BAB I (ISI)

29
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan Fiskal merupakan sebuah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola perekonomian kekondisi yang lebih baik dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dapat juga diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja Negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalanya perekonomian. Menurut Islam, sistem ekonomi Islam pada dasarnya dibagi kedalam tiga sector yang utama, yaitu sektor public, sektor swasta dan juga sektor keadilan sosial. Fungsi daripada sektor fiskal menurut Islam: 1. Memelihara terhadap hukum, keadilan dan juga pertahanan 2. Perumusan dan pelaksanaan terhadap kebijakan eonomi 3. Manajemen kekayaan pemerintah yang ada di dalam BUMN 4. Intervensi ekonomi oleh pemerintah jika diperlukaN Fungsi fiskal menurut konvensional adalah sebuah fungsi dalam tataran perekonomian yang sangat identik kemampuan yang ada pada pemerintah dalam masalah menghasilkan pendapatan untuk menutupi kebutuhanya dan lalu mengalokasikan anggarannya yang ada, atau bisa 1

description

FISKAL

Transcript of BAB I (ISI)

Page 1: BAB I (ISI)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan Fiskal merupakan sebuah kebijakan ekonomi yang digunakan

pemerintah untuk mengelola perekonomian kekondisi yang lebih baik dengan cara

mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dapat juga

diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran

belanja Negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalanya perekonomian.

Menurut Islam, sistem ekonomi Islam pada dasarnya dibagi kedalam tiga sector

yang utama, yaitu sektor public, sektor swasta dan juga sektor keadilan sosial.

Fungsi daripada sektor fiskal menurut Islam:

1. Memelihara terhadap hukum, keadilan dan juga pertahanan

2. Perumusan dan pelaksanaan terhadap kebijakan eonomi

3. Manajemen kekayaan pemerintah yang ada di dalam BUMN

4. Intervensi ekonomi oleh pemerintah jika diperlukaN

Fungsi fiskal menurut konvensional adalah sebuah fungsi dalam tataran

perekonomian yang sangat identik kemampuan yang ada pada pemerintah dalam

masalah menghasilkan pendapatan untuk menutupi kebutuhanya dan lalu

mengalokasikan anggarannya yang ada, atau bisa disebut dengan anggaran belanja

Negara dan juga mendistribusikanya agar tercapai apa yan dinamakan dengan

efisiensi anggaran. Sedangkan instrument fiskal yang bisa digunakan adalah pajak

dan anggaran. Dalam pandangan ekonomi islam pendapatan dan anggaran

merupakan alat yang efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan ekonomi.

Dalam ekonomi konvesional kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai

langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam system pajak

atau dalam pembelanjaan (dalam konsep makro disebut dengan government

expenditure). Tujuan kebijakan fiskal dalam perekonomian sekuler adalah

tercapainya kesejahteraan, yang didefenikan sebagai adanya benefit maksimal

1

Page 2: BAB I (ISI)

bagi individu dalam kehidupan tanpa memandang kebutuhan spiritual manusia.

Fiskal terutama ditujukan untuk mencapai alokasi sumber daya secara efesian,

stabilitas ekonomi, pertumbuha, dan distribusi pendapatan serta kepemilikan.

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk

mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa

pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang

bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan

jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran

dan pajak.

Selama ini kita mengenal tiga sistem perekonomian yang berlaku di dunia

yaitu sistem kapitalis, sistem sosialis dan sistem campuran. Salah satu dari tiga

sistem tersebut diterapkan di Indonesia yaitu sistem campuran, dimana sistem

campuran adalah sebuah sistem perekonomian dengan adanya peran pemerintah

yang ikut serta menentukan cara-cara mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi

masyarakat. Tetapi campur tangan ini tidak sampai menghapuskan sama sekali

kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan pihak swasta yang diatur menurut

prinsip-prinsip cara penentuan kegiatan ekonomi yang terdapat dalam

perekonomian pasar.

2

Page 3: BAB I (ISI)

BAB II

PEMBAHASAN

A.     POSISI KEBIJAKAN FISKAL

Biasa dikatakan, kebijakan fiskal memengang peranan penting dalam

system ekonomi islam bila dibandingkan dengan kebijakan moneter, adanya

larangan tentang riba serta kewajiban tentang pengeluaran zakat menyiratkan

tentang pentingnya kedudukan kebijakan fiskal dibandingkan dengan kebijakan

moneter. Larangan bunga yang diberlakukan pada tahun hijriah ke empat telah

mengakibatkan system ekonomi islam yang dilakukan oleh nabi terutama

bersandar pada kebijakan fiskalnya saja. Sementara itu, negera islam yang

dibangun oleh nabi tidak mewarisi harta sebagai mana layaknya dalam pendirian

suatu negera.

