Bab i II II IV V Kerja Praktek teknik sipil
-
Upload
homhayadoe -
Category
Documents
-
view
86 -
download
11
description
Transcript of Bab i II II IV V Kerja Praktek teknik sipil
BAB I
PENDAHULUAN
Pemerintahan Republik Indonesia khususnya Pemerintah Aceh dalam
mewujudkan pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat terus berupaya
meningkatkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Sarana dan
prasarana tersebut antara lain, pembangunan berbagai bangunan gedung, jalan,
bendungan, jembatan dan lapangan terbang serta masih banyak lagi jenis sarana dan
prasarana yang telah atau sedang dan akan terus diupayakan pembangunannya.
1.1 Latar Belakang Proyek
Sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yaitu dengan mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur, maka pemerintah berupaya dengan mengadakan dan
meningkatkan pembangunan di segala bidang, salah satunya dalam pekerjaan umum.
Salah satu tantangan dalam mencapai tujuan tersebut adalah kurangnya sumber daya
manusia dalam menggali dan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang
terkandung di dalam bumi Indonesia. Untuk mencapai peningkatan pembangunan
dalam bidang pekerjaan umum maka perlu terlebih dahulu untuk memprioritaskan
pembangunan yang dapat menunjang peningkatan mutu dunia pekerjaan umum di
Indonesia. Salah satu wujud nyata dalam peningkatan pekerjaan umum adalah
dengan melakukan pembangunan Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Pidie Jaya.
1.2 Gambaran Umum Proyek
Proyek Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie
Jaya merupakan proyek yang ditenderkan. Pihak perencana proyek adalah PT.
Pesona Design, sedangkan pihak pelaksana adalah PT. Gebrina Fajar Sejati serta
pihak pengawas adalah CV. Nanggroe Aceh Consultant. Gedung ini memiliki luas
bangunan 714 m terdiri dari 3 (tiga) lantai. Proyek ini direncanakan dalam jangka
waktu pelaksanaan pekerjaannya direncanakan dalam waktu 26 (dua puluh enam)
bulan kalender, tehitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) yaitu
1
tanggal 28 Oktober 2010 sampai dengan 25 Desember 2012. Adapun dana yang
digunakan berasal dari Anggaran Pendapatan belanja kabupaten (APBK), yaitu
sebesar Rp. 9.699.149.000,- (sembilan milyar enam ratus sembilan puluh sembilan
juta seratus empat puluh sembilan ribu rupiah) untuk biaya konstruksi.
Lokasi Proyek Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya
ini berada di Kota meredu tepatnya dijalan Banda Aaceh – Medan desa cot trieng,
dengan batasan–batasan sebagai berikut :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan sawah.
2. Sebelah Barat berbatasan dengan gedung Bupati Pidie Jaya.
3. Sebelah Utara berbatasan dengan gedung DPRA Pidie Jaya.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan layang Pidie Jaya.
1.3 Tujuan Proyek
Tujuan pembangunan proyek ini sebagai salah satu sarana yang penting bagi
para karyawan dinas pekerjaan umum di Pidie Jaya supaya dapat bekerja dengan
baik.
1.4 Tujuan Kerja Praktek
Kerja praktek merupakan mata kuliah yang harus diselesaikan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. Adapun tujuan kerja praktek ini
adalah untuk mengamati secara langsung kegiatan dalam pekerjaan konstruksi
dilapangan, serta untuk mendapatkan pengalaman dilapangan untuk dibandingkan
dengan pelajaran teori dari bangku kuliah yang telah diperoleh sebelumnya.
1.5 Kedudukan Penulis
Berdasarkan surat pengantar dari Direktur Program Diploma-III Universitas
Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh Nomor 0131/H.11/1.31/0/DT /2011 tanggal 11
Februari 2011 yang ditujukan kepada Pimpinan PT. Gebrina Fajar Sejati, serta surat
balasan dari PT. Gebrina Fajar Sejati Nomor 028/GFS/II/2011 yang ditujukan kepada
Direktur Program Diploma-III Universitas Syiah Kuala, penulis ditempatkan sebagai
mahasiswa kerja praktek. Penulis berada di bawah bimbingan dan pengawasan
pelaksana selama ± 1 (satu) bulan terhitung sejak adanya persetujuan dari Site
Manager PT. Gebrina Fajar Sejati.
2
BAB II
ORGANISASI PROYEK
Untuk pelaksanaan suatu pembangunan proyek diperlukan suatu organisasi
proyek yang terkoordinasi secara sistematis. Organisasi proyek ini dibutuhkan untuk
memperlancar pelaksanaan, sehingga akan diperoleh hasil yang sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Agar tercapainya sasaran pelaksanaan sebagaimana
yang diharapkan, maka setiap unsur yang terlibat didalamnya harus dapat
berinteraksi dengan baik dan saling menunjang antara satu dengan yang lainnya
sesuai dengan wewenang dan fungsinya masing-masing.
2. 1 Struktur Organisasi
Untuk menjamin pelaksanaan proyek agar sesuai dengan segala ketentuan
yang ditetapkan dan tepat pada waktunya, maka dibentuklah susunan organisasi
pelaksanaan pekerjaan. Menurut Soeharto (2002 : 337), Adapun unsur-unsur
organisasi yang terlibat langsung dalam proyek ini adalah:
1. Pemilik Proyek (bouwheer/owner);
2. Konsultan Perencana (consultant/designer);
3. Konsultan Pengawas (direksi/supervisor);
4. Pelaksana Proyek (contractor).
Seluruh unsur organisasi tersebut memiliki fungsi dan tanggung jawab
masing-masing yang berbeda-beda, tetapi dalam pelaksanaannya saling terkait satu
sama lainnya, sehingga di dalam pelaksanaan pekerjaan diharapkan terbina hubungan
yang baik antar unsur-unsur tersebut sehinga memperoleh hasil yang sebaik-baiknya.
2.1.1 Pemilik Proyek (bouwheer/owner)
Soeharto (2001 : 38), Pemilik proyek (bouwheer/owner) adalah pihak yang
memiliki gagasan untuk membangun, baik secara perorangan (individu) atau badan
hukum seperti wakil dari suatu perusahaan atau organisasi swasta maupun wakil
suatu dinas atau jabatan.
3
Pemilik Proyek Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pidie Jaya, melalui Dinas Pendidikan Aceh Tahun Anggaran 2010 dengan
tugas dan wewenang pengolahan proyek diatur dalam suatu surat keputusan bersama.
Dalam menjalankan kewajibannya tersebut, pemimpin proyek mempunyai
tugas dan kewajiban antara lain sebagai berikut:
1. membentuk panitia lelang yang bertugas membantu pemimpin proyek dalam
pelaksanaan pelelangan, misalnya menentukan konsultan perencana, konsultan
pengawas dan pelaksana proyek;
2. menunjuk konsultan perencana untuk merencanakan gedung yang akan
dibangun;
3. mengadakan ikatan perjanjian atas nama pemilik proyek dengan konsultan
perencana, konsultan pengawas dan pelaksana disertai penandatanganan naskah
serah terima;
4. bertanggung jawab dari segi administrasi, keuangan dan pelaksanaan fisik
proyek yang dipimpinnya sesuai dengan petunjuk operasional;
5. memutuskan pemenang tender yang diusulkan oleh panitia lelang berdasarkan
surat keputusan dari pejabat atau instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuan;
6. menyetujui dan menetapkan pembayaran termin sesuai dengan pekerjaan
yang telah dilaksanakan; dan
7. bertanggung jawab atas selesainya proyek tepat pada waktunya, sesuai
dengan ketentuan dan perjanjian yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS).
2.1.2 Konsultan perencana (consultant/designer)
Soeharto (2001 : 39), Konsultan perencana (consultant/designer) adalah suatu
badan atau perorangan yang ditugaskan oleh pemilik proyek untuk melaksanakan
pekerjaan perencana atau perancangan (design) dan memberi saran-saran yang perlu
dalam perencanaan/pelaksanaan proyek. Dalam pekerjaannya pelaksana akan
menyalurkan keinginan pemilik proyek dengan memperhatikan segi kegunaan,
keindahan dan konstruksi bangunan. Sebelum melakukan kegiatan perencanaan
secara menyeluruh, konsultan perencana diberikan pengarahan oleh pemilik proyek
4
mengenai kriteria bangunan yang akan dibuat. Perencanaan proyek Pembangunan
Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya ini dipercayakan
kepada PT. Pesona Design dan CV. Nanggro Aceh Consultan.
