BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi:...

40
1 BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN EMPIRIK DAN TEORITIK A. DESKRIPSI Bab ini memaparkan beberapa hal sebagai berikut: kehadiran desa ditinjau dari kajian teoritik dan empirik; arti dan ruang lingkup sosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik desa, sosiologi secara umum, serta sosiologi pedesaan dan ruang lingkupnya. B. KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami kehadiran desa ditinjau dari kejian teoritik dan empirik, pengertian desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik desa, sosiologi secara umum, serta sosiologi pedesaan dan ruang lingkupnya. C. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan pengertian desa; 2. Menjelaskan ciri-ciri kehidupan masyarakat desa; 3. Menjelaskan karakteristik desa; 4. Menjelaskan sosiologi secara umum; 5. Menjelaskan sosiologi pedesaan dan ruang lingkupnya. D. KEGIATAN BELAJAR E. URAIAN MATERI

Transcript of BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi:...

Page 1: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

1

BAB I

KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN EMPIRIK DAN TEORITIK

A. DESKRIPSI

Bab ini memaparkan beberapa hal sebagai berikut: kehadiran desa ditinjau dari kajian teoritik dan empirik; arti dan ruang lingkup sosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik desa, sosiologi secara umum, serta sosiologi pedesaan dan ruang lingkupnya.

B. KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami kehadiran desa ditinjau dari kejian teoritik dan empirik, pengertian desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik desa, sosiologi secara umum, serta sosiologi pedesaan dan ruang lingkupnya.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat :

1. Menjelaskan pengertian desa; 2. Menjelaskan ciri-ciri kehidupan masyarakat desa; 3. Menjelaskan karakteristik desa; 4. Menjelaskan sosiologi secara umum; 5. Menjelaskan sosiologi pedesaan dan ruang lingkupnya.

D. KEGIATAN BELAJAR

E. URAIAN MATERI

Page 2: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

2

1. Kehadiran Desa, ditinjau dari Kajian Empirik

Sering kali terdapat persepsi yang salah tentang keberadaan

masyarakat desa, dimana masyarakat desa cenderung dipandang rendah.

Masyarakat desa mempunyai peranan yang penting dalam sejarah

pembentukan dan perkembangan peradaban masyarakat manusia.

Sejarah kehidupan manusia secara umum mengalami proses

perkembangan yang sangat lamban. Sekitar 1.990.000 tahun mereka

menjalani kehidupan yang sangat bersahaja dengan sistem mata

pencaharian food gathering economics (berburu, meramu, dan

menangkap ikan). Sifat mata pencaharian semacam ini kurang

memungkinkan mereka untuk saling berhubungan dan menjalin kerja

sama secara teratur dan permanen karena mereka harus selalu berpindah

(mobil) mengikuti pola kehidupan binatang buruannya. Pola kehidupan

mereka ini lebih menunjukkan pada bentuk pra-masyarakat, artinya

belum mencerminkan kehidupan bermasyarakat yang teratur dan

permanen.

Masyarakat desa dikenal dengan kegiatan bercocok tanam sekitar

10.000 tahun yang lalu telah mengubah keadaan yang ada. Sifat

tanaman yang terikat pada tempat (imobil) dan waktu telah memaksa

orang untuk menetap. Biasanya mereka menetap pada tempat-tempat

tertentu, yaitu di tempat-tempat yang subur seperti di tepi-tepi sungai

dan danau, sehingga terjadilah pengelompokan. Di dalam

pengelompokan ini terjadilah hubungan yang teratur di antara warga

masyarakat. Selanjutnya dalam kondisi ini terciptalah akumulasi

simbol-simbol yang merupakan awal dan landasan bagi perkembangan

peradaban manusia. Kegiatan bercocok tanam juga menandai lahirnya

fenomena desa sebab desa dalam pengertian pokoknya berarti tempat

menetap dan bermukim dari sekelompok orang yang memiliki

ketergantungan terhadap suatu tempat.

Page 3: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

3

2. Kehadiran Desa ditinjau dari Kajian Teoritis

Masyarakat desa sering kali dipahami dalam keterkaitannya

dengan kegiatan pertanian. Akan tetapi hal tersebut tidak cukup

memadai, sebab kita juga harus mengaitkannya dengan konteks

perubahan dan perkembangan dunia karena desa juga

merupakan bagian integral dari kehidupan dunia.

Untuk memahami desa dengan segala dinamikanya maka dibutuhkan

teori atau perspektif (wawasan) sebagai kerangka berpikir. Dalam hal

ini desa setidak-tidaknya dapat dijelaskan teori-teori tentang perubahan

dan perkembangan sosial masyarakat.

Teori yang menjelaskan fenomena desa adalah teori dari ilmu-ilmu

sosial termasuk di dalamnya teori sosiologi. Teori sosiologi yang

digunakan adalah yang mengacu pada teori evolusi social dari Herbert

Spencer, yang merupakan turunan dari teori evolusi biologi Charles

Darwin. Teori evolusi sosial ini berusaha menjelaskan fenomena desa

sebagai proses perubahan dan perkembangan masyarakat dari yang

masih bersahaja menuju masyarakat yang kompleks. Ternyata teori

evolusi sosial yang bersifat umum tersebut tidak cukup memadai untuk

dapat menjelaskan fenomena masyarakat desa secara lebih

komprehensif, sehingga diperlukan teori-teori yang sifatnya lebih

khusus. Teori-teori ini mencoba menjelaskan perkembangan

masyarakat lewat tahap-tahap tertentu. Teori-teori khusus ini

merupakan model dikotomi dan trikotomi yang membagi masyarakat

menjadi pilah dua maupun pilah tiga.

Teori-teori yang disebutkan di atas, termasuk ke dalam teori

modernisme. Selain itu, terdapat juga teori lain yang berlawanan dari

teori modernisme yaitu teori dependensi. Kalau teori modernisasi

berpendapat bahwa semua masyarakat akan berubah dan berkembang

menjadi modern, maka teori dependensi menyatakan bahwa kapitalisme

modern menyebabkan masyarakat pinggiran menjadi tergantung pada

negara-negara maju sehingga mengalami keterbelakangan.

Page 4: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

4

Perlu dipahami bahwa pada kenyataannya terdapat dominasi dari

sistem kapitalisme modern, penyebarluasan teknologi modern dan

komunikasi informasi maka dalam menggunakan kedua kubu teori

tersebut sebaiknya pelu memperhatikan pendapat Howard Newby. H.

Newby yang menyatakan bahwa studi mengenai masyarakat desa saat

ini hendaknya memfokuskan perhatian pada proses penyesuaian

masyarakat desa terhadap sistem kapitalisme modern.

Dalam kaitan dengan definisi sosiologi pedesaan, banyak sekali

ahli mengemukakannya dengan segala kelebihan dan kelemahannya

masing-masing. Ada ahli yang selalu menekankan bahwa desa dianggap

sebagai desa pertanian, padahal pada kenyataan ada juga desa yang

nonpertanian. Pendapat ahli lain menggambarkan desa desa secara

eksplisit berbeda dengan kota. Dengan banyaknya faktor-faktor

eksternal yang masuk dan mempengaruhi kehidupan desa maka dapat

dikatakan bahwa komunitas desa mulai berkembang ke arah komunitas

kota, dimana adat-istiadat, tradisi atau pola kebudayaan

tradisional desa mengalami proses perubahan.

Selanjutnya, pengertian sosiologi pedesaan adalah suatu ilmu

pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan yakni

hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan

kelompok dan kelompok dengan masyarakat, baik secara formal

maupun material, baik statis maupun dinamis. Pedesaan berasal dari

suku kata desa yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu desi yang

berarti tempat tinggal. Pengertian desa disini adalah suatu kesatuan

masyarakat dalam wilayah, baik menurut suasana yang formal maupun

informal, dimana satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang

mempunyai wilayah dan otonomi sendiri. Dalam penyelengaraan

kehidupan dan keterikatan antara keluarga keluarga dalam kelompok

masyarakat terjadi sebagai akibat adanya unsur penguat yang bersifat

religius, tradisi dan adat istiadat.

Page 5: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

5

Menurut Howard Newby bahwa dalam mempelajari sosiologi

pedesaan hendaknya diarahkan pada studi tentang adaptasi masyarakat

desa terhadap pengaruh-pengaruh kapitalisme modern yang masuk ke

desa. Latar belakang munculnya spesialis sosiologi pedesaan karena

permasalahan sosial yang timbul di desa di Amerika Serikat, yaitu

datangnya para migran dan mengambil tanah yang tak bertuan serta

mulai berkembangnya era industrialisasi di Amerika Serikat.