Pada masa kenabian dan kekhalifahan setelah, kaum muslimin cukup

berpengalaman dalam menerapkan beberapa instrument sebagai kebijakan fiskal,

yang diselenggarakan pada lembaga baitulmal(nasional treasuri). Dalam berbagai

macam instrument pajak diterapkan atas individu (jizyah dan pajak khusus

muslim), tanah kharaj, dan ushur(cukai) atas barang impor dari Negara yang

mengenakan cukai terhadap pedangang kaum muslimin, sehingga tidak

memberikan beban ekonomi yang berat bagi masyarakat.

Aspek politik dari kebijakan fiskal yang dilakukan oleh khalifah adalah dalam

rangka mengurusi dan melayani umat. Kemudian dilihat dari bagaimana islam

memecahkan problematika ekonomi. Maka berdasarkan kajian fakta

permasalahan ekonomi secara mendalam terungkap bahwa hakikat permasalahan

ekonomi terletak pada bagaimana distribusi harta dan jasa ditengah-tengah

masyarakat sehingga titik berat pemecahan permasalahan ekonomi adalah

bagaimana menciptakan suatu mekanisme distribusi ekonomi yang adil. Allah

SWT. Mengingatkana kita tentang betapa sangat urgennya masalah distribusi

harta ini dalam firman-Nya :

 “… supaya harta itu jangan hanya beredar antara orang-orang kaya saja

diantara kamu…”(QS. Al-Hasyr:7)

3

Page 4: BAB I (ISI)

Juga dalam hadist nabi Muhammad SAW:

“jika pada suatu pagi suatu kampung terdapat seseorang yang kelaparan, maka

Allah berlepas diri dari mereka”, dalam kesempatan lain ” tidak beriman lagi

pada-ku, orang yang tidur dalam keadaan kenyang, sementara ia tahu tetangganya

kelaparan.”(Hadis Qudsi).

B.      ZISWA SEBAGAI KOMPONEN KEBIJAKAN FISKAL ISLAMI

Dalam islam kita kenal adanya konsep zakat infaq, sedekah, wakaf, dan

lain-lain (ZISWA). Zakat merupakan kewajiban untuk mengeluarkan sebagian

pendapatan atau harta seseorang yang telah memenuhi syarat syariah islam guna

diberikan kepada berbagai unsure masyarakat yang telah ditetapka dalam syariah

islam. Sementara infaq, sedakah, wakaf merupakan pengeluaran sukarela yang

juga sangat dianjurkan dalam islam. Dengan demikian ZISWA merupakan unsur-

unsur yang terkandung dalam kebijakan fiskal. Unsur-unsur tersebut ada yang

bersifat wajib seperti zakat dan ada pula yang bersifat sukarela.

salah satu kebijakan fiskal dalam islam, ZIKWA merupakan salah satu

sendi utama dari system ekonomi islam yang kalau mampu dilaksanakan dengan

baik akan memberikan dampak ekonomi yang luar biasa. Diharapkan system

ekonomi islam ini mampu menjadi alternatif bagi system pasar yang ternyata

menunjukan berbagai masalah didalam pelaksanaannya. Jelas ini memerlukan

kerja keras dari berbagi unsur keahlian untuk mewujudkannya apa yang dimakan

dengan system ekonomi islam.

 

1.      ZAKAT

Dalam hal pengelolaan keuangan public, dunia islam dewasa kehilangan

minimal dua hal yaitu menghilangnya spirit religiositas dan kehilangan meknisme

teknik yang bermanfaat. Pertama , menghilangnya spirit regiliositas dalam

penemuhan dan penggunaan keuangan Negara disebabkan oleh pandangan

sekularisme yang melanda dunia islam, hal ini menyebabkan dunia islam

kehilangan daya dorong internal yang sangat vital. Kedua, tidak digunakannya

4

Page 5: BAB I (ISI)

berbagai  mekanisme yang berbau islam , justru dunia islam kehilangan metode

menyejahterakan rakyatnya.

Sebagai contoh , tidak diadopsikannya zakat dalam system ketatanegaraan, ini

menyebabkan dunia islam kehilangan kekuatan untuk menjalankan program

welfare. Program kesejahteraan untuk memecahkan masalah kemiskinan dan

bencana yang meliputi kesehatan, pangan, balita, dan manula tidak dikenal dengan

standar yang  memuaskan diseluruh dunia islam. Menghilangnya regiliositas dari

panggung ketatanegaraan dengan serta-merta mengadopsi sekularisme dan

materialism yang tidak dipahami mendorong moralitas yang bobrok.

