Bab i II III IV Suksesi 3

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Misalnya pada sebidang kebun jagung yang setelah panen ditinggalkan dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis (Resosoedarmo, 1990). Pada awalnya, komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan terna seperti badotan, rumput pahit, rumput teki, dan sebagainya. Tetapi beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, yang terlihat adalah komunitas yang sebagian besar tersusun oleh tumbuhan perdu dan pohon seperti kirinyu, senduduk, laban, dan sebagainya, atau dapat pula hanya terdiri atas alang-alang. Bila tidak terjadi gangguan apa pun selama proses tersebut berjalan akan terlihat bahwa perubahan itu berlangsung ke satu arah (Irwan, 1992). Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi 1

description

macam suksesi

Transcript of Bab i II III IV Suksesi 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Misalnya pada sebidang kebun jagung yang setelah panen ditinggalkan dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis (Resosoedarmo, 1990).

Pada awalnya, komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan terna seperti badotan, rumput pahit, rumput teki, dan sebagainya. Tetapi beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, yang terlihat adalah komunitas yang sebagian besar tersusun oleh tumbuhan perdu dan pohon seperti kirinyu, senduduk, laban, dan sebagainya, atau dapat pula hanya terdiri atas alang-alang. Bila tidak terjadi gangguan apa pun selama proses tersebut berjalan akan terlihat bahwa perubahan itu berlangsung ke satu arah (Irwan, 1992).

Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi (Resosoedarmo,1990). Menurut Syafei, (1990), perubahan ekosistem ini pada dasarnya dapat disebabkan oleh berbagai penyebab utama, yaitu:a) Akibat perubahan iklim

b) Pengaruh dari faktor luar

c) Karakteristika dalam sistem sendiri.Selain itu perubahan ekosistem juga berdampak pada perubahan lingkungan hidup dan masalah konservasi lingkungan hidup. Oleh karena itu, perlu dikaji mengenai pengetahuan akan definisi dari suksesi, faktor penyebab terjadinya suksesi, penggolongan-penggolongan suksesi, terjadi tahapan-tahapan suksesi, struktur dan keanekaragaman dari tumbuhan, konsep klimaks pada suksesi, contoh dari suksesi, sistem dari suksesi, faktor waktu dapat mempengaruhi suksesi, kepentingan dari suksesi bagi lingkungan, dampak akibat terjadinya suksesi, dan kebermaknaan dari suksesi. Hal ini bertujuan agar mahasiswa biologi dan masyarakat umum dapat menerapkan sedikit pengetahuannya akan suksesi untuk mengurangi dampak negatif akibat suksesi yang telah terjadi.1.1 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:1. Jelaskan definisi dari suksesi?

2. Apa faktor penyebab terjadinya suksesi?3. Bagaimana penggolongan suksesi?4. Bagaimana terjadi tahapan suksesi?5. Bagaimana struktur dan keanekaragaman dari tumbuhan?6. Bagaimana konsep klimaks pada suksesi?7. Bagaimana contoh dari suksesi?8. Bagaimana sistem dari suksesi?9. Bagaimana faktor waktu dapat mempengaruhi suksesi?10. Bagaimana kepentingan dari suksesi bagi lingkungan?11. Bagaimana dampak akibat terjadinya suksesi?12. Bagaimana kebermaknaan dari suksesi?1.2 TUJUAN

Dari perumusan masalah di atas dapat dirumuskan tujuan penyusunan makalah ini adalah:

1. Mengetahui definisi dari suksesi.2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya suksesi.3. Mengetahui penggolongan-penggolongan suksesi4. Mengetahui terjadi tahapan-tahapan suksesi.5. Mengetahui struktur dan keanekaragaman dari tumbuhan.6. Mengetahui konsep klimaks pada suksesi.7. Mengetahui contoh dari suksesi.8. Mengetahui sistem dari suksesi.9. Mengetahui faktor waktu dapat mempengaruhi suksesi.10. Mengetahui kepentingan dari suksesi bagi lingkungan.11. Mengetahui dampak akibat terjadinya suksesi.12. Mengetahui kebermaknaan dari suksesi.BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI DAN KONSEP SUKSESI

2.1.1 Definsi SuksesiSemua interaksi dan ciri-ciri dari ekosistem dapat menuju suatu perubahan dalam alam ini. Rantai makanan memberikan kesempatan pada organisma untuk memainkan perannannya. Perbedaan musim membawa perubahan seperti temperatur yang bervariasi, adanya pengendapan dan lain-lain. Hal ini menyebabkan perubahan pada pertumbuhan tumbuhan. Kemungkinan perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem berjalan sangat lambat sekali sampai berpuluh ribu tahun dikenal dengan sebutan suksesi (Ramli, 1989). Suksesi adalah suatu proses perubahan yang berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru, yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan kata lain, suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem (Arianto Sam, 2008).Pengertian suksesi adalah proses perubahan ekosistem dalam kurun waktu tertentu menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur dan stabil. Proses suksesi akan berakhir apabila lingkungan tersebut telah mencapai keadaan yang stabil atau telah mencapai klimaks. Ekosistem yang klimaks dapat dikatakan telah memiliki homeostatis, sehingga mampu mempertahankan kestabilan internalnya (Admin, 2010). Menurut Tansley (1920), suksesi adalah perubahan yang perlahan lahan dari komunitas tumbuhan dalam suatu dareah tertentu di mana terjadi pengalihan dari satu jenis tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya pada tingkat populasi.2.1.2 Konsep Suksesi SereSerangkaian komunitas secara keseluruhan yang terbentuk di suatu daerah tertentu.

Suksesi Perubahan berurutan dan bertahap dari komunitas pada suatu wilayah ekosistem tertentu hingga membentuk suatu komunitas baru. Klimaks Suatu keadaan seimbang-dinamis dari populasi yang menentukan dalam perjalanan suksesi ekologis yang optimum. Suksesi klimaks akan terbentuk jika keadaan flora dan fauna dalam keadaan stabil.

Dalam perjalanan waktu, semua bentuk ekosistem akan mengalami perubahan baik struktur maupun fungsinya. Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi lokal kecil sifatnya, sehingga tidak memberikan arti yang penting. Perubahan lainnya mungkin sangat besar atau kuat sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan.