3. Arti dan Ruang Lingkup Sosiologi Pedesaan

a. Pengertian Desa

Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, bahwa desa adalah suatu

kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang

berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Selanjutnya C.S. Kansil,

mengatakan bahwa desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh

sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan

terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan

rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa

sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Sedangkan menurut Bintarto Desa merupakan perwujudan atau

kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat

di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara

timbal-balik dengan daerah lain. Lebih lanjut Paul H. Landis

mengatakan bahwa desa penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan

Page 6: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

6

ciri ciri sebagai berikut: 1) mempunyai pergaulan hidup yang saling

kenal mengenal antara ribuan jiwa, 2) ada pertalian perasaan yang sama

tentang kesukaan terhadap kebiasaan, ·3) cara berusaha (ekonomi)

adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti:

iklim, keadaan alam, dan kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang

bukan agraris adalah bersifat sambilan. Sistem kehidupannya

berkelompok. Menurut Landis, masyarakat pedesaan termasuk

masyarakat homogen dalam hal: matapencaharian, agama, adat-istiadat,

homogenitas Sosial, hubungan primer, kontrol sosial yang ketat,

gotong-royong, ikatan social, magis religious.

Dari beberapa pendapat tentang desa di atas, dapat disimpulkan

bahwa desa adalah sebuah wilayah yang ditempati sejumlah penduduk

yang daerahnya masih dipenuhi oleh pepohonan dan lahan kosong, dan

kekerabatan diantara penduduknya sangat erat dimana penduduknya

memiliki sistem pemerintahan sendiri.

Pada umumnya pengertian desa sering dikaitkan dengan

sektor pertanian, alasannya asal-muasal desa karena pengenalan

cocok tanam. Secara keilmuan, ahli sosiologi menyatakan bahwa desa

merupakan lingkungan di mana warga memiliki hubungan akrab dan

bersifat informal.

Menurut Roucek dan Warren, untuk memahami masyarakat desa

dapat dilihat dari karakteristiknya yaitu:

1. Besarnya peranan kelompok primer;

2. Faktor geografis sebagai dasar pembentukan kelompok;

3. Hubungan bersifat akrab dan langgeng;

4. Homogen;

5. Keluarga sebagai unit ekonomi;

6. Populasi anak dalam proporsi lebih besar.

Selanjutnya Pitirim A. Sorokin dan Carle C. Zimmerman

mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menentukan karakteristik

Page 7: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

7

masyarakat desa dan kota adalah: 1) mata pencaharian; 2) ukuran

komunitas; 3) tingkat kepadatan penduduk; 4) lingkungan; 5)

diferensiasi sosial; 6) stratifikasi sosial; 7) interaksi sosial; 8)

solidaritas sosial.

Terdapat perbedaan pendapat tentang fenomena keaslian desa di

Indonesia. Beberapa pakar di Belanda seperti, van den Berg dan Kern

berpendapat bahwa desa-desa di Jawa adalah buatan India. Sedangkan

pakar Belanda lainnya, yang diwakili oleh van Vollenhaven, de Louter,

Brandes, dan Liefrinck, berpendapat bahwa desa-desa di Indonesia itu

bersifat asli, Begitu juga dengan Sutardjo Kartohadikoesoemo, yang

mengatakan bahwa desa-desa di Jawa itu asli, bukan buatan India

maupun Belanda dan juga bukan buatan Indonesia. Hal ini dikarenakan

bahwa sebelum Indonesia merdeka, desa-desa tersebut sudah ada. Desa-

desa tersebut mempunyai kedudukan sebagai desa yang mandiri. Akan

tetapi setelah Indonesia merdeka maka dilakukan beberapa

pembenahan, yang juga menyangkut kedudukan desa sebagai desa yang

mandiri tersebut. Melalui beberapa peraturan perundangan, desa

mempunyai kedudukan sebagai kesatuan sosial dan hukum (adat) yang

masih diberi kebebasan tertentu dan desa sebagai kesatuan administratif

yaitu merupakan bagian integral dari Negara Republik Indonesia.

Selanjutnya menurut Undang undang Nomor 5 Tahun 1979 pengertian

desa dibedakan menjadi “desa” dan “kalurahan”.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 yang berisi tentang

dimungkinkannya tindakan untuk membentuk, memecah, menyatukan

dan menghapus desa dan kelurahan, membawa kemungkinan bagi

perubahan pada desa dan kelurahan baik dalam hal volume maupun

statusnya. Perubahan yang ada menunjukkan bahwa jumlah desa dari

tahun ke tahun memperlihatkan adanya gejala kenaikan.

Berbicara tentang ciri khas desa di Indonesia tidaklah mudah,

mengingat bahwa desa-desa di Indonesia sangat beragam. Sehubungan

dengan hal itu, Koentjaraningrat mengemukakan perlunya berbagai

Page 8: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

8

sistem yang dapat dipakai dalam mengklasifikasikan aneka warna

bentuk desa di Indonesia. Untuk menandai ciri-ciri desa di Indonesia,

maka perlu mengetahui faktor-faktor seperti: 1) tingkat teknologi dan

kondisi geografis, 2) keberagaman suku bangsa di Indonesia, 3)

perbedaan dalam dasar-dasar peradaban suatu kawasan, dan 4)

pengaruh kekuasaan luar desa.

Keberagaman desa-desa di Indonesia menyebabkan terjadinya

kesulitan dalam usaha untuk menyeragamkan desa-desa tersebut. Salah

satu kesulitan adalah dalam mencari padanan desa di Jawa dengan

padanan desa yang ada di luar Jawa.

b. Unsur-Unsur Desa

Untuk mengetahui dengan jelas unsur-unsur desa, maka dapat

diuraikan sebagai berikut:

a) Daerah tanah yang produktif, lokasi, luas dan batas yang

merupakan lingkungan geografis,

b) Penduduk, jumlah penduduk, pertambahan penduduk, persebaran

penduduk dan mata pencaharian penduduk,

c) Tata Kehidupan, pola tata pergaulan dan ikatan pergaulan warga

desa termasuk seluk beluk kehidupan masyarakat desa,

d) Kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaannya.

c. Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Desa

Talcot Parsons menggambarkan masyarakat desa sebagai

masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai

berikut: ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta,

kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan

tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita

orang lain dan menolongnya tanpa pamrih. Orientasi kolektif sifat ini

merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan

Page 9: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

9

kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang

berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman

persamaan.

Ciri khas desa sebagai suatu komunitas pada masa lalu selalu

dikaitkan dengan kebersahajaan (simplicity), keterbelakangan,

tradisionalisme, subsistensi, dan keterisolasian (Rahardjo, 1999).

Roucek dan Warren dalam Shahab K (2007), secara umum

mengidentifikasi ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan sebagai

berikut :

1) Faktor geografi sangat berpengaruh atas kehidupan yang ada. Misalnya, keterikatan anggota keluarga dengan tanah atau desa kelahirannya,

2) Mempunyai sifat homogen dalam (mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku),

3) Hubungan sesama anggota masyarakat lebih intim dan awet dari pada kota,

4) Kehidupan desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Artinya; semua anggota keluarga turut bersama-sama memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga,

5) Karakteristik Kehidupan Masyarakat Desa,

6) Jumlah anak yang ada dalam keluarga inti lebih besar, dan

7) Hubungan lebih bercorak gemeinschaft dan gesellschaft.

Karakteristik masyarakat desa menurut Scott J.C. (1989),

menyatakan bahwa petani terutama di pedesaan pada dasarnya

menginginkan kedamaian dan hubungan patron-klien paternalistik

yang memberi jaminan dan keamanan sosial (social security).

Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa petani jarang tampil mengambil

suatu keputusan yang berisiko, karena petani akan memikirkan

keamanan terlebih dahulu (safety first). Kondisi ini tidak dapat

dipertahankan dengan masuknya pasar dan komersialisasi yang

Page 10: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

10

telah menggantikan hubungan patron-klien menjadi hubungan

ekonomis (upah/majikan-buruh).

Untuk mengatasi masalah ekonomi, daerah pedesaan telah

menemukan sendiri berbagai mekanisme sosial ekonominya yang

dikenal dengan nama gotong-royong (social exchange). Gotong

royong menjadi etos subsistensi (subsistence ethics) yang

melahirkan norma-norma moral, seperti adanya norma resiprokal

atau timbal balik dalam menikmati bantuan sosial.

8) Pembatasan Pengertian Sosiologi

Sampai saat ini para sosiolog dan ahli terkait dengan sosiologi

masih terus melakukan penyelidikan tentang sifat dan hakikat

pengertian sosiologi. Belum ada suatu kesepakatan bersama yang

formal tentang pengertian sosiologi, Namun demikian ada beberapa

pengertian dasar tentang sosiologi yang dapat digunakan sebagai

patokan sementara. Berdasarkan akar katanya, Sosiologi berasal

dari dua kata Yunani yaitu “socius” yang berarti “kawan atau

teman” dan “logos” yang berarti “ilmu atau pengetahuan”. Teman

atau kawan dapat dimengerti secara luas sebagai “keberadaan

orang-orang lain dalam suatu hubungan”. Dengan demikian

berdasarkan asal katanya maka sosiologi berarti “ilmu tentang

berkawan” atau “ilmu tentang bagaimana manusia berkawan”.

