BAB I INDRA - Mata Tenang

download BAB I INDRA - Mata Tenang

of 42

Transcript of BAB I INDRA - Mata Tenang

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    1/42

    MAKALAH SGD III :

    MATA TENANG

    KELOMPOK I

    RAHMAT BELGI SAPUTRA

    AMYARISTASYA SINTIA AGUSTINA

    SAMSUL

    CAHYA KHAERANY

    GEDE SUARTIKA

    ARIK AHDIATUL GOZIAN

    NYOMAN SUGIARTI

    RYAN KHARISMA LOJA

    I GUSTI NGURAH RAI

    ERISCHA

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS ISLAM ALAZHAR MATARAM

    2012 / 2013

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    2/42

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

    hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah hasil diskusi kami di

    semester genap pada modul Organ I ndra ini dengan bahasan skenario MATA TENANG .

    Dimana dalam penyusunan makalah ini bertujuan agar mahasiswa Kedokteran Unizar dapat

    memahami isi dari makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi mahasiswa.

    Tidak lupa juga kami mengucapakan terima kasih kepada para dosen yang menjadi tutor

    yang membimbing kami selama melaksanakan diskusi ini,juga teman-teman Kelompok I dan

    semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah hasil diskusi kami ini sehingga

    kami dapat menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan bagi kami. Dalam penyusunan

    makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangannya sehingga kami menginginkan

    saran dan kritik yang membangun dalam menyempurnakan makalah ini.

    Mataram, 3 November 2012

    Tim Penyusun

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    3/42

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Untuk melihat suatu objek, manusia memerlukan mata sebagai organ terdepan dan

    terpenting untuk melihat. Mata adalah suatu organ fotosensitif yang kompleks yang

    memungkinkan untuk menganalisa secara cermat terhadap bentuk, intesitas cahaya, dan warna

    yang dipantulkan oleh sebuah objek.1

    Melihat pentingnya mata, tentu mata akan selalu dijaga, agar fungsi-fungsi kehidupan tetap

    berjalan dengan. Walaupun penting, mata adalah organ yang kecil dan sensitif, sehingga sering

    sekali terjadi gangguan atau kelainan yang mengenai mata.

    Melihat begitu pentingnya mata bagi fungsi kehidupan, tentu akan diusahakan sebaik mungkin

    untuk memperbaiki atau mengobati mata agar bisa tetap dalam keadaan normal dan tetap pada

    fungsi luhurnya.

    1.2. Tujuan

    Adapun tujuan pembuatan tinjauan pustaka ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan

    klinik senior di departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan dan Bedah Kepala

    Leher. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas tentang definisi, etiologi, insidens, patofisiologi,

    gejala klinis, diagnosis, dan terapi dari katarak dan retinopathy

    1.3. Manfaat

    Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

    a.Memberikan informasi pada dokter maupun tenaga kesehatan tentang penyakit dalam

    sknario serta berbagai hal lain yang berhubungan dengan penyakit ini.b.Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit dalam skenario.

    c.Sebagai sumber informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian atau hal lain

    yang ada kaitannya dengan penyakit ini.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    4/42

    BAB II

    PEMBAHASAN

    SKENARIO

    MATA TENANG

    Bapak Nung, lelaki usia 60 tahun, mengeluh mata kanannya menjadi sangat kabur tiga hari yang

    lalu, dan englihatannya juga seperti ada layar yang melayang layang. Sebelum kabur, ada

    bintik bintik hitam yang juga muncul mendadak dalam penglihatannya. Mata kanan dan kiri

    sudah menjadi kabur perlahan lahan sejak setahun sebelumnya, tidak disertai mata merah,

    sakit, berair atau kotor. Namun, penglihatan kedua mata agak silau dan seperti melihat melalui

    kabut.

    Sejak usia 40 tahun ia menggunakan kacamata baca, dan dalam setahun ini ia telah berulang

    mengganti kacamata karena tidak ada yang dirasakan cocok benar. Ia mengaku menderita

    tekanan darah tinggi dan kencing manis, dan kadang kadang berobat kedokter penyakit dalam

    untuk penyakitpenyakit tersebut.

    2.1. TERMINOLOGI

    Tidak ditemukan katakata sulit dalam skenario.

    2.2.PERMASALAHAN

    1. Anatomi dan fisiologi pengelihatan?

    2. Bagaimana mekanisme terjadinya gejala dalam scenario ( mata kanan kabur, penglihatan

    seperti ada layar melayang, ada bintik hitam muncul mendadak, penglihatan mata silau,

    melihat melalui kabut ) ?

    3.

    Bagaimana hubungan umur dengan gejala dalam scenario?4. Bagaimana hubungan penyakit yang diderita (diabetes dan hipertensi) dengan gejala pada

    scenario?

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    5/42

    2.3.PEMBAHASAN PERMASALAHAN

    1. Anatomi dan fisiologi pengelihatan

    Mata adalah organ penglihatan yang mana memiliki struktur yang sangat khusus dan

    kompleks. Menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Indra penglihatan yang

    terletak pada mata (organ visus ) terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan

    okulus (bola mata).

    1. Organ okuli assesoria

    Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat disekitar bola mata yang sangat

    erat hubungannya dengan mata dan terdiri dari :

    a. Kavum orbita

    Merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya

    mengarah ke depan dan ke dalam. Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang :

    os.frontalis, os. Zigomatikum, os. Sfenoidal, os. Etmoidal, os. Palatum, os.

    Lakrimal, rongga mata mempunyai beberapa celah yang berhubungan dengan

    rongga otak, rongga hidung, rongga etmoidalis, rongga bola mata ini berisi jaringa

    n lemak, otak, fasia, saraf dan pembuluh darah.

    b. Supersilium ( alis mata )

    Merupakan batas orbita dan potongan kulit tebal yang melengkung, dan

    ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai pelindung mata dari sinar

    matahari.

    c. Palpebra ( kelopak mata )

    Merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak didepan bulbus

    okuli. Kelopak mata berfungsi sebagai pelindung mata terhadap gangguan yang

    datang dari luar misalnya serangga. Pada bagian kelopak mata yang berlipat -lipat

    terhadap tarsus, yang mana pada kedua tarsus terdapat kelenjar tarsalia. Kelenjar

    sebasea dan kelenjar keringat.

    d. Aparatus lakrimalis (air mata)

    Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior. Melalui

    duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    6/42

    e. Muskulus okuli (otot mata)

    Merupakan otot ekstrinsik mata, yang terdiri dari 7 buah otot, dimana 6 buah

    otot diantaranya melekat dengan os. Kavum orbitalis dan 1 buah mengangkat

    kelopak mata ke atas.

    Muskulus levator palpebris superior inferior, fungsinya mengangkat kelopak

    mata.

    Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata.

    Muskulus rektus okuli medial ( otot disekitar mata ), fungsinya menggerakkan

    bola mata

    Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata kebawah

    dan dalam.

    Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar bola mata ke atas,

    kebawah dan ke luar.

    f. Konjungtiva

    Merupakan membran mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (

    palpebra ) dan kemudian berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola

    mata ( bulbar ).

    2. OkulusOkulus ( mata ) meliputi bola mata ( bulbus okuli )

    a. Tunika okuli

    Tunika okuli terdiri dari :

    Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya.

    Sklera, merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan bagian

    putih mata.

    b. Tunika vaskulosa okuli

    Tunika vaskuli okuli merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh

    rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya terbagi 3 bagian,

    yaitu :

    Koroid, merupakan selaput yang tipis dan lembab. Dimana fungsinya

    memberikan nutrisi pada tunika.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    7/42

    Korpus siliaris, merupakan lapisan yang tebal dan berfungsi dalam

    terjadinya akomodasi.

