BAB I Laporan Puskesmas

154
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Belajar Lapangan (PBL) periode I yang dilaksanakan oleh Kelompok PBL 1 di Puskesmas Mijen I merupakan pembelajaran lapangan yang wajib dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang pada Blok 6 Semester II. PBL ini termasuk dalam disiplin Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM), pada dasarnya pembelajaran ini berisi kegiatan belajar lapangan di Puskesmas dan wilayah kerjanya yang dirancang untuk memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa tentang manajemen upaya dan program di Puskesmas. Pada penyelenggaraannya, mahasiswa yang melaksanakan PBL akan dibimbing oleh 2 orang pembimbing, yaitu Pembimbing Akademik dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang dan Pembimbing Lapangan dari Puskesmas Mijen I. Pembimbing bertugas memberikan bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan pengamatan dan penyusunan laporan. Pembimbing melakukan penilaian terhadap kegiatan PBL mahasiswa di Puskesmas Mijen I, selain 1

description

good

Transcript of BAB I Laporan Puskesmas

Page 1: BAB I Laporan Puskesmas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik Belajar Lapangan (PBL) periode I yang dilaksanakan oleh

Kelompok PBL 1 di Puskesmas Mijen I merupakan pembelajaran lapangan

yang wajib dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Sarjana Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang pada Blok 6 Semester II.

PBL ini termasuk dalam disiplin Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM), pada

dasarnya pembelajaran ini berisi kegiatan belajar lapangan di Puskesmas dan

wilayah kerjanya yang dirancang untuk memberikan pengalaman praktis

kepada mahasiswa tentang manajemen upaya dan program di Puskesmas.

Pada penyelenggaraannya, mahasiswa yang melaksanakan PBL akan

dibimbing oleh 2 orang pembimbing, yaitu Pembimbing Akademik dari

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang dan Pembimbing

Lapangan dari Puskesmas Mijen I. Pembimbing bertugas memberikan

bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan pengamatan dan penyusunan

laporan. Pembimbing melakukan penilaian terhadap kegiatan PBL mahasiswa

di Puskesmas Mijen I, selain itu, pembimbing berhak memberikan sanksi

terhadap pelanggaran yang dilakukan mahasiswa terhadap peraturan dan tata

tertib akademik yang berlaku di Puskesmas yang bersangkutan.

Mahasiswa didorong untuk bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

PBL dan dalam kemampuan belajarnya baik sendiri maupun berkelompok,

menganalisis, serta menimbang setiap pengalaman agar memiliki wawasan

berpikir yang luas.

Pada akhir kegiatan setiap kelompok mahasiswa diwajibkan

menyusun laporan kegiatan dan mempresentasikannya.

1

Page 2: BAB I Laporan Puskesmas

2

B. Tujuan Praktik Belajar Lapangan

1. Tujuan Umum

Pada akhir kegiatan diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan

manajemen upaya kesehatan di Puskesmas Mijen I, melalui kegiatan

yang telah dilaksanakan sesuai dengan kenyataan yang ada di Puskesmas.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh pengalaman sehingga dapat menjelaskan konsep public

health dan manajemen upaya kesehatan yang ada di Puskesmas Mijen

I.

b. Mengetahui kegiatan pokok di Puskesmas Mijen I.

c. Membina dan miningkatkan kerjasama antara Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Semarang dengan Puskesmas Mijen I.

C. Manfaat Praktik Belajar Lapangan

a. Mahasiswa dapat melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan di Puskesmas Mijen I.

b. Membina dan meningkatkan kerjasama antara Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Semarang dengan Puskesmas Mijen I, tempat

mahasiswa melaksanakan kegiatan.

c. Memahami dan mengerti manajemen yang ada di Puskesmas Mijen I.

d. Membandingkan antara teori dengan praktik yang ada di lapangan.

D. Ruang Lingkup

Di dalam kegiatan PBL yang dilaksanakan di Puskesmas Mijen I,

mahasiswa sebatas melakukan observasi mengenai manajemen yang

berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Puskesmas Mijen I, mencakup

Upaya Kesehatan Wajib yang terdiri dari Upaya Promosi Kesehatan, Upaya

Kesehatan Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga

2

Page 3: BAB I Laporan Puskesmas

3

Berencana, Upaya Perbaikan Gizi, Upaya Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit Menular, dan Upaya Pengobatan.

3

Page 4: BAB I Laporan Puskesmas

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Puskesmas

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja.1

Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Puskesmas merupakan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) strata pertama yang mendayagunakan

ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan pada

masyarakat. Puskesmas didukung secara lintas sektor dan didirikan sekurang-

kurangnya satu di setiap kecamatan. Puskesmas bertanggung jawab di

wilayah kerjanya.2

Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas

pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.3

B. Visi

Tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.

Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa

depan yang ingin dicapai. Melalui pembangunan kesehatan. Indikator

Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:

1. Lingkungan sehat

2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

4

Page 5: BAB I Laporan Puskesmas

5

C. Misi

Mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.

Misi Puskesmas:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya

D. Kedudukan

1. Sistem Kesehatan Nasional

Sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota

Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan.

3. Sistem Pemerintahan Daerah

Unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan

unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di

tingkat kecamatan.

4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama:

a. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan

strata pertama ini adalah sebagai mitra. Contoh dengan klinik dokter

umum dan dokter gigi.

5

Page 6: BAB I Laporan Puskesmas

6

b. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan

berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.

Contoh Posyandu dan Polindes.

E. Organisasi

1. Kepala Puskesmas

2. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas

dalam pengelolaan:

a. Data dan Informasi

b. Perencanaan dan Penilaian

c. Keuangan

d. Umum dan Kepegawaian

3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:

a. Upaya Kesehatan Masyarakat, terrnasuk pembinaan terhadap UKBM

b. Upaya Kesehatan Perorangan

4. Jaringan pelayanan Puskesmas:

a. Unit Puskesmas Pembantu

b. Unit Puskesmas Keliling

c. Unit Bidan di Desa/Komunitas

F. Kriteria Personalia

1. Tugas dan tanggungjawab masing-masing unit Puskesmas.

2. Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus

seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya

mencakup kesehatan masyarakat.

Eselon Kepala Puskesmas

1. Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di

tingkat Kecamatan.

2. Besarnya peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan di tingkat kecamatan maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat

dengan eselon III-B.

6

Page 7: BAB I Laporan Puskesmas

7

3. Kriteria Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan

yang kurikulum pendidikannya mencakup bidang kesehatan masyarakat,

dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

G. Upaya Penyelenggaraan

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara

terpadu.

Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari

setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas,

baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan

1. Upaya kesehatan wajib

Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,

regional dan global serta mempunyai banyak daya ungkit tinggi untuk

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, upaya ini diselenggarakan oleh

Puskesmas. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan

yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan

Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya

kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada antara lain :

i. Upaya kesehatan sekolah

ii. Upaya kesehatan olah raga

7

Page 8: BAB I Laporan Puskesmas

8

iii. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

iv. Upaya kesehatan kerja

v. Upaya kesehatan gigi mulut

vi. Upaya kesehatan jiwa

vii. Upaya kesehatan mata

viii. Upaya kesehatan usia lanjut

ix. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

H. Azas Penyelenggaraan Puskesmas

1. Azas Pertanggungjawaban wilayah

Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah

pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggung jawab

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah

kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antar

lain:

a. Menggerakan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan

masyarakat

c. Membina setiap upaya kesehatan

d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)

2. Azas Pemberdayaan Masyarakat

Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga

dan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya

Puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui

pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP).

3. Azas Keterpaduan

Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil

yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan

secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan.

8

Page 9: BAB I Laporan Puskesmas

9

Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni:

a. Keterpaduan Lintas program

b. Keterpaduan Lintas Sektor

4. Azas Rujukan

Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau

masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara

vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana

pelayanan kesehatan lainnya, maupun antar strata sarana pelayanan kesehatan

yang sama.

Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh

puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:

a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan

b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat

I. Manajemen Puskesmas

Manajemen Puskesmas terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban

1. Perencanaan

a. Identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta

fasilitas pelayanan kesehatan tentang cakupan dan mutu pelayanan,

b. Identifikasi potensi sumber daya masyarakat dan provider

c. Menetapkan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan masalah.

Hasil perencanaan (RUK) dibahas dengan BPP -> alokasi dana -> RPK

-> dengan bantuan instrumen PTP

9

Page 10: BAB I Laporan Puskesmas

10

Perencanaan Upaya kesehatan Pembangunan

Dengan dua cara metode pengumpulan data :

a. Survei mawas diri : menggunakan data primer. Survei langsung

dilapangan.

b. Delbecq technique : kesepakatan sekelompok orang.

2. Penggerakan / Pelaksanakan

a. Lokakarya mini bulanan adalah alat untuk penggerakan pelaksanaan

kegiatan bulanan dan juga monitoring bulanan kegiatan Puskesmas

dengan melibatkan lintas program intern Puskesmas.

b. Lokakarya mini tribulanan dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan

dan monitoring kegiatan Puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral,

Badan Penyantun Puskesmas atau badan sejenis dan mitra yang lain

Puskesmas sebagai wujud tanggung jawab Puskesmas perihal kegiatan.

3. Pengawasan, Penilaian dan Pertanggungjawaban

a. Pengawasan

Pengawasan internal pengawasan eksternal.

b. Penilaian

Dilakukan di akhir tahun anggaran sumber berasar dari :

i. data primer dari SIMPUS

ii. data sekunder dari pemantauan bulanan dan triwulanan

c. Pertanggungjawaban

Kepala Puskesmas – membuat laporan – Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota termasuk BPP

10

Page 11: BAB I Laporan Puskesmas

11

J. Peran Puskesmas

Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai

peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki

kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan.

K. Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan

keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam

menentukan wilayah kerja Puskesmas. Sasaran penduduk yang dilayani oleh

sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas.

Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas

perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang

disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota

besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas

bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota Kecamatan dengan jumlah

penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “ Puskesmas Pembina” yang

berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga

mempunyai fungsi koordinasi.

L. Pelayanan Kesehatan Puskesmas

1. Pelayanan kesehatan menyeluruh

Pelayanan Kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan

kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan:

a. Kuratif (pengobatan)

b. Preventif (upaya pencegahan)

c. Promotif (peningkatan kesehatan)

11

Page 12: BAB I Laporan Puskesmas

12

d. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak

membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam

kandungan sampai tutup usia.

2. Pelayanan Kesehatan Integratif

Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di Kecamatan meliputi

Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene

Sanitasi Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular, dan lain-lain.

Usaha-usaha tersebut masih bekerja sendiri-sendiri dan melaporkan secara

langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II. Dengan adanya sistem

pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat yakni

Puskesmas, maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan

bersama di bawah satu koordinasi dan satu pimpinan.

M. Susunan Organisasi Puskesmas

Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari:

1. Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas

2. Unsur Pembantu Pimpinan : Urusan Tata Usaha

3. Unsur Pelaksana :

a. Unit yang terdiri dari tenaga/pegawai dalam jabatan fungsional

b. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas tiap

daerah

c. Unit terdiri dari: unit I, II, III, IV, V, VI dan VII

N. Ringkasan Uraian Tugas

1. Kepala Puskesmas

Mempunyai tugas pokok dan fungsi: memimpin, mengawasi dan

mengkoordinir kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan

struktural dan jabatan fungsional.

12

Page 13: BAB I Laporan Puskesmas

13

2. Kepala Urusan Tata Usaha

Mempunyai tugas pokok dan fungsi: di bidang kepegawaian, keuangan,

perlengkapan dan surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan.

3. Unit I:

Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan

Kesejahteraan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana dan Perbaikan Gizi.

4. Unit II:

Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan pencegahan

dan pemberantasan penyakit, khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan

dan laboratorium.

5. Unit III:

Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan Kesehatan

Gigi dan Mulut, Kesehatan tenaga Kerja dan Lansia (lanjut usia).

6. Unit IV:

Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan Perawatan

Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Sekolah dan Olah Raga, Kesehatan

Jiwa, Kesehatan Mata dan kesehatan khusus lainnya.

7. Unit V:

Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan di bidang

pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan masyarakat dan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

8. Unit VI:

Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan kegiatan pengobatan

Rawat Jalan dan Rawat Inap (Puskesmas Perawatan).

9. Unit VII:

Mempunyai tugas pokok dan fungsi: melaksanakan pengelolaan Farmasi.

13

Page 14: BAB I Laporan Puskesmas

14

O. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas1

1. Upaya Promosi kesehatan

2. Upaya kesehatan lingkungan

3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

4. Upaya perbaikan gizi masyarakat

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

6. Upaya Pengobatan

1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN

Dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dijelaskan bahwa

promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui proses pembelajaran diri dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial

budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan

kesehatan.4 Saat ini, perilaku masyarakat merupakan faktor utama yang

menyebabkan masalah kesehatan. Dalam mengantisipasi perilaku

masyarakat yang belum menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS), peran promosi kesehatan sangatlah penting.

Menurut Depkes RI (2007), promosi kesehatan di Puskesmas

adalah upaya Puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat

untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu,

keluarga serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya

kesehatan bersumber masyarakat. Secara operasional, upaya promosi

kesehatan di Puskesmas dilakukan agar masyarakat mampu ber Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai bentuk pemecahan masalah-

masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi mengancam

secara mandiri. Oleh karena itu, keberadaan Puskesmas dapat

diumpamakan sebagai agen perubahan di masyarakat sehingga masyarakat

14

Page 15: BAB I Laporan Puskesmas

15

lebih berdaya dan timbul gerakan-gerakan upaya kesehatan yang

bersumber dari masyarakat.5

2. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

a. Definisi Kesehatan Lingkungan

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan

lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara

manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari

manusia. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan

Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang

mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia

dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup

manusia yang sehat dan bahagia.6

b. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup

kesehatan lingkungan, yaitu6 :

a. Penyediaan Air Minum

b. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

c. Pembuangan Sampah Padat

d. Pengendalian Vektor

e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

f. Higiene makanan, termasuk higiene susu

g. Pengendalian pencemaran udara

h. Pengendalian radiasi

i. Kesehatan kerja

j. Pengendalian kebisingan

k. Perumahan dan pemukiman

l. Aspek kesling dan transportasi udara

m. Perencanaan daerah dan perkotaan

n. Pencegahan kecelakaan

o. Rekreasi umum dan pariwisata

15

Page 16: BAB I Laporan Puskesmas

16

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

q. epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk

r. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam :

Lima Upaya dasar Kesehatan Lingkungan

i. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB)

ii. Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Pemeriksaan Rumah)

iii. Penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU)

iv. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)

v. Klinik sanitasi dan Pemeriksaan Jentik Nyamuk

3. UPAYA KESEHATAN IBU, ANAK, DAN KB

Pengertian

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang

kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu

bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.

Pemberdayaan masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi

masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam

upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait

kehamilan dan persalinan.

Tujuan

i. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan

perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya

dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya

pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma, penyelenggaraan

Posyandu dan sebagainya.