Tugas dan tanggung jawab dari konsultan perencana adalah:
1. membuat uraian-uraian tentang maksud dan tujuan dari perencanaan;
2. mengumpulkan data-data lapangan dari hasil penyelidikan dan survey
lapangan untuk perencanaan;
3. merencanakan arsitektur bangunan;
4. membuat draf perencanaan, membuat gambar perencanaan, gambar rencana
dan gambar detail konstruksi dari gedung yang direncanakan;
5. menghitung konstruksi agar diperoleh suatu konstruksi yang aman dan
ekonomis;
6. membuat syarat-syarat pelaksanaan kerja (RKS), perhitungan volume dan
perkiraan rencana anggaran biaya;
7. mempersiapkan seluruh dokumen tender yang berisikan syarat-syarat khusus
(bestek dan gambar bestek), petunjuk pelelangan, daftar alat dan bahan serta
perkiraan waktu pelaksanaan proyek;
8. memberikan penjelasan tentang gambar konstruksi pada waktu memberikan
penjelasan pekerjaan (aanwijzing);
9. menyediakan dokumen proyek dan menyerahkan kepada pemimpin proyek
yang nantinya akan dijadikan dokumen tender.
2.1.3 Konsultan pengawas (direksi/supervisor)
Wullfram (2002 : 40), Konsultan pengawas adalah perorangan atau badan
hukum yang ditunjuk dan diberi kuasa penuh oleh pemilik proyek untuk mengawasi
dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan di lapangan agar tidak terjadi penyimpangan
dari rencana yang telah disepakati dan agar tercapai hasil kerja sesuai dengan
persyaratan yang ada atau berdasarkan petunjuk-petunjuk dalam aanwijzing. Adanya
pengawasan dari direksi diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan
lancar dan memperoleh hasil sesuai dengan perencanaan yang diharapkan. Konsultan
pengawas pada proyek Pembangunan Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum
5
Kabupaten Pidie Jaya adalah CV. Nanggro Aceh Consultan.
Tugas dan tanggung jawab pengawas dalam pelaksanaan proyek adalah
sebagai berikut :
1. mengawasi jalannya pelaksanaan proyek, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas dari setiap pekerjaan;
2. mengawasi pemakaian bahan bangunan agar mutunya sesuai dengan bestek;
3. mengawasi dan meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian-penyesuaian
yang telah terjadi selama pelaksanaan pekerjaan dan telah mendapat persetujuan
dari pemimpin proyek;
4. membuat buku laporan harian, mingguan dan bulanan terhadap kemajuan
pekerjaan dan mengatur pembayaran bertahap kepada kontraktor untuk kemudian
diteruskan kepada pemimpin proyek;
5. bertanggung jawab terhadap waktu pelaksanaan proyek;
6. mengevaluasi setiap laporan kerja yang dibuat oleh kontraktor;
7. mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan jadwal waktu
pelaksanaan (time schedule).
2.1.4 Pelaksana proyek (contractor)
Soeharto (2001 : 41), Pelaksana (kontraktor) adalah perorangan atau badan
hukum yang dipercayakan untuk melaksanakan pembangunan suatu proyek dan
memiliki usaha yang bergerak di bidang jasa konstruksi sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya serta mempunyai tenaga ahli teknik dan sarana peralatan yang
cukup. Pelaksana juga disebut sebagai rekanan yang bertugas melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan surat petunjuk dan surat perintah kerja (gunning) dari
pemimpin proyek. Pelaksana proyek Gedung Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Pidie Jaya adalah PT. Gebrina Fajar Sejati.
Tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut:
1. mempersiapkan sarana penunjang untuk kelancaran kerja;
2. menyediakan dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan pada
proyek sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam bestek;
3. menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman dan peralatan yang
6
diperlukan pada saat pelaksanaan;
4. melaksanakan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
dengan gambar bestek dan memenuhi peraturan yang tercantum dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
5. laporan tingkat kemajuan pekerjaan dan persiapan pengambilan termin;
6. menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang
telah ditetapkan dalam kontrak;
7. bertanggung jawab terhadap fisik bangunan, sampai bangunan resmi dengan
kekuatan yang direncanakan;
8. mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung
jawab pelaksana.
2. 2 Hubungan Kerja antar Unsur Organisasi Proyek
Dalam pelaksanaan sebuah proyek, hubungan kerja antara unsur dari
organisasi yang terlibat dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Hubungan kerja masing-masing pihak secara teknis; dan
2. Hubungan kerja masing-masing pihak secara hukum.
2.2.1 Hubungan kerja secara teknis
Hubungan kerja secara teknis merupakan hubungan tanggung jawab antara
berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek. Hubungan kerja antara
pemilik proyek, perencana, pengawas dan pelaksana adalah hubungan segitiga.
Dalam hal ini semua masalah teknis perencanaan diserahkan oleh pemimpin proyek
kepada perencana. Berdasarkan penunjukan pengawas oleh pemimpin proyek, maka
seluruh teknis pengawasan diserahkan kepada pengawas. Jika ada masalah teknis
yang perlu dibicarakan, maka menurut peraturan umum pemilik proyek tidak dapat
berhubungan langsung dengan pelaksana tetapi harus melalui pengawas. Dalam
pelaksanaan di lapangan, pengawas berkuasa penuh untuk menegur pelaksana jika
pekerjaan yang dilaksanakannya bertentangan atau menyimpang dari bestek yang
ada, baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan wewenangnya. Apabila teguran-
teguran tersebut tidak diindahkan oleh pelaksana, maka pengawas dapat
menghentikan seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan, baik untuk sementara
7
waktu maupun seterusnya.
Berbeda halnya dengan perencana, ia tidak dapat menegur atau memerintah
pelaksana secara langsung di lapangan tanpa melalui pengawas. Hal ini disebabkan
karena diantara perencana dan pelaksana/kontraktor tidak ada hubungan kerja,
sebaliknya antara perencana dan pengawas terdapat hubungan garis konsultasi.
Untuk lebih jelasnya hubungan kerja antar unsur-unsur organisasi tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
2.2.2 Hubungan kerja secara hukum
Kedudukan masing-masing pihak secara hukum adalah sama dan terikat
dalam kontrak. Oleh karena itu seluruh pihak harus menjalankan tugas dan fungsinya
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 2.2..
8
Pimpinan Proyek
Perencana
Pengawas
Pelaksana= Garis perintah= Garis konsultasi
Keterangan :
Gambar 2.1 Struktur hubungan kerja secara teknisSumber : Soeharto, 1999
Gambar 2.2 Skema Hubungan Kerja Secara HukumSumber : Ervianto (2002)
Keterangan: Membayar jasa kepada konsultan perencana, pengawas,
kontraktor
Memberi jasa kepada pemilik proyek (owner)
Kontrak
Mengawasi RKS
Realisasi RKS
2. 3 Proses Pelelangan
Pelelangan adalah suatu sistem penawaran yang memberikan kesempatan
kepada rekanan yang diundang untuk mengajukan penawaran biaya pekerjaan yang
ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat, maka diperoleh rekanan yang benar-
benar mampu serta memenuhi syarat administratif, teknis dan keuangan (finansial)
untuk melaksanakan proyek tersebut.
Penentuan pelaksanaan proyek pada dasarnya dilakukan dengan cara :
1. Pelelangan umum yaitu, pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan
pengumuman secara luas melalui media massa atau papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat
9
Pemilik Proyek(Owner)
Perencana(Konsultan)
Pengawas(Direksi)
Pelaksana(Kontraktor)
dapat mengikutinya.
2. Pelelangan terbatas yaitu, pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang dilakukan di
antara pemborong/rekanan yang dipilih dari pemborong/rekanan yang tercatat
dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha ruang
lingkupnya atau klasifikasi kemampuannya.
