BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

39
BAB I PENDAHULUAN A.. Latar belakang Perkotaan merupakan suatu tempat kegiatan atau konsentrasi penduduk yang tinggi dan mempunyai peranan yang sangat dominan dalam kehidupan masyarakat. Sebagai pusat konsentrasi penduduk dan berbagai aktifitasnya, maka suatu kota akan memiliki kecenderungan tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan penduduknya. Faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan kota umumnya sama sebagaimana yang berpengaruh pada perkembangan kota-kota di negara yang sedang berkembang, antara lain pertambahan jumlah penduduk baik secara alami maupun karena migrasi desa-kota, dan perkembangan atau perubahan kegiatan usaha atau kehidupan penduduk yang berkembang. Kedua hal ini telah berakibat pada semakin meningkatnya kebutuhan akan berbagai fasilitas dan sarana pelayanan seperti perumahan, pelayanan sosial, dan air bersih. Salah satu tujuan pemerintah melaksanakan pembangunan adalah mengupayakan agar seluruh rakyat Indonesia menempati rumah yang sehat lingkungan dan layak huni. Arah dan kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman yang telah dicanangkan 1

Transcript of BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Page 1: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

BAB I

PENDAHULUAN

A.. Latar belakang

Perkotaan merupakan suatu tempat kegiatan atau

konsentrasi penduduk yang tinggi dan mempunyai peranan yang

sangat dominan dalam kehidupan masyarakat. Sebagai pusat

konsentrasi penduduk dan berbagai aktifitasnya, maka suatu kota

akan memiliki kecenderungan tumbuh dan berkembang sejalan

dengan perkembangan penduduknya.

Faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan kota umumnya

sama sebagaimana yang berpengaruh pada perkembangan kota-kota

di negara yang sedang berkembang, antara lain pertambahan jumlah

penduduk baik secara alami maupun karena migrasi desa-kota, dan

perkembangan atau perubahan kegiatan usaha atau kehidupan

penduduk yang berkembang. Kedua hal ini telah berakibat pada

semakin meningkatnya kebutuhan akan berbagai fasilitas dan sarana

pelayanan seperti perumahan, pelayanan sosial, dan air bersih.

Salah satu tujuan pemerintah melaksanakan pembangunan

adalah mengupayakan agar seluruh rakyat Indonesia menempati

rumah yang sehat lingkungan dan layak huni. Arah dan kebijaksanaan

pembangunan perumahan dan permukiman yang telah dicanangkan

adalah upaya penciptaan lingkungan yang bersih dan sehat, termasuk

peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap

kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Seperti Kota Makassar yang merupakan Ibu kota Sulawesi

Selatan dan merupakan kota terbesar di kawasan Timur Indonesia

karena Makassar mempunyai nilai strategis ditinjau dari letak

geografisnya maupun perkembangannya. Kota Makassar mempunyai

letak geografis yakni terletak di pantai barat koordinat 119°24’17,38”

BT dan 5°8’6,19” LS. dengan luas kurang lebih 175,77 km2.

1

Page 2: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Berdasarkan arahan undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang

otonomi daerah, maka luas wilayah Kota Makassar 17.437 Ha atau

0,28 %, pulau-pulau 140 Ha, dan wilayah perairan 4 mil dari garis

pantai meliputi 14 wilayah kecamatan dan Kecamatana Panakukang

memiliki 5 kelurahan

Dan salah satunya adalah Kelurahan Pampang yang merupakan

salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Panakukang yang

terletak ditengah-tengah Kota Makassar dengan luas wilayah sebesar

0.57 Ha dan jumlah penduduk sebesar 15.946 Jiwa (BPS, Tahun

2007).

Permasalahan permukiman kumuh di Kelurahan Pampang Kota

Makassar, disamping masalah lingkungan, hal yang menjadi masalah

utama adalah kondisi rumah tinggal yang tidak layak huni yang lebih

disebabkan oleh ketidak mampuan dalam pengadaan rumah dan

rendahnya kesempatan terhadap pengadaan tersebut. Oleh sebab itu

kekumuhan kawasan permukiman di Kelurahan Pampang selain

dipandang dari sisi kondisi konstruksi yang temporer juga dipandang

dari sisi kesemrawutan lingkungannya, dimana sampah berbagai jenis

masih berserahkan yang ditimbulkan oleh manusia itu sendiri, akibat

masih kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan. Kemudian

dengan adanya tumpukan-tumpukan sampah ini mengakibatkan

saluran-saluran drainase tersumbat sehingga aliran airnya kurang

lancar. Sehingga pada lokasi ini masih sering terjadi genangan

terutama pada saat musim hujan. Namun keberadaan kawasan

permukiman dengan kondisi kumuh tersebut menjadi motifasi untuk

mengetahui seberapa besar tingkat kekumuhan kawasan permukiman

tersebut.

2

Page 3: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

B. Rumusan Masalah

Agar terdapat satu pembahasan yang terstruktur maka perlu

adanya suatu rumusan masalah yang mensinkronkan permasalahan -

permasalahan dalam penelitian, Adapun rumusan masalah tersebut

yaitu :

Seberapa besar tingkat kekumuhan kawasan permukiman di

Kelurahan Pampang ditinjau dari kondisi lokasi, kependudukan,

bangunan, sosial ekonomi serta prasarana dan sarana.

Faktor signifikan yang mendorong timbulnya kekumuhan di

Kelurahan Pampang

C. Tujuan Penelitian

Sebagai arahan agar penelitian ini mengena pada sasaran

maka harus ada tujuan penelitian, Dimana tujuan penelitian tersebut

meliputi :

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kekumuhan kawasan

permukiman di Kelurahan Pampang.

