BAB I Nazar

download BAB I Nazar

of 57

Transcript of BAB I Nazar

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sehingga dengan demikian setiap warga negara mampu mengembangkan diri sebagai manusia seutuhnya. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hidupnya. Oleh sebab itu upaya peningkatan mutu pendidikan harus terus menerus dilakukan menuju ke arah yang lebih baik karena tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Belajar merupakan usaha yang ditujukan untuk menghasilkan prubahan tingkah laku anak didik kearah yang lebih baik serta membimbing anak menemukan dan mengaplikasikan pola pikir yang ilmiah, terarah dan bijaksana dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan. Oleh karena itu belajar yang baik harus mengarah kepada proses pertumbuhan dan perkembangan cara pikir yang berlangsung secara individu atau kolektif pada peserta didik sepanjang hidupnya. Karena belajar merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan manusia, dengan belajar manusia dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan layak. Peningkatan kualitas pendidikan tidak pernah terlepas dari peran aktif guru sebagai tenaga pengajar dan

2

pendidik, untuk menciptakan siswa-siswa yang memiliki kreatifitas, kualitas, dan hasil belajar yang tinggi. Hal ini diharapkan agar siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan menyadari pentingnya pendidikan, berbagai usaha telah dilakukan Departemen Pendidikan Nasional untuk memperbaiki mutu pendidikan Nasional. Salah satunya adalah penyempurnaan kurikulum. Saat ini pemerintah sedang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya yang lebih menekankan pada kemampuan kelulusan yang harus dicapai dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimum yang harus dicapai. Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran tidak hanya menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh suatu lulusan jenjang pendidikan tetapi juga lebih kepada kemampuan siswa memahami pelajaran yang disampaikan walaupun tidak semua tujuan pembelajaran dapat dicapai sepenuhnya. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang menjadi professional setiap guru. Salah satu tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah bagaimana cara untuk menstransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa mampu menguasai dan memahami apa yang diajarkan oleh gurunya. Mengajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks, merupakan interaksi yang sangat halus dan bervariasi antara guru, siswa, bahan pelajaran, kelas dan lingkungan serta kultural, pelaksanaan pengajaran ini pun rumit sekali sehingga perlu diadakan perbaikan dengan menggunakan model instruksional yang sangat sederhana. Praktek pembelajaran yang terjadi disebagian besar sekolah selama ini pelajaran dengan menggunakan metode ceramah sementara siswa mencatatnya pada

3

buku catatan. Pengajaran ini dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa, siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang perduli terhadap pembelajaran disekolah, berbagai upaya tersebut antara lain dalam bentuk penataran guru, kualifikasi pendidikan guru, pembaharuan kurukulum, implementasi model atau metode pembelajaran baru, dan berbagai upaya terus dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, tetapi terdapat beberapa sekolah tertentu masih ada guru yang belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran ekonomi dan ada siswa yang menganggap pelajaran ekonomi itu kurang menarik. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru agar siswanya bisa menyukai pelajaran ekonomi itu sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut guru dapat melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, keberhasilan siswa sangat tergantung pada motivasi, cara belajar, dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Aktifitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung sempurna, sebagian siswa kadangkala dapat dengan cepat menangkap pelajaran, tetapi sebagian lainnya terasa sangat lambat. Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 3 Peusangan menunjukkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam memahami materi

4

yang disampaikan oleh guru, sehingga tidak dapat meningkatkan pemahaman siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain kurangnya minat dan motivasi belajar siswa pada pelajaran ekonomi, karena siswa beranggapan bahwa pelajaran ekonomi merupakan pelajaran yang sulit, sehingga bagi siswa belajar ekonomi hanya untuk keperluan menghadapi ulangan tanpa melihat aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode, pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang tepat untuk materi yang akan diajarkan, sehingga proses pembelajaran akan mencapai hasil yang efektif, efisien dan bermutu tinggi. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar ekonomi adalah model pembelajaran langsung. Dalam melaksanakan pembelajaran langsung dibutuhkan suatu metode untuk memudahkan guru dalam proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan. Disamping itu, model pembelajaran yang sering digunakan oleh para guru adalah model pembelajaran tradisional yang didominasi dengan metode ceramah yang masih terbatas pada keterampilan mengerjakan soal pemahaman konsep kepada siswa. Model ini kurang dapat meningkatkan keterampilan berfikir kritis oleh siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode, pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang tepat untuk materi yang akan diajarkan, sehingga proses pembelajaran akan mencapai hasil yang efektif, efisien dan bermutu tinggi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dengan Model Pembelajaran Langsung Pada

5

Pokok Bahasan Uang Dan Lembaga Keuangan Lainnya Di Kelas IX SMP Negeri 3 Peusangan.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan uangDan Lembaga Keuangan Lainnya melalui penerapan model pembelajaran langsung dikelas IX SMP N 3 Peusangan.

2. Bagaimana aktifitas guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan uang Dan Lembaga Keuangan Lainnya melalui penerapan modelpembelajaran langsung dikelas IX SMP N 3 Peusangan.

3. Bagaimana respon siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan uang Dan Lembaga Keuangan Lainnya melalui penerapan model pembelajaran langsungdikelas IX SMP N 3 Peusangan.

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan uang DanLembaga Keuangan Lainnya melalui penerapan model pembelajaran langsung di

kelas IX SMP N 3 Peusangan 2. Untuk mendeskripsikan aktifitas guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajarsiswa pada pokok bahasan uang Dan Lembaga Keuangan Lainnya melalui penerapan model pembelajaran langsung dikelas IX SMP N 3 Peusangan.

6

3. Untuk mendeskripsikan respon siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan uang Dan Lembaga Keuangan Lainnya melalui penerapan modelpembelajaran langsung dikelas IX SMP N 3 Peusangan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis: a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang ilmu pendidikan baik dilihat dari segi tioritis yang pernah penulis pelajari dengan fakta dilapangan. b. Dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran langsung c. Sebagai bahan masukan penulis untuk memperluas wawasan sebagai seorang mahasiswa 2. Bagi Siswa: a. Meningkatkan motivasi, daya ingat dan hasil belajar siswa. b. Menumbuhkan sikap bekerjasama dan saling membantu diantara para siswa. c. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapat. 3. Bagi Guru: a. Meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran. b. Meningkatkan keterampilan menggunakan metode, media dan model

pembelajaran yang tepat. c. Menumbuhkan minat untuk terus melakukan penelitian dan inovasi dalam proses pembelajaran.