Zakat sendiri bukanlah satu kegiatan yang semata-mat a untuk tujuan duniawi,

seperti distribusi pendapatan, stabilitas ekonomi dan lainnya, tetapi mempunyai

implikasi untuk kehidupan diakhirat hal ini yang membedakan kebijakan fiskall

dalam islam dengan kebijakan fiskal dalam system ekonomi pasar. Coba

perhatikan QS. At-taubah ayat 103 yang artinya sebagai berikut :

“ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan₂ dan menyucikan₃ mereka dan berdoalah untuk”

 ₂maksudnya : zakat memberikan sebagian harta mereka dari kekikiran dan cinta

berlebih-lebihan kepada harta benda.

₃maksudnya :  zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan

mengembangkan harta benda mereka.

Mereka. Sesungguhnya doa kamu itu(menjadi)ketenteraman jiwa bagi mereka

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Sementara itu dampak untuk pengeluaran – pengeluaran lainnya seperti sedekah

dan lain-lain, coba perhatikan QS. Al-baqarah ayat yang artinya :

“perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan

hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan

tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran)

5

Page 6: BAB I (ISI)

bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas(karunia-Nya) lagi Maha

Mengetahui”

Zakat sesungguhnya merupaka instrument fiskal islami yang sangat luar biasa

potensinya, namun sayang, perhitung-perhitungan potensi zakat yang ada saat ini

masih bersifat perkiraan yang kasar. Sebagaian besar perhitunganyang telah

dilakukan hanya sebatas pada perhitungan potensi yang minimal. Angka yang

terkecil yang diperoleh dari beberapa perhitungan yang telah lakukan adalah

sebesar Rp.5,1 triliun (informasi dari dewan syariah dompet duafa, panduan zakat

praktis, tahun 24). Selanjutanya, disusun satu formula untuk menghitung potensi

zakat penghasilan atau profesi sebagai berikat :

Z = k rm  Yk

Dimana :

Z          = jumlah zakat penghasilan/profesi

k          = konstanta kadar zakat penghasilan/profesi = 0,025

rm       = persentase penduduk muslim Indonesia

Yk        = total penghasilan pekerja Indonesia yang penghasilannya di atas nisab.

Realisasi zakat yang dikeluarkan oleh masyarakat muslim di Indonesia belum

dapat diketahui secaara pasti, mengingat tradisi masyarakat kita dalam

membayarkan zakatnya banyak secara langsung dibayar kepada mustahik. Dari

hasil survey PIRAC 2004 hanya sebesar 12,5% masyarakat muslim yang

menyalurkan zakatnya melalui lembaga resmi badan amil zakat (BAZ), lembaga

amil zakat atau yayasan amal lainnya, ada pun data yang tercatat pada departemen

agama, realisasi zakat pada tahun 2004 sebesar Rp.199,3 milyar. Jadi jika

dibandingkan antara realisasi zakat yang terhimpun pada berbagai lembaga

pengelola zakat dengan potensi zakat profesi, ternyata realisasinya hanya sekitar

1.6 persen dari potensi. Ini bisa dipahami Karena apabila dibandingkan dengan

zaman Rasulullah maka ada beberapa system manajemen yang tidak dilakukan

6

Page 7: BAB I (ISI)

oleh pengelola zakat pada saat ini. Pada zaman Rasulullah, system manajemen

zakat dilalukan oleh amil zakat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

  Katabah, petugas untuk mencatat para wajib zakat.

  Hasabah, petugas untuk menafsir, menghitung zakat.

  Jubah, petugas untuk menarik, mengambil zakat dari para muzaki.

  Kahazanah, petugas untuk menghimpun dan memelihara harta zakat.

  Qasamah,  petugas untuk menyalurkan zakat kepada mustahik

Bila mencontoh manajemen zakat Rasulullah, bukan mustahil angka-angka

potensi di atas bisa terwujudkan. Jika itu terjadi, maka zakat akan benar-benar

berfungsi sebagai instrument fiskal islami, yang akan sangat membantu keuangan

Negara.

2.      WAKAF

Wakaf merupakan satu instrument ekonomi islam yang belum

diberdayakan secara optimal di Indonesia. Padahal sejumlah Negara lain, seperti

mesir dan banglades, wakaf telah dikembangkan  sedemikian rupa, sehingga

menjadi sumber pendanaan yang tiada habis-habisnya bagi pembangunan

ekonomi umat, dalam kondisi keterpurukan ekonomi seperti yang tengah dialami

Indonesia saat ini, alangkah baiknya bila kita mempertimbangkan pengembangan

instrument wakaf ini(masyita, 2003).