Faktor-faktor signifikan yang menimbulkan kekumuhan

tersebut.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian meliputi beberapa hal yang cenderung

secara umum kegunaannya ditujukan kepada penulis maupun instansi

dan masyarakat yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya:

Sebagai acuan dalam upaya penataan kawasan permukiman

kumuh di Kelurahan Pampang guna meningkatkan kualitas

lingkungan perkotaan yang sehat dan tertata dengan baik, dengan

mengetahui sebarapa besar tingkat kekumuhan di wilayah tersebut.

Sebagai masukan dan pembanding bagi peneliti selanjutnya dalam

penelitian atau penulisan dengan tema yang sama.

3

Page 4: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

E. Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup pembahasan yang akan diidentifikasi dalam

pembahasan ini adalah mencakup :

1. Kajian terhadap kondisi lokasi

2. Kajian terhadap kondisi bangunan

3. Kajian terhadap kependudukan

4. Kajian terhadap kondisi sarana dan prasarana

5. Kajian terhadap kondisi sosial ekonomi

F. Metodologi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian berada di Kelurahan Pampang, Kecamatan

Panakukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

2. Metode Pengumpulan Data

a) Observasi/Pengamatan/survey

Pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan secara langsung dan mencatat berkas-

berkas, kejadian-kejadian yang berkaitan dengan obyek yang

diteliti dilapangan.

b) Teknik Kuesioner (Self Administrated Questionnaire)

Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan

menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi

sendiri oleh responden. Bentuk kuesioner disajikan dalam bentuk

tertutup (Closed form). Pertanyaan yang dituangkan dalam

kuesioner atau angket berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup

yaitu pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan,

sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan

apa yang diketahuinya. Responden hanya memberi tanda pada

tempat yang telah disediakan untuk jawaban yang dianggap

paling sesuai dan paling mendekati pendapat atau situasi sendiri.

4

Page 5: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

c) Metode Kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi

yang relevan melalui studi literatur, jurnal, seminar laporan dan

lain-lain yang berkaitan.

G. Sistematika Penullisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan

ini adalah :

Bab I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

ruang lingkup penelitian serta sistematika pembahasan.

Bab II : Tinjauan Pustaka yang berisi tentang pengertian

permukiman, terjadinya permukiman kumuh, klasifikasi

permukiman kumuh, sifat dan kriteria permukiman

kumuh, tipologi permukiman kumuh serta penilaian

tingkat kekumuhan.

Bab III : Metode Penelitian berisi tentang lokasi penelitian, waktu

penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data,

metode pengumpulan data, metode analisis, variabel

penelitian, kerangka konseptual serta definisi

operasional.

Bab IV : Hasil dan Pembahasan berisi tentang kebijakan

pembangunan Kota Makassar, gambaran umum Kota

Makassar, aspek fisik dasar, aspek penggunaan lahan,

aspek kependudukan, aspek ekonomi, aspek sosial

ekonomi, aspek fasilitas sosial ekonomi, aspek sarana

dan prasarana, gambaran umum lokasi permukiman

kumuh, aspek fisik dasar, aspek penggunaan lahan,

aspek kependudukan, aspek ekonomi, aspek sosial

ekonomi, aspek fasilitas sosial ekonomi serta aspek

sarana dan prasarana.

Bab V : Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

5

Page 6: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perumahan dan Permukiman

Perumahan berasal dari kata dasar rumah yang diartikan

sebagai bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian

dan sarana pe mbinaan keluarga dan secara fisik merupakan tempat

tinggal dan fungsional merupakan tempat awal pengembangan

kehidupan dan penghidupan keluarga dalam lingkungan yang sehat,

aman serasi dan teratur (Kamus Tata Ruang, 1997). Sedangkan dalam

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perumahan dan

Permukiman menjelaskan fungsi rumah sebagai salah satu kebutuhan

dasar manusia (papan), yang juga memiliki fungsi startegis dalam

peranannya sebagai pusat pendidikan keluarga, pesemaian budaya

dan peningkatan kualitas generasi yang kan datang, serta merupakan

pengejewantahan jati diri (KSNPP, 2002).

Dalam Undang - Undang No. 4 tahun 1992 dijelaskan

perumahan secara umum yaitu kelompok rumah yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang

dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan. Secara fisik

bangunan rumah berfungsi sebagai tempat berteduh dari gangguan

alam seperti iklim dan cuaca, dalam giliran berikutnya rumah harus

memenuhi fungsi sebagai tempat tinggal atau kediaman untuk

memperoleh ketenangan dan ketentraman hidup serta mampu

mengespresikan kepribadian penghuninya.

Sedangkan secara makro permukiman dapat diartikan sebagai

kawasan yang didominasi oleh lingkungan yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan

pelayanan dan kesempatan kerja yang terbatas untuk mendukung

perikehidupan dan penghidupan, sehingga fungsinya dapat berdaya

guna dan berhasil guna. Permukiman ini dapat berupa permukiman

6

Page 7: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

perkotaan maupun permukiman perdesaan. Permukiman adalah

tempat atau daerah untuk bertempat tinggal dan menetap (Kamus Tata

Ruang).