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya SuksesiSuksesi bisa disebabkan oleh :

a. Akibat perubahan iklim

Perubahan atau fluktuasi iklim dalam skala dunia yang meliputi ribuan tahun telah memberikan reaksi penyesuaian dari ekosistem di dunia ini. Bentuk perubahan ini meliputi perubahan dalam perioda waktu yang lama dari penyebaran tumbuhan dan juga hewan yang akhirnya sampai pada bentuk-bentuk ekosistem sekarang.b. Suksesi allogenik (karena pengaruh dari luar) Faktor luar seperti penenbangan pohon, api (kebakaran hutan), adanya kilat, penginjakan atau polusi, penggarapan tanah, penggalian batu-batuan dan lain lain dapat menginduksi perubahan ekosistem baik untuk sementara maupun waktu yang relatif lama.c. Suksesi autogenik (karena pengaruh dari dalam)Ini merupakan suksesi ekologi, yang dapat di artikan sebagai perubahan dalam ekosistem yang berkembang ke arah pemasakan atau pematangan atau Steady state . Seperti yang di pahami bahwa ekosistem merupakan sistem yang terbuka, mempunyai kapasitas untuk pengaturan diri oleh sistem umpan balik negatif, artinya ekosistem mengarah pada keseimbangannya, berupa ekosistem yang stabil.Clements (1916) menuliskan pendapat-pendapatnya yang sangat persuasive, ia menyatakan bahwa vegetasi dapat di sejalankan dengan organism super mampu memperbaiki atau mengelola dirinya sendiri bila terjadi gangguan atau kerusakan, ia juga mengenalkan adanya enam unsur yang akan terjadi sehubungan dengan proses suksesi yaitu:

Penggundulan yang mengakibatkan terjadinya substrat baru

Migrasi kehadiran migrula atau organ pembiak tumbuhan.

Eksesis perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi, dan penyebaran

Kompetisi, persaingan sehingga pengusiran satu spesies oleh spesies lainnya

Reaksi, perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan

Stabilisasi, yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang matang.

Faktor yang memengaruhi proses suksesi, yaitu:

1. Luasnya habitat asal yang mengalami kerusakan.

2. Jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu.

3. Kecepatan pemencaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut.

4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora, dan benih lain serta curah hujan yang sangat berpengaruh dalam proses perkecambahan.

5. Jenis substrat baru yang terbentuk.

6. Sifat sifat jenis tumbuhan

2.3 Penggolongan SuksesiSuksesi progresesif adalah perubahan komunitas tumbuhan atau vegetasi yang di kemukakan atas dasar menggambarkan bertambah kayanya suatu daerah oleh berbagai jenis tumbuhan yang hidup di atasnya. Perubahan vegetasi dapat pula mengarah pada penurunan jumlah jenis tumbuhan, penurunan kompleksitas struktur komunitas tumbuhan. Hal ini terjadi biasanya akibat penurunan kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi habitat. Perubahan komunitas tumbuhan mengarah ke yang lebih sederhana ini disebut suksessi retrogresif atau suksesi regresif. Perubahan vegetasi di alam sebenarnya bisa dibedakan dalam tiga bentuk umum yaitu:a. Perubahan fenologis yang tidak saja terjadi karena adanya masa-masa berbunga, berubah biji, berumbi, gugur daun dan sebagainya, tetapi juga terjadi pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan tertentu dalam perjalanan waktu atau musim yang memperkaya komunitas tumbuhan itu, misalnya pada habitat padang pasir dengan hadirnya tumbuhan setahun dan geofita setelah hujan turun, dan ini terjadi satu kali untuk beberapa tahun.

b. Perubahan suksesi primer, pembentukan komunitas tumbuhan pada suksesi primer ini berasal dari suatu substrat yang sebelumnya tidak pernah mendukung komunitas tumbuhan. Substrat baru yang terbentuk bisa berasal dari sistem air sebagai hasil dari proses pendangkalan, suksesi yang terjadi di sebut suksesi hidroseres (clements) atau hidrark (cooper). Bila substrat baru berasal dari sistem darat, batuan, pasir, dan sebagainya maka suksesinya disebut suksesi xeroseres atau xerark.

c. Perubahan suksesi sekunder yakni perubahan yang vegetasi yang nonfenologis dan terjadi dalam ekosistem yang telah matang. Ini termasuk suksesi normal, berirama dan katastrofik seperti yang di klasifikasikan oleh gams. Suatu suksesi sekunder berasal hanya dari suatu kerusakan ekosistem secara tidak menyeluruh atau tidak total kerusakannya. Misalnya pada daerah pertanian setelah terjadi panenan, juga pada daerah hutan akibat terjadinya pohon tumbang. Pada suksesi sekunder ini dapat bersifat satu arah atau siklik.

Gams (1918) dalam Tansley (2002), mengemukakan bahwa suksesi bisa terjadi secara alami, tetapi bisa juga timbul karena perbuatan manusia. Keduanya tidak berbeda secara mendasar. Hutan yang yang hancur karena di tebang oleh manusia atau dihancurkan akibat longsor atau angin topan, proses suksesi yang terjadi akan relatif sama. Gams mengkategorikan suksesi ini dalam tiga keadaan yaitu :1. Suksesi dengan urutan normal, yang berasal dari adanya pengaruh terhadap vegetasi yang terus menerus dan cepat. Misalnya vegetasi rumput yang selalu terinjak-injak ternak, dimamah biak, dijadikan tempat beristirahat ternak atau tempat guling-gulingan ternak. Kondisi vegetasi akan mengalami fasa perubahan masa ternak tetap berada di tempat itu.

2. Suksesi dengan urutan berirama yang berasal dari gangguan berulang-ulang, mungkin siklis tetapi mempunyai interval waktu satu gangguan dengan gangguan berikutnya. Misalnya terjadi perubahan vegetasi karena adanya proses rotasi dalam pemanfaatan lahan pertanian.