    Iris, merupakan bagian terdepan tunika vaskuola okuli, yang berwarna

    karena mengandung pigmen. Di bagian tengah terletak bagian yang

    berlubang yang di sebut pupil. Pupil berfungsi untuk mengatur cahaya

    yang masuk ke mata.

    c. Tunika nervosa

    Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata yang disebut retina.

    Retina dibagi atas 3 bagian :

    Pars optika retina, dimulai dari kutub belakang bola mata sampai di depan

    khatulistiwa bola mata.

    Pars siliaris, merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam korpussiliar

    Pars iridika melapisi bagian permukaan belakang iris.

    2. FISIOLOGI PENGLIHATAN

    Mata membiaskan cahaya yang masuk untuk memfokuskannya ke retina.

    Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri atas paket

    paket individual seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut caracara

    gelombang. Jarak antara dua puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang.

    Fotoreseptor di mata peka hanya pada panjang gelombang antara 400 dan 700

    nanometer. Cahaya tampak ini hanya merupakan sebagian kecil dari spektrum

    elektromagnetik total. Cahaya dari berbagai panjang gelombang pada pita tampak

    dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbedabeda. Panjang gelombang yang

    pendek dipersepsikan sebagai ungu dan biru, panjang gelomang yang panjang

    diinterpretasikan sebagai jingga dan merah.

    Pembelokan sebuah berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika suatu berkas cahaya

    berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium denagn

    tingkat kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada

    melalui medium transparan lainnya seperti kaca atau air. Ketika suatu berkas cahaya

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    8/42

    masuk ke sebuah medium yang lebih tinggi densitasnya, cahaya tersebut melambat

    (begitu pula sebaliknya). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya ketika melalui

    permukaan medium baru pada setiap sudut kecuali sudut tegak lurus.

    Dua faktor berperan dalam derajat refraksi : densitas komparatif antara dua

    media dan sudut jatuhnya benda ke madium kedua. Pada permukaan yang melengkung

    seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan

    semakin kuat lensa. Suatu lensa dengan permukaan konveks (cembung) menyebabkan

    konvergensi atau penyatuan, berkasberkas cahaya, yaitu persyaratan untuk membawa

    suatu bayangan ke titik fokus. Dengan demikian, permukaan refraktif mata besifat

    konveks. Lensa dengan permukaan konkaf (cekung) menyebabkan divergensi

    (penyebaran) berkasberkas cahaya, suatu lensa konkaf berguna untuk memperbaikikesalahan refrektif mata tertentu, misalnya berpenglihatan dekat.

    Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa untuk penglihatan dekat.

    Kemampuan menyesuaikan lensa sehingga baik sumbar cahaya dekat maupun

    jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung

    pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari korpus

    siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Korpus siliaris memilikidua komponen utama yaitu otot siliaris dan jaringan kapiler (yang menghasilkan

    aqueous humor). Otot siliaris adalah otot polos melingkar yang melekat ke lensa

    melalui ligamentum suspensorium.

    Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik

    lensa sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika

    berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di ligamentum

    suspensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum

    suspensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat) karena elastisitas

    inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin bulat), semakin besar

    kekuatannya, sehingga berkas cahaya lebih dibelokkan.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    9/42

    Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan

    jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih

    cembung dan lebih dekat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem

    syaraf otonom. Seratserat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk

    penglihatan jauh, sementara sistem syaraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot

    untuk penglihatan dekat.

    Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari seratserat transparan.

    Kadangkadang serat ini menjadi keruh (opaque), sehingga berkas cahaya tidak dapat

    menembusnya, suatu keadaan yang dikenal dengan katarak. Lensa detektif ini

    biasanya dapat dikeluarkan dengan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan

    memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi.

    Seumur hidup hanya selsel ditepi luar lensa yang diganti. Selsel di bagian

    tengah lensa mengalami kesulitan ganda. Selsel tersebut tidak hanya merupakan sel

    tertua, tetapi juga terletak paling jauh dari aquoeus humor, sumber nutrisi bagi lensa.

    Seiring dengan pertambahan usia, selsel di bagian tengah yang tidak dapat diganti ini

    mati dan kaku. Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak lagi mampu mengambil

    bentuk sferis yang diperlukan untuk akomodasi saat melihat dekat. Penurunan

    kemampuan akomodasi yang berkaitan dengan usia ini, presbiopia, yang mengenai

    sebagian besar orang pada usia pertengahan (45 sampai 50 tahun), sehingga mereka

    memerlukan lensa korektif untuk penglihatan dekat.

    Tidak semua serat di jalur penglihatan berakhir di korteks penglihatan.

    Sebagian diproyeksikan ke daerahdaerah otak lain untuk tujuantujuan selain

    persepsi penglihatan langsung, seperti :

    1.

    Mengontrol ukuran pupil

    2. Sinkronisasi jam biologis ke variasi siklis dalam intensitas cahaya (siklus

    tidurbangun disesuaikan dengan siklus siangmalam).

    3. Kontribusi terhadap kewaspadaan dan perhatian korteks.

    4. Kontrol gerakangerakan mata.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    10/42

    Mengenai yang terakhir, kedua mata dilengkapi oleh enam otot mata eksternal

    yang menempatkan dan menggerakkan mata, sehingga mata dapat menentukan

    gerakan, lokasi, melihat, dan mengikuti benda. Gerakan mata adalah salah satu

    gerakan tubuh tercepat dan terkontrol secara tajam.

    Mekanisme protektif membantu mencegah cedera mata.

    Beberapa mekanisme membantu melindungi mata dari cedera. Kecuali bagian

    anteriornya, bola mata dilindungi oleh kantung tulang tempat mata berada. Kelopak

    mata berfungsi sebagai shutter (daun penutup) untuk melindungi bagian anterior mata

    dari gangguan luar. Kelopak mata menutup secara refleks untuk melindungi mata pada

    saatsaat yang mengancam, misalnya bendabenda yang datang cepat, cahaya yang

    sangat menyilaukan, dan keadaankeadaan sewaktu kornea atau bulu mata tersentuh.

    Kedipan kelopak mata secara spontan berulangulang membantu menyebarkan air

    mata yang melumasi, membersihkan dan bersifat bakterisidal. Air mata diproduksi

    secara terusmenerus oleh kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas dibawah kelopak

    mata. Cairan pembersih mata ini mengalir melalui permukaan kornea dan bermuara ke

    saluran alus di sudut kedua mata dan akhirnya dikosongkan ke belakang saluran

    hidung. Sistem drainase ini tidak dapat menangani produksi air mata yang berlebihan

    sewaktu menangis, sehingga air mata membanjir dari mata. Mata juga dilengkapi

    dengan bulu mata protektif yang menangkap bendabenda halus di udara seperti debu

    sebelum masuk ke mata.

    3. Bagaimana mekanisme terjadinya gejala dalam scenario (mata kanan kabur,

    penglihatan seperti ada layar melayang, ada bintik hitam muncul mendadak, penglihatan

    mata silau, melihat melalui kabut) ?

    a. Mata kanan kabur, penglihatan seperti ada layar melayang, melihat melalui kabut:

    Bertambahnya usia lensa epitel lensa berubah densitas sel epithelial menurun

    dan penyimpangan diferensiasi sel serat lensa epitel lensa mengalami

    kekeruhan/katarak menunjuukkan angka kematian apoptotic yang rendah,

    akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epithelial gangguan pembentukan serat

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    11/42

    lensa dan homeostasis hilangnya kejernihan lensa visus menurun dan

    penglihatan seperti layar.

    b. Penglihatan mata silau:

    Terjadi karena refraksi dari lensa sehingga penglihatan penderita seperti asap. Atau

    adanya kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif

    menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga lensa akan

    mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miosis

    (penyempitan pupil) penglihatan silau.