Menurut Budiharjo (1992, 92) perumahan dan prasarana

lingkungan merupakan kebutuhan dasar setiap keluarga dalam

masyarakat Indonesia, yang dicita-citakan dan merupakan faktor yang

sangat penting dalam peningkatan stabilitas sosial, dinamika dan

produktivitas masyarakat. Disamping itu pembangunannya sendiri

dapat memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi dari

perluasan lapangan kerja. Pembangunan perumahan di kawasan

pusat pertumbuhan yang sedang berlangsung sekarang ini nampaknya

hanya mampu memenuhi fungsi rumah secara fisik saja, namun fungsi

rumah sebagai hunian belum terpenuhi khususnya rumah-rumah type

kecil dimana terdapat beberapa kekurangan dalam pengembangan

perumahan pascahuni yang menyebabkan menurunnya kinerja rumah

sebagai hunian seperti tidak adanya ruang pencahayaan dan ventilasi

udara dari samping ataupun dari belakang sehingga penghuni merasa

gerah tinggal didalamnya.

B. Kebijaksanaan Pembangunan Perumahan Dan Permukiman

Pembangunan perumahan dan permukiman tidak terlepas dari

dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan

pemerintah dalam mengelolah perumahan dan permukiman. Hal

tersebut menjadi salah satu pokok permasalahan untuk

menginterpretasikan kebijakan pembangunan perumahan dan

permukiman, sehingga diperlukan rumusan kebijakan dan strategi

pengembangan yang lebih mengakar di masyarakat dan dapat

diterjemahkan oleh semua pihak. Pemahaman tersebut ditindak lanjuti

dengan perumusan Kebijakan dan Startegi Nasional Perumahan Dan

Permukiman yang mengacu pada UU No. 24 Tahun 1992 tentang

perumahan dan permukiman. Rumusan kebijakan pembangunan

7

Page 8: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Perumahan dan Permukiman antara lain dalam bentuk rumusan visi

dan misi penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

C. Permukiman Kumuh

1. Pengertian Permukiman Kumuh

Kumuh atau slum adalah permukiman atau perumahan

orang-orang miskin kota yang berpenduduk padat, terdapat di

pinggir-pinggir jalan ataun lorong-lorong yang kotor dan merupakan

bagian dari kota secara keseluruhan atau juga biasa disebut

dengan wilayah pencomberan. Tetapi pada perincian ini

permukiman kumuh dianggap sebagai tempat anggota masyarakat

kota yang mayoritas berpenghasilan rendah dengan membentuk

permukiman tempat tinggal dalam kondisi minim (Suparlan dalam

Luthfie. Muhammad, II-9, 1997).

Permukiman Kumuh adalah Permukiman tidak layak huni

antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan

peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam

luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit

lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani

prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan

keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya. UU

No. 4 Pasal 22 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

Dengan melihat beberapa teori tersebut di atas maka

pengertian permukiman kumuh adalah suatu kawasan permukiman

yang sangat jorok dimana kondisi lingkungan sangat kotor, kondisi

fisik bangunan rata-rata bersifat temporer atau darurat dan tidak

layak huni sebab sebahagian besar penduduknya berpenghasilan

rendah serta tingkat pendidikan yang sangat rendah pula,

sebagaimana kawasan permukiman yang terdapat di Kelurahan

Pampang Kota Makassar.

8

Page 9: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Yang menyebabkan terjadinya permukiman kumuh di

Kelurahan Pampang adalah:

- Dari segi fisik yaitu kondisi bangunan rumah

yang tidak layak huni, kondisi lingkungan yang sangat kotor

serta kondisi sarana dan prasarana yang kurang memadai.

- Dari segi non fisik yaitu tingkat pendidikan

masyarakatnya sangat rendah sehingga kurangnya

pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya lingkungan yang

bersih serta hunian yang layak. Selain itu juga disebabkan

karena tingkat penghasilan yang rendah sehingga konstruksi

bangunan rumahnya terbuat dari bahan yang kualitasnya rendah

serta ditempatkan pada lahan yang dianggap masih kosong

tanpa memperdulikan status lahan dengan alasan tidak mampu

membeli tanah untuk lokasi pembangunan rumah.

2. Klasifikasi Permukiman Kumuh

Menurut Lutfi (16-21, 1997), klasifikasi permukiman kumuh

dilihat dari segi fisik/kondisi bangunan, sehingga klasifikasi

permukiman kumuh dapat dibedakan atas :

a. Kumuh Permanen.

Permukiman kumuh permanen dapat ditandai dengan

beberapa kondisi lingkungan permukiman sebagai berikut :

- Kondisi bangunan yang buruk serta status pemilikan

rumah dan tanah adalah milik sendiri.

- Tingkat penghasilan masyarakat rendah.

- Rata-rata memiliki kondisi rumah yang non

permanen.

- Kepadatan bangunan dan penduduk cukup tinggi,

tata letak bangunan yang tidak teratur serta tidak layak huni.

- Sarana dan prasarana lingkungan (jalan, air bersih,

drainase, MCK dan sistem persampahan) masih kurang

bahkan tidak ada sama sekali.

9

Page 10: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

- Lingkungan sekitarnya kotor dan jorok.

b. Kumuh Semi Permanen.

Adapun ciri permukiman kumuh semi permanen dapat

ditandai oleh beberapa kondisi sebagai berikut :

- Kondisi bangunan yang buruk dan sedang serta

status pemilikan rumah dan tanah adalah berstatus sewa

atau menumpang milik keluarga.

- Rata-rata memiliki kondisi rumah bersifat semi

permanen dan non permanen.

- Kepadatan bangunan dan penduduk tinggi, tata

letak bangunan teratur, tidak teratur serta kurang teratur.

- Sarana dan prasarana lingkungan (jalan, air bersih,

drainase, MCK dan sistem persampahan) masih kurang,

walaupun ada tetapi masih dibawah standar.