16

Page 17: BAB I Laporan Puskesmas

17

ii. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak

prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa

Wisma, Posyandu dan Karang Balita, serta di sekolah TK.

iii. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak

balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.

iv. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.

v. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat,

keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah

kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui

peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

Kegiatan

i. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi,

anak balita dan anak prasekolah.

ii. Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.

iii. Pemantauan tumbuh kembang balita.

iv. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG,

DPT 3 kali, Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi.

v. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam

mencapai tujuan program KIA.

vi. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah

untuk macam-macam penyakit ringan.

vii. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang

memerlukan pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong

oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)

viii. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan

para dukun bayi serta kader-kader kesehatan

17

Page 18: BAB I Laporan Puskesmas

18

Sebelas Indikator Dasar Pelayanan KIA

Puskesmas melalui pelayanan kesehatan di dalam dan luar

gedung, melakukan seluruh program kesehatan Ibu dan Anak

secara menyeluruh, dengan memperhatikan beberapa indikator

cakupan program KIA yang terpadu dengan beberapa kegiatan

lainnya seperti program gizi, imunisasi dan upaya kesehatan

sekolah (UKS).

a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) : 95%

b. Cakupan Komplikasi Kebidanan : 80 %

c. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan : 90%

d. Cakupan Pelayanan Nifas : 90%

e. Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi : 80%

f. Cakupan Kunjungan Bayi : 90 %

g. Cakupan Imunisasi Bayi (Universal Child Immunization): 100

%

h. Cakupan Pelayanan Anak Balita : 90 %

i. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI : 100 %

j. Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk : 100 %

k. Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar : 100 %

Setiap cakupan program tersebut merupakan rincian

Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), yang diharapkan bisa tercapai

pada kurun waktu 2010-2015, dimana menjadi target khusus

pelayanan di tingkat puskesmas, sebagai Unit Pelaksana Teknis

Dinas (UPTD) pada setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

(Disadur dan diringkas dari Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Permenkes RI No.

741/Menkes/PER/VII/2008, hal.5-6)

18

Page 19: BAB I Laporan Puskesmas

19

4. UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga

dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil,

bayi dan anak balita. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini

meliputi:

a. Peningkatan Pendidikan Gizi

b. Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi,

Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, dan

Kekurangan Zat Gizi Mikro Lainnya

c. Penanggulangan Gizi Lebih

d. Peningkatan surveilens gizi

e. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi

5. UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas

merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan

dan pengendalian kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit mempunyai fungsi :

a. Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan perumusan pencegahan

dan pemberantasan penyakit bersumber pada binatang, penyakit

menular langsung, penyakit menular tertentu dan penyakit tidak

menular serta kejadian luar biasa penyakit dan wabah.

b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data dan

pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit

bersumber pada binatang , penyakit menular langsung, penyakit

menular tertentu dan penyakit tidak menular serta kejadian luar biasa

penyakit dan wabah

c. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait

d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan

SURVEILANS DAN PELAPORAN PENYAKIT MENULAR

19

Page 20: BAB I Laporan Puskesmas

20

Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya

rutin dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang

diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat.

Sedangkan Epidemiologi didefinisikan sebagai studi sistematis yang

dilakukan untuk mempelajari fakta-fakta yang berperan atau mempengaruhi

kejadian dan perjalanan suatu penyakit atau kondisi tertentu yang menimpa

masyarakat. Oleh karena itu untuk memberantas suatu penyakit menular

diperlukan pengetahuan tentang Epidemiologi penyakit tersebut serta

tersedianya data surveilans yang dapat dipercaya yang berkaitan dengan

kejadian penyakit tersebut. Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu

bagian saja namun yang paling penting dari suatu system surveilans

kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan “overcrowding”

mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang.

PELAPORAN PENYAKIT MENULAR

Tujuan dari sistem pelaporan penyakit menular adalah untuk bisa

menyediakan informasi yang diperlukan dan tepat waktu agar dapat

dilakukan investigasi serta penanggulangannya oleh pihak yang berwenang.

Disamping itu system pelaporan penyakit menular yang seragam

dapat menjamin data kesehatan dan kematian dari satu daerah dan daerah

lain serta dari satu negara dan negara lain dapat di bandingkan.

Sistem pelaporan penyakit menular berfungsi pada empat tingkatan :

a. Data dasar dikumpulkan dari masyarakat dimana penyakit menular

tersebut muncul.

b. Data ini kemudian diolah di tingkat Kabupaten atau tingkat Propinsi.

c. Data kemudian di kompilasi di tingkat Nasional.

d. Untuk penyakit-penyakit tertentu suatu negara melaporkannya ke

WHO.

Dari 4 tingkatan diatas maka tingkat pertama adalah yang paling

penting oleh karena data dasar dikumpulkan dari masyarakat yang langsung

20

Page 21: BAB I Laporan Puskesmas

21

tertimpa, merupakan tanggung jawab utama dari petugas kesehatan ditingkat

ujung tombak.

6. UPAYA PENGOBATAN DASAR

Upaya pengobatan di Puskesmas adalah segala bentuk pelayanan

pengobatan yang diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan

penyakit atau gejalanya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara

dan teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut.

a. Tujuan Upaya pengobatan diantaranya :

i. Umum : meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan

masyarakat di Indonesia

ii. Khusus :

a) Terhentinya proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.

b) Berkurangnya penderitaan karena sakit.

c) Tercegahnya dan berkurangnya kecacatan.

d) Merujuk penderita ke fasilitas diagnose dan pelayanan yang lebih

canggih bila perlu.

b. Kegiatannya mencakup :

i. Melakukan diagnose sedini mungkin melalui

ii. Melaksanakan tindakan pengobatan

iii. Melakukan rujukan bila dipandang perlu

a. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan diantaranya :

i. Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar.

ii. Melaksanakan peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,

termasuk pelayanan kesehatan terhadap keluarga miskin.

BAB III

HASIL PENGAMATAN

21

Page 22: BAB I Laporan Puskesmas

22

PUSKESMAS MIJEN KOTA SEMRANG

A. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS MIJEN4

1. Landasan Hukum

a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang pembentukan daerah-

daerah Kota besar dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa

Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Himpunan

Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1950).

b. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah menjadi

Undang-Undang, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 108, Tanbahan Lembaan Negara Republik Indonesia Nomor

4548)

22

Page 23: BAB I Laporan Puskesmas

23

c. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 nomor 3079)

d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomr 50 tahun 1992 tentang

Pembentukan Kecamatan di wilayah kabupaten-kabupaten Daerah

tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta

penataan Kecamatan di Wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II

Semarang dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89)

e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan tentang Pembagian Urusan

Pemerintah Antar Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi dan

Pemerintah daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

indonesia Tahun 2007 Nomor 82, tambahan lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737)

f. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai

Negeri sipil

g. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Sebagaimana diubah dengan

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang

Perubahan asas Peraturan Menteri Dlam negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah

h. Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 12 tahun 2008 tentang

organisasi dan tata kerja Dinas Daerah kota Semarang (Lembaran

daerah Kota semarang tahun 2008 Nomor 15, tambahan Lembaran

Daerah Kota Semarang Nomor 22)

i. Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 12 Tahun 2008 tentang

organisasi dan Tata kerja Dinas Daerah Kota Semarang (Lembaran

Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 15)

j. Peraturan walikota Semarang Nomor 62 Tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja pusat kesehatan Masyarakat Kota Semarang. Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

23

Page 24: BAB I Laporan Puskesmas

24

Publik (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor: 112 dan tambahan

Lembaran Negara RI Nomor 5038) Puskesmas Mijen melaksanakan

Pelayanan bidang kesehatan yang meliputi kegiatan pelayanan promosi,

preventif, kuratif & rehabilitatif.

2. Gambaran Umum Geografis

Puskesmas Mijen terletak di wilayah Kelurahan Mijen tempatnya di

JL. RM. Hadi Kelurahan Kedungpane Soebeno no. 146-148 Semarang,

Kecamatan Mijen. Letaknya di dataran tinggi membuat hawa pegunungan

sangat terasa karena dominasi yaitu hutan karet dan hutan jati yang tersebar

di hampir seluruh Wilayah Mijen.

a. Luas wilayah

Puskesmas Mijen memiliki sepuluh kelurahan binaan.

Kesepuluh kelurahan binaan mempunyai luas wilayah 3.667.924 Ha

dangan batas-batas wilayah :

Utara : Kecamatan Ngaliyan

Selatan : Kecamatan Boja/Kabupaten Kendal

Barat : Kabupaten Kendal

Timur : Kecamatan Gunungpati

b. Wilayah Kerja Puskesmas

24

Page 25: BAB I Laporan Puskesmas

25

i. Kelurahan Kedungpane

ii. Kelurahan Jatibarang

iii. Kelurahan Jatisari

iv. Kelurahan Mijen

v. Kelurahan Pesantrenan

vi. Kelurahan Wonolopo

vii. Kelurahan Wonoplumbon

viii. Kelurahan Tambangan

ix. Kelurahan Cangkringan

x. Kelurahan Ngadirgo

c. Demografi

Puskesmas Mijen dengan memiliki 10 kelurahan binaan untuk

tahun 2012 akhir mempunyai jumlah penduduk 42.574 jiwa dan jumlah

kepala keluarga 11.867 KK.

d. Peran Serta Masyarakat

25

Page 26: BAB I Laporan Puskesmas

26

Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Mijen selain

memanfaatkan pelayanan puskesmas juga memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan lain baik itu rumah

sakit swasta, pemerintah maupun praktek dokter atau bidan swasta yang

dibetulkan tempatnya berdekatan dengan lokasi Puskesmas Mijen.

Wujud peran serta Puskesmas dapat dilihat dalam kegiatan

Posyandu balita, Posyandu lansia, senam lansia, dan banyak kegiatan

lainnya.

3. Data ketenagaan di Puskesmas

Puskesmas Mijen memiliki tenaga dokter sebanyak 5 orang, 4 pns

1 PTT, perawat sebanyak 9 orang, bidan sebanyak 8 orang, tenaga tu

sebanyak 5 orang, 1 pns, 1 magang. Penata rontgen sebanyak 1 orang,

sanitarian 1 orang, analis sebanyak 2 orang, petugas gizi sebanyak 1 orang,

pesuruh 1 orang, driver 1 orang, pramusaji 3 orang.

SUMBER DAYA

a. Data Ketenagakerjaan (Man)

26

Page 27: BAB I Laporan Puskesmas

27

b. Sistem Pembiayaan (Money)

NO SUMBER

DAYA

JUMLAH

TAHUN 2012

REALISASI

TAHUN 2012

RENCANA

2013

1 APBD 591.294.809 574.534.587 435.832.872

c. Peralatan (Machine)

NO NAMA BARANGJUMLAH

BARANGKONDISI

27

No Macam Pegawai

SDM Yang

Ada

SDM Yang

Dibutuhkan

Kekurangan

SDM

L P L P L P

1 Dokter Umum 1 4

2 Dokter Gigi 1

3 Perawat 3 6

4 Perawat gigi 1

5 Bidan 8

6 HS 1

7 Analis 2

8 Gizi 1

9 Apoteker 1

10 AA 1

11 Penata Rontgen 1

12 TU 2 3

13 Pengemudi 1

14 Pesuruh 1

15 Pramusaji 3

16 Magang

Jumlah 11 29

Page 28: BAB I Laporan Puskesmas

28

KENDARAAN RODA 4

1 Mobil Ambulance 1 Baik

2 Mobil Puskesling 1 Baik

KENDARAAN RODA 2

3 Sepeda Motor Suzuki A

100X

1 Rusak Berat

4 Sepeda Motor Yamaha 1 Rusak Berat

5 Sepeda Motor Suzuki Smash 1 Baik

6 Sepeda Motor Yamaha V 110 1 Rusak

7 Sepeda Motor Yamaha V 110 1 Rusak Ringan

8 Sepeda Motor Yamaha V 110 1 Baik

9 Sepeda Motor Yamaha V R

350

1 Baik

INVENTARIS LAIN

10 Komputer 7 Baik

11 Printer 3 Baik

12 Ups 5 Baik

d. Prasarana (Material)

N

o

Nam

a

Bang

unan

Jumlah ruang Kon

disi

1 Rawa

t

Jalan

Indu

k

12 Ruang

R.Kepala Puskesmas

R. BP umum

R. Loket

R. Tunggu

R. Apotik

R. BP gigi

BAI

K

28

Page 29: BAB I Laporan Puskesmas

29

R. Bendahara

R. Laborat

R. Tata usaha

R. Gudang obat

R. KIA

R. MTBS

2 Aula

(dulu

ruma

h

dinas

bidan

)

3 ruang BAI

K

3 Rum

ah

dinas

pera

wat

3 ruang RUS

AK

BER

AT

4 Rum

ah

dinas

dokte

r gigi

3 ruang RUS

AK

BER

AT

5 Rum

ah

dinas

dokte

r

3 ruang BAI

K

6 Mush

olla

1 ruang BAI

K

7 Rawa 8 ruang BAI

29

Page 30: BAB I Laporan Puskesmas

30

t inap

UIGD

R.Jaga perawat

MMawar

VKamboja

FFlamboyant

BBougenvil

MMelati

DDapur

K

8 Pustu

jatiba

rang

3 ruang BAI

K

9 Pustu

pesan

tren

3 ruang BAI

K

1

0

Pustu

wono

lopo

3 ruang BAI

K

e. Kegiatan Puskesmas (Method)

i. Promotif

ii. Preventif

iii. Kuratif

iv. Rehabilitatif

f. Pasar/Pemasaran (Market)

NO KELURAHAN JUMLAH

PENDUDUK

JUML

AH

JML

RT

JML

RW

30

Page 31: BAB I Laporan Puskesmas

31

KKL P

1 CANGKRINGAN 1184 1451 920 19 5

2 JATISARI 4444 4436 2833 87 13

3 TAMBANGAN 1947 2014 1348 13 4

4 WONOLOPO 3296 3316 1895 37 10

5 MIJEN 2842 2863 15556 31 7

6 WONOPLUMBON 1988 1918 893 25 4

7 NGADIRGO 2720 2375 1319 23 6

8 PESANTREN 559 560 344

9 KEDUNGPANE 2567 2478 1217 33 6

10 JATIBARANG 1342 1429 892 12 4

4. Kedudukan, tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi

a. Kedudukan

Kedudukan Puskesmas Mijen dalam sistem pemerintahan

daerah Kota Semarang adalah sebagai unit pelaksana teknis Dinas

Kesehatan Kota Semarang bidang kesehatan yang merupakan unit

struktur pemerintahan daerah Kota Semarang bidang kesehatan di

tingkat kecamatan. Disamping itu di wilayah kerja Puskesmas Mijen

terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang

dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktik dokter,

praktik dokter gigi, praktik bidan, dan Poliklinik, upaya kesehatan

berbasis dan sumber daya masyarakat seperti Posyandu, dan pos UKK

maka kedudukan Puskesmas Mijen adalah sebagai pembina.

b. Tugas Pokok

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan sebagai kegiatan

teknis operasional dinas kesehatan dibanding pelyanan, pembinaan dan

pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di

wilayah kerjanya.

c. Fungsi

31

Page 32: BAB I Laporan Puskesmas

32

i. Perumusan kebijakan teknis bidang pelayanan pembinaan dan

pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat

di wilayah kerjanya.

ii. Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran di bidang

pelayanan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan secara

paripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya

iii. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas di bidang pelayanan pembinaan

dan pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada

masyarakat di wilayah kerjanya

iv. Pelaksanaan kegiatan usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit

termasuk imunisasi

v. Pelaksanaan peningkatan kesehatan keluarga melalui kegiatan

kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana (KB), perbaikan gizi

dan usia lanjut

vi. Pelaksanaan penulisan dan rujukan melalui kegiatan pengobatan

termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan serta kesehatan gigi

dan mulut

vii. Pelaksanaan kesehatan lingkungan penyuluhan dan peran serta

pelayanan melalui kegiatan penyehatan lingkungan upaya kesehatan

institusi dan olahraga, penyuluhan kesehatan masyarakat dan

perawatan kesehatan masyarakat.

viii. Pelaksanaan kegiatan perawatan inap, karena diperlukan penaganan

lanjut guna percepatan penyembuhan penyakit

ix. Pelaksanaan kegiatan penelitian laboratorium dan pengelolaan obat-

obatan

x. Pelaksanaan pelayanan khusus melalui kegiatan upaya kesehatan

mata, jiwa dan kesehatn lain

xi. Pengelolaan urusan ketatausahaan Puskesmas.