    4. Bagaimana hubungan umur dengan gejala dalam scenario?

    Bertambahnya usia seseorang berarti bertambah juga usia lensa sehingga akan terjadi

    seperti pada permasalahan nomor 2.

    5. Bagaimana hubungan penyakit yang diderita (diabetes dan hipertensi) dengan gejala pada

    scenario?

    - Hipertensi : umur pasien yang sudah tua menyebabkan elastisitas pembuluh darah

    menurun, jika terjadi hipertensi maka kapilerkapiler darah terutama di Retina akan

    mudah pecah. Selanjutnya akan terjadi hipoksia retina menyebabkan sel retina mati

    dan penglihatan terganggu (bintikbintik hitam)

    - Diabetes :

    2.4.IDENTIFIKASI PASIEN :

    identitas

    Nama : Nung

    Jenis kelamin : laki-laki

    Umur : 60 tahun

    Keluhan utama : mata kanannya mendadak sangat kabur tiga hari, penglihatan

    seperti ada layar yang melayanglayang.

    Keluhan penyerta : bintik bintik hitam yang juga muncul mendadak dalam

    penglihatannya, penglihatannya kedua mata agak silau, seperti melihat melalui kabut.

    Riwayat sebelumnya : menderita diabetes dan hipertensi.

    Pemeriksaan fisik : -

    Pemeriksaan penunjang : -

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    12/42

    2.5.DIAGNOSTIC DIFERENTIAL

    2.5.1 KATARAK

    Definisi

    Katarak adalah suatu jenis penyakit pada mata karena Lensa mata menjadi keruh

    sehingga menghalangi Cahaya yang masuk. Penglihatan penderita katarak menjadi

    terganggu dan bahkan bisa menjadi buta bila semakin parah dan tidak ditangani secara

    baik. Penyebab kekeruhan yang terjadi pada lensa mata bisa bermacam-macam, bisa

    terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa),denaturasi protein lensa atau dapat juga

    akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.

    Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya

    menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena

    dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan

    yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat

    bervariasi. Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah mengalami

    gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensa matanya.

    Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara

    berangsur. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi

    pada kedua mata pada saat yang bersamaan. Katarak tidak disebabkan oleh pemakaian

    mata yang berlebihan dan tidak mengakibatkan kebutaan permanen apabila diatasi

    dengan pengobatan atau operasi.

    Epidemiologi

    Diperkirakan 5-10 juta indifidu mengalami kerusakan penglihatan akibat katarak

    setiap tahun (newell, 1986). Di USA sendiri 300. 000 400.000 ekstraksi mata tiap

    tahunnya. Insiden tertinggi pada katarak terjadi pada populasi yang lebih tua.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    13/42

    Manifestasi

    Gejala umum gangguan katarak meliputi :

    -

    Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.- Peka terhadap sinar atau cahaya.

    - Dapat melihat dobel pada satu mata.

    - Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

    - Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

    Etiologi

    Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain;

    Trauma, terpapar substansi toksik, Penyakit predisposisi, Genetik dan gangguan

    perkembangan, Infeksi virus di masa pertumbuhan janin, Usia dimana Penuaan

    merupakan penyebab utama dari katarak (95 %) dan 5 % disebsbkan kerusakan

    congenital, trauma,keracunan atau penyakjit sistemik. Derajat kerusakan yang disebabkan

    oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas ( kepadatan) dari kekeruhan selain

    karena umur ,pekerjaan gaya hidup dan tempat tinggal seseorang.

    Berdasarkan usia katarak dibagi menjadi :

    1. katarak senilis ( 95 %).

    katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun). Menurut catatan The

    framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65 74 tahun dan 45 % pada

    usia 75 84 tahun. Beberapa derajat ktarak diduga terjadi pada semua orang pada

    usia 70 tahun. Ada 4 stadium antara lain :

    Katarak insipien : stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian

    lensa yang masih jernih.

    Katarak intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa

    yang degeneratip menyerap air.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    14/42

    Katarak matur : katarak yang telah menegani seluruh bagian lensa. Katarak ini

    dapat diopperasi.

    Katarak hepermatur : katarak mengalami proses degenerasi lanjut keluar dari

    kapsul

    lensa sehingga lensa mnegecil, berwarna kuning dan keringf sertya terdapat

    lipatan kapsul lensa (Jounole zin kendor). Jika berlanjut diserrtai kapsul yang

    tebal menyebabkan kortek yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar

    sehingga berbentuk seperti sekantong susu dengan nucleus yang terbenam yang

    disebut katarak Morgageeeni.

    2. Katarak congenital

    Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir ( bayi kurang dari 3 bulan).

    Katarak congenital digolongkan dalam :

    Katarak kapsulo lentikuler Merupakan katarak pada kapsul dan kortek.

    Katarak lentikuler: merupakan kekeruhan lensa yang tidak mengenai kapsul.

    Katarak congenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3

    bulan sampai 9 tahun katarak juvenil .

    3. Katarak juvenile

    Merupakan kelanjutan dari katarak congenital yang terjadi pada usia 1 sampai 9

    tahun.4. Katarak komplikata

    Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata lain (kelainan okuler). Penyakit

    intra okuler tersebut termasuk retinitis pigmentosa, glaucoma dan retina

    detachement. Katarak ini biasanya unilateral.

    5. Katarak diabetes

    Katarak adalah kekeruhan lensa. Pada pasien diabetes mellitus, katarak timbul akibat

    gangguan jalur poliol. Terdapat penimbunan sorbitol dalam lensa sehingga

    menimbulkan pembentukkan katarak dan kebutaan.

    Gejala yang timbul adalah kekaburan penglihatan tanpa nyeri. Pemeriksaan yang

    dilakukan adalah ketajaman penglihatan dan melihat lensa melalui slit lamp,

    oftalmoskop, senter tangan atau kaca pembesar. Sebaiknya keadaan pupil berdilatasi.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    15/42

    Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa. Fundus okuli menjadi semakin sulit

    dilihat sampai reaksi fundus tidak ada sama sekali.

    Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu:

    - Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia yang nyata. Pada lensa

    akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi

    lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi

    dan kadar gula normal kembali.

    - Pasien diabetes juvenille da tua tidak terkontrol. Katarak akanterjadi serentak

    pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring

    subkapsuler.

    - katarak pada pasien diabetes dewasa. Gambaran secara histologik dan biokimia

    sama dengan katarak pasien non diabetik.

    Katarak Diabetes Sejati

    Pada diabetes juvenillis yang parah kadang-kadang timbul katarak bilateral

    secara akut. Lensa mungkin menjadi opak total selama beberapa minggu. Pada lensa

    akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsuler yang sebagian jernih denagn

    pengobatan.

    Katarak Senillis pada Pasien Diabetes

    Pada pengidap diabetes, skelosis nuklear senillis, kelainan subkapsuler

    posterior, dan kekeruhan korteks terjadi lebih sering dan lebih dini. Terapi yang

    diberikan pada pasien diabetes melitus dengan komplikasi katarak adalah kontrol

    kadar gula darah dan bedah katarak. Bedah katarak bertujuan untuk mengangkat

    lensa dengan prosedur intrakapsular dan ekstrakapsular

    Patofisiologi

    Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara

    protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    16/42

    semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat

    mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein

    tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa

    melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang

    dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi

    pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan

    gangguan penglihatan.

    Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan

    bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah . penambahan densitas iniakibat

    kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di

    korteks ,serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapabagian lensa. Katarak terbentuk bila masukan 02 berkurang [ vaugan dan asbori,1986],

    kandungan air berkurang, kandungan kalsium meningkat, protein yang seluble menjadi

    insolubl. Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan

    kejernihan secara progresif,yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada

    kedua mata.