3. Penunjukan langsung yaitu, pelaksanaan pekerjaan bangunan maupun pengadaan
barang/jasa tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas, yang
dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya tiga penawar yang
tercantum dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) dan melakukan negosiasi
penawaran secara teknis dan administrasif serta perhitungan harga yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia lelang mempunyai tugas dan
kewajiban sebagai berikut :
a. menetapkan syarat-syarat pelelangan;
b. mengadakan pengumuman pelelangan;
c. memberikan penjelasan tentang syarat-syarat kerja serta berita acara;
d. menetapkan tata cara penilaian pelelangan;
e. mengadakan penilaian dan penetapan calon pemenang;
f. membuat laporan dan pertanggungjawaban kepada proyek.
Setelah pemasukan dan pembukaan surat penawaran dilakukan, diadakan
nilai penawaran. Tujuan penilaian ini adalah untuk mendapatkan penawaran yang
paling menguntungkan, dalam arti :
1. Penawaran secara teknis dan administrasi dapat dipertanggungjawabkan
2. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan; dan
3. Penawaran tersebut adalah yang terendah di antara penawaran-penawaran yang
memenuhi syarat sebagaimana disebut pada butir (1) dan (2).
Berdasarkan hasil pelelangan umum proyek pembangunan Gedung Kantor
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya maka ditetapkan pemenangnya kepada
PT.Gebrina Fajar Sejati. Dengan harga penawara Rp 9.699.149.000,-(sembilan
milyar enam ratus sembilan puluh sembilan juta seratus empat puluh sembilan ribu
10
rupiah)
2. 4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada proyek ini merupakan tenaga kerja luar yang berasal dari
luar aceh. Dalam pelaksanaan pekerjaan mereka dikepalai oleh seorang kepala
tukang. Untuk menjamin kelancaran dalam melaksanakan pekerjaan, kontraktor juga
menyediakan tempat pemondokan bagi pekerjanya yang berada dalam lokasi
tersebut. Dalam menjalankan kewajiban atas pekerjaannya, mereka diklasifikasikan
menurut keahlian masing-masing. Upah kerja dibayar kontraktor kepada kepala
tukang berdasarkan prestasi kerja dan kepala tukang membayar upah harian kepada
para pekerja menurut kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.
Jam kerja pada proyek ini untuk setiap harinya ditentukan, yaitu:
- pagi mulai pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB;
- sore mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB.
2.5 Jadwal Pelaksanaan Proyek (Time Schedule)
Jadwal pelaksanaan proyek yaitu jadwal waktu yang ditentukan bagi
pelaksana untuk menyelesaikan proyek. Apabila proyek yang dikerjakan lebih lama
dari time schedule yang direncanakan, yaitu 4 (empat) bulan maka kontraktor
diwajibkan membayar denda keterlambatan.
11
BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pada pelaksanaan suatu proyek, pelaksanaan perlu menentukan dan mengatur
langkah-langkah kerja setiap jenis pekerjaan dari awal hingga selesainya pekerjaan
tersebut. Pelaksana juga perlu mengetahui volume dari setiap pekerjaan untuk
menentukan rencana kerja, pengadaan tenaga kerja, dan alat-alat yang digunakan
sehingga dapat menghasilkan mutu pekerjaan yang baik dan waktu pekerjaan yang
sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan.
Berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS ) yang dipedomani,
maka ruang lingkup pekerjaan Proyek Pembangunan Gedung Kantor Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya ini meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan;
2. Pekerjaan Tanah dan Urugan;
3. Pekerjaan Pondasi;
4. Pekerjaan Beton Bertulang;
5. Pekerjaan Dinding dan Plesteran;
6. Pekerjaan Atap;
7. Pekerjaan Lantai;
8. Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela;
9. Pekerjaan Plafond;
10. Pekerjaan Pengecatan;
11. Pekerjaan Instalasi Listrik;
12. Pekerjaan Pengunci dan Penggantung;
13. Pekerjaan Sanitasi;
14. Pekerjaan Lift;
15. Pekerjaan Lain-Lain;
3.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan sebelum melaksanakan pekerjaan
konstruksi. Kontraktor diharuskan melaksanakannya guna mendukung kelancaran
12
pekerjaan sehingga pada saat pekerjaan berlangsung tidak terjadi hambatan yang
menggangu proyek. Pekerjaan persiapan ini meliputi pembersihan lapangan,
pengukuran dan pemasangan bowplank, pembuatan direksi keet, gudang/pondok
kerja, penyedian air bersih, penerangan dan fasilitas penunjang lainnya.
3.1.1 Pembersihan lapangan
Sebelum lapangan kerja digunakan, terlebih dahulu lokasi pekerjaan
dibersihkan lebih dahulu sebelum dilaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
petunjuk direksi/pengawas. Kegiatan yang dilakukan adalah membersihkan lokasi
dari kotoran, bahan-bahan bekas, pohon-pohon, semak belukar, dan akar-akar
kayu.hasil bongkaran tersebut dibuang ke luar lokasi pekerjaan. Hal ini bertujuan
untuk manghindari kesukaran pada saat pelaksanaan pekerjaan nantinya.
3.1.2 Pengukuran dan pemasangan bowplank
Pada saat pengukuran, sekaligus dipasang bowplank bangunan, dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu galian tanah. Pemasangan bowplank
harus siku dan lurus, dimana tiang-tiang bowplank berdiri tegak dan kuat. Patok
bowplank harus dari kayu ukuran 5/7 cm yang diruncingkan dan papan-papan
bowplank harus dari papan dengan ukuran 2 cm diserut bagian atasnya kemudian
dipakukan dengan kuat pada tiang/patok.
3.1.3 Pembuatan direksi keet
Bangunan direksi keet adalah sebagai kantor tempat berlangsungnya semua
kegiatan proyek, baik kegiatan administrasi maupun teknis. Ruangan ini berukuran
21 m , dindingnya terbuat dari triplek, berlantai semen dan beratap seng BJLS 0.20.
Ruangan ini diberikan fasilitas yang cukup dengan pencahayaan yang baik. Untuk
menunjang kegiatan harian ruangan ini dilengkapi dengan peralatan untuk
kepentingan direksi, seperti satu unit computer, meja kerja, kursi, papan tulis, dan
lain-lain.
13
3.1.4 Gudang/pondok kerja dan fasilitas penunjang
Gudang ini bertujuan untuk menyimpan bahan bangunan seperti semen dan
bahan-bahan lain yang perlu mendapat perlindungan dari pengaruh cuaca. Gudang
dibangun dengan ukuran 4x4 m , berdinding papan dan beratap seng. Tenaga kerja
disediakan barak untuk menginap sehingga tidak mengganggu fasilitas direksi keet.
Petugas keamanan juga dipersiapkan untuk menjaga keselamatan proyek selama 24
jam penuh sehari. Gudang tersebut harus dibongkar setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan.
3.1.5 Penyediaan air bersih
Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung maka
harus disediakan air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk pekerja dan air
kamar mandi. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau
sumber air , serta pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan pelaksanaan
pekerjaan dan untuk keperluan direksi keet, kamar mandi/WC atau tempat-tempat
lain yang dianggap perlu.
3.2 Pekerjaan Tanah dan Urugan
Pekerjaan tanah ini meliputi pekerjaan galian tanah, serta pekerjaan urugan
dan pemadatan. Penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan tanah harus sesuai seperti tertera
pada gambar rencana dan spesifikasi.
3.2.1 Galian tanah
Pekerjaan galian tanah dilakukan pada tempat-tempat tertentu untuk
pemasangan pondasi dan keperluan lain sesuai gambar rencana.
Lapisan tanah humus yang ada pada lokasi bangunan dibuang minimal 20 cm
sehingga mencapai lapisan tanah yang baik. Galian tanah di mana pondasi akan
dipasang atau keperluan lain dilakukan menurut gambar rencana (ukuran dalam,
panjang dan lebarnya). Kemiringan galian untuk pondasi menerus, bila tidak disebut
dalam gambar atau petunjuk direksi maka dapat diambil 1 (horizontal) : 2 (vertikal)
untuk menghindari longsor. Tanah bekas galian ditempatkan/dibuang ke luar
14
bangunan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan dan
kedudukan bouwplank.