3. Suksesi dengan urutan katastrofik, yang terjadi secara hebat dan tiba-tiba, tidak berirama, seperti meletusnya gunung merapi, gempa bumi, kebakaran, penebangan, pengeringan habitat akuatika, yang kesemuanya ini bisa menimbulkan dampak katastrofik pada komunitas tumbuhan, yang kemudian cepat atau lambat akan diikuti oleh suatu proses suksesi tumbuhan.2.4 Tahapan Tahapan SuksesiProses suksesi dapat terjadi melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :a. KolonisasiTahap awal dari suksesi adalah kolonisasi, selama tahap tersebut habitat yang kosong dipenuhi oleh oraganismeorganisme. Kolonisasi ini memerlukan : pertama, bahwa organisme tersebut sampai dilokasi dan kedua, organisme tersebut menjadi mantap disana. Kemampuan organisme untuk sampai pada suatu tempat tergantung pada kemampuan dispersal individu tersebut dan isolasi yang ada pada daerah tersebut.

b. Modifikasi TempatDari tahap kolonisasi, organismeorganisme yang berdiam di daerah itu akan mengubah sifatsifat tempat tersebut. Koloni awal dari suksesi primer pada daerah terestial biasanya adalah mikroorganismemikroorganisme tanah seperti misalnya lichens (lumut kerak) yang merupakan kolonis permulaan dari bebatuan vulkanik. Organisme ini akan mempengaruhi sifatsifat batuan yang didiami. Merupakan pengubahan sifat-sifat tempat (habitat) yang dilakukan oleh koloni makhluk hidup.

c. Variabilitas RuangTahap berikut dari modifikasi ruang adalah peningkatan variabilitas ruang (spasial) habitat. Contohnya adalah Dryas drummndii adalah tanaman pembentuk hutan yang terpenting pada suksesi awal di Alaska. Tumbuhan ini menghasilkan gradient sifat tanah. Bahan organik tanah bervariasi pada bagian tengah hutan dan pada bagian tepi hutan. Penutupan vegetasi umumnya berpengaruh pada perbaikan temperatur, cahaya, dan evaporasi. Oleh karena transpirasi hutan akan cenderung menciptakan kelembapan internal yang tinggi, kehilangan air dari organisme yang ada dihutan mungkin akan berkurang. Temperatur udara akan lebih rendah dalam tegakan suksesi-suksesi yang lebih tua.

Pada Suksesi terdapat dua jenis yaitu yang dikenal dengan suksesi primer dan suksesi sekunder, yang membedakan antara suksesi primer dan suksesi sekunder terletak pada kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi, dibawah ini penjelasan mengenai suksesi primer dan suksesi sekunder :

1. Suksesi Primer

Suksesi primer ialah suksesi yang terjadi pada suatu daerah yang kosong yang belum pernah ditumbuhi oleh tumbuhan. Misalnya karena adanya aliran larva dimana kondisi tanah pada saat pertama tidak memungkinkan untuk adanya pertumbuhan bagi tumbuh-tumbuhan. Hal yang sama terjadi pada lingkungan gurun pasir yang sangat gersang. Pengaruh dari temperatur yang tinggi dan kelambaban yang kecil dan sangat miskinnya hara yang terdapat disana, hanya memungkinkan jenis rumput tertentu yang dapat hidup disitu. Beberapa jenis hewan seperti singa dan jenis reptil dan kalajengking dapat hidup pada temperatur yang tinggi dan membuat tempat tinggal pada gurun pasir itu. Komunitas ini merupakan tahap pioner pada suksesi habitat ini.

Perubahan yang terjadi pada struktur tanah dapat pula merubah struktur ekologis misalnya lapisan humus yang terdapat pada daerah hutan gugur lebih tebal dari daerah taiga. Aktivitas cacing tanah memungkinkan air dan udara lebih banyak memasuki lapisan tanah sehingga tanah akan menjadi gembur dan subur. Apakah cacing tanah merupakan faktor yang menentukan perubahan struktur tanah ? terlepas dari kenyataan ini cacing tanah ternyata tidak dapat memasuki bagian bawah dari lapisan daerah taiga. Faktor ini menyebabkan perubahan derajat keasaman yang dikandung humus. Cacing tanah bukanlah satu-satunya hewan didalam tanah meskipun penting sekali. Fauna dalam tanah lebih banyak dibandingkan fauna yang didapatkan dalam danau atau sebagian dari habitat laut. Jumlah insekta yang banyak dan beraneka ragam dapat mempengaruhi lingkungan tanah dan merusak jenis tumbuhan. Jenis insekta itu misalnya Arachnida, tungau, Collembola, organisme jenis lain dari Rotifera dan Protozoa. Suatu contoh yang menarik dikemukakan bahwa kentang tidak dapat subur pertumbuhannya bila tekur dari nematoda jumlahnya kurang dari 40 per gram tanah. Sisa-sisa bahan organik dari organisme-organisme membangun suatu humus dalam tanah, lebih banyak zat hara dan kelembapan terjadi dan akan menyebabkan perkecambahan biji-biji dari pohon cheri, bunga akan menyebabkan perkecambahan bii-biji dari pohon cheri, bunga willow dan cottonwood. Bermacam-macam jenis insekta dan burung akan bersarang pada stage ini. Kondisi tanah yang terus membaik memungkinkan biji pohon pinus tumbuh dan akhirnya membuat naungan pada pohon cottonwood. Setelah beberapa tahun pinus menjadi lebih tinggi dan menghambat keberadaan pohon cottonwood. Serai stage yang agak serupa dengan hubungan yang terjadi pada tanah pertanian seperti oak dan hickory dapat pula terjadi disini (Ramli, 1989).Suksesi primer terjadi ketika komunitas awal terganggu dan mengakibatkan hilangnya komunitas awal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal tersebut akan terbentuk substrat dan habitat baru.a. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai.

b. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.

Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karena aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus mengadakan pelapukan lahan. Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.

Gambar 2.1 Suksesi primer Perubahan yang terjadi selam proses suksesi:

1.Perkembangan sifat substrat/tanah

2.Pertambahan kepadatan komunitas

3.Peningkatan pemanfaatan SDL

4.Perubahan iklim mikro

5.Komunitas menjadi lebih kompleks

Gambar 2.2 Skema : Proses suksesi primer2. Suksesi SekunderSuksesi sekunder ialah suksesi yang terbentuk dari suatu daerah yang komunitasnya telah dihilangkan baik membabat atau membakar komunitas tumbuh-tumbuhan itu. Suksesi ini dapat pula terjadi pada suatu tempat yang dapat dihuni oleh organisme dimana zat hara dan kondisi-kondisi yang terdapat disaat tidak menguntungkan bagi organisme itu. Pada suatu kolam atau danau yang mengandung slit dari tanah sekelilingnya dan sisa organik dari organisme yang larut dalam air, alga akan hidup baik di situ, adanya tumbuhan air seperti Elodea dan Cabomba kemudian tumbuhan berdaun yang terapung seperti Cattail water illy (sejenis teratai) dan Pickerel wee. Kolam itu suatu semak sekarang. Tumbuhan berkayu dan rumput-rumput banyak terdapat sebagai semak-semak itu. Suksesi sekunder akan terjadi pada suatu substrat yang sebelumnya didukung oleh suatu komunitas seperti pada nimfa petani yang menghilangkan suatu klimaks dari suatu hutan. Suksesi sekunder biasanya terjadi sebagai proses yang berjalan lebih pendek dibandingkan suksesi primer karna proses pembentukan tanah tidak terlalu penting terdapat disini. Ada tiga aspek yang penting mengenai suksesi ini yaitu ; 1. Suatu urutan yang khas dari tumbuhan yang terdapat pada tempat yang tersedia

2. Tiap komunitas akan menyiapkan kedudukan dari urutan berikutnya dari tumbuhan pendatang. Akhir dari urutan itu akan merupakan komunitas klimaks yang mantap.Apabila dalam suatu ekosistem alami mengalami gangguan, baik secara alami ataupun buatan (karena manusia), dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme yang ada sehingga dalam ekosistem tersebut substrat lama dan kehidupan lama masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang laut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja. Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.

