Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

19
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Administrasi merupakan keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih berdasarkan atas Rasionalitas tertentu dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan memanfaatkan sarana dan prasana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna. Administrasi bertujuan jangka panjang dan pendek dan pelaksanaannya akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila semua orang mampu menumbuhkan dan memelihara kerjasama yang erat antara mereka. 1.1. Maksud dan Tujuan A. Maksud Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukenali persoalan- persoalan yang mungkin timbul dengan pemberlakuan desentralisasi dan otonomi daerah, sesuai dengan UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999, secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip Good Governance dan tekad menyelenggarakan negara yang besih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 28/1999 jo. Tap MPR No. XI/MPR/1998. B. Tujuan

Transcript of Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

Page 1: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

BAB I

PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

Administrasi merupakan keseluruhan proses kerjasama antara dua orang

atau lebih berdasarkan atas Rasionalitas tertentu dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah ditentukan sebelumnya dengan memanfaatkan sarana dan prasana

tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna. Administrasi bertujuan jangka

panjang dan pendek dan pelaksanaannya akan lebih berdaya guna dan berhasil

guna apabila semua orang mampu menumbuhkan dan memelihara kerjasama

yang erat antara mereka.

1.1. Maksud dan Tujuan

A. Maksud

Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukenali persoalan-persoalan yang

mungkin timbul dengan pemberlakuan desentralisasi dan otonomi daerah, sesuai

dengan UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999, secara efektif dan efisien sesuai

dengan prinsip Good Governance dan tekad menyelenggarakan negara yang

besih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, sebagaimana diamanatkan dalam

UU No. 28/1999 jo. Tap MPR No. XI/MPR/1998.

B. Tujuan

Mengidentifikasi permasalahn dan isuisu internal eksisting yang telah ada d

daerah pra-penerapan otonomi daerah yang muncul sejak diberlakukannya

otonomi. Isu-isu eksternal yang dominan mempengaruhi implementasi

penerapan otonomi daerah dan desentarlisasi. Permasahan dan isu-isu

disusun berdasarkan tuingkat urgensi dan kepentingan bagi daerah;

Mengkaji alternatif penyelesaian permasalahan dan isu dengan rencana

tindakan / aksi yang disusun menurut skala prioritas;

Mengidentifikasi prasyarat-prasyarat pendukung yang kondusif dalam

tindakan penyelesaian permasalahan yang ada.

Page 2: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

C. Sasaran

Teridentifikasinya berbagai permasalahan dan kendala dalam penerapan

dan desentralisasi daerah yang disusun berbagai tingkat kepentingan dan

urgensinya serta sesuai dengan situasi obyektif daerah;

Tersusunnya alternatif solusi tindakan terhadap permasalahan yang

disusun menurut skala prioritas aksi;

Terumuskannya sarana dan prasarana pendukung dalam tindakan

penyelesaian

persoalan, melalui ketersediaan sumberdaya kelembagaan dan kebijakan

daerah.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Guna mencapai tujuan dan sasaran sebagaimana tersebut di atas, maka

penelitian ini akan meliputi :

a. Identifikasi masalah atas isu-isu yang ada :

b. Identifikasi masalah dan isu-isu situasi keuangan daerah dan proses

anggaran;

c. Identifikasi dan masalah isu-isu lembaga dan hubungan antar lembaga,

pemindahan personil pemerintah pusat dan pembangunan sumberdaya

manusia;

d. Identifikasi dan masalah isu-isu lembaga yang berhubungan dengan

peraturan pemerintah daerah;

e. Identifikasi masalah dan isu-isu kegiatan kapasitas kelembagaan

pembangunan dan aparatur daerah

f. Identifikasi Alternatif Penyelesaian :

g. Identifikasi Alternatif penyelesaian situasi keuangan daerah dan proses

penyusunan anggaran belanja daerah;