    Diagnosis

    Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanyaaa, pasien melaporkan

    penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat

    tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya

    meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak

    pada oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan

    bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya

    adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi

    bayangan dan susah melihat di mlam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak

    kekuningan abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun

    dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan

    mampu memperbaiki penglihatan. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat

    (hipermetropia), dan juga penglihatan perlahan-lahan berkurang dan tanpa rasa sakit.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    17/42

    Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau

    yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang

    mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata

    mereka. Ada yang mengenakan topi berkelapak lebar atau kacamata hitam dan

    menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.

    Seorang dokter mata akan memeriksa mata dengan berbagai alat untuk menentukan tipe,

    besar dan letaknya kekeruhan pada bagian lensa. Bagian dalam dari mata diperiksa dengan

    alat oftalmoskop, untuk menentukan apakah ada kelainan lain di mata yang mungkin juga

    merupakan penyebab berkurangnya pengliahatan.

    Bila diketahui adanya gejala di atas sebaiknya segera diminta pendapat seorang dokter

    mata. Secara umum seseorang yang telah berusia 40 tahun sebaiknya mendapatkan

    pemeriksaan mata setiap 1 tahun.

    2.5.2 GLAUKOMA

    Definisi

    Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang

    memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah

    suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk

    menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang. Di

    Amerika Serikat, glaukoma ditemukan pada lebih 2 juta orang, yang akan beresiko

    mengalami kebutaan.

    Survei Kesehatan Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang dilakukan oleh Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia mendapatkan bahwa glaukoma merupakan penyebab

    kedua kebutaan sesudah katarak (prevalensi 0,16%). Katarak 1,02%, Glaukoma 0,16%,Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%. Akibat dari kebutaan itu akan mempengaruhi kualitas

    hidup penderita terutama pada usia produktif, sehingga akan berpengaruh juga terhadap

    sumberdaya manusia pada umumnya dan khususnya Indonesia.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    18/42

    Faktor Resiko

    Glaukoma lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun. Beberapa faktor resiko lainnya

    untuk terjadi glaukoma, antara lain:

    - Faktor genetik, riwayat glaukoma dalam keluarga.

    - Penyakit hipertensi

    - Penyakit diabetes dan penyakit sistemik lainnya.

    - Kelainan refraksi berupa miopi dan hipermetropi

    - Ras tertentu

    Klasifikasi

    I. Glaukoma sudut terbuka (Open-angle glaucomas)

    A. Idiopatik

    1. Glaukoma kronik (primer) sudut terbuka

    2. Glaukoma tekanan normal

    B. Akumulasi material yang menimbulkan obstruksi jalinan trabekula

    1.Pigmentary glaucoma

    2. Exfoliative glaucoma

    3. Steroid-induced glaucoma

    4. Inflammatory glaucoma

    5. Lens-induced glaucoma

    a. Phacolytic

    b. Lens-particle

    c. Phacoanaphylactic glaucomas, dll

    C. Kelainan lain dari jalinan trabekula

    1.Posner-Schlossman (trabeculitis)

    2. Traumatic glaukoma (angle recession)

    3. Chemical burns

    D. Peningkatan tekanan vena episklera

    1. Sindrom SturgeWeber

    2. tiroidopati

    3. tumor Retrobulbar

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    19/42

    4. Carotid-cavernous fistula

    5. thrombosis sinus cavernosus

    II. Glaukoma sudut tertutup (Angle closure glaucomas)

    A. Blok pupil

    1. Glaukoma primer sudut tertutup ( akut, subakut, kronik, mekanisme campuran)

    2. Glaukoma dicetuskan lensa

    a. Fakomorfik

    b. Subluksasi lensa

    c. Sinekia posterior

    a. Inflamasi

    b. Pseudofakia

    c. Iris-vitreous

    B. Anterior displacement of the iris/lens

    1.Aqueous misdirection

    2. Sindrom iris plateu

    3. Glaukoma dicetuskan dari kelainan lensa

    4. kista dan tumor iris dan korpus silier

    5. kelainan koroid-retina

    C. Obstuksi membran dan jaringan

    1. glaukoma neovaskuler

    2. glaukoma inflamasi

    3. sindrom ICE

    4. pertumbuhan epitel dan serabut yang terganggu

    5. dll

    III. Kelainan perkembangan bilik mata depan

    A. Glaukoma primer congenital

    B. Glaukoma berhubungan dengan gangguan pertumbuhan mata

    1. Aniridia

    2. AxenfeldRieger syndrome

    3. Peters anomaly

    4. dll

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    20/42

    Patofisiologi

    Cairan aqueus diproduksi dari korpus siliaris, kemudian mengalir melalui pupil ke kamera okuli

    posterior (COP) sekitar lensa menuju kamera okuli anterior (COA) melalui pupil. Cairan aqueus

    keluar dari COA melalui jalinan trabekula menuju kanal Schlemms dan disalurkan ke dalam

    sistem vena6. Gambar dari aliran normal cairan aqueus dapat dilihat pada gambar 1.

    Gambar 1. Aliran normal humor aqueus

    Beberapa mekanisme peningkatan tekanan intraokuler:

    a. Korpus siliaris memproduksi terlalu banyak cairan bilik mata, sedangkan pengeluaran pada

    jalinan trabekular normal

    b. Hambatan pengaliran pada pupil sewaktu pengaliran cairan bilik mata belakang ke bilik mata

    depan

    c. Pengeluaran di sudut bilik mata terganggu.

    Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka, dan

    kemampuan jalinan trabekula untuk mengalirkan cairan aqueus menurun (gambar 2A).

    Glaukoma sudut tertutup ditandai dengan tertutupnya trabekulum oleh iris perifer, sehingga

    aliran cairan melalui pupil tertutup dan terperangkap di belakang iris dan mengakibatkan iris

    mencembung ke depan. Hal ini menambah terganggunya aliran cairan menuju trabekulum.

    (gambar 2B).

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    21/42

    Gambar 2. (A) Aliran humor aqueus pada glaukoma sudut terbuka,

    (B) Aliran humor aqueus pada glaukoma sudut tertutup

    Mekanisme utama kehilangan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion retina.

    Optik disk menjadi atropi, dengan pembesaran cup optik. Efek dari peningkatan tekanan

    intraokuler dipengaruhi oleh waktu dan besarnya peningkatan tekanan tersebut. Pada glaukoma

    akut sudut tertutup, Tekanan Intra Okuler (TIO) mencapai 60-80 mmHg, mengakibatkan iskemik

    iris, dan timbulnya edem kornea serta kerusakan saraf optik. Pada glaukoma primer sudut

    terbuka, TIO biasanya tidak mencapai di atas 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion retina

    berlangsung perlahan, biasanya dalam beberapa tahun.

    Manifestasi Klinis

    Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik sudut terbuka) dapat

    tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan yang berat terjadi, sehingga

    dikatakan sebagai pencuri penglihatan. Berbeda pada glaukoma akut sudut tertutup,

    peningkatan tekanan TIO berjalan cepat dan memberikan gejala mata merah, nyeri dan

    gangguan penglihatan.

    a. Peningkatan TIO

    Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). Tingginya TIO

    menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung beberapa faktor, meliputi tingginya

    TIO dan apakah glaukoma dalam tahap awal atau lanjut. Secara umum, TIO dalam

    rentang 20-30 mmHg biasanya menyebabkan kerusakan dalam tahunan. TIO yang

    tinggi 40-50 mmHg dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang cepat dan

    mencetuskan oklusi pembuluh darah retina.

    b. Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruh.

    Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian cairan oleh sel-sel

    endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat (glaukoma akut sudut tertutup), kornea

    menjadi penuh air, menimbulkan halo di sekitar cahaya.

    c. Nyeri. Nyeri bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka.

    d. Penyempitan lapang pandang.

    Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf optik

    menimbulkan kerusakan dari serabut saraf retina yang biasanya menghasilkan

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    22/42

    kehilangan lapang pandang (skotoma). Pada glaukoma stadium akhir kehilangan

    lapang penglihatan terjadi sangat berat (tunnel vision), meski visus pasien masih 6/6.

    e. Perubahan pada diskus optik. Kenaikan TIO berakibat kerusakan optik berupa

    penggaungan dan degenerasi papil saraf optik.

    f. Oklusi vena

    g. Pembesaran mata

    Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak. Pada anak-anak dapat

    terjadi pembesaran dari mata (buftalmus).

    Pemeriksaan Penunjang

    Penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

    1. Perimetri

    Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang disebabkan oleh

    kerusakan saraf optik2. Beberapa perimetri yang digunakan antara lain:

    - Perimetri manual: Perimeter Lister, Tangent screen, Perimeter Goldmann

    - Perimetri otomatis

    - Perimeter Oktopus

    2. Tonometri

    Alat ini digunakan untuk pengukuran TIO. Beberapa tonometri yang digunakan antara

    lain tonometer Schiotz, tonometer aplanasi Goldman, tonometer Pulsair, Tono-Pen,

    tonometer Perkins, non kontak pneumotonometer.

    3. Oftalmoskopi

    Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik

    berdasarkan penilaian bentuk saraf optik2. Rasio cekungan diskus (C/D) digunakan untuk

    mencatat ukuran diskus otipus pada penderita glaukoma. Apabila terdapat peninggian

    TIO yang signifikan, rasio C/D yang lebih besar dari 0,5 atau adanya asimetris yang

    bermakna antara kedua mata, mengidentifikasikan adanya atropi glaukomatosa.

    4. Biomikroskopi

    Untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini dapat

    ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    23/42

    5. Gonioskopi

    Tujuan dari gonioskopi adalah mengidentifikasi kelainan struktur sudut, memperkirakan

    kedalaman sudut bilik serta untuk visualisasi sudut pada prosedur operasi.

    6. OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan serabut

    saraf sekitar papil saraf

    7. Fluorescein angiography

    8. Stereophotogrammetry of the optic disc

    2.5.3. RETINOPATI

    Definisi

    Retinopati adalah kelainan pembuluh darah yang menuju ke mata berupa perdarahan,

    tidak adekuatnya pasokan darah dan penyumbatan pembuluh darah. Akibat yang serius

    adalah kerusakan retina, yang kadang-kadang menetap dan menyebabkan penurunan

    fungsi penglihatan bahkan kebutaan.

    Penyakit renopati adalah penyakit lanjutan dari seseorang yang telah mengalami diabetes

    melitus atau hipertensi. Faktor yang diperkirakan penting dalam perkembangan

    retinopati adalah seseorang yang yang sudah dinyatakan terserang diabetes melitus dan

    hipertensi. Dalam suatu kasus,seseorang yang telah lama mengalami diabetes

    melitus,80% kepastiannya diperkirakan mengalami retinopati.

    1. RETINOPATI DIABETIK

    Retinopati adalah suatu kondisi yang mempengaruhi bagian belakangmata (retina).

    Keadaan ini dapat terjadi pad orang yang menderita diabetes sejak lama, khususnya

    mereka yang kontrol kesehatannya kurang baik. Ada perubahan yang terjadi secara

    bertahap dipembuluh darah bagian belakang mata yang dapat menurunkan kemampuan

    dalam melihat. Ini mungkin disebabkan adanya penumpukan kadar gula darah didaerah

    yang vital dibagian belakang mata/ adanya perdarahan dipembuluh darah mata. (Charles

    fox dan anni kilvert, 2010: 206)

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    24/42

    Macam-macam retinopati diabetik

    Retinopati diabetik terdiri dari 2 stadium, yaitu : Retinopati nonproliferatif danRetinopati

    proliferatif.

    Gejala Klinis

    Retinopati diabetik sering asimtomatis, terutama pada tahap awal penyakit. Seiring dengan

    bertambah beratnya penyakit, penglihatan pasien dapat memburuk atau bierubah-ubah.

    Retinopati tahap lanjut dapat berakibat kebutaan total.

    Non-proliferative diabetic retinopathy dikarakteristikan pada tahap awal dengan ditemukannya

    bilateral dot/bintik perdaraan intraretina, eksudat baik keras maupun tidak, mikroaneurisma, dancotton wool spots. Dengan bertambah beratnya retinopati, dapat terlihat rangkaian vena dan

    abnormalitas pembuluh darah kecil intraretina.

    Kehilangan penglihatan berhubungan dengan iskemia dan edema makula, digolongkan CSME

    apabila terdapat salah satu dari:

    - Penebalan retina

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    25/42

    1. Pembuluh darah (terutama arteriol retina) yang berwarna lebih pucat

    2. Kaliber pembuluh darah yang menjadi lebih kecil/irregular karena spasme

    local

    3. Percabangan arteriol yang tajam

    b. Manifestasi Klinis

    Retinopati hipertensi dapat terjadi dalam 4 keadaan, yaitu:

    1. Simple hipertensi tanpa sklerosis

    Ditemukan pada pasien usia muda, tanda pada retina dapat berupa kontriksi dari

    arteriole dimana akan menjadi pucat dan terdapat perdarahan tetapi tidak terdapat

    eksudat

    2. Hipertensi dengan involutionary sklerosis

    Ditemukan pada pasien usia tua, gambaran dari arteriosklerotik dapat terjadi.

    Tanda vaskular hanya menjelaskan bertambahnya lokal kontriksi dan dilatasi dari

    pembuluh darah dengan vaskular sheath dan deposit dari hard eksudat dan kadang

    terdapat perdarahan tanpa adanya oedema. Seringkali perubahan pada pembuluh

    darah terjadi bilateral, retinopati yang menetap pada satu mata dapat

    mengakibatkan insufisiensi karotid pada tepinya. Prognosisnya relatif baik.

    3. Arteriolar (difuse hyperplastic) sklerosis

    Ditemukan pada pasien usia muda. Kebanyakan arteri pada usia muda merespon

    hipertensi dengan proliferatif dan fibrous, perubahan terutama cenderung

    mengenai media. Pada ginjal berupa kronik glomerulonefritis dan gambaran

    opthalmoskop klasik diketahui sebagai albuminuria atau timbulnya renal

    retinopati. Pembuluh darah menunjukan bukti adanya hipertensi. Penyempitan

    dan berkelok keloknya pembuluh darah dengan tanda arterio-venous crossing,

    sedangkan pada multiple hemorhage dapat timbul dengan udem dan cotton wool

    patches pada stadium awal dan adanya hard eksudat tersebar dan sering

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    26/42

    membentuk makulare star pada stadium akhir atau lanjut. Jika pasien dapat

    bertahan, terdapat tanda perubahan dari fundus yang menjadi regresi dan

    meskipun kebutaan tidak terjadi tetapi penglihatan yang berkurang dapat menjadi

    masalah yang cukup serius. Kematian disebabkan oleh uremia.

    4. Malignan hipertension

    Adalah sebuah ekspresi dari akselerasi progresif dari stadium hipertensi pada

    pasien dengan relatif young arteriole (umur muda) tidak terlindung oleh sklerosis.

    Penggabungan dari renal insufisiensi dan gambaran dari fundus dapat diketahui

    sebagai hipertensi neuroretinopati yang didominasi oleh gambaran udem. Seluruh

    retina dapat menjadi gelap / suram karena adanya general udem yang banyak pada

    disc, mengakibatkan dalam stadium dari papiledema dengan multiple cotton wool

    patches, hard eksudat dapat menjadi berlebihan menandai bahwa patches form

    enormous masse diantaranya. Tanda makular star seringkali yang paling utama.