Gambar 2.3 Suksesi sekunder karena penebangan hutan

Gambar 2.4 : Suksesi sekunder karena kebakaran hutan

Kebakaran sering kali terjadi seiring dengan datangnya musim kering atau yang dikenal juga dengan musim kemarau. Kebakaran dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor baik yang disebabkan oleh kesalahan manusia maupun faktor kondisi alam, kebakaran yang terjadi karena gejala alam sering terjadi di musim kemarau dengan suhu panas yang tinggi memudahkan bahan organik kering mudah terbakar jika tersulut dengan api, bencana kebakaran pun lebih banyak menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi setelahnya dan bahkan menimbulkan kerugian material. Kebakaran tidak hanya terjadi di pemukinaan masyarakat, kebakaran hutan juga sering kali terjadi di sebagian wilayah Indonesia, bencana ini dapat melenyapkan ekosistem didalamnya. Tidak hanya hilangnya vegetasi hutan, kerusakan habitat satwa dan sumber pakannnya juga mengakibatkan mereka harus bergerak ke habitat lain.Kebakaran pada tahun 2006 yang terjadi kawasan Taman Nasional Tanjung Puting menghabiskan hampir 1/5 kawasan SPTN III, Resort Tanjung Harapan daerah Beguruh yang sebagian besar vegetasinya hutan rawa gambut. Selain didaerah Beguruh kebakaran sering terjadi di SPTN I, Resort Pondok Ambung yang berbatasan dengan perkebunan sawit. Kebakaran yang terjadi dibelakang Stasiun Penelitian Pondok Ambung satu tahun yang lalu, tepatnya tanggal 20 Februari 2008 menyebabkan hilangnya vegetasi yang ada di sana, bencana yang menyebabkan hilangnya vegetasi seluas 6,6 ha yang terjadi akibat dari kelalaian manusia yang didukung dengan kondisi cuaca. Kebakaran yang terjadi dapat dikendalikan dan api berhasil dipadamkan dengan kerjasama oleh berbagai pihak yang terkait dalam kurun waktu 5 jam, dalam proses pemadaman kendala yang dihadapi terkait dengan peralatan yang digunakan untuk pemadaman api. Dengan berjalannya waktu, hutan yang telah habis terbakar tersebut secara perlahan akan terjadi proses suksesi sekunder dimana jenis-jenis vegetasi pioneer akan tumbuh menggantikan vegetasi sebelumnya yang telah musnah, seiring dengan tumbuhnya vegetasi pioner ini menggundang satwa liar seperti rusa untuk datang dan memakan daun muda dan rumput yang terdapat disana. Proses suksesi akan terjadi bertahun-tahun untuk mengembalikan kondisi hutan dengan tumbuh jenis-jenis yang toleran terhadap cahaya.

Pada tanggal 20 Feb 2009, tepat satu tahun kebakaran staf Pondok Ambung melakukan kegiatan analisis dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan yang dapat tumbuh kembali di hutan yang telah terbakar, dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis vegetasi yang tumbuh dalam proses suksesi, struktrur dan komposisi jenis sehingga dapat menggambarkan kondisi hutan. Tidak hanya untuk jenis tumbuhan tingkat tinggi, data yang diambil meliputi jenis paku-pakuan, semak dan jenis rumput-rumputan. Dari hasil kegiatan yang dilakukan didapatkan data keragaman jenis di lahan terbakar, jenis yang dapat tumbuh diantaranya beberapa jenis pohon, paku-pakuan, tumbuhan semak, rumput-rumputan dan kantung semar. Kantung semar yang tumbuh dilahan terbakar adalah jenis Nepenthes rafflesiana yang memiliki ciri bentuk kantong bawah oval dengan warna merah marun dan memiliki dua sayap yang cukup lebar. Jenis paku-pakuan yang mendominasi tumbuh pada lahan terbakar ialah jenis Gleichenia linearis dan Lycopodium cernuum. Pada tingkat vegetasi semak jenis yang dapat tumbuh adalah Melastoma malabathricum, Ochthocharis bornensis, Achasma coccineum Val. Blumea balsamifera dan Sesaraian. Dari suku rumput-rumputan dapat ditemukan dua koloni suku poaceae dan Cyperaceae. Dari suku poaceae ditemukan tiga jenis yaitu Digitaria ischaemum, Sorghum halepense dan Pennistrum purpureum, sedangkan dari suku Cyperaceae ditemukan 4 jenis yaitu Eleocharis parvula, Cyperus kyllingia, Cyperus distans dan Cyperus paniceus.

Gambar 2.5 Tanaman Lycopodium cernuumUntuk vegetasi pohon, jenis-jenis yang dapat tumbuh adalah jenis Schima wallichii korth, Garcinia sp, Rhodamina cinerea, Eugenia sp dan jenis lainnya. Dari beberapa jenis pohon yang tumbuh, jenis Schima wallichii korth lebih mendominasi tumbuh. Saat melakukan kegiatan analisis dan identifikasi di hutan bekas kebakaran sering ditemukan jejak, kotoran dan tumbuhan yang telah dimakan rusa, daun muda dari jenis sesaraian menjadi sumber pakan rusa. Walaupun sumber pakannnya terdapat di lahan terbakar tetapi intensitas bertemu dengan rusanya sangat jarang.Suksesi tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut eutrofik.2.5 Struktur dan Keaneragaman

Stratifikasi

Sere awal biasanya terdiri dari kelompok-kelompok tumbuhan pendek yang tidak merata penyebarannya dan dengan pelapisan yang sederhana. Suksesi berjalan terus, tumbuhan yang lebih tinggi bentuk lapisan tambahan dan terjadi peneduhan. Koloni tumbuhan lama menyingkir dari keteduhan dan diganti dengan jenis tumbuhan bawah lainnya yang biasa hidup dibawah naungan perdu, suatu formasi hutan klimaks akhirnya terbentuk dengan identifikasinya yang kompleks, untuk hutan tropika misalnya dikenal dengan pelapisan dari kanopi pohon, lapisan perdu, dan lapisan dasar yang terdiri dari lumut.