Untuk mengetahui dengan jelas tentang pengertian sosiologi,

maka di bawah ini disajikan beberapa pendapat ahli sebagai

berikut:

a. Roucek dan Waren menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dan kelompok-kelompok (Soekanto, 2003).

b. Ouburn dan Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial (Soekanto, 2003).

Page 11: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

11

c. Giddens (2004) mendefinisikan bahwa “sociology is the study of human social life, groups and socities” (sosiologi merupakan studi/ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat).

d. Pitrin Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari (1) hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, (2) hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non-sosial dan (3) ciri-ciri umum semua gejala sosial (Soekanto, 2003).

e. Soemarjan dan Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu masyarakat yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial (Soekanto, 2003).

f. Green (1960) dalam Rahardjo (1999) menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat, dalam pelbagai aspeknya.

g. Doorn dan Lammers menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil (Soekanto, 2003).

Pengertian umum menyatakan bahwa sosiologi adalah “ilmu

tentang masyarakat”. Hal senada juga disampaikan oleh Priyotamtomo

(2001), bahwa sosiologi mempelajari perilaku masyarakat dan perilaku

sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya.

Kelompok tersebut mencakup: keluarga, suku, komunitas, pemerintah,

organisasi sosial, kelompok ekonomi, kelompok politik, dan lain

sebagainya. Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok,

menelusuri asal-susul pertumbuhannya serta menganalisis pengaruh

kegiatan kelompok terhadap para anggotanya.

5. Sosiologi Pedesaan dan Ruang Lingkupnya

Priyotamtomo (2001) mendeskripsikan bahwa sosiologi pedesaan

merupakan suatu studi yang melukiskan hubungan manusia di dalam

dan antar kelompok yang ada di lingkungan pedesaan. Pengertian

Page 12: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

12

“pedesaan” mencakup wilayah yang disebut “rural” dibedakan dengan

“urban”. Secara lengkap pedesaan diartikan sebagai kawasan tempat

tinggal dan kerja yang secara jelas dapat dipisahkan dari kawasan yang

lain yang disebut “kota”. Masyarakat pedesaan sering disebut sebagai

“rural community” sedang masyarakat perkotaan disebut sebagai

“urban community”. Pembedaan tersebut didasari oleh perbedaan dalam

berbagai aspek kehidupan masyarakatnya. Soekanto dalam Yulianti dan

Purnomo (2003) menyatakan bahwa perbedaan masyarakat pedesaan

dan perkotaan dapat dilihat antara lain dari kehidupan keagamaan,

individualime, pembagian kerja, macam pekerjaan, jalan pikiran, jalan

kehidupan, serta perubahan-perubahan sosial lainnya.

Sosiologi pedesaan mempelajari tentang struktur dan proses-

proses sosial yang terjadi di pedesaan. Bidang kajian ini menekankan

pada masyarakat pedesaan dan segala dinamikanya yang antara lain

mencakup struktur sosial, proses sosial, mata pencaharian, pola

perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sosiologi pedesaan juga mencakup hubungan manusia didalamnya

sebagai individu dan antara kelompok-kelompok yang ada di

lingkungan pedesaan. Maksud mempelajari sosiologi pedesaan adalah

untuk mengumpulkan keterangan mengenai masyarakat pedesaan dan

hubungan-hubungannya yang melukiskan tentang tingkah laku, sikap,

perasaan, motif, dan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan

pedesaan itu.

Hasil dari pengkajian sosiologi pedesaan dapat dipergunakan

sebagai penyedia dan pensuplai data dan informasi-informasi yang

sangat dibutuhkan dalam upaya-upaya pengembangan masyarakat

pedesaan. Misalnya untuk suksesnya kegiatan penyuluhan pertanian.

Ruang lingkup bidang kajian sosiologi pedesaan menekankan

pada masyarakat pedesaan dan segala dinamikanya yang antara lain

mencakup struktur sosial, proses sosial, mata pencaharian, pola

perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 13: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

13

Menurut Ulrich P. (1993) Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology) sering

disamakan dengan Sosiologi Pertanian (Agricultural Sociology),

karena menurut Rahardjo (1999) pertanian memang masih merupakan

karakteristik pokok dari umumnya desa-desa di Indonesia. Dilihat dari

eksistensinya, desa merupakan fenomena yang muncul dengan mulai

dikenalnya cocok tanam. Dengan mengingat pentingnya faktor

pertanian bagi keberadaan desa, maka dapat dipahami bahwa

kebanyakan ruang lingkup dan objek sosiologi pedesaan masih selalu

berkisar pada aspek pertanian, aktivitas serta dinamikanya.

F. RANGKUMAN

Sosiologi pedesaan adalah sosiologi tentang struktur dan proses-proses sosial yang terjadi di pedesaan. Bidang kajian ini menekankan pada masyarakat pedesaan dan segala dinamikanya yang antara lain mencakup struktur sosial, proses sosial, mata pencaharian, pola perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sosiologi pedesaan juga mencakup hubungan manusia didalamnya sebagai individu dan antara kelompok-kelompok yang ada di lingkungan pedesaan. Soekanto dalam Yulianti dan Purnomo (2003) menyatakan bahwa perbedaan masyarakat pedesaan dan perkotaan dapat dilihat antara lain dari kehidupan keagamaan, individualime, pembagian kerja, macam pekerjaan, jalan pikiran, jalan kehidupan, serta perubahan-perubahan sosial lainnya. Maksud mempelajari sosiologi pedesaan adalah untuk mengumpulkan keterangan mengenai masyarakat pedesaan dan hubungan-hubungannya yang melukiskan tentang tingkah laku, sikap, perasaan, motif, dan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan pedesaan itu. Hasil dari pengkajian dari sosiologi pedesaan dapat dipergunakan sebagai penyedia dan pensuplai data dan informasi-informasi yang sangat dibutuhkan dalam upaya-upaya pengembangan masyarakat pedesaan. Misalnya untuk suksesnya kegiatan penyuluhan pertanian. Ruang lingkup bidang kajian sosiologi pedesaan menekankan pada masyarakat pedesaan dan segala dinamikanya yang antara lain mencakup struktur sosial, proses sosial, mata pencaharian, pola perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 14: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

14

G. SOAL-SOAL LATIHAN

Kerjakan soal-soal di bawah ini !

1. Jelaskan pengertian desa;

2. Jelaskan ciri-ciri kehidupan masyarakat desa;

3. Jelaskan karakteristik desa;

4. Jelaskan sosiologi secara umum;

5. Jelaskan sosiologi pedesaan dan ruang lingkupnya

Page 15: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

15

BAB II

STRUKTUR MASYARAKAT DESA

A. DESKRIPSI

Dalam Bab ini akan dikaji: Konsep Struktur Sosial, Struktur Biososial, Sosial dan Umum Masyarakat Desa; Pola Kehidupan Masyarakat Desa didalamnya dibahas: 1) Tradisi dan Hukum Adat, 2) Kelembagaan Pada Masyarakat Desa didalamnya dibahas: a) Lembaga Sosial dan Lembaga Pemerintah Desa, b) Lembaga-lembaga Sosial Lain, Lama dan Baru; 3) Masyarakat Desa Sebagai Komunitas yang dibahas didalamnya yaitu a) Konsep dan Tipe-tipe Umum Komunitas Desa, b) Komunitas Peasan; 4) Sistem Ekonomi Masyarakat Desa yang dibahas didalamnya yaitu: a) Sistem Ekonomi Pertanian Mayarakat Desa, b) Faktor-faktor Determinan Dalam Sistem Ekonomi Desa, dan c) Sistem Status Dalam Pelapisan Masyarakat.

B. KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami Konsep Struktur Sosial, Struktur Biososial, Sosial Umum dan Masyarakat Desa.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan konsep struktur sosial ! 2. Mendeskripsikan struktur Biososial ! 3. Menjelaskan pengertian sosial umum ! 4. Menjelaskan pengertian masyarakat desa ! 5. Menceritakan tradisi dan hukum adat di desa ! 6. Menjelaskan kelembagaan pada masyarakat desa ! 7. Menjelaskan masyarakat desa sebagai komunitas ! 8. Menjelaskan sistem ekonomi masyarakat desa !

D. KEGIATAN BELAJAR

E. URAIAN MATERI

Page 16: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

16

1. Konsep Struktur Sosial

Konsep struktur sosial terkandung pengertian adanya

hubungan-hubungan yang jelas dan teratur antara orang yang satu

dengan yang lainnya. Untuk dapat membangun pola hubungan yang

jelas dan teratur tersebut tentu ada ‘aturan main’ yang diakui dan

dianut oleh pihak-pihak yang terlibat. Aturan main tersebut adalah

norma atau kaidah. Norma atau kaidah ini menjadi lebih konkret dan

bersifat mengikat maka diperlukan lembaga (institusi).

Pitirin Sorokin membedakan struktur sosial menjadi dua yaitu

struktur sosial vertikal dan struktur sosial horizontal. Lebih lanjut

Sorokin mengatakan bahwa struktur sosial vertikal (pelapisan/

stratifikasi sosial) menggambarkan kelompok-kelompok sosial dalam

susunan yang bersifat hierarkis, sedangkan struktur sosial horizontal

(diferensiasi sosial) menggambarkan variasi/beragamnya dalam

pengelompokan-pengelompokan sosial.