    Penglihatan seringkali menjadi kabur / suram. Pada kasus seperti itu, khususnya

    ketika papiledema menjadi tanda. Prognosisnya adalah tidak jelas dan bila tidak

    hipertensi dapat dikontrol dengan obat obatan atau metode bedah. Kehidupan

    tidak selalu berlangsung lebih dari 2 tahun. Jika terapi umum berhasil, kesan

    opthalmoscopy secara dramatis menjadi lebih baik dan penglihatan dapat di

    perbaiki tetapi prognosis akhir adalah tidak menyenangkan.

    c. Patofisiologi

    Pada keadaan hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami beberapa seri

    perubahan patofisiologis sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah. Terdapat

    teori bahwa terjadi spasme arterioles dan kerusakan endothelial pada tahap akut

    sementara pada tahap kronis terjadi hialinisasi pembuluh darah yang menyebabkan

    berkurangnya elastisitas pembuluh darah.

    Pada tahap awal, pembuluh darah retina akan mengalami vasokonstriksi secara

    generalisata. Ini merupakan akibat dari peningkatan tonus arteriolus dari mekanisme

    autoregulasi yang seharusnya berperan sebagai fungsi proteksi. Pada pemeriksaan

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    27/42

    funduskopi akan kelihatan penyempitan arterioles retina secara generalisata. Peningkatan

    tekanan darah secara persisten akan menyebabkan terjadinya penebalan intima pembuluh

    darah, hiperplasia dinding tunika media dan degenerasi hyalin. Pada tahap ini akan terjadi

    penyempitan arteriolar yang lebih berat dan perubahan pada persilangan arteri-vena yang

    dikenal sebagai arteriovenous nicking. Terjadi juga perubahan pada refleks cahaya

    arteriolar yaitu terjadi pelebaran dan aksentuasi dari refleks cahaya sentral yang dikenal

    sebagai copper wiring.

    Setelah itu akan terjadi tahap pembentukan eksudat, yang akan menimbulkan

    kerusakan pada sawar darah-retina, nekrosis otot polos dan sel-sel endotel, eksudasi

    darah dan lipid, dan iskemik retina. Perubahan-perubahan ini bermanifestasi pada retina

    sebagai gambaran mikroaneurisma, hemoragik, hard exudate dan infark pada lapisanserat saraf yang dikenal sebagai cotton-wool spot. Edema diskus optikus dapat terlihat

    pada tahap ini, dan biasanya meripakan indikasi telah terjadi peningkatan tekanan darah

    yang sangat berat. Akan tetapi, perubahan-perubahan ini tidak bersifat spesifik terhadap

    hipertensi saja, karena ia juga dapat terlihat pada pnyakit kelainan pembuluh darah retina

    yang lain. Perubahan yang terjadi juga tidak bersifat sequential. Contohnya perubahan

    tekanan darah yang terjadi mendadak dapat langsung menimbulkan hard exudate tanpa

    perlu mengalami perubahan-perubahan lain terlebih dulu.

    d. KLASIFIKASI

    Klasifikasi tradisional retinopati hipertensi pertama kali dibuat pada tahun 1939 oleh

    Keith et al. Sejak itu, timbul bermacam-macam kritik yang mengkomentari sistem klasifikasi

    yang dibuat oleh Keith dkk tentang relevansi sistem klasifikasi ini dalam praktek sehari-hari.

    Klasifikasi dan modifikasi yang dibuat tediri atas empat kelompok retinopati hipertensi

    berdasarkan derajat keparahan. Namun kini terdapat tiga skema mayor yang disepakati

    digunakan dalam praktek sehari-hari.(2,4,6,9)

    -Wagener-Barker (1939)

    Stadium Karakteristik

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    28/42

    Stadium I Penyempitan ringan, sklerosis dan tortuosity arterioles retina;

    hipertensi ringan, asimptomatis

    Stadium II Penyempitan definitif, konstriksi fokal, sklerosis, dan nicking

    arteriovenous; ekanan darah semakin meninggi, timbul beberapa

    gejala dari hipertensi

    Stadium III Retinopati (cotton-wool spot, arteriosclerosis, hemoragik); tekanan

    darah terus meningkat dan bertahan, muncul gejala sakit kepala,

    vertigo, kesemutan, kerusakan ringan organ jantung, otak dan fungsi

    ginjal

    Stadium IV Edema neuroretinal termasuk papiledema, garis Siegrist, Elschig spot;

    peningkatan tekanan darah secara persisten, gejala sakit kepala,

    asthenia, penurunan berat badan, dyspnea, gangguan penglihatan,

    kerusakan organ jantung, otak dan fungsi ginjal

    WHO membagikan stadium I dan II dari Keith dkk sebagai retinopati hipertensi dan

    stadium III dan IV sebagai malignant hipertensi

    Stadium Karakteristik

    Stadium 0 Ada diagnosis hipertensi tanpa abnormalitas pada retina

    Stadium I Penyempitan arteriolar difus, tiada konstriksi fokal, pelebaran refleks

    arterioler retina

    Stadium II Penyempitan arteriolar yang lebih jelas disertai konstriksi fokal, tanda

    penyilangan arteriovenous

    Stadium III Penyempitan fokal dan difus disertai hemoragik, copper-wire arteries

    Stadium IV Edema retina, hard eksudat, papiledema, silver-wire arteries

    Stadium Karakteristik

    Stadium 0 Tiada perubahan

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    29/42

    Stadium I Penyempitan arteriolar yang hampir tidak terdeteksi

    Stadium II Penyempitan yang jelas dengan kelainan fokal

    Stadium III Stadium II + perdarahan retina dan/atau eksudat

    Stadium IV Stadium III + papiledema

    Berdasarkan penelitian, telah dibuat suatu table klasifikasi retinopati hipertensi

    tergantung dari berat ringannya tanda-tanda yang kelihatan pada retina.(1,6)

    Retinopati Deskripsi Asosiasi sistemik

    Mild Satu atau lebih dari tanda berikut :

    Penyempitan arteioler menyeluruh

    atau fokal, AV nicking, dinding

    arterioler lebih padat (silver-wire)

    Asosiasi ringan dengan

    penyakit stroke, penyakit

    jantung koroner dan

    mortalitas kardiovaskuler

    Moderate Retinopati mild dengan satu atau lebih

    tanda berikut :

    Perdarahan retina (blot, dot atau

    flame-shape), microaneurysme,

    cotton-wool, hard exudates

    Asosiasi berat dengan

    penyakit stroke, gagal

    jantung, disfungsi renal dan

    mortalitas kardiovaskuler

    Accelerated Tanda-tanda retinopati moderate

    dengan edema papil : dapat disertai

    dengan kebutaan

    Asosiasi berat dengan

    mortalitas dan gagal ginjal

    Gambar 2. Mild Hypertensive Retinopathy. Nicking AV (panah putih) dan penyempitan focal

    arterioler (panah hitam) (A). Terlihat AV nickhing (panah hitam) dan gambaran copper wiring

    pada arterioles (panah putih) (B). (dikutip dari kepustakaan 1)

    http://1.bp.blogspot.com/_N-RTY7s9S4A/SFeGlAdnsCI/AAAAAAAAAH0/HxgjbRhNhL0/s1600-h/gambar1.jpg
  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    30/42

    Gambar 3. Moderate Hypertensive Retinopathy. AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot

    (panah hitam) (A). Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah

    putih) (B). (dikutip dari kepustakaan 1)

    Gambar 4. Multipel cotton wool spot (panah putih) dan perdarahan retina (panah hitam) dan

    papiledema. (dikutip dari kepustakaan 1)

    e. DIAGNOSIS

    Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Selain

    itu pemeriksaan penunjang seperti funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan tonometri

    terutama pada pasien lanjut usia dan pemeriksaan USG B-Scan untuk melihat kondisi di

    belakang lensa diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis pasti. Pemeriksaan

    laboratorium juga penting untuk menyingkirkan penyebab lain retinopati selain dari hipertensi.