- Lingkungan sekitarnya pun kotor dan jorok.

c. Kumuh Liar

Pada dasarnya permukiman kumuh liar menempati lahan

yang tidak legal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

- Kondisi bangunan yang buruk bahkan sangat buruk

dengan kondisi bangunan yang hampir rubuh serta status

pemilikan rumah dan tanah adalah tidak sah dalam hal ini

tanah negara atau milik orang lain.

- Penghasilan masyarakat rendah.

- Rata-rata memiliki kondisi rumah yang bersifat non

permanen dan terbuat dari tripleks atau kardus-kardus bekas.

- Kepadatan bangunan cukup tinggi, tata letak

bangunan yang tidak teratur serta tidak layak huni.

- Sarana dan prasarana lingkungan (jalan, air bersih,

drainase, MCK dan sistem persampahan) masih kurang

bahkan tidak ada sama sekali.

- Lingkungan sekitarnya kotor dan jorok.

10

Page 11: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

- Berada pada tanah negara seperti pada bantaran

sungai atau pantai yang tidak diperuntukkan untuk

permukiman.

3. Ciri dan Kriteria Permukiman Kumuh

Ciri dan kriteria permukiman kumuh yang keluarkan oleh

Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman,

Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah,

mengemukakan beberapa hal, antara lain :

a. Ciri permukiman kumuh yang menonjol adalah :

- Lebih dari 60 % kondisi rumahnya kurang

memenuhi syarat.

- Kepadatan bangunan dan penduduk yang tinggi.

- Prasarana dan sarana lingkungan yang kurang

memenuhi syarat kesehatan dan kurang terpelihara.

- Umumnya penduduk tidak mempunyai kamar mandi

sendiri.

- Tidak ada ruang lagi untuk fasilitas umum.

- Penataan Permukiman yang kurang baik.

b. Kriteria Permukiman Kumuh, antara lain :

- Income per capita < 300.000/bulan.

- Prosentase konsumsi untuk makanan > dari

rata-rata nasional.

- Gen ratio > rata-rata nasional (0,32).

- Prosentase pekerja sektor informal > 80 %.

- Tingkat pendidikan kepala keluarga rata-rata

tidak tamat SD.

- Kualitas hunian sangat rendah(non permanen >

permanen).

- Hunian tidak berstruktur dan tidak berpola.

- Kepadatan > 400 jiwa/Ha.

11

Page 12: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

- Prasarana umum tidak tersedia dengan baik <

30 %.

D. Indikator Penilaian Tingkat Kekumuhan

Penilaian terhadap tingkat kekumuhan lingkungan permukiman

didasarkan pada Konsep Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan,

yang dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana

Wilayah (2002). Dalam konsep tersebut dikemukakan bahwa tingkat

kekumuhan suatu lingkungan permukiman ditinjau dari beberapa

aspek yang didasarkan pada pertimbangan faktor-faktor pembentuk

permukiman yang secara garis besar terdiri atas :

Kondisi lokasi

Kondisi bangunan

Kondisi kependudukan

Kondisi sarana dan prasarana dasar

Kondisi sosial ekonomi masyarakat

12

Page 13: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Pampang Kecamatan

Panakukang yang terletak di Kota Makassar. Pemilihan lokasi

penelitian didasarkan oleh tinjauan kondisi fisik lingkungan masih

semraut sehingga terkesan kumuh dan membutuhkan penelitian dalam

menentukan seberapa besar tingkat kekumuhan dan indikator apa

yang menyebabkan kekumuhan tersebut, guna menjadi suatu

informasi yang akan membantu dan memudahkan dalam hal penataan

kembali oleh aparat pemerintah serta memerlukan kesadaran dari

masing-masing penduduk sekitar sehingga kawasan tersebut menjadi

kawasan bersih lingkungan yang layak huni.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua kemungkinan pengukuran yang perlu

diperhatikan, yaitu keseluruhan unit atau individu dalam ruang

lingkup yang diteliti. Populasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu

populasi sasaran dan populasi sampel. Populasi sasaran adalah

keseluruhan individu dalam area/wilayah/lokasi/kurun waktu yang

sesuai dengan tujuan penelitian. Populasi sampel adalah

keseluruhan individu yang akan menjadi satuan analisis dalam

13

Page 14: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan atau ditarik sebagai

sampel penelitian sesuai dengan kerangka sampelnya.

Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah jumlah

penduduk Kelurahan Pampang sebanyak 15.946 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga sebesar 3.189 KK.

2. Sampel

Suharsimi (56,1996) mengemukakan bahwa penggunaan

sampel sangat penting, pada umumnya untuk memperoleh

informasi tentang karakteristik suatu populasi maka tidak perlu

semua anggota populasi diobservasi, tetapi cukup hanya

sebagiannya saja. Dengan hanya mengamati sampel tersebut,

daripada mengamati seluruh populasinya maka akan diperoleh

efisiensi baik dari segi waktu, tenaga maupun biaya.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

- Data Primer adalah data yang diperoleh melalui

survey dan pengamatan langsung dilapangan, meliputi kondisi

lingkungan kawasan permukiman kumuh, antara lain sumber air

bersih, kondisi jaringan drainase, jaringan jalan, jaringan listrik dan

telepon serta sistem persampahan.

- Data Sekunder adalah data yang diperoleh

melalui instansi penyedia data yang dibutuhkan untuk menunjang

penelitian tersebut meliputi jumlah penduduk, luas wilayah,

penggunaan lahan serta keberadaan fasilitas maupun utilitas yang

tersedia pada kawasan permukiman kumuh.

2. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah

subyek darimana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan

kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka

sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau

14

Page 15: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis

maupun lisan.

Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber

datanya bisa berupa benda gerak atau proses sesuatu. Adapun

sumber data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan adalah :

- Data primer diperoleh dari hasil survei serta wawancara

langsung di wilayah studi yang dilaksanakan oleh peneliti.

- Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah dan

instansi terkait lainnya serta literatur-literatur yang dapat diperoleh

peneliti.

D. Metode Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data bertujuan untuk mengumpulkan data

dan informasi yang ada dilokasi survey. Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

- Observasi atau survey lapangan yaitu dengan cara

mengadakan pengamatan langsung dilokasi penelitian, kemudian

quisioner dan interview terhadap masyarakat yang menjadi

sample.

- Survey instansi yaitu dengan cara melakukan pencarian data

pada instansi-insatansi yang dianggap ada kaitannya dengan data

yang dibutuhkan, misalnya BPS, Kantor Lurah, Puskesmas.

- Telaah kepustakaan yaitu dilakukan dengan cara

mengumpulkan bahan-bahan bacaan yang ada kaitannya dengan

topik penulisan ini, sebagai bahan pembanding.

E. Metode Analisis

Metode analisis yang dipergunakan dalam pembahasan ini

adalah teknik analisis kualitatif, yaitu menganalisis data primer dari

hasil observasi lapangan serta standard yang dapat menunjang

sebagai penyusunan dasar dan data sekunder yang bersifat deskriptif

yang telah dikategorikan sesuai pemaknaannya yang dilakukan secara

15

Page 16: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

rasional untuk memperoleh kesimpulan. Sedangkan metode analisis

kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka yang

dibuat dalam bentuk tabulasi. Adapun metode analisis yang digunakan

dalam pengolahan data tersebut antara lain :

1. Penilaian Tingkat Kekumuhan

Penilaian tingkat kekumuhan didasarkan pada karakteristik

masing-masing variabel dan indikator sebagai faktor pengaruh

terhadap terjadinya permukiman kumuh. Metode penilaian terhadap

variabel dan indikator yang dimaksud antara lain :

a. Faktor Kondisi Lokasi

Faktor kondisi lokasi yang dinilai antara lain :

Legalitas Tanah, metode penilaian dilakukan dengan

persamaan sebagai berikut :

Luas Permukiman pada Peruntukan Bukan PerumahanX 100 %

Jumlah Luas WilayahDimana :

- Sangat Kumuh : > 70 % - Kumuh Ringan : 11 –

30 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 % - Tidak Kumuh : <

10 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

Status Penguasaan Bangunan, merupakan perbandingan

antara jumlah KK yang menempati bangunan dengan cara

sewa/ kontrak dengan jumlah seluruh KK yang ada pada

lingkungan permukiman yang akan dinilai, persamaan yang

digunakan adalah

Jumlah KK dengan cara menyewa/ kontrakX 100 %

Jumlah KKDimana :

- Sangat Kumuh : > 70 % - Kumuh Ringan : 11 –

30 %

16

Page 17: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

- Kumuh Berat : 51 – 70 % - Tidak Kumuh : <

10 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

Frekwensi Bencana Kebakaran, dinilai dari banyaknya

kejadian selama satu tahun, dengan ketentuan :

- Nilai Sangat Kumuh : > 7 kali/thn

- Nilai Kumuh Berat : 5 – 7 kali/thn

- Nilai Kumuh Sedang : 3 – 5 kali/thn

- Nilai Kumuh Ringan : 1 – 3 kali/thn

- Nilai Tidak Kumuh : 0 kali/thn

Frekwensi Bencana Banjir dinilai dari banyaknya kejadian

selama satu tahun, pada satu wilayah.

- Nilai Sangat Kumuh : > 7 kali/thn

- Nilai Kumuh Berat : 5 – 7 kali/thn

- Nilai Kumuh Sedang : 3 – 5 kali/thn

- Nilai Kumuh Ringan : 1 – 3 kali/thn

- Nilai Tidak Kumuh : 0 kali/thn

Frekwensi Bencana Longsor dinilai dari banyaknya kejadian

selama satu tahun, pada satu wilayah.

- Nilai Sangat Kumuh : > 7 kali/thn

- Nilai Kumuh Berat : 5 – 7 kali/thn

- Nilai Kumuh Sedang : 3 – 5 kali/thn

- Nilai Kumuh Ringan : 1 – 3 kali/thn

- Nilai Tidak Kumuh : 0 kali/thn

b. Kondisi Kependudukan

Penilaian terhadap kondisi kependudukan meliputi :

Tingkat Kepadatan penduduk, adalah perbandingan

banyaknya penduduk dengan luas wilayah administrasi

kelurahan (Ha).

Jumlah Penduduk dalam suatu Wilayah (jiwa)Luas Wilayah (Ha)

17

Page 18: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Tabel 1 : Ketentuan Penilaian Untuk Ukuran Masing-Masing Kota

No Tingkat Kumuh

Kota Metro Kota Besar Kota Sedang

Kota Kecil

1 Sangat Kumuh > 750 > 500 > 250 > 1502 Kumuh Berat 750 – 700 500 – 450 250 – 225 150 – 1003 Kumuh

Sedang700 – 600 450 – 350 225 – 200 100 – 75

4 Kumuh Ringan 600 – 500 350 – 250 200 – 150 75 – 505 Tidak Kumuh 500 – 250 250 – 150 150 – 100 50 – 25

Sumber : Konsep Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Tahun 2002

Rata - Rata Anggota Rumah Tangga, dinilai dengan

membandingkan jumlah penduduk keseluruhan dengan jumlah

seluruh KK.