Apabila penggalian tanah pondasi selesai dilaksanakan maka dilaporkan
kepada direksi konsultan untuk mendapat persetujuan. Seluruh galian tanah dijaga
agar tidak digenangi air yang timbul dari hujan, parit serta mata air dan lain-lainnya.
3.2.2 Pekerjaan urugan dan pemadatan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan
alat-alat bantu yang dibutuhkan demi terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
Pekerjaan urugan dan pemadatan ini meliputi seluruh detail yang
dibutuhkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk konsultan.
Semua bagian/daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis. Tiap lapisan harus
dipadatkan sebelum lapisan berikutnya diurug. Daerah urugan harus dipadatkan
dengan alat pemadat/compactor yang disetujui oleh konsultan.
3.3 Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan pondasi dilakukan setelah pekerjaan galian dan timbunan tanah
selesai dilaksanakan. Pada proyek ini pondasi yang digunakan yaitu pondasi batu
sumuran, dan pondasi plat tapak beton bertulang.
3.4 Pekerjaan Beton Bertulang
Pekerjaan beton bertulang terdiri dari lingkup pekerjaan syarat bahan-bahan
untuk beton, cetakan (bekisting), pelaksanaan pekerjaan pengecoran, perawatan
beton dan pembongkaran cetakan. Beton bertulang dipakai pada bagian-bagian
konstruksi yang menahan dan memikul beban, seperti pondasi tapak beton, balok
sloof, kolom, balok lantai, plat lantai, ring balok.
3.4.1 Lingkup pekerjaan
Pekerjaan beton bertulang ini dilakukan pada bagian-bagian konstruksi yang
menahan dan memikul beban. Pasangan beton bertulang dengan adukan 1 pc : 2 pr :
3 kr, digunakan pada bagian pondasi dan lantai kerja.
15
3.4.2 Syarat-syarat bahan untuk beton
Bahan-bahan yang dipergunakan pada pekerjaan beton bertulang, yaitu
semen, kerikil, pasir, air, besi, dan kawat ikat.
a. Semen
Semen yang digunakan adalah Semen Portland type I produksi oleh PT.
Semen Andalas Indonesia. Pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan
semen yang sampai ditempat pekerjaan harus dalam kantong yang utuh/tidak koyak.
Semen harus disimpan dalam ruangan yang terlindung dari cuaca dan tidak
menyinggung dinding beton dan lantai. Tempat penyimpanan semen harus terhindar
dari tempat yang lembab agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan
semen harus ditinggikan 30 cm dari lantai dan tumpukan paling tinggi sekitar 2
meter, semen yang telah menggumpal / membatu atau mengeras tidak diperkenankan
lagi untuk dipakai sebagai bahan campuran.
b. Pasir
Pasir yang digunakan terdiri dari butiran yang keras, tajam, bersih serta bebas
dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya. Pasir tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir
serta kekerasan.
c. Kerikil
Kerikil atau batu pecah yang digunakan bermutu baik, bersih, tidak
mengandung kotoran dan bahan-bahan organik, bergradasi rapat, serta kekerasannya
sesuai dengan syarat, Penyimpanan kerikil ini pun jangan sampai terkontaminasi
dengan tanah atau bahan-bahan organik lainnya, karena dapat mengurangi mutu
beton. Agregat yang digunakan yaitu agregat dengan diameter maksimum 25 mm.
16
d. Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus air tawar yang bersih dan
tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan
lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.
e. Besi
Besi merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses pembuatan beton
bertulang. Besi yang digunakan harus bersih dari kotoran-kotoran, karat, minyak, cat,
dan lain-lain. Membengkokkan dan meluruskan tulangan harus dalam keadaan
dingin, dan tulangan yang telah dibengkokkan berulang kali tidak dapat
dipergunakan lagi. Bahan yang didatangkan ke lokasi pekerjaan harus merupakan
barang baru dan disimpan ditempat penyimpanan yang terlindung. Apabila produk
besi baja yang beredar dipasaran tidak menyiapkan ukuran diameter tulangan yang
direncakan lebih besar atau lebih kecil, maka harus dihitung dalam pekerjaan tambah
kurang dengan angka toleransi keamanan struktur 1%< diameter normal > 1%.
f. Kawat Ikat
Kawat ikat harus dibuat dari baja lunak diameter 1 mm. Kawat ikatan yang
digunakan harus bermutu baik dan tidak bersepuh seng.
3.4.3 Cetakan (bekisting)
Bahan yang digunakan untuk cetakan / bekisting terbuat dari papan kayu,
untuk kayu penompang. Defleksi maksimum dari bekisting antara tumpuan harus
dibatasi sampai 1/400 bentang antar tumpuan. Bilamana menggunakan konstruksi
bekisting dari kayu, maka untuk kolom dan pekerjaan beton lainnya harus dipakai
papan dengan ketebalan minimum 2,5 cm.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bekisting atau cetakan
beton adalah :
1. Cetakan harus dibuat dengan kuat dan kokoh;
17
2. Setiap selesai pemasangan bekisting, harus diteliti
ulang, baik kekuatannya maupun bentuknya;
3. Cetakan dibuat dari bahan yang baik, sehingga mudah
pada saat dilepaskan dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton;
4. Sambungan papan-papan cetakan diusahakan rapat
agar tidak bocor (kedap air) pada saat pengecoran.
3.4.4 Pelaksanaan pekerjaan pengecoran
Sebelum memulai pekerjaan pengecoran, kontaktor harus menyiapkan suatu
schedule pengecoran kepada konsultan pengawas. Semua bekisting, besi tulangan
dan hal lainnya yang akan ditutup dengan beton harus sudah diperiksa dan disetujui
sebelum beton dapat dicorkan. Beton yang telah mengeras, kotoran-kotoran, dan
bahan lain yang merugikan harus dibuang dari dalam bekisting dan tabung
pencampur beton.
Beton harus diangkut dari tempat pencampuran beton ketempat pengecoran
secara kontinyu dan secepat mungkin. Beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian lebih besar dari 1,50 m. Setelah pengecoran beton harus dipadatkan
dengan menggunakan thriller. Pengetukan atau penggetaran bekisting tidak boleh
dipakai untuk menebarkan adukan beton.
3.4.5 Perawatan beton
Untuk mencegah agar tidak kehilangan kelembaban, paling sedikit 28 hari
beton harus dibasahi terus menerus, atau dengan menutupinya dengan karung-karung
basah atau penyiraman dengan air.
3.4.6 Pembongkaran cetakan
Pembongkaran cetakan dapat dilakukan pada umur beton minimal 2 minggu,
hal ini dilakukan bila dalam menentukan saat pembongkaran cetakan tidak dibuat
benda uji. Pembongkaran cetakan pada bagian tengah balok pada umur beton 28
hari, plat lantai 20 hari, dinding beton 2 hari, kolom beton 4 hari dan bekisting tepi
balok 2 hari.
18
3.5 Pekerjaan Dinding dan Plesteran
Batu bata yang digunakan harus berkualitas baik dengan ukuran 5 x 10 x 20
cm. Untuk bata tidak mudah pecah/patah, mempunyai ukuran seragam dan tidak
cacat. Plasteran dibuat dari campuran semen, pasir, dan air. Jenis plesteran yang
digunakan adalah:
a. Plesteran dengan perbandingan campuran 1 pc : 2 ps dan air, digunakan pada
seluruh dinding yang menggunakan campuran spesi I pc : 2 ps;
b. Plesteran dengan perbandingan campuran l pc : 3 ps dan air secukupnya,
digunakan pada kolom dan seluruh beton bertulang lainnyaa;
c. Plesteran dengan perbandingan campuran 1 pc : 4 ps dan air, digunakan pada
seluruh dinding yang menggunakan campuran spesi 1 pc : 4 ps.
Seluruh permukaan dinding dan beton yang akan diplester harus bersih dan
tidak mengandung minyak. Sebelum diplester dinding dibasahi dengan air hingga
jenuh. Ketebalan plesteran 1-1,5 cm dan plesteran harus rata. setelah plester
mengering harus dilakukan perawatan dengan cara penyiraman air, supaya tidak
terjadi retak-retak.