xii. Penyajioan data dan informasi di bidang pelayanan pembinaan dan

pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat

di wilayah kerjanya

32

Page 33: BAB I Laporan Puskesmas

33

xiii. Penyusunan laporan realisasi anggaran puskesmas

xiv. Penyusunan laporan kinerja Puskesmas

xv. Pelaksanaan pembianaan, pemantauan pengawasan dan

pengendalian kegiatan di bidang pelayanan, pembinaan dan

pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat

di wilayah kerjanya

xvi. Pelaksanaaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan bidang tugasnya

d. Stuktur Organisasi

33

Page 34: BAB I Laporan Puskesmas

34

5. Visi, Misi dan Motto

a. Visi

Visi puskesmas tahun 2013

“Puskesmas Mijen dengan Kualitas Prima Menjadi Andalan Kota

Semarang”

b. Misi

i. Memiliki motivasi dan profesionalisme dalam bekerja

ii. Mengutamakan pelayanan kesehatan menyeluruh

iii. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral

iv. Mengoptimalkan teknologi dan informasi yang terdepan

v. Mendorong kemandirian dan keaktifan masyarakat dalam upaya

kesehatan

c. Motto

34

Page 35: BAB I Laporan Puskesmas

35

Motto Puskesmas Mijen tahun 2013

“Prima dalam Pelayan Kompak dalam Kebersamaan”

6. Tujuan dan Strategi Puskesmas

a. Tujuan

i. Tujuan jangka panjang (5tahun)

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan

olehpuskesmas menurut PERMENKES nomor 128/2004 adalah

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional,

yakni

a) Meningkatkan kesdaran hidup sehat

b) Meningkatkan kemauan dan kemampuan hidup sehat agar

terwujudnya derajat kesehatan yang tinggi

ii. Tujuan jangka pendek (1tahun)

a) Menurunkan angka kesakitan demam berdarah

b) Menurunkan angka kematian maternal, perinatal dan neonatal

c) Menurunkan angka prevalensi gizi kurang

d) Menurunkan angka kesehatan TB paru

e) Memberikan penyuluhan kesehatan

f) Menurunkan angka kesakitan penyakit tidak menular :

hipertensi, DM

b. Strategi Puskesmas

Rencana strategis adalah merupakan suatu proses yang

berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu

tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yangada

atau munkin timbul. Rencana strategis Puskesmas Mijen Kota

Semarang 2013 merupakan bagian intregral dari kebijaksanaan dalam

melaksanakan tugas dalam pelayanan kesehatan masyarakat di

Kecamatan Mijen Kota Semarang.

35

Page 36: BAB I Laporan Puskesmas

36

Untuk mewujudkan rencana strategis tentu perlu ditunjang oleh

visi dan misi yang rasional yang telah disebutkan diatas serta untuk

mensukseskan kegiatan yang dilaksanakan di perlukan strategi

pencapaian dengan berprinsip ”senyum, ramah dan ikhlas”. Siap

bersama staf dan masyarakat meningkatkan dan menjunjung tinggi

derajat kesehatan masyarakat kecamatan Mijen secara paripurna dengan

tujuan pencapaian MDGs di tahun 2015.

B. UPAYA KESEHATAN WAJIB DI PUSKESMAS MIJEN

1. Upaya Promosi Kesehatan

a. Penanggungjawab Program Promkes

Nama : Pujo Yuwono, Am. Kep

Profesi : Perawat

Jabatan : Perawat Penyelia

Tugas Pokok : Pelayanan Pustu Jatibarang

Tugas Integrasi : Pelaksana PromKes

Tugas Tambahan : Posyandu Balita/Lansia

b. Tugas Pokok dan Fungsi Promosi Kesehatan

Yaitu sebagai agen (penggerak, koordinator) perubahan di

masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan timbul gerakan-

gerakan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

(DepKes,2007).

c. Kegiatan dan Program PromKes

i. Kampanye PHBS

Pengkajian dan intervensi PHBS yang dilakukan Puskesmas pada:

a) Rumah Tangga

b) Institusi Pendidikan

36

Page 37: BAB I Laporan Puskesmas

37

c) Sarana Pelayanan Kesehatan

d) Tempat Umum

ii. Kampanye Pemberdayaan Masyarakat

a) Kunjungan ke Posyandu ≥ 10x per tahun

b) Penyuluhan Tanaman Obat Keluarga

c) Pembinaan Battra

d) Gerakan PSN

e) Pembinaan desa/kelurahan siaga

iii. Penyuluhan Program Kesehatan

a) KIA

b) KB

c) TB

d) Gizi

d. Pelaksanaan Kegiatan PromKes

Kampanye PHBS

Usaha puskesmas untuk meningkatkan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) pada masyarakat.

Pengkajian PHBS

Petugas puskesmas melakukan kunjungan kepada Kepala

Keluarga (KK) untuk melakukan penilaian dan evaluasi apakah

sarana dan prasarana yang dimiliki tiap KK telah memenuhi syarat

PHBS ataukah belum.

Intervensi PHBS

Merupakan tindak lanjut dari hasil pengkajian PHBS yang

telah dilakukan petugas puskesmas pada KK. Intervensi dilakukan

pada sarana dan prasarana yang belum memenuhi syarat PHBS.

Kampanye Pemberdayaan Masyarakat

37

Page 38: BAB I Laporan Puskesmas

38

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri

sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam

memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber

pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan

memantau pelaksanaan program kesehatan.

Penyuluhan Program Kesehatan

Upaya puskesmas meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang program kesehatan agar masyarakat dapat meningkatkan

kesadarannya terhadap kesehatan perorangan maupun kesehatan

masyarakat.

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

a. Penanggung jawab kesling

Nama : Yuli Kurniasih Purwanti, SKM

Profesi : Sanitarian

Jabatan : Sanitarian Pelaksana Lanjutan

Tugas Pokok : Penanggung Jawab Sanitasi

Tugas Integrasi :

i. Koordinator SPJ Jamkesmas

ii. Pembuku

Tugas Tambahan:

i. Posyandu Balita/Lansia

ii. Bendahara Jamkesmas

iii. Bendahara BOK

iv. Wakil Manager ISO 9001:2008

b. Kegiatan

i. Pengamatan, pengawasan dan pengendalian kualitas air bersih

ii. Pengamatan, pengawasan dan pengendalian TTU/TPMM

iii. Pengawasan dan pengendalian penyehatan lingkungan pemukiman

38

Page 39: BAB I Laporan Puskesmas

39

iv. Pemberdayaan masyarakat

c. Mekanisme kerja

Dilakukan tiap hari disemua wilayah binaan di seluruh lokasi,

tempat-tempat yang sering dikunjungi adalah rumah warga secara

bergantian. Respon masyarakat sangat antusias dengan program-

program tersebut bahkan setelah diadakan progam-program tersebut

kesadaran masyarakat semakin tinggi terhadap kesehatan lingkungan.

Untuk menjangkau seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas

bekerja sama dengan lintas program untuk mengkoordinasi dan

pelaporan dari warga kemudian puskesmas melakukan pengamatan dan

pemantauan.

d. Kerjasama lintas sektor

i. Dinas Sosial; LSM

ii. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; Sekolah

iii. Dinas Perindustrian dan Perdagangan; BPRD swasta, Pasar

iv. Dinas Kebersihan; TPA

v. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; Terminal

e. Monitoring dan evaluasi :

i. Laporan bulanan

ii. Laporan tahunan (RTP)

39

pemeriksaan penyuluhan pelaporanPenanggungj

awaban

Page 40: BAB I Laporan Puskesmas

40

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana

a. Pengertian Program KIA

Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang

kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil,

ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah.

b. Tujuan Program KIA

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah

tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat

kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untukmenuju Norma

Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat

kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang

merupakanlandasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

c. Penannggung Jawab:

i. Nama : Surti Prastyaning , Am.Keb

Profesi : bidan pelaksana lanjutan

Tugas Pokok : pelayanan KIA

Tugas Integrasi : laporan KIA

ii. Nama : Sujilah, Am.Keb

Profesi : bidan pelaksana Lanjutan

Tugas Pokok : pelaksana Pelayanan KIA

Tugas integrasi : KB, koordinator kegiatan lansia

40

Page 41: BAB I Laporan Puskesmas

41

d. Kerjasama lintas program :

i. Kesling ; Posyandu

ii. MTBS ; Imunisasi Dasar

iii. Promkes ; Penyuluhan KIA & KB

iv. P2M ; Imunisasi TB, Penyuluhan HIV/AIDS

e. Kerjasama lintas sektor :

i. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; Posyandu

ii. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga ; Penyuluhan KRR

f. Program/ kegiatan di KIA:

Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam

pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang

dialami seorang ibu bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam

kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.

i. Kesehatan Ibu

a) Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh

tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan

kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil

selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman

pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan

promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat

dari cakupan K1 dan K4.Cakupan K1 merupakan gambaran

besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke

fasilitas pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan) untuk

mendapatkan pelayanan antenatal.Sedangkan K4 adalah

41

Page 42: BAB I Laporan Puskesmas

42

\\gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan

pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit

empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester

pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester

ketiga. Kunjungan ibu hamil dapat dibagi menjadi dua yaitu akses

dan murni, akses yaitu kontak bumil kepada nakes tanpa

memandang usia kehamilan, sedangkan murni yaitu kontak bumil

kepada nakes dengan usia kehamilan.

Presentase cakupan pelayanan K4 di Puskesmas Mijen

mencapai 47%, sedangkan untuk target K4 yaitu 30%. Jadi

pencapaian K4 di Puskesmas Mijen sudah mencapai target

bahkan melebihi target. Faktor pendorong dalam pencapaian ini

meliputi kesadaran masyarakat terutama bumil yang tinggi akan

pentingnya kesehatan janin dan kesehatan bumil dan dengan

didukung pelayanan yang sesuai dengan SOP diantaranya yaitu

didukung dengan materi/sarana yang memadai, metode

pemeriksaan yang baik seperti anamnesa, pengukuran

(BB,TB,Lila), vital sign, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang, penentuan faktor resiko, konseling, pengobatan, dan

rujukan. Pencatatan Rekam Medik Bumil berdasarkan Dinas

Kesehatan Kota Semarang Puskesmas Mijen meliputi :

(1) Identitas pasien

(2) Riwayat kehamilan sebelumnya (hasil persalinan, tanggal

kelahiran, keadaan pada kelahiran, BB waktu lahir, lamanya

menyusui)

(3) Riwayat kehamilan sekarang (haid terakhir, usia kehamilan,

taksiran partus, riwayat haid teratur/tidak, siklus haid, cara

kontrasepsi)

42

Page 43: BAB I Laporan Puskesmas

43

(4) Kunjungan rumah (hal ihwal kelahiran, tanggal kelahiran,

jenis kelahiran, keadaan)

(5) Pemeriksaan Anternal (jantung, paru-paru, payudara,

golongan darah)

(6) Keluhan (TD, BB,Lila, umur kehamilan, letak janin, terapi,

(7)

(8)

(9)

\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\

DJJ, kaki bengkak, laborat, nasihat, harus kembali)

b) Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan

Kompetensi Kebidanan

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir

sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini

disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan

43

Page 44: BAB I Laporan Puskesmas

44

yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Presentase

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Mijen

mencapai 21 %, sedangkan untuk target sasarannya 20%. Dalam

pencapaian yang melebihi target ini dipengaruhi oleh faktor

pendukung yaitu sumber daya manusia, ketrampilan, serta

pengalaman yang dimiliki tenaga kesehatan dalam menangani

persalinan sudah baik dan memenuhi standar.

c) Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk

Dalam memberikan pelayanan, khususnya oleh bidan di

desa dan Puskesmas, tidak semua kondisi kehamilan ibu baik-

baik saja. Ada beberapa ibu hamil yang tergolong dalam risiko

tinggi (risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan rujukan.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan ibu hamil dengan

risiko tinggi dapat dibagi menjadi dua pandangan yaitu

(1) Masyarakat

Menurut masyarakat yang tergolong ibu hamil dengan risiko

tinggi yaitu :

(a) Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

(b) Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

(c) Pernah melahirkan lebih dari 4 kali

(d) Tinggi badan <145 cm

(e) Berat badan <38 kg

(2) Tenaga kesehatan (Nakes)

Menurut nakes yang tergolong ibu hamil dengan risiko tinggi

yaitu :

(a) Anemia berat (Hb kurang dari 8 gram %)

(b) Tekanan darah tinggi (lebih dari 140/90 mmHg)

(c) Letak sungsang pada hamil pertama

(d) Kehamilan ganda

44

Page 45: BAB I Laporan Puskesmas

45

(e) Kemungkinan atau ada janin besar

d) Jumlah ibu mendapat pelayanan deteksi dini kanker rahim dan

payudara

(1) IVA ( inspection vagina acetyl acid)

Di Puskesmas Mijen, persentase mencapai 1,4% sedangkan

target sasarannya 10%

(2) Papsmear

Di Puskesmas Mijen, persentase mencapai 1,6% sedangkan

target sasarannya 10%

Faktor yang menjadi penghambat yaitu Keadaan kanker

rahim yang tingkatannya sudah tinggi

ii. Pelayanan Keluarga Berencana

a) Pengertian KB

Program keluarga berencana ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak,

keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan pelaksanaan

keluarga berencana, diusahakan agar angka kelahiran dapat

diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk

tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi, dan dengan

demikian diharapkan dapat ditngkatkan taraf kehidupan dan

kesejahteraan rakyat.

Menurut WHO (World Health Organization) adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk

mendapatkan objek objek tertentu, menghindari kelahiran yang

tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang

diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol

waktu saat saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri, dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga. Akses

45

Page 46: BAB I Laporan Puskesmas

46

terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu

merupakan suatu unsur penting dalam upaya pencapaian

pelayanan kesehatan Reproduksi. Secara khusus dalam hal ini

termasuk hak setiap orang untuk memperoleh informasi dan akses

terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif,

terjangkau dan akseptabel.

b) Kontrasepsi

Jenis-jenis alat kontrasepsi untuk mencegah

kehamilan adalah :

(1) IUD ( INTRA UTERINA DEVICE ) atau Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim atau AKDR

Adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik yang halus

dan berbentuk spiral atau lainnya yang dipasang ke dalam

rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter dan bidan

yang sudah dilatih

(2) IMPLANT

Adalah alat kontrasepsi yang berbentuk kecil seperti karet

elastis yang ditanam dibawah kulit dan pemakain alat ini

dalam jangka waktu 3 – 5 tahun. Kontraindikasi penggunaan

IMPLANT : Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan

perubahan pola haid berupa bercak Pendarahan (spotting,

hipermenorea serta amenorea). Evektivitas : Sangat efektif

(kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan).

(3) MOW (Metode Operatif Wanita)

Metode Operatif Wanita adalah metode operasi melalui

operasi rongga perut dengan pemotongan pada tubapalopi.

Sehingga dengan demikian tidak akan terjadi pembuahan.

Kontraindikasi penggunaan MOW : Alergi terhadap obat

anastesi, berat badan berlebihan (obesitas), infeksi pada saat

46

Page 47: BAB I Laporan Puskesmas

47

melahirkan (intrapartum) dan nifas. Efektivitas : Sangat

efektif (gagal 0,1 – 0,7 per 100 perempuan).

(4) KONDOM

Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah

kehamilan yang sudah populer di masyarakat. Kondom

adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks,

tidak berpori, dipakai untuk menutupi penis yang berdiri

(tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina.

