BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kristalografi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal dan mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi. Bidang ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara mendalam pokok bahasan yang dikaji meliputi sifat-sifat geometri Kristal serta fisis kristal. Secara tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan perkembangan, pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis lainnya. Sedangkan mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari tentang sifat-sifat mineral pembentuk batuan yang terdapat di bumi dan manfaat bagi manusia serta dampaknya terhadap sifat tanah. Mempelajari kristalografi berarti akan membahas tentang bagaimana serta dimana kristal diartikan bidang homogen yang memiliki bidang polyhedral tertentu.Bidang muka yang licin dalam suatu kristal di dalam kristalografi dan mineralogi biasanya bersifat anisotrop dan tembus air. Proses terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses geologi, yaitu: a.Endogenik, merupakan proses kristal yang dibentuk pengkristalan magma.Satrio RamadhanH1C109070 b.Eksogenik, merupakan proses pengkristalan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya dari luar. c.Tektonik lempeng, dimana proses ini adalah dasar dari penyatuan jalur magnetik dengan sumbu zona pelapukan.Berdasarkan perbandingan panjang yang berada

description

tugas

Transcript of BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

Page 1: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kristalografi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal dan

mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi.

Bidang ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara mendalam

pokok bahasan yang dikaji meliputi sifat-sifat geometri Kristal serta fisis kristal.

Secara tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari

tentang sifat-sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan

perkembangan, pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis

lainnya. Sedangkan mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari

tentang sifat-sifat mineral pembentuk batuan yang terdapat di bumi dan manfaat bagi

manusia serta dampaknya terhadap sifat tanah.

Mempelajari kristalografi berarti akan membahas tentang bagaimana serta

dimana kristal diartikan bidang homogen yang memiliki bidang polyhedral

tertentu.Bidang muka yang licin dalam suatu kristal di dalam kristalografi dan

mineralogi biasanya bersifat anisotrop dan tembus air.

Proses terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses

geologi, yaitu:

a.Endogenik, merupakan proses kristal yang dibentuk pengkristalan magma.Satrio

RamadhanH1C109070

b.Eksogenik, merupakan proses pengkristalan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya dari

luar.

c.Tektonik lempeng, dimana proses ini adalah dasar dari penyatuan jalur magnetik

dengan sumbu zona pelapukan.Berdasarkan perbandingan panjang yang berada

pada sumbu-sumbu kristalografi, letak maupun maupun posisi sumbu, jumlah dan

nilai sumbuvertikal atau nilai di sumbu c, maka kristal digolongkan menjadi 7

sistemkristal, yaitu :

a) Sistem Isometric

b) Sistem Tetragonal

c) Sistem Hexagonal

d)Sistem Trigonal

e)Sistem Orthorombic

f)Sistem Triclinic

g)Sistem Monoclin

Kristal berasal dari bahasa Yunani yaitu crustallos yang berarti es atau sesuatu yang

menyerupai es.Kristal merupakan bangun yang homogen terdiri atas atom-atom yang

tersusun teratur dan berulang (dalam pola tiga dimensi).

Page 2: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

Zat padat terbentuk dari Kristal yang mempunyai jarak antara atom satu dan

antara lainnya tertentu sehingga akan membentuk bangun geometri tertentu pula.

Bentuk-bentuk geometri inilah yang merupakan dasar bentuk Kristal suatu zat.Bentuk

geometri terkecil dari krsital disebut sel satuan.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Dalam studi kristalografi, setelah mempelajari ilmu-ilmu tentang kristal, tahap

selanjutnya adalah mempalajari ilmu tentang mineral atau Mineralogi. Kristalografi

sendiri terkait dalam satu rangkaian dengan berbagai macam contoh dalam

pembelajarannya. Terkait dengan kristal adalah komponen dasar dalam Geologi

karena kristal adalah adalah suatu padatan yang atom, molekul,atau ion penyusunnya

terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Dan

dengan menjalani studi Kristalogrfi, dimaksudkan agar kita dapat mengenal,

mengetahui dan juga menguasai Kristalografi yang menjadi salah satu dasar

terpenting dalam Geologi.