Page 3: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

h. Identifikasi Alternatif pemecahan masalah dan isu-isu lembaga dan

hubungan antar lembaga, pemindahan personil pemerintah pusat dan

pembangunan sumberdaya manusia;

i. Identifikasi Alternatif pemecahan masalah dan isu-isu kelembagaan yang

berhubungan dengan perturan pemerintah daerah;

j. Identifikasi alternatif penyelesaian masalah-masalah dan isu-isu kegiatan

kapasitas pembangunan.

k. Perumusan Prasyarat Pendukung Tindakan Aksi

l. Identifikasi prasyarat pendukung terlaksananya tindkan terhadap

penyelesaian situasi keuangan daerah dan proses penyusunan anggaran

belanja daerah;

m. Identifikasi prasyrat pendukung terlaksananya tindakan terhadap

permasalahan yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan isu-isu

lembaga dan hubungan antar lembaga, pemindahan personil pemerintah

pusat dan pembangunan sumberdaya manusia;

n. Identifikasi prasyarat pendukung terlaksananya tindakan pemerintahan

daerah;

o. Identifikasi prasyarat pendukung terlaksananya tindakan terhadap

permasalahan yang berkaitan dengan masalah-masalah dan isu-isu

kegiatan kapasitas pembangunan.

Hukum Administrasi Negara sendiri berarti pengkhususan dari Hukum

Tata Negara dimana Negara dipelajari dalam keadaan bergerak. Disini Hukum

menjadi pedoman dalam menyelenggarakan struktur dan kefungsian Administrasi.

Organisasi Negara ikut serta dalam lalu lintas masyarakat dan Hukum Administrasi

adalah peraturan yang mengatur hubungan timbal balik antar pemerintahan dan

rakyatnya.

Page 4: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

Di tengah arus reformasi ini dimana perbuatan Pemerintah dalam

perbuatan Hukum Public memiliki suatu tantangan dengan dihadapkan pada

adanya Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai parameter ujinya dirasakan masih

kurang. Oleh karena itu dalam Hukum Administrasi. Negara juga ada parameter uji

lainnya yaitu ABBB (Algemene Berginselen Van Beharlijke Bestuur) atau lebih

dikenal sebagai ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK.

Asas-asas Umum Pemerintahan yang baik terdiri dari pada:

Asas Kejujuran dimana dalam pelaksanaannya diupayakan sebanyak

mungkin mendekati Asas Keadilan. Kemudian Asas Kecermatan yang

menghendaki agar setiap penetapan kiranya telah melalui pertimbangan masa-

masa dan secara seksama sehingga tidak terjadi konflik. Asas Kemurnian Dalam

Tujuan disimpulkan tentang kewajiban Administrator agar penetapan dapat

menuju sasaran dengan tepat. Lalu Asas Keseimbangan dimana antara pihak

pemberi dan yang diberi penetapan terdapat keseimbangan kepentingan. Yang

terakhir adalah Asas Kepastian Hukum yang dalam hal ini mengutamakan

keadilan dan kewajiban telah dipenuhinya. Syarat formal dan materil suatu

ketetapan.

Dalam Administrasi Negara Eksekutiflah yang paling berperan dan

bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Pemerintahan Administrasi Negara.

Dalam kehidupan kenegaraan peran pihak eksekutif dengan seluruh jajaran dan

birokratisasinya sangat besar, sedemikian besarnya sehingga ada kalanya

meskipun tidak tepat, Administrasi Negara diidentikkan dengan Administrasi

Pemerintahan Negara.

Ilmu Administrasi Negara mengajarkan bahwa Pemerintah Negara pada

hakekatnya menyelenggarakan dua jenis fungsi utama, yaitu fungsi pengaturan

dan fungsi pelayanan. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakekat

Page 5: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

Negara sebagai Negara Hukum (Legal State), sedangkan fungsi pelayanan

dikaitkan dengan hakikat Negara sebagai suatu Negara Kesejahteraan (Welfare

State). Baik fungsi pelayanan dan fungsi pengaturan seperti ditekankan di muka

dipercayakan kepada aparatur pemerintahan tertentu dan secara fungsional

bertanggung jawab atas bidang-bidang tertentu dari kedua fungsi tersebut.

System pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut

Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

menyelenggarakan Otonomi Daerah. Dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah,

dipandang perlu lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta

masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah yang seyogyanya pula disertai dengan ASAS-ASAS

UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK.

Otonomi daerah dipandang perlu dalam menghadapi perkembangan

keadaan, baik dalam dan luar negeri, serta tantangan persaingan global. Otonomi

daerah memberikan kewenangan yang luas dan nyata, bertanggung jawab kepada

daerah secara proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan

kemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan

daerah. Itu semua harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran

masyarakat, pemerataan, keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah

yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Otonomi Daerah adalah suatu pemberian hak dan kewenangan kepada

daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kewenangan tersebut diberikan

secara proposional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan

pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan

keuangan pusat dan daerah sesuai dengan ketetapan MPR-RI Nomor

XV/MPR/1998.

Page 6: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

Penyelenggaraan Otonomi di daerah didasarkan pada isi dan jiwa yang

terkandung dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya.

Menurut Hukum Tata Pemerintahan Negara atau Hukum Administrasi Negara

Otonomi Daerah merupakan suatu kewenangan daerah untuk menjalankan

pengaturan, penetapan, penyelenggaraan, pengawasan, pertanggungjawaban

Hukum dan Moral dan Penegakan Hukum Administrasi di daerah untuk terciptanya

pemerintahan yang taat hukum, jujur, bersih, dan berwibawa berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Otonomi daerah sebagai suatu kebijakan Desentralisasi ini diberlakukan

dikarenakan Otonomi Daerah diharapkan dapat menjadi solusi terhadap problema

ketimpangan pusat dan daerah, disintegrasi nasional, serta minimnya penyaluran

aspirasi masyarakat local. Otonomi merupakan solusi terpenting untuk menepis

disintegrasi.

Negara Indonesia merupakan suatu eenheidsstaat, maka Indonesia tidak

akan mempunyai daerah dalam lingkungannya yang bersifat staat juga.

DaerahIndonesia dibagi dalam daerah propinsi dan daerah propinsi akan dibagi

dalam darah yang lebih kecil. Di dalam daerah-daerah yang bersifat otonom

(Streek an Locale Rechtgemeenschappen) atau bersifat Administrasi belaka,

semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang. Di

daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan Badan Perwakilan Daerah

oleh karena itu di daerah pun, pemerintahan akan bersendikan atas dasar

permusyawarahan.

Mengapa propinsi mendapat kedudukan sebagai daerah otonom dan sekaligus

sebagai wilayah administrasi ? Ada beberapa pertimbangan yang mendasarinya,

yaitu:

Page 7: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

1.Untuk memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang bersifat lintas daerah

kabupaten dan daerah kota serta melaksanakan kewenangan Otonomi

Daerah yang belum dapat dilaksanakan untuk daerah kabupaten dan

daerah kota.

3.Untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan tertentu yang dilimpahkan

dalam rangka pelaksanaan Asas Dekonsentrasi.

Otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas yang meliputi

kewenangan lintas kabupaten dan kota, dan kewenangan yang tidak atau belum

dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota, serta kewenangan bidang

pemerintahan tertentu lainnya.

Dari uraian diatas, saat ini yang menjadi permasalahannya adalah

“Siapkah sumber daya manusia di daerah dalam menerima otonomi”

1.3. Kerangka Teori

Permasalahan yang akan kita bahas, meliputi beberapa hal antara lain:

1.Penyebab timbulnya otonomi daerah

2.Permasalahan-permasalahan yang timbul akibat otonomi daerah.

3.Antisipasi terhadap problem yang terjadi akibat pemberlakuan otonomi

daerah.

Page 8: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Penyebab Timbulnya Otonomi Daerah

Otonomi merupakan wacana yang tidak asing lagi bagi publik. Disaat kondisi

Bangsa demikian kompleks dan belum jelas kepastian arahnya. Hal ini

dikarenakan otonomi daerah diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan yang

dapat mencegah kemungkinan terjadinya Disintegrasi sosial, bahkan sebagai

solusi mengamankan integrasi nasional.