    Pasien dengan hipertensi biasanya akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata.

    Penurunan penglihatan atau penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium III atau stadium IV

    peubahan vaskularisasi akibat hipertensi. Arteriosklerosis tidak memberikan simptom pada mata.

    Hipertensi dan perubahan arteriosklerosis pada fundus diketahui melalui pemeriksaan

    funduskopi, dengan pupil dalam keadaan dilatasi. Biasa didapatkan perubahan pada vaskularisasi

    http://4.bp.blogspot.com/_N-RTY7s9S4A/SFeGla_Bw8I/AAAAAAAAAIE/XfyUPh04A8c/s1600-h/gambar3.jpghttp://1.bp.blogspot.com/_N-RTY7s9S4A/SFeGlPVrO9I/AAAAAAAAAH8/dU0ZRoqghik/s1600-h/gambar2.jpghttp://4.bp.blogspot.com/_N-RTY7s9S4A/SFeGla_Bw8I/AAAAAAAAAIE/XfyUPh04A8c/s1600-h/gambar3.jpghttp://1.bp.blogspot.com/_N-RTY7s9S4A/SFeGlPVrO9I/AAAAAAAAAH8/dU0ZRoqghik/s1600-h/gambar2.jpg
  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    31/42

    retina, infark koroid tetapi kondisi ini jarang ditemukan pada hipertensi akut yang memberikan

    gambaran Elschnigs spot yaitu atrofi sirkumskripta dan dan proloferasi epitel pigmen pada

    tempat yang terkena infark. Pada bentuk yang ringan, hipertensi akan meyebabkan peningkatan

    reflek arteriolar yang akan terlihat sebagai gambaran copper wire atau silver wire. Penebalan

    lapisan adventisia vaskuler akan menekan venule yang berjalan dibawah arterioler sehingga

    terjadi perlengketan atau nicking arteriovenousa. Pada bentuk yang lebih ekstrem, kompresi ini

    dapat menimbulkan oklusi cabang vena retina (Branch Retinal Vein Occlusion/ BRVO). Dengan

    level tekanan darah yang lebih tinggi dapat terlihat perdarahan intraretinal dalam bentuk flame

    shape yang mengindikasikan bahwa perdarahannya berada dalam lapisan serat saraf, CWS dan/

    atau edema retina. Malignant hipertensi mempunya ciri-ciri papiledema dan dengan perjalanan

    waktu akan terlihat gambaran makula berbentuk bintang.

    Lesi pada ekstravaskuler retina dapat terlihat sebagai gambaran mikroaneurisme yang

    diperkirakan akan terjadi pada area dinding kapiler yang paling lemah. Gambaran ini paling jelas

    terlihat melalui pemeriksaan dengan angiografi. Keadaan stasis kapiler dapat menyebabkan

    anoksia dan berkurangnya suplai nutrisi, sehingga menimbulkan formasi mikroanuerisma. Selain

    itu, perdarahan retina dapat terlihat. Ini akibat hilang atau berkurangnya integritas endotel

    sehingga terjadi ekstravasasi ke plasma, hingga terjadi perdarahan. Bercak-bercak perdarahan

    kelihatan berada di lapisan serat saraf kelihatan lebih jelas dibandingkan dengan perdarahan yang

    terletak jauh dilapisan fleksiform luar. Edema retina dan makula diperkirakan terjadi melalui 2

    mekanisme. Hayreh membuat postulat bahwa edema retina timbul akibat transudasi cairan

    koroid yang masuk ke retina setelah runtuhnya struktur RPE. Namun selama ini peneliti lain

    percaya bahwa cairan edematosa muncul akibat kegagalan autoregulasi, sehingga meningkatkan

    tekanan transmural pada arterioles distal dan kapiler proksimal dengan transudasi cairan ke

    dalam jeringan retina. Absorpsi komponen plasma dari cairan edema retina akan menyebabkan

    terjadinya akumulasi protein. Secara histologis, yang terlihat adalah residu edema dan makrofag

    yang mengandung lipid. Walaupun deposit lipid ini ada dalam pelbagai bentuk dan terdapat

    dimana-mana di dalam retina, gambaran macular star merupakan bentuk yang paling dominan.

    Gambaran seperti ini muncul akibat orientasi lapisan Henle dari serat saraf yang berbentuk

    radier.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    32/42

    Pemeriksaan laboratorium harus mencantumkan permintaan untuk pengukuran tekanan darah,

    urinalisis, pemeriksaan darah lengkap terutama kadar hematokrit, kadar gula darah, pemeriksaan

    elektrolit darah terutama kalium dan kalsium, fungsi ginjal terutama kreatinin, profil lipid dan

    kadar asam urat. Selain itu pemeriksaan foto yang dapat dianjurkan termasuk angiografi

    fluorescein dan foto toraks. Pemeriksaan lain yang mungkin bermanfaat dapat berupa

    pemeriksaan elektrokardiogram.

    2.5.4. ABLASIO RETINA

    Definisi

    Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel

    epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membrane

    Bruch.

    b. Etiologi

    Robekan retina, Tarikan dari jaringan di badan kaca dan desakan tumor, cairan, nanah ataupun

    darah.

    c. Klasifikasi

    Terdapat tiga jenis utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio serosa atau

    hemoragik.

    1. Ablasio Retina Regmatogenosa

    Merupakan bentuk tersering dari ablasio retina. Pada ablasio retina regmatogenosa

    dimana ablasi terjadi akibat adanya robekan di retina sehingga cairan masuk ke belakang

    antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair

    (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina

    sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.

    Mata yang berisiko untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan myopia tinggi,

    pascaretinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer, 50% ablasi

    yang timbul pada afakia. Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan

    penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tirai yang menutup, terdapatnya ada

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    33/42

    riwayat pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan. Letak pemutusan retina

    bervariasi sesuai dengan jenis : Robekan tapal kuda sering terjadi pada kuadran

    superotemporal, lubang atrofi di kuadran temporal,dan dialysis retina di kuadran

    inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel maka defek biasanya terletak

    90satu sama lain.

    Gambar 4. Robekan tapal kuda

    Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan

    pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

    Gambar 5.

    2. Ablasio Retina Traksi

    Merupakan jenis tersering kedua, dan terutama disebabkan oleh retinopati diabetes

    proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati pada prematuritas, atau trauma mata.

    Ablasio retina karena traksi khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan cenderung

    lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora seratta. Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    34/42

    akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina, dan

    penglihatan turun tanpa rasa sakit.

    Gambar 6. Ablasio retina traksi

    3. Ablasio Retina Serosa Atau Hemoragik

    Ablasio ini adalah hasil dari penimbunan cairan dibawah retina sensorik, dan terutama

    disebabkan oleh penyakit epitel pigmen retina dan koroid. Penyakit degenerative, inflamasi, dan

    infeksi yang terbatas pada macula termasuk neovaskularisasi subretina yang disebabkan oleh

    berbagai macam hal, mungkin berkaitan dengan ablasio retina jenis ini.

    Gambar 7. Ablasio retina serosa

    d. Diagnosis

    Tabel 1. Gambaran Diagnosis Dari Tiga Tipe Ablasio Retina

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    35/42

    Regmatogenus Traksi Eksudatif

    Riwayat penyakit Afakia, myopia,

    trauma tumpul,

    photopsia, floaters,

    gangguan lapangan

    pandang yang

    progresif, dengan

    keadaan umum baik.