Dengan bekal ilmu tentang kristal yang akan diperoleh, Kristalografi adalah

salah satu aplikasi dari ilmu tersebut. Dan pada akhirnya, dengan menguasai

kristalografi dan Mineralogi nantinya, akan dapat lebih mudah dalam mempelajari

ilmu Geologi pada tahap selanjutnya.

1.2.2 Tujuan

Dalam kegiatan mempelajari dan melakukan praktikum Kristalografi, kita di

tuntut untuk dapat

1.Mengenal dan menguasai bentuk bentuk Kristal.

2. Mengaplikasikan ilmu tentang Kristal yang telah di dapat sebelumnya.

3. Mengetahui defenisi dari mineral itu sendiri.

4. Mengetahui sifat fisik dari mineral.

5. Mampu melakukan penyelidikan secara fisik dari mineral.

6. Mengetahui keterdapatan mineral dalam batuan.

7. Mengetahui persentase komponen-komponen mineral.

8. Mengetahui aplikasi dari ilmu tentang mineral.

1.3. Landasan Teori

1.3.1. Sejarah Terbentuknya Kristal

Kistalografi terbentuk pada zaman pra-sejarah.Lama sebelum ke sasteraan

berkembang,manusia telah mengenal zat warna alam seperti hematite (merah) dan

manganese oxide (hitam),dan dapat di gunakan untuk lukisan lukisan dalam

gua.Manusia zaman batu telah menyadari akan kekerasan dan keuletan “fibrous

sitinolite” (nephrite yada) dan menggunakan nya sebagai belian yang

Page 3: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

istimewa,distribusi dari peralatan nephrite ini membuktikan bahwa material ini

pernah di gunakan dalam kehidupan,karena alat alat ini di jumpai jauh dari tempat

bahan mentahnya.Penambangan dan peleburan mineral mineral dari kristalografi

salah satu tulisan yang pertama tentang ini telah di tuangkan di buku”one stone”yang

di terbitkan oleh filosof Yunani Theopharatus pada tahun 372-358 S.M. Dalam abad

ke 1 masehi mencatat,bahwa banyak sekali pengetahuan alam yang sudah di kenal

oleh orang Romawi.

Dan dia menerangkan tentang beberapa macam Kristal yang di ambil untuk

sebagai batu penghiasan,zat warna dan biji logam.Dan ia mencatat keadaan

geologi,mineralogi dan Kristalografi pada saat itu.Tulisan ini telah di terjemahkan ke

dalam bahasa inggris dan tersedia banyak perpustakaan setelah perkembangan

selanjutnya tentang, Kristalografi , mineralogy dan geologi.Setelah abad ke 18

tercatat bahwa kemajuan dalam kristalografi lambat akan tetapi setabil.Para ahli

mencatat akan usaha ini adalah swedia dari jerman,guru besar pada saat itu adalah

A.G.Warner pada tahun 1750-1817.

Seorang maha guru pada mining academ. y freieropah Dalam tahun-tahun

pertama abad ke 19 terlibat kemajuan yang pesat.Dari mineralogi mengumumkan

tentang teori teori atom dan pernyataan bahwa nineral adalah senyawa kimia dengan

komposisi tertentu.Juga penemuan reflecting geniometer melengkapi cara

pengukuran Kristal dengan lebih teliti dan klasifikasi bentuk serta system memenuhi

syarat.Ahli kimia swedia Berzelium pada tahun 1779-1884 serta murid-murid

nya,terutama Mitscherlich pada tahun 1794-1863,mempelajari kimia Kristal dan

kemudian mengumumkan klasifikasi mineral secara kimia.

Selama abad ke 19 banyak di temukan beberapa macam bentuk Kristal dan di

deskripsikan oleh para pakar Kristal dan mineral-mineral.Dan tidak jarang hasil

pembukaan distrik pembangunan baru yang semula merupakan daerah yang belum di

selidiki.