Jumlah seluruh Penduduk dalam satu WilayahJumlah seluruh KK

- Sangat Kumuh : > 13 jiwa/ KK

- Kumuh Berat : 11 – 13 jiwa/ KK

- Kumuh Sedang : 8 – 10 jiwa/ KK

- Kumuh Ringan : 5 – 7 jiwa/ KK

- Tidak Kumuh : < 5 jiwa/ KK

Jumlah Kepala Keluarga/unit rumah, persamaan

matematisnya adalah :

Banyaknya KK dalam suatu wilayahJumlah Bangunan Rumah

- Sangat Kumuh : > 4 KK/ rmh

- Kumuh Berat : 4 KK/ rmh

- Kumuh Sedang : 3 KK/ rmh

- Kumuh Ringan : 2 KK/ rmh

- Tidak Kumuh : 1 KK/ rmh

Tingkat Pertumbuhan Penduduk, adalah perbandingan

jumlah pertambahan penduduk dalam satu tahun tertentu dengan

jumlah penduduk pada tahun yang sama dikalikan dengan 100

18

Page 19: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Jumlah Penduduk Akhir Tahun – Jumlah Penduduk Awal Tahun X 100

Penduduk Awal Tahun

- Sangat : > 2,5 %

- Kumuh Berat : 2,1 – 2,5 %

- Kumuh Sedang : 1,6 – 2,0 %

- Kumuh Ringan : 1,0 – 1,5 %

- Tidak Kumuh : < 1,0 %

Angka Kematian Kasar, adalah perbandingsn

banyaknya jumlah kematian yang terjadi pada tahun tertentu

dengan penduduk awal pertengahan tahun tersebut dikalikan

1.000.

Jumlah Kematian selama Satu TahunX 1000Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun yang

sama

- Sangat Kumuh : > 40 %

- Kumuh Berat : 31 – 40 %

- Kumuh Sedang : 21 – 30 %

- Kumuh Ringan : 11 – 20 %

- Tidak Kumuh : < 10 %

Status Gizi Balita, dinilai dengan metode persamaan

sebagai berikut :Jumlah Balita di Bawah Garis Merah

X 100 %Jumlah Balita

- Sangat Kumuh : > 70 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

- Kumuh Ringan : 11 – 30 %

- Tidak Kumuh : < 10 %

Angka Kesakitan Malaria, penilaian dilakukan

dengan persamaan berikut :

Jumlah Penderita Malaria dalam Satu Tahun X 1000

19

Page 20: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Jumlah Penduduk

- Sangat Kumuh : > 20 %

- Kumuh Berat : 16 – 20 %

- Kumuh Sedang : 11 – 15 %

- Kumuh Ringan : 6 – 10 %

- Tidak Kumuh : < 5 %

Angka Kesakitan Diare, penilaian dilakukan dengan

persamaan berikut :

Jumlah Penderita Diare dalam Satu TahunX 1000

Jumlah Penduduk

- Sangat Kumuh : > 70 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

- Kumuh Ringan : 11 – 30 %

- Tidak Kumuh : < 10 %

Angka Kesakitan Demam Berdarah, metode

penilaian adalah :

Jumlah Penderita Demam Berdarah dalam Satu Tahun X 1000

Jumlah Penduduk

- Sangat Kumuh : > 20 %

- Kumuh Berat : 16 – 20 %

- Kumuh Sedang : 11 – 15 %

- Kumuh Ringan : 6 – 10 %

- Tidak Kumuh : < 5 %

Angka Kesakitan ISPA, metode penilaian adalah :

Jumlah Penderita ISPA dalam Satu TahunX 1000

Jumlah Penduduk

- Sangat Kumuh : > 70 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 %

20

Page 21: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

- Kumuh Ringan : 11 – 30 %

- Tidak Kumuh : < 10 %

c. Penilaian Kondisi Bangunan

Penilaian terhadap kondisi bangunan meliputi :

Tingkat Kualitas Struktur Bangunan, metode

persamaan yang digunakan adalah :

Jumlah Bangunan Rumah dengan Struktur Tidak Layak X 100

%Jumlah Keseluruhan Bangunan Rumah

- Sangat Kumuh : > 70 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

- Kumuh Ringan : 11 – 30 %

- Tidak Kumuh : < 10 %

Tingkat Kepadatan Bangunan, metode penilaian adalah :

Jumlah Bangunan RumahLuas Wilayah (Ha)

- Sangat Kumuh : > 200 unit/ Ha

- Kumuh Berat : 151 – 200 unit/ Ha

- Kumuh Sedang : 101 – 150 unit/ Ha

- Kumuh Ringan : 51 – 100 unit/ Ha

- Tidak Kumuh : < 50 unit/ Ha

21

Page 22: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Tingkat Kesehatan dan Kenyamanan Bangunan,

penilaian dilakukan dengan metode :

Jumlah Bangunan Rumah Tidak Sehat dan Aman X 100 %Jumlah Keseluruhan Bangunan Rumah

- Sangat Kumuh : > 70 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

- Kumuh Ringan : 11 – 30 %

- Tidak Kumuh : < 10 %

Tingkat Penggunaan Luas Lantai Bangunan, metode

penilaian yang digunakan adalah :