(5) KB Suntik

(a) Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah

terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal

(b) Keuntungan menggunakan KB Suntik

(i) Praktis, efektif dan aman dengan tingkat

keberhasilan lebih dari 99%.

(ii) Tidak membatasi umur

(iii) Obat KB suntik yang 3 bulan sekali (Progesteron

saja) tidak mempengaruhi ASI dan cocok untuk ibu

menyusui

(c) Kerugian menggunakan KB Suntik

Di bulan-bulan pertama pemakaian terjadi mual,

pendarahan berupa bercak di antara masa haid, sakit

kepala dan nyeri payudara

(6) KB PIL

Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum.

Pil telah diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi

wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah

kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara

teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya

keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum

bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu

47

Page 48: BAB I Laporan Puskesmas

48

ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda

sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih

menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah

kehamilan yang lain.

Di Puskesmas Mijen, pelayanan dilakukan menurut

jenis KB nya misal jenis KB seperti kondom, suntik, pil dan

Implan/susuk dilakukan di hari bebas, sedangkan IUD

menerima pelayanan pada hari Selasa. Untuk MOW dan

MOP dilakukan di Rumah Sakit. Dalam pelaksanaan KB ini,

puskesmas Mijen memonitoring melalui format pelaporan

pelayanan KB dan Pemantauan persediaan alat kontrasepsi.

tidak dijumpai penggunaan KB yang terjadi kegagalan,droup

out, atau komplikasi.

48

Page 49: BAB I Laporan Puskesmas

49

Tabel : Pemantauan persediaan alat kontrasepsi Puskesmas Mijen bulan Juni 2013

PersediaanAlat KontrasepsiPil

(strip)

Suntik

(vial)

AKDR

(unit)

Implan

(set)

Kondom

(buah)

Sisa akhir bulan ini 416 152 7 0 7 lusin

Penerimaan bulan ini 200 200 0 10 0

Penggunaan bulan ini 202 110 1 3 0

Sisa akhir bulan ini 414 242 8 7 7 lusin

Dari jenis akseptor diatas, paling banyak diminati oleh masyarakat terutama

masyarakat Mijen adalah akseptor suntik karena menurut mereka, alat kontrasepsi

jenis suntik ini simpel, praktis, dapat dipakai kapan saja.

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

a. Penanggung jawab pelayanan gizi :

Nama : Erly S, AMG

Profesi : Nutrisionist

Jabatan : Nutrisionist Pelaksana Lanjutan

Tugas Pokok : Penanggung Jawab Pelayanan Gizi

Tugas Integrasi :

i. Pembina Kader Posyandu

ii. Koordinator Penyuluhan Gizi

Tugas Tambahan : Posyandu Balita/Lansia

b. Kegiatan pokok:

i. Peningkatan pendidikan gizi

ii. Penanggulangan bumil KEK

iii. Penanggulangan bumil Anemia Gizi Besi

iv. Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY)

49

Page 50: BAB I Laporan Puskesmas

50

v. Pemantauan Berat Badan Balita

vi. Peningkatan Survailans Gizi

vii. Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat

c. Kerjasama lintas program

1) Pengobatan ; Konsultasi Gizi untuk penderita DM dan

Hipertensi

2) KIA ; Penentuan status gizi anak sebelum dilakukan Imunisasi

d. Kerjasama lintas sektor

1) Dinas Pertanian ; Pembahasan Ketahanan Pangan Nasional

2) Dinas Peternakan ; Pembahasan Ketahanan Pangan Nasional

f. Penyimpanan Zat Perbaikan Gizi

1) Vit A untuk bufas

Disimpan ditempat tertutup rapat, teduh (terhindar dari sinar

matahari langsung) dan kering pada suhu kamar (20-25 derajat

celcius). Satu kapsul Vit A 200.000 diberikan paling lambat 30 hari

setelah melahirkan

2) 120 tablet Fe untuk Bumil

Disimpan ditempat tertutup rapat, teduh (terhindar dari sinar

matahari langsung) dan kering pada suhu kamar (20-25 derajat

celcius). Tablet Fe diberikan 60mg/hari samapai dosis 120 tablet.

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

a. Pelaksana program:

i. Nama : Dwi Fajar Asmarawati, Am.Kep

Profesi : Perawat

Jabatan : Perawat pelaksana

Tugas Pokok :

a) Pelayanan BP Umum

b) Penanggung Jawab Program TB

50

Page 51: BAB I Laporan Puskesmas

51

Tugas Integrasi :

a) Laporan W2S

b) Laporan campak

c) Laporan LB1 Penyakit

Tugas Tambahan : Posyandu Balita/Lansia

ii. Nama : Yuli Kurniasih P, SKM

Profesi : Sanitarian

Jabatan : Sanitarian Pelaksana Lanjutan

Tugas Pokok : Penanggung Jawab Sanitasi

Tugas Integrasi :

a) Koordinator SPJ Jamkesmas

b) Pembuku

Tugas Tambahan :

a) Posyandu Bacvlita/Lansia

b) Bendahara Jamkesmas

c) Bendahara BOK

d) Wakil Manager ISO 9001:2008

b. Kegiatan pokok:

i. Penyuluhan

ii. Pemantauan di lapangan apabila terdapat kasus KLB

iii. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

c. Program:

i. Pelayanan Imunisasi

a) BCG

b) DPT/HB3

c) Campak

d) Polio 4

e) DT pada murid SD/MI kelas 1

f) Campak pada murid SD/MI kelas 1

g) TT BIAS

51

Page 52: BAB I Laporan Puskesmas

52

h) TT Bumil

i) HB0

ii. Pengamatan Epidemiologi

a) Pembuatan grafik mingguan penyakit potensial wabah

b) Tindak lanjut penanggulangan KLB (PE)

c) Pemantauan Wilayah Setempat

d) Penemuan kasus AFP

e) Pembuatan laporan: mingguan / W-2 dan bulanan C-1

iii. Pemberantasan penyakit

a) Diare

(1) Penemuan kasus diare di Puskesmas

(2) Penanganan kasus dan balita dengan diare

(3) Pelaksanaan pojok oralit

b) ISPA

(1) Penemuan kasus pneumonia di Puskesmas

(2) Penanganan kasus dan balita dengan pneumonia

c) Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2)

(1) Pelaksanaan PE semua kasus DBD

(2) Pelaksanaan fogging sesuai standart (SOP)

(3) Pelaporan PE DBD

d) TB paru

(1) Pengambilan dan fiksasi sputum tersangka penderita TB

paru

(2) Penemuan dan pengobatan penderita TB Paru (DOTS)

BTA Positif

(3) Penemuan dan pengobatan penderita TB Paru (DOTS)

BTA Negatif

52

Page 53: BAB I Laporan Puskesmas

53

d. Mekanisme kerja:

i. Pelayanan Imunisasi di Puskesmas Mijen

Pelaksana kegiatan imunisasi :

Nama : Sujilah, Am.Keb

Profesi : bidan pelaksana Lanjutan

Tugas Pokok : pelaksana Pelayanan KIA

Tugas integrasi : KB, koordinator kegiatan lansia

Pencapaian Universal Child Immunization pada dasarnya

merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang

telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI

dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah

tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat

terhadap penularan PD3I.

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten.

imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan

dengan caramemasukan vaksin ke dalam tubuh manusia. Kebal

adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan

mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka menghadapi

serangan kuman tertentu, namun kebal atau resisten terhadap

penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Depkes RI,

1994).

Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau

virus yang menjadi penyebab penyakit, namun telah dimatikan atau

dilemahkan, atau diambil sebagian yang secara sengaja

dimasukkan ke dalam tubuh seseorang dengan tujuan merangsang

timbulnya zat antipenyakit tertentu pada orang-orang tersebut.

53

Page 54: BAB I Laporan Puskesmas

54

Jenis-jenis vaksin:

(1) BCG (Bacillus Calmette-Guerin)

BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC,

orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksin

yang paling banyak di gunakan di dunia (85% bayi menerima 1

dosis BCG pada tahun 1993), tetapi perkiraan derajat

proteksinya sangat bervariasi dan belum ada penanda

imunologis terhadap tuberculosis yang dapat

dipercaya.maksudnya, kekebalan yang dihasilkan dari

imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan

laboratorium yang bisa menilai kekebalan seseorang pada

penyakit TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasi

hepatitis B, kita bisa memeriksa titer anti-HBsAg pada

laboratotrium, bila hasilnya > 10 μg dianggap memiliki

kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B. kandungan BCG

ini adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung

mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan. Di

Puskesmas Mijen, Persentase cakupan imunisasi BCG

mencapai 100%, sedangkan target sasarannya 95%

(2) DPT

Memberikan kekebalan secara simultan terhadap

difetri, tatanus, dan batuk rejan

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Corynebacterium diphtheria. Penyakit ini merangsang saluran

pernafasan terutama terjadi pada balita. Pertusis atau batuk

rejan adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Bordotella

pertusis pada saluran pernafasan. Tetanus merupakan salah

satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Clostridium tetani.

54

Page 55: BAB I Laporan Puskesmas

55

Vaksin DPT adalah vaksin yang terdiri dari toxoid,

difteri, dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang

telah diinaktivasi. Di Puskesmas Mijen, persentase cakupan

imunisasi DPT mencapai 100%, sedangkan target sasarannya

90%.

(3) Polio

Memberikan kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.

Poliomielitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio.

Telah dikenal 3 jenis virus polio, yaitu tipe I, tipe II, tipe III.

Virus polio akan merusak bagian anterior (bagian muka)

susunan saraf pusat tulang belakang. Di Puskesmas Mijen,

persentae cakupan imunisasi Polio mencapai 100%, sedangkan

target sasarannya 90%.

(4) Campak

Vaksin campak yang berasal dari virus campak yang

hidup dan dilemahkan, tidak boleh terkena sinar matahari.

Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan. Vaksin

campak diberikan secara subkutan atau dapat juga secara

intramuskular pada lengan atau paha sebanyak 0,5 ml.

Diberikan pada anak berumur 9 bulan. Imunisasi ulang

diberikan pada usia sekolah (umur 6-7 tahun). Di Puskesmas

Mijen, persentae cakupan imunisasi mencapai 100%,

sedangkan target sasarannya 90%.

Di Puskesmas Mijen dilakukan imunisasi 5 dasar lengkap yaitu:

(1) 0-7 hari : Hb 0

(2) 1 bulan : BCG, polio 1

(3) 2 bulan : DPT/Hb 1, polio 2

(4) 3 bulan : DPT/Hb 2, polio 3

(5) 4 bulan :DPT/Hb 3, polio 4

55

Page 56: BAB I Laporan Puskesmas

56

(6) 9 bulan :campak

Dalam cakupan pencapaian imunisasi sudah memenuhi

target. Faktor yang mendukung adalah adanya kerjasama lintas

program yaitu dengan Promkes, dengan diadakannya penyuluhan

tentang imunisasi, masyarakat menjadi tahu akan pentingnya

imunisasi, adanya program Posyandu, pelaksanaan imunisasi rutin

1 tahun 2 kali yaitu pada bulan Agustus dan September, serta

penyimpanan vaksin yang memadai dan terkoordinir dengan baik.

Pelayanan Imunisasi dilakukan di posyandu, bidan desa,

dan di dalam puskesmas

Tabel : Penyimpanan vaksin.

Jenis

Vaksin

Dosis

Pemberian/

Sediaan

Dosis

Pemberian

Cara dan Lokasi

PenyuntikanPenyimpanan

BCG 1 ml/ ampul 0,05 cc Intra cutaneus (lengan

kanan atas)

2°C-8° C

DPT 2,5ml/vial 0,5 cc Intra muskular (1/3atas

paha luar)

2°C-8°C

DPT-

HB

2,5 ml/vial 0,5 cc Intra muskular (1/3

atas paha luar)

2°C-8°C

DT 2,5 ml/vial 0,5 cc Intra muskular(1/3 atas

lengan luar)

2°C-8°C

TT 2,5 ml/vial 0,5 cc Intra muskular(1/3 atas

lengan luar)

2°C-8°C

HEP B 0,5 ml/pack 0,5 cc Intra muskular(1/3 atas

paha luar)

2°C-8°C

POLIO 1ml/vial 2 tetes Tetes per oral 2°C-8°C

CAMP 5ml/vial 0,5 cc Subcutaneus 2°C-8°C

56

Page 57: BAB I Laporan Puskesmas

57

AK

Jenis

Vaksin

Dosis /

SediaanDosis Pemberian Serum

Anti

Tetanus

1 ml/ampul 1 ampul Intramuscular (skin test dulu)

Anti Bisa

Ular

5 ml/vial

suhu (2°C-

8°C)

5 cc terbagi 2 bagian

2,5 cc IM gluteal

2,5 cc IM sekeliling

lokasi gigitan

Intramuscular

Intramuscular

Perhatian: Simpan Vaksin dalam suhu 2C-8C. Bunga es tidak boleh melebihi

ketebalan 5 cm

Kadaluarsa Vaksin

No. Jenis

Vaksin

Kadaluarsa

1. DPT-HB

DT

TT

1 bulan sejak digunakan

2. Campak 6 jam sejak di

buka/dilarutkan

3. Polio 2 minggu sejak dibuka

4. BCG 3 jam sejak dilarutkan

Penyimpanan vaksin disimpan dalam stok opname dalam

suhu 2°C-8°C. Vaksin dapat diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota.

Stok vaksin datang ke Puskesmas 1 bulan sekali. Jika dalam

pemakaian tersisa, maka dapat disimpan dalam lemari Freeze, yang

terdapat alat Freeze tag yang digunakan untuk mengetahui stabil

atau tidaknya suhu di dalam lemari Freeze tersebut. Jika terjadi

57

Page 58: BAB I Laporan Puskesmas

58

listrik padam, maka untuk mengamankan kestabilan suhu vaksin

disimpan dalam Coolpack.

Hb 0 diberikan pada umur 2 hari-7 hari

BCG diberikan pada umur 1 bulan-3 bulan, jika belum diberikan

dalam umur tersebut, maka harus tes mantik (untuk mengetahui

sudah terkena TBC atau belum)

DPT Hb diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan (3x)

Polio 4 kali

Campak 9 bulan

Jika bayi belum lengkap imunisasi maka boleh menambah

imunisasi yang belum dilakukan tetapi dengan umur kurang dari 3

tahun

Imunisasi pada anak SD diberikan 2 kali dalam 1 tahun,

biasanya dilakukan pada bulan Agustus dan September. Imunisasi

yang diberikan yaitu DT, TT, dan campak diberkan pada kelas

I,II,dan III. Namun, imunisasi campak khusus untuk kelas I

ii. Penyelidikan Epidemiologi di Puskesmas Mijen

Apabila ditemukan atau dicurigai ada wabah maka akan

dilakukan peninjauan dan pemantauan. Selanjutnya dipastikan

kebenarannya kemunculan wabah. Kemudian jika wabah tersebut

semakin meningkat, puskesmas akan melakukan upaya-upaya

seperti penyuluhan dan terjun langsung dilapangan. Atau jika

diinformasikan dari rumah sakit/ DKK maka akan dilakukan

survielans epidemiologi pada hari itu juga.

Contoh: Apabila ditemukan KLB (Kejadian Luar Biasa)

pada suatu daerah maka dilaksanakan PE (Penyelidikan

Epidemiologi) pada radius 100m dari jarak rumah penderita.