Untuk keseragaman pendapat tersebut dibuat suatu kesimpulan yang disebut

defenisi kompilasi,yaitu: ‘Kristal adalah bahan padat homogeny, biasanya anisortop

dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan

bidang bidangnya memenuhi hukum geometri, jumlah dan kedudukan selalu ter tentu

dan teratur”.

1.3.2. Pengertian Kristal Menurut beberapa Ahli

Kata “Kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan

dingin dan beku.Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan

pendapat para ahli, maka Kristal adalah bahan padat homogeny, biasanya anisortop

dan tembus cahaya serta mengikuti hukum hukum ilmu pasti sehingga susunan

bidang bidang nya memenuhi hukum geometri; jumlah dan kedudukan bidang

kristalnya selalu ter tentu dan tertur.Kristal Kristal tersebut selalu dibatasi oleh

Page 4: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukan nya ter tentu.Keteraturannya

tercermin dalam permukaan Kristal yang berupa bidang bidang datar dan rata yang

mengikuti pola-pola tertentu.Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka

Kristal.Sudut antara bidang bidang muka Kristal yang saling berpotongan besarnya

selalu tetap pada suatu Kristal.Bidang muka itu baik letak maupun arahnya di

tentukan oleh perpotongan dengan sumbu sumbu Kristal.Dalam sebuah Kristal,

sumbu Kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus Kristal melalui

pusat Kristal.Sumbu Kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai

parameter.

Selain dari definisi ini terdapat pula berbagai definisi Kristal dari berbagai

ahli:

1.Wikipedia

Kristal adalah suatu padatan yang atom,molekul,atau ion penyusunnya terkemas

secara teratur dan polanya berulang menyebar secara tiga dimensi.

2.Snechal

Kristal merupakan padatan yang secara essensial mempunyai pola difraksi ter tentu.

3.Djauhari Noor

Kristal di defenisikan sebagai mineral yang memiliki sifat dan bentuk ter tentu

dalam keadaan padatnya sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di

dalamnya.

4. L.G.Berry,Brian Mason,dan R.V Dietrich,1959.

Mengatakan Kristal adalah A solid body bounded by natural planar surfaces,

generally called crystal faces, that are the external expression of a regular

internal arrangement of constituen atoms or ions. “kumpulan benda padat yang di

kelilingi oleh permukaan planar yang biasanya disebut permukaan Kristal.Itu

adalah tanda luar dari susunan tetap bagian dalamnya dari unsure atom ion”

Istilah kristalin yang di pakai pada material yang mempunyai susunan tetap bagian

dalamnya dari unsur atom atau ion.Bahan yang terdiri dari Kristal mungkin bias

ataupun tidak bias menjadi permukaan Kristal.

5. B.G. Escher, 1949

Mengatakan bahwa Kristal merupakan bahan padat homogen dan bentuknya di

batasi oleh bidang bidang tertentu yang merupakan bidang banyak, bentuk tersebut

ter tentu untuk tiap tiap mineral zat.

Defenisi diatas kalau ditelaah mengandung pengertian’’Bahan padat homogen’’

mengandung yang penjabaranya:

ʘ.Tidak termasuk bahan cair dan gas

ʘ.Tidak dapat diuraikan menjadi unsur lain oleh proses fisika

“ Bentuknya dibatasi oleh bidang tertentu’’mengandung pengertian

ʘ.Bentuk Kristal dibatasi oleh bentuk bidang yang tetap dan membentuk sudut

pinggir yang tetap pula

Page 5: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

merupakan bidang banyak’’mengandung pengertian;

ʘ. Setiap Kristal terdiri dari beberapa bidang(polieder)

Bentuk Kristal tertentu untuk tiap tiap mineral”mengandung pengertian;

ʘ.Setiap mineral mempunyai bentuk Kristal yang tetap.