3.6 Pekerjaan Atap
Pekerjaan atap terdiri dari pemasangan rangka kuda-kuda termaksud gording
digunakn baja ringan kuda-kuda type A dengan ukuran 100 x 45 mm, tebal 0.60 mm,
0.70 mm, 0.80 mm, panjang sesuai dengan pesanan. Bahan yang digunakan sebagai
penutup adalah atap Onduline dngan ketebalan 3 mm yang berkualitas baik dan anti
karat. Pemasangan atap Onduline dikerjakan sambungan onduline, dan sambungan
atap diperkenankan hannya satu kali setiap lembar atap onduline, dipasang dengan
paku Onduline. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat untuk
penyambungan atap, apabila terjadi kebocoran setelah pemasangan maka bahagian
yang bocor harus dbongkar dan diperbaiki kembali.
19
3.7 Pekerjaan Lantai
Untuk seluruh lantai bagian dalam ruangan kecuali kamar mandi
menggunakan keramik ukuran 40x40 cm, 30x30 cm dengan spesi 1 pc : 3 ps, dan
ketebalan 5 cm. Untuk lantai kamar mandi/WC menggunakan keramik ukuran 20x25
cm, campuran spesi 1 pc : 3 ps dengan ketebalan 3 cm. Bahan keramik sebelum
dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung alkali) sampai jenuh.
Bidang permukaan lantai harus benar-benar rata, tidak bergelombang. Pada ruangan
toilet, harus miring kearah pembuangan minimal 2%. Keramik yang terpasang harus
dibersihkan dari segala macam noda dan terhindar dari sentuhan benda lain selama
3x24 jam dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.
3.8 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela
Kusen pintu dan jendela digunakan kayu kelas I. Mutu kayu yang digunakan
harus baik, harus kering udara, dihindari dari mata kayu dan sambungan harus rapat.
Bahan-bahan untuk pekerjaan ini harus disimpan di bawah atap dengan ventilasi
baik. Untuk penguat sambungan dapat digunakan paku, baut, atau pasak kayu. Semua
kayu harus disemprot zat anti rayap. Semua kayu yang tersembunyi harus dicat meni
terlebih dahulu.
Pemasangan kusen pintu dan jendela harus baik, tegak lurus dan siku-siku.
Dimensi kusen, daun pintu dan jendela harus sesuai dengan gambar rencana dan
dipasang pada tempat yang telah direncanakan. Tiap kusen yang berhubungan
dengan dinding diberi angker 3 buah untuk kusen pintu dan 2 buah untuk kusen
jendela. Setelah terpasang, pintu dan jendela harus dapat dibuka dan ditutup dengan
sempurna.
Jendela ambang dibuat model sesuai dengan gambar detail, Kaca untuk
jendela dipasang kaca Reiben tebal 5 mm. Pasangan kaca harus harus memperhatikan
muai susut baik kusen, maupun bahan kaca tersebut. Ventilasi dipasang dengan kaca
Reiben 3 mm.
20
3.9 Pekerjaan Plafond
Pekerjaan plafond memakai plafond plywood dengan ketebalan 6 mm.
Bahan-bahan untuk pekerjaan ini harus disimpan di bawah atap dengan ventilasi
yang baik dan kering. Semua rangka kayu disemprot zat anti hama rayap. Semua
rangka kayu yang tersembunyi letaknya sebelum dipasang harus di terlebih dahulu.
3.10 Pekerjaan Pengecatan
Pekerjaan pengecatan mengunakan cat yang berbeda-beda tergantung dengan
jenis pengecatannya. Untuk dinding bagian luar dan dalam digunakan cat bermerk
vinilex, untuk kayu digunakan cat bermerk danalac dan untuk plafond digunakan cat
bermerk kuda terbang. Pengecatan dilakukan pada seluruh plesteran bangunan dan
atau bagian-bagian lain yang ditentukan pada gambar. Pengecatan ini dimaksudkan
untuk mencegah kerusakan atau kelapukan bangunan dalam jangka waktu yang
relative singkat. Selain itu pengecatan akan menimbulkan kesan rapi dan indahnya
suatu bangunan. Sebelum dinding dicat, plesteran sudah harus betul-betul kering
serta tidak ada retak-retak.
Pengecatan dilakukan pada dinding bagian luar dan dalam, tembok, kayu,
bahan beton serta plafond. Semua pekerjaan pengecatan disesuaikan dengan
spesifikasi, tidak menggelembung, mengelupas atau cacat-cacat lainnya.
3.11 Pekerjaan Instalasi Listrik
Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi di
dalam bangunan seperti pengadaan titik api, stop kontak, lampu baret, lampu
reflektor, lampu downlight, saklar ganda, saklar tunggal, boks sekering dan lain-lain
di seluruh ruangan menurut gambar rencana.
Pekerjaan instalasi listrik ini harus dilaksanakan oleh kontraktor listrik yang
telah mempunyai surat pengakuan dari PLN distribusi serta surat izin kerja dari PLN
setempat. Setelah pekerjaan selesai, pelaksana akan menyerahkan gambar instalasi
yang telah direvisi dan disahkan oleh PLN, hasil pengukuran nilai isolasi serta
jaminan instalasi dari instalator. Semua instalasi peralatan dan mesin-mesin yang
21
telah dipasang sebelum disahkan harus terlebih dahulu ditest kemampuan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan atau batas ukur dan cara kerja yang dipersyaratkan.
Pengetesan harus disaksikan dan mendapat persetujuan pengawas. Sumber daya
listrik seluruhnya berasal dari PLN.
3.12 Pekerjaan Pengunci dan Penggantung
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan semua alat penggantung
dan pengunci untuk pintu-pintu dan jendela.
Peralatannya mencakup :
1. Engsel-engsel harus dari kuningan merk FIT, SIS ukuran 4 x 3 atau setara.
2. Kunci pintu dipasang sekualitas merk Montana, SES 2 (dua) slaag (dua kali
putar) atau yang setara.
3. Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 (dua) slaag merk Montana, SES
yang berkualitas baik.
4. Hak angin untuk jendela harus merupakan hak angin yang baik, yang ada
dipasaran;
5. Grendel jendela yang dipakai harus dari kualitas baik yang ada dipasaran.
Pemasangan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehinggaa terhindar dari cacat
atau kerusakan, baik terhadap kunci dan alat penggantung itu sendiri, maupun
pintu, kusen, jendela dan lain-lain. Semua alat perlengkapan harus memakai
material yang baik serta warna yang serasi dengan warna kosen dan daun
pintu/jendela.
3.13 Pekerjaan Sanitasi
Pekerjaan sanitasi ini meliputi pemasangan instalasi air bersih, instalasi air
kotor, saluran air kotor, dan pengadaan bahan-bahan dan pelengkap yang instalasi air
hujan, saluran pembuangan, pengadaan bahan-bahan dan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk keperluan kamar mandi/WC. Pemasangan dilakukan oleh pihak
instalasi dengan persetujuan pihak direksi.
22
3.14 Pekerjaan lift
Lift yang dipasang Merk OTIS atau setara dengan merk Otis dengan
spesifikasi Duty 1000 kg, dengan speed 1m/s.
3.15 Pekerjaan Lain-Lain
Pekerjaan lain-lain berguna untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih
baik serta untuk kesempurnaan pekerjaan tersebut. Pekerjaan ini meliputi
pembersihan, penyelesaian dan perapian pekerjaan yang disesuaikan dengan gambar
rencana. Sebelum hasil pekerjaan diserahkan sepenuhnya kepada pemiliknya,
pelaksana (kontraktor) wajib membersihkan semua sisa bahan bangunan dan
merapikan segala kekurangan yang ada sehingga dapat diserah terimakan sebagai
mana mestinya.
23
BAB IV
KEGIATAN PROYEK YANG DIIKUTI
Dalam pelaksanaan kerja praktek selama lbih kurang 1 (satu) bulan pada
proyek Pembangunan Gedung Kontor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya.