7

4. Bagi Sekolah: a. Meningkatnya profesionalisme guru. b. Meningkatnya kualitas pendidikan. c. Meningkatkan mutu sekolah.

1.5 Definisi Operasional Untuk mempermudah pemahaman isi karya tulis ini, maka didefinisikan istilah-istilah penting yang menjadi pokok pembahasan utama dalam karya tulis ini: 1. Pembelajaran langsung adalah Salah satu pendekatan mengajar yang dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. 2. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran. 3. Uang adalah sesuatu yang umum diterima sebagai alat pembayaran yang sah atau sebagai alat tukar-menukar dalam kegiatan jual beli. 4. Lembaga keuangan bukan Bank yaitu badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif. BAB II LANDASAN TIORITIS 2.1 Pengertian Belajar Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang

8

belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun kurang baik, di rencanakan atau tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat Wina Sanjana (2005:89), yang menjelaskan bahwa belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah laku akibat dari pengalaman dan latihan. Hal lain yang selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannyan. Tentang ini Oemar Hamalik (2001:37), menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Menurut Purwanto (2004:85) mengatakan Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang yang lebih baik, tetapi ada juga kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Sedangkan Slameto (2002:2) menyatakan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Demikian juga Sardiman (2006:21) mengemukakan, Belajar adalah berubah. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha untuk mengubah tingkah laku, perubahan ini terjadi setelah kegiatan belajar mengajar, di samping itu perubahan tingkah laku juga terjadi dari pengalaman dan latihan serta dari lingkungan sekitar kita. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi setelah 2.2 Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil

9

dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Prestasi belajar yang dicapai siswa setelah kegiatan belajar mengajar disebut dengan hasil belajar yaitu kemampuan yang dicapai oleh setiap siswa setelah belajar. Pestasi atau hasil belajar yang dicapai siswa dari proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa, baik dilihat dari nilai maupun dari penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sulit untuk menentukan titik keseimbangan antara prestasi dengan faktorfaktor yang mempengaruhinya, karena bagaimanapun baiknya evaluasi yang diterapkan namun hasil yang diperoleh masih tetap relatif. Untuk membuktikan berhasil tidaknya siswa dalam memenuhi hasil belajar dapat diketahui melalui hasil belajar yang dicapai siswa, yang dinyatakan dalam bentuk angka dan scor. Pencapaian hasil belajar yang sering disebut dengan prestasi belajar biasanya dipergunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dan kemajuan siswa dalam proses belajar mengajar siswa di sekolah. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (2004:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Selanjutnya Winkel (2006:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Nawawi ( 2000 : 101 ) mengemukakan bahwa: Prestasi

10

belajar adalahTingkat keberhasilan seseorang siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka yang diperoleh dari hasil test mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Oemar Hamalik (2001 : 159), menyatakan prestasi belajar merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Jadi prestasi adalah hasil maksimal dari sesuatu, baik berupa belajar mapun bekerja, Sedangkan Purwadarminto (2001:767), menyatakan bahwaprestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian, yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar merupakan sebuah prestasi dari apa yang telah dipelajari oleh siswa. prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

11

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang proses komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah barriers atau noises : hambatan psikologis seperti minat, sikap, pendapat, kepercayaan, inteligensi, pengetahuan dan hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera, dan cacat tubuh. Hal ini lah yang menyebabkan kurang aktifnya siswa dalam belajar sehingga guru harus mampu mensiasati proses balajar tersebut menjadi lebih menarik dan siswa menjadi lebih aktif, misalnya dengan menggunakan model-model pembelajar yang bervariasi dan alangkah baiknya bila didukung dengan penggunaan media sehingga siswa lebih menarik perhatiannya dalam mempelajari suatu konsep. Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan kultural seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan. Hambatan lingkungan yang ditimbulkan yaitu hambatan yang disebabkan oleh stituasi dan kondisi dan keadaan sekitar. Selain faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhui prestasi belajar biasa datang dari guru atau dari siswa sendiri, karena proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi yang terjadi antar siswa dengan seorang guru, yaitu siswa sebagai penerima pesan sedang guru adalah penyampai pesan. Ishak (Dalam Susilana 2007:3) menjelaskan di antaranya: a. kemampuan berkomunikasi penyampaian pesan seperti kemanpuan betutur dan berbahasa dan kemanpuan menulis. Sedangkan dari penerima pesan di antaranya kemanpuan untuk menerima dan menangkap pesan seperti mendengar, melihat dan menginterpretasikan pesan. b. Sikap penyampai pesan kepada penerima atau sebaliknya. Misalnya pandangan negatif, prasangka, merendahkan satu di antar kedua belah pihak, sehingga akan menimbulkan kurang respon terhadap isi pesan yang disampaikan. c. Tingkat pengetahuan baik penerima maupun penyampaian pesan. Sumber pesan yang kurang memahami imformasi yang ingin dicapai akan mempengaruhi gaya

12

dan sikap dalam proses penyampaian pesan. Sebaliknya, penerima pesan yang kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap informasi yang disampaikan tidak akan mampu mencerna informasi dengan baik. Berdasarkan uraian di atas jelas tergambar bahwa dalam proses komunikasi memerlukan alat bantu yang di kenal dengan media. Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan media dalam komunikasi tersebut. Media dalam pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga dapat membantu mengatasi hal tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak giografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyaknya faktor yang saling berhubungan. Secara garis besar faktor tersebut dibagi dua, yaitu Faktor Intern dan Ekstern. kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. A, faktor intern Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1. Faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam yaitu: Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang, kondisi fisik yang sehat dan bugar akan

13

memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula dalam proses belajar merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya. 2. Faktor psikologis Faktor faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat. a. kecerdasan siswa Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan fisik-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,

14

tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia. Dalam hal ini Slameto (2005:56) mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya. b. Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Selanjutnya Sardiman (2002:77) mengatakan bahwa motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.