Selanjutnya Smith dan Zopf mengemukakan pendapat tentang

pola pemukiman. Menurut mereka pola pemukiman berkaitan dengan

hubungan-hubungan keruangan (spatial) antara pemukiman penduduk

desa yang satu dengan pemukiman penduduk yang lain dan dengan

lahan pertanian mereka. Paul H. Landis menggambarkan adanya

empat tipe pola pemukiman yaitu pola pemukiman yaitu: 1)

mengelompok murni, 2) mengelompok tidak murni, 3) menyebar

teratur, dan 4) menyebar tidak teratur. Lebih lanjut Landis

menjelaskan bahwa tipe pola pemukiman mengelompok murni yang

paling dominan di dunia, sedangkan yang paling ideal adalah pola

pemukiman tipe menyebar teratur. Di Indonesia, terutama di Jawa

cenderung memperlihatkan pola pemukiman tipe mengelompok

murni.

Page 17: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

17

2. Struktur Biososial dan Masyarakat Desa

Struktur biososial adalah struktur sosial (vertikal maupun

horizontal) yang berkaitan dengan faktor-faktor biologis seperti jenis

kelamin, usia, perkawinan, suku bangsa dan lainnya. Keterkaitan

antara faktor biologis dan struktur sosial diperlihatkan melalui sifat

mata pencaharian, di mana ketika masyarakat masih pada taraf food

gathering economic sampai dengan ketika bercocok tanam, maka

pengalaman dan tenaga fisik menjadi faktor yang dominan. Dengan

demikian orang yang lebih tua dan orang yang secara fisik lebih kuat

(laki-laki dianggap lebih kuat dibandingkan perempuan) menempati

kedudukan sosial yang tinggi.

Struktur sosial vertikal (stratifikasi/ pelapisan sosial) merupakan

gambaran dari kelompok-kelompok sosial dalam susunan hierarkis.

Untuk mengenalinya maka digunakan lambang status (status

symbols). Sutardjo Kartohadikoesoemo mengklasifikasikan penduduk

desa di Jawa menjadi beberapa lapisan sosial berdasarkan faktor

pemilikan/penguasaan lahan pertanian, yaitu: 1) warga desa yang

memiliki tanah pertanian, rumah dan tanah pekarangan, 2a) warga

desa yang mempunyai rumah dan tanah pekarangan, 2b) warga desa

yang mempunyai rumah di atas pekarangan orang lain, 3a) warga desa

yang kawin dan mondok di rumah orang lain, dan 3b) pemuda yang

belum kawin.

Berdasarkan kerangka dari Smith dan Zopf, pelapisan sosial

masyarakat desa di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan kriteria

yaitu: 1) luas/sempitnya pemilikan atau penguasaan tanah, 2) adanya

pihak lain di luar sektor pertanian, 3) sistem persewaan atau

penguasaan tanah, dan 4) sifat pekerjaan.

Sedangkan struktur sosial horizontal merupakan gambaran

mengenai keberagaman pengelompokan sosial dalam masyarakat.

Secara umum masyarakat desa merupakan komunitas yang kecil

sehingga antara orang yang satu dengan yang lainnya terdapat

Page 18: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

18

kemungkinan yang besar untuk saling berhubungan secara langsung

dan saling mengenal secara “pribadi”. Hubungan semacam ini disebut

hubungan primer dan kelompoknya disebut kelompok primer.

Kelompok primer yang utama dalam masyarakat adalah keluarga, lalu

ketetanggaan dan komunitas. Keluarga merupakan kelompok sosial

yang mempunyai peran dan pengaruh yang paling dominan.

Smith dan Zopf secara umum membedakan dua pola umum desa

yaitu: 1) desa sistem satu kelas, dan 2) desa sistem dua kelas. Desa

sistem satu kelas yaitu desa di mana pemilikan lahan pertanian

penduduk mempunyai luas yang rata-rata sama. Sedangkan desa

sistem dua kelas adalah tipe desa di mana terdapat perbedaan yang

mencolok dalam luas pemilikan lahan pertanian. Di dalam desa sistem

satu kelas terdapat pelapisan/stratifikasi sosial, sedangkan di dalam

desa sistem dua kelas terdapat polarisasi sosial.

3. Pola Kehidupan Masyarakat Desa

Untuk menganalisa masyarakat pedesaan yang bersifat

bersahaja maka diperlukan konsep kebudayaan yang sederhana pula

yaitu kebudayaan dilihat dari aspek kebudayaan dan non-kebudayaan

(immaterial culture). Dengan kata lain kebudayaan dilihat sebagai

suatu sistem nilai dan norma (adat-istiadat) yang mengatur perilaku

dan perikehidupan masyarakat desa.

Pola kebudayaan masyarakat desa termasuk pola kebudayaan

tradisional, yaitu merupakan produk dari pengaruh alam terhadap

masyarakat yang hidupnya tergantung pada alam. Menurut Paul H.

Landis besar kecilnya pengaruh alam terhadap pola kebudayaan

tradisional ditentukan oleh: 1) sejauh mana ketergantungan terhadap

alam, 2) tingkat teknologi yang dimiliki, dan 3) sistem produksi yang

diterapkan. Selanjutnya Paul H. Landis juga mengemukakan ciri-ciri

kebudayaan tradisional yaitu: 1) adaptasinya pasif, 2) rendahnya

tingkat invasi, 3) tebalnya rasa kolektivitas, 4) kebiasaan hidup yang

Page 19: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

19

lamban, 5) kepercayaan kepada takhayul, 6) kebutuhan material yang

bersahaja, 7) rendahnya kesadaran terhadap waktu, 8) cenderung

bersifat praktis, dan 9) standar moral yang kaku.

Perlu di ingat bahwa persyaratan bagi eksistensi pola

kebudayaan tradisional tidak hanya menyangkut kesembilan ciri-ciri

di atas, melainkan juga harus memperhitungkan kekuatan-kekuatan

luar desa (supradesa) seperti pengaruh struktur kekuatan tertentu yang

mendominasi desa. Pelbagai kerajaan yang tersebar di persada

Nusantara memiliki pengaruh yang sangat menentukan bagi pola

kebudayaan masyarakat desa. Pengaruh kerajaan juga menyangkut

masalah penguasaan kerajaan terhadap tanah pertanian (sistem

feodalisme) sehingga masyarakat desa memiliki ketergantungan yang

tinggi pada kerajaan. Di daerah-daerah yang tidak terdapat kerajaan

maka sistem kekerabatan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi

keberadaan pola kebudayaan tradisional. Dengan kata lain, pola

kebudayaan mereka identik dengan sistem kekerabatannya.

1. Tradisi dan Hukum Adat

Berbicara mengenai tradisi dapat dibedakan tradisi sinkronik dan

tradisi diakronik. Dalam pengertian tradisi diakronik, antara yang

tradisional dengan yang modern tidak dapat dipertemukan atau

dipersatukan. Sedangkan dalam tradisi sinkronik, tradisi justru bersifat

situasional. Pengertian tradisi dan adat istiadat dikonkretkan lagi

menjadi hukum adat. Pengertian hukum adat di sini lebih mengacu

pada pengertian hukum asli yang ada di pelbagai daerah di Indonesia.

Hukum adat yang mengatur kehidupan masyarakat di pelbagai daerah

di Indonesia ini tidak terlepas dari pengaruh luar, misalnya pengaruh

dari agama Hindu, Islam, dan pemerintahan kolonial.

Untuk memperoleh gambaran umum mengenai hukum adat di

Indonesia, perlu dibedakan dua tipe desa berdasarkan perbedaan

integritas masyarakatnya yaitu desa-desa di luar Jawa dan desa-desa di

Page 20: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

20

Jawa. Integritas desa-desa di luar Jawa didasarkan atas hubungan

darah (genealogis), sedangkan integritas desa-desa di Jawa lebih

didasarkan pada ikatan hubungan daerah (geografis). Pada masyarakat

yang integritasnya didasarkan pada ikatan darah maka hukum adatnya

kurang memiliki kekuatan pengikat dan pengendali dibandingkan

dengan hukum adat pada masyarakat yang integritasnya tidak

didasarkan pada ikatan darah.

Untuk desa-desa di Jawa umumnya, di daerah pedalaman

khususnya, melemahnya tradisi serta hukum adat bukan saja karena

sifatnya sebagai tipe desa geografis, melainkan terutama untuk

intervensi yang dilancarkan oleh kekuatan-kekuatan luar desa

(supradesa). Kekuatan supradesa ini adalah dari kekuatan kerajaan dan

pemerintah kolonial.

2. Kelembagaan Pada Masyarakat Desa

a. Lembaga Sosial dan Lembaga Pemerintah Desa

Lembaga bisa diciptakan dengan sengaja (enacted institutions)

untuk memenuhi tugas-tugas tertentu maupun secara tidak sengaja.