6. E.S. Dana dan W.E. Ford,1960.

Mengatakan bahwa Kristal adalah suatu bentuk bidang banyak yang dibatasi oleh

bidang datar teratur, tersusun dari komposisi kimia tertentu akibat kekuatan antar

atom yang melewati kondisi yang cocok dari keadaan cair atau gas kebentuk padat.

Devenisi diatas jika di tinjau mengandung pengertian :

Suatu bidang banyak di batasi oleh bidang banyak” mengandung pengertian

ʘ .Bentuk Kristal terdiri dari beberapa bidang datar.

ʘ .Setiap bidang terletak dan teratur trhadap bidang lainnya.

“Tersusun dari komposisi kimia ter tentu akibat kekuatan antara atom yang

melewati kondisi yang cocok dari keadaan cair atau gas ke bentuk padat”

mengandung pengertian :

ʘ .Setiap Kristal mempunyai komposisi kimia tetap

ʘ .Kristal selalu berupa benda padat

1.3.3. Proses Pembentukan Kristal

Pada Kristal ada beberapa proses ataupun tahapan dalam pembentukan

Kristal.Proses yang di alami oleh suatu Kristal akan mempengaruhi sifat-sifat Kristal

tersebut.Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat

dimana Kristal tersebut terbentuk.

Berikut ini adalah fase-fase pembentukan Kristal yang umumnya terjadi pada

pembentukan Kristal:

Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala

luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar

pembentuk Kristal akan membeku atau memadat dan membentuk Kristal.Biasanya

di pengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.

Fase gas ke padat (sublimasi) : Kristal langsung di bentuk dari uap tanpa melalui

fase cair.Bentuk Kristal biasanya berbentuk kecil dan kadang kadang ber bentuk

rangka (skeletal form). Pada fase ini Kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi

gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan.Umumnya gas-gas tersebut

adalah hasil dari aktivitas vulkanis atau dari gunung api yang membeku karena

petrubahan tempertur.

Fase padat ke padat : Proses ini dapat terjadi pada agregat Kristal di bawah pengaruh tekanan dan temperature(deformasi).Yang berubah adalah struktur kristalnya,sedangkan susunan unsure kimia tetap (rekristalisasi).Fase ini hanya mengubah Kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena tekanan dan temperature yang berubah secara signifikan.Namun, komposisi dan unsur kimianya kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.

Page 6: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

1.3.4. Sistem Kristalografi

Seperti sudah diketahuai bahwa Kristal ialah suatu zat padat yang terjadi

karena alamiah tersusun atas zat anorganik dan dibatasi bidang datar tertentu.Kristal

memiliki struktur internal yang sudah tentu dapat digambarkan secara

geometris.Bidang-bidang batas dari Kristal tersebut oleh satu garis atau arah dapat di

tentukan posisinya.Garis atau arah tersebut dinamakan sumbu Kristal.

Kristal mineral dibagi menjadi 7 sistem Kristal,pembagian tersebut didasarkan atas:

1. Jumlah sumbu Kristal

2. letak sumbu Kristal terhadap sumbu yang lain

3. Besarnya parameter masing-masing sumbu

Gambar 1.1 Sudut dan penjuru kristalografi

1.Sistem Isometrik

Gambar 1.2 Sistem Isometrik

Sistim ini juga disebut ancer legular,atau bahkan sering dikenal sebagai

ancer kubus atau kubik.Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu

dengan yang lainnya.Denagn perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing

sumbunya.

Page 7: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

Pada kondisi sebenarnya, sistem Isometrik memiliki axial

ratio(perbandingan sumbu a=b=c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu

b dan sama dengan sumbu c.Dan juga memiliki sudut kistalografi α = β = γ = 90°.Hal

ini berarti,pada sistem ini semua sudut kristalografinya(α , β , dan γ) tegak lurus satu

sama lain(90°).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,ancer ismoetrik

memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3.Artinya pada sumbu a ditarik garis

dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik

dengan nilai 3(nilai bukan patokan,hanya perbandingan).Dan sudut antar sumbunya

a+ menuju b ̵ =30°. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30°

terhadap sumbu b ̵ .