15

c. Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (2006:24) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Selanjutnya Slameto (2005:57)

mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang. d. BakatBakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh Ngalim Purwanto (2006:28) bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu. B. Faktor Exstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (2005:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat. a. Keadaan Keluarga

16

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto (2005:11) bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. b. Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Kartono (2005:6) mengemukakan bahwa guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional (2003 :10) mengartikan guru adalah pengelola pembelajaran atau disebut pembelajar. Pada faktor ini yang perlu di perhatikan adalah keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran dan

17

memanfaatkan metode. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar c. Lingkungan Masyarakat Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dalam hal ini Kartono (2005:5) berpendapat Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anak pun dapat terpengaruh pula. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa ada yang dipengaruhi oleh diri siswa itu sendiri, di prngaruhi oleh lingkungan, di pengaruhi oleh keluarga dan juga dipengaruhi oleh masyarakat disekitar tempat tinggal siswa. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Lingkungan di dalam interaksi belajar mengajar merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar, dapat berupa lingkungan fisik (kelas, laboratorium, sekolah ) dan lingkungan non fisik (cahaya, ventilasi, suasana belajar, musik latar).

18

Lingkungan yang ada disekitar siswa baik itu di kelas sekolah atau di luar sekolah perlu dioptimalkan pengelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien artinya lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber belajar yang direncanakan atau dimanfaatkan. Sedangkan lingkungan non fisik di fungsikan untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif. Seperti musik yang di gunakan sebagai latar pada saat interaksi belajar mengajar berlangsung di maksud agar suasana belajar menjadi santai, siswa dapat belajar dan siap untuk berkonsentrasi. Selanjutnya Hamalik (2000:139) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah sebagai berikut : 1. Faktor bersumber dari diri sendiri a. Tidak mempunyai tujuan yang jelas b. Kurangnya minat terhadap bahan pelajaran c. Kesehatan terganggu d. Kecakapan dalam mengikuti pelajaran e. Kebiasaan belajar f. Kurangnya penguasaan bahan 2. Faktor yang bersumber dari lingkungan a. Cara memberikan pelajaran b. Kurangnya bacaan c. Kurangnya alat-alat d. Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan e. Penyelenggaraan perkuliahan yang terlalu padat 3. Faktor bersumber dari keluarga a. Masalah kemampuan ekonomi b. Masalah broken home c. Kurangnya control orang tua d. Bertamu dan menerima tamu 4. Faktor bersumber dari masyarakat a. Gangguan dari jenis kelamin b. Bekerja disamping sekolah c. Aktif berorganisasi d. Tidak dapat mengatur waktu rekreasi dan waktu istirahat e. Teman

Gaul

19

Sedangkan menurut Supra Yekti ( 2004 : 6 ), ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya : Faktor Guru, Faktor Siswa, Faktor Kurikulum, Faktor Lingkungan. 2.4 Peran Guru Dalam PembelaJaran Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat kuat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam menbantu perkembangan perserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup yang optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meningal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru,agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan perserta didik secara individual, karena antara satu perserta didik dengan perserta yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin antara kita masih ingat, ketika duduk di kelas I SD, guru-lah yang pertama kali membantu memegan pensil untuk menulis, ia memegang satu demi satu tangan peserta didik dan membantunya untuk dapat memegang pensil dengan benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat

20

penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara dan bangsanya. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai : 1. Orang tua, yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. 2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik. 3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya. 4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. 5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. 6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar. 7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya. 8. Mengembangkan kreativitas. Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para siswa. Dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para siswa mereka memiliki peran dan fungsi yang

21

sangat penting dalam menbentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas. 2.5 Model Pembelajaran Langsung Dalam Model Pembelajaran Langsung, tugas guru adalah membantu siswa untuk menggali dan memperoleh pengetahuan secara prosedural. Misalnya bagaimana mengarahkan siswa untuk membaca, menggaris bawahi hal-hal penting dan kemudian menuangkannya dalam kertas kerja dari suatu sumber belajar, seperti ; buku paket, artikel, brosur atau sumber belajar lainnya. Dapat pula seorang guru memberikan contoh bagaimana tehnik diskusi dan berkomunikasi yang baik, mencontohkan tehnik simulasi, simposium dan lain sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, Selanjutnya Kardi dan Nur (2000: 5), mengatakan bahwa Proses pembelajaran dengan model pengajaran langsung ini diharapkan mampu memberikan pemahaman pengetahuan deklaratif dan prosedural yang dapat meningkatkan keterampilan dasar dan keterampilan akademik siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Kemudian Renny, S ( 2005 : 11) dalam Diklat Implementasi Kurikulum 2004 Bagi Guru Bantu SMP tentang Model-Model Pembelajaran, mengemukakan bahwa pengajaran langsung yang bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi pelaku dan teori belajar sosial, telah dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan deklaratif secara terstruktur dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Tujuan utama pembelajaran langsung

22

adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya, guru dapat menggunakan berbagai media, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebagainya. Model pembelajaran ini lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran yang lebih efektif guna memperluas imformasi materi ajar. Sebelum siswa dapat memperoleh konsep yang bermanfaat, berfikir kritis, memecahkan masalah, menulis secara kreatif, mereka terlebih dahulu harus menguasai keterampilan dan informasi dasar untuk menunjang proses belajar. Menurut Arends (2001:63), Model pembelajaran langsung telah dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran langsung, keterampilan dasar dan pengetahuan tentang sesuatu yang harus dikuasai oleh siswa dapat dicapai dalam waktu yang relatif singkat, karena diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung 2.5.1 Kelebihan model pembelajaran langsung:

23

a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil. c. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan. d. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur. e. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilanketerampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah. f. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa. g. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa. h. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi. i. Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.

24

j. Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari. k. Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. 2.5.2 Kekurangan Model Pembelajaran Langsung a. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa. b. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa. c. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka. d. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.

25

e. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa. f. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif. g. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan. h. Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini. i. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan. j. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.

26

k. Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham. 2.6 Ciri-Ciri Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswam Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik. Menurut Arends dalam Ratumanan (2001:65), ciri-ciri umum model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:

27

1. Adanya tujuan pembelajaran dan hasil belajar, termasuk prosedur penilaian hasil belajar. 2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran. 3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang dipelurkan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.. Dalam melaksanakan pembelajaran langsung pada umumnya guru melakukan perencanaan KBM secara terstruktur, adanya tujuan dan hasil belajar. Pada model pembelajaran langsung terdapat lima tahap yang sangat penting. Tahap pertama, guru mengawali pembelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran khusus. Tahap kedua, guru menginformasikan langkah demi langkah atau mendemontrasikan keterampilan-keterampilan dengan benar. Tahap ketiga, guru membimbing pelatihan awal dengan cara meminta siswa untuk melakukan kegiatan yang sama dengan kegiatan yang telah disampaikan oleh guru pada tahap kedua. Tahap keempat, guru mengamati/memeriksa kegiatan siswa untuk mengetahui apakah siswa telah melakukan dengan benar, sekaligus memberikan umpan balik. Tahap kelima, guru memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Pada setiap model pengajaran memiliki sintaks atau fase-fase pengajaran yang berbeda antara satu model pengajaran dengan model pengajaran yang lain. Model pengajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting, yaitu guru mengawali pengajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta empersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Selanjutnya diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu.