Wakaf memang tidak jelas dan tegas disebutkan dalam Al-Qur’an tetapi ada

beberapa ayat yang dapat dijadikan dasar hokum wakaf. Salah satunya adalah

firman Allah berikut ini, “ kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan(yang

sempurna), sebelum kamu nafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa

saja yang kamu nafkahkan maka sungguhnya Allah mengetahuinya”(QS.ali

imran[3];92). Begitu pula dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda,”apabila

seorang manusia meninggal, terputuslah amal perbuatannya, kecuali dari 3 yaitu

shadaqah jariyah(sedekah yang pahalanya tetap mengalir), ilmu pengetahuan

yang bermanfaat dan do’a anak yang saleh”. Beberapa ahli berpendapat, yang

termasuk sedekah jariyah dalam hadist itu, salah satunya, harta yang diwakafkan,

7

Page 8: BAB I (ISI)

dalam hokum islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik  yang tahan

lama(zatnya) kepada seseorang atau nadzir(penjaga wakaf) baik berupa

perorangan maupun lembaga, dengan ketentuan bahwa hasilnya digunakan sesuai

syariat islam.

Diera modern ini wakaf tunai dipopulerkan oleh Prof. Dr. M. A.Mannann

dengan medirikan suatu badan  yang bernama SIBL(social investment bank

limited) di bangladesh. SIBL memperkenalan produk sertifikasi wakaf tunai(cas

waaf certifcatei)  yang pertama kali dalam sejarah perbankan. SIBL menggalang

dana dari orang kaya untuk dikelola dan keuntungan pengelolaan disalurkan

kepada rakyat miksin. Jika melihat pengalaman Negara lain, maka sebenarnya

lembaga wakaf dapat difungsikan untuk meningkatkan kesajahteraan umat. Untuk

mencapai itu. Tentu cara pandang masyarakat harus diluruskan dulu. Jangan lagi

memandang wakaf hanyalah untuk peruntukan peribadatan atau social semata.

Hasil dari pengembangan wakaf secara garis besar dimanfaatkan untuk membantu

kehidupan masyarakat miskin, anak yatim, pedagang kecil, dan kaum dhuafa

lainnya. Juga meningkatkan kesehatan masyarakat, mendirikan rumah sakit, dan

menyediakan obat-obatan bagi masyarakat. Selain itu digunakan pula mendirikan

dan memelihara masjid, dan sekolah. Dan tak kala pentingnya adalah untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

C.      KEBIJAKAN PENDAPATAN EKONOMI ISLAM

Islam telah menentukan sector-sektor penerimaan pemerintah, melalui

zakat, ghanimah, fai, jizyah, kharaj, shadaqah, dan lain-lain. Jika diklarifikasi

maka pendapatan tersebut ada yang bersifat rutin seperti : zakat, jizyah, kharaj,

ushr, infak dan shadaqah. Seperti pajak jika diperlukan, dan ada yang bersifat

temporer seperti : ghanimah, fa.i dan harta yang tidak ada pewarisnya.

Secara umum ada kaidah-kaidah syar’iyah yang membatasi kebijakan pendapatan

tersebut. Khaf (1999) berpendapat sedikitnya ada tiga prosedur yang harus

dilakukan pemerintah islam modern dalam kebijakan pendapatan fiskalnya

dengan asumsi bahwa pemerintah tersebut sepakat adanya kebijakan pungutan

pajak (ter-lepas dari ikhtilaf ulama mengenai pajak).

8

Page 9: BAB I (ISI)

1.Kaidah syar’iyah yang Berkaitan dengan Kebijakan Pungutan Zakat          

 Ajaran islam dengn rinci telah menentukan, syarat, kategori harta yang harus

dikelurkan zakatnya, lengkap dengan besaran (tarifnya). Maka dengan ketentuan

yang jelas tersebut tidak ada hal bagi pemerintah untuk mengubah tarif yang telah

ditentukan. Adapun mengenai kebijakan pemungutannya Nabi dan Para Sahabat

telah memberi contoh mengenai fleksibilitas, Nabi pernah menagguhkan zakat

pamannya Abbas karenakrisis yang dihadapinya. Selain fleksibilitas diatas kaidah

lainnya fleksibilitas dalam bentuk pembayaran zakat yaitu dapat berupa benda

atau nilai.

2.Kaidah-kaidah Syar’iyah yang Berkaitan dengan Hasil Pendapatan yang

Berasal dari Aset Pemerintah

Menurut kaidah syar’iyah pendapatan dari aset pemerintah dapat dibagi dalam 2

katagori: (a) pendapatan dari aset pemerintah yang umum, yaitu berupa investasi

aset pemerintah  yang  dikelola baik oleh pemerintah sendiri atau masyarakat. (b)

pendapatan dari aset yang masyarakat ikut memanfaatkannya adalah berdasarkan

kaidah syar’iyah yang menyatakan bahwa manusia berserikat dalam memiliki air,

api, garam dan yang semisalnya. Kaidah ini dalam konteks pemerintah modern

adalah sarana-sarana umum yang sangat dibutuhkan masyarakat.