Sistem isometric dibagi menjadi 5 kelas :

oTetaoidal

oGyroida

oDiploida

oHextetrahedral

oHexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan sistim kristal isometric adalah: Gold, Pyrite,

Galena, Halite, Flourite (pellant, chris : 1992)

2. Sistem Tetragonal

Gambar 1.3 Sistem Tetragonal

Sama dengan sistim isometric,ancer ini mempunyai 3 sumbu Kristal yang

masing masing saling tegak lurus.Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang

sama.Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek.Tapi pada

umumnya lebih panjang

Page 8: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

Pada kondisi sebenarnya,ancer Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan

sumbu) a = b ≠ c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tetapi tidak

sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90°.

Hal ini berarti, pada ancer ini semua sudut kristalografi ( α,β dan γ) tegak lurus stu

sama lain ( 90° ).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal,ancer Tetragonal

memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6 . Artinya pada sumbu a ,di tarik

garis dengan nilai 1, pada sumbu b di tarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c di tarik

garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,hanya perbandingan).Dan sudut antara

sumbunya a+^b ̵ = 30°. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai

30° terhadap sumbu b ̵ .

Sistim tetragonal dibagi menjadi 7 kelas :

Beberapa contoh mineral pyramid

Bipiramid

Bispenoid

Trapezohedral

Ditetragonal Piramid

Skalenohedral

Ditetragonal Bipiramid

Dengan sistim Kristal tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite ,leusite,

scapolite , (Pellan, Chris : 1992 )

3. Sistem Hexagonal

Gambar 1.4 Sistem Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu Kristal,dimana sumbu c tegak lurus terhadap

ketiga sumbu lain nya. Sumbu a, b, dan d masing masing membentuk sudut 120°

terhadap satu sama lain. Sumbu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan

panjang c ber beda,dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).

Pada kondisi sebenarnya ancer hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan

sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan panjang sumbu b

Page 9: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut

kristalografi α = β = 90° ; γ = 120°. Hal ini berarti,pada ancer ini , sudut α dan β

Saling tegak lurus dan membentuk sudut 120° terhadap sumbu γ.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal ancer Hexagonal

memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis

dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c di tarik garis

dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,hanya perbandingan) Dan sudut antar sumbunya

a+ ^ b ̵ = 20° ; d ̵ ^ b+ = 40°. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki

nilai 20° terhadap sumbu b ̵ dan sumbu d ̵ membentuk sudut 40° terhadap sumbu b +

Sistem ini dibagi menjadi 7 :

Hexagonal Piramid

Hexagonal Bipiramid

Dihexagonal Piramid

Dihexagonal Bipiramid

Trigonal Bipiramid

Ditrigonal Bipiramid

Hexagonal Trapezohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem Kristal Hexagonal adalah quartz,

corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite.( Mondadori,Arlondo.1977).

4. Sistem Trigonal

Gambar 1.5 Sistem Trigonal

Beberapa ahli memasukkan ancer ini kedalam sitem Hexagonal. Demikian

pula cara penggambaran nya juga sama. Perbedaan nya, bila pada ancer trigonal

setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segi enam, kemudian dibentuk segitiga

dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.

Pada kondisi sebenarnya,ancer Trigonal memiliki axial ratio(perbandingan

sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan panjang sumbu b

dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut

Kristalografi α = β = 90° ; γ = 120° . Hal ini berarti pada ancer ini, sudut α dan β

saling tegak lurus dan membentuk sudut 120° terhadap γ

Page 10: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Trigonal

memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6.Artinya, pada sumbu a ditarik garis

dengan nilai 1, pada sumbu b di tarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis

dengan nilai 6, (nilai bukan patokan,hanya perbandingan) dan sudut antara sumbunya

a+^ b ̵ = 20°; d ̵ ^ b+ = 40°.Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki

nilai 20° terhadap sumbu b ̵ dan sumbu d ̵ membentuk sudut 40° terhadap sumbu

b+.sistim ini dibagi menjadi 5 kelas:

Trigonal Piramid

Trigonal Trapezohedral

Ditrigonal Piramid

Ditrigonal Skalenohedral

Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem Kristal Trigonal ini adalah Tourmaline,dan

Cinabar (Mondadori,Arlondo. 1977).