28

Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara secara detail sebagai a. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa 1. MenjelaskanTujuan Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. Guru mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswasiswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis pada papan buletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahaptahap pelajaran itu. 2. Menyiapkan siswa Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan jalan mengulang pokok-pokok pelajaran yang lalu, atau memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa tentang pokok-pokok pelajaran yang lalu. 3. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan berikut:

29

Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. 4. Menyampaikan imformasi dengan jelas Kejelasan informasi atau presentasi yang diberikan guru kepada siswa dapat dicapai melalui perencanaan dan pengorganisasian pembelajaran yang baik. Dalam melakukan presentasi guru harus menganalisis keterampilan yang kompleks menjadi keterampilan yang lebih sederhana dan dipresentasikan dalam langkahlangkah kecil selangkah demi selangkah.

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi/presentasi adalah: (1) kejelasan tujuan dan poin-poin utama, yaitu menfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu waktu tertentu dan menghindari penyimpangan dari pokok bahsan/LKS, (2). presentasi selangkah demi selangkah, (3). prosedur spesifik dan kongkret, yaitu berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam, atau berikan kepada siswa penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin-poin yang sulit; (4). pengecekan untuk pemahaman siswa, yaitu pastikan bahwa siswa memahami satu poin sebelum melanjutkan ke poin berikutnya, ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan, mintalah siswa mengikhtisarkan poin-poin utama dalam bahasan mereka sendiri, dan ajarkan ulang bagian-bagian yang sulit dipahami oleh siswa, dengan penjelasan guru lebih lanjut atau dengan tutorial sesama siswa (Kardi dan Nur,2000:32). 5. Melakukan demontrasi

30

Pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari berasal dari pengamatan terhadap orang lain. Tingkah laku orang lain yang baik maupun yang buruk merupakan acuan siswa, sehingga perlu diingat bahwa belajar melalui pemodelan dapat mengakibatkan terbentuknya tingkah laku yang kurang sesuai atau tidak benar. Oleh karena itu, agar dapat

mendemonstrasikan suatu keterampilan atau konsep dengan berhasil, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untukmenguasaikomponen-komponennya. 6. Menyediakan latihan terbimbing Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan

konsep/keterampilan pada situasi yang baru atau yang penuh tekanan. Beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan adalah seperti berikut (Kardi dan Nur, 2000: 34). 1) Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna.

2) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang yang dipelajari

3) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practiced).

4) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan. 7. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

31

Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadang-kadang disebut resitasi atau umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa. Berikut Kardi dan Nur (2000:38) menyebutkan beberapa pedoman dalam memberikan umpan balik yang efektif dan patut dipertimbangkan oleh guru seperti berikut:. a. b. c. d. e. f. Berikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan. Upayakan agar umpan balik jelas dan pesifik. Konsentrasi pada tingkah laku dan bukan pada maksud. Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar. Apabila memberikan umpan balik yang negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar. g. Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil. h. Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai kinerjanya sendiri. 8. Memberikan kesempatan latihan mandiri Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri. Kardi dan Nur (2000: 43) memberikan tiga panduan umum latihan mandiri yang diberikan sebagai pekerjaan rumah seperti berikut: 1. Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan atau persiapan untuk pembelajaranberikutnya. 2. Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa, tentang tingkat keterlibatanyangdiharapkan. 3. Guru seharusnya memberikan umpan balik tentang pekerjaan rumah tersebut. 2.7 Hasil Penelitian yang Relevan

32

1. Alfi (2003), penelitiannya berjudul Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Dengan Menggunakan Peta Konsep Pada Materi Pesawat Sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari siklus pertama sampai siklus ketiga keinginan siswa untuk memperhatikan penjelasan guru semakin baik dengan persentase sebesar 25,5% sesuai dengan yang direncanakan sebesar 2425%. Aktivitas siswa dalam bertanya juga semakin baik, ini terlihat dari persentase yang diperoleh 8,6% sesuai dengan yang direncanakan sebesar 8-9%. Jadi aktivitas siswa dalam bertanya tidak lagi didominasi oleh anaka-anak pintar saja. Selanjutnya, aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan juga meningkat sebesar 8,9 %. Hal ini menunjukkan bahwa siswa semakin aktif dalam belajar serta aktivitas siswa dalam membuat peta konsep diperoleh 33% sesuai dengan yang direncanakan sebesar 33-34%. Hal ini menunjukkan siswa semakin mengerti cara membuat dan memahami peta konsep. Ketuntasan hasil belajar siswa secara individual 88% tuntas, hanya saja terdapat 2 (dua) siswa yang belum tuntas, sedangkan secara klasikal dari 9 (sembilan) indikator dengan 9 (sembilan) soal, hanya 1 (satu) indikator dengan 1 (satu) soal yang tidak tuntas. Respon siswa terhadap materi yang diajarkan sebesar 100% senang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran langsung dengan menggunakan peta konsep dapat meningkatkan efektifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Nurlaili (2011), Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) melalui Demonstrasi dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran murid kelas V MIN Matangglumpang Dua Pada Materi Pernapasan Pada Manusia. Dari hasil penelitian, ternyata pembelajaran langsung melalui demonstrasi mendapat respon