3.Kaidah  Syar’iyah yang Berkaitan dengan Kebijakan Pajak

prinsip ajaran islam tidak memberikan arahan dibolehkannya pemerintah

mengambil sebagian harta milik orang kaya secara paksa (undang-undang dalam

konteks ekonomi modern). Sesulit apapun  kehidupan Rasulullah SAW. Di

madinah beliau tidak pernah menentukan kebijakan pungutan pajak. Seandainya

pungutan pajak tersebut di perbolehkan dalam  islam maka kaidahnya harus

berdasarkan pada kaidah a’dalah dan kaidah dharurah yaitu pungutan tersebut

hanya bagi orang mampu atau kaya dan untuk pembiayaan yang betul-betul sangat

diperlukan dan pemerintah tidak memiliki sektor pemasukan lainnya.

9

Page 10: BAB I (ISI)

D.  KEBIJAKAN FISKAL MASA RASULULLAH

Segala kegiatan yang dilakukan oleh rasulullah dalam awal masa

pemerintahan dilakukan berdasarkan keikhlasan sebagai bagian dari kegiatan

dakwah yang ada. Umumnya para sahabat tidak meminta balasan material dari

segala kegiatan dalam dakwah tersebut.

Pada masa rasulullah juga sudah terdapat jizyah yaitu pajak yang dibayar oleh

orang nonmuslim khususnya ahli kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa,

property, ibadah, bebas dari nilai-nilai dan tidak wajib militer. Besarnya jizyah

satu Dinar per tahun untuk orang dewasa yang mampu membayarnya. Tujuan

utamanya adalah kebersamaan dalam membangun beban Negara yang bertugas

memberikan perlindungan, keamanan, dan tempat tinggal bagi mereka dan juga

sebagai dorongan kepada kaum kafir untuk masuk Islam. Jizyah merupakan hak

Allah yang diberikan kepada kaum muslimin dari orang-orang kafir sebagai tanda

tunduknya mereka kepada Islam. Pihak yang wajib membayar jizyah adalah para

ahli kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani dan yang bukan ahli kitab seperti

orang-orang Majusi, Hindu, Budha dan komunis yang telah menjadi warga

Negara Islam.

Pengertian kharaj (pajak tanah) adalah kebijakan fiscal yang diwajibkan atas tanah

pertanian di Negara-negara islam yang baru berdiri. Para fuqaha menetapkan

bahwa Al-Kharaj adalah rezeki yang diberikan oleh Allah kepada kaum Mualimin

karena kemenangan atas musuh-musuh mereka, kewajiban kharaj dilaksanakn

setiap satu tahun sekali. Sedangkan ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada

semua pedagang, dibayar hanya sekali dalam setahun dan hanya berlaku bagi

barang yang nilainya kebih dari 200 dirham.

Dasar-dasar kebijakan fiskal menyangkut penentuan subjek dan objek kewajiban

membayar kharaz, zakat, ushr, jizyah, dan kafarat, termasuk penentuan batas

minimal terkena kewajiban (nisab). Umur objek ter kena  kewajiban (haul), dan

tarifnya. Karena membayar zakat  merupakan ibadah wajib untuk umat islam ,

maka menghitung  berapa besar zakat yang harus dibayar dapat dilakukan sendiri

dengan penuh kesadaran iman dan taqwa.

10

Page 11: BAB I (ISI)

Begitulah Rasulullah meletakkan dasar-dasar kebijakan fiskal  yang berlandaskan

keadilan, sejak masa awal pemerintah islam. Setelah Rasulullah wafat, kebijakan

fiskal itu dilanjutkan bahkan dikembangkan oleh para penerusnya.

E. KEBIJAKSANAAN FISKAL MASA SAHABAT

1. Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq (51SH-13 H/573-634 M)

Langkah yang dilakukan Abu Bakar dalam menyempurnakan ekonomi

Islam:

         Perhatian terhadap keakuratan perhitungan zakat yang dikatakan anas (seorang

amil) bahwa: Jika seseorang yang harus membayar unta betina ber umur satu

tahun sedangkan dia tidak memilikinya dan ia menawarkan untuk memberikan

seekor unta betina berumur dua tahu, hal tersebut dapat diterima. Kolektror zakat

akan mengembalikan 20 dirham atau dua ekor kambing padanya (sebagai

kelebihan pembayaran). Dalam kesempatan lain Abu Bakar juga mengintruksikan

kepada amil yang sama, kekayaan dari orang yang berbeda tidak dapat digabung

atau kekayaan dari orang yang berbeda yang tidak bias di pisahkan (dikhawatirkan

akan kelebihan pembayaran atau kekurangan penerimaan zakat).

         Pengembangan pembangunan baitulmal dan penanggung jawab baitulmal

(Abu Ubaida).

         Menerapkan konsep balance bubget policy pada baitulmal.

         Melakukan penegakkan hokum terhadap pihak yang tidak mau membayar

zakat dan pajak.