Lembaga sosial mempunyai sifat dinamis, yaitu berubah seiring

dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini

mengakibatkan munculnya lembaga-lembaga baru dalam rangka

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat.

Di dalam suatu masyarakat meskipun terdapat lebih dari satu

lembaga biasanya terdapat satu lembaga yang berada dalam

kedudukan teratas dan mendominasi lembaga-lembaga lainnya.

Bagi masyarakat desa, lembaga-lembaga dominan ini bisa diwakili

oleh lembaga adat maupun lembaga pemerintahan. Besarnya

peranan lembaga pemerintahan itu berbeda pada semua desa Pada

desa dengan ikatan genealogis peranan lembaga pemerintahan ini

tidak terlalu besar karena sistem kekerabatan dengan aturan adat-

istiadatnya sangat mendominasi dalam kehidupan masyarakat desa.

Page 21: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

21

Sedangkan pada desa dengan ikatan kedaerahan peranan lembaga

pemerintahan cukup besar.

Ketika negara Indonesia belum lahir peranan lembaga

pemerintahan desa secara umum sangat besar karena pada

umumnya desa-desa tersebut hidup mandiri. Akan tetapi ketika

negara Republik Indonesia lahir, lembaga pemerintahan desa

yang terbentuk berdasarkan hukum adat atau tradisi mulai

kehilangan tempat berpijak digantikan oleh lembaga pemerintahan

baru yang bersifat nasional berlandaskan peraturan-peraturan

formal (Undang-Undang No. 5 Tahun 1979).

b. Lembaga-lembaga Sosial Lain, Lama dan Baru

Keberadaan lembaga merupakan respons terhadap kebutuhan

masyarakat sehingga ketika ada kebutuhan baru maka terdapat pula

tuntutan atas munculnya lembaga baru. Dengan demikian lembaga-

lembaga lama mengalami pergeseran dan perubahan. Sebagai

contoh adalah lembaga gotong-royong. Gotong-royong yang

disebut sambatan yang lebih mengandalkan barter tenaga telah

bergeser ke sistem upah. Sistem bagi hasil semakin tergeser oleh

sistem persewaan.Gotong-royong yang dilandasi oleh partisipasi

berubah menjadi kerja bakti yang lebih dilandasi oleh mobilisasi.

Lembaga pemerintahan desa lama keberadaannya semakin

terdesak dan tergantikan oleh lembaga pemerintahan baru.

Keberadaan beberapa lembaga baru ini memang sesuai dengan

tuntutan perkembangan, namun untuk lembaga-lembaga baru

lainnya belum tentu sesuai. Lembaga-lembaga baru di desa-desa

saat ini sebenarnya tidak seluruhnya telah dapat disebut lembaga

dalam arti yang sebenarnya, melainkan merupakan badan-badan.

Yang dimaksudkan dengan badan-badan disini yaitu organisasi-

organisasi, atau kegiatan-kegiatan yang bersifat sementara yang

keberadaannya berkaitan dengan pelaksanaan suatu program

pembangunan tertentu.

Page 22: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

22

3. Masyarakat Desa Sebagai Komunitas

a. Konsep dan Tipe-tipe Umum Komunitas Desa

Ada beberapa definisi yang mencoba menjelaskan tentang

perbedaan pengertian society dan community. Akan tetapi pada

dasarnya komunitas itu mempunyai dua karakteristik yaitu adanya

1) ikatan kedaerahan, dan 2) ikatan emosional di antara warganya.

Pada pembahasan ini komunitas desa diartikan sebagai komunitas

kecil yang relatif masih bersahaja, yang masih jelas memiliki

ketergantungan terhadap tempat tinggal (lingkungan) mereka entah

sebagai petani, nelayan atau yang lainnya.

Corak dan sifat komunitas desa didasarkan pada sistem mata

pencaharian pokok mereka yaitu sistem pertaniannya. Sistem

pertanian lahan kering akan menciptakan tipe komunitas yang

berbeda dengan sistem pertanian lahan basah. Di samping itu jenis-

jenis tanaman juga akan menyebabkan perbedaan tipe komunitas.

D. Whittlesey mengemukakan tentang sembilan corak sistem

pertanian yaitu: 1) bercocok tanam di ladang berpindah, 2)

bercocok tanam tanpa irigasi menetap, 3) bercocok tanam menetap

dan intensif dengan irigasi sederhana dan tanaman pokok padi, 4)

bercocok tanam menetap dan intensif dengan irigasi sederhana

tanpa padi, 5) bercocok tanam sekitar Lautan Tengah, 6) pertanian

buah-buahan, 7) pertanian komersial dengan mekanisasi

berdasarkan tanaman gandum, 8) pertanian komersial dengan

mekanisasi, dan 9) pertanian perkebunan dengan mekanisasi.

Perlu diingatkan bahwa selain komunitas desa pertanian

terdapat pula komunitas desa nelayan. Faktor penentu struktur

komunitas desa nelayan adalah pemilikan sarana menangkap ikan

(perahu, jaring-jaring, harpun, dan lainnya). Secara umum terdapat

dua strata pokok dalam struktur masyarakat desa nelayan yaitu

juragan dan buruh nelayan. Selain itu terdapat pula strata komando

kapal yang posisinya ada di tengah-tengah kedua strata tersebut.

Page 23: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

23

Kondisi komunitas desa nelayan ini ternyata lebih miskin

dibanding komunitas desa pertanian.

b. Komunitas Peasan

Pada sistem kehidupan peasan yang bersifat subsisten,

artinya masyarakat dengan tingkat hidup yang minimal atau hanya

sekedar untuk hidup. Sistem kehidupan subsisten ini bisa

dikarenakan faktor kultural, yaitu sudah menjadi way of life yang

diyakini dan membudaya di antara kelompok masyarakat, bisa pula

karena faktor struktural yaitu karena faktor kepemilikan tanah.

Sehubungan dengan pola kebudayaan subsisten peasan,

Everett M. Rogers mengemukakan tentang karakteristik dari

subkultur peasan yaitu saling tidak mempercayai dalam

berhubungan antara satu dengan yang lainnya, pemahaman tentang

keterbatasan segala sesuatu di dunia, sikap tergantung sekaligus

bermusuhan terhadap kekuasaan, familisme yang tebal, tingkat

inovasi yang rendah, fatalisme, tingkat aspirasi yang rendah,

kurangnya sikap penangguhan kepuasan, pandangan yang sempit

mengenai dunia, dan derajat empati yang rendah. Karakteristik

sebagaimana dikemukakan oleh Everett M. Rogers tersebut di atas

tidak semua cocok dengan karakteristik peasan di Indonesia.

Peasan di Indonesia lebih cenderung saling mempercayai antara

satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan kebersamaan/

kolektivitas yang tinggi.

4. Sistem Ekonomi Masyarakat Desa

a. Sistem Ekonomi Pertanian Mayarakat Desa

Sistem ekonomi masyarakat desa terkait erat dengan sistem

pertaniannya. Akan tetapi sistem pertanian masyarakat desa tidak

hanya mencerminkan sistem ekonominya melainkan juga

mencerminkan sistem nilai, norma-norma sosial atau tradisi, adat

Page 24: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

24

istiadat serta aspek-aspek kebudayaan lainnya. Pengertian di atas

menunjukkan bahwa masyarakat desa menyikapi sistem

pertaniannya sebagai way of life.

Sistem pertanian yang ada di Indonesia berdasarkan

pembagian dari D. Whitlesey meliputi: tipe bercocok tanam di

ladang, bercocok tanam tanpa irigasi yang menetap, bercocok

tanam yang menetap dan intensif dengan irigasi sederhana

berdasarkan tanaman pokok padi, dan pertanian buah-buahan.

Sedangkan berdasarkan pembagian dari Frithjof di Indonesia

terdapat dua tipe sistem pertanian yaitu perladangan berpindah,

pertanian keluarga, dan pertanian kapitalistik. Sedangkan Dr.

Murbyarto membedakan dua sistem pertanian yaitu pertanian

rakyat dan perusahaan pertanian.

Dalam kaitan dengan sistem ekonomi maka sistem pertanian

meliputi tiga era, yaitu: 1) era bercocok tanam yang bersahaja, 2)

era pertanian prakapitalistik, dan 3) era pertanian kapitalistik. Pada

awal ditemukannya cocok tanam, kegiatan pertanian nenek moyang

kita hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri,

belum melembaga sebagai pertukaran. Sedangkan pada era pra-

kapitalistik, bercocok tanam tidak lagi sekedar untuk memenuhi

kebutuhan pangan melainkan juga mencakup kebutuhan-kebutuhan

lain di luar kebutuhan pangan. Pada era inilah sistem pertanian

mulai identik dengan sistem ekonomi. Pada era kapitalistik, sistem

pertanian tidak hanya dikelola untuk sekedar memenuhi kebutuhan

keluarga melainkan dengan sengaja dan sadar diarahkan untuk

meraih keuntungan (profit oriented).