Penulis mengamati beberapa kegiatan yang diikuti yaitu:
1. Pekerjaan Kolom lantai I
2. Pekerjaan Balok lantai II; dan
3. Pekerjaan Plat lantai II
Bahan-bahan utama dan peralatan yang digunakan pada proyek Pembangunan
Gedung Kontor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya ini antara lain :
1. Bahan-bahan Utama
Adapun bahan-bahan utama yang digunakan pada sebagian item pekerjaan
yang disebutkan adalah sebagai berikut :
a. Semen
Semen yang digunakan adalah Portland Cement (PC) tipe I yang diproduksi
oleh PT. Semen Andalas Indonesia (SAI). Semen didatangkan melalui penyalur
resmi dari Banda Aceh. Pengadaan semen sampai ke lokasi pekerjaan dilakukan
dengan menggunakan alat angkut truck, pembangunan gedung ini pun tidak
diperbolehkan menggunakan bermacam- macam merk semen dalam satu konstruksi,
semen diletakan dalam gudang yang terlindungi dari cuaca, agar tidak menyinggung
dinding atau lantai, diberi alas setinggi 30 cm dari permukaan tanah, sehingga
terhindar dari pengaruh kelembaban. Penempatan semen dapat dilihat pada Lampiran
A.2.1 halaman 40.
Pengamatan penulis semen yang digunakan dalam keadaan kantong tidak
rusak, butirannya halus, kering dan tidak berbongkah.
24
b. Kayu
Kayu didatangkan dari pabrik pengolahan kayu yang ada di Pidie Jaya dengan
menggunakan truk. Di lokasi pekerjaan, kayu ditempatkan di atas permukaan tanah
dan dalam keadaan terbuka. Penempatan material kayu dapat dilihat pada Lampiran
A.2.2 halaman 40.
c. Besi
Baja tulangan ulir BJTD 40, baja tulangan ulir yang digunakan pada proyek
ini berdiameter 10 mm, 12 mm, 16 mm, 18 mm, dan 22 mm, dengan mutu 400 MPa
dan melalui pemeriksaan atau pengujian laboratorium.
Besi merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses pembuatan beton
bertulang. Besi didatangkan melalui distributor bahan bangunan, pengadaan besi
sampai ke lokasi pekerjaan dilakukan dengan menggunakan truck. Di lokasi
pekerjaan, besi diletakkan di alam terbuka. Penempatan besi dapat dilihat pada
Lampiran A.2.3 halaman 41.
d. Kerikil dan Pasir
Kerikil dan pasir didatangkan dari mereudu, Pidie Jaya. Pengadaan kerikil
dan pasir ke lokasi pekerjaan dilakukan dengan menggunakan alat angkut dump
truck. Di lokasi pekerjaan kerikil dan pasir tersebut diletakkan langsung di atas
permukaan tanah di lapangan terbuka. Penempatan kerikil dan pasir dapat dilihat
pada Lampiran A.2.4. halaman 41.
e. Air
Air yang di digunakan untuk campuran mortar dan keperluan lainnya adalah
air yang dipesan khusus dari PDAM dan juga diambil langsung di lokasi proyek yang
merupakan air dari hasil pengeboran pondasi tiang bor. Secara teknis, air dilokasi
proyek memenuhi syarat, yaitu tawar, tidak berbau, jernih dan tidak mengandung
minyak serta bahan-bahan organik lainnya yang dapat merusak ikatan beton.
25
2. Peralatan
Peralatan adalah alat bantu yang digunakan dalam pekerjaan fisik bangunan
agar pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah. Dalam pelaksanaan pekerjaan
digunakan peralatan manual dan juga peralatan dengan tenaga mesin. Peralatan yang
digunakan dalam proyek ini antara lain:
a. Pemotong tulangan (bar cutter)
Bar cutter adalah alat khusus yang digunakan untuk memotong tulangan baja
agar sesuai dengan panjang yang dibutuhkan. Pada proyek ini pemotongan besi
tulangan dengan menggunakan mesin, selain lebih cepat mesin ini juga baik untuk
pemotongan besi tulangan yang berdiameter besar maupun untuk tulangan yang
berdiameter kecil, pada proyek ini mesin pemotong besi yang digunakan berkapasitas
32 mm. Bar cutter dapat dilihat pada Lampiran A.2.5, halaman 42.
b. Pembengkok tulangan (bar bender)
Bar bender adalah alat untuk membentuk baja tulangan sesuai dengan bentuk
yang dibutuhkan. Pada proyek ini digunakan pembengkok secara manual.
Pembengkokan manual ini terbuat dari sebuah besi berdiameter 10 mm yang
ditancapkan pada bentangan kayu yang berukuran 10/15 cm dan dibuat sedemikian
rupa, sehingga bisa digunakan untuk membengkokan besi sesuai keinginan. Selain
itu, pembengkok manual lainnya terbuat dari besi tulangan berdiameter 30 mm dan
memiliki panjang 50 cm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran A.2.6
halaman 42.
c. Pencampur beton (concrete mixer)
Concrete mixer adalah alat yang digunakan untuk mengaduk campuran beton.
Alat ini memiliki kapasitas yang berbeda-beda sesuai dengan ukurannya. Untuk lebih
jelasnya dapat di lihat pada Lampiran A.2.7 halaman 43.
.
26
d. Pemadat beton (concrete vibrator)
Concrete vibrator digunakan untuk memadatkan adukan beton segar pada
saat dimasukkan ke dalam bekisting. Dengan alat ini, seluruh bagian yang sulit
dijangkau seperti antara tulangan, dapat terisi beton dengan baik dan rapat, sehingga
tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan beton keropos. Concrete vibrator
tidak boleh dibiarkan terlalu lama pada satu tempat dalam beton karena hal ini dapat
menyebabkan segregasi yaitu terlepasnya ikatan antar material pembentuk beton.
Concrete vibrator harus sering diangkat dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lainnya supaya diperoleh kepadatan yang sama diseluruh bagian beton. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran A.2.8. halaman 43.
3. Alat-alat bantu lain
Peralatan lain yang digunakan pada proyek ini diantaranya adalah :
a. peralatan penerangan, digunakan ketika jam malam.
b. peralatan pertukangan, diantaranya : cangkul, sekop, sendok semen,
meteran, gergaji, ember, palu, paku, kereta sorong dan lain-lain.
c. genset dan pompa air.
4.1 Pekerjaan Kolom Lantai I
Pekerjaan kolom lantai ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu pekerjaan kolom
lantai 1 (satu) kolom lantai 2 (dua) dan kolom lantai 3 (tiga). Pekerjaan kolom lantai
1 (satu) dilaksanakan setelah pekerjaan pondasi dan pekerjaan balok sloof selesai,
sedangkan pekerjaan kolom lantai 2 (dua) merupakan lanjutan dari kolom lantai satu
yang dilakukan setelah pengecoran balok dan plat lantai dua, dan pekerjaan kolom
lantai 3 (tiga) merupakan lanjutan dari lantai dua yang dilakukan setelah pengecoran
balok dan plat lantai tiga. Pekerjaan kolom lantai dua meliputi:
1. Pekerjaan Pembesian
2. Pekerjaan pemasangan bekisting;
3. Pekerjaan pengecoran;
4. Pekerjaan Perawatan; dan
27
5. Pekerjaan pembukaan bekisting.
Pekerjaan kolom lantai I dikerjakan setelah semua pekerjaan sudah selesai
dikerjakan. Kolom lantai I yang di kerjakan ada 3 (tiga) tipe, yaitu:
1, K1 ukuran 50/ 50 cm
2. K2 ukuran 30/ 35 cm
3. K3 ukuran 80/ 50 cm
4.1.1 Pekerjaan pembesian
Pekerjaan pembesian dan pembengkokan tulangan kolom dilakukan di lokasi
proyek. Besi terlebih dahulu dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan,
kemudian dirangkai oleh para pekerja dengan peralatan pemotong besi (bar cutter),
dan pembengkokan besi menggunakan alat pembengkok besi (bar bender) serta
menggunakan kawat ikat yang terbuat dari baja lunak diameter minimum 1 mm.