Pengecualian-pengecualian untuk terbentuknya stratifikasi kompleks ini memang juga bisa terjadi, misalnya pada hutan, lapisan kanopi pohon yang kerap dan mengakibatkan energi cahaya tidak memungkinkan untuk menunjang vegetasi dasar. Fenomena ini dapat diketemukan di hutan alami yang padat atau rapat kanopinya, baik di tropika maupun di temperate. Meningkatnya kekomplekkan struktur vertikal dari ekosistem diikuti oleh agregasispasial dari fungsi diantara lapisan, contoh yang baik adalah di hutan, fotosintesis terjadi di lapisan kanopi pohon, penguraian berada di lapisan dasar atau permukaan tanah, dan batang-batang pohon mengangkut kembali nutrisi ke kanopi. Pelapisan yang sama dari struktur dan fungsi terjadi selama suksesi di lautan dan danau.produksi terjadi di lapisan permukaan sedangkan pengeruaian lebih banyak terjadi pada dasar perairan.nutrisi di kembalikan ke permukaan akibat pengadukan oleh arus atau angin. Dengan demikian meskipun ada perbedaan dalam pengendalian nutrisi, rupanya untuk semua ekosistem berkembang pelapisan dari struktur dan fungsi selama suksesi.Keaneragaman Jenis

Peningkatan yang cepat dari jumlah jenis merupakan gambaran pada fasa awal suksesi, banyak tumbuhan yang berkoloni. Gambaran pertama dari suksesi, peningkatan diversitas jenis cepat, dan fasa berikutnya laju peningkatan berjalan lambat. Jumlah jenis yang berbeda dalam ekosistem mungkin meningkat terus sampai terbentuknya komunitas klimaks, tetapi banyak pula terjadi penurunan keaneragaman sampai akhir dari suksesi. Penurunan keaneragaman ini terjadi akibat kompetisi, tumbuhan yang dominan pada seral akhir besar-besar dan lebih kompleks sejarah pertumbuhannya daripada tumbuhan pada seral awal. Dengan demikian hasil dari kompetesi tidak banyak terbentuk ragam dari jenis. Pada suksesi dengan hasil akhir hanya terdiri dari beberapa jenis dominan, seral intermedier mengandung jumlah yang maksimum. Keaneragaman jenis dapat meningkat terus sebagai komunitas klimaks, apabila struktur dan energi yang tersedia mendukungnya, contoh yang baik adalah di tropika, hutan penghujan tropika mempunyai struktur yang kompleks dan didominasi berbagai jenis tumbuhan serta disuplai oleh sejumlah energi yang melimpah berbagai habitat tercipta dan terpakai sampai terbentuk klimaks.2.6 Konsep Klimaks

Gambar 2.6 Skema Konsep KlimaksTeori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah kepada suatu komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks. Fasa klimaks ini mempunyai sifat-sifat tertentu, dan yang terpenting adalah :

a) Fase klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbangannya antara lingkungan biologi dengan lingkungan non biologinya.

b) Komposisi jenis pada fasa klimaks relatif tetap atau tidak berubah

c) Pada fasa klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dari materi organik, sehingga tidak ada perubahan yang tidak berarti.

d) Fasa klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah terbentuknya suatu komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut :

1. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.

2. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau

3. Xeroser yaitu suksesi yang terbentuk di daerah gurun.

Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominan. Berdasarkan pengaruh musim terhadap bentuknya komunitas klimaks, terdapat dua teori sebagai berikut :1. Teori monoklimaks

Dalam teorinya pada tahun 1916 clements menyatakan bahwa komunitas klimaks untuk suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Dia memperkirakan bahwa pada waktu yang cukup dan bebas dari berbagai pengaruh gangguan luar suatu bentuk umum mengatasi klimaks yang sama akan terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama. Dengan demikian iklim sangat yang menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini difahami sebagai teori monoklimaks dan diterima secara luas oleh para pakar botani pada pertengahan awal dari abad ini. Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat kenyataan bahwa banyak sekali variasi lokal dalam suatu vegetasi yang telah berada dalam suatu bentuk klimaks di suatu daerah iklim tertentu. Variasi-variasi ini oleh Clements dianggap fasa seral meskipun berada dalam keadaan stabil. Clements menganut teori klimaks ini didasarkan pada keyakinan dan waktu yang panjang, di mana perbedaan-perbedaan lokal dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan tetap berubah menjadi bentuk vegetasi regiolnya apabila diberi waktu cukup lama.Penanaman-penanaman khusus diberikan untuk menggambarkan perbedaan-perbedaan vegetasi lokal ini. Istilah subklimaks dipergunakan untuk suatu fase seral akhir yang berkepanjangan yang akhirnya akan berkembang juga kebentuk klimaksnya. Sedangkan istilah Disklimaks dipakai untuk komunitas tumbuhan yang menggantikan bentuk klimaks setelah terjadi kerusakan.

Gambar 2.7 Skema Proses Terjadinya Vegetasi Klimaks Paham Monoklimaks2. Teori Poliklimaks

Beberapa pakar biologi berpendapat bahwa teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak memberikan kemungkinan untuk menerangkan variasi lokal dalam suatu komunitas tumbuhan. Dalam tahun 1939 Tansley, seorang pakar botani dari inggris, mengusulkan suatu alternatif yaitu teori poliklimaks, dengan teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaik dari bentuk klimaks dari setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas klimaks erat hubungannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya yaitu meliputi tanah, drainage, dan berbagai faktor lainnya. Teori poliklimaks mengenai kepentingan dari iklim, tetapi faktor-faktor lain hendaknya jangan dipandang sebagai fenomena yang bersifat temporal.Teori poliklimaks mempunyai keuntungan yang besar, dalam memandang semua komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa dianggap sebagai bentuk klimaks. Teori poliklimaks ini ternyata pendekatannya tidak bersifat kaku, sehingga dapat diterima dikalangan pakar secara luas.3. Teori Potensi Biotik atau Pola Klimaks Hipotetis

Dalam tiga dekade terakhir para pakar menyadari bahwa komunitas klimaks tidak ditentukan oleh hanya satu atau beberapa faktor pengontrol. Setiap komunitas merupakan fungsi dari semua faktor lingkungan yang berinteraksi terhadapnya, seperti iklim, tanah, topografi dsb. Dengan demikian sekian banyak bentuk klimaks akan terjadi akibat kombinasi dari kondisi-kondisi tadi. Pemikran ini pertama-tama diformulasikan oleh R.H WHITaker tahun 1990an. Ia menekankan bahwa komunitas alami berdaptasi terhadap seluruh pola dari faktor lingkungan dan komunitas klimaks itu akan bervariasi secara teratur meliputi suatu region dan merefleksikan perubahan faktor-faktor (suhu, tanah, bentuk lahan dsb) secara gradual, klimaks dari setiap itu. Pemikiran ini dikenal sebagai pola klimaks hipotesis atau teori potensial biotik.