58

Page 59: BAB I Laporan Puskesmas

59

Pemantauan wilayah setempat DBD (PWS DBD) dengan cara

pemantauan wilayah yang terintervensi jentik pada radius 100m/ 1

RW.

iii. Penanganan TB di Puskesmas Mijen

a. TB dewasa

(1) Suspek/ sangkaan: Pasien yang batuk lebih dari atau sama

dengan 2 minggu

(2) Cari BTA (Basil Tahan Asam) melalui pemeriksaan SPS

(dahak)

(3) Kemudian diketahui hasil BTA (-) atau (+)

(4) Rontgen Thorax AP/Lat sebagai pemeriksaan penunjang

(5) Kategori pengobatan TB (Kategori I, Kategori II, Kategori

III, Kategori IV)

(6) Apabila hasil BTA meragukan, namun Rontgen positif TB

maka dilaporkan ke BKPM (Badan kesehatan Paru

Masyarakat)

b. TB anak

(1) Suspek dewasa→ kontak anak (dewasa BTA positif→

kontak anak positif)

(2) Anak dihitung scoring

59

Page 60: BAB I Laporan Puskesmas

60

(3) Tes mantoux di puskesmas mijen ada

(4) Rontgen Thorax AP/Lat sebagai pemeriksaan penunjang

(5) Jika nilai ≥ 6 maka dilakukan pengobatan TB, jika < 6

belum tentu bukan TB

e. Monitoring dan Evaluasi

(1) Mingguan / W-2

(2) Bulanan / C-1

(3) Tahunan (RTP)

f. Kerjasama lintas program

(1) KIA

(2) Pengobatan

(3) Promkes

60

Page 61: BAB I Laporan Puskesmas

61

g. Kerjasama lintas sektor

(1) Kelurahan RT/RW

(2) Kecamatan

(3) Dinas Kesehatan

6. Upaya Pengobatan Dasar

a. Tujuan Umum

i. Menurunkan angka kesakitan.

ii. Meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui pencegahan

dan pemberantasan penyakit.

b. Tujuan Khusus

Meningkatkan kunjungan rawat jalan di puskesmas.

c. Ruang Lingkup

i. Pasien yang berkunjung di Puskesmas Mijen (anak, dewasa, lansia)

di dalam atau diluar wilayah kerja Puskesmas Mijen.

ii. Prosedur ini diberlakukan mulai dari menerima pasien BP sampai

dengan pemberian obat kepada pasien, atau merujuk ke Rawat Inap

/ Rumah Sakit.

d. Uraian Prosedur

i. Petugas BP mengurutkan nomor urut antrian yang ditempel pada

kartu status pasien. Pasien Lansia didahulukan, sedang pasien TB

dan umum sesuai antrian.

ii. Petugas paramedis memanggil pasien melakukan anamnesa dan

pemeriksaan vital sign. Untuk lansia diisikan di status lansia dan

kartu lansia. Untuk umum TB diisikan di status pasien.

iii. Pasien diperiksa oleh dokter apabila perlu pemeriksaan penunjang

laborat/ Rontgen lalu pasien disuruh membayar ke loket tindakan

dengan membawa pengantar blangko laborat / blangko rontgen.

Jika tidak perlu laborat/ Rontgen maka pasien langsung

didiagnosa. Setelah pasien didiagnosa bila :

61

Page 62: BAB I Laporan Puskesmas

62

a) Bila pasien tidak memerlukan konsultasi ke bagian lain, maka

langsung diberi resep, untuk pasien umum resep warna putih,

untuk pasien ASKES resep warna hijau, untuk pasien

jamkesmas resep warna kuning, kemudian mengambil obat di

kamar obat dan pulang. Jika obat tidak ada di puskesmas

diberi resep keluar.

b) Bila pasien memerlukan tindakan khusus, maka setelah

dilakukan tindakan pasien ke loket tindakan untuk

menyelesaikan administrasi kemudian mengambil resep dan

mengambil obat di kamar obat dan pulang.

c) Setelah mendapat resep, pasien yang memerlukan konsultasi

ke bagian lain (gizi,Hs) dapat di konsultasikan ke bagian

tersebut.

d) Bila pasien setelah didiagnosa tidak dapat ditangani BP maka

langsung rujuk ke RS lain.

e. Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Mijen 2013 :

i. Infeksi saluran nafas atas akut pad banyak tempat tidak dapat

dispesifikasi ( 2144 kasus).

ii. Influensa oleh virus influensa (771 kasus)

iii. Hipertensi essensial (primer) (656 kasus)

iv. Penyakit pulpa dan periapikal ( jaringan sekitar akar gigi) (560

kasus)

v. Karies gigi (512 kasus)

vi. Gastritis dan duodenitis (251 kasus)

vii. Faringitis akut (241 kasus)

viii. Gangguan perkembangan dan erupsi gigi (220 kasus)

ix. Arthritis rheumatoid lainnya ( 175 kasus)

x. Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (169

kasus)

62

Page 63: BAB I Laporan Puskesmas

63

Grafik Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Mijen

LAPORAN KUNJUNGAN RAWAT JALAN PUSKESMAS MIJEN

BULAN JUNI 2013

L P Jumlah

Umum Laki/perermpuan 72 104 176

ASKES Laki/perermpuan 22 38 60

Gratis Laki/perermpuan 705 1295 2000

Peserta Kartu

Sehat

(GAKIN)

Laki/perermpuan 119 250 369

63

Page 64: BAB I Laporan Puskesmas

64

f. Diagram Pelayanan BP Umum

t y

64

Selesai

Laborat

Mulai

Mengurutkan Status pasien TB

Lansia

Umum

Memanggil Pasien

Anamnesa antropometri Vital Sign

Pemeriksaan fisik

Loket Pembayaran

AnamnesaTB/BB

Vital sign

RO

Pemeriksaan penunjang

TindakanDiagnosa

Rujuk

RS lain Resep Konsultasi Gizi / Sanitasi

Terapi Rawat Inap

Selesai

Page 65: BAB I Laporan Puskesmas

65

g. Upaya yang dilakukan Puskesmas Mijen

Pemeriksaan, pengobatan dan rujukan

a) Pasien umum gratis

b) Pasien umum bayar

c) Pasien umum JAMKESMAS

d) Pasien umum ASKES

Jenis Pembayaran Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Mijen :

a) Pasien Umum

i. Bagi yang memiliki KTP Kota Semarang maka tidak dikenakan biaya

dari loket pembayaran sampai pengambilan obat tetapi untuk

pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laborat dikenakan biaya

sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan.

ii. Bagi pasien yang tidak memiliki KTP Semarang maka dikenakan

biaya pemeriksaan kesehatan sebesar Rp.5000,untuk obat gratis tetapi

pemeriksaan penunjang tetap dikenakan biaya.

b) Pasien JAMKESMAS

Pasien JAMKESMAS Pemeriksaan kesehatannya gratis dari di loket

pembayaran,obat dan Laborat.

c) Pasien ASKES

Pasien yang memiliki ASKES puskesmas tidak dipungut biaya tetapi

untuk pasien ASKES dokter keluarga maka dikenakan biaya pemeriksaan

kesehatan.

a. Pemeriksaan

i. Memanggil klien sesuai dengan dengan Identitas.

ii. Menyapa klien dengan prinsip 3 S yaitu senyum, sapa,dan salam.

iii. Melakukan anamnesa : (Menanyakan Identitas, keluhan utama)

iv. Pemeriksaan fisik :

(1) Tekanan darah/tensi:

Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah

terhadap dinding arteri. Tekanan ditentukan oleh kekuatan

65

Page 66: BAB I Laporan Puskesmas

66

dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta

fleksibilitas dari arteri,  diukur dengan alat pengukur tekanan

darah dan stetoskop.

(2) Denyut nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung atau berapa

kali jantung berdetak per menit. Mengkaji denyut nadi tidak

hanya mengukur frekuensi denyut jantung tetapi juga

mengkaji hal-hal berikut :

(a) Irama jantung (teratur atau tidak teratur)

(b) Kekuatan denyut jantung

Nadi normal untuk orang dewasa yang sehat berkisar

60-100 denyut per menit. Denyut nadi dapat berfluktuasi dan

meningkat pada saat berolahraga, menderita suatu penyakit,

cedera dan emosi.

(3) Suhu Tubuh

Suhu tubuh normal seseorang bervariasi, tergantung

pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang

dikonsumsi, gangguan organ dan waktu. Suhu tubuh normal

dan menurut American Medical Association dapat berkisar

antara 97,8 derajat  Fahrenheit atau setara dengan 36,5 derajat

Celsius sampai 99 derajat Fahrenheit atau 37,2 derajat

Celcius.

b. Pengobatan

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang. Jika tidak memerlukan pemeriksaan

penunjang, maka dapat dilakukan diagnosis dan pemberian

resep. Jika tidak bisa ditangani oleh Puskesmas, Puskesmas

dapat melakukan rujukan ke RS lain.

c. Sistem rujukan

66

Page 67: BAB I Laporan Puskesmas

67

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselnggarakan

secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata

pelayanan ke strata pelayanan yang lebih tinggi, dan horizontal

dalam arti antar strata pelayanan kesehatan yang sama.

Rujukan terbagi atas:

a) Rujukan upaya kesehatan perorangan

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah

kasus penyakit.

Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas:

(1) Rujukan kasus, untuk diagnostik, pengobatan, tenaga

medis(misal operasi) dll.

(2) Rujukan bahan pemeriksaan(spesimen), untuk pemeriksaan

laboratorium yang lengkap.

(3) Rrujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga

yang lebih berkompeten untuk melakukan bimbingan tenaga

puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medik

spesialis puskesmas.

b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat

adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar

biasa, pencemaran lingkungan dan bencana.

Rujukan upaya kesehatan mencangkup:

(1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain pinjamanan peralatan

fogging, peminjaman alat- alat laboratorium, bantuan vaksin

dll.

(2) Rujukan tenaga, antara lain dengan dukungan tenaga ahli

untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian

masalah hukum kesehatan, penanggulangan kesehatan karena

bencana alam.

67

Page 68: BAB I Laporan Puskesmas

68

(3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnnya

kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah

tanggung jaawab masyarakat dan penyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat kepada dinas kabupaten .

Mekanisme rujukan:

Rujukan medik puskesmas dilakukan secara berjenjang mulai dari :

a) Kader dan dukun bayi

b) Posyandu

c) Pondok bersalin/bidan desa

d) Puskesmas pembantu

e) Puskesmas rawat inap

f) Rumah sakit kabupaten Klas D/C

Langkah rujukan :

a) Menentukan kegawat daruratan penderita

Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan

penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau

kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan

kesehatan yang terdekat,oleh karena itu mereka belum tentu dapat

menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.

Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembatu dan

puskesmasTenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan

kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat

kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang

dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus

manayang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus

dirujuk.

68

Page 69: BAB I Laporan Puskesmas

69

b) Menentukan tempat rujukan

Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas

pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk

fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan

dan kemampuan penderita.

c) Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga

d) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju

1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk

2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka

persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.

3) Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong

penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.

e) Persiapan penderita

f) Pengiriman Penderita

g) Tindak lanjut penderita :

1) Untuk penderita yang telah dikembalikan

2) Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor

harus kunjungan rumah

i. Rawat Inap Puskesmas Mijen

a. Penanggung jawab

Nama : dr.Ary Surya

Profesi :Dokter

Jabatan : Dokter Pertama

Tugas Pokok : Penanggung jawab pasien Rawat Inap

Tugas Integrasi : TIM 3K

Tugas Tambahan :

a) Posyandu Lansia

69

Page 70: BAB I Laporan Puskesmas

70

b) Puskesling

b. Proses realisasi pelayanan rawat inap Puskesmas mijen :

Keterangan :

a) Bila rawat jalan memutuskan untuk merujuk ke rawat inap maka

pasien dirujuk ke rawat inap.

b) Setelah Pasien di rujuk ke rawat inap, maka rawat inap

memberikan Pelayanan penanganan pasien.

c) Dirawat inap akan diputuskan pasien dirujuk / tidak. Jika perlu

maka langsung dirujuk ke rumah sakit. Jika tidak, maka dapat

dilakukan pemeriksaaan penunjang dengan laborat, rontgen, dan

pemberian obat. Obat berasal langsung dari rawat inap tidak berasal

dari rawat jalan.

d) Lama perawatan lama inap adalah 3 hari. Jika tidak ada perbaikan

maka dapat dirujuk dengan indikasi :

70

PASIEN /PELANGGAN

Loket : Penerimaan

pasien

Pelayanan : Penanganan

pasien

Rujuk Laborat Rontgen Obat

INAP

PULANG

Page 71: BAB I Laporan Puskesmas

71

(1)Ada sakit lain yang tidak bisa ditangani.

(2)Karena keinginan pasien sendiri ingin dirujuk.

(3)Obat tidak cocok.

c. Tabel Kunjungan Rawat Inap bulan Juli 2013

Daftar Pasien Jumlah

Pasien JAMKESMAS 11

Pasien SKTD( Surat Keterangan Tidak

Mampu)

6

Pasien umum 25

Pasien HI/ ASKES 1

Jumlah 43

ii. Pelayanan Rawat jalan

Jenis pelayanan rawat jalan

a) Rawat Inap perhari :

(1) Akomodasi, konsumsi dan perawatan.

(2) Visite- dokter umum.

(3) Dokter spesialis.

b) Rawat Inap Persalinan perhari :

(1) Akomodasi, konsumsi dan perawatan.

(2) Persalinan oleh bidan.

(3) Persalinan oleh dokter.

c) Visite dokter umum

iii. Pelayanan Gigi

a. Penanggung jawab : Drg. Zulfiana.

b. Tenaga medis : Drg. Zulfiana dan Ibu Rohmiyati.

c. Alur Pelayanan

a) Staf BP gigi menerima kartu status dan mengurutkan sesuai

nomor urut kunjungan BP gigi.

71

Page 72: BAB I Laporan Puskesmas

72

b) Petugas BP gigi melakukan anamnesa.

c) Dokter gigi melakukan pemeriksaan fisik dan menentukan

diagnosa.

d) Apabila pasien memerlukan rujukan ke tempat lain maka

dibuatkan surat rujukan internal maupun ke RS.

e) Apabila pasien memerlukan premediksi maka dibuatkan

resep dan jadwal kunjungan berikutnya.

f) Apabila pasien memerlukan tindakan, maka dilakukan

informed consent.

g) Dokter gigi melakukan tindakan sesuai indikasi diagnosa,

setelah dilakukan tindakan dokter gigi memberikan instruksi

:

(1) Untuk pasien cabut gigi

(a) Setelah pencabutan tampon digigit selama 30

menit.

(b) Tidak boleh makan dan minum panas dulu

(c) Tidak boleh berkumur-kumur terus

(d) Tidak boleh dikorek-korek

(2) Untuk pasien tambal tetap

Tidak boleh makan selama 1 jam

(3) Untuk pasien tambal sementara

(a) Tidak boleh makan selama 1 jam

(b) Kembali sesuai waktu yang dijadwalkan

(c) Bila sakit minum obat yang diberikan

(4) Untuk pasien pembersihan karang gigi

(a) Anjuran menggosok gigi dengan teratur

(b) Diet makanan

(c) Anjuran mengunyah makanan menggunakan 2 sisi

(d) Kontrol teratu 6 bulan sekali

h) Dokter memberikan resep

72

Page 73: BAB I Laporan Puskesmas

73

i) Bagi pasien umum menyelesaikan administrasi, Pasien

jamkesmas tanda tangan di form kunjungan pasien tindakan

jamkesmas.

j) Pasien ke kamar obat

k) Pasien pulang

Untuk penyediaan obat, BP gigi bersama dengan apotik tetapi untuk

obat-obat tertentu pendistribusian obat langsung ke BP gigi.

iv. Alur Pelayanan Apotik-Kamar Obat

73

MULAI

Mengambil obat dari gudang jika kamar obat habis dan di stok di kamar obat

Menyiapkan obat yang biasa dibutuhkan

Menerima resep

Cito lansia Tidak cito

Menyiapkan obat sesuai resep

R (Racikan) NR ( Non Racikan)

Pengemasan

Laporan Harian

Pemberian Etiket

Penjelasan Cara Pemakaian

Penyerahan Obat

Page 74: BAB I Laporan Puskesmas

74

v. Pelaksana Kefarmasian

a) Tugas dan Kewajiban :

Mengerjakan sesuai dengan profesinya sebagaiApoteker, yaitu :

(1) Melakukan pelayanan resep (mulai dari menerima resep

sampai menyerahkan obat kepada pasien dan pemberian

KIE).