5. Sistem Kristal

Orthorhombik

Gambar 1.6 Sistem Orthorombik

Sistim ini disebut juga ancer rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri

Kristal yang saling tegak lurus dengan yang lain nya. Ketiga sumbu tersebut

mempunyai panjang yang ber beda.

Pada kondisi sebenarnya ancer orthorhombic memiliki axial ratio (perbandingan

sumbu) a ≠ b≠ c, yang artinya panjang sumbu sumbunya tidak ada yang sama

panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = β = γ =

90°.Hal ini berarti pula ,pada ancer ini ketiga sudutnya saling tegak lurus (90°).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer

Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang Artinya, tidak

ada patokan yang menjadi ukuran panjang pada sumbu sumbu pada ancer ini, dan

Page 11: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

sudut antara sumbunya a+^ b ̵ = 30°;.Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+

memiliki nilai 30° terhadap sumbu b ̵ .

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas :

Bisfenoid

Pyramid

Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem Kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,

chrysoberyl, dan witherita (Pellant, Chris, 1992).

6. Sistem Monoklin

Gambar 1.7 Sistem Monoklin

Monoklim artinya hanya mempunyai sumbu yang miring dari tiga sumbu

yang dimiliki nya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap

sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut

mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dab

sumbu b yang paling pendek.

Pada kondisi sebenarnya ancer Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan

sumbu) a ≠ b≠ c, yang artinya panjang sumbu sumbunya tidak ada yang sama

panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = β = γ =

90° ≠ γ .Hal ini berarti pula , pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90°)

sedangkan γ tidak tegak lurus(miring).

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Monoklin

memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang Artinya, tidak ada patokan yang

menjadi ukuran panjang pada sumbu sumbu pada ancer ini, dan sudut antara

sumbunya a+^ b ̵ = 45°;.Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai

45° terhadap sumbu b ̵

System Monoklin dibagi menjadi tiga kelas :

Sfenoid

Doma

Page 12: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer Kristal monoklin ini adalah azurite, kernite,

malachite , colemanite, gypsum ferberite, dan epidot (Pellant,Chris.1992).

7. Sistim Triklin

Gambar 1.8 Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai tiga sumbu simetri,yang satu dengan yang lainnya

tidak saling tegak lurus.Demikian juga panjang masing masing sumbu tidak sama

Pada kondisi sebenarnya ancer Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a

≠ b≠ c, yang artinya panjang sumbu sumbunya tidak ada yang sama panjang atau

berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = β = γ = 90° ≠ γ .Hal

ini berarti pula, pada ancer ini, sudut α , β , dan γ tidak saling tegak lurus satu

dengan yang lainnya.

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, ancer Triklin

memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang Artinya, tidak ada patokan yang

menjadi ukuran panjang pada sumbu sumbu pada ancer ini, dan sudut antara

sumbunya a+^ b ̵ = 45°;dan b ̵ ^ c+ = 80°. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu

a+ memiliki nilai 45° terhadap sumbu b ̵ membentuk sudut 80° terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas :

Pedial

Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer Kristal Ttriklin adalah albite,

anorthite ,labradorite, kaolinite, microcline dan anortaclase (Pellant, Chris.1992).

1.3.5. Sumbu Dan Sudut Kristalografi

Page 13: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

Sumbu bentuk Kristal terdiri dari dua unsur utama susunan susunan sumbu yaitu

terdiri dari sumbu sumbu dan sudut kristalografi.