Pendekatan ini sedikit lebih abstrak daripada teori monoklimaks dan poliklimaks. Pendekatan ini memberi kemungkinan untuk penelahan yang lebih realistis dari komunitas klimaks. Pada dewasa ini timbul tantangan-tantangan baru terhadap konsep-konsep klimaks ini. Berbagai ahli percaya bahwa suksesi berkecenderungan membentuk ekosistem yang kompleks dan lebih stabil, tetapi mereka merasakan bahwa karakteristika dari hasil akhir perlu untuk dikaji kembali. Ini merupakan tantangan untuk kemajuan ekologi, dimana pada dewasa ini telah masuk dalam kajian yang modern dan tidak terbelenggu dalam pola pemikiran yang bersifat filosofis serta deskriptif lagi. Klimaks adalah relative stabil dan bertahan lama bila dibandingkan dengan tahap permulaannya, hal ini tidak diketahui bila suatu komunitas adalah komplet selfpertuating dan permanen. Catastrophes seperti kilat, kebakaran dan periode yang panjang dari kekeringan dapat memperpendek jangka hidup dari suatu komunitas. Contohnya bila padang rumput menunjukkan suatu seri dari tahun kekeringan ia akan kembali kebelakang pada tahap suksesi awalnya mengandung lebih dari tahunannya dan perennial kehidupan yang pendek. Beberapa kejadian yang menunjukkan bahwa suatu proses umur kemungkinan mengambil tempat pada hutan yang sudah lama. Pohon-pohon muda mungkin tidak menggantikan pohon yang lebih dewasa mati, dan mineral daur dan aliran energi rata-rata akan menjadi turun secara lambat. Beberapa ahli ekologi menyatakan bahwa klimaks yang lama dapat menjadi mati dan digantikan oleh komunitas yang muda, kemungkinannya berbeda dalam peningkatan spesies.

2.7 Beberapa Contoh SuksesiAhli botani W.S. Cooper menjelaskan bahwa suksesi primer pada suatu morain yaitu sisa-sisa tumbunan yang dibawa oleh es dari puncak gunung yang mengalir ke lereng gunung (glasier) seperti yang terdapat pada Glacier Bay, Alaska. Sungai-sungai es telah surut sepanjang 100 kilometer dalam jangka waktu 200 tahun/lebih dan telah membuka suatu area yang luas dari suatu morain yang lebar dan stabil. Perubahan pada suksesi sekunder yang diikuti pembakaran pada vegetasi chaparral di Southern California, terjadi lebih cepat dibandingkan suksesi primer yang diikuti surutnya sungai-sungai es tadi. Kebanyakan spesies tumbuhan akan mengalami dormansi sepanjang musim kering. Setelah adanya suatu kebakaran pada suatu tempat, biasanya spesies yang pertama kali dominan pada suatu klimaks itu adalah chamise dan tumbuhan semak oak dan tumbuhan ini tersebar pada bekas-bekas potongan kayu yang terbakar. Biji-biji akan tetap dormansi sampai adanya hujan datang pada musim gugur dan kemudian akan berkecambah. Hasil dari kombinasi adalah sejumlah pertumbuhan vegetatif baru dan tumbuhnya biji-biji dari spesies dominan sebelumnya seperti lotus (Ramli, 1989).

Beberapa contoh dibawah ini akan memberikan gambaran dari proses suksesi, baik hidroser maupun xerosere, dan memperlihatkan bagaimana terjadinya perubahan struktur dan komposisi komunitas dari yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.A. Danau gatun di terusan Panama, Amerika Tengah1. Komunitas tumbuhan air terapung, terdiri dari Salvia aiuriculate, pistiastratioites, Eichorniaazurea, Utriculariamixta, Jussieua catans.

2. Komunitas teratai, Nymphaeaampla bercampur dengan jenis-jenis di atas.

3. Komunitas tumbuhan air menjulang, yang terbanyak adalah Thypa angsutifolia, Acrostychum danaeifolium, Crinum erubescens, Hibiscus sororius dan Saqitaria lancifolia.

4. Komunitas rawa buluh, terdiri dari Cyperus qiqnteus, Scirpus cubensis dan jenis-jenis Cyperaceae lainnya, bersama-sama dengan rumput rumput besar seperti Phraqmites communis dan Gynerium sagittatum, yang juga terdapat Jussieuasuffruticosa (herba dikotil) dan paku-pakuan.

5. Komunitas rawa belukar terdiri dari Dalbergia castophylla dan keladi tinggi Montrichardia arborescens.B. Danau Victoria di Afrika Timur

1. Vegetasi tumbuhan terapung dan terendam, Nymphaea, Ceratophyllu, Trapa dan lain-lain

2. Komunitas paku-pakuan dan Cyperaceae merupakan campuran antara paku-pakuan, Cyperaceae, Poaceae dan herba.

3. Rawa lymnophyton, dikuasai oleh Cyperus papyrus dan rumput Mischanthidium violaceum dengan Lymnophyton obtusitolium sebagai subdominant.

4. Rawa papyrus, yang dominan hanya Cyperus Papyrus di serai oleh jenis lainnya sebagai tambahan.

5. Rawa palm phoenix, banyak pohon-pohon yang tingginya 6-9m, di antaranya Phoenix reclinata dan Mitraqyna Stipulosa.

6. Hutan hujan Tropis

Contoh suksesi yang bersifat xerosere diambil dari letusan berapi yaitu dari gunung berapi di hawai yang dikemukakan oleh Doty tahun 1967dan Atkinson pada tahun 1970 dan gunung Krakatau yang dikemukakan oleh Richard pada tahun 1964 dan juga sebelumnya oleh Van borsum W th 1950 serta gunung Helens th 1980.