(2) Mencatat dan membuat laporan LPLPO setiap bulan.

(3) Mendistribusikan obat ke masing – masing poli dan pustu

(puskesmas pembantu)

(4) Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal lalu

disimpan. Memelihara kebersihan ruangan peracikan, dan

lemari obat.

(5) Melakukan pencatatan keluar masuknya obat ke dalam kartu

stok.

(6) Melakukan pemusnahan obat expaid atau rusak.

(7) Membuat laporan obat narkotik dan psikotropik.

(8) Membuat perencanaan obat selama satu tahun.

b) Tanggung jawab

Apoteker (Pelaksana Kefarmasian) bertanggung jawab

kepada Kepala Puskesmas sesuai dengan tugas yang diberikan

kepadanya, artinya bertugas sesuai dengan profesinya dengan

penuh rasa tanggung jawab, dan secara profesional dengan

mengedepankan pelayanan yang baik kepada pasien. Dalam

pelaksanaan tugasnya, dibantu oleh asisten apoteker.

c) Wewenang

Apoteker (Pelaksana Kefarmasian) berwewenang

melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

d) Pengelolaan Obat

Sistem pengelolaan Apotek di Puskesmas Mijen sesuai

dengan fungsi dan tugas apotek meliputi :

74

Page 75: BAB I Laporan Puskesmas

75

(1) Membuat, mengelola, meracik, mengubah bentuk,

mencampur obat dan bahan obat untuk melayani, serta

menyerahkan kepada pasien.

(2) Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan

farmasi, meliputi obat,bahan obat, dan alat-alat kesehatan.

Untuk mempermudah pengambilan, pengecekan

barang dan mencegah terjadinya kekeliruan, maka

perbekalan farmasi di tata berdasarkan golongan obat,

menurut abjad dan bentuk sediaan misalnya sediaan obat

yang berbentuk salep, sediaan parenteral, sirup dan tablet,

masing – masing golongan obat tersebut dipisahkan.

e) Penataan dan Penyimpanan Obat

Penataan letak obat di Puskesmas Mijen disusun

atau diurutkan berdasarkan kombinasi yaitu:

(1) Menurut bentuk sediaan

Penataan letak obat disini digolongkan menurut bentuk

sediaannya, misalnya sedian tablet/ kapsul/kaplet, salep

(baik salep kulit maupun salep mata), sediaan sirup

(baik sirup yang berbentuk larutan/ sirup kering),

sediaan suspensi, emulsi, dan lain- lain.

(2) Disusun berdasarkan abjad (alfabetis)

Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan alfabetis

(A- Z) dengan nama generic, misalnya kelompok

sediaan tablet/kapsul/ kaplet, syrup, sediaan semi solid,

sediaan drop (tetes mata dan telinga) dan sedian lain-

lain.

(3) Urutan paling depan

Penempatan obat diletakkan paling depan menurut

tanggal kadaluarsa dari masing-masing obat. Obat yang

posisinya diletakkan paling depan adalah obat yang

paling dekat waktu kadaluarsanya. Hal ini dilakukan

75

Page 76: BAB I Laporan Puskesmas

76

agar meminimalisir jumlah obat yang akan habis masa

konsumsinya.

f) Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat di Apotek Puskesmas Mijen

biasa dilakukan apotekermaupun asisten apoteker. Pelayanan

informasi obat (KIE) ini disampaikan pada saat penyerahan

obat dan dilaksanakan dalam rangka memberikan pelayanan

kefarmasian yang lebih baik kepada pasien mengenai fungsi /

kegunaan obat, efek samping yang ditimbulkan akibat

penggunaan obat, cara pemakaian dan waktu pemakaiannya.

Dalam memberikan pelayanan informasi obat Asisten Apoteker

memberikan informasi obat ini terbuka untuk umum segala

sesuatu mengenai obat dan ini tidak dipungut biaya.

Apotek Puskesmas Mijen mendapat pasokan obat dari

Instalasi Farmasi (IF) Dinas Kesehatan Kota. Pengambilan obat

dari Instalasi Farmasi tersebut diambil tiap 4 bulan sekali.

Proses permohonan pemintaan obat dengan cara mengajukan

daftar data permintaan obat yang ingin diminta ke Instalasi

Farmasi. Puskesmas dapat mengambil berbagai jenis obat

sesuai dengan keperluan sesuai dengan ketetapan yang telah

ditentukan. Puskesmas juga dapat membeli sendiri obat yang

diperlukan dengan menggunakan anggaran dana dari APBD.

Setelah obat didapat dari Instalasi Farmasi, obat-obatan

tersebut kemudian bisa disimpan disebuah ruangan di

Puskesmas yang disebut sebagai gudang obat. Obat tersebut

disimpan dan sewaktu-waktu bisa diambil oleh petugas apotek

Puskesmas apabila obat yang diinginkan diperlukan untuk

upaya pengobatan pasien.

Karena biasanya ada beberapa obat yang jarang

dibutuhkan oleh pasiensehingga jumlahnya masih tetap saja di

gudang penyimpanan obat hingga massa kadaluarsa. Obat-obat

76

Page 77: BAB I Laporan Puskesmas

77

tersebut biasanya dikumpulkan dan dimusnahkan secara

bersama-sama pada suatu waktu tertentu. Pengecekan dan

pemusnahan obat-obat yang sudah kelewat masa batasnya

dilakukan tiap 3 bulan sekali. Jumlah obat yang dimusnahkan

juga harus dilaporkan ke DKK. Selalu ada juga supervisi dari

Dinas Kesehatan yang selalu secara berkala mengecek ke

Puskesmas apakah masih ada obat-obat kadaluarsa yang masih

tersimpan.

Pelaporan dalam pemakaian obat dilakukan tiap 1 bulan

meskipun demikian untuk tiap harinya petugas apotek

puskesmas tetap mencatat pemakaian obat perharinya untuk

kemudian dilakukakan perekapan tiap 1 bulan sekali. Pelaporan

obat tersebut dari puskesmas ditujukan kepada Instalasi

Farmasi (IF). Semua jenis obat yang diedarkan ke pasien

dilaporkan pada Instalasi Farmasi tersebut.

77

Page 78: BAB I Laporan Puskesmas

78

C. UPAYA KESEHATAN INOVATIF PUSKESMAS MIJEN

1. Pelayanan kesehatan Lansia

Pelaksana kegiatan : Balai Pengobatan Umum

Penanggungjawab Program

Nama : Sri Mulyati, Am. Kep

Jabatan : Perawat Pelaksana Lanjutan

Tugas Pokok : Pelayanan Rawat Inap

Tugas Integrasi : Laporan Obat Rawat Inap

Tugas Tambahan : Posyandu Balita/Lansia & Puskesling

Presentase cakupan yang dicapai oleh puskesmas Mijen mencapai 100%

sedangkan target sasarannya adalah 80%. Faktor yang mendukung dalam

pencapaian ini adalah adanya program Posyandu Lansia yang diadakan 1

bulan sekali.

Faktor yang menghambat pencapaian tersebut adalah kunjungan

puskesmas yang rendah, sebenarnya kesadaran masyarakat sudah ada,

namun mereka lebih memilih ke bidan-bidan yang buka praktik sendiri di

rumah karena lebih praktis dan meminimalisir pengantrian.

2. Pelayanan Kesehatan Remaja

Penanggungjawab Program

Nama : Sri Purwati

Jabatan : Staf

Tugas Pokok : Pelayanan Loket Pustu Wonolopo

Tugas Integrasi : Laporan ASKES

Laporan Kunjungan Bulanan

Registrasi Kunjungan Pasien

Tugas Tambahan : Posyandu Balita/Lansia

78

Page 79: BAB I Laporan Puskesmas

79

Pelayanan kesehatan remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan

dini terhadap tumbuh kembang dan pemantaua pelayanan kesehatan

remaja. Persentase cakupan yang di capai oleh puskesmas Mijen mencapai

85%, sedangkan target sasarannya 75 %. Faktor yang mendukung dalam

pencapaian ini adalah adanya kerjasama antar program dengan UKS,

kader-kader kesehatan yang terlatih, dan dokter kecil.

3. Kesehatan Matra ( Kesehatan Haji)

Penanggungjawab Program

Nama : dr. Aprilia Mahatmanti

Jabatan : Dokter pertama

Tugas Pokok : Penanggungjawab BP umum

Tugas Integrasi : Penanggungjawab VA

Tugas Tambahan : Posyandu Lansia

Sekretariat ISO 9001 : 2008

Kesehatan haji  adalah program pelayanan kesehatan untuk calon

dan jemaah haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan

kebugaran dan pemantauan kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari

menunaikan ibadah haji.

Prosedur pemeriksaan :

a. Jemaah haji mengajukan permintaan pemeriksaan kesehatan untuk

mendapatkan Surat Keterangan Pemeriksaan kesehatan bagi

kelengkapan pendaftaran haji.

b. Pemeriksaan kesehatan haji di puskesmas sesuai tempat

tiinggal/domisilinya.

79

Page 80: BAB I Laporan Puskesmas

80

c. Pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan medis dasar :

i. Anamnesis

ii. Pemeriksaan fisik

iii. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan Laboratorium terdiri

dari Tes urin rutin,darah rutin, Tes kehamilan, Gula darah

sewaktu, Kholesterol, Rontgen, ECG.

iv. Penilaian kemandirian

v. Tes Kebugaran

d. Hasil pemeriksaan dan kesimpulannya dicatat dalam catatan

medik. Catatan medik merupakan sumber data dan dasar pengisian

Buku Kesehatan Jemaah Haji.

e. Jika jemaah haji tersebut resti ( resiko tinggi) maka dirujuk untuk

pemeriksaan kedua di RSUD Kota Semarang.

f. Surat Keterangan pemeriksa kesehatan diserahkan kepada jemaah

sebagai kelengkapan dokumen perjalanan ibadah haji di kantor

Kementerian Agama

g. Jemaah haji diberikan Imunisasi Meningitis

h. Setelah kembalinya jemaah haji dari tanah suci maka dilakukan

penyelidikan epidemiologi haji untuk menjaring status kesehatan

jamaah haji sehat/sakit.

i. Kepala puskesmas bertanggungjawab atas pemeriksaan kesehatan

tahap pertama dan melaporkan hasilnya kepada kepala Dinas

Kesehatan kota.

4. Kesehatan Indera ( Mata dan telinga)

Penanggungjawab program : dr. Aprilia Mahatmanti

Tujuan upaya kesehatan mata :

a. Meningkatkan kesehatan mata.

80

Page 81: BAB I Laporan Puskesmas

81

b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam bentuk penyuluhan

kesehatan serta menciptakan kemandirian masyarakat dalam

pemeliharaan kesehatan mata mereka.

Kegiatan :

a. Melakukan penjaringan di sekolah

b. Mengupayakan kesehatan mata dengan anamnesa,

c. Pemeriksaan visus dan mata luar,

d. Tes buta warna,

Prioritas Penyakit yang Ditangani :

1. Kelainan refraksi

2. Glaukoma

3. Xeroftalia

4. Presbikusis

Apabila ditemukan kelainan mata yang dibutuhkan keahlian

spesialistik maka oleh puskesmas Mijen dirujuk. Untuk kelainan

telinga dilakukan pemeriksaan anatomi luar dengan penjaringan,

jika ada serumen maka ditangani oleh puskesmas tetapi jika ada

gangguan pendengaran maka perlu dirujuk.

5. PTM ( Penyakit Tidak Menular)

1. Hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJP)

Tujuan : Meningkatkan kualitas pelayanan hipertensi

Cara pelaksanaan kegiatan pelayanan Hipertensi :

a. Anamnesa

b. Melakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari Pengukuran tinggi

badan, berat badan, menghitung denyut nadi, mengukur tekanan

darah, menghitung pernafasan, pemeriksaan paru, pemeriksaan

jantung, pemeriksaan ginjal, pemeriksaan ekstremitas bawah/ kaki,

dan pemeriksaan laboratorium.

c. Diagnosis

81

Page 82: BAB I Laporan Puskesmas

82

d. Pengobatan : Hipertensi tk 1 diberi obat Hidroklorotiazid( HCT), ,

kaptopril , tensigard. Hipertensi sedang- berat diobati dengan

kombinasi HCT + propanol atau HCT + kaptopril. Hipertensi berat

dirujuk ke rumah sakit.

e. Penyuluhan

Menjelaskan tentang komplikasi-komplikasi dari penyakit

hipertensi, menjelaskan perubahan gaya hidup seperti olahraga

secara teratur, penghentian merokok, pola makan yang sehat,dll).

2. Penyakit kencing manis ( Diabetes mellitus/ DM)

Tujuan : Meningkatkan kualitas pelayanan pada penderita DM

Pelaksanaan pelayanan DM :

a. Anamnesa

b. Melakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari Pengukuran tinggi

badan, berat badan, menghitung denyut nadi, mengukur tekanan

darah, menghitung pernafasan, pemeriksaan suhu aksiler,

pemeriksaan jantung, pemeriksaan ginjal, pemeriksaan perut, dan

pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan GDP( Gula Darah

Puasa) dan 2 jam PP ( Post Prandial).

c. Diagnosis

Bila kadar gula darah puasa > 120 mg/ dl dan kadar gula darah 2

jam PP> 180 mg/dl.

d. Pengobatan ada 4 tahapan : Edukasi yaitu menjelaskan pada pasien

dan keluarga tentang penyakit DM, Pemberitahuan jenis makanan

yang frekuensi dan banyaknya diatur ( konsul Ahli Gizi) dan perlu

diet ketat untuk jenis makanan yang mengandung gula murni, Olah

raga secara teratur minimal seminggu 3x, Pemberian obat penurun

gula seperti metformin,dan sulfonilurea.

82

Page 83: BAB I Laporan Puskesmas

83

3. Penyakit keganasan selain leher rahim dan payudara

Setiap benjolan yang ditemukan dan diketahui itu ca maka perlu

dirujuk.

4. Penyakit Paru ( PPOM dan Asma)

Tujuan : Untuk mencegah terjadinya kecacatan dan kematian akibat

kekurangan oksigen

Pelaksanaan pelayanan penyakit paru :

a. Anamnesa

b. Pengobatan : Pemberian terapi oksigen + Nebulizer. Evaluasi 20

menit jika tidak ada perubahan dapat diulang 1 kali terapi. Bila

masih belum ada perubahan rujuk ke rumah sakit. Pemberian

terbutalin 1 amp 500 cc D5%, dan beri adrenalin bila muncul

tanda-tanda syok.

c. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan laboratorium darah rutin

dan urin, pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan foto thorax.

Jika menemukan status asmatikus maka perlu di rujuk ke rumah

sakit dan untuk pasien PPOK( Penyakit Paru Obstruktif Kronis)

5. Penyakit Ganggguan Jiwa

Penanganan gangguan jiwa di puskesmas jika menemukan kasus

gangguan jiwa akut maka ditangani tetapi untuk kasus gangguan jiwa

kronis maka dirujuk ke rumah sakit.

Obat gangguan jiwa :

a. Chlororpiomazine (CPZ)

b. Trihepsinpenidin (THP)

c. Halopenidol ( Haldol)

6. Upaya Kesehatan Lansia

Di puskesmas Mijen terdapat slogan utamakan lansia maka pelayanan

kesehatan Lansia sangat diutamakan dimulai dari loket pembayaran

sampai pengambilan obat.