33

baik dari siswa, hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar murid yang meningkat, dilhat dari persentase skor yang diperoleh murid mencapai 94,2 %, dimana dengan pembelajaran langsung melalui demonstrasi mereka dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan, karena materi yang disampaikan

didemonstrasikan di depan kelas, sehingga murid lebih mudah memahami materi yang sedang diajarkan. Selain itu pembelajaran langsung melalui demonstrasi juga dapat menumbuhkan minat murid untuk lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar, murid nampak lebih bersemangat dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari antusiasnya murid dalam mendemonstrasikan kembali ke depan kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran langsung melalui demonstrasi dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran murid kelas V MIN Matangglumpang Dua Pada Materi Pernapasan Pada Manusia. 3. Nilawati (2010), penelitiannya berjudul Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Dengan Menggunakan Peta Konsep Pada Materi Prinsip dan Motif Ekonomi Kelas VII1 SMP Negeri 1 Kuala Bireuen. Dari hasil penelitian, ternyata pembelajaran langsung dengan menggunakan peta konsep mendapat respon baik dari siswa, hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang meningkat, dilhat dari persentase skor yang siperoleh siswa mencapai 91,4 %, dimana dengan pembelajaran langsung menggunakan peta konsep mereka dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan, karena materi yang disampaikan digambarkan dengan peta konsep, sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang sedang diajarkan. Selain itu pembelajaran langsung dengan menggunakan peta konsep juga dapat menumbuhkan minat siswa untuk

34

lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar, siswa nampak lebih bersemangat dalam belajar, hal ini dapat dilihat dari antusiasnya siswa dalam membuat peta konsep. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran langsung dengan menggunakan peta konsep merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada materi prinsip dan motif ekonomi.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu bersifat deskriptif dan tanpa menggunakan analisis statistik. Data hasil penelitian berupa kata-kata dan

dipaparkan sesuai dengan kejadian yang terjadi di lapangan dan dianalisis secara induksi. Menurut Poerwandari (2008:17) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara , catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, artinya peneliti berpartisipasi secara aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument utama yang merencanakan, merancang, melaksanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan membuat laporan penelitian. 3.2 Kehadiran peneliti dilapangan.

35

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas, maka kehadiran peneliti di tempat penelitian sangat di perlukan sebagai instrumen utama. Peneliti sebagai instrumen utama maksudnya adalah peneliti bertindak sebagai perencana, pemberi tindakan, penganalisis data dan sekaligus pembuat laporan hasil penelitian. Menurut Moleong (2001:109) menyatakan bahwa penelitian kualitatif dapat dibagi kedalam empat tahap yaitu tahap sebelum ke lapangan, pekerja lapangan, analisis data, dan penulisan laporan. 3.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IX semester ganjil di SMP Negeri 3 Peusangan, tahun ajaran 2011/2012. Mengingat masih banyak siswa kelas IX SMP Negeri 3 Peusangan yang belum memahami materi uang dan lembaga keuangan lainnya. 3.4 Sumber Data atau Subjek Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, diperoleh gambaran tentang situasi pembelajaran pada SMP Negeri 3 Peusangan. Adapun Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 3 Peusangan tahun ajaran 2011-2012 semester 1 yang berjumlah 30 orang siswa. Kemudian dari 30 siswa tersebut dipilih 6 siswa sebagai subjek wawancara berdasarkan tes awal. Subjek wawancara adalah 6 orang siswa dengan kriteria 2 orang berkemampuan tinggi, 2 orang berkemampuan sedang, dan 2 orang berkemampuan rendah, keenam siswa tersebut ditentukan berdasarkan tes awal. Di samping wawancara peneliti juga melakukan observasi dan catatan lapangan. Untuk melihat skor keberhasilan siswa dengan melakukan tes awal dan tes akhir. 3.5 Alat Pengumpulan Data

36

Alat pengumpulan data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan untuk melihat pengetahuan awal siswa sebagai dasar memberikan pelajaran sedangkan tes akhir dilaksanakan pada akhir tindakan dengan tujuan untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Sumadi Suryabrata (2005: 14) membuat penggolongan tes berdasarkan atribut psikologis menjadi : (1) tes kepribadian, (2) tes intelegensi, (3) tes potensi intelektual dan (4) tes hasil belajar 2. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap siswa untuk menggali kesulitan siswa dalam mempelajari materi uang dan lembaga keuangan lainnya. Dalam hal ini Winkel (2006), menyatakan bahwa Wawancara adalah suatu alat untuk memperoleh fakta/data informasi yang 3. dari murid secara lisan . Dengan tujuan mendapatkan data untuk bimbingan.

diperlukan Observasi

Dalam pelaksanaan observasi, peneliti di Bantu oleh 2 orang guru pengamat yang merupakan guru bidang studi ekonomi di sekolah tersebut. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan keaktifan siswa selama pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Nawawi (2000:70) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.

37

3.6 Teknik Analisis Data Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian kualitatif, maka data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus selama proses dan setelah pengumpulan data. Moleong (2001:18) menyatakan bahwa proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, hasil observasi, hasil catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, foto dan sebagainya. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis data kualitatif yaitu dengan mereduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data. 3.7 Pengecekan keabsahan Data Untuk memperoleh keabsahan data, perlu dilakukan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memamfaatkan sesuatu yang lahir dari luar data. Adapun cara yang ditempuh dalam rangka pengecekan keabsahan data adalah dengan jalan membandingkan data hasil pekerjaan siswa dengan hasil observasi. 3.8 Tahap-Tahap Penelitian: Adapun beberapa tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka melaksanakan pembelajaran berdasarkan masalah pada pokok bahasan perdagangan internasional di kelas IX1 SMP Negeri 3 Peusangan. Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

38

A. Siklus 1 a. Tahap Perencanaan Sebelum pelaksanaan tindakan, perlu diterangkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan tersebut, meliputi: a. Menentukan jenis dan bentuk tindakan yang dilakukan. b. Menyusun rencana pembelajaran (RPP) dan LKS. c. Menyusun instrumen penelitian. d. Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang akan digunakan oleh peneliti pada saat pelaksanaan pembelajaran. e. Membuat pedoman wawancara. b. Tahap Pelaksanaan a. Menyusun desain tindakan, meliputi penyusunan program/rencana awal tindakan yang akan dilaksanakan, antara lain pembuatan scenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini,

menyiapkan media pembelajaran, mengadakan pelatihan merekam data observasi dan menganalisis data serta melakukan simulasi tindakan. b. Pelaksanaan tindakan pada dasarnya mengimplementasikan desain tindakan yang telah disusun dalam perencanaan awal sesuai dengan scenario pembelajaran c. Tahap Obsevasi Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh dua orang guru pengamat yang merupakan guru bidang studi ekonomi di sekolah tersebut. Kegiatan observasi ini

39

bertujuan untuk mengamati aktivitas guru dan keaktifan siswa selama pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung.