Sumbu Kristal

Sumbu kristalografi ialah suatu garis lurus yang di buat melalui pusat

Kristal.kristal mempunyai bentuk tiga dimensional sehingga mempunyai panjang,

lebar, dan tebal atau tinggi.Tetapi di dalam penggambaran bentuk bentuk Kristal

dalam bentuk dan bidang kertsa yang merupakan 2 bentuk dimensional sehingga

digunakan suatu proyeksi orthogonal

Sumbu a ialah sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas gambar kita.

Sumbu b ialah sumbu yang horizontal terhadap bidang kertas gambar kita

Sumbu c ialah sumbu yang vertical tegak pada bidang kertas gambar kita

Sumbu kristalografi dan saling berpotong pada titik potong tertentu yang disebut

sebagai pusat Kristal.

Sudut Kristal

Sudut Kristal adalah sudut yang terbentuk oleh perpotongan sumbu sumbu

Kristal dan saling berpotongan pada titik potong yang disebut sebagai pusat Kristal.

Berikut skema dari sumbu a, b, dan c beseta sudutnya

Gambar 1.9 Sumbu dan Sudut Kristal

Sudut α (Alpha)

Adalah sudut yang di bentuk oleh sumbu b dengan sumbu c.

Sudut β (Betha)

Adalah sudut yang di bentuk oleh sumbu a dengan sumbu c

Sudut γ (Gamma)

Adalah sudut yang di bentuk oleh sumbu a dengan sumbu b

Dalam mempelajari dan mengenal bentuk Kristal secara mendetail, perlu diadakan

pengelompokan secara sistematis.Pengelompokan tersebut di dasarkan kepada

perbandingan panjang,letak (posisi) dan jumlah sumbu kristalografi serta nilai sumbu

tegaknya. Masing masing sumbu a, b, dan c memiliki nilai positif dan negative

seperti halnya dalam hukum tangan kiri Darcy.

Page 14: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

1.3.6. Proyeksi

Adalah gambar tiga dimensi suatu bentuk Kristal yang dibuat di ayas bidang

kertas agar dapat di pahami.

1.3.6.1. Proyeksi Orthogonal

Digunakan untuk mendapatkan gambar tiga dimensional dari suatu bentuk

Kristal diatas bidang kertas. Pelukissan (penggambaran) tersebut dapat dilakukan

dengan cara berikut:

Table 1.1 penggambaran salib sumbu system kristal

No Sistem Kristal Perbandingan Sumbu Sudut Antar Sumbu

1 Isometrik a : b : c = 1 : 3 : 6 a+^b ̵ = 30°.

2 Tetragonal a : b : c = 1 : 3 : 6 a+^b ̵ = 30°.

3 Hexagonal a : b : c = 1 : 3 : 6 a+^ b ̵ = 20°; d ̵ ^ b+ = 40°.

4 Trigonal a : b : c = 1 : 3 : 6 a+^ b ̵ = 20°; d ̵ ^ b+ = 40°.

5 Orthorombik a : b : c = Sembarang a+^b ̵ = 30°.

6 Monoklin a : b : c = Sembarang a+^ b ̵ = 45°

7 Triklin a : b : c = Sembarang a+^ b ̵ = 45° b ̵ ^ c+ = 80°.

1.Penggambaran bentuk Kristal

ʘ Cari semua simbol bentuk Kristal (indsches Miller) yang ada pada octanc I,

yaitu semua bidang yang memotonh sumbu a+ ,b+, c+

ʘ Untuk simbol tersebut ke Indische Weisz.

ʘ Plotkan seluruh parameter kesusunan salib sumbu, dan hubungkan semua titik

yang ber sesuaian sehingga membentuk garis-garis.Upayakan penarikan garis

dari semua garis dapat terkombinasikan sehingga titik potongnya menghasikan

bidang bidang semu dari bentuk yang di inginkan.

ʘ Bidang yang terbentuk di proyeksikan dengan cara simetri ke berbagai octan

ʘ Perjelas garis garis rusuk Kristal dan hilangkan garis bantu yang dibuat

sebelumnya.

ʘ Lengkapi gambar tersebut dengan indihces dan unsur unsur simetrinya.