83

Page 84: BAB I Laporan Puskesmas

84

SKOR MENTAL STATUS ( 10 item )

Tanggal : ................... ...... Nama Pasien :.........................

No DAFTAR PERTANYAAN BENAR SALAH1 Tanggal berapakah hari ini ? (Bulan/Tahun)2 Hari apakah hari ini ?3 Apakah nama tempat ini ?4 Berapa no. Telp, bila tidak ada, no

rumah/jalan ?5 Berapakah usia anda ?6 Kapan anda lahir (tgl/bln/tahun)7 Siapakah nama presiden sekarang ?8 Siapakah nama presiden sebelumnya ?9 Siapa nama ibumu sebelum menikah ?10 20 dikurangi 3 dan seterusnya ?

JUMLAH KESALAHAN ?

0 – 2 Kesalahan : baik

3 – 4 Kesalahan : gangguan intelek ringan

5 – 7 Kesalahan : gangguan intelek sedang

8 – 10 kesalahan : gangguan intelek berat

84

Page 85: BAB I Laporan Puskesmas

85

SKALA DEPRESI GERIATRIK ( 15 item)

Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan anda dalam satu minggu terakhir.

“Apakah………………”

1. Anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ? Ya TIDAK(*)2. Anda telah meninggalkan banyak kegiatan / minat /

kesenangan anda ?YA(*) Tidak

3. Anda merasa kehidupan anda kosong ? YA(*) Tidak4. Anda sering merasa bosan ? YA(*) Tidak5. Anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ? Ya TIDAK(*)6. Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri

anda ?YA(*) Tidak

7. Anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda ?

Ya TIDAK(*)

8. Anda merasa sering tidak berdaya ? YA(*) Tidak9. Anda lebih senang tinggal di ruah daripada keluar dan

mengerjakan sesuatu yang baru ?YA(*) Tidak

10. Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda disbanding kebanyakan orang ?

YA(*) Tidak

11. Anda piker bahwa anda sekarang menyenangkan ? Ya TIDAK(*)12. Anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat

ini ?YA(*) Tidak

13. Anda merasa anda penuh semangat ? Ya TIDAK(*)14. Anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ? YA(*) Tidak15 Anda piker bahwa orang lain lebih baik keadaannya

daripada anda ?YA(*) Tidak

Skor : hitung jmlah jawaban yang tercetak tebal dan huruf besar (*)

a. Setiap jawaban bercetak tebal dari huruf tebal dan huruf besar.b. Skor antara 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi.c. Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi.

85

Page 86: BAB I Laporan Puskesmas

86

BAB IV

PEMBAHASAN

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran

serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab

atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

Di Puskesmas Mijen melakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan pokok

meliputi Promosi Kesehatan, KIA-KB, Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan,

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pelayanan Pengobatan.

Pembahasan menurut KEPMENKES No.128 tahun 2004

A. Visi

Tercapainya Kecamatan Sehat Menuju Terwujudnya Indonesia Sehat.

Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang

ingin dicapai. Melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup

dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama

yakni:

86

Page 87: BAB I Laporan Puskesmas

87

1. Lingkungan sehat

2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Visi Puskesmas Mijen adalah “Puskesmas Mijen dengan Kualitas Prima

Menjadi Andalan Kota Semarang”. Visi ini telah sesuai dengan

KepmenkesNo.128 tahun 2004. Hal ini terlihat dalam kalimat“kualitas prima”

yang berarti memberikan pelayanan dengan sepenuh hati dalam kualitas yang

prima menuju kecamatan sehat yang “menjadi andalan kota semarang”.

B. Misi

Mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.

Misi Puskesmas:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya

Misi Puskesmas Mijen:

1. Memiliki motivasi dan profesionalisme dalam bekerja

2. Mengutamakan pelayanan kesehatan menyeluruh

3. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral

4. Mengoptimalkan teknologi dan informasi yang terdepan

5. Mendorong kemandirian dan keaktifan masyarakat dalam upaya kesehatan

87

Page 88: BAB I Laporan Puskesmas

88

Misi Puskesmas Mijen telah sesuai dengan Kepmenkes No.128 tahun

2004. Hal ini terlihat bahwa Meningkatkan kerjasama lintas program dan

lintas sektoral merupakan wujud dari Misi Puskesmas menurut Kepmenkes

No.128 tahun 2004 yaitu Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

di wilayah kerjanya, Mendorong kemandirian dan keaktifan masyarakat dalam

upaya kesehatan merupakan wujud dari misi Mendorong kemandirian hidup

sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Memiliki motivasi

dan profesionalisme dalam bekerja dan Mengoptimalkan teknologi dan

informasi yang terdepan adalah wujud dari misi Memelihara dan

meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan. Mengutamakan pelayanan kesehatan menyeluruh

merupakan wujud dari Misi Memelihara dan meningkatkan kesehatan

perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.

C. Kedudukan

1. Sistem Kesehatan Nasional

Sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan.

2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota

Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan.

3. Sistem Pemerintahan Daerah

Unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang merupakan

unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di

tingkat kecamatan.

4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama:

a. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan

strata pertama ini adalah sebagai mitra. Contoh dengan klinik dokter

umum, dokter gigi.

88

Page 89: BAB I Laporan Puskesmas

89

b. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan

berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.

Contoh posyandu,polindes.

Kedudukan Puskesmas Mijen sudah sesuai dengan Kepmenkes No.128

tahun 2004. Kedudukan puskesmas Mijen dalam sistem pemerintahan

daerah kota semarang adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas

kesehatan kota semarang bidang kesehatan yang merupakan unit struktur

pemerintahan daerah kota semarang bidang kesehatan di tingkat

kecamatan. Disamping itu di wilayah kerja puskesmas Mijen terdapat

berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh

lembaga masyarakat dan swasta seperti praktik dokter, praktik dokter gigi,

praktik bidan, dan poliklinik, upaya kesehatan berbasis dan sumber daya

masyarakat seperti posyandu, dan pos UKK maka kedudukan puskesmas

Mijen adalah sebagai pembina.

D. Organisasi

1. Kepala Puskesmas

2. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas

dalam pengelolaan:

a. Data dan Informasi

b. Perencanaan dan Penilaian

c. Keuangan

d. Umum dan Kepegawaian

3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:

a. Upaya Kesehatan Masyarakat, terrnasuk pembinaan

terhadap UKBM

b. Upaya Kesehatan Perorangan

4. Jaringan pelayanan Puskesmas:

a. Unit Puskesmas Pembantu

b. Unit Puskesmas Keliling

89

Page 90: BAB I Laporan Puskesmas

90

c. Unit Bidan di Desa/Komunitas

Organisasi Puskesmas Mijen sudah terlaksana dengan baik, terstruktur

sesuai Kepmenkes No.128 Tahun 2004.

E. Kriteria Personalia

1. Tugas dan tanggungjawab masing-masing unit Puskesmas.

2. Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus

seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya

mencakup kesehatan masyarakat.

Eselon Kepala Puskesmas

1. Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di

tingkat Kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab

2. Besarnya peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan di tingkat kecamatan maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat

dengan eselon III-B.

3. Kriteria Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan

yang kurikulum pendidikannya mencakup bidang kesehatan masyarakat,

dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

Di Puskesmas Mijen Tugas dan tanggungjawab masing-masing unit

Puskesmas sudah terlaksana dengan baik, dan untuk kriteria Kepala

Puskesmas juga sudah sesuai dengan Kepmenkes No.128 Tahun 2004

yaitu dikepalai oleh seorang sarjana kedokteran.

90

Page 91: BAB I Laporan Puskesmas

91

F. Upaya Penyelenggaraan

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara

terpadu.

Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari

setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas,

baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan

1. Upaya kesehatan wajib

Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkanKomitmen nasional,

regional dan global sertaMempunyai banyak daya ungkit tinggi

untukPeningkatan derajat kesehatan masyarakat, upaya ini

diselenggarakanoleh Puskesmas.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

a. Upaya Promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan

kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan

kemampuan Puskesmas .

Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan

pokok Puskesmas yang telah ada antara lain :

a. Upaya kesehatan sekolah

91

Page 92: BAB I Laporan Puskesmas

92

b. Upaya kesehatan olah raga

c. Upaya perawatan kesehatan masyarakat

d. Upaya kesehatan kerja

e. Upaya kesehatan gigi mulut

f. Upaya kesehatan jiwa

g. Upaya kesehatan mata

h. Upaya kesehatan usia lanjut

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Mijen meliputi Upaya Promosi

kesehatan, Upaya kesehatan lingkungan, Upaya kesehatan ibu dan anak

serta keluarga berencana, Upaya perbaikan gizi masyarakat, Upaya

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan Upaya pengobatan.

Hal ini sesuai dengan Kepmenkes No.128 Tahun 2004.

Begitu juga dengan Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

Mijen, sudah sesuai dengan Kepmenkes No.128 Tahun 2004 yaitu meliputi

Upaya kesehatan sekolah, Upaya kesehatan olah raga, Upaya perawatan

kesehatan masyarakat, Upaya kesehatan kerja, Upaya kesehatan gigi mulut,

Upaya kesehatan jiwa,Upaya kesehatan mata dan Upaya kesehatan usia

lanjut. Namun, Upaya pembinaan pengobatan tradisional untuk tahun 2013

tidak berjalan.

G. Azas Penyelenggaraan Puskesmas

1. Azas Pertanggungjawaban wilayah

Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah

pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas bertanggung jawab

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal

diwilayah kerjanya

92

Page 93: BAB I Laporan Puskesmas

93

Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antar lain:

a. Menggerakan pembangunan berbagai sektor tk. Kecamatan

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap

kesehatan masyarakat

c. Membina setiap upaya kesehatan

d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)

Azas pertanggungjawaban wilayah telah dilaksanakan oleh

Puskesmas Mijen sesuai dengan Kepmenkes No.128 Tahun 2004 yaitu

membangun kerjasama, pemantauan dan pembinaan pembangunan

terhadap kesehatan masyarakat. Hal ini dilaksanakan dengan kerjasama

lintas sektoral seperti kecamatan, kelurahan, Dinas Kesehatan, Depak,

Bidan Praktik swasta (BPS),dan Dokter Praktik Swata (DPS).

2. Azas Pemberdayaan Masyarakat

Dalam arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga

dan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya

puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun

melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP)

Azas pemberdayaan masyarakat telah dilaksanakan sesuai dengan

Kepmenkes No.128 Tahun 2004 yaitu memberdayakan perorangan,

keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalam kesehatan dengan cara

diadakannya penyuluhan. Penyuluhan ini dilakukan di sekolah-sekolah,

saat kegiatan posyandu, saat pemantauan kesehatan, dll.

3. Azas Keterpaduan

Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil

yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus

diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap

perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni:

93

Page 94: BAB I Laporan Puskesmas

94

a. Keterpaduan Lintas program

b. Keterpaduan Lintas Sektor

Azas keterpaduan telah dilaksanakan oleh Puskesmas Mijen sesuai

dengan Kepmenkes No.128 tahun 2004 dengan dilakukannya kerjasama

lintas program dan lintas sector yang baik.

Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan

antara beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan

yang sama. Kerja sama lintas program yang diterapkan di puskesmas

berarti melibatkan beberapa program terkait yangada di puskesmas.

Contoh kerjasama lintas program di Puskesmas Mijen adalah program KIA

dengan Promkes, P2M, dan perbaikan Gizi.

Kerjasama lintas sektor melibatkan dinas dan orang-orang di luar

sector kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi factor

yang secara langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia.

Contoh kerjasama lintas sektor di Puskesmas Mijen adalah dengan

kelurahan, kecamatan, pertanian, peternakan, dll.

4. Azas Rujukan

Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit

atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik

secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke

strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun antar strata sarana

pelayanan kesehatan yang sama.

Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh

puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:

a. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan

b. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat

Azas Rujukan telah dilakukan oleh Puskesmas Mijen sesuai dengan

Kepmenkes No.128 tahun 2004 yaitu meliputi rujukan kesehatan

perorangan dan masyarakat. Contoh rujukan kesehatan perorangan adalah

rujukan seorang pasien untuk keperluan diagnostik dan pengobatan (dari

94

Page 95: BAB I Laporan Puskesmas

95

MTBS ke BP Umum). Sedangkan contoh dari rujukan kesehatan

masyarakat adalah rujukan dari puskesmas pembantu (PUSTU) ke

Puskesmas Mijen dalam bantuan vaksin.

H. Manajemen Puskesmas

Manajemen puskesmas terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban.

1. Pelaksanaan

a. Identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta

fasilitas pelayanan kesehatan tentang cakupan dan mutu pelayanan,

b. Identifikasi potensi sumber daya masyarakat dan provider

c. Menetapkan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan masalah.

Hasil perencanaan (RUK) dibahas dengan BPP -> alokasi dana -> RPK -> dengan

bantuan instrumen PTP

Perencanaan Upaya kesehatan Pembangunan

Dengan dua cara metode pengumpulan data :

a. Survei mawas diri = menggunakan data primer . Survei langsung

dilapangan

b. Delbecq technique = kesepakatan sekelompok orang

2. Penggerakan / Pelaksanakan

a. Lokakarya mini bulanan adalah alat untuk penggerakan pelaksanaan

kegiatan bulanan dan juga monitoring bulanan kegiatan puskesmas dengan

melibatkan lintas program intern puskesmas.

b. Lokakarya mini tribulanan dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan

dan monitoring kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral,

Badan Penyantun Puskesmas atau badan sejenis dan mitra yang lain

puskesmas sebagai wujud tanggung jawab puskesmas perihal kegiatan.

95

Page 96: BAB I Laporan Puskesmas

96

Pengawasan, Penilaian dan PertanggungJawaban

1. Pengawasan

Pengawasan internal pengawasan eksternal

2. Penilaian

Dilakukan di akhir tahun anggaran sumber berasar dari :

a. data primer dari SIMPUS

b. data sekunder dari pemantauan bulanan dan triwulanan

3. Pertanggungjawaban

Kepala puskesmas – membuat laporan – kepala dinas kesehatan kabupaten / kota

termasuk BPP.

Puskesmas Mijen sudah melaksanakan manajemen Puskesmas sesuai dengan

Kepmenkes nomor 128 tahun 2004, dengan cara kerjasama lintas sektor.

Misalnya, Departemen Agama dan Dinas Pendidikan. Rapat Koordinasi dilakukan

dengan cara melaksanakan Lokakarya Mini Bulanan, Lokakarya Mini Triwulan

dan Lokakarya Mini Tahunan. Pengawasan dilakukan dari pengolahan Simpus

yang akan dilakukan evaluasi.

96

Page 97: BAB I Laporan Puskesmas

97

Pembahasan Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Mijen

A. Upaya Promosi kesehatan

1. Program PromKes yang sudah

memenuhi target

Seluruh program PromKes yang dilaksanakan telah memenuhi

target, bahkan melebihi target hingga bisa mencapai prosentase (100

%), terkecuali hanya ada 1 program saja yang belum memenuhi target

2. Program PromKes yang belum memenuhi target

Intervensi PHBS yang dilakukan puskesmas pada Rumah

Tangga hanya mencapai prosentase (15 %)

3. Faktor pendorong pada program PromKes yang memenuhi target

Seluruh program PromKes yang telah dilakukan, dapat

mencapai target bahkan melebihi target hingga bisa mencapai

prosentase 100%, dikarenakan pelaksanaan kegiatan PromKes

dilakukan secara rutin sesuai jadwal, sehingga semua program

PromKes dalam periode 1 tahun dapat tercakup seluruhnya dan

terlaksana dengan baik.