d. Tahap Refleksi Pelaksanaan refleksi bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksaan tindakan dalam siklus perlu diulang atau tidak. Akan tetapi jika perlu diulang, maka peneliti harus menyusun perencanaan kembali berdasarkan refleksi sampai benar-benar siswa telah mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Semua yang berhubungan dengan penelitian ini baik itu hasil tes awal, tes akhir dan hasil wawancara di deskripsikan berdasarkan hasil deskripsi maka dilakukan refleksi. Apakah siswa telah memahami dengan baik materi yang ada dalam satu tindakan. KKM ( kriteria ketuntasan minimal ) adalah 60, yang diperoleh dari guru bidang studi ekonomi kelas IX1 SMP Negeri 3 Peusangan. Hasil refleksi suatu tindakan akan berhasil jika diperoleh hasil tes akhir setiap tindakan 80% siswa mendapat nilai 60, dan proses pembelajaran telah diperoleh skor 80%. Jika kedua hal tersebut telah tercapai maka kegiatan pembelajaran telah berhasil, dan jika belum tercapai maka tindakan tersebut akan diulangi. B. Siklus 11 a. Tahap Perencanaan, meliputi: Sebelum pelaksanaan tindakan, perlu diterangkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan tersebut, meliputi: a. Menentukan jenis dan bentuk tindakan yang dilakukan. b. Menyusun rencana pembelajaran (RPP) dan LKS.

40

c. Menyusun instrumen penelitian. d. Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang akan digunakan oleh peneliti pada saat pelaksanaan pembelajaran. e. Membuat pedoman wawancara. b. Tahap Pelaksanaan, meliputi: a. Menyusun desain tindakan, meliputi penyusunan program/rencana awal tindakan yang akan dilaksanakan, antara lain pembuatan scenario pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini, menyiapkan media pembelajaran, mengadakan pelatihan merekam data observasi dan menganalisis data serta melakukan simulasi tindakan. b. Pelaksanaan tindakan pada dasarnya mengimplementasikan desain tindakan yang telah disusun dalam perencanaan awal sesuai dengan scenario pembelajaran c. Tahap Obsevasi Pelaksanaan kegiatan Observasi dalam penelitian ini dibantu oleh dua orang guru pengamat yang merupakan guru bidang studi ekonomi di sekolah tersebut. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengamati aktivitas guru dan keaktifan siswa selama pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung. d. Refleksi Pelaksanaan refleksi bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksaan tindakan dalam siklus perlu diulang atau tidak. Akan tetapi jika perlu diulang, maka peneliti harus menyusun perencanaan kembali berdasarkan refleksi sampai benar-benar siswa telah mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

41

Semua yang berhubungan dengan penelitian ini baik itu hasil tes awal, tes akhir dan hasil wawancara di deskripsikan berdasarkan hasil deskripsi maka dilakukan refleksi. Apakah siswa telah memahami dengan baik materi yang ada dalam satu tindakan. KKM ( kriteria ketuntasan minimal ) adalah 60, yang diperoleh dari guru bidang studi ekonomi kelas IX1 SMP Negeri 3 Peusangan. Hasil refleksi suatu tindakan akan berhasil jika diperoleh hasil tes akhir setiap tindakan 80% siswa mendapat nilai 60, dan proses pembelajaran telah diperoleh skor 80%. Jika kedua hal tersebut telah tercapai maka kegiatan pembelajaran telah berhasil, dan jika belum tercapai maka tindakan tersebut akan diulangi.

42

BAB IV HASIL-HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Kegiatan pertama sebelum tindakan adalah observasi ke sekolah tempat penelitian dalam rangka melakukan pertemuan dengan kepala sekolah. Pada tanggal 28 Januari 2012 peneliti hadir ke sekolah SMP Negeri 3 Peusangan untuk meminta izin melakukan penelitian di sekolah tersebut, kepala sekolah menyambut baik keinginan peneliti dan memberi izin untuk melakukan penelitian pada sekolah yang dipimpinnya. Selanjutnya kepala sekolah menyerahkan sepenuhnya pada guru ekonomi yang mengajar di kelas IX2 untuk membicarakan rencana yang akan di laksanakan

berdasarkan kesepakatan dengan guru ekonomi di kelas IX2 karena kelas tersebut kurang memahami materi uang dan lembaga keuangan lainnya. Pelaksanaan tes awal di lakukan pada hari rabu tanggal 1 Febuari 2012 yang waktunya disesuaikan dengan jadwal pelajaran ekonomi. Materi tes awal adalah uang dan lembaga keuangan lainnya yang diberikan dalam bentuk esey yang terdiri dari 5 soal dengan alokasi waktu 45 menit. Tes awal tersebut diikuti oleh 32 siswa kelas IX2. Pelaksanaan tes awal dilakukan di bawah pengawasan peneliti, teman sejawat dan guru bidang studi ekonomi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang objektif dari siswa sebagai subjek penelitian. Pemberian tes awal dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang uang dan lembaga keuangan lainnya .

4.1.1 Siklus Pertama

43

Setelah semua rencana penelitian dipersiapkan, peneliti (sebagai guru) melaksanakan tindakan di kelas, yang diamati oleh dua orang pengamat. Pada siklus pertama ini, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan pokok bahasan uang dan lembaga keuangan lainnya. Rencana tindakan itu diterapkan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Pada setiap tatap muka guru mempersiapkan rencana pembelajaran (RP), soal-soal ulangan (pre-test dan post-tes), serta instrumen penelitian lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran langsung (direct instruction) Persiapan ini semuanya disesuaikan dengan permasalahan dan materi yang akan disajikan. Langkah-langkah dalam perencanaan pada siklus pertama yaitu : 1. Guru memberikan pre-test kepada siswa (10 menit) 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada hari tersebut dan menjelaskan secara singkat tujuan penerapan pembelajaran langsung (direct instruction) yang akan dilaksanakan. Selanjutnya guru menjelaskan atau memberikan informasi tentang materi uang dan lembaga keuangan lainnya dan mendemonstrasikan keterampilan sesuai dengan indikator yang telah disusun pada RPP pertemuan 1. 3. Guru memberikan latihan terbimbing kepada siswa. Pada saat siswa membuat latihan, guru memantau siswa-siswa yang kurang aktif serta memberikan bimbingan agar semua siswa aktif dan memperoleh pemahaman.