         Secara individu Abu bakar adalah seorang praktisi akad-akad perdagangan.

2. Khalifah Umar  Bin Khatab (40 SH-23 H/ 584-644 M)

Kontribusi yang diberikan Umar untuk mengembangkan ekonomi Islam:

         Reorganisasi baitulmal, dengan mendirikan Diwan Islam yang pertama yang

disebut dengan al-Divan (sebuah kantor yang ditujukan untuk membayar

tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pension dan tunjangan-tunjangan lain.

11

Page 12: BAB I (ISI)

         Pemerintah bertanggung jawab pemenuhan kebutuhan makanan dan pakaian

kepada warga Negaranya.

         Diversifikasi terhadap objek zakat (zakat tehadap karet di Semenanjungkan

Yaman), tariff zakat (misalnya mengenakan dasar advalorem, satu dirham untuk

40 dirham).

         Pengembangan ushr (pajak) pertanian (misalnya perbebanan sepersepuluh

hasil pertanian).

         Undang-undang perubahan pemilikan tanah (land reform).

         Pengelompokan pendapatan Negara dalam 4 bagian:

SUMBER

PENDAPATAN

PENGELUARAN

Zakat dan ushr Pendistribusian untuk local jika berlebihan

disimpan

Khums dan Shadaqah Fakir miskin dan kesejahteraan

Kharaj, fay, jizyah, ushr

sewa tetap

Dana pension, Dana pinjaman (allowance)

Pendapatan dari semua

sumber

Pekerja, pemeliharan anak terlantar dan dana

sosial

3. Khalifah Usman Bin Affan (47SH-35H/577-656 M)

Pada awal pemerintahan Usman mencoba melanjutkan dan mengembangkan

kebijaksanaan yang dijalankan khalifah Umar. Pada enam tahun

kepemimpinannya hal-hal yang dilakukan:

  Pembangunan pengairan.

  Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan perdagangan.

  Pembangunan gedung pengadilan guna penegakkan hukum.

  Kebijakan pembagian lahan luas milik raja Persia kepada individu dan hasilnya

mengalami peningkatan bila dibandingkan pada masa Umar dari 9 juta menjadi 50

juta dirham.

12

Page 13: BAB I (ISI)

  Selama enam tahun terakhir dari pemerintahan Usman situasi politik Negara

sangat kacau. Kepercayaan terhadap pemerintahan Usman mulai berkurang dan

puncaknya rumah Usman dikepung dan mulai di bunuh dalam usia 82 tahun.

4. Khalifah Ali Bin Abi Talib (23SH-40H/600-661 M)

Khalifah Ali memiliki konsep yang jelas tentang pemerintahan dan

administrasi umum. Konsep ini dijelaskan dalam suratnya yang terkenal yang

ditujukan kepada Malik Ashter bin Harith, dimana surat tersebut mendeskripsikan

tugas kewajiban dan tanggung jawab penguasa menyusun prioritas dalam

melakukan dispensasi terhadap keadilan, control terhadap pejabat tinggi dan staf,

menguraikan pendapat pegawai administrasi dan pengadaan bendahara.

Beberapa perubahan kebijaksanaan yang dilakukan pada masa khalifah Ali antara

lain:

1.      Pendistribusian seluruh pendapatan yang ada pada baitulmal berbeda dengan

Usmar yang menyisihkan untuk cadangan.

2.      Pengeluaran angkatan laut dihilangkan.

3.      Adanya kebijakan pengetatan anggaran.

F. FORMULASI KEBIJAKSANAAN FISKAL ISLAMI DI ERA MODERN

Kebijaksanaan fiscal tidak hanya menaruh perhatian pada pendapatan dan

pembelanjaan Negara, tetapi juga pada pilihan berbagai instrument kebijakan

perpajakan dan pola pembelanjaan Negara. Cara yang berbeda dalam menaikan

dan pembelanjaan anggaran memiliki dampak ekonomi yang berbeda.

Pandangan bahwa fungsi dan tanggung jawab sebuah Negara islam memiliki

fleksibelitas yang luas didasarkan pada premis bahwa islam bertujuan untuk

kesejahteraan umum masyarakat, sehingga sebuah Negara islami dapat

mendefinisikan apa pun fungsinya dalam mencapai sasaran tersebut. Menurut

Siddiqi (1983), mengklasifikasikan fungsi Negara islam dalam 3 kategori:

1. Fungsi yang diamanahkan syariah secara permanen, meliputi:

a.      Pertahanan.

b.      Hukum dan ketertiban.

13

Page 14: BAB I (ISI)

c.       Keadilan.

d.      Pemenuhan kebutuhan.

e.      Dakwah.

f.        Amar maruf nahi munkar.

g.      Administrasi sipil.

h.      Pemenuhan kewajiban-kewajiban social (furud kifayah) jika sector swasta gagal

memenuhinya.