Gambar 2.8 Gunung St. Helens Ketika Meletus (1980)

Gambar 2.9 Gunung St. Helens Sesaat Setelah Meletus

Gambar 2.10 Gunung St. Helens Tahun 20082.8 Sistem-Sistem Suksesi Model matematik yang mempelajari dinamika suatu ekosistem berdasarkan pada metode simulasi dengan menggunakan komputer digital. Pendekatan ini dikenal sebagai sistem ekologi, karena difokuskan pada pengertian-pengertian dari luas dan kompleksnya sistem. Sistem-sistem ekologi dimulai dengan model tentang dinamika hutan-hutan. Model-model ini memberikan titik terang untuk menjawab proses suksesi, bagaimana nutrient berubah diantara komponen dari ekosistem hutan, dan bagaimana respon hutan terhadap penyebaran penyakit pada pohon, kebakaran hutan dan teknik variasi dari penebangan hutan. Model-model ini memiliki pengertian kedua apakah proses dalam suatu ekosistem bagaimana mengelola suatu hutan sebagai sumber alam yang sebaik-baiknya.

Foret atau diagram alir dari suatu program komputer menunjukkan dinamika dari suatu hutan desidua pada pegunungan southem Applachian yang mempunyai 33 jenis pohon. Model ini serupa dengan ekosistem lainnya yang telah dikembangkan oleh pemakainya misalnya pada hutan eukaliptus, hutan yang dominan di Australia Alps. Model ini juga telah dikembangkan pada hutan hujan di Luqillo Experimental Forest di noartheastern Puerto Dico.

Iklim juga berpengaruh terhadap jalannya suksesi disuatu tempat, yang dapat menentukan jenis klimaks dari spesies tertentu. Iklim hanya merupakan suatu faktor yang mengarahkan jalannya suksesi yang sedang berlangsung disuatu tempat. Bagan suksesi disuatu daerah dapat digambarkan sebagai berikut:

Pasir ( bakteri, jamur, lumut, lichen( tanah ( rumput tahunan ( rumput abadi ( semak ( pohon

2.9 Faktor Waktu pada Suksesi

Studi pada suksesi primer menunjukkan bahwa perkembangan suatu klimaks akan berlangsung sekurang-kurangnya 1.000 tahun, dan suksesi sekunder berlangsung kira-kira 200 tahun. Pada daerah iklim yang berbeda seperti tundra, gurun, atau padang rumput, sere mungkin lebih pendek karena komunitas itu sulit untuk berubah dengan cepat terhadap lingkungan fisik. Perubahan dari seral stage dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) stage tahunan weed-dua sampai lima tahun; (2) tahap rumput umur pendek tiga sampai sepuluh tahun; (3) tahap rumput klimaks dua puluh sampai empat puluh tahun. Pada ekosistem lautan, komunitas tidak dapat menggantikan lingkungan fisiknya pada keberadaan yang sangat luas dan sebagai akibatnya suksesi adalah sangat brief, berakhir hanya beberapa minggu. Sebagai contoh Marine Bay, suksesi dari Diatom eke Dinoflagellata tiap musim kadang-kadang beberapa kali dalam satu musim.

2.10 Kepentingan Terjadinya Suksesi

Para ahli ekologi membangun suatu model dalam suatu perubahan komunitas sebagai suatu suksesi yang berlangsung dari pioneer stage ke keadaan klimaks. Satu kecenderungan menunjukkan bahwa perubahan tetap dalam macam/jenis dari tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang terdapat pada setiap tahapan. Sebagai contoh, weed penting pada tahap pionir di daerah pertanian, tetapi mereka tidak penting pada tahap klimaks Oak-hickory. Beberapa burung mengisi sarang-sarang hanya satu tahap dari seral stage. Jadi, belalang sparrow terdapat hanya pada tahap rumput-rumputan dan yellowthroat akan terdapat pada tahap semak/belukar beberapa burung seperti Cardinal, mempunyai niche yang luas dan akan berada pada beberapa tahapan. Kepentingan kedua adalah kenaikan dalam biomasa dari komunitas dan dalam sejumlah materi organik dihasilkan. Pada ekosistem daratan, penurunan the succeptibility menuju gangguan-gangguan tertentu. Materi organik juga termasuk sejumlah substansi yang larut seperti gula, asam amino, dan persenyawaan lain yang disebut ektrametabolit. Pada lautan, ektrametabolit dihasilkan oleh pengurai, bakteria sintesis, dan perubahan dari eksresi dan sekresi dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup. Di dalam hutan, kebanyakan metabolit dihasilkan dari akar-akar pohon yang ada dihutan. Beberapa substansi dapat menyediakan makanan bagi zooplankton atau arthropoda tanah seperti kutu dan kepik. Substasi lain seperti vitamin dapat berperan sebagai perangsang tumbuhan dan yang lainnya seperti antibiotika akan menghambat atau inhibitor.

Kecenderungan ketiga pada suksesi adalah kecenderungan dari spesies untuk menaikkan penyebarannya. Kenaikan diversitas dari makhluk heterogan adalah terutama ditekankan bila kita membandingkan sejumlah besar heterotrof yang terdapat pada tahap akhir dari suksesi dengan tahap permulaannya. Kenaikan diversitas yang sangat besar dari makhluk autrotrof biasanya dicapai lebih cepat dalam suksesi. Kenaikan diversitas dari spesies sebagai hasil dari kenaikan pada komunitas biomassa seperti bahan organik meningkat dari perluasan komunitas hal itu membangun zona-zona atau strata-srata pada kebanyakan niche habitat yang terbentuk. Stratifikasi ini terutama jelas terlihat di dalam hutan. Dahan-dahan dan daun dari pohon tinggi membentuk lapisan teratas yang disebut kanopi. Di kanopi dapat dijumpai bermacam-macam insekta pemakan daun dan burung pemakan insekta seperti jenis Vireo yang bermata merah. Bajing-bajing bersarang dan memakan acorns atau hickorynuts. Pada lapisan yang lebih rendah disebut understory, dapat ditemukan insekta, laba-laba, dan burung-burung seperti Acandianflycatcherdan jenis mamalia tertentu. Kebanyakan dari hewan-hewan berpindah-pindah kebelakang da forth dari lapisan itu. Misalnya Downy woodpecker bergerak keatas dan kebawah dari batang. Dibawah undertory adalah lapisan semak belukar yang tumbuh sampai 10 kaki diatas permukaan tanah. Habitat ini tersedia untuk kehidupan insekta, tikus, dan chipmunk. Jenis burung teretentu pada pertumbuhan semak yang lebat merupakan tempat yang mudah untuk mendapatkan makanan. Lapisan rumput-rumputan merupakan kumpulan tumbuhan kecil tumbuh beberapa inchi diatas tanah banyak ditemukan insekta pemakan daun, laba-laba, katak, kodok, ular dan burung ditas tanah seperti Ovenbird. Jenis rodentia hidup dipermukaan tanah dibawah rerumputan dan kura-kura akan mendapatkan fungi, buah, dan hewan kecil untuk makanannya.

