tahun 2009 belum berjalan

optimal. Pengelola sengaja

membuat tempat parkir

kendaraan di luar area sekolah

dan memungut tarif Retribusi

Jasa Parkir kepada pelajar

yang membawa kendaraan ke

sekolah.

2. Hambatan dalam

pelaksanaannya yaitu masih

lemahnya pengawasan dari

Dinas Perhubungan,

Komunikasi, dan Informatika

Kota Pekanbaru terhadap

tempat parkir kendaraan tanpa

izin yang ada di Kecamatan

Marpoyan Damai. Selain itu,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

17

Pekanbaru?

3. Apa upaya yang

dilakukan Dinas

Perhubungan,

Komunikasi, dan

Informatika Kota

Pekanbaru dalam

mengatasi hambatan

pelaksanaan ketentuan

pidana Peraturan Daerah

Kota Pekanbaru Nomor

2 Tahun 2009 terhadap

pelaku pengelola parkir

liar di lingkungan luar

sekolah di Kecamatan

Marpoyan Damai Kota

Pekanbaru?

masyarakat tidak ada yang

melaporkan mengenai adanya

tempat parkir kendaraan yang

tidak memiliki izin di

Kecamatan Marpoyan Damai.

3. Upaya yang dilakukan oleh

Dinas Perhubungan,

Komunikasi, dan Informatika

Kota Pekanbaru dalam

mengatasi hambatan tersebut

yaitu memberikan sanksi

pidana berupa denda sebesar

Rp 5.000.000,- (lima juta

rupiah) kepada pengelola

tempat parkir kendaraan tanpa

izin di luar area sekolah yang

ada di Kecamatan Marpoyan

Damai.

Keterangan: Hasil studi kepustakaan penelitian skripsi tahun 2019

Page 18: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

18

E. Teori

Teori Penegakan Peraturan Daerah

Menurut Fajlurrahman Jurdi, dalam rangka mewujudkan Indonesia

sebagai negara hukum, maka negara berkewajiban melaksanakan pembangunan

hukum nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan

dalam sistem hukum nasional yang menjamin pelindungan hak dan kewajiban

segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.19

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat

norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh

lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 7 Ayat (1) Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan disebutkan bahwa jenis dan hierarki peraturan

perundang-undangan terdiri atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

4. Peraturan Pemerintah

5. Peraturan Presiden

6. Peraturan Daerah Provinsi

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.20

19Fajlurrahman Jurdi, Teori Negara Hukum, (Malang: Setara Press, 2016), Hal. 3.

20 Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

19

Teori mengenai hierarki peraturan perundang-undangan pertama kali

diperkenalkan oleh Hans Kelsen. Menurutnya, norma hukum yang lebih rendah

kedudukannya tidak boleh bertentangan dengan norma hukum yang lebih tinggi

kedudukannya. Oleh karena itu, dalam pembentukan sebuah peraturan perundang-

undangan, harus diperhatikan asas-asasnya agar tidak terjadi pertentangan.21

Adapun asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yaitu

sebagai berikut:

1. Asas kejelasan tujuan

Yang dimaksud dengan „asas kejelasan tujuan‟ adalah bahwa setiap

pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang

jelas yang hendak dicapai.

2. Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat

Yang dimaksud dengan „asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang

tepat‟ adalah bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat

oleh lembaga negara atau pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan

yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan

atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang

tidak berwenang.

3. Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan

Yang dimaksud dengan „asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi

muatan‟ adalah bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan

jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan.

21 Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa‟at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta:

Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2006), Hal. 28.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

20

4. Asas dapat dilaksanakan

Yang dimaksud dengan „asas dapat dilaksanakan‟ adalah bahwa setiap

pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan

efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik

secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.

5. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan

Yang dimaksud dengan „asas kedayagunaan dan kehasilgunaan‟ adalah

bahwa setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-

benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

6. Asas kejelasan rumusan

Yang dimaksud dengan „asas kejelasan rumusan‟ adalah bahwa setiap

peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis

penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau

istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak

menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

7. Asas keterbukaan

Yang dimaksud dengan „asas keterbukaan‟ adalah bahwa dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan,

pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat

transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat

mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

21

Salah satu peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam jenis dan

hierarki peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan yaitu Peraturan Daerah. Peraturan Daerah adalah peraturan tertulis yang

memuat norma hukum yang mengikat secara umum yang dibentuk oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.22

Pengertian tersebut terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Peraturan

daerah berfungsi sebagai dasar hukum mengenai sumber keuangan daerah dalam

bentuk Pajak Daerah dan Retribusi.23

Dalam rangka mengukur efektivitas pelaksanaan Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang

Perhubungan Darat, dibutuhkan adanya penegakan hukum yang tegas terhadap

siapapun yang melanggarnya. Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum

adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mewujudkan ide-ide mengenai keadilan

menjadi sebuah kenyataan.24

Akan tetapi, proses penegakan hukum tidak dapat

berjalan dengan sendirinya. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

penegakan hukum.

Menurut Soerjono Soekanto, faktor-faktor yang mempengaruhi

penegakan hukum ada lima, yaitu faktor hukum itu sendiri, faktor penegak

hukum, faktor sarana yang mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, dan

22

Pasal 1 Angka 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234. 23

Victor Jusuf Sedubun, Pembentukan dan Pengawasan Peraturan Daerah yang Berciri Khas Daerah, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), Hal. 63.

24Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, (Bandung: Sinar Baru, 1983), Hal. 25.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

22

faktor kebudayaan. Kelima faktor tersebut saling berkaitan erat karena merupakan

esensi dari penegakan hukum dan tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum.25

Dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah, Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selaku

penyelenggara pemerintahan daerah membuat Peraturan Daerah sebagai dasar

hukum bagi daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah sesuai dengan

kondisi dan aspirasi masyarakat serta kekhasan dari daerah tersebut. Peraturan

Daerah yang dibuat oleh daerah hanya berlaku dalam batas-batas yurisdiksi

daerah yang bersangkutan.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri

atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak

dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut,

daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat berdasarkan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan

perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan. Berkaitan dengan

pemberian kewenangan dalam penetapan tarif untuk menghindari penetapan tarif

pajak yang tinggi yang dapat menambah beban bagi masyarakat secara berlebihan,

daerah hanya diberi kewenangan untuk menetapkan tarif pajak dalam batas

maksimum yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

25 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013). Hal. 8-9.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

23

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum

empiris adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara menjelaskan

pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap permasalahan yang

terjadi di tengah-tengah masyarakat.26

Penelitian ini mengkaji mengenai

implementasi tarif Retribusi Jasa Parkir kendaraan di Kecamatan Tampan

Kota Pekanbaru berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3

Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat dan

penegakan hukum terhadap pelanggaran dalam implementasi tarif Retribusi

Jasa Parkir kendaraan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi

Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Lokasi ini

dipilih karena menurut hasil observasi penelitian skripsi yang dilakukan di

Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru, peneliti menemukan fakta bahwa

terdapat beberapa tempat parkir kendaraan yang melakukan pelanggaran

terhadap tarif Retribusi Jasa Parkir bagi kendaraan yang parkir karena tidak

sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang

Perhubungan Darat, yaitu dipungut sebesar Rp 2.000,- untuk sepeda motor

dan Rp 4.000,- untuk mobil dalam sekali parkir.

26 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), Hal. 33.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

24

3. Populasi dan Responden

a. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah:

1) Kepala Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, berjumlah 1 orang.

2) Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, berjumlah 1 orang.

3) Pengelola tempat parkir kendaraan yang melanggar tarif Retribusi Jasa Parkir

di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru, berjumlah 3 orang.

4) Masyarakat pengguna tempat parkir kendaraan di Kecamatan Tampan Kota

Pekanbaru, berjumlah 30 orang.

b. Responden

Responden merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan sebagai

objek dalam penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah:

1) Kepala Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, berjumlah 1 orang.

2) Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, berjumlah 1 orang.

3) Pengelola tempat parkir kendaraan yang melanggar tarif Retribusi Jasa Parkir

di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru, berjumlah 3 orang.

4) Masyarakat pengguna tempat parkir kendaraan di Kecamatan Tampan Kota

Pekanbaru, berjumlah 3 orang.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

25

Tabel I.2

Populasi dan Responden

No.

Jenis Populasi Jumlah Persentase

(%) Populasi Responden

1 Kepala Dinas Perhubungan Kota

Pekanbaru

1

1

100%

2 Kepala UPT Parkir Dinas

Perhubungan Kota Pekanbaru

1

1

100%

3

Pengelola tempat parkir

kendaraan yangmelanggar tarif

Retribusi Jasa Parkir di

Kecamatan Tampan Kota

Pekanbaru

3

3

100%

4

Masyarakat pengguna tempat

parkir kendaraan di Kecamatan

Tampan Kota Pekanbaru

30

3

10%

Jumlah 35 8 -

Sumber: Populasi dan sampel hasil wawancara penelitian skripsi dengan Kepala Dinas

Perhubungan Kota Pekanbaru, Yuliarso, hari Senin tanggal 5 Agustus 2019 jam 09.15

WIB, yang bertempat di Kantor Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru yang beralamat di Jalan Dr. Sutomo Nomor 88, Pekanbaru.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui

observasi dan wawancara.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

26

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan untuk

mendukung data primer, antara lain dari peraturan perundang-undangan,

jurnal-jurnal ilmiah, dan literatur hukum.

c. Data tertier, yaitu data yang bersifat mendukung data primer dan data

sekunder, yang diperoleh melalui internet.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi, yaitu teknik dalam mengumpulkan data yang dilakukan dengan

cara melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian.

b. Wawancara, yaitu teknik dalam mengumpulkan data yang dilakukan dengan

cara mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan tidak terstruktur

kepada responden.

c. Studi kepustakaan, yaitu teknik dalam mengumpulkan data yang dilakukan

dengan cara membaca dan menganalisa peraturan perundang-undangan,

jurnal-jurnal ilmiah,dan literatur hukum yang relevan dengan permasalahan

yang sedang diteliti.

6. Analisis Data

Pada penelitian ini, data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang

telah dianalisis kemudian disimpulkan dengan menggunakan metode

deduktif. Metode deduktif adalah metode yang digunakan dalam menarik

kesimpulan dari hal yang bersifat umum kepada hal yang bersifat khusus.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN...1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa pemerintahan daerah adalah

27