44

4. Setelah tugas selesai dikerjakan, guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberikan umpan balik berupa pertanyaan mengenai materi serta membimbing siswa dalam membuat kesimpulan. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan lanjutan di rumah dengan menyuruh siswa mempelajari kembali materi yang telah dipelajari. 5. Di akhir pembelajaran guru mengadakan penilaian dengan memberikan posttest guna mengukur pengetahuan siswa dengan menggunakan soal yang telah disusun oleh guru dan sesuai dengan rencana pembelajaran. 6. Selanjutnya guru bersama dua orang pengamat akan melakukan refleksi tentang apa yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa. Apa yang dialami ketika proses pembelajaran berlangsung, serta bagaimana dampak dari tindakan yang telah diterapkan guru terhadap suasana dan hasil belajar siswa. Dari hasil refleksi tersebut, guru akan menyusun langkah-langkah tindakan selanjutnya atau untuk siklus berikutnya. b. Tindakan (Action) Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan, maka guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan rencana persentase aktivitas guru dan siswa dengan alokasi waktu 2x45 menit. Tindakan siklus pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 2 Febuari 2012 pada jam ketiga dan keempat pukul 09.05 sampai dengan 10.25 wib.

45

Rencana persentase aktivitas guru dan siswa selama siklus pertama untuk tiaptiap aktivitas guru dan siswa disusun berdasarkan RPP pertemuan 1 dan sesuai dengan pembagian waktu untuk masing-masing tahap pembelajaran. c. Pengamatan (Observation) Pada siklus pertama guru melaksanakan pembelajaran selama 2x45 menit di kelas IX2 SMP Negeri 3 Peusangan yang diamati oleh dua orang pengamat. Pengamatan dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun komponen-komponen yang diamati pada siklus pertama yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran langsung dan efektifitas pembelajaran siswa. Instrumen yang digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa serta soal tes siklus pertama. d. Analisis/refleksi 1. Aktivitas guru Aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diukur dengan menggunakan pembelajaran langsung yang diamati oleh 2 orang pengamat. Adapun hasil observasi terhadap aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar secara ringkas terdapat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran Pada Siklus Pertama Pase I II III Memotifasi Siswa Menjelaskan cakupan tentang materi Menjelaskan tujuan pembelajaran Indikator Pengamat I 5 5 4 Pengamat II 4 4 5

46

IV V VI VII VIII IX

Menjelaskan materi Membaca/mencermati materi yang diajarkan Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan Menyimpulkan hasil pembelajaran Mengerjakan soal evaluasi Jumlah

5 4 5 4 4 5 41

3 3 4 4 4 5 36

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, hasil observasi yang dilakukan pengamat I terhadap aktivitas guru diperoleh jumlah skor 41, Skor maksimal 45. Dengan demikian

persentase skor adalah

41 x100% = 91 %. Observasi yang dilakukan oleh pengamat II 45

diperoleh jumlah skor 36 skor maksimal 45, dengan demikian persentase skor adalah

36 x100% = 80% , Berarti taraf keberhasilan kegiatan guru berdasarkan observasi 45 pengamat I dan pengamat II termasuk dalam kategori baik 2. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar berlangsung diukur dengan menggunakan lembar pengamatan siswa dalam model pembelajaran langsung yang diamati oleh 2 orang pengamat. Adapun hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar secara ringkas terdapat pada tabel 4.2 berikut:

47

Tabel 4.2 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Kegiatan siswa Dalam Pembelajaran Pada Siklus Pertama Pase I II III IV V VI VII VIII IX Indikator Mendengarkan Pemovasian Menyimak cakupan tentang materi yang disampaikan Memperhatikan tujuan pembelajaran Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Membaca/mencermati materi yang diajarkan Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan Menyimpulkan hasil pembelajaran Mengerjakan tes akhir tindakan Jumlah 4 5 4 5 3 3 4 37 4 4 3 4 4 4 5 36 Pengamat I 5 4 Pengamat II 4 4

Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan siswa yang dilakukan oleh pengamat I diperoleh skor 37, skor maksimal 45. Dengan demikian skor persentase

adalah

37 x100% = 82% , sedangkan observasi yang dilakukan oleh pengamat II 45

diperoleh skor 36, dengan demikian skor persentase (SP)=

36 x100% = 80% 45

Berarti taraf keberhasilan kegiatan siswa berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian pembelajaran sudah berlangsung seperti yang direncanakan. 3. Hasil belajar siklus pertama

48

Analisis hasil belajar pada siklus pertama dengan menggunakan model pembelajaran langsung, hasil diukur dengan menggunakan lembar soal esey dengan jumlah 5 soal. Tes ini diikuti oleh 32 orang siswa yang diamati oleh dua orang pengamat. Adapun hasil belajar siswa pada siklus pertama terdapat pada lampiran sedangkan hasil belajar siswa secara ringkas terdapat pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus Pertama No 1 2 Prestasi Belajar Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Jumlah 24 8 32 Persentase 75% 25% 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa siswa yang tuntas sebanyak 75%, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 25%. Dengan demikian 75% siswa sudah mengalami ketuntasan dalam belajar sedangkan 25% masih belum tuntas dan perlu diberikan remedial. Berdasarkan kriteria keberhasilan jika 85% siswa mendapat skor 65 maka proses pembelajaran pada siklus pertama belum tuntas dengan persentase 75%. 4.1.2 Siklus Kedua Berdasarkan refleksi yang ada pada siklus pertama, maka guru bersama pengamat menetapkan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama perlu perbaikan pada siklus kedua agar pembelajaran berlangsung secara optimal. a. Perencanaan (Planning)

49

Pada siklus kedua ini akan dilakukan sama dengan yang direncanakan pada siklus sebelumnya, yaitu bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa. Rencana yang disusun berupa: 1. Guru memberikan pre-test kepada siswa (10 menit) 2. Guru menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu RPP pertemuan kedua dan

instrumen aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran langsung (direct instruction). 3. 4. 5. Guru menerapkan model pembelajaran langsung (direct instruction) Membimbing dan melatih siswa dalam membuat latihan Menyusun evaluasi proses pembelajaran berupa post-test kedua.

indakan (Action) Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan, maka guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan rencana persentase aktivitas guru dan siswa dengan alokasi waktu 2x45 menit. Tindakan siklus kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 4 Febuari 2012 pada jam pertama dan kedua pukul 07.45 wib sampai dengan 09.05 wib. Rencana persentase aktivitas guru dan siswa selama siklus kedua untuk tiaptiap aktivitas guru dan siswa disusun berdasarkan RPP pertemuan kedua dan sesuai dengan pembagian waktu untuk masing-masing tahap pembelajaran. c. Pengamatan (Observation) Pada siklus kedua guru melaksanakan pembelajaran selama 2x45 menit di kelas IX2 SMP Negeri 3 Peusangan yang diamati oleh dua orang pengamat.