Keterkaitan sistem ekonomi dengan sistem sosial

berhubungan dengan tingkat penggunaan teknologinya. Pada

masyarakat petani yang belum menggunakan teknologi modern dan

belum komersial, maka hubungan-hubungan sosial yang ada

menunjukkan keakraban, serba informal, serta permisif. Di lain

Page 25: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

25

pihak pertanian yang dikelola dengan menggunakan teknologi

modern, hubungan sosialnya cenderung tidak lagi akrab, tidak

informal dan tidak permisif.

b. Faktor-faktor Determinan Dalam Sistem Ekonomi Desa

Dalam sistem ekonomi desa terdapat tiga faktor determinan

yaitu: 1) keluarga, 2) lahan pertanian, dan 3) pasar. Menurut J.H.

Boeke keluarga pada masyarakat desa itu merupakan unit untuk

swasembada, artinya keluarga mewujudkan suatu unit yang mandiri

yang dapat menghidupi keluarga itu sendiri lewat kegiatan

pertaniannya. Di lain pihak A.V. Chaianov berpendapat bahwa

ekonomi petani pra-kapitalistik (peasan) merupakan ekonomi

keluarga, sehingga pengertian laba pada sistem ekonomi ini sangat

berbeda dengan pengertian laba pada perekonomian kapitalistik.

Sedangkan faktor determinan lahan pertanian terkait dengan

pemilikan dan penggunaan lahan. Sehubungan dengan hal ini maka

kondisi fisik dan jenis tanaman juga sangat berpengaruh terhadap

sistem ekonomi/pertanian. Di lain pihak faktor determinan pasar

menunjukkan adanya hubungan antara masyarakat desa dengan

pihak-pihak lainnya. Hubungan ini tidak hanya bersifat ekonomi

saja, melainkan juga bersifat sosial dan budaya.

c. Sistem Status Dalam Pelapisan Masyarakat

Sekitar tahun 1900, Belanda berhasil memperluas

kekuasaannya di seluruh kepuluan Indonesia. Pelapisan masyarakat

kolonial menurut garis Ras, yang lazim terdapat di Jawa, mulai

meluas ke pulau-pulau seberang. Tetapi dalam pada itu di abad ke-

20 terjadi perkembangan dinamis yang menerobos pola yang kaku

ini dan meningkatkan mobilitas sosial. Di pulau-pulau seberang,

uanglah terutama yang melakukan pendobrak sistem lama. Para

pedagang kota di Indonesialah yang pada pokoknya melakukan

pemborontakan menentang tradisi dan kekuasaan suku. Penanaman

Page 26: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

26

tanam-tanaman yang hasilnya untuk di jual di daerah-daerah yang

luas. Kota juga telah menimbulkan bentuk faham individualisme

ekonomi tertentu yang memberontak terhadap ikatan-ikatan

tradisional dan terhadap kekuasaan ketua-ketua adat. Kemakmuran

kebendaan yang dicapai oleh banyak petani dan pedagng telah

menyebabkan mereka itu berjuang untuk memperoleh suatu

prestise sosial yang sama dengan yang dimiliki ketua-ketua adat

dan menuntut agar mereka mempunyai hak kawin dengan kelas

ketua-ketua adat.

Pendidikan juga mempunyai pengaruh dinamis di luar pulau-

pulau jawa, walaupun tidak sehebat di Jawa. Untuk para

cendekiawan tidak ada atau sedikit sekali pekerjaan di ladang atau

di daerah karet, lebih kecil dibandingkan dengan di Jawa karena itu

kebanyakkan orang-orang yang mendapatkan pendidikan dengan

cara Barat berkumpul di Jawa ketika bersekolah dan setelah selesai

sekolah.

Pada tahun 1900, di Jawa bertambah lulusan sekolah

meningkatnya perbedaan profesi. Bertambah meluasnya ekonomi

uang dan meningkatnya hubungan dengan Barat telah

menyebabkan timbulnya lapangan kerja baru, seperti: sopir, montir,

masinis dan mandor. Lalu timbullah suatu kelompok baru yang

naik sampai ke suatu tingkat di atas masyarakat pada umumnya

karena kemampuan tekhnis mereka. Orang Indonesia semakin

banyak bekerja di bidang perdagangan di banding dengan

sebelumnya. Terlepas dari bentuk pendidikan yang diberikan dan

sebagaimana lumrahnya pendidikan itu bertentangan sekali dengan

konsep-konsep Bumiputera tradisional, kenyataan adanya

pendidikan itu saja telah mendobrak struktur masyarakat pertanian.

Walaupun sekolah-sekolah mencoba sekuat mungkin untuk

menyesuaikan pendidikannya dengan keadaan masyarakat

pertanian, orang-orang yang umumnya mendapat pendidikan

Page 27: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

27

pertanian atau pendidikan tekhnis sekalipun amat cenderung untuk

mencari pekerjaan di kota-kota, di mana mereka dapat mencapai

prestise yang lebih tinggi. Hal itu terjadi sampai dengan saat ini,

dimana banyak generasi muda datang sekolah di kota dan tidak

mau kembali lagi ke dasa asalanya untuk membangun desa

tersebut.

F. RANGKUMAN

Struktur sosial dibedakan menjadi dua yaitu struktur sosial vertikal dan struktur sosial horizontal. Lebih lanjut Sorokin mengatakan bahwa struktur sosial vertikal (pelapisan/ stratifikasi sosial) menggambarkan kelompok-kelompok sosial dalam susunan yang bersifat hierarkis, sedangkan struktur sosial horizontal (diferensiasi sosial) menggambarkan variasi/beragamnya dalam pengelompokan-pengelompokan sosial. Pola kebudayaan masyarakat desa termasuk pola kebudayaan tradisional, yaitu merupakan produk dari pengaruh alam terhadap masyarakat yang hidupnya tergantung pada alam. Menurut Paul H. Landis besar kecilnya pengaruh alam terhadap pola kebudayaan tradisional ditentukan oleh: 1) sejauh mana ketergantungan terhadap alam, 2) tingkat teknologi yang dimiliki, dan 3) sistem produksi yang diterapkan. Tradisi dapat dibedakan tradisi sinkronik dan tradisi diakronik. Dalam pengertian tradisi diakronik, antara yang tradisional dengan yang modern tidak dapat dipertemukan atau dipersatukan. Sedangkan dalam tradisi sinkronik, tradisi justru bersifat situasional. Pada dasarnya komunitas itu mempunyai dua karakteristik yaitu adanya 1) ikatan kedaerahan, dan 2) ikatan emosional di antara warganya. Pada pembahasan ini komunitas desa diartikan sebagai komunitas kecil yang relatif masih bersahaja, yang masih jelas memiliki ketergantungan terhadap tempat tinggal (lingkungan) mereka entah sebagai petani, nelayan atau yang lainnya. tiga faktor determinan yaitu: 1) keluarga, 2) lahan pertanian, dan 3) pasar. Menurut J.H. Boeke keluarga pada masyarakat desa itu merupakan unit untuk swasembada, artinya keluarga mewujudkan suatu unit yang mandiri yang dapat menghidupi keluarga itu sendiri lewat kegiatan pertaniannya.

Page 28: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

28

G. SOAL-SOAL LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! Lambang status adalah semua hal atau benda yang menjadi

pertanda dari suatu lapisan sosial seperti kekayaan, gaya hidup, pendidikan, keturunan, dan sebagainya. Lambang status ini dianggap mempunyai ‘nilai’ di dalam masyarakat. Jelaskan !

Page 29: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

29

BAB III

TIPOLOGI DESA DAN PERUBAHAN MASYARAKAT DESA

A. DESKRIPSI

Dalam Bab ini dikaji: Tipologi Desa Berdasarkan Sistem Ikatan Kekerabatan; Tipologi Desa Berdasarkan Hamparan Tempat Tinggal; Tipologi Desa Berdasarkan Pola Pemukiman; Tipologi Desa Berdasarkan mata pencaharian; Tipologi Desa Berdasarkan Kegiatannya; Tipologi Desa Berdasarkan Perkembangannya; Perubahan Sosial Dalam Masyarakat dan Bentuk Serta Dampaknya; dan Dampak dari Perubahan sosial

B. KOMPETENSI DASAR

Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami tipologi desa berdasarkan sistem ikatan kekerabatan; tipologi desa berdasarkan hamparan tempat tinggal; tipologi desa berdasarkan pola pemukiman; tipologi desa berdasarkan mata pencaharian; tipologi desa berdasarkan kegiatannya; tipologi desa berdasarkan perkembangannya; perubahan sosial dalam masyarakat dan bentuk serta dampaknya; dan dampak dari perubahan sosial

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari pokok bahasan ini, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan tipologi desa berdasarkan sistem ikatan kekerabatan; 2. Menjelaskan tipologi desa berdasarkan tempat tinggal; 3. Menjelaskan tipologi desa berdasarkan pola pemukiman; 4. Menjelaskan tipologi desa berdasarkan mata pencaharian; 5. Menjelaskan tipologi desa berdasarkan kegiatannya; 6. Menjelaskan tipologi desa berdasarkan perkembangannya; 7. Menjelaskan perubahan sosial dalam masyarakat dan bentuk serta

dampaknya; 8. Menjelaskan dampak dari perubahan sosial.