2. Fungsi turunan syariah yang berbasis ijtihad sesuai kondisi social dan ekonomi

pada waktu tertentu,            meliputi 6 fungsi:

a.      Perlindungan lingkungan,

b.      Penyediaan sarana kepentingan umum.

c.       Penelitian umum.

d.      Pengumpulan modal dan pembangunan ekonomi,

e.      Penyediaan subsidi pada kegiatan swasta tertentu, dan

f.        Pembelanjaan yang diperlukan untuk stabilisasi kebijakan.

        

3.      Fungsi yang diamanahkan secara kontekstual berdasarkan proses musyawarah

(syuraa), meliputi semuakegiatan yang dipercayakan masyarakat kepada sebuah

proses syuraa. Inilah yang menurut siddiqi terbuka dan berbeda pada setiap

Negara tergantung pada keadaan masing-masing.

Pandangan berbeda tentang fungsi dan tanggung jawab Negara banyak

disampingkan pemikiran lain. Kahf (1983) menyatakan Negara tidak bebas

menentukan prioritas politik dan ekonomi, ataupun memaksakan pola

pembelanjaan Negara, politik dan ekonomi yang membatasi kebebasan dan hak

inividu yang diberikan Tuhan.

Lebih lanjut khaf , menyatakan sasaran utama Negara Islami melindungi agama

dan supremasi kalimattullah. Negara harus membantu kaum muslimin

melaksanakan kewajiban agamanya. Selanjutnya Negara Islam harus bertanggung

jawab menyampaikan kalimatullah ke kalangan nonmuslim melalui dakwah.

14

Page 15: BAB I (ISI)

G. PERBANDINGAN KEBIJAKAN FISKAL KONVENSIONAL DENGAN

EKONOMI ISLAM

Anggaran belanja negara terdiri dari penerimaan dan pengeluaran.

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil pemerintah untuk membelanjakan

pendapatannya dalam merealisasikan tujuan-tujuan ekonomi. Adapun dalam Islam

kebijakan fiskal dan anggaran ini bertujuan untuk mengembangkan suatu

masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan nilai-nilai

material dan spiritual pada tingkat yang sama

PERBEDAAN

1.       Politik ekonomi kebijakan fiskal konvensional

seperti yang diterapkan di Indonesia menempatkan pertumbuhan ekonomi

sebagai asas atau sasaran yang harus dicapai perekonomian nasional. Dalam

pembahasan RAPBN hingga menjadi APBN antara pemerintah dan DPR,

termasuk pandangan para pengamat ekonomi, salah satu isu sentralnya adalah

pertumbuhan ekonomi. Adapun argumentasi pemerintah, DPR, dan pengamat

ekonomi yang menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai sasaran utama

kebijakan fiskal (dalam kerangka lebih luas kebijakan makro ekonomi), yaitu

untuk menuntaskan berbagai permasalahan krusial ekonomi seperti kemiskinan

dan pengangguran bahwa untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran

diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Agar pertumbuhan ekonomi yang tinggi tercapai maka kebijakan-kebijakan makro

ekonomi dan fiskal diarahkan untuk menggenjot tingkat produksi nasional melalui

peningkatan investasi, konsumsi masyarakat, dan ekspor. Lantas bagaimanakah

caranya agar hal tersebut dapat dicapai? Logikanya, untuk meningkatkan ekspor,

kapasitas terpasang industri dalam negeri harus ditingkatkan, tapi hal ini sangat

tergantung pada daya saing dan permintaan pasar dunia terhadap komoditas-

komoditas yang diproduksi di Indonesia. Begitu pula untuk meningkatkan

konsumsi masyarakat, tingkat pendapatan masyarakat harus didorong, antara lain

melalui penyerapan tenaga kerja baru dan pengangguran. Artinya untuk menyerap

15

Page 16: BAB I (ISI)

tenaga kerja sebanyak mungkin, investasi dan kapasitas terpasang industri di

Indonesia harus ditingkatkan. Sebaliknya agar investasi meningkat, pasar dalam

negeri harus memilki daya tarik bagi para investor, antara lain berupa tingginya

pemintaan (konsumsi) masyarakat. Jadi dalam logika ini, kunci peningkatan

output Indonesia (baik PDB dan PNB) adalah peningkatan investasi, dengan kata

lain tingkat investasi yang tinggi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi

yang tinggi.

2.       Politik Ekonomi Kebijakan Fiskal Islam

Menurut an-Nabhani, realitas menunjukkan kebutuhan-kebutuhan manusia

yang harus dipenuhi adalah kebutuhan setiap individunya bukan kebutuhan

manusia secara kolektif (seperti kebutuhan bangsa Indonesia). Kunci

permasalahan ekonomi terletak pada distribusi kekayaan kepada setiap warga

negara.