50

Pengamatan dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun komponen-komponen yang diamati pada siklus kedua yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran langsung dan efektifitas pembelajaran siswa. d. Refleksi dan Tindak Lanjut Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan pengamat selama tatap muka pada siklus kedua telah terlihat ada pengaruh tindakan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengaruh dari tindakan yang diberikan guru dapat ditinjau dari aktivitas guru maupun siswa, antara lain: 1. Aktivitas guru Aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diukur dengan menggunakan pembelajaran langsung yang diamati oleh 2 orang pengamat. Adapun hasil observasi terhadap aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar secara ringkas terdapat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran Pada Siklus Kedua Pase Indikator Pengamat I Pengamat II

51

I II III IV V VI VII VIII IX

Memotivasi Siswa Memberikan cakupan tentang materi yang disampaikan Menjelaskan tujuan pembelajaran Menjelaskan materi Membaca/mencemati materi yang diajarkan Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan Menyimpulkan hasil pembelajaran

5 4 5 5 4 5 5 4

4 5 4 5 4 4 5 5

Mengerjakan soal evaluasi 5 5 Jumlah 42 41 Berdasarkan tabel 4.4 diatas, hasil observasi yang dilakukan pengamat I

terhadap aktivitas guru diperoleh jumlah skor 42, Skor maksimal 45. Dengan demikian persentase skor adalah 42 x100% = 93% . Observasi yang dilakukan oleh pengamat II 45

diperoleh jumlah skor 41, skor maksimal 45, dengan demikian persentase skor adalah 41 x100% = 91% , Berarti taraf keberhasilan kegiatan guru berdasarkan observasi 45 pengamat I dan pengamat II termasuk dalam kategori sangat baik. 2. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar berlangsung diukur dengan menggunakan lembar pengamatan siswa dalam model pembelajaran langsung yang diamati oleh 2 orang pengamat. Adapun hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar secara ringkas terdapat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Kegiatan siswa Dalam Pembelajaran Pada Siklus Kedua Pase Indikator Pengamat Pengamat I II

52

I II III IV V VI VII VIII IX

Mendengarkan Pemovasian Menyimak disampaikan Memperhatikan tujuan pembelajaran Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Membaca/mencermati materi yang diajarkan Mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan Menyimpulkan hasil pembelajaran Mengerjakan soal evaluasi cakupan tentang materi yang

5 5 4 4 3 4 5 4 5

4 4 4 3 4 3 4 3 5

Jumlah 39 34 Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan siswa yang dilakukan oleh pengamat I diperoleh skor 38, skor maksimal 45. Dengan demikian skor persentase

(SP)=

39 x100% = 87% , sedangkan observasi yang dilakukan oleh pengamat II 45

diperoleh skor 34, dengan demikian skor persentase (SP)=

34 x100% = 76% 45

Berarti taraf keberhasilan kegiatan siswa berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian pembelajaran sudah berlangsung seperti yang direncanakan. 3. Hasil belajar siklus Kedua Analisis hasil belajar pada siklus pertama dengan menggunakan model pembelajaran langsung, hasil diukur dengan menggunakan lembar soal esey dengan jumlah 5 soal. Tes ini diikuti oleh 32 orang siswa yang diamati oleh dua orang

53

pengamat. Adapun hasil belajar siswa pada siklus pertama terdapat pada lampiran sedangkan hasil belajar siswa secara ringkas terdapat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Siklus kedua No 1 2 Prestasi Belajar Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Jumlah 30 2 32 Persentase 94% 6% 100%

Berdasarkan tabel 4.6 diatas terlihat bahwa siswa yang tuntas sebanyak 94%, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6%. Dengan demikian 94% siswa sudah mengalami ketuntasan dalam belajar sedangkan 6% masih belum tuntas dan perlu diberikan remedial. Berdasarkan kriteria keberhasilan jika 85% siswa mendapat skor 65 maka proses pembelajaran pada siklus kedua telah tuntas dengan persentase 94%. 4.2 Pembahasan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian pada pelaksanaan tindakan, observasi, wawancara dan catatan lapangan, ternyata pembelajaran langsung dengan mendapat respon baik dari siswa, hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang meningkat, dilhat dari persentase skor yang siperoleh siswa mencapai 94% dimana dengan pembelajaran langsung mereka dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Selain itu pembelajaran langsung juga dapat menumbuhkan minat siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar, siswa nampak lebih bersemangat dalam belajar Pembelajaran langsung memberikan dampak positif bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, karena dengan pembelajaran ini siswa lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajari. Pembelajaran langsung lebih tertuju pada sesuatu yang

54

nyata, dimana peran aktif guru dalam pembelajaran ini sangat mendukung upaya pembelajaran yang baik. Komunikasi yang terjadi antar guru lebih leluasa dan siswa pun lebih mudah dan aktif dalam bertanya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa cara berfikir siswa sudah semakin kreatif, dengan berkembangnya kemampuan berfikir siswa kearah yang lebih kritis, telah terjadi peningkatan pemahaman siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran langsung merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada materi uang dan lembaga keuangan lainnya. Jadi dengan pembelajaran langsung dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi uang dan lembaga keuangan lainnya.

55

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran langsung, ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh siswa mencapai 94%, berarti dengan pembelajaran langsung siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan 2. Aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar telah mencerminkan keterlaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) pada SMP Negeri 3 Peusangan dalam pokok bahasan uang dan lembaga keuangan lainnya. 3. Respon siswa kelas IX2 SMP Negeri 3 Peusangan terhadap perangkat dan model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah bersifat positif. 5.2 Saran-Saran 1. Guru- guru ekonomi jika ingin menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) dalam kegiatan belajar mengajar agar menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan prosedur yang ada pada pembelajaran tersebut agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar efektif.

56

2. Bagi guru-guru ekonomi dapat dijadikan pedoman dalam menerapkan model pembelajaran langsung.

57