D. KEGIATAN BELAJAR

E. URAIAN MATERI

Page 30: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

30

1. Tipologi Desa Berdasarkan Sistem Ikatan Kekerabatan

Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan

masyarakat, maka terbentuklah ikatan-ikatan kekerabatan di dalam

wilayah pemukiman penduduk. Setidaknya ada tiga sistem ikatan

kekerabatan yang membentuk tipe-tipe desa di Indonesia, yakni:

a. Tipe Desa Geneologis,

Suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana

masyarakatnya mempunyai ikatan secara keturunan atau masih

mempunyai hubungan pertalian darah. Desa yang terbentuk

secara geneologis dapat dibedakan atas tipe patrilineal,

matrilineal, dan campuran.

b. Tipe Desa Teritorial,

Suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka

rela. Desa teritorial terbentuk menjadi tempat pemukiman

penduduk berdasarkan kepentingan bersama, dengan demikian

mereka tinggal di suatu desa yang menjadi suatu masyarakat

hukum dimana ikatan warganya didasarkan atas ikatan daerah,

tempat atau wilayah tertentu.

c. Tipe Desa Campuran,

Suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan dan

wilayah. Dalam bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama

kuatnya.

2. Tipologi Desa Berdasarkan Hamparan Tempat Tinggal

Berdasarkan hamparan tempat tinggal, maka desa dapat

diklasifikasikan atas:

a. Desa Pedalaman

Desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari

kehidupan kota. Suasana ideal desa pedalaman pada umumnya

lebih diwarnai dengan nuansa kedamaian, yaitu kehidupan

sederhana, sunyi, sepi dalam lingkungan alam yang bersahabat.

Page 31: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

31

b.Desa Pegunungan

Desa terdapat didaerah pegunungan, pemusatan tersebut di

dorong kegotong-royongan penduduknya. Pertambahan penduduk

memekarkan desa pegunungan itu ke segala arah, tanpa rencana.

Pusat-pusat kegiatan penduduk bergeser mengikuti pemekaran

desa.

c. Desa Dataran Tinggi

Desa yang berada di daerah pegunungan. Permukiman penduduk di

sini umumnya memanjang sejajar dengan jalan raya yang

menembus desa tsb. Jika desa mekar secara alami, tanah pertanian

di luar desa sepanjang jalan raya menjadi permukiman baru. Ada

kalanya pemekaran ke arah dalam (di belakang permukiman lama).

Lalu dibuat jalan raya mengelilingi desa (ring road) agar

permukiman baru tak terpencil.

d. Desa Dataran Rendah

Desa yang letaknya berada di dataran rendah dan mata pencaharian

dari desa dataran rendah biasanya bergantung pada sektor

pertanian.

e. Desa Pesisir/Pantai

Desa yang berada di daerah pantai, dapat tumbuh permukiman

yang bermatapencarian di bidang perikanan, perkebunan kelapa

dan perdagangan. Perluasan desa pantai itu dengan cara

menyambung sepanjang pesisir, sampai bertemu dengan desa

pantai lainnya. Pusat-pusat kegiatan industri kecil (perikanan,

pertanian) tetap dipertahankan di dekat tempat tinggal semula.

3. Tipologi Desa Berdasarkan Pola Pemukiman

Menurut Paul Landis (1948) pada dasarnya terdapat empat tipe desa

pertanian:

a. Farm Village Type,

Page 32: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

32

Suatu desa dimana orang bermukim secara besama-sama dalam

suatu tempat dengan sawah ladang yang berada di sekitar tempat

mereka. Tipe desa seperti ini banyak dijumpai di Asia Tenggara

termasuk Indonesia.

b. Nebulous Farm Village Type,

Suatu desa dimana penduduknya bermukim bersama di suatu

tempat, dan sebagian lainnya menyebar di luar pemukiman tersebut

bersama sawah ladangnya.

c. Arranged Isolated Farm Type,

Suatu desa dimana penduduknya bermukim di sekitar jalan-jalan

yang menghubungkan dengan pusat perdagangan (trade center)

dan selebihnya adalah sawah ladang mereka.

d. Pure isolated farm type,

Suatu desa di mana penduduknya bermukim secara tersebar

bersama sawah ladang mereka masing-masing.

Soekandar Wiriaatmadja (1972) membagi pola pemukiman di

pedesaan ke dalam empat pola, yakni:

a. Pola Pemukiman Menyebar

Rumah-rumah para petani tersebar berjauhan satu sama lain. Pola

ini terjadi karena belum adanya jalan-jalan besar, sedangkan orang-

orang harus mengerjakan tanahnya secara terus menerus. Dengan

demikian, orang-orang tersebut terpaksa harus bertempat tinggal di

dalam lahan mereka.

b. Pola Permukiman Memanjang

Bentuk pemukiman yang terlentak di sepanjang jalan raya atau di

sepanjang sungai, sedangkan tanah pertaniannya berada di

belakang rumahnya masing-masing.

c. Pola Permukiman Berkumpul

Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk berkumpul

dalam sebuah kampung, sedangkan tanah pertaniannya berada di

luar kampung.

Page 33: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

33

d. Pola Permukiman Melingkar

Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk melingkar

mengikuti tepi jalan, sedangkan tanah pertaniannya berada di

belakangnya.

4. Tipologi Desa Berdasarkan mata pencaharian

Tipe masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian pokok dapat

diklasifikasikan dalam desa pertanian dan desa industri.

a. Desa Pertanian terdiri atas:

1) desa pertanian dalam artian sempit yang meliputi: desa

pertanian lahan basah dan lahan kering.

2) desa dalam artian luas yang meliputi: desa perkebunan milik

rakyat, desa perkebunan milik swasta, desa nelayan tambak,

desa nelayan laut, dan desa peternakan.

b. Desa Industri yang memproduksi alat pertanian secara tradisional

maupun modern.

5. Tipologi Desa Berdasarkan Kegiatannya

Tipe desa berdasarkan kegiatannya dapat dikelompokan menjadi:

a. Desa Agrobisnis adalah desa yang berorentasi pada sektor

pertanian terutama pada sektor perdagangan produk hasil

pertanian tersebut.

b. Desa Agroindustri adalah desa yang berorientasi pada sektor

pertanian terutama dalam bidang industri pertanian tersebut, baik

dari segi teknologi pertanian maupun yang lainnya

c. Desa Parawisata adalah desa yang berada di suatu daerah

pariwisata dan mata pencaharian serta keseharian dari masyarakat

desa tersebut sangat bergantung dari usaha yang mengandalkan

sektor pariwisata dari desa tersebut.

d. Desa non Pertanian adalah desa yang di dalam lingkungan desa

tersebut tidak ada lagi terlaksana kegiatan pertanian, melainkan

Page 34: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

34

usaha usaha yang dilakukan oleh masyarakat penduduk yang

tinggal di desa tersebut yaitu berusaha bekerja di luar sektor

pertanian. Contohnya dengan berdagang.

6. Tipologi Desa Berdasarkan Perkembangannya

Berdasarkan perkembangannya, tipe desa di Indonesia terbagi atas

empat tipe, yakni:

a. Pra desa (Desa Tradisional)

Tipe desa semacam ini pada umumnya dijumpai dalam kehidupan

masyarakat adat terpencil, dimana seluruh kehidupan

masyarakatnya termasuk teknologi bercocok tanam, cara m

emelihara kesehatan, cara makan dan sebagainya masih sangat

tergantung pada alam sekeliling mereka. Tipe desa seperti ini

cenderung bersifat sporadis dan sementara.

b. Desa Swadaya (Desa terbelakang)

Suatu wilayah desa dimana masyarakat sebagian besar

memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri.

Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang b

erhubungan dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuannya

sangat lamban karena kurang berinteraksi dengan wilayah lain atau

bahkan tidak sama sekali. Ciri-ciri desa swadaya yaitu: 1)

daerahnya terisolir dengan daerah lainnya, 2) penduduknya jarang,

3) mata pencaharian homogen yang bersifat agraris, 4) bersifat

tertutup, 5) masyarakat memegang teguh adat, 6) teknologi masih

rendah, 7) sarana dan prasarana sangat kurang, 8) ,ubungan

antarmanusia sangat erat, dan 9) pengawasan sosial dilakukan oleh

keluarga.