Selain itu otonomi daerah dianggap sebagai opsi tepat untuk meningkatkan derajat

keadilan sosial serta distribusi kewenangan secara proposional antara pemerintah

pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten serta kota dalam hal

penentuan kebijakan publik, penguasaan aset ekonomi dan politik serta

pengaturan sumber daya lokal.

Otonomi daerah juga merupakan sarana kebijakan yang dianggap tepat secara

politik untuk memelihara keutuhan “Negara Bangsa” dan meredam ketidakpuasan

daerah-daerah. Dengan otonomi daerah akan kembali diperkuat ikatan semangat

kebangsaan, persatuan dan kesatuan dalam wadah negara kesatuan Republik

Indonesia.

Disisi lain muncul berbagai permasalahan yang menyebabkan otonomi daerah

segera dilaksanakan agar tidak terjadi perpecahan pada negara Indonesia.

Page 9: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

1. Adanya eksploitasi kekayaan alam yang cenderung menguntungkan

pemerintah pusat dibandingkan masyarakat lokal.

2. Kebijakan pemerintah pusat yang cenderung ekspoitatif maupun system bagi

hasil yang timpang.

3. Kecenderungan kebijakan pemerintah pusat yang tidak menguntungkan

daerah, maka muncullah dikotomi pusat dengan daerah.

2.2. Permasalahan-permasalahan Yang muncul setelah adanya

otonomi daerah

Selama hampir setengah abad, masyarakat di daerah merasa tidak

mendapat perlakukan yang wajar dan adil. Bahkan selama tiga puluh tahun lebih

masyarakat di daerah mengalami proses marjinalisasi dari panggung politik

nasional. Hal itu terjadi sebagai akibat dari begitu kuatnya sentralisasi kekuasaan

selama ini.

Sejak 1 Januari 2001, kita mulai mengimplementasikan kebijakan otonomi

daerah yang tentu saja berbeda sama sekali dengan apa yang sudah dipraktekkan

selama 25 tahun melalui UU nomer 5 tahun 1974. Selama itu pula, sentralisasi

kekuasaan dan pola hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah diatur

melalui asas “Dekonsentrasi”. Atas nama menjaga persatuan dan kesatuan,

daerah tidak dilibatkan secara penuh dan lebih banyak menerima kebijakan yang

diturunkan dari pusat serta tidak diberi peluang untuk mengambil inisiatif jika

sekiranya akan merugikan kepentingan pusat, termasuk didalamnya yang terkait

dengan rekrutmen politik dan birokrasi pada tingkat lokal.

Dan setelah pemberlakuan otonomi daerah yang mendadak

mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan, antara lain:

1.Dengan pemberlakuan otonomi daerah yang mendadak mengejutkan

pihak-pihak daerah yang tidak memiliki sumber daya manusia kualitatif.

Terjadilah artikulasi otonomi daerah kepada aspek-aspek finansial tanpa

pemahaman substatife yang cukup terhadap hakekat otonomi itu sendiri.

Page 10: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

2.Bangkitnya egiosemtrisme ditiap daerah.

3.Karena keberhasilan ekonomi lebih dilandaskan pada aspek-aspek finansial

(tercermin dalam PAD. APBD, dan lain-lain) pemerintah daerah

4.bisa melupakan visi dan misi otonomi yang seharusnya untuk kedaulatan

dan kesejahteraan rakyat.

5.Resiko KKN.

6.Orientasi Pemda pada cash inflow, bukan pendapatan. Orientasi pada

pemasukan kas dapat mendorong pemda untuk mengambil langkah

apapun untuk menambal kekurangan APBD.

2.3. Antisipasi Terhadap Problem yang Terjadi Akibat Pemberlakuan

Otonomi Daerah yang Mendadak

Yang sebaiknya dilakukan agar otonomi daerah dapat berhasil mencapai

tujuannya. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

1. Memperkuat fungsi kontrol terhadap pemda yang dilakukan oleh

masyarakat dan lembaga legislatif daerah.