Tulangan yang digunakan untuk kolom lantai I adalah besi ulir D 15 mm, dan
sengkang D 8 mm. Untuk mengikat pertemuan tulangan pokok dengan begel
digunakan kawat ikat Ø 1 mm. Tulangan dan sengkang yang telah dibentuk ini
dibawa ke lokasi pekerjaan untuk dipasang dan dirangkaikan diatas lantai kerja yang
telah disediakan. Pekerjaan pembesian kolom dapat dilihat pada Lampiran A.2.9
halaman 44.
4.1.2 Pemasangan cetakan (bekisting)
Cetakan (bekisting) dibuat sesuai dengan bentuk dan ukuran kolom yang
direncanakan. Adapun bahan yang digunakan untuk pembuatan bekisting kolom ini
adalah tripleks yang mempunyai ukuran 12 mm yang diperkuat dengan plat kayu
berukuran 6/12 cm dan kayu penyangga 6/12 cm. Jarak antara kayu penyangga
sejarak 50 cm kemudian bekisting tersebut diolesi dengan solar yang bertujuan untuk
menghindari melekatnya beton pada saat bekisting dibuka.
Pembuatan papan cetakan ini dilakukan di pondok kerja dengan
menggunakan peralatan tukang. Cetakan yang telah selesai dibawa ke lokasi
pekerjaan dan dipasang sesuai dengan posisi tulangan yang telah terpasang. Untuk
membuat kedudukan bekisting kolom vertikal, sejajar dan lurus dilakukan
28
pengukuran dengan mnggunakan alat bantu theodolit. Setiap pekerjaan pemasangan
mal yang telah diselesaikan diperiksa dan disetujui oleh pengawas lapangan.
Alat yang digunakan untuk membuat bekisting adalah linggis, martil, dan
gergaji untuk memotong papan. Gambar pemasangan bekisting kolom lantai I (satu)
dapat dilihat Lampiran A.2.10, halaman 44.
4.1.3 Pengecoran
Setelah pekerjaan pembesian dan pemasangan bekisting selesai dilakukan dan
telah disetujui oleh pengawas maka pekerjaan selanjutnya adalah pengecoran.
Pengadukan campuran beton ini dilakukan dengan menggunakan ready mix. Mutu
beton yang di rencanakan adalah K-275, dengan perbandingan campuran 1 Pc : 2
Ps : 3 Kr.
Setelah dilakukan pengadukan, mortar dituangkan ke dalam gerobak sorong.
Kemudian gerobak sorong tersebut disorong ketempat kolom yang akan dicor dan
disediakan bak didekat kolom yang akan di cor sebagai tempat mortar dituangkan.
Mortar yang telah dituangkan ke dalam bak dan dimasukkan lagi ke dalam bucket
agar mudah diangkat secara manual. Selama pengecoran, dilakukan pemadatan
dengan menggunakan alat pemadat (vibrator) sehingga adukan mortal mengisi
penuh ruangan yang ada. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya ruang pori
pada proses pengerasan beton yang dapat menyebabkan beton tidak padat.
Tenaga kerja yang di butuhkan untuk pengecoran Kolom Lantai I sebanyak
15 (lima belas) orang. Pengecoran Kolom Lantai di kerjakan dalam waktu 2 (dua)
hari. Untuk pengecoran Kolom Lantai I dapat dilihat pada Lampiran A.2.11, halaman
45.
4.1.4 Perawatan beton
.Pekerjaan perawatan beton dilakukan setelah beton mengeras, yaitu kira-kira
umur beton mencapai 24 jam (1 hari) setelah pengecoran berlangsung. Perawatan
beton dilakukan dengan cara menyiram air ke permukaan kilit beton. Hal ini
dilakukan untuk mencegah keretakan pada beton. Selain dengan menyiran air, cara
lain memberi kelembapan pada beton adalah dengan goni basah agar tidak terjadi
29
kontak langsung dengan sinar matahari dan air hujan yang dapat merusak permukaan
beton. Pekerjaan perawatan beton ini dilakukan sedikitnya selama 2 minggu.
4.1.5 Pembukaan cetakan (bekisting)
Pembukaan bekisting pada kolom dilakukan setelah 4 hari setelah
pengecoran. Hasil pengecoran dapat dilihat pada Lampiran A.2.12, halaman 45.
4.2 Pekerjaan Balok Lantai II
Pekerjaan balok lantai dikerjakan setelah pekerjaan kolom lantai I telah
dikerjakan semuanya. Balok lantai yang di kerjakan ada 3 (tiga) tipe, yaitu:
B1 ukuran 30/60 cm B3 ukuran 20/30 cm
B2 ukuran 25/40 cm
Tahapan-tahapan untuk pekerjaan balok lantai II adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan pemasangan bekisting;
2. Pekerjaan pembesian; dan
3. Pekerjaan pengecoran;
4.2.1 Pekerjaan pemasangan cetakan (bekisting)
Cetakan dibuat sesuai dengan bentuk dan dimensi balok untuk menghasilkan
struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis dan dimensi komponen struktur seperti
yang disyaratkan pada gambar rencana dan spesifikasi teknis. Cetakan pada balok
diperkuat dengan penyanggah vertikal menggunakan stempel sekur dari baja untuk
memperkuat atau menahan acuan dari gaya horizontal maupun vertikal pada saat
proses pengerjaan pengecoran. Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk
beton, baja, pasangan bata yang diplester, kayu atau material lain yang dapat
dipertanggung jawabkan kualitasnya. Dari pengamatan Penulis, proyek ini
menggunakan cetakan dari bahan multipleks dengan ketebalan 12 mm. Pemasangan
cetakan diusahakan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar dan diperkaku
dengan kayu 6/12 dan diikat dengan baut-baut yang berfungsi untuk
mempertahankan posisi dan bentuknya. Pemasangan cetakan (bekisting) dilakukan
30
oleh 10 orang pekerja, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran gambar
A.2.13, halaman 46.
4.2.2 Pekerjaan pembesian
Setelah seluruh bagian dari mal selesai dikerjakan, pekerjaan pembesian
dimulai. Pemotongan dan pembengkokan tulangan dilakukan di lapangan terbuka.
Pembesian dilakukan sesuai dengan gambar rencana. Pemotongan tulangan
dilakukan dengan menggunakan bar cutter, sedangkan pembengkokan dilakukan
dengan bar bender.
B1 ukuran 30/60 cm digunakan tulangan atas 9D16 dan bawah 5D16
B2 ukuran 25/44 cm digunakan tulangan atas 5D16 dan bawah 9D16
B3 ukuran 20/30 cm digunakan tulangan atas 5D16 dan bawah 3D16
Untuk sengkang digunakan besi D10 mm. Tulangan dan sengkang dirangkaikan
atau diikat dengan menggunakan kawat yang Ø 1 mm. Setelah tulangan dan
sengkang selesai dirangkaikan, kemudian dimasukkan kedalam mal balok yang telah
dipasang. Penempatan pembesian dapat dilihat pada Lampiran A.2.14. halaman 46.
4.2.3 Pekerjaan pengecoran
Setelah pekerjaan pembesian dan cetakan selesai selanjutnya dilakukan
pekerjaan pengecoran pada balok yang dilakukan bersamaan dengan pelat lantai
basement. Mutu beton yang digunakan untuk pengecoran balok adalah K-275
Pengadukan campuran dilakukan dengan menggunakan ready mix, pada saat
pengecoran digunakan alat bantu seperti pipa tremie sehingga saat pengecoran dapat
dilakukan sedekat mungkin dan tinggi jatuh beton segar ini dapat dipenuhi.
Beton yang baru dicor kemudian dipadatkan dengan alat pemadat (vibrator).
Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi udara pada beton yang akan
mengurangi kualitas beton. Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan
(workability) beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat singkat,
sehingga slump yang rendah biasanya merupakan masalah. Untuk itu harus
disediakan vibrator dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan besarnya volume
pengecoran yang akan dilakukan. Minimal harus dipersiapkan satu vibrator cadangan
31
yang akan dipakai, jika ada vibrator yang rusak pada saat pemadatan sedang
berlangsung. Alat pemadat harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyentuh besi beton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran A.2.17 dan
A.2.18, halaman 48.