    Diabetes,

    premature,trauma

    tembus, penyakit sel

    sabit, oklusi vena.

    Factor-faktor sistemik

    seperti hipertensi

    maligna, eklampsia,

    gagal ginjal.

    Kerusakan retina Terjadi pada 90-95 %

    kasus

    Kerusakan primer

    tidak ada

    Tidak ada

    Perluasan ablasi Meluas dari oral ke

    discus, batas dan

    permukaan cembung

    tergantung gravitasi

    Tidak meluas menuju

    ora, dapat sentral atau

    perifer

    Tergantung volume

    dan gravitasi,

    perluasan menuju oral

    bervariasi, dapat

    sentral atau perifer

    Pergerakan retina Bergelombang atau

    terlipat

    Retina tegang, batas

    dan permukaancekung, Meningkat

    pada titik tarikan

    Smoothly elevated

    bullae, biasanya tanpalipatan

    Bukti kronis Terdapat garis

    pembatas, makrosis

    intra retinal, atropik

    retina

    Garis pembatas Tidak ada

    Pigmen pada vitreous Terlihat pada 70 %

    kasus

    Terlihat pada kasus

    trauma

    Tidak ada

    Perubahan vitreous Sineretik, PVD,

    tarikan pada lapisan

    Penarikan

    vitreoretinal

    Tidak ada, kecuali

    pada uveitis

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    36/42

    yang robek

    Cairan sub retinal Jernih Jernih atau tidak ada

    perpindahan

    Dapat keruh dan

    berpindah secara

    cepat tergantung pada

    perubahan posisi

    kepala.

    Massa koroid Tidak ada Tidak ada Bisa ada

    Tekanan intraocular Rendah Normal Bervariasi

    Transluminasi Normal Normal Transluminasi terblok

    apabila ditemukan lesi

    pigmen koroid

    Keaadan yang

    menyebabkan ablasio

    Robeknya retina Retinopati diabetikum

    proliferative, post

    traumatis vitreous

    traction

    Uveitis, metastasis

    tumor, melanoma

    maligna,

    retinoblastoma,

    hemangioma koroid,

    makulopati eksudatif

    senilis, ablasi

    eksudatif post

    cryotherapi atau

    dyathermi.

    Pemeriksaan:

    1. Pemeriksaan tajam penglihatan

    2. Pemeriksaan lapangan pandang

    3. Memeriksa apakah ada tanda-tanda trauma

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    37/42

    4. Periksa reaksi pupil. Dilatasi pupil yang menetap mengindikasikan adanya trauma.

    5. Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan vitreous untuk

    mencari tanda pigmen atau tobacco dust, ini merupakan patognomonis dari ablasio

    retina pada 75 % kasus.

    6. Periksa tekanan bola mata.

    7. Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop (pupil harus dalam keadaan berdilatasi)

    2.6.DIAGNOSA KASUS PADA SKENARIO

    Dari penjelasan diagnosa diferencial yang kami interprestasi dari keluhan yang ada

    dalam skenario serta gejala-gejala yang sesuai dengan skenario kami menarik suatu

    diagnose yaitu KATARAK

    2.7.PENATALAKSANAAN

    Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di

    mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.

    Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja

    ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik

    yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang

    mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat

    perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti

    diabetes dan glaukoma.

    Ada 2 macam teknik pembedahan ;

    1. Ekstraksi katarak intrakapsuler

    Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Ekstraksi jenis ini

    merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa dikeluarkan

    berama-sama dengan kapsul lensanya dengan memutus zonula Zinnyang telah pula

    mengalami degenerasi.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    38/42

    Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan dengan urutan berikut:

    1. Dibuat flep konjungtiva dari jam 9-3 melalui jam 12

    2. Dilakukan pungsi bilik mata depan dengan pisau

    3.

    Luka kornea diperlebar seluas 160 derajat

    4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaukoma blokade pupil pasca bedah

    5. Dibuat jahitan korneosklera

    6. Lensa dikeluarkan dengan krio

    7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah

    8. Flep konjungtiva dijahit.

    Penyulit pada saat pembedahan yang dapat terjadi adalah :

    Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama kapsulnya.

    Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul

    posterior akan tertinggal

    Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan.

    Bedah ekstraksi lensa intrakapsular (EKIK) masih dikenal pada negera dengan ekonomi

    rendah karena :

    Teknik yang masih baik untuk mengeluarkan lensa keruh yang mengganggu

    penglihatan

    Teknik dengan ongkos rendah.

    2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler

    Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan

    katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan

    Pada ekstraksi lensa ekstrakapsular dilakukan tindakan sebagai berikut:

    1. Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat dari jam

    2. 10 sampai jam 2

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    39/42

    3. Dibuat pungsi bilik mata depan

    4. Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior

    5. Dibuat luka kornea dari jam 10-2

    6. Nukieus lensa dikeluarkan

    7. Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul poserior saja

    8. luka komea dijahit

    9. Flep konjungtiva dijahit

    Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang akan membuat

    katarak sekunder.

    Fakoemulsifikasi

    Untuk mencegah astigmat pasa bedah EKEK, maka luka dapat diperkecil dengan tindakan

    bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan fako ini lensa yang katarak di fragmentasi dan

    diaspirasi.

    SICS

    Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik pembedahan

    kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.

    2.8. Komplikasi

    Komplikasi sementara dari bedah katarak yang paling umum terjadi adalah:

    mata terasagatal dan lengket serta pandang kabur setelah prosedur bedah katarak,

    kemerahan di bagian putih dari mata disertai dengan rasa kasar yang gatal,

    beberapa diantaranya akan mengalami rasa sakit pada mata, namun ini biasanya

    akan menghilang setelah satu atau dua minggu kemudian,

    sakit pada kelopak mata atau mata.

    Komplikasi bedah katarak paling serius dari semua komplikasi adalah lensa di belakang mata pecah saat

    prosedur bedah dilakukan. Komplikasi bedah katarak jenis ini akan menyebabkan kerusakan pada

    penglihatan. Jika ini yang terjadi, katarak akan jatuh dan hilang di belakang mata dan prosedur bedah

    lainnya harus dilakukan untuk mengambil katarak yang hilang tersebut.

    http://doktermu.com/Gatal/http://doktermu.com/Gatal/
  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    40/42

    Pencegahan

    Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga tidak

    diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi. Penggunaan tindakan

    keselamatan ditempat kerja dapat mengurangi insiden terjadinya katarak traumatic yang

    disebabkan oleh radiasi, panas, paparan x-ray. Penggunaan pelindung mata ketika memotong

    rumput, membersihkan semak dan kandang, bekerja dengan logam atau berpartisipasi dalam olah

    raga dapat menurunkan insiden terjadinya katarak traumatic dengan pencegahan terhadap cedera,

    perawatan secara teratur pada DM, hipoparatiroid, dan edermatitis atopik dapat mengurangi

    insiden terjadinya katarak yang berhubungan dengan penyakit sistemik ini.

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    41/42

    BAB III

    KESIMPULAN

    Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya

    menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena

    dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan

    yang kabur pada retina.

    Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile, kongenital,

    traumatic, toksik, asosiasi, dan komplikata. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur

    operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak

    diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Karena kekeruhan

    (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga tidak diketahui

    pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi

  • 8/11/2019 BAB I INDRA - Mata Tenang

    42/42

    DAFTAR PUSTAKA

    Ilyas S., 2008.Ilmu Penyakit Mata.3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,

    lyas S., 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mataedisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm :128.

    Mansjoer, Arif. 2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.

    Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.

    Vaughan DG. Asbury T. Eva PR. Oftamologi umum. Ed 14. Jakarta: Widya Medika. 2000