4. Faktor penghambat pada program PromKes yang belum memenuhi

target

Intervensi PHBS yang dilakukan puskesmas pada Rumah

Tangga hanya mencapai prosentase (15 %) belum mencapai target,

dikarenakan faktor keterbatasan tenaga petugas puskesmas, sehingga

untuk melakukan intervensi PHBS belum terlaksana dengan baik.

Maka, usaha yang akan dilakukan puskesmas adalah

mengoptimalkan tugastambahan,yang diberikan kepada petugas

puskesmas untuk melaksanakan program intervensi PHBS.

97

Page 98: BAB I Laporan Puskesmas

98

B. Upaya kesehatan lingkungan

Kesehatan lingkungan di puskemas mijen memiliki beberapa

program kegiatan meliputi :

1. Pengawasan dan pengendalian kualitas air

a. Pengambilan dan pemeriksaan Sample air bersih

b. Intervensi sample air bersih yang tidak memenuhi syarat

c. Pemeriksaan sample mak/min kantin sekolah

d. Intervensi sample mak/min kantin sekolah yang tidak memenuhi

syarat kesehatan

2. Pengawasan dan pengendalian TTU/TPMM

a. Pemeriksaan TTU

b. Intervensi TTU yang tidak memenuhi syarat

c. Pemeriksaan TPM

d. Intervensi TPM yang tidak memenuhi syarat

3. Pengawasan dan pengendalian penyehatan lingkungan pemukiman

a. Pemeriksaan TPS

b. Pemeriksaan rumah

c. Intervensi rumah diperiksa yang tidak memenuhi syarat

d. Pemeriksaan SAB

e. Intervensi SAB yang tidak memenuhi syarat kesehatan

f. Pemerksaan jamban

g. Intervensi Jamban yang tidak memenuhi syarat

Dari semua progam kegiatan diatas untuk tahun 2012 sudah

memenuhi target adanya kerjasama lintas sektor yang terjalin dan

kesehatan lingkungan merupakan tugas pokok dari petugas itu sendiri.

Kerjasama antar sektor yang paling dominan yaitu kerjasama dengan

98

Page 99: BAB I Laporan Puskesmas

99

kelurahan RT & RW. Adapun yang sedikit persentase pencapaian

target yaitu pengawasan dan pengendalian TPM (12%). Faktor

penghambat penyapaian target tersebut yaitu karena luasnya wilayah

kerja ( 5 kelurahan 1 petugas) dan banyaknya tugas tambahan petugas

sehingga tidak dapat maximal.

Upaya yang dilakukan puskesmas untuk tercapainya target yaitu

meningkatkan kerjasama antar sektor dan menambah petugas dalam

melakukan pengawasan pemeriksaan dan penyuluhan.

C. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

Program yang sudah mencapai bahkan melebihi target antara lain

adalah cakupan pelayanan K4, imunisasi, pelayanan kesehatan remaja, dan

Pelayanan kesehatan Lansia. Sedangkan program yang belum mencapai

target adalah penanganan papsmear.

Presentase cakupan pelayanan K4 di Puskesmas Mijen mencapai

47%, sedangkan untuk target K4 yaitu 30%. Jadi pencapaian K4 di

Puskesmas Mijen sudah mencapai target bahkan melebihi target. Faktor

pendorong dalam pencapaian ini meliputi kesadaran masyarakat terutama

bumil yang tinggi akan pentingnya kesehatan janin dan kesehatan bumil

dan dengan didukung pelayanan yang sesuai dengan SOP diantaranya

yaitu didukung dengan materi/sarana yang memadai, metode pemeriksaan

yang baik seperti anamnesa, pengukuran (BB,TB,Lila), vital sign,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, penentuan faktor resiko,

konseling, pengobatan, dan rujukan. Jumlah ibu mendapat pelayanan

deteksi dini kanker rahim dan payudara.

Dalam cakupan pencapaian imunisasi sudah memenuhi target.

Faktor yang mendukung adalah adanya kerjasama lintas program yaitu

dengan Promkes, dengan diadakannya penyuluhan tentang imunisasi,

masyarakat menjadi tahu akan pentingnya imunisasi, adanya program

99

Page 100: BAB I Laporan Puskesmas

100

Posyandu, pelaksanaan imunisasi rutin 1 tahun 2 kali yaitu pada bulan

Agustus dan September, serta penyimpanan vaksin yang memadai dan

terkoordinir dengan baik.

Persentase cakupan yang di capai oleh puskesmas Mijen dalam

Pelayanan Kesehatan Remaja mencapai 85%, sedangkan target

sasarannya 75 %. Faktor yang mendukung dalam pencapaian ini adalah

adanya kerjasama antar program dengan UKS, kader-kader kesehatan yang

terlatih, dan dokter kecil. Presentase cakupan yang dicapai oleh puskesmas

Mijen pada Pelayanan kesehatan Lansia mencapai 100% sedangkan target

sasarannya adalah 80%. Faktor yang mendukung dalam pencapaian ini

adalah adanya program Posyandu Lansia yang diadakan 1 bulan sekali.

Penanganan Papsmear di puskesmas Mijen, persentase mencapai

1,6% sedangkan target sasarannya 10%. Faktor yang menjadi penghambat

yaitu Keadaan kanker rahim yang tingkatannya sudah tinggi.

Faktor yang menghambat pencapaian target yang lain adalah

kunjungan puskesmas yang rendah, sebenarnya kesadaran masyarakat sudah

ada, namun mereka lebih memilih ke bidan-bidan yang buka praktik sendiri

di rumah karena lebih praktis dan meminimalisir pengantrian.

D. Upaya perbaikan gizi masyarakat

Berdasarkan data upaya perbaikan gizi di puskesmas mijen

didapatkan hasil realisasi dari target yaitu, sesuai dengan target dan target

belum tercapai. Untuk program dengan hasil realisasi yang sesuai target

antara lain adalah program pemantauan jumlah balita yang naik berat

badannya, pemantauan jumlah bayi BGM, pemantauan jumlah bayi gizi

buruk yang ditemukan,pemantauan jumlah bayi gizi buruk yang di lacak,

pemantauan jumlah bumil KEK, pelayanan gizi pada bufas yang mendapat

vit A 2kapsul, pelayanan pemantauan gizi buruk ,pemantauan konsumsi

garam beryodium,pemantauan gizi, pemantauan kadarzi,promosi ASi

ekslusif dan cakupan asi ekslusif. Tercapainya target ini di dorong oleh

100

Page 101: BAB I Laporan Puskesmas

101

tersedianya tenaga hli di puskesmas dan fasilitas kelengkapan penunjang

yang terpenuhi.

Sedangkan untuk program yang belum tercapai targetnya antara

lain adalah jumlah bumil yang mendapatkan 120 Fe,jumlah bumil yang

diperiksa Hb,dan jumlah balita BGM gakin yang mendapatkan

MPASI,untuk program jumlah bumil yang mendapatkan 120 tablet FE

belum tercapai realisasi targetnya karena bumil mengeluh suka mual saat

meminum 120 tablet FE , sehingga puskesmas menindak lanjuti dengan

pemberian konseling ketika bumil meminum tablet Fe, Bumil dianjurkan

untuk minum tablet Fe dengan air jeruk, untuk program jumlah bumil yang

diperiksa Hb adalah karena bumil lebih memilih pergi ke praktek bidan

swasta dikarenakan jam praktek puskesmas yang terbatas, sehingga

puskesmas menindaklanjuti dengan cara bidan di harapkan menyetor data

bumil yang diperiksa Hb di tempat prakteknya. Selanjutnya untuk pogram

balita BGM gakin yang mendapat MPASI belum tercapai targetnya karena

tidak semua gakin mendapatkan jamkesmas, sehingga untuk

menindaklanjuti hal ini, puskesmas menerapkan memberikan MPASI

kepada semua balita BGM.

E. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

Berdasarkan data upaya perbaikan gizi di puskesmas mijen, target

pemberian BCG 95%, DPT/HB3 90%, Campak 90%, Polio4 98%, DT dan

Campak pada murid SD/MI 98%, TT BIAS 98%, dan HB0 90%. Dalam

pencapaian pelayanan imunisasi melebihi target, yaitu 100%. Faktor yang

mendukung adalah adanya kerjasama lintas program yaitu dengan

Promkes, dengan diadakannya penyuluhan tentang imunisasi, masyarakat

menjadi tahu akan pentingnya imunisasi; adanya program Posyandu,

pelaksanaan imunisasi rutin 1 tahun 2 kali yaitu pada bulan Agustus dan

September; serta penyimpanan vaksin yang memadai dan terkoordinir

dengan baik.

101

Page 102: BAB I Laporan Puskesmas

102

Pada Pengamatan Epidemiologi, tindak lanjut penanggulangan

KLB mempunyai target 80% dan dalam pencapaiannya 100%. Faktor

pendorong dalam pencapaian ini adalah tindak lanjut yang cepat dalam

penanggulangan KLB.

Pemberantasan penyakit diaresasarannya adalah 4000 balita dan

pada realisasinya hanya ditemukan 253 balita yang terkena kasus

diare.Realita di lapangan hanya ditemukan 6,3% dari sasaran. Target

penanganan penyakit diare telah tertangani semua. Hal ini berarti dalam

pemberantasan penyakit diare telah berhasil. Faktor pendorong dari

keberhasilan penekanan penyakit diare adalah berfungsinya pojok oralit.

Pemberantasan penyakit ISPA mempunyai sasaran 447 balita dan

di Puskesmas Mijen ditemukan 402 balita yang terkena kasus ISPA.

Realita di lapangan ditemukan 89% dari sasaran. Namun, target

penanganan penyakit ISPA telah tertangani semua. Hal ini berarti dalam

pemberantasan penyakit ISPA telah berhasil. Faktor pendorong dari

keberhasilan penekanan penyakit ISPA adalahpelayanan yang sesuai

dengan SOP diantaranya yaitu didukung dengan materi/sarana yang

memadai dan metode pemeriksaan yang baik.

Penemuan kasus BTA positif pada penderita TB paru sasarannya

adalah 319 kasus dan realisasinya hanya 19 kasus. Dalam realita

dilapangan hanya 8% dari sasaran. Namun, target penanganan penyakit TB

telah tertangani semua. Hal ini berarti dalam pemberantasan penyakit TB

telah berhasil. Faktor pendorong dari keberhasilan penekanan penyakit TB

pelayanan yang sesuai dengan SOP diantaranya yaitu didukung dengan

materi/sarana yang metimadai dan metode pemeriksaan yang baik.

Pada Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, pelaksanaan

Penyelidikan Epidemiologi semua kasus DBD sasaranya adalah 48 kasus

dan targetnya adalah 100%. Dalam realita di lapangan, Penyelidikan

Epidemiologi semua kasus DBD adalah 28 kasus atau 58% dari target. Hal

102

Page 103: BAB I Laporan Puskesmas

103

ini berarti dalam pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi semua kasus

DBD belum mencapai target. Faktor yang menghambat pencapaian target

adalah tidak adanya tenaga (team) khusus epidemiologi. Upaya untuk

mengatasinya adalah pihak puskesmas malaksanakan Pengamatan

Epidemiologi pada tiap program.

Berdasarkan data yang diperoleh, program yang mencapai target

adalah pelayanan imunisasi, Pengamatan Epidemiologi, pemberantasan

penyakit diare, pemberantasan penyakit ISPA, dan pemberantasan

penyakit TB Paru.

F. Upaya Pengobatan

Berdasarkan hasil pengamatan di Puskesmas Mijen. Jenis kegiatan pengobatan targetnya 100 %, yang mencapai target adalah

1. Administrasi pelayanana. Ada dan terisi lengkap buku register, CM pasien dan inform consentb. Adanya SOP kegiatan untuk jenis pelayananc. Adanya petunjuk alur pasiend. Adanya informasi jenis dan biaya pelayanan yang disediakan

2. Penanganan pasiena. Jumlah kunjungan rawat jalan (lama)b. Jumlah kunjungan rawat jalan (baru)c. Jumlah pasien gangguan jiwa yang dilayani di puskesmasd. Jumlah kasus GD yang ditangani di puskesmase. Jumlah kasus GD yang dirujuk ke RS

3. Penunjang Pelayanana. Penulisan resep yang rasionalb. Kelengkapan peralatan medis sesuai standarc. Kelengkapan peralatan non medis sesuai standard. Kelengkapan peralatan GD

4. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasiana. Penataan obat di ruang obat puskesmasb. Penataan obat di gudang obat puskesmasc. Pengemasan dan pelabelan obatd. Meracik obate. Penyerahan obatf. Penyimpanan / penataan obat

103

Page 104: BAB I Laporan Puskesmas

104

5. Kesehatan Matraa. Jumlah calon jamaah haji yang diperiksa kesehatannyab. Jumlah CJH yang mendapat pembinaan ( Penyuluhan, Pelatihan dan

Rujukan )c. Jumlah CJH yang risiko tinggi ditanganid. Jumlah jamaah haji yang dilacake. Jumlah calon transmigran yang diperiksa kesehatannyaf. Jumlah calon transmigran yang sakit dan ditanganig. Jumlah bencana yang ditanganih. Jumlah pelayanan P3Ki. Jumlah kasus yang ditangani dalam kegiatan P3K

Faktor Pendorong :a. Deteksi tercukupib. Bekerja sesuai dengan SOP yang adac. Pelayanannya sudah memadai

Program yang belum mencapai target :a. Pelatihan UKGMD : Kekurangan petugas, karena

petugas yang di kirim ke masyarakat hanya 1 orang.b. PTM ( kecuali penyakit paru ) : Keterbatasan jenis obat maka perlu

dirujuk

104

Page 105: BAB I Laporan Puskesmas

105

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kegiatan PBL yang dilakukan di Puskesmas

Mijen berjalan dengan lancar dan tertib sesuai dengan tujuan

dilakukannya PBL, yaitu memperoleh pengalaman sehingga dapat

menjelaskan konsep public health dan manajemen puskesmas.

2. Manajemen puskesmas sudah sesuai dengan

teori yang ada, namun perlu peningkatkan dalam upaya pelayanannya.

B. Saran

Berdasarkan observasi kami, Puskesmas Mijen telah melakukan

upaya kesehatan wajib dengan baik, namun masih ada yang perlu di

tingkatkan dalam upaya pelayanannya, diantaranya:

1. Mengoptimalkan tenaga kesehatan di Puskesmas Mijen, melalui

pemertaan pembagian beban kerja, antara tugas pokok, tugas integrasi,

dan tugas tambahan yang diampu setiap petugas puskesmas, sehingga

pelayanan kesehatan lebih optimal.

2. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk

meningkatkan pelayanan secara optimal.

3. Dalam rangka memudahkan koordinasi kelompok, seyogyanya

disediakan sarana untuk tinggal mahasiswa dengan fasilitas memadai

sebagai posko kegiatan PBL di puskesmas.

Dengan meningkatkan mutu upaya kesehatan wajib tersebut diatas,

diharapkan tercapainya visi Puskesmas Mijen yaitu “Puskesmas Mijen dengan

kualitas prima menjadi andalan Kota Semarang”.

105

Page 106: BAB I Laporan Puskesmas

106

DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. KEPMENKES RI No. 128 Tahun

2004. Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2004.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sistem Kesehatan Nasional.

Jakarta: DEPKES RI; 2004.

3. Hatmoko. Sistem Pelayanan Dasar Puskesmas. Samarinda: Penerbit

PSKU Universitas Mulawarman Indonesia;2006.

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2008.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2007.

6. World Health Organization

7. Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992

8. Puskesmas Mijen. Rencana Tahunan Puskesmas (RTP)Tahun 2013.

Semarang: Puskesmas Mijen; 2013.

106

Page 107: BAB I Laporan Puskesmas

107

LAMPIRAN

107