Berpijak pada pemikiran ini, sasaran pemecahan permasalahan ekonomi

seperti kemiskinan adalah kemiskinan yang menimpa individu bukan kemiskinan

yang menimpa negara atau bangsa. Dengan terpecahkannya permasalahan

kemiskinan yang menimpa indvidu dan terdistribusikannya kekayaan nasional

secara adil dan merata, maka hal itu akan mendorong mobilitas kerja warga

negara sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan kekayaan nasional. Ketika

kunci permasalahan ekonomi terletak pada distribusi kekayaan yang adil, maka

yang harus dijelaskan adalah bagaimanakah metode untuk menciptakan distribusi

kekayaan yang adil melalui kebijakan fiskal, sebagaimana yang dikatakan Allah

dalam Qs. al-Hasyr [59]: 7 yang artinya Supaya harta itu jangan hanya beredar di

antara orang-orang kaya saja di antara kamu.

Dalam Islam, kebijakan fiskal hanyalah salah satu mekanisme untuk

menciptakan distribusi ekonomi yang adil. Karenanya kebijakan fiskal tidak akan

berfungsi dengan baik bila tidak didukung oleh mekanisme-mekanisme lainnya

yang diatur melalui syariat Islam, seperti mekanisme kepemilikan, mekanisme

pemanfaatan dan pengembangan kepemilikan, dan mekanisme kebijakan ekonomi

negara.Dengan kata lain, syariat Islam harus diterapkan secara menyeluruh

16

Page 17: BAB I (ISI)

(kaffah) tanpa dipilah-pilah (parsial) agar syariah mechanism dapat dengan

sempurna mengatur distribusi ekonomi yang adil. Adapun peranan kebijakan

fiskal sebagai salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam perekonomian

merupakan konsekuensi logis dari kewajiban syariat sebagai jawaban atas salah

satu realitas yang menunjukkan bahwa tidak semua warga negara memiliki

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang dalam ekonomi

konvensional dikenal sebagai masalah eksternalitas dan kegagalan pasar (market

failure).

Persamaan

Tujuan kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam berbeda dari ekonomi

konvensional, namun ada kesamaan yaitu dari segi sama-sama menganalisis dan

membuat kebijakan ekonomi. Tujuan dari semua aktivitas ekonomi – bagi semua

manusia – adalah untuk memaksimumkan kesejahteraan hidup manusia, dan

kebijakan publik adalah suatu alat untuk mencapai tujuan tersebut.

Pada sistem konvensional, konsep kesejahteraan hidup adalah untuk

mendapatkan keuntungan maksimum bagi individu di dunia ini. Namun dalam

Islam, konsep kesejahteraannya sangat luas, meliputi kehidupan di dunia dan di

akhirat serta peningkatan spiritual lebih ditekankan daripada pemilikan material.

Kebijakan fiskal dalam ekonomi kapitalis bertujuan untuk

a.       pengalokasian sumber daya secara efisien;

b.      pencapaian stabilitas ekonomi;

c.       mendorong pertumbuhan ekonomi; dan

d.      pencapaian distribusi pendapatan yang sesuai.

Sebagaimana ditunjukkan oleh Faridi dan Salama (dua ekonom muslim)

bahwa tujuan ini tetap sah diterapkan dalam sistem ekonomi Islam walaupun

penafsiran mereka akan menjadi berbeda.

17

Page 18: BAB I (ISI)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang meliputi kegiatan penerimaan dan

pengeluaran negara yang digunakan pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi

serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal telah dikenal dalam

ekonomi Islam sejak zaman Rasulullah saw.

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk

mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa

pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang

bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan

jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran

dan pajak.

Dalam Islam, kebijakan fiskal hanyalah salah satu mekanisme untuk menciptakan

distribusi ekonomi yang adil. Karenanya kebijakan fiskal tidak akan berfungsi

dengan baik bila tidak didukung oleh mekanisme-mekanisme lainnya yang diatur

melalui syariat Islam, seperti mekanisme kepemilikan, mekanisme pemanfaatan

dan pengembangan kepemilikan, dan mekanisme kebijakan ekonomi

negara.Dengan kata lain, syariat Islam harus diterapkan secara menyeluruh

(kaffah) tanpa dipilah-pilah (parsial) agar syariah mechanism dapat dengan

sempurna mengatur distribusi ekonomi yang adil. Adapun peranan kebijakan

fiskal sebagai salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam perekonomian

merupakan konsekuensi logis dari kewajiban syariat sebagai jawaban atas salah

satu realitas yang menunjukkan bahwa tidak semua warga negara memiliki

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang dalam ekonomi

konvensional dikenal sebagai masalah eksternalitas dan kegagalan pasar (market

failure).

18