4.3 Pekerjaan Plat Lantai II
Tahapan-tahapan untuk pekerjaan plat lantai II adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan pemasangan perancah dan bekisting;
2. Pekerjaan pembesian; dan
3. Pekerjaan pengecoran;
4.3.1 Pemasangan cetakan (bekisting)
Bahan cetakan/acuan yang dipergunakan dapat berbentuk beton, baja,
pasangan bata yang diplester, kayu atau material lain yang dapat dipertanggung
jawabkan kualitasnya. Penggunaan acuan terbuat dari multipleks dengan tebal
multipleks 12 mm. Balok kayu melintang yang digunakan kayu ukuran 6/12 cm,
balok melintang dibuat dengan benar agar tidak terjadi perubahan bentuk/ukuran dari
elemen beton yang dibuat. Balok melintang dibuat 2 buah (doble) tiap arah yang
ditopang oleh penyanggah dari baja (stempel sekur). Selanjutnya dibuat balok anak
memanjang menggunakan kayu ukuran 5/7 cm dan dipasang dengan jarak 50 cm
antar balok kayu. Acuan dipasang dengan cukup rapat untuk mencegah kebocoran
mortar dan diperhatikan pada penyambungan antara acuan balok dan pelat lantai
sehingga acuan dapat menghasilkan bagian konstruksi yang kerataan/kelurusan,
elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar rencana.
Pekerjaan pembesian pelat lantai dilakukan oleh 7 orang pekerja dalam satu balok
lantai, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran gambar A.2.15, halaman 47.
4.3.2. Pekerjaan pembesian
Pembesian pelat lantai dasar menggunakan tulangan ulir D12 dengan jarak
antara tulangan 100 mm untuk tebal pelat lantai 12 cm, setelah pekerjaan
32
pemasangan cetakan selesai, maka tulangan pada pelat lantai dapat dilakukan.
Perletakan beton tahu digunakan untuk mempertahankan jarak yang tepat pada
tulangan atau sebagai selimut beton, kemudian awal mula penganyaman akan
dilakukan pengukuran jarak sumbu ke sumbu tulangan dan dilakukan penandaan.
Selanjutnya dapat dibuat tulangan dengan lapis pertama bagian bawah dengan jarak
sesuai dengan gambar rencana. Untuk pembesian lapisan kedua bagian atas
digunakan ganjalan/penumpu yang dipasang pada lapis teratas dari jaring bawah,
kemudian dihubungkan dengan batang atas (jaring bagian atas) kemudian diperkuat
dengan ikatan silang. Pekerjaan pembesian pelat lantai dilakukan oleh 7 orang
pekerja dalam satu balok lantai, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Lampiran
A.2.16, halaman 47.
4.3.3 Pekerjaan pengecoran
Pengecoran plat lantai dilakukan bersamaan dengan pengecoran balok lantai,
setelah penulangan selesai dikerjakan. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan
ready mix. Mutu beton yang di rencanakan adalah K-275, dengan perbandingan
campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr. Pada saat pengecoran digunakan alat bantu seperti pipa
tremie sehingga saat pengecoran dapat dilakukan sedekat mungkin dan tinggi jatuh
beton segar ini dapat dipenuhi.
Beton yang baru dicor kemudian dipadatkan dengan alat pemadat (vibrator).
Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi udara pada beton yang akan
mengurangi kualitas beton. Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan
(workability) beton. Minimal harus dipersiapkan satu vibrator cadangan yang akan
dipakai, jika ada vibrator yang rusak pada saat pemadatan sedang berlangsung. Alat
pemadat harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh besi beton.
Pengecoran diupayakan mengisi sekeliling tulangan dan seluruh celah dan masuk ke
semua sudut cetakan. Proses pengecoran dilakukan oleh 6 (enam) orang pekerja
dalam satu balok pelat lantai, hal ini dapat dilihat pada Lampiran gambar A.2.17 dan
A,2,18 halaman 48.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah mengikuti Kerja Praktek selama 1 (satu) bulan pada Proyek
Pembangunan Gedung Kontor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pidie Jaya,
Penulis telah banyak memperoleh tambahan pengalaman dan pengetahuan lapangan
secara langsung. Hal ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi Penulis, antara
pengetahuan yang didapat di lapangan dengan teori yang diperoleh dari bahan kuliah
maupun dari literatur-literatur.
Berdasarkan analisis serta hasil pengamatan di lapangan selama mengikuti
Kerja Praktek, Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Di lokasi pekerjaan, semen diletakan di luar bangunan tetapi masih di tutup dan
diberi alas dengan ketinggian 10 cm. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan PBI-
1971 pasal 3.9 ayat 1 dan 2, halaman 31, dimana semen ditempatkan pada tempat
penyimpanan (gudang) dijaga agar tidak lembab, tidak rusak atau tercampur
dengan bahan lain.
2. Penempatan material seperti pasir, kerikil/batu pecah dan kayu di lapangan
diletakan di atas tanah dan lapangan terbuka tanpa diberi alas di bawahnya. Hal
ini belum sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan PBI-1971 pasal 3.9 halaman
31 dinyatakan untuk penempatan material dapat digunakan bak-bak/alas yang
berlantai sehingga material tersebut tidak bercampur secara langsung dengan
tanah.
3. Pengecoran kolom, balok dan pelat lantai dilakukan melalui bagian atas bekisting
melalui pipa tremie sehingga tinggi jatuh beton segar dapat dilakukan sedekat
mungkin. Hal ini sesuai dengan SNI 03 –2847–2002 pasal 7.10 ayat 1 halaman
31 dimana beton saat dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk
menghindari terjadinya segregasi dan dilakukan dengan kecepatan sedemikian
hingga beton selama pengecoran tersebut tetap dalam keadaan plastis dan dengan
mudah dapat mengisi ruang diantara tulangan.
34
4. Perawatan kolom, balok dan pelat lantai dilakukan selama 4 hari, hal ini tidak
sesuai dengan ketentuan PBI 1971 pasal 6.6 ayat 1 halaman 58 yang menyatakan
bahwa untuk mencegah pengeringan bidang permukaan beton, maka perawatan
semacam ini dilakukan sedikitnya 2 minggu. Menurut SNI 03-2847-2002 pasal
7.11 ayat 1 halaman 32 dinyatakan bahwa beton harus dirawat pada suhu 500 C
atau di atas 100 C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7
hari setelah pengecoran.
5. Pembukaan bekisting kolom dilakukan 4 hari, untuk balok dan pelat lantai
dilakukan selama 4 hari dan penopang baru dilakukan pembongkaran pada umur
beton 14 hari. Hal ini belum sesuai dengan ketentuan PBI 1971 pasal 6.6 ayat 1
halaman 58 yang menyatakan bahwa untuk mencegah pengeringan bidang
permukaan beton, maka perawatan semacam ini dilakukan sedikitnya 2 minggu.
5.2 Saran
Secara keseluruhan pekerjaan di lapangan sudah baik, namun terdapat beberapa
kekurangan, dalam hal penulis ingin memberikan beberapa saran :
1. Besi tulangan sebaiknya ditempatkan di dalam gudang dan diberi alas,
sehingga besi tersebut tidak berkarat yang dapat mengurangi mutu beton
bertulangan.
2. Pelaksanaan diharapkan lebih diperhatikan penempatan material terutama
pasir dan kerikil yang dapat mengakibatkan bercampurnya dengan tanah yang
dapat mengurangi mutu beton. Material sebaiknya ditempatkan dalam bak-bak
bahan yang berlantai sesuai dengan peraturan PBI-1971.
3. Pembukaan bekisting kolom seharusnya dilakukan setelah 3 hari dari hari
pengeccoran yang dilakukan perawatan beton agar tidak terjadi keretakan.
4. Pengawasan diharapkan agar lebih ketat dan teliti dalam mengawasi segala
pekerjaan yang dilakukan di lapangan, misalnya pekerjaan pembesian dan
pengecoran, agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan baik menurut literatur maupun menurut RKS.
5. Penggunaan air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan organic atau bahan lainnya
yang dapat merusak beton dan baja tulangan.
35