2. Pemberdayaan politik warga masyarakat.

3. Pemahaman terhadap asas-asas umum pemerintahan yang baik meliputi:

Asas persamaan

Asas Kepercayaan

Asas Kepastian Hukum

Asas Kecermatan

Asas Pemberian Alasan

Asas Larangan bertindak kesewenang-wenangan

Dan lain-lain.

4. Dan yang terakhir adalah meningkatkan mutu pendidikan sehingga

memunculkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Page 11: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Pemberian otonomi daerah yang mendadak mengakibatkan artikulasi otonomi

daerah kepada aspek-aspek finansial tanpa pemahaman yang cukup terhadap

hakekat otonomi itu sendiri.

2. Pemberlakuan otonomi daerah akibat kecenderungan pemerintah pusat yang

tidak menguntungkan daerah.

3. Di daerah sumber daya manusia yang berkualitas masih sedikit karena

terdistribusi ke pusat.

4. Dengan otonomi maka daerah bebas melakukan apa saja.

5. Dengan otonomi daerah pusat akan melepaskan tanggung jawab untuk

membantu dan membina darah.

3.2. Saran-Saran

Dalam suatu organisasi modern dikemudikan dan dikendalikan oleh

pendekatan kesisteman. Pendekatan kesisteman berarti bahwa organisasi

diperlakukan, digunakan sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh. Pendekatan

kesisteman ini juga berlaku bagi organisasi pemerintahan. Tidak perlu

dipersoalkan bagaimana organisasi pemerintahan itu disusun dalam arti jumlah

department, aparat pemerintahan daerah dan aparatur pemerintahan negara.

Yang harus terjadi adalah organisasi pemerintahan itu harus bergerak dalam

irama yang sama.

Berkaitan dengan pengembangan system adalah pengembangan

kelembagaan. Keterkaitan tersebut tidak hanya sebagai upaya menjamin agar

keseluruhan organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh.

Pengembangan kelembagaan dimaksudkan agar:

Page 12: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

a. Semua fungsi dan kegiatan yang berlangsung terus menerus dan jelas

pewadahannya.

b. Satuan-satuan kerja yang diciptakan benar-benar sesuai dengan beban kerja.

c. Spesialisasi tugas tertampung secara tepat.

d. Tercipta pola dasar organisasi yang relatif permanen.

e. Tidak terjadi duplikasi atau tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.

Page 13: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

DAFTAR PUSTAKA

Bachsan Mustafa, SH., “Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara”,

Alumni,Bandung, 1985.

Indra Lesmana, “Ranjau-Ranjau Otonomi Daerah”, Pondok Edukasi, Solo, 2002.

Philipus M. Hadjon – R. Sri Soemantri Martosoewignjosejaohan Basah – Bagir

Manan – H. M. Laka Marsuki J. B. J. M. Ten Berge – P. J. J Van Buuren –

F. A. M s=Stroink, “Pengantar Hukum Administrasi Indonesia”, Gajah

Mada University Press, Yogyakarta, 1995.

Sondang P. Siagian, “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN Balai

Pustaka, Jakarta, 1995.

Page 14: Bab i Otonomi Daerah Jawa Barat

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN Halaman 1.

Latar Belakang Halaman 1.

PEMBAHASAN Halaman 1.

1. Maksud dan tujuan Halaman 1.A. Maksud Halaman 1B. Tujuan Halaman 1C. Sasaran Halaman 2D. Ruang Lingkup Halaman 2

2. Rumusan Masalah Halaman 53. Kerangka teori Halaman 6

PEMBAHASAN Halaman 7

1. Penyebab timbulnya otonomi daerah Halaman 7

2. Permasalahan-permasalahan yang muncul setelah

Adanya otonomi daerah Halaman 8

3. Antisipasi terhadap problem yang terjadi akibat

Pemberlakukan otonomi daerah yang mendadak Halaman 9

PENUTUP Halaman 10

1. Kesimpulan Halaman 10

2. Saran-saran Halaman 10

DAFTAR PUSTAKA Halaman 12