1.3.6.2. Proyeksi Streografis

Untuk mendapatkan cirri-ciri simetri yang lengkap pada suatu Kristal maka

bentuk prespektif harus di kombinasikan dengan proyeksi pada basal plane.

Pembentukan proyeksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara ; salah satunya

adalah dengan proyeksi streografis

Proyeksi streografis di anggap sebagai proyeksi yang paling baik karena ini

mencakup proyeksi dari separuh bola ,boding proyeksinya merupakan lingkaran

Page 15: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

equatorial yang mempunyai jari jari sama panjang dengan jari-jari bola.Setelah

bidang datar proyeksi di ambil seperti bidang datar equatorial bola,garis khayal di

gambarkan pada ujung ujung proyeksi bola ke selatan ujung bola.Selanjutnya titik-

titikyang dihasilkan oleh pertemuan garis proyeksi bidang Kristal dengan bidang

equatorial disebut sebagai proyeksi stereografis

Pengkonstruksian proyeksi stereografis dalam bentuk tersendiri (keluar dari proyeksi

bola) dapat di lakukan dengan menggunakan wulf net, paku payung, kalkil, dan

jangka yaitu dengan cara sebagai berikut:

Letakkan kalkil di atas wulf net dan ikuti(lukis) lingkaran diatas kalkil

Setelah pusat kedua lingkaran di himpitkan dengan paku payung,letakkan

posisi sumbu b (bidang 010 dan 010 ) pada diameter horizontal (kutub E W Wulf

Net).

Hitung sudut antar pedion plane atau basal panacoid,kemudian plotkan

kedalam lingkaran kalkil sesuai dengan busur Wulf Net.

Hitung sudut antar bidang terhadap seluruh pedion plane, selanjutnya plotkan

dengan cara yang sama seperti poin 3

Bidang lainnya akan dapat diketemukan berdasarkan “hukum kompilasi” yang

merupakan perpotongan masing masing garis busur lingkaran vertical dan

horizontal.

Sempurnakan proyeksi tersebut dengan melengkapi nilai nilai simetri kristanya.

1.3.7. Aplikasi Kristal Dibidang Pertambangan

Sesuai dengan namanya, program studi Teknik Pertambangan akan

mempelajari berbagai macam hal yang brhubungan dengan proses penambangan

terutama mineral berharga dan batubara.Untuk melakukan proses penambangan ada

beberapa hal yang harus di persiapkan seperi ilmu tentang mineralogi dan

kristalografi, misalnya sifat Kristal mineral yang akan di tambang.Kemudian

kegunaan nya mineral. Bagai mana cara mengolahnya agar bias di manfaatkan oleh

manusia dan lain sebagainya.

Ketika kita akan menambang emas maka selin mengetahu hal-hal penting yang telah

disebutkan diatas,perlu di ketahui pula apakah proses penambangan yang di lakukan

itu menguntungkan atau tidak. Maksudnya sifat mineral, kegunaannya,cara

menambangnya, juga cara mengolahnya agar bisa di pergunakan oleh manusi harus di

perhitungkan sisi ekonominya. Oleh sebab itu ,pada Teknik Pertambangan, kita juga

akan mempelajari ilmu ekonomi yang berkaitan dengan proses penambngan mineral.

Dalam proses penambngan, ada 3 hal utama yang di lakukan yaitu: Eksplorasi,

Eksploitasi, dan Pemrosesan.Eksplorasi merupakan proses pencairan mineral

berharga.Eksploitasi adalah proses penambangan mineral tersebut. Sedangkan

pemrosesan adalah kegiatan memisahkan mineral berharga dari partikel-partikel lain

yang menyatu dengan mineral tersebut.

Page 16: BAB I Laporan Krismin Laporan TerAKHIR PRINT MARKUS

Pada intinya Teknik Pertambangan akan mempelajari kristalografi agar mengetahui

bagai mana cara mengambil atau mengektrak mineral berharga se ekonomis

mungkin.