Luas Bangunan RumahJumlah Penghuni Rumah

- Sangat Kumuh : < 4,5 m2/ Org

- Kumuh Berat : 4,5 – 6,5 m2/ Org

- Kumuh Sedang : 6,6 – 8,5 m2/ Org

- Kumuh Ringan : 8,6 – 10,5 m2/ Org

- Tidak Kumuh : > 10,5 m2/ Org

d. Kondisi Sarana dan Prasarana

Aspek-aspek yang dinilai pada kondisi sarana dan

prasarana antara lain :

Tingkat Pelayanan Air Bersih, metode penilaian

adalah :

Jumlah KK yang Tidak Mendapat Pelayanan Air Bersih X 100

%Jumlah KK Keseluruhan

- Sangat Kumuh : > 70 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

- Kumuh Ringan : 11 – 30 %

22

Page 23: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

- Tidak Kumuh : < 10 %

Kondisi Sanitasi Lingkungan, metode penilaian adalah :

Jumlah KK yang tidak Menggunakan Jamban Keluarga/Umum X 100

%Jumlah Keseluruhan KK

- Sangat Kumuh : > 70 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

- Kumuh Ringan : 11 – 30 %

- Tidak Kumuh : < 10 %

Kondisi Persampahan, metode penilaian yang digunakan

adalah :

Jumlah KK yang Buang Sampah Bukan pada Tempatnya

X 100%Jumlah Keseluruhan KK

- Sangat Kumuh : > 70 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

- Kumuh Ringan : 11 – 30 %

- Tidak Kumuh : < 10 %

Kondisi Drainase, penilaian dilakukan dengan meote

persamaan :

Panjang Saluran Drainase yang Tidak Lancar, Tergenang X 100%

Jumlah Total Panjang Saluran Drainase

- Sangat Kumuh : > 70 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

- Kumuh Ringan : 11 – 30 %

- Tidak Kumuh : < 10 %

23

Page 24: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Kondisi Jalan, penilaian dilakukan dengan metode

persamaan :

Panjang Jalan yang Sedang, Rusak dan Rusak Berat X 100 %

Jumlah Total Panjang Jalan

- Sangat Kumuh : > 70 %

- Kumuh Berat : 51 – 70 %

- Kumuh Sedang : 31 – 50 %

- Kumuh Ringan : 11 – 30 %

- Tidak Kumuh : < 10 %

Besarnya Ruang Terbuka, penilaian dilakukan

adalah :

Luas Ruang Terbuka (Ha) X 100 %Luas Seluruh Wilayah Permukiman (Ha)

- Sangat Kumuh : < 2,5 %

- Kumuh Berat : 2,5 – 5,0 %

- Kumuh Sedang : 5,0 – 7,5 %

- Kumuh Ringan : 7,5 – 10,0 %

- Tidak Kumuh : > 10,0 %

e. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Aspek-aspek yang dinilai pada kondisi sosial ekonomi

masyarakat antara lain :

Tingkat Kemiskinan, penilaian dilakukan dengan metode

persamaan berikut :

Jumlah KK Pra-Sejahtera dan Sejahtera I karena Alasan Ekonomi X 100 %

Jumlah KK Keseluruhan

- Sangat Kumuh : > 35 %

- Kumuh Berat : 26 - 35 %

- Kumuh Sedang : 16 - 25 %

- Kumuh Ringan : 6 - 15 %

- Tidak Kumuh : < 6 %

24

Page 25: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Tingkat Pendapatan Masyarakat, metod penilaian

adalah :

Jumlah Penduduk berpenghasilan di bawah UMP/UMK X 100 %

Jumlah Keseluruhan Penduduk

- Sangat Kumuh : > 35 %

- Kumuh Berat : 26 - 35 %

- Kumuh Sedang : 16 - 25 %

- Kumuh Ringan : 6 - 15 %

- Tidak Kumuh : < 6 %

Tingkat Pendidikan,, penilaian dilakuan dengan metode

berikut :

Jumlah Penduduk yang tidak Tamat Pendidikan Dasar 9 Tahun X 100

%Jumlah Keseluruhan Penduduk

- Sangat kumuh : > 15 %

- Kumuh Berat : 11 - 15 %

- Kumuh Sedang : 6 - 10 %

- Kumuh Ringan : 1 - 5 %

- Tidak Kumuh : < 0 %

Tingkat Kerawanan Keamanan, penilaian dilakukan

berdasarkan banyaknya kejadian tindak kriminalitas dalam

setahun, dengan asumsi :

- Sangat Kumuh : > 6 kali/ thn

- Kumuh Berat : 5 – 6 kali/ thn

- Kumuh Sedang : 3 – 4 kali/ thn

- Kumuh Ringan : 1 – 2 kali/ thn

- Tidak Kumuh : 0 kali/ thn

:

Secara rinci penilaian tingkat kekumuhan diuraikan pada tabel

berikut :

25

Page 26: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Tabel 2 : Nilai Masing - Masing Sebaran Indikator Tingkat Kekumuhan Lingkungan Permukiman