Page 35: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

35

c. Desa Swakarya (Desa sedang berkembang)

Keadaannya sudah lebih maju dibandingkan desa swadaya,

dimana masyarakatnya sudah mampu menjual kelebihan hasil

produksi ke daerah lain disamping untuk memenuhi kebutuhan

sendiri. Interaksi sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya

belum terlalu sering. Ciri-ciri desa swakarya yaitu: 1) adanya

pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola piker,

2) masyarakat sudah mulai terlepas dari adat, 3) produktivitas

mulai meningkat, 4) sarana prasarana mulai meningkat, 5) adanya

pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan cara berpikir.

d. Desa Swasembada (Desa maju)

Desa swasembada (desa maju) adalah desa yang sudah

mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara

optimal. Hal ini ditandai dengan kemampuan masyarakatnya

untuk mengadakan interaksi dengan masyarakat luar, melakukan

tukar-menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdagangan)

dan kemampuan untuk saling pengaruh- mempengaruhi dengan

penduduk di wilayah lain. Hasil interaksi tersebut, masyarakat

dapat menyerap teknologi baru untuk memanfaatkan sumber

dayanya sehingga proses pembangunan berjalan dengan baik.

Ciri-ciri desa swasembada yaitu: 1) hubungan antarmanusia

bersifat rasional, 2) mata pencaharian homogen, 3) teknologi dan

pendidikan tinggi, 4) produktifitas tinggi, 5) terlepas dari adat,

dan 6) sarana dan prasarana lengkap dan modern.

7. Perubahan Sosial Dalam Masyarakat dan Bentuk Serta

Dampaknya

a. Proses Perubahan Sosial di Desa

Proses perubahan sosial merupakan serangkaian jalannya

perubahan yang dilalui dalam perkembangan masyarakat. Di

Page 36: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

36

dalamnya ada penyesuaian-penyesuaian yang merupakan

serangkaian perubahan yang dilalui masyarakat. Ada dua bentuk

proses perubahan yaitu: 1) individual proses dan 2) kolektif proses.

Menurut Alvin B. Bertrand proses perubahan sosial terbagi tiga

yaitu: a) proses Perubahan sosial diawali komunikasi sosial,

b) dari komunikasi sosial akan melahirkan difungsi yang

merupakan proses penyebaran unsur sosial budaya, c) masuknya

unsur-unsur baru dalam masyarakat dapat melalui perembesan

unsur sosial budaya secara damai.

Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan budaya ;

1. Faktor Internal yaitu Teknologi, Inovasi, Konflik dan

Pertumbuhan Penduduk

2. Faktor Eksternal yaitu perubahan sosial karena faktor alam

sekitar dan perubahan sosial karena faktor masyarakat lain ada

juga faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial.

Faktor pendorong perubahan sosial yaitu pendidikan yang

bermutu, komposisi penduduk yang beragam, Sistem sosial yang

terbuka dan Sikap progresif. Sedangkan faktor penghambat

peruabahan sosial yaitu: konservatisme elite, sistem sosial

tertutup, pendidikan yang buruk dan komposisi penduduk

homogen.

b. Bentuk dan Dampak Perubahan Sosial Desa

Bentuk dari perubahan sosial antara lain :

a) Perubahan Lambat (evolusi) dan Perubahan Cepat (revolusi)

Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut terjadi

karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan

keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan

dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi

adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat

pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena

Page 37: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

37

masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang

sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks. Perubahan

cepat disebut juga dengan revolusi, yaitu perubahan sosial

mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga

kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali

perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau

ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut

sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat

dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan

tertentu. Berikut ini beberapa persyaratan yang mendukung

terciptanya revolusi :

1. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.

2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang

mampu memimpin masyarakat tersebut.

3. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan

revolusi.

4. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan

kepada rakyat.

5. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan,

serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-

keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah

gerakan revolusi.

b) Perubahan Kecil (Mikro) dan Perubahan Besar (Makro)

Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur

struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau

pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil

adalah perubahan model rambut atau perubahan mode pakaian.

Sebaliknya, perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada

unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung

atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar

Page 38: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

38

adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi

pola kehidupan masyarakat.

c) Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan (Planed Change) dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan (Unplaned Change)

Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan

perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih

dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di

masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change,

yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat

kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih

lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk

mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang

dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan

tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan

Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi. Perubahan

yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan

perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat

dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak

diharapkan.

8. Dampak dari Perubahan sosial

Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara

pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Telah dijelaskan di depan

bahwa perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif

(kemajuan) dan hal-hal negatif (kemunduran). Hal ini tentu saja

memengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya.

Berikut ini hal-hal positif atau bentuk kemajuan akibat adanya

perubahan sosial budaya.

Page 39: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

39

a. Terciptanya penemuan-penemuan baru yang dapat membantu

aktivitas manusia.

b. Munculnya tatanan kehidupan masyarakat baru yang lebih

modern dan ideal.

c. Memunculkan ide-ide budaya baru yang sesuai dengan

perkembangan zaman.

d. Membentuk pola pikir masyarakat yang lebih ilmiah dan rasional.

Berikut ini hal-hal negatif atau bentuk kemunduran akibat adanya

perubahan sosial budaya :

a) Munculnya bentuk-bentuk penyimpangan sosial baru yang

makin kompleks.

b) Lunturnya kaidah-kaidah atau norma budaya lama, misalnya

lunturnya kesadaran bergotong-royong di dalam kehidupan

masyarakat.

c) Tergesernya bentuk-bentuk budaya nasional oleh budaya asing

yang terkadang tidak sesuai dengan kaidah budaya-budaya

nasional.

d) Adanya beberapa kelompok masyarakat yang mengalami

ketertinggalan kemajuan budaya dan kemajuan zaman, baik

dari sisi pola pikir ataupun dari sisi pola kehidupannya

(cultural lag atau kesenjangan budaya).

F. RANGKUMAN

Ada tiga sistem ikatan kekerabatan yang membentuk tipe-tipe desa di Indonesia, yakni: Tipe Desa Geneologis, Tipe Desa Teritorial, dan Tipe Desa Campuran, Berdasarkan hamparan tempat tinggal, maka desa dapat diklasifikasikan atas: a) desa pedalaman, b) desa dataran tinggi; c) desa dataran rendah, dan d) desa pesisir pantai. Menurut Paul Landis (1948) pada dasarnya terdapat empat tipe desa pertanian:

a) Farm Village Type, b) Nebulous Farm Village Type, c) Arranged Isolated Farm Type, d) Pure isolated farm type. Tipe masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian pokok dapat diklasifikasikan dalam desa pertanian dan desa industri.

Page 40: BAB I KEHADIRAN DESA DITINJAU DARI KAJIAN · PDF filesosiologi pedesaan yang dikaji meliputi: pengertian desa, unsur-unsur desa, ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, karakteristik

40

a. Desa Pertanian terdiri atas: 1) desa pertanian dalam artian sempit yang meliputi: desa pertanian lahan basah dan lahan kering, 2) desa dalam artian luas yang meliputi: desa perkebunan milik rakyat, desa perkebunan milik swasta, desa nelayan tambak, desa nelayan laut, dan desa peternakan.

b. Desa Industri yang memproduksi alat pertanian secara tradisional maupun modern.

Tipe desa berdasarkan kegiatannya dapat dikelompokan menjadi: a) Desa Agrobisnis adalah desa yang berorentasi pada sektor

pertanian terutama pada sektor perdagangan produk hasil pertanian tersebut, b) Desa Agroindustri adalah desa yang berorientasi pada sektor pertanian terutama dalam bidang industri pertanian tersebut, baik dari segi teknologi pertanian maupun yang lainnya, dan c) Desa Parawisata adalah desa yang berada di suatu daerah pariwisata dan mata pencaharian serta keseharian dari masyarakat desa tersebut sangat bergantung dari usaha yang mengandalkan sektor pariwisata dari desa tersebut, d) Desa non Pertanian adalah desa yang di dalam lingkungan desa tersebut tidak ada lagi terlaksana kegiatan pertanian, melainkan usaha usaha yang dilakukan oleh masyarakat penduduk yang tinggal di desa tersebut yaitu berusaha bekerja di luar sektor pertanian. Berdasarkan perkembangannya, tipe desa di Indonesia terbagi atas empat tipe, yakni: a) Pra desa (Desa Tradisional), b) desa Swadaya (Desa terbelakang), c) Desa Swakarya (Desa sedang berkembang), d) Desa Swasembada (Desa maju). Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan budaya ; 1. Faktor Internal yaitu Teknologi, Inovasi, Konflik dan Pertumbuhan

Penduduk 2. Faktor Eksternal yaitu perubahan sosial karena faktor alam sekitar

dan perubahan sosial karena faktor masyarakat lain ada juga faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial;

G. SOAL-SOAL LATIHAN

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan teliti ! 1. Jelaskan tipologi desa berdasarkan sistem ikatan kekerabatan ! 2. Jelaskan tipologi desa berdasarkan tempat tinggal ! 3. Jelaskan tipologi desa berdasarkan pola pemukiman ! 4. Jelaskan tipologi desa berdasarkan mata pencaharian ! 5. Jelaskan tipologi desa berdasarkan kegiatannya ! 6. Jelaskan tipologi desa berdasarkan perkembangannya ! 7. Jelaskan perubahan sosial dalam masyarakat dan bentuk serta

dampaknya; 8. Jelaskan dampak dari perubahan sosial !