Pada permukaan tanah yang merupakan bagian bawah mengandung sejumlah bahan hasil pembusukan material seperti ranting-ranting, daun-daun, dan sisa buangan dari hewan. Puluhan ton dari daun-daun sendiri dapat dikumpulkan dari kurang lebih satu are hutan. Ribuan juta jamur, bakteri, kutu, springtail, kepik, milipoda, semut dan cacing tanah berfungsi sebagai pengurai karena aktivitas organisme ini terdapat bentukan tanah dan zat hara yang akan mengalami daur ulang pada tumbuhan dalam hutan. Trend keempat adalah deals dengan hubungan timbal balik dengan energi. Unsur-unsur organik keseluruhan yang terdapat didalam jaringan tumbuhan merupakan produksi gross dan bagian ini energi yang di masukkan akan hilang, pertama pada respirasi tumbuhan kemudian pada respirasi hewan. Hewan kehilang lebih banyak energi dari energi yang tersimpan dibandingkan tumbuhan. Hubungan hal ini dengan suksesi, kehilangan energi dalam komunitas akan relative rendah karena hewan-hewan memakan tumbuhan. Gross produksi akan lebih besar dari respirasi komunitas ( P>R), dan biomassa dari sejumlah materi organic akan terkumpul. Pada tahap akhir dari suksesi, sejumlah hewan mengalami kenaikan dan karena itu respirasi komunitas juga meningkat, hilangnya respirasi cenderung mencapai gross production dan produksi komunitas neto akan menurun. Akhirnya pada klimaks produksi tahunan dari materi organik seimbang konsumsi total (P+R), dan keseluruhan energi tersedia dipakai oleh komunitas untuk mempertahankan stabilitasnya (Ramli, 1989).2.11 Dampak Negatif dan Positif dari Suksesi

Dampak Negatif :

1. Berbagai tumbuhan liar akan hidup atau tumbuh dan mengubah semua karakteristika dari vegetasi asalnya.

2. Penurunan kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi habitat.

3. Suatu komunitas tumbuhan akibat adanya longsor, banjir, letusan gunung berapi dan atau pengaruh kegiatan manusia akan mengalami gangguan atau kerusakan yang parah. Mengakibatkan tanah gersang, kehilangan nutrisi organik, permukaan sangat terbuka dan kondisinya belum menunjang kehidupan di atasnya.

Dampak Positif :

1. Terjadinya suksesi proses perubahan ekosistem dalam kurun waktu tertentu menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur dan stabil, Komunitas menjadi lebih kompleks.

2. Bagi Tumbuhan pioner, tumbuhan ini akan menciptakan kondisi lingkungan tertentu yang memberikan kemungkinan untuk hidup tumbuhan lainnya. Koloni tumbuhan pionir ini akan menghasilkan proses pembentukan lapisan tanah memecah batuan dengan akarnya dan membebaskan materi organik ketika terjadi pelapukan dari tumbuhan yang mati.

2.12 Kebermaknaan Suksesi

Suksesi merupakan perubahan komunitas yang terjadi sedikit demi sedikit dalam suatu jangka waktu yang tertentu sampai terjadi suatu komunitas yang berbeda dari semula. Rentetan perubahan ini diakhiri dengan suatu komunitas klimaks yang keadaannya stabil dan ditentukan oleh iklim setempat. Komunitas yang klimaks dengan biomassa yang besar, diversitas spesies yang meluas dan keseimbangan aliran energi adalah lebih baik dengan penekan dan penyangga lingkungan fisik dari komunitas yang muda. Meskipun klimaks bukan sebagai produksi seperti tahap seral awal, kemampuannya tetap lestari dalam bentukan perubahan lingkungan fisik dapat menjadi tujuan utama suksesi ekologi. Manusia memperhitungkan tiga hal dari keadaan bentukan ini yaitu makanan, perlindungan dan suatu kenyamanan dan estetika keindahan. Bila berpendapat tanah pertanian dan pasture sebagai perubahan dari padang rumput, kemudian manusia harus melewatkan tahap awal dari suksesi sebagai sumber dari makanan. Tetapi manusia membutuhkan stabilitas dan keindahan dari hutan untuk memberikan suatu perasaan keamanan dan kebahagiaan. Di kota, suatu lingkungan merekomendasikan untuk rumput menuju sifat alami, diharapkan pula pertumbuhan tumbuhan baru dari pohon-pohon dapat mencegah pencemaran udara.BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

1. Suksesi adalah suatu proses perubahan yang berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru, yang berbeda dengan komunitas semula.2. Faktor penyebab terjadinya suksesi antara lain; perubahan iklim, Suksesi allogenik (karena pengaruh dari luar) dan Suksesi autogenik (karena pengaruh dari dalam)3. Suksesi progresesif adalah perubahan komunitas tumbuhan atau vegetasi yang di kemukakan atas dasar menggambarkan bertambah kayanya suatu daerah oleh berbagai jenis tumbuhan yang hidup di atasnya4. Contoh dari suksesi adalah sungai-sungai es telah surut sepanjang 100 kilometer dalam jangka waktu 200 tahun/lebih dan telah membuka suatu area yang luas dari suatu morain yang lebar dan stabil5. Tahapan dari sukesi diantaranya adalah ; kolonisasi, modifikasi tempat dan varibialitas ruangan

DAFTAR RUJUKAN

Arianto, Samier Irhash. 2008. Pengertian Suksesi.(Online),http://sobatbaru blogspot.com/2008/06/pengertiansuksesi.html, 31 Maret 2015.Clements, F.E. 1916. Plant Succession. An Analysis of The Development of Vegetation. Washington: Carnegie. Inst.

Irwan, Z. O.1990. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas, Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.Ramli, Dzaki. 1989. Ekologi. Jakarta: Depdikbud Direktoral Jenderal Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan.

Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Syafei, Surasana Eden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Tansley, A.G. 1920. The Classification of Vegetation and The Concept of Development. J. Ecol.

1