No IndikatorNilai Bobot Indikator

5 4 3 2 1

IKondisi Lokasi

  1. Legalitas Tanah > 70 % 51 - 70% 31 - 50% 11 - 30 % < 10 %

  2. Status Penguasaan Bangunan > 70 % 51 - 70% 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

  3. Frekwensi Bencana Kebakaran > 7 kali/th 5-7 kali/th 3-4 kali/th 1 - 2 kali/th 0 kali/th

  4. Frekwensi Bencana Banjir > 7 kali/th 5-7 kali/th 3-4 kali/th 1 - 2 kali/th 0 kali/th

 5. Frekwensi Bencana Tanah Longsor > 7 kali/3th 5-7 kali/3th 3-4 kali/3th 1-2 kali/3th < 1 kali/th

II Kependudukan          

  1. Tingkat Kepadatan Penduduk 150 150 - 100 100 - 75 75 - 50 50 - 25

 2. Rata-Rata Anggota Rumah

Tangga >13/ jw/kk 11-13 jw/kk 8-10 jw/kk 5-7 jw/kk < 5 jiwa/kk

  3. Jumlah KK Setiap Rumah >4kk/rmh 4 kk/rmh 3 kk/rmh 2 kk/rmh 1 kk

  4. Tingkat Pertambahan Penduduk >2,5% 2,1 - 25% 1,6 - 2 % 1,0-1,5 % < 1,0 %

  5. Angka Kematian Kasar > 40% 31 - 40% 21 - 30 % 11 - 20 % < 10 %

  6. Status Gizi Balita >70 % 51 - 70 % 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

  7. Tingkat Kesakitan Malaria >20 % 16 - 20 % 11 - 15 % 6 - 10 % < 5 %

  8. Tingkat Kesakitan Diare >70 % 51 - 70% 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

 9. Tingkat Kesakitan Demam Berdarah >20 % 16 - 20 % 11 - 15 % 6 - 10 % < 5 %

  10. Tingkat Kesakitan ISPA >70 % 51 - 70 % 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

IIIKondisi Bangunan

  1. Tingkat Kualitas Bangunan >70 % 51 - 70 % 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

  2. Tingkat Kepadatan Bangunan >200 u/Ha151-200u/Ha

101-150u/Ha 51-100 u/ha < 50 u/ha

  3. Tingkat Kelayakan Bangunan >70% 51 - 70 % 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

  4. Tingkat Penggunaan Luas Lantai <4,5m2/org 4,5-6,5m2/or 6,6-8,5m2/or 8,-10,5m2/or > 10,5m2/or

26

Page 27: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

IVKondisi Prasarana dan Sarana Dasar

  1. Tingkat Pelayanan Air Bersih >70 % 51 - 70 % 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

  2. Kondisi Sanitasi Lingkungan >70 % 51 - 70 % 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

  3. Kondisi Persampahan >70 % 51 - 70 % 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

  4. Saluran Air Hujan >70 % 51 - 70 % 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

  5. Kondisi Jalan >70 % 51 - 70 % 31 - 50 % 11 - 30 % < 10 %

  6. Besarnya Ruang Terbuka <2,5% 2,5 - 5 % 5,0 - 7,5 % 7,5-10 % > 10 %

VKondisi Sosial Ekonomi

  1. Tingkat Kemiskinan >35 % 26 - 35 % 16 - 25 % 6 - 15 % < 6 %

  2. Tingkat Pendapatan >35 % 26 - 35 % 16 - 25 % 6 - 15 % < 6 %

  3. Tingkat Pendidikan >15% 11 - 15 % 6 - 10 % 1 - 5 % 0%

  4. Tingkat Keamanan >6kali/th 5 - 6 kali/th 3 - 4 kali/th 1 - 3 kali/th 0 kali/thSumber : Dirjen Perumahan dan Permukiman, Dep. Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2007

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami tarik adalah :

Tingkat kekumuhan suatu lingkungan permukiman ditinjau dari

beberapa aspek yaitu : Kondisi lokasi Kondisi bangunan, Kondisi

kependudukan, Kondisi sarana dan prasarana dasar, Kondisi sosial

dan ekonomi masyarakat

Kondisi permukiman yang ada di Kelurahan Pampang sudah sangat

memprihatinkan dan masuk dalam klasifikasi permukiman kumuh

permanen

Hal yang mempengaruhi terjadinya permukiman kumuh di wilayah

pusat kota adalah masalah kependudukan dan tingkat sosial

ekonomi masyarakat.

B. Saran – Saran

Adapun saran-saran yang dapat diuraikan pada penulisan ini

didasarkan pada hasil pengamatan pada lingkungan permukiman di

Kelurahan Pampang, antara lain :

27

Page 28: BAB I KEKUMUHAN KELURAHAN PAMPANG

Perlunya peningkatan kualitas lingkungan di Kota Makassar,

khususnya pada kelurahan Pampang sehingga pencagahan

pertumbuhan lingkungan permukiman dapat terjadi.

Peningkatan ekonomi dan pendapatan masyarakat untuk

menunjang kualitas hunian yang layak.

Penyediaan sarana dan prasarana dasar lingkungan yang

memadai sebagai salah satu upaya penanganan terhadap

timbulnya permukiman kumuh.

Tulisan ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pemerintah

kota Makassar dalam pembangunan dan pengembangan kota.

Daftar Pustaka

Anonim, 1998, Kamus Tata Ruang, Direktorat Jenderal Cipta

Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Ikatan Ahli Perencana

Indonesia, Jakarta.

Arikunto Suharsimi, 1996, Prosedur Penelitian, PT. Rineke

Cipta, Jakarta.

Budiharjo, 1992, Urbanisasi dan Permukiman, Bina Aksara, Jakarta

Departemen Pekerjaan Umum, 1987, Petunjuk Perencanaan Kawasan

Perumahan Kota, Jakarta

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002, Konsep

Pelaksanaan Penilaian Tingkat Kekumuhan, Direktorat Jenderal

Perumahan dan Permukiman, Jakarta.

Luthfi. M, 1997, Studi Pengembangan Permukiman Nelayan di Kelurahan

Pontap Kabupaten Luwu. Skripsi Jurusan Planologi Univ